Professional Documents
Culture Documents
KIMIA DASAR
Di Susun Oleh :
Kelompok 1
1. Achmad Pramulya
2. Ayu Agustina
3. Fani Maulida
4. Listia
5. Mena Puspita
6. Winy Syakila
7. Tita Thalia
8. Widiya Ningsih
DIKETAHUI ,
(............................) (.............................................)
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan hidayah sehingga
penulis dapat menyelesaikan buku laporan praktikum Kimia Dasar prodi Farmasi Universitas
Sains Cut Nyak Dhien. Selawat dan salam senantiasa penulis sanpakan kepada Rasulullah
SAW beserta sahabat dan keluarganya, berkat pengorbanan Kita merasakan ilmu
pengetahuan.
Buku laporan praktikun Kimia Dasar ini merupakan hasil laporan yang telah Kami
susun rapi. Prodi Farmasi Universitas Sains Cuy Nyak Dhien yang telah meolaksanakan
pratikum Kimia Dasar. Pembelajaran praktikum Kimia Dasar di Prodi Farmasi Unversitas
Sains Cut Nyak Dhien, sehingga penulis sangat terbuka untuk menerima masukan dari semua
pihak. Semoga hasil laporan Kami ini bermanfaat bagi Kita semua.
Aaamiiiiiiin ....
Kata Pengantar
Lembar pengesahan
Percobaan I : Pengamatan Sciantific
Percobaan II : Struktur Senyawa
Percobaan III: Volumetri: Titrasi Asam Basa
Percobaan IV: Kinemetika Kimia
Percobaan VI: Skala PH dan Penggunaan Indikator
Percobaan VII:Analisa Melalui Pengendapan
Percobaan X: Reaksi-Reaksi Kimia
LAPORAN PRAKTIKUM KE III
VOLUMETRI TITRASI ASAM BASA
Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi pengukuran
lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan –imertri. Kata metri berasal dari
bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O dalam hubungan mengukur
sama saja, yaitu dengan atau dari (with or off). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal
dari kata Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pngukuran
dengan asam (yang diukur dalam jumlah basa atau garam). (Harjadi, W. 1990)
Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan
asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan larutan
basa, atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dan basa tepat habis bereaksi).
Jika molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu
lagi dapat ditentukan. (Michael. 1997)
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik,
sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik
yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut
kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada ttik tengahnya merupakan titik ekuivalen.
(Michael. 1997)
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10. Demikian juga
titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah, jika penitrasian adalah basa
atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104 .pH berubah
secara drastis bila volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu
molekul ke molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai H30. Reaksi asam
basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan perubahan
warna indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur. (Khopkar, S.M. 1990)
Pada kedua jenis titrasi diatas, dipergunakan indikator yang sejenis yaitu fenoftalen
(PP) dan metil orange (MO). Hal tersebut dilakukan karena jika menggunakan indikator
yang lain, misalnya TB, MG atau yang lain, maka trayek pHnya sangat jauh dari ekuivalen.
(Harjadi, W. 1990)
Pada titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
(Susanti,1995)
1. Asidimetri. Titrasi ini menggunakan larutan standar asam yang digunakan untuk
menentukan basa. Asam yang biasa digunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam
borat.
2. Alkalimeri. Pada titrasi ini merupakan kebalikan dari asidi-alkalimetri karena larutan yang
digunakan untuk menentukan asam disini adalah basa.
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan jumlah
senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa organik dan
organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu terutama senyawa
organik tidak larut dalam air. Namun demikian umumnya senyawa organik dapat larut dalam
pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat ditentukan dengan titrasi asam basa
dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya
HCl, sedangkan untuk menentuan basa digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik
akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai
atau dengan bantuan peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer.
(Rivai, H, 1990)
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant
ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara
stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya
warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama
dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir
titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi
melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik
ekuivalen. (Esdi, 2011)
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-ekuivalen basa,
maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut (Esdi, 2011)
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume, maka
rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada
asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa).
