Professional Documents
Culture Documents
*Bagian THT Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang
#Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang
Citta Arunika Risyudhanti, Jalan Villa Aster 1 Srondol Asri blok P-1 Semarang, Jawa Tengah.
cittaarunika@yahoo.co.id / 085640404989
ABSTRAK
Hearing loss is one of the complications of cochlear damage due to Type 2 Diabetes
Mellitus disease in long suffering. AIM: This study aims to determine the relationship Type 2
METHOD: The analytic observasional study with the cross sectional design using
the medical record of Diabetes Mellitus patient in internal policlinic of Islamic Sultan Agung
Hospital Semarang and also pure tone audiometric examination in Otorynolaryngology policlinic
according to long suffering obtained by 31 samples with 18 people suffering from diabetes less
than 6 years (58.1%) and 13 people suffer from diabetes more than 6 years (41.9%).
RESULT: The distribution of frequency from the 31 patients with Type 2 Diabetes
Mellitus, (62 ears) were examined. 27 ears were diagnosed hearing loss type SNHL (43.5%),
19 ears were diagnosed with hearing loss types CHL (30.6%) and 16 ears in the normal range
There’s weak association between a long suffering Type 2 Diabetes Mellitus with the
PENDAHULUAN
Gangguan pendengaran merupakan salah satu permasalahan yang dapat merugikan dan
menimbulkan ketidaknyamanan. Masalah utama yang dihadapi orang dewasa yang mengalami
gangguan pendengaran adalah kesulitan dalam berkomunikasi verbal. Keadaan ini akan
masalah psikologis (Silver, 2012). Gangguan pendengaran dapat disebabkan karena paparan
bising, obat-obat ototoksik, proses degeneratif, maupun akibat komplikasi penyakit sistemik
seperti Diabetes Mellitus (DM). Gangguan fungsi koklea yang disebabkan karena DM yang
gangguan pendengaran mendapatkan hasil terjadi penurunan pendengaran yang diukur dengan
audiometri nada murni sebesar 59% pada penderita DM dan 44% pada penderita non DM
menggunakan alat ukur audiometri nada murni mendapatkan hubungan yang kuat antara
penurunan pendengaran dan DM tipe 2. Sampai saat ini belum ada data dari penelitian di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang yang menunjukkan hubungan antara DM dengan gangguan
pendengaran.
prevalensi besar di Indonesia. Indonesia kini telah menduduki rangking keempat jumlah
penyandang diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Badan Pusat Statistik
(BPS) menunjukkan jumlah penderita diabetes tahun 2003 adalah 20,1 juta dengan tingkat
prevalensi 14,7 persen untuk daerah urban dan 7,2 persen di rural. Data WHO menemukan
bahwa terdapat sekitar 8,4 juta jiwa penderita diabetes dan angka ini diperkirakan mencapai
21 juta jiwa pada tahun 2025 mendatang. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa prevalensi
terjadinya gangguan pendengaran seseorang tanpa diabetes adalah 15% dan menjadi dua kali
Gangguan pendengaran yang fisiologis adalah normal bagian dari proses penuaan
sedangkan keadaan patologis bisa disebabkan karena peradangan telinga, obat-obatan, maupun
penyakit sistemik seperti diabetes mellitus terutama yang tidak terkontrol dengan diet dan
obat (Fukushima et al., 2006). Derek (2012) melaporkan bahwa wanita yang berusia antara
60-75 tahun dengan diabetes yang kurang terkontrol mengalami gangguan pendengaran lebih
buruk daripada wanita dengan diabetes terkontrol. Sedangkan pada pria, tidak ada perbedaan
yang signifikan antara pria dengan diabetes terkontrol maupun kurang terkontrol. Komplikasi
jelas naik 6-11% selama observasi 6 tahun (Stratton,2000). Dalam waktu 6 tahun tersebut
diperkirakan telah terjadi mikroangiopati terutama mengenai stria vaskularis, arteri auditiva
interna dan pembuluh darah pada modiolus (Stratton, 2000). Naiknya komplikasi mikrovaskuler
selama observasi 6 tahun memberi isyarat bahwa lama menderita merupakan etiologi gangguan
pembuluh darah kecil termasuk terjadinya gangguan pendengaran pada penderita DM.
