You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK LABORATORIUM

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4

Aditya Pratama E R H3116002


Anindya Nusara Abdi H3116009
Anita Nur Romadhoni H3116010
Fatimah Puri Utami H3116034
Fitri Eviana H3116036

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
ACARA VI
METODE ASEPTIS

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mikrobiologi adalah studi tentang kehidupan kecil atau mikroba.
Mikrobiologi sangat penting untuk bidang medis di dalam memerangi
penyakit. Mikroba berbahaya yang dapat membuat orang sakit disebut
pathogen. Mikrobiologi mempelajari pathogen dan bagaimana untuk
melawan dan mencegah infeksi. Para ilmuan membuat antibody dan
vaksin dari bentuk lemah mikroba untuk mengobati dan mencegah
penyakit. Beberapa mikroba penting untuk proses pencernaan dll. Juga
digunakan untuk membuat keju dan yogurt.
Memiliki lingkungan kerja yang bersih sangat penting untuk
mempelajari mikroba dan juga dalam pengaturan laboratorium, seperti
di laboratorium penelitian atau laboratorium medis. Kontaminan dalam
laboratorium dapat menyebabkan banyak masalah. Jika seorang peneliti
inocules atau menstransfer bakteri tidak benar, maka mencemari
mikroba dan dapat membahyakan hasil. Kontaminan seperti pathogen
di dalam lingkungan dimana mereka dapat tumbuh dalam jumlah tinggi,
pathogen bisa menyebabkan peneliti menjadi sakit.
Di laboratorium mikrobiologi kita menggunakan teknik aseptis
untuk mencegah kontaminasi mikrobiologi dan mencegah kontaminasi
ruangan dan personil dengan mikroorganisme. Banyak mikroorganisme
di laboratorium dan diketahui pathogen. Sehingga kita menggunakan
teknik aseptis untuk keselamatan semua personil laboratorium.
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi
yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang
harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat
mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan
komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni
bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran
pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu
mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang dapat
meminimalisirnya seperti pengisolasian.
2. Tujuan
Dari praktikum acara VI Metode Aseptis ini diharapkan
mahasiswa mampu mengetahui dan mampu melakukan teknik transfer
aseptis.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai organisme
hidup yang berukuran mikroskopis dikenal dengan mikroorganisme
atau jasad renik yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Mikroorganisme sangat erat kaitanya dengan kehidupan manusia,
beberapa diantaranya merugikan karena menyebabkan penyakit dan
beberapa juga bermanfaat misalnya terlibat dalam pembuatan anggur,
keju, yogurt, produksi insulin, serta proses perlakuan yang berkaitan
pembuangan limbah (Pelczar, 2007).
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah
pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium
yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk
melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan
agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar
tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi
(Dwijoseputro, 1998)
Teknik aseptis adalah suatu metode atau teknik didalam
memindahkan atau menstranfer kultur bakteria dari satu tempat ke
tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba
lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial dan
kunci keberhasilan prosedur microbial yang harus diketahui oleh
seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi (Pelzcar, M.J.
Chan, 2007).

Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda


atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk
tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril,
mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh panas (kalor), gas-gas
seperti formaldehid, etiloksida, atau betapriolakton oleh bermacam-
macam larutan kimia oleh sinar lembayung ultra atau sinar gama.
Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh
sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Curtis, 1999).
Salah satu media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba
ini adalah agar. Agar yang cocok dan mendukung pertumbuhan jamur
adalah PDA (Potato Dextrose Agar) yang merupakan media terdiri atas
dextrose, sari kentang dan agar. Media PDA mendukung pertumbuhan
jamur karena dapat menghindari kontaminasi bakteri dengan keasaman
pada media yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral
dengan pH 7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C
(Cappucino, 2014).
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi
biakan murni mikroorganisme yaitu :