BAB III
METODOLOGI
- Corong kaca
Mencuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisasi dan membilas dengan
5 mL larutan NaOH. Memutar kran buret untuk mengeluarkan cairan yang tersisa dalam
buret, selanjutnya mengisi buret dengan 5 mL NaOH untuk membasahi dinding buret.
Kemudian larutan dikeluarkan lagi dari buret. Larutan NaOH dimasukkan lagi ke dalam
buret sampai skala tertentu. Mencatat kedudukan volume awal NaOH dalam buret.
Proses standarisasi :
- Mencuci 3 Erlenmeyer, pipet 10 mL larutan HCl 0,1 M dan memasukkan ke dalam setiap
Erlenmeyer
- Mengalirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk
warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlenmeyer digoyang.
HASIL PENGAMATAN
Ulangan Rata-
No Prosedur
I II III rata
Ulangan
No Prosedur Rata-rata
I II III
Ulangan II V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 21 . M2
1 = 21 . M2
M2 = 1 = 0,047 M
21
Ulangan III V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 18,6 . M2
1 = 18,6 . M2
M2 = 1 = 0,053 M
18,6
Rata-rata : V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 19,8 . M2
1 = 19,8 . M2
M2 = 1 = 0,050 M
19,8
Rata-rata : V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 25,3 . M2
M2 = 1 = 0,039
25,3
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan standarisasi NaOH 0,1 M dengan larutan asam oksalat dilakukan
dalam tiga kali ulangan dengan proses :
Ulangan pertama, mengukur volume asam oksalat sebanyak 10 mL dengan
menggunakan gelas ukur 10 mL. Kemudian larutan asam oksalat yang sudah diukur dalam
gelas ukur sebanyak 10 mL tersebut dituangkan ke dalam Erlenmeyer dan ditetesi dengan
indikator penolphetalein sebanyak 3 tetes. Setelah itu larutan asam oksalat diletakkan
dibawah buret dan ditetesi dengan larutan NaOH yang ada didalam buret setetes demi setetes,
erlemeyer sambil di goyang-goyang hingga larutan asam oksalat yang semula bening
berubah menjadi pink atau ungu. Apabila larutan asam oksalat sudah berubah warna menjadi
pink atau ungu, maka cepat tutup kran pada buret supaya larutan dalam buret tidak keluar
lagi. Langkah selanjutnya menghitung banyaknya volume NaOH yang terpakai. Pada
ulangan I didapatkan volume NaOH terpakai sebanyak 19,8 mL, catat pada tabel laporan
sementara dibagian Ulangan I. Kemudian hitung Molaritas NaOH sebagai berikut :
V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 19,8 . M2
1 = 19,8 . M2
M2 = 1 = 0,050 M
19,8
Berikutnya ialah mengulangi langkah-langkah diatas sebanyak dua kali, hingga didapatkan
pada ulangan II volume NaOH terpakai sebanyak 21 mL
V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 21 . M2
1 = 21 . M2
M2 = 1/21 = 0,047 M
pada ulangan III didapatkan volume NaOH terpakai sebanyak 18,6 mL
V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 18,6 . M2
1 = 18,6 . M2
M2 = 1 = 0,053 M
18,6
Sehingga dapat kita cari rata-rata volume NaOH terpakai dengan cara :
19,8 mL + 21 mL + 18,6 mL = 19,8 mL
3
Rata-rata Molaritas (M) NaOH adalah :
V1 . M1 = V2 . M2
10 . 0,1 = 19,8 . M2
1 = 19,8 . M2
M2 = 1 = 0,050 M
19,8
Percobaan yang kedua ialah standarisasi HCl dengan larutan HCl yang juga dilakukan
dengan tiga kali pengulangan, yang akan dibahas sebagai berikut :
Mula-mula kita cuci gelas ukur yang telah kita pakai untuk mengukur volume asam
oksalat tadi dengan air bersih. Kemudian ukur volume larutan HCl dengan menggunakan
gelas ukur 10 mL sebanyak 10 mL dan tuangkan ke Erlenmeyer. Kemudian tetesi larutan
HCl dengan indikator penolphetalein sebanyak 3 tetes menggunakan pipet tetes. Lalu