Berdasarkan penelitian terdahulu dan pemaparan di atas, maka diteliti mengenai hubungan antara
lama menderita DM tipe 2 dengan gangguan pendengaran di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah lama menderita
diabetes mellitus tipe 2 berhubungan dengan terjadinya gangguan pendengaran di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang. Kemudian manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
dapat menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang hubungan diabetes mellitus dengan
terjadinya gangguan pendengaran dan memberikan edukasi untuk penderita diabetes mellitus
agar rutin mengkontrol gula darahnya agar tidak terjadi komplikasi. Hipotesis dari penelitian ini
adalah terdapat hubungan antara lama menderita DM tipe 2 dengan gangguan pendengaran di
METODE PENELITIAN
rancangan cross sectional. Variabel penelitian yang digunakan terdiri dari variabel bebas yaitu
lama menderita diabetes mellitus tipe 2 dan variabel tergantung yaitu gangguan pendengaran.
Lama menderita diabetes mellitus tipe 2 didefinisikan sebagai periode waktu yang memenuhi
lamanya pasien menderita diabetes mellitus tipe 2 sejak terakhir didiagnosa oleh dokter yang
juga dipastikan dengan rekam medis dengan kategori <6 tahun dan >6 tahun. Gangguan
pendengaran didefinisikan sebagai ketidakmampuan total atau parsial untuk mendengar suara di
salah satu atau kedua telinga yang didiagnosis dengan pemeriksaan langsung dengan
menggunakan audiometri nada murni dan dikategorikan dengan gangguan pendengaran tipe
Sensorineural Hearing Loss (SNHL) dan gangguan pendengaran bukan tipe SNHL (CHL atau
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berobat ke poli
penyakit dalam di RS Islam Sultan Agung pada bulan September 2013 - Oktober 2013. Sampel
penelitian adalah 31 orang sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
inklusi adalah populasi dengan DM terkontrol dan sedang berobat rawat jalan di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung dan populasi berusia <55 tahun. Kriteria eksklusi adalah populasi yang
terpapar bising dalam jangka waktu lama, mengkonsumsi obat ototoksik, pernah mengalami
menderita DM tipe 2 dengan gangguan pendengaran dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Keeratan hubungan antara lama diabetes mellitus tipe 2 dengan gangguan pendengaran dianalisis
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini melibatkan 31 sampel penderita diabetes mellitus tipe 2 yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi yang diambil dengan metode Consecutive Sampling.
Sampel tersebut dilakukan pemeriksaan audiometric nada murni secara langsung untuk
keutuhan membrane timpani diperiksa terlebih dahulu dengan menggunakan otoskopi dan
Gangguan Pendengaran
Jumlah
N %
Jenis Kelamin
Perempuan 19 61,3%
Laki-laki 12 38,7%
Umur
<40 tahun 2 6,5%
40-45 tahun 9 29%
46-50 tahun 9 29%
51-55 tahun 11 35,5%
Lama Menderita DM
≤6 tahun 18 58,1%
>6 tahun 13 41,9%
Gangguan
Pendengaran
CHL 27 telinga 43,5%
SNHL 19 telinga 30,6%
Dalam Batas Normal 16 telinga 25,8%
Data hubungan lama menderita DM dengan terjadinya gangguan pendengaran disajikan
Tabel Silang Antara Lama Menderita Diabetes Mellitus dan Gangguan Pendengaran
Gangguan Pendengaran
Lama Menderita Total
Ya Tidak
<6 tahun 5 13 18
Expected count 8.1 9.9 18.00
>6 tahun 9 4 13
Expected count 5.9 7.1 13.0
Total 14 17 31
Expected count 14.0 17.0 31.0
Sebanyak 5 orang yang menderita DM kurang dari 6 tahun menderita gangguan pendengaran
sedangkan 13 orang yang menderita DM kurang dari 6 tahun tidak mengalami gangguan
pendengaran. Pada sampel yang menderita DM lebih dari 6 tahun, 9 orang mengalami gangguan
Untuk menguji hubungan antara lama menderita diabetes mellitus dengan gangguan
pendengaran dilakukan uji chi square karena jumlah expected count tiap cell > 5.
Hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan bermakna antara lama menderita
DM dengan terjadinya gangguan pendengaran dengan p = 0,02 (p < 0,05). Hasil uji korelasi
menggunakan koefisien kontingensi diperoleh r sebesar 0,380 sehingga hubungan antara lama
PEMBAHASAN
Lama menderita DM berhubungan lemah dengan terjadinya gangguan pendengaran.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis peneliti mengenai adanya hubungan lama menderita
Gangguan pendengaran yang dialami oleh sebagian besar penderita yang mengalami DM
lebih dari 6 tahun disebabkan karena kelainan vaskuler yakni mikroangiopati terutama terjadi
pada pembuluh kapiler stria vaskularis, arteri auditorius internus, vasa nervosum ganglion spirale
pada gugus asam amino yang berlanjut dengan serangkaian reaksi biokimia dengan hasil
terbentuknya produk akhir yang dinamakan AGEP (Advanced Glicosilation End Product)
yang bersifat irreversible dan membentuk radikal bebas yang memiliki sifat ototoksik antara
lain efek denaturasi dan agegrasi (Votey and Peters, 2008). Bertambahnya produksi AGEP
protein plasma pada membran basalis sehingga dinding pembuluh darah menebal dengan lumen
yang semakin sempit (Waspadji, 2009). Akibat mikroangiopati organ korti akan terjadi atrofi
dan berkurangnya sel rambut. Sedangkan neuropati terjadi akibat mikroangiopati pada vasa
nervosum nervus VIII dan vasa ligamentum spirale yang berakibat atrofi ganglion spiral dan
demielinisasi serabut saraf VIII. Penemuan-penemuan ini dijumpai pada pasien autopsi diabetes
(Brainbridge et al., 2008). Dalam penelitian ini peneliti memilih rentang waktu 6 tahun karena
komplikasi diabetes mellitus merupakan penyebab kesakitan dan kematian dengan progresi
kelainan mikrovaskuler naik 6-11% selama observasi 6 tahun. Dalam waktu 6 tahun tersebut
diperkirakan telah terjadi mikroangiopati terutama mengenai stria vaskularis, arteri auditiva
pendengaran yang diukur dengan audiometri nada murni sebesar 59% pada penderita DM dan
44% pada penderita non DM yang menunjukkan hubungan lemah antara keduanya. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian Dalton (2003) adalah dengan mengkategorikan presbiakusis ke
dalam kriteria eksklusi. Sementara Bainbridge et al (2008) pada penelitiannya terhadap penderita
DM tipe 2 dengan komplikasi mikrovaskular dengan menggunakan alat ukur audiometri nada
murni mendapatkan hubungan yang kuat antara penurunan pendengaran dan DM tipe 2. Namun
penelitian tersebut tidak mengkategorikan presbiakusis sebagai kriteria eksklusi karena sampel
dalam penelitian berusia 20-69 tahun. Pemeriksaan audiometric pada sampel ini juga dilakukan
antara rentang waktu 1999-2004 yang menunjukkan bahwa jumlah sampel sangat banyak
(dengan metode cohort). Perbedaan hubungan keeratan dalam penelitian ini juga mengarah pada
disebabkan karena faktor lain selain lama menderita yaitu kadar gula darah atau indeks glikemik.
Tingginya kadar gula darah dapat menyebabkan perubahan kimiawi pada nervus tubuh yang
dapat merusak kemampuan untuk mentransmisikan sinyal. Kerusakan yang terjadi pada syaraf
telinga akan mengakibatkan masalah pendengaran dan pemahaman dalam bicara (Lipkin, 2009).
Sampel yang menderita DM lebih dari 6 tahun namun tidak mengalami gangguan
pendengaran disebabkan karena sebagian besar kadar gula darah cenderung terkontrol. Populasi
penderita DM dipilih dari penderita rawat jalan poli penyakit dalam yang memang sebagian
besar melakukan kontrol secara rutin ke dokter, dan hasil dari pencarian sampel dengan metode
consecutive sampling menunjukkan bahwa lebih banyak penderita yang menderita DM kurang
dari 6 tahun, sehingga berpengaruh pada keeratan hubungan antar variabel. Sampel yang lebih
banyak menderita DM kurang dari 6 tahun mengakibatkan hasil audiometri banyak menunjukkan
batas normal, atau hanya gangguan pendengaran tipe hantaran (Conductive Hearing Loss) yang
disebabkan karena adanya masalah pada telinga luar/ telinga tengah seperti kekakuan pada tulang
pendengaran (otosklerosis).