1.Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut
ekonomi dan waktu, tetapimemerlukan ketrampilan-ketrampilan yang
diperoleh dengan latihan. Penggoresan yangsempurna akan
menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di
permukaanmedia agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah
(lup inokulasi). Di antaragaris-garis goresan akan terdapat sel-sel yang
cukup terpisah sehingga dapat tumbuhmenjadi koloni (Winarni,
1997).Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat
bentuk lempeng. Biladilakukan dengan baik teknik inilah yang paling
praktis. Dalam pengerjaannya terkadangberbeda pada masing-masing
laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuatgoresan
sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan (Kus Irianto,
2006)
2.Metode tebar/ sebar
Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien
dalam cawan petri dan dengan menggunakan batang kaca yang
bengkok dan steril. Inokulasi itu disebarkan dalam medium batang yang
sama dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua untuk
dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada
beberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah-
pisah. Metode tuang Isolasi menggunakan media cair dengan cara
pengenceran. Metode tuang ini dilakukan dengan cara nutrient agar
terlebih dahulu di tuang lalu diberi mikroba (Prescott,2009)
C. METODOLOGI
1. Alat

1) Bunsen
2) Cawan Petri
3) Erlenmeyer
4) Jarum oase bermata
5) Kertas Payung
6) Tissu/Kapas
7) Tabung Reaksi

2. Bahan
1) Aquades
2) Alkohol 70%
3) Larutan Garfir
Memindahkan kultur dari tabung ke cawan petri dengan pipet

Diambil pipet steril dengan menutup


lubang atas dengan jari serta
didekatkan ujung pipet dengan api

Dibakar mulut tabung dengan api


spirtus, kemudian dimasukkan pipet
dan diambil 1 ml kultur dari tabung

Dibakar mulut tabung sekali lagi dan


ditutup dengan kapas, diletakkan
kembali pada rak

Dibuka cawan petri tempat kultur


yang akan dipindahkan dengan tangan
kiri

Kultur Dikeluarkan dari pipet ke cawan petri


dan ditutup kembali

Dituangkan (suhu 40C) ke cawan


Media
petri kemudian ditutup kembali
Agar

Dibuat gerakan menyerupai angka 8


secara perlahan

Dibiarkan sampai padat

Diinkubasikan cawan petri pada


inkubator
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Pemindahan kultur dari Tabung ke Tabung
Kelompok Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi
1
2
3
4
5
6
7
8

Sumber : Laporan Sementara

Tabel 6.2 Hasil pengamatan pemindahan kultur ke cawan petri dengan ose
Kelompok Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi
1&2

3&4
5&6
7&8

Sumber : Laporan Sementara


Tabel 6.3 Hasil Pengamatan Pemindahan kultur ke Cawan Petri dengan Pipet
Kelompok Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi
1
2
3
4
5
6
7
8

Sumber : Laporan Sementara


Teknik aseptis adalah suatu metode atau teknik didalam
memindahkan atau menstranfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat
lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam
kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan
prosedur microbial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak
melakukan analisis mikrobiologi (Pelzcar, M.J. Chan, 2007).
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak kerusakan.
Mikroorganisme dapat dihambat atau dibunuh secara fisik dan kimia.
Secara fisik melalui suhu, tekanan, radiasi dan penyaringan, misalnya
sterilisasi, pembakaran atau sanitasi. Sumber kontaminasi dapat berasal dari
eksplan tumbuhan, organisme kecil yang masuk ke dalam media, alat yang
tidak steril dan lingkungan kerja yang kotor (Susilowati dan Shanti, 2001)

