You are on page 1of 4

Amalan di bulan Ramadhan yang boleh dan tidak

boleh dilakukan/Dikerjakan oleh wanita muslimah


ketika haid

Seperti yang kita tahu, Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, di mana di dalamnya terdapat
malam yang lebih baik dari 1.000 bulan (Lailatul Qadar). Di bulan ini, pintu surga dibuka dan pintu
neraka ditutup sehingga umat Muslim berlomba – lomba melakukan berbagai amalan baik itu wajib
maupun sunah.

Tapi, yang paling penting Ramadhan bisa membuat orang yang biasanya tidak pernah ke masjid
menjadi ke masjid, yang biasanya malas sholat wajib menjadi lebih rajin, yang jarang atau tidak pernah
tadarus Al-Quran menjadi melakukannya setiap hari, dan berbagai peningkatan ibadah lainnya.

Tapi bagi kaum perempuan yang sedang menstruasi ataupun nifas, puasa tentunya tidak bisa sebulan
penuh dan ibadah tertentu seperti sholat pun tidak diperbolehkan. Karena itu, banyak wanita yang ingin
mengetahui bagaimana caranya agar tetap bisa meraih pahala berlipat di bulan puasa meski sedang
haid.

Islam tidaklah melarang umatnya untuk beribadah, selama tidak melanggar aturan. Karena setiap
manusia dituntut untuk menjalankan ibadah selama hayat masih dikandung badan. Allah menegaskan
dalam firman-Nya,

َْ َ‫ين يَأْتِي‬
َْ ‫ك َحتَّى َرب‬
ْ‫َّك َوا ْعبُ ْد‬ ُْ ‫ْاليَ ِق‬
“Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang kepadamu Al-Yaqin.” (QS. Al-Hijr: 99)

Para ulama tafsir sepakat bahwa makna Al-Yaqin pada ayat di atas adalah kematian.

Ibadah yang dilarang ketika wanita Muslimah sedang


Haid

Tak terkecuali wanita haid. Islam tidaklah melarang mereka untuk melakukan semua ibadah. Sekalipun
kondisi datang bulan, membatasi ruang gerak mereka untuk melakukan amalan ibadah. Wanita haid
masih bisa melakukan amalan ibadah, selain amalan yang dilarang dalam syariat, diantaranya;

1. Shalat

Dari Abu Said radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫ص ِل لَ ْم َحاضَتْ ِإ َذا أَلَي‬
‫ْس‬ ُ َ ‫صا ُن فَ َذ ِلكَ ت‬
َ ُ ‫ ت‬، ‫ص ْم َولَ ْم‬ َ ‫دِينِ َها نُ ْق‬

“Bukankah bila si wanita haid ia tidak shalat dan tidak pula puasa? Itulah kekurangan agama si wanita.”
(Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari no. 1951 dan Muslim no. 79)

2. Puasa

Sebagaimana disebutkan dalam hadis Abu Said radhiyallahu ‘anhu di atas.

3. Thawaf di ka’bah

Aisyah pernah mengalami haid ketika berhaji. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
panduan kepadanya,

ُْ ‫ ْال َحاجْ َي ْف َع‬، ‫ْر‬


‫ل َما فَا ْف َع ِلى‬ ْْ َ ‫لَ أ‬
َْ ‫ن َغي‬ ِْ ‫ط ُه ِرى َحتَّى ِب ْال َب ْي‬
ُ َ‫ت ت‬
ْ ‫طو ِفى‬ ْ َ‫ت‬

“Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang berhaji selain dari melakukan thawaf di Ka’bah
hingga engkau suci.” (HR. Bukhari no. 305 dan Muslim no. 1211)

4 Menyentuh Mushaf

Orang yang berhadats (hadats besar atau hadats kecil) tidak boleh menyentuh mushaf seluruhnya
ataupun hanya sebagian. Inilah pendapat para ulama empat madzhab. Dalil dari hal ini adalah firman
Allah Ta’ala,

َ ‫ْال ُم‬
َّْ ‫ط َّه ُرونَْ ِإ‬
ْ‫ل يَ َمس ْهُ َل‬
“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan” (QS. Al Waqi’ah: 79)

Dalil lainnya adalah sabda Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam,

ْ ْ‫لَّ القُ ْرآن ت َ ُمس‬


َ‫ل‬ َْ ‫طا ِهرْ َوأ َ ْن‬
ْ ِ‫ت إ‬ َ

“Tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali engkau dalam keadaan suci.” (HR. Al Hakim dalam Al
Mustadroknya, beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

5. I’tikaf
Ini adalah pendapat mayoritas ulama dari madzhab Maliki, Syafii, dan Hambali. Sementara madzhab
Hanafi menyatakan bahwa i’tikaf wanita haid tidak sah, karena mereka mempersyaratkan orang yang
I’tikaf harus dalam keadaan puasa di siang harinya. Sementara wanita haid, tidak boleh puasa.