letakkan erlenmeyer tadi dibawah buret yang berisi larutan NaOH dan tetesi sedikit demi
sedikit sambil erlenmeyer digoyang-goyang. Lakukan hingga larutan HCl yang mulanya
benih hingga berubah menjadi pink/ungu. Apabila larutan HCl sudah berubah warna menjadi
pink/ungu, maka cepat-cepat tutup kran pada buret untuk menghindari larutan NaOH
menetes kembali, lalu didapatkan volume NaOH terpakai sebanyak 25,4 mL. Kemudian
mengulangi pada percobaan tadi sebanyak dua kali hingga didapatkan hasil pada ulangan II
volume NaOH terpakai sebanyak 27 mL dan pada ulangan III didapatkan volume NaOH
terpakai sebanyak 23,5 mL. Kemudian menghitung rata-rata volume NaOH terpakai yaitu :
6.1 Kesimpulan
Perhitungan pH dalam melakukan praktikum dapat ditentukan dengan mencari
volume rata-rata dari larutan NaOH yang digunakan untuk menaikkan kadar atau konsentrasi
HCL.
Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 3 tetes indikator berubah
warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOH yang digunakan akan mempengaruhi
hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus sangat berhati-hati melakukan praktikum
ini. Setelah volume NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung.
6.2 Saran
Dalam melakukan praktikum, sebaiknya harus berhati-hati dalam menggunakan
larutan-larutan yang ada di laboratorium dan dalam melakukan praktikum kali ini kita juga
harus memperhatikan ketelitian dalam mengukur volume larutan basa (NaOH), karena
volume larutan NaOH sangat mempengaruhi hasil konsentrasi HCl.
PERCOBAAN IV
KINETIKA KIMIA
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui reaksi kimia memiliki kecepatan yang berbeda – beda. Ada
reaksi yang berlangsung nya secara cepat seperti mercon yang meledak, ada pula reaksi yang
berlangsungnya sangat lambat seperting pengkaratan besi.
Kinetika kimia menggambarkan “studi” secara kuantitatif tentang perubahan – perubahan
kadar waktu terhadap waktu oleh reaksi kimia. Kecepatan reaksi ditentukan oleh kecepatan
terbentuknya zat hasil dan kecepatan pengurangan reaktan. Tetapan kecepatan atau laju (k)
adalah faktor pembanding yang menunjukan hubungan antara kecepatan reaksi dengan
konsentrasi reaktan.
Pada percobaan kinetika kimia ini kita akan mengamati orde reaksi dalam reaksi
Na2S2O3 + Asam hidroksida, orde reaksi dalam reaksi antara Mg + HCl, serta pengaruh suhu
terhadap laju reaksi. Informasi yang di dapat dari kinetika kimia digunakan untuk
meramalkan secara rinci mekanisme suatu reaksi yang ditempuh pereaksi untuk menentukan
hasil reaksi tertentu. Kinetika kimia juga memberikan informasi untuk mengendalikan laju
reaksi. Untuk itu kita akan melakuakn percobaan ini untuk mendapat informasi tertentu.
Jawab:
- Orde reaksi terhadap [SO2]
,m=1
- =
-
- ,n=1
Bidang kimia yang mengkaji kecepatan atau laju terjadinya reaksi kimia dinamakan
kinetika kimia ( chemical kinetics) kinetika merujuk pada laj reaksi (reaction rate) yaitu
perubahan konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu (M/s). Setiap reaksi dapat
dinyatakan dengan persamaan umum reaktan à produk. Persamaan reaksi memberitahukan
bahwa,selama berlangsung suatu reaksi, molekul reaktan bereaksi dengan cara memantau
menurunnya konsentrasi :
Misalkan A à B
Secaara umum, akan lebih mudah apabila kita menyatakan laju dalam perubahan
konsentrasi terhadap waktu, untuk reaksi diatas:
Laju =
Laju = k [A]
Reaksi orde kedua ialah reaksi yang lajunya bergantung pada konsentrasi salah satu
reaktan dipangkatkan dua pada konsentrasi dua reaktan berbeda yang masing masing
dipangkatkan 1 .