Kontaminasi udara paling sering menjadi masalah karena udara


selalu kontak dengan partikel debu dan umumnya banyak komunitas
mikroorganisme didalamnya.Ketika wadah dibuka maka segera ditangani
agar tidak terkontaminasi dengan udara sekitar.Transfer aseptik pada kultur
dari salah satu medium ke medium yang lain harus lihai dengan loop
inokulasi atau jarum harus disterilkan oleh pembakaran pada nyala api.
Dalam pertumbuhan kultur dibutuhkan tempat yang mudah dipindahkan ke
permukaan agar datar,dimana pertumbuhan suatu koloni berasal dari
pertumbuhan dan pembelahan sel tunggal(Cappuccino, 1983).
Teknik pemindahan kultur secara aseptis ada dua yaitu metode gores
dan metode tebar. Dalam metode gores teknik ini lebih menguntungkan jika
ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-
ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna
akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di
permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah
(lup inokulasi). Di Antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang
cukup terpisah sehingga dapat tumbuhmenjadi koloni (Winarni, 1997).Cara
penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila
dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam
pengerjaannya terkadang berbeda pada masing-masing laboratorium tapi
tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada
lempeng medium pembiakan (Kus Irianto, 2006)
Sementara metode tebar menurut Prescott (2009) Setetes inokolum
diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petri dan dengan
menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu disebarkan
dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat menginokulasikan
pinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata
dengan baik. Pada beberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang
terpisah-pisah. Metode tuang Isolasi menggunakan media cair dengan cara
pengenceran. Metode tuang ini dilakukan dengan cara nutrient agar terlebih
dahulu di tuang lalu diberi mikroba .
Kondisi yang harus diterapkan agar teknik aseptis berhasil adalah
kondisi yang steril sehingga diperlukan sterilisasi. Sterilisasi dalam
mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua
kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha
mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat
oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehid, etiloksida, atau
betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia oleh sinar lembayung
ultra atau sinar gama. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara
mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Curtis, 1999).
Salah satu media agar yang cocok dan mendukung pertumbuhan
jamur adalah PDA (Potato Dextrose Agar) yang merupakan media terdiri
atas dextrose, sari kentang dan agar. Media PDA mendukung pertumbuhan
jamur karena dapat menghindari kontaminasi bakteri dengan keasaman
pada media yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH
7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C (Cappucino,
2014).
Media Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang umum
digunakan untuk menganalisis jenis dan jumlah kapang pada produk
makanan. Masalah yang dihadapi dalam penggunaan PDA sebagai media
untuk menghitung jumlah kapang adalah adanya pertumbuhan yang
melebar pada jenis kapang tertentu hingga memenuhi cawan petri dan
menghambat pertumbuhan kapang lain. Akibatnya, selain menyulitkan
penghitungan koloni, jumlah yang terhitung juga tidak akurat karena adanya
koloni yang terhambat pertumbuhannya (Indriati dkk, 2010).
Alkohol berfungsi untuk menjaga kondisi steril pada saat percobaan
teknik aseptis. Sementara pembakar spirtus adalah salah satu alat yang
berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah pembakar bunsen.
Api yang menyala dapat membuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi
dari bawah dan diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran
udara tersebut. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang
paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru
(paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau
methanol (Sulaiman,2014).
Pada saat isolasi, mikroba perlu dilakukan inokulasi
mikroba.Sebelum dan sesudah menginokulasikan mikroba jarum ose yang
digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu.Hal ini bertujuan agar jarum
ose yang digunakan bersifat steril dan bebas kontaminasi dari
mikroorganisme yang tidak diinginkan.Sedangkan pada cawan petri, setelah
sampel dimasukan ke dalam cawan petri setiap membuka dan menutup
cawan petri harus terlebih dahulu dipanaskan untuk meminimalkan
