Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
1. Arif Beta Hendriyanto NPM 1206316843
2. Dwi Irfan Yudiyatno NPM
3. Rinai Purnamasuri NPM
4. Tri Juli Astuti Sihombing NPM
PENGANTAR
Penelitian akuntansi secara periodik mendapat tantangan tentang relevansi praktik dan
perkembangan pencapaian ilmiah dari penelitian tersebut (Reiter dan Williams 2002; Hopwood
2007). Studi kasus dapat membantu peneliti untuk menjawab tantangan tersebut dan
berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan. Kita menggunakan contoh dari akuntansi keuangan,
akuntansi manajemen, dan audit untuk menunjukkan nilai studi kasus dalam membuat materi
penelitian akuntansi, baik untuk mengembangkan teori maupun meningkatkan praktik.
Kebanyakan akuntan mengenal studi kasus dalam hubungannya dengan bidang pendidikan. Commented [BK1]: kalau diganti dengan “bidang pendidikan”
jadi mengubah arti ga?
Mereka memberikan contoh nyata yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, tidak sedikit
untuk menghasilkan pengetahuan bagaimana cara sebuah prinsip umum dapat diterapkan dalam
hal yang lebih spesifik, dan bahkan hal yang kompleks. Cooper dan Morgan (2005)
memfokuskan penulisan paper pada studi kasus untuk tujuan penelitian. Perbedaan yang penting
antara studi kasus untuk pembelajaran dan studi kasus yang berorientasi penelitian adalah aturan
pusat dari kedua teori tersebut.
Studi kasus adalah pendekatan penelitian yang dilakukan secara sistematis dan terorganisir,
untuk menghasilkan informasi tentang topik serta produk dari pendekatan ini. Bagi kita,
penelitian studi kasus adalah pendalaman dan pemeriksaan kontektual mengenai organisasi
tertentu atau peristiwa yang secara eksplisit menangani teori
Pendekatan studi kasus tidak hanya menentukan apakah sebuah teori seharusnya Commented [BK2]: ini ku tambahin subjeknya
menginformasikan studi atau digunakan untuk mendapatkan dan menganalisa data. Penelitian
dengan pendekatan studi kasus bermanfaat ketika peneliti melakukan penelitian atas:
1. Fenomena kompleks dan dinamis ketika banyak variable yang digunakan;
2. Praktik aktual; termasuk detil tentang aktivitas yang signifikan;
3. Fenomena yang penting karena pengaruh dari fenomena tsb dapat dipelajari.
Yin (1989) mencatat bahwa studi kasus sama seperti menjawab pertanyaan “Bagaimana” dan
“Kenapa”. Praktisi menemukan bahwa pertanyaan “Bagaimana” menjadi sangat penting. Studi
kasus sangat berharga dalam menggambarkan secara rinci tentang bagaimana inovasi baru dalam
akuntansi dan audit benar-benar dilakukan. Studi kasus juga membahas tentang pertanyaan
“Kenapa”. Schon (1983, 50) berpendapat bahwa studi kasus berharga bagi "seluruh proses
refleksi dalam aksi", yang merupakan pusat untuk seni dimana praktisi kadang-kadang
menghadapi situasi ketidakpastian, ketidakstabilan, keunikan, dan konflik nilai.
Meskipun setiap pendekatan penelitian dapat fokus pada pertanyaan “bagaimana” atau “kenapa”,
pendekatan non kasus biasanya menekankan pertanyaan yang berbeda. Analisis statistik yang
menggunakan banyak data, memiliki keunggulan komparatif dalam menjawab pertanyaan
“seberapa banyak”, misalnya untuk mengukur rata-rata kompensasi bagi CEO. Selain itu,
penelitian mungkin secara khusus dapat menjawab pertanyaan “apa”, seperti apa tanggapan
individu terhadap usulan pengukuran dan pengungkapan dalam akuntansi. Studi kasus, penelitian
arsip, dan eksperimen adalah pendekatan penelitian yang saling melengkapi.
Untuk menggambarkan sifat saling melengkapi dari berbagai pendekatan, kantor akuntan
berusaha untuk mengembangkan audit, melalui:
1. Analisa data statistik atas akun-akun khusus;
2. melakukan studi uji coba (piloting) sebelum diterapkan prosedur audit yang baru;
3. mempelajari kasus praktik terbaik dari audit, mengingat bahwa klien, staf audit, regulator,
dan mitra mungkin berbeda penilaian tentang apa yang terbaik.
memungkinkan peneliti untuk berinteraksi dengan dunia sosial dan ekonomi, hal ini lebih sulit
bagi para peneliti dari pada menggunakan arsip/dokumen. Ttidak semua penelitian melalui kasus
diperlukan untuk membahas teori, nilai-nilai yang eksplisit, dan menghasilkan pengetahuan
phronetic, tetapi studi kasus dapat diandalkan dalam berkontribusi untuk praktik dan orang
cenderung untuk melakukannya.