Laju = k [A]2
Satuan: K=
Faktor – Faktor yang memepengaruhi laju reaksi:
a. Konsentrasi
Makin besar konsentrasi, makin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makin besar
kemungkinan terjadinya tumbukan, dengan demikian makin besar pula kemungkinan
terjadinya reaksi.
b. Luas permukaan zat
Reaksi hanya berlangsung pada bidang batas campuran inilah yang disebut bidang sentuh.
Dengan memeperbesar luas bidang sentuh, reaksi akan berlangsung lebih cepat.
c. Suhu
Pada suhu tinggi, energy molekul – molekun bertambah sehingga laj molekul bertambah
dengan demikian laju molekul juga bertambah.
d. Katalis
Katalis Homogen : yaitu katalis yang satu fase dengan zat yang dikatalis
Katalis Heterogen: yaitu katalis yang tidak satu fase dengan zat – zat yang
bereaksi(Tamrin.2007:76-77)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
PROSEDUR KERJA 3
1. Sediaakan 3 elemeyer 125 ml masing – masing diisi asam oksalat 0,1 N
2. Pada elemeyer pertama tambahkan 2 ml , elemeyer kedua tambahkan 3 ml dan
elemeyer ketiga tambahkan 4 ml asam sulfat 6 N
3. Setiap elemeyer ditambahkan KMnO4
4. Perhatikan perubahan warna yang terjadi dan catat waktu saat perubahan KMnO4
sampai terjadi perubahan.
HASIL
- Pada elemeyer pertama terjadi perubahan warna kuning dengan waktu sekitar 12
menit 37 detik
- Pada elemeyer kedua terjadi peruabahan warna kuning dengan waktu sekitar 15
menit 10 detik
- Pada elemeyer kedua terjadi peruabahan warna kuning dengan waktu sekitar 22
menit 16 detik
PERCOBAAN VI
SKALA pH DAN PENGGUNAAN INDIKATOR
BAB I
PENDAHULUAN
Senyawa kimia yang paling sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah asam
basa, misalnya asam,salah satunya asam nitrat terkandung di dalam jeruk dan asam cuka.
Dan basa biasanya terkandung di dalam sabun. Zat-zat yang berasa asam biasanya
mengandung asam, dan zat-zat yang berasa licin dan pahit biasanya mengandung basa.
Suatu larutan dapat dibedakan menjadi 3 golongan yaitu : larutan asam, larutan basa, dan
larutan netral. Golongan larutan dapat kita ketahui dengan menggunakan indikator asam-
basa, yaitu zat-zat warna yang akan menghasilkan warna-warna berbeda dalam larutan asam
maupun larutan basa. Dengan adanya indikator kita dapat menentukan kekuatan asam
maupun kekuatan basa dalam suatu zat. Kuat atau lemahnya suatu asam maupun suatu basa
dapat dinyatakan dalam pH. Zat-zat yang memiliki pH di bawah 7 memiliki sifat asam, zat-
zat yang memiliki pH di atas 7 memiliki sifat basa, sdangkan zat yang memiliki pH 7
merupakan larutan netral.pada basa, misalnya sabun akan terasa licin dan dapat
membersihkan kulit, namun jika kita gunakan Natrium Hidroksida untuk membersihkan
kulit, maka kulit akan terasa pedih, padahal sabun maupun Natrium hidroksida merupakan
larutan yang memiliki sifat basa. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kadar basa ang
terkandung di dalan kedua zat tersebut. Begitu pun dengan asam, jika asam yang terkandung
di dalam jeruk maupun cuka dapat kita rasakan dengan memakannya, namun jika asam yang
sering kita gunakan untuk melakukan praktikum di laboratorium. Jangankn untuk
memakannya, menyentuhnya saja maka tangan kita akan gatal-gatal dan melepuh.