Keterbatasan dan kelemahan penelitian ini adalah tidak memperhatikan kadar gula darah
pada sampel. Pertimbangan dalam penelitian ini mengenai terjadinya gangguan pendengaran
hanya terbatas pada lama (waktu menderita) nya saja sedangkan hal selain lama menderita yang
mungkin berpengaruh pada terjadinya gangguan pendengaran adalah kadar gula darah. Kesulitan
dalam penelitian untuk mengontrol faktor resiko lain di luar diabetes mellitus yang dapat
menyebabkan gangguan pendengaran juga dialami, seperti penggunaan obat-obat ototoksik dan
neoplasma.
Kesimpulan
Terdapat hubungan antara lama menderita diabetes mellitus dengan terjadinya gangguan
pendengaran (p= 0,02) dan dengan kekuatan lemah (r=0,380) di RS Islam Sultan Agung
Semarang
Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan mempertimbangkan kadar gula darah sebagai variabel
yang berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengaran pada penderita diabetes mellitus
tipe 2 dan juga untuk mengontrol faktor resiko lain yang juga dapat mempengaruhi gangguan
pendengaran seperti penggunaan obat-obat ototoksik dan neoplasma. Serta digunakan desain
DAFTAR PUSTAKA
Austin, D.F., Martin, D.K., McMilan, G.P., 2009, Diabetes-Related Change in Hearing: The
Laryngoscope;119: 1788-96.
Bainbridge, K.E., Hoffman, H.J., Cowie, C.C., 2008, Diabetes and Hearing Impairment in the
United States: Audiometric Evidence from the National Health and Nutrition Examination
Survey, 1999 to 2004. Annals of Internal Medicine 149 (1) : 1
Dalton, D.S., Cruickshanks, K.J., Klein, B.E.K., Klein, R.,Wiley ,T.L., Nondahl, D.M., 2003,
The Impact of Hearing Loss on Quality of Life in Older Adults. Gerontologist. 2003;43
(5):661-668.
Derek, J.H., 2012, Hearing Tests by ADA Reveal Link Between Diabetes and Hearing Loss:
Henry Ford Detroit Hospital.
Fukushima, H., Coreuglu, S., Schachern, P.A., Paparella,M.M., Harada, T., Oktay,M.F.,2006,
The Effects of Type 2 Diabetes Mellitus in Human Cochlear, American Medical
Association
Lipkin, A., 2009, Hearing loss – Overview, University of Maryland Medical Centre. Dikutip
tanggal 20 Desember 2012
National Institutes of Health (NIH)/National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Diseases, 2008, Hearing Loss Is Twice As Common In People With Diabetes Compared To
Those Without The Disease. Science Daily. Dikutip tanggal 15 April 2013
Sakuta, H., Suzuki, T., Yasuda ,H.,2007,Type 2 Diabetes and Hearing Loss in Personnel of The
Self-Defense Forces, Diabetes Research and Clinical Practice;75: 229-34.
Silver, R., 2012, Invisible: My Journey Through Vision and Hearing Loss, United States of
America: Liberty Drive
Stratton, I.M., Adler, A.L., Andrew, N., 2000, Association of Glycemia with Macrovaskular and
Microvaskular Complications of type 2 Diabetes : Prospective Study, BMJ, 321: 405
Utomo, M., 1999, Penurunan Pendengaran Pada Penderita Diabetes Mellitus Tidak Tergantung
Insulin., Yogyakarta., Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Votey, S.R., Peters, A.L.,2008,Diabetes Mellitus Type 2-A Review, Emergency Medicine, UCLA
Waspadji,S., 2009, Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan Strategi
Pengelolaan. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III edisi ke-5. Jakarta: Pusat
Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI;:1922-29.
World Health Organization, 2010, Diabetes Programme : Country and regional data. Dikutip
tanggal 20 Desember 2012