SIMPULAN
Studi kasus adalah suatu tool yang berguna dalam memahami fenomena yang kompleks. Studi
kasus memiliki beberapa manfaat penelitian dan dapat digunakan untuk menguji teori yang ada
serta dapat pula digunakan untuk menghasilkan teori baru. Dalam penelitian akutansi, studi kasus
relatif sedikit ditemukan karena prosesnya sulis dan menantang untuk dilakukan, selain itu
membutuhkan sumber daya yang signifikan. Dalam penerapanya, terdapat masalah umum dan
kesalahpahaman atas penelitian studi kasus.
Beberapa upaya dapat membantu mewujudkan manfaat penelitian studi kasus dalam rangka
pengembangan teori dan pemberian kontribusi bagi perkembangan praktik dan ilmiah seperti
pelatihan penelitian (studi filsafat modern dan sosiologi ilmu sosial dapat membantu untuk
menghindari pemahaman naif "metode ilmiah"). Pelatihan harus mencakup instruksi dalam
metode kasus dan filsafat, pengakuan atas pentingnya teori pengembangan serta pengujian.
Praktisi dan pihak seperti regulator, pembuat standar, dan manajer dapat memberikan akses
kepada organisasi atau data untuk memfasilitasi penelitian yang dapat menyelesaikan masalah
yang mereka hadapi (Gendron 2000). Tindakan tersebut dapat membantu untuk menunjukkan
nilai peneltian pronetis.
Tujuan dari diciptakannya sistem akuntansi manajemen, termasuk pula akuntansi biaya, adalah
untuk memberikan informasi yang relevan bagi proses pengambilan keputusan dalam
perhitungan model costing. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, proses
pengumpulan dan pengkomunikasian data terkait biaya menjadi semakin meningkat. Namun
demikian, keterbatasan dalam metode traditional costing dalam menyediakan data yang akurat
belum dapat diperbaiki.
ABC Costing
Adopsi ABC costing untuk mengatasi kelemahan traditional volume-based costing, salah
satunya adalah dengan mengalokasikan resource cost ke dalam berbagai aktivitas pada beberapa
level dalam organisasi. Akan tetapi, bukan berarti penerapan ABC costing telah berhasil
menggantikan traditional volume-based costing karena pada kenyataannya kompleksitas
implementasi ABC costing telah menimbulkan permasalahan tersendiri.
Dua permasalahan utama yang teridentifikasi dari penerapan ABC costing adalah:
1. pada tahap awal penerapan ABC costing:
a. proses pengumpulan data costing yang akan dialokasikan ke dalam cost pool memerlukan
waktu yang sangat panjang, rumit, dan komitmen yang besar;
b. ABC costing membutuhkan proses identifikasi cost activity dan cost driver yang
kompleks sehingga membutuhkan kapasitas data processing yang cukup besar;
c. ABC costing tidak mampu mengidentifikasi kapasitas yang tidak terpakai pada suatu
waktu tertentu.
2. pada saat menjalankan proyek dengan ABC costing:
a. kompleksitas ABC costing akan semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan
organisasi;
b. ABC costing tidak dapat terintegrasi dengan sistem informasi lainnya yang ada dalam
organisasi; dan
c. Model ABC costing kurang sesuai dengan dukungan manajemen yang berkelanjutan.
Time Driven Activity-Based Costing (TDABC)
Untuk mengatasi kelemahan dari ABC costing terutama untuk mengatasi permasalahan pada
tahap awal penerapan ABC costing, maka dibangunlah model Time Driven Activity-Based
Costing (TDABC). TDABC menyederhanakan implementasi dan pengelolaan ABC costing
dengan menghilangkan biaya dan waktu untuk melakukan survey dalam proses pengumpulan
data costing, tetapi tetap dapat menghasilkan data yang sama akuratnya dengan ABC costing.
Perbedaan utama TDABC dengan ABC costing adalah:
Jumlah aktivitas (cost pool dan cost driver) dikurangi sampai ke level departemen/proses.
Kebutuhan akan pengumpulan informasi dan data costing dikurangi dan digantikan dengan
menggunakan duration standard drivers.
Form ABC to TDABC
Hubungan antara sumber biaya kelompok aktivitas dan biaya sasaran (produk/output) yang
dikenal dalam model ABC-based costing dapat diadopsi dalam model TDABC-based costing
melalui “resource group” dengan menggunakan multiple time-based sebagai penggerak untuk
mengalokasikan ke biaya sasaran (output/produk) atau jika data tersebut kompleks dapat
menggunakan single time-based. Adapun diagram tersebut dapat dilihat di bawah ini:
Labour (wages
& Salaries) Factory Resourch
Group
Alpha
Depreciation
Purchasing
Beta
Manufactoring
Energy
Others
Other Factory Quality
Cost Controll
Labour (wages
& Salaries) Alpha
Factory Resourch
Group (Purchasing,
Depreciation Manufactoring, Beta
Quality Controll)
Energy Others
Other Factory
Cost