terkontaminasinya sampel.Wadah media yang menggunakan cawan petri,
pada saat inkubasi mikroba pada cawan petri selalu dalam posisi
terbalik.Hal ini dimaksudkan untuk mencegah mikroba terkena uap air yang
dihasilkan pada saat inkubasi, sehingga kualitas mikroba tidak rusak atau
mengalami gangguan (Waluyo, 2005).
Berdasarkan tabel percobaan ada 3 cara transfer pada teknik ini,
yaitu transfer dari medium tabung ke tabung, transfer dari medium agar
cawan petri dengan ose dan transfer dari medium agar cawan petri dengan
pipet. Pada transfer dari medium tabung ketabung saat sebelum diinkubasi
bentuk agar yang digunakan adalah agar miring, sehingga teknik pemindahan
kultur yang digunakan adalah metode gores. Sementara setelah di inkubasi
selama kurang lebih 24 jam didapatkan hasil pada kelompok 4 terjadi
kegagalan dimana agar miring tersebut pecah karena tergores saat
pemindahan kultur sehingga mikroba yang tumbuh berada didalam agar
bukan di permukaan agar hal tersebut menjadikan adanya hambatan saat
proses melakukan pengamatan.
Pada transfer dari medium agar cawan petri dengan ose, teknik
pemindahan kultur yang digunakan adalah metode gores. Sebelum di
inkubasi agar dalam cawan petri tersebut belum ditumbuhi mikroba dan agar
belum padat sempurna, namun setelah di inkubasi selama kurang lebih 24
jam didapatkan hasil pada kelompok 3 dan 4 bahwa mikroba terbentuk dalam
media agar tersebut, namun mikroba tersebut tumbuh tidak pada bagian
bawah cawan petri namun tumbuh pada bagian atas cawan petri. Hal ini
terjadi karena pada saat agar diinkubasi kondisi agar belum benar-benar padat
sehingga pada saat proses pembalikan di inkubasi agar ikut terbalik dan
kemudian mengeras pada tutup cawan petri.
Pada transfer dari medium agar cawan petri dengan pipet. Sebelum
di inkubasi agar dalam cawan petri tersebut belum ditumbuhi mikroba dan
kondisi agar belum padat sempurna, sehingga setelah di inkubasi selama
kurang lebih 24 jam didapatkan hasil pada kelompok 4 bahwa mikroba
terbentuk dalam media agar tersebut, namun mikroba tersebut tumbuh tidak
pada bagian bawah cawan petri namun tumbuh pada bagian atas/tutup cawan
petri. Hal ini terjadi karena pada saat agar diinkubasi kondisi agar belum
benar-benar padat sehingga pada saat proses pembalikan di inkubasi agar ikut
terbalik dan kemudian mengeras pada tutup cawan petri. Sementara bentuk
agar yang terjadi pun seperti pecah dan mikroba tumbuh terpencar tidak
menggerombol.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Pada percobaan acara VI Metode Aseptis kali ini, dapat
disimpulkan bahwa:
a) Metode Aseptis adalah metode yang digunakan untuk
memindahkan suatu kultur dengan keadaan yang tetap steril tanpa
kontaminasi.
b) Pada praktikum kali ini menggunakan 3 cara memindahkan
kultur, yaitu dari tabung ke tabung, dari tabung ke cawan petri
dengan menggunakan ose, dan dari tabung ke cawan petri dengan
pipet.
2. Saran
Pada praktikum acara VI metode aseptis ini kebersihan atau
ke sterilan adalah kunci utama dalam melakukan praktikum ini. Jadi
diharapkan saat melaksanakan praktikum ini praktikan mampu
menjaga kebersihan diri agar teknis aseptis ini dapat berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Cappuccino.1983.“Isolasi menggunakan Actinase E dan EDTA” Studi tentang
Chitin
Curtis, Helena and Bornes. 1999. Biology 5th edition. Worth Publicher Inc. New
York.
Dwijoseputro.1998. Biologi – Jilid 2.ed.2. Erlangga: Jakarta
Indriati Ninoek, Nandang Priyanto, dan Radestya Triwibowo. 2010. Penggunaan
Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol Agar (Drbc) Sebagai Media
Tumbuh Kapang Pada Produk Perikanan Jurnal Pascapanen dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan .Vol. 5 (2).
Irianto Kus. 2006. Kamus Biologi. Edisi Pertama. Bumi Aksara : Jakarta.
Irianto Kus. 2006. Buku Pegangan Kuliah Patologi Klinik I Jilid 1. Bagian Patologi
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang
Pelczar dan Chan. 2007. Analisis Mikroba pada Inokulasi . Edisi Kelima.Erlangga:
Jakartta
Prescott,2009. Comprehensive Tutorial and Reference. Prentice Hall: New Jersey
Susilowati,Ari dan Shanti Listyawati. 2001. Keanekaragaman Jenis
Mikroorganisme Sumber Kontaminasi Kultur In Vitro Di Sub-Lab.
Biologi Laboratorium Mipa Pusat Uns. Vol2(1): Issn: 1412-033x
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang
Winarni.1997 . Telaah Formulasi Aditif di dalam Peningkatan Daya Simpan
Protease Bacillus sp., Fateta IPB .
LAMPIRAN

Gambar 6.4 Media agar miring Gambar 6.5 Agar miring setelah
inkubasi

Gambar 6.6 Media agar dalam Gambar 6.7 Media agar setelah
Cawan Petri Inkubasi

You might also like