Untuk itu pada praktikum kali ini kita dapat melakukan percobaan untuk mengetahui
kebenaran dari teori tentang asam maupun tentang basa, dan kita juga dapat mencoba
mengukur kekuatan asam maupun kekuatan basa suatu zat menggunakan indikator. Dan kita
juga akan mencoba mengukur menggunakan pH meter.
1). Fenolftalen adalah salah satu indikator yang lazim, bagaimana warnanya dalam larutan
asam? Dalam larutan basa?
= Dalam larutan asam → tidak berwarna
Dalam larutan basa → berwarna merah
2). Apa yang di maksud dengan pH? Berapa pH larutan netral?
= pH yaitu sama dengan logaritma dalam konsentrasi ion hidrogen dengan di beri tanda
negatif
pH larutan netral adalah 7.
3). Apabila 0,01 mol HCl ada dalam 10 lt larutan,berapa molaritasnya, berapa konsentrasi
H+ dan berapa pHnya?
= molar HCl = = = 10-3 M
HCl H+ + Cl-
10-3 10-3 10-3
+
pH = -log [H ]
= -log [10-3]
= 3
4). Bagaimana hubungan antara H+ dengan OH- dalam larutan air jika [H+] = 10-1 M ?
= H+ + OH- H2O
Kw = [H+] [OH-]
[OH-] =
= = 10-10 M
BAB II
LANDASAN TEORI
Konsentrasi ion Hidrogen dan ion Hidroksida dalam larutan sangat menarik untuk di kaji
lebih jauh, konsentrasi keduanya biasanya sangat kecil sehingga untuk mempermudah
hitungan digunakan notasi ilmiah.ungkapan yang digunakan pH dan POH didefinisikan
sebagai negatif logaritmakonsentrasi molar ion hidrogen dan ion hidroksida. Dalam bentuk
persamaan matematis di tulis sebagai berikut :
pH = - log [H+] = log
POH = - log [OH-] = log
Lambang pH dambil dari bahasa prancis yaitu “pouvair hidrogane” artinya “ kekuatan
hidrogen” menuju eksponsial. Dalam larutan netral atau air murni pH = POH = 7,00 , jika
pH<7 artimya larutan bersifat asam, dan jika pH>7 artinya larutan bersifat basa. Kegunaan
praktis dari pH adalah untuk menunjukkan keasaman dan kebasaan suatu larutan. Nilai pH
suatu larutan dapat diukur secara akurat menggunakan pH meter. Instrumen initerdiri dari
elektroda yang dibuat dari bahan khusus dan dicelupkan ke dalam larutan yang akan di ukur.
Suatu potensial yang bergantung pada nlai pH dibangkitkan diantara elektroda-elektroda dan
dibaca pada meter yang telah dikalibrasi langsung kedalam satuan pH. Walawpun tidak
begitu tepat, indikator asam basa sering dgunakan untuk mengukur pH, sebab indikator
tersebut biasanya berubah warna dalam rentang nilai pH tertentu (sunarya : 2002 : 89-90).
Indikator asam basa biasanya dibuat dalam bentuk larutan. Dalam titrasi asam basa,
sejumlah kecil larutan indikator ditanbahkan kedalam larutan yang ditritasi dalam bentuk lain
kemudian dikeringkan. Jika kertas ini dibasahi dengan larutan yang sedang diuji, terjadi
warna yang dapat digunakan sebagai penentu pH larutan. Kertas ini disebut kertas pH.
Indikator asam basa umumnya digunakan jika penentuan pH yang diteliti tidak terlalu
dipikirkan.Namun pengukuran pH yang paling tepat dilakukan adalah dengan alat ukur yang
disebut pH meter (Petrucci.1987 : 309).