Pendapat yang berbeda dalam hal ini adalah madzhab Zahiriyah.

Pendapat yang lebih kuat dalam hal ini adalah pendapat mayoritas ulama bahwa wanita haid tidak
boleh melakukan I’tikaf. Dalilnya, firman Allah,

‫َارى َوأ َ ْنت ُ ْم الصَّالةَ ت َ ْق َربُوا ال آ َمنُوا الَّ ِذينَ أَيُّهَا يَا‬
َ ‫سك‬ُ ‫سبِيل عَابِ ِري إِ َّال ُجنُبا َوال تَقُولُونَ َما ت َ ْعلَ ُموا َحت َّى‬ ِ َ ‫ت َ ْغت‬
َ ‫سلُوا َحت َّى‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga
kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan
junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi…(QS. An-Nisa: 43).

6. hubungan intim

Allah Ta’ala berfirman,

‫سا َء فَا ْعت َ ِزلُوا‬ ِ ‫ا ْل َم ِح‬


َ ِ‫يض فِي الن‬
“Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari (hubungan intim dengan) wanita di waktu haid.”
(QS. Al Baqarah: 222).

Amalan yang boleh dilakukan atau dikerjaakan oleh wanita muslimah ketika haid adalah :

Selain enam jenis ibadah di atas, masih banyak amalan ibadah yang bisa dilakukan wanita haid.
Diantaranya,

Membaca Al-Quran

Membaca tanpa menyentuh lembaran mushaf. InsyaaAllah, ini pendapat yang lebih kuat. Penjelasan
selengkapnya bisa anda pelajari di: Hukum Wanita Haid Membaca Al-Quran.
Boleh menyentuh ponsel atau tablet yang ada konten Al-Qurannya. Karena benda semacam ini tidak
dihukumi Al-Quran. Sehingga, bagi wanita haid yang ingin tetap menjaga rutinitas membaca Al-Quran,
sementara dia tidak memiliki hafalan, bisa menggunakan bantuan alat, komputer, atau tablet atau
semacamnya.
Memberi Makan Orang yang Berpuasa

Jika tidak sedang berpuasa, pahala puasa insya Allah tetap bisa didapat dengan memberi makanan
berbuka pada orang yang berpuas

Berdzikir

Baik yang terkait waktu tertentu, misalnya doa setelah adzan, doa seusai makan, doa memakai baju
atau doa hendak masuk WC, dll.
Membaca dzikir mutlak sebanyak mungkin, seperti memperbanyak tasbih (subhanallah), tahlil (la ilaha
illallah), tahmid (alhamdulillah), dan zikir lainnya. Ulama sepakat wanita haid atau orang junub boleh
membaca dzikir. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 25881)
Belajar ilmu agama, seperti membaca membaca buku-buku islam. Sekalipun di sana ada kutipan ayat
Al-Quran, namun para ulama sepakat itu tidak dihukumi sebagaimana Al-Quran, sehingga boleh
disentuh.

Mendengarkan ceramah, bacaan Al-Quran atau semacamnya.

Bersedekah, infak, atau amal sosial keagamaan lainnya.

Berdoa

Berdoa juga termasuk ibadah, seperti sabda Nabi Muhammad S.A.W:

“Doa adalah ibadah.” (HR. Abu Daud no. 1264, At-Tirmizi no. 2895, dan Ibnu Majah no. 3818)

Do’a bisa apa saja, asalkan tidak mengandung dosa dan tidak pula memutus tali kekeluargaan. Sabda
Nabi Muhammad S.A.W:
“Tidaklah seorang muslim yang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa dan tidak untuk
memutus tali kekeluargaan, kecuali Allah akan memberinya tiga kemungkinan: Doanya akan segera
dikabulkan, atau akan ditunda sampai di akhirat, atau ia akan dijauhkan dari keburukan yang semisal.”
(HR. Ahmad no. 10709)

Menyampaikan kajian,

sekalipun harus mengutip ayat Al-Quran. Karena dalam kondisi ini, dia sedang berdalil dan bukan
membaca Al-Qur’an.

You might also like