Menurut (Sukardjo. 2009 :179) Untuk mengetahui sifat asam atau basa suatu zat tidak
dapat dilkukan langsung dengan mencicipi atau memegangnya. Mencicipi atau memegang
zat secara langsung sangat bebahaya. Contohnya asam sulfat H2SO4, yang dalam kehidupan
sehari-hari digunakan sebagai accu zuur (air aki). Bila tangan atau kulit terkena asam sulfat,
akan melepuh seperti luka bakar dan bila mata terkena asam sulfat akan buta. Cara yang tepat
untuk menentukan sifat asam atau basa suatu zat adalah dengan menggunakan zat petunuk
yang disebut indikator. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berbeda warna jika berada
dalam lingkungan asam atau lingkungan basa.
Jika ion yang berasal dari senyawa sedikit larutan dapat memasuki reaksi asam basa
dengan H3O+ atau –OH, maka kelarutan senyawa akan dipengaruhi oleh pH. Contoh
:Mg(OH)2. Ion OH- yang diturunkan dari kesetimbangan kelarutan dapat bereaksi dengan
H3O+ membentuk H2O.
Mg(OH)2 Mg2+ + 2-OH Ksp = 1,8.10-11
- +
OH H3O (aq) H2O
• Alat Praktikum
· Tabung reaksi
· Pipet tetes
· pH meter
· bunsen
· penangas air
· label
• Bahan Praktikum
· HCl 0,01 M
· Air suling
· Air mendidih
· NaOH 0,01 M
· Indikator (metil jingga, metil merah, fenolftalen, alizarin kuning, brontimol biru )
· Larutan cuka
· Sari buah jeruk ( pulpy )
· Minuman berkarbonat
· Shampoo
· Detergen cair
· Amonia untu keperluan rumah tangga
· Tablet aspirin
pH ( standar) Indicator
Pada praktikum kali ini kita melakukan beberapa percobaan yaitu membuat larotan
dengan pH 2-6, larutan pH 7, larutan pH 8-12, dan mengidentifikasikan sifat larutan dan
pH_nya dari berbagai zat.
Daerah asam pH 2-6
Pada percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan larutan yang memiliki pH 2-6,
larutan dengan pH 2 dapat kita dapatkan dari larutan HCl 0,01 M, sedangkan untuk
mendapatkan larutan yang memiliki pH 3-6 dapat kita peroleh dengan melakukan
pengenceran larutanHCl 0,01 M dengan air suling yang telah didihkan. Tujuan dari air suling
didihkan adalah untuk menghilangkan unsur CO2. Hasil dari pengenceran larutan HCl 0,01
M sebanyak 1 ml dengan air suling yang telah didhkan sebanyak 9 ml didapatkan larutan
yang memiliki pH 3. Dan untuk mendapatkan larutan pH 4 dilakukan pengenceran pada
larutan br pH 3 dengan perbandingan volume yang sama. Dan begitupun seterusnyauntuk
mendapatkan larutan dengan pH 5 dan 6. Setelah didapatkan larutan yang memiliki pH 2-6,
larutan tersebut disimpan hingga kita selesai membuat larutan pH 7-12. Kemudian dilakukan
pengujian menggunakan indikator.
Daerah netral pH 7
Pada percobaan ini untuk mendapatkan larutan dengan pH 7 cukup menggunakan air
sulung yang telah di panaskan karena air murni hanya mengion 0,000001 %. Pada air murni
diperoleh [H+] atau [OH-] maisng-masing 1 10-7 M, sehingga pH air yang didapatkan adalah
7.
Daerah basa pH8-12
Percobaan ini dilakukan sama seperti percobaan A yaitu dengan cara pengenceran
menggunakan air suling yang telah dipanaskan. Pada percobaan ini dimulai dari
mengencerkan larutan NaOH 0,01 M, karena larutan NaOH 0.01 M telah memiliki pH 12.
Untuk mendapatkan larutan ber-pH 11 dilakukan pengenceran larutan pH 12 1ml dengan air
suling yang telah dididihkan dengan volume 9 ml. Dan lakukan cara yang sama untuk
mendapatkan larutan dengan pH 10-8. Setelah didapatkan semua larutan dari yang memiliki
pH 2 sampai pH 12,kemudian ditetesi dengan 5 indikator ( metil merah, metil jingga,
penoftalen, brontimol biru, alizarin kuning) untuk mendapatkan adanya perubahan warna.
Dari perubahan warna yang di peroleh ada beberapa larutan yang jika ditetesi menghasilkan
warna yang tidak sesuai dengan ndikator seperti indikator penolftalen yang ditetesi pada
larutan dengan pH 11 dan pH 12 menghasilkan warna ungu begitupun dengan indikator
brontimol biru yang ditetesi pada larutan dengan pH 10 menghasilkan warna hijau,
sedangkan indikator tersebut tidak menghasilkan warna yang dtimbulkan. Hal tersebut
dikarenakan ketidak jelian praktikan dalam melihat perubahan warna yang ditimbulkan.
5.1 KESIMPULAN
B. Ph larutan dapat ditentukan dengan berbagai indicator. Jika senyawa asam, sebaiknya
menggunakan indicator MO , BTB , MM , karena trayek phnya dibawah 7. Jika larutan basa
gunakan PP dan alizarin kuning, karena trayek ph-nya diatas 7
Macam-macam endapan :
1. Endapan koloid AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(AQ) NaCl akan
mengendapkan reagent: AgCl pembentukan endapan koloid (amorf).
2. Endapan kristal: Endapan tipe ini lebih mudah dikerjakan karen mudah disaring dan
dibersihkan. Endapan yang dibawa oleh pengotor (Co precipitation). Sumber-sumber Co
prepicitation:1) absorbi permukaan, 2) pembentukan campuran kistal, 30 mekanika.
3. Endapan homogen (homogenous precipitatoin): Endapan homogen adalah cara
pembentukan endapan dengan menambahkan bahan pengandap.
Contoh: homogenos prepicitation tidak digunakan etil oksalat (C2H5O)C2O yang tidak
dapat mengion menjadi C2O42- tetapi harus terhidrolisa sbb: (C2H5O)2C2O4 + 2H2O
2C2H5OH + H2C2O4.
Untuk analisa anion kation Al dan Fe dipisahkan dari yang lain. Pemisahan ini
menuntut pengaturan PH yang cermat, dan diusahakan PH antara 6,0 dan 6,5. Kalau PH
kurang, maka Al dan Fe sukar atau tidak mengendap. Kalau PH terlalu tinggi mungkin akan
mengendap, pemisahan ini disebut pemisahan asetat (Harjadi, 1986).
Untuk analisa kation, bila bahan padat dilarutkan lebih dahulu, namun bila suatu
berupa cairan atau larutan langsung digunakan. Pada umumnya semua kombinasi anion-
kation dapat larut dalam air atau HCl tapi ada juga yang tidak larut, oleh karena itu pelarut
yang biasa dipakai adalah air dan HCl encer (Anonim, 2006).
Perbedaan antara larutan dengan dispersi koloidal terutama terletak pada ukuran
partikelnya. Diameter dari ion dan molekul adalah antara 0,5-2,5 A. Partikel dengan ukuran
sekecil ini tidak dapat dilihat pada mikroskop biasa maupun mikroskop elektron. Larutan
merupakan campuran sempurna yang stabil dari partikel-partikel (atom, ion, dan molekul)
(Anwar, 1981).
Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia analisis dalam
titrasi-titrasi, dalam penetapan gravimetri, dan dalam memisahkan suatu sampel menjadi
komponen-komponennya. Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk
mencari susunanpersenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel. Suatu
senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation. Analisa anion dan kation bertujuan untuk
menganalisa adanya ion dalam sample (Underwood, 1986).
Analisa Anion dominan menggunakan cara yang lebih mudah dibanding analisa
terhadap kation dan berlangsungnya juga sangat singkat sehingga kita dapat secara cepat
mendapatkan hasil percobaan. Analisa anion - kation dapat juga digunakan dalam berbagai
bidang kehidupan, seperti dalam pemeriksaan darah, urine, dan sebagainya.
Analisa kualitatif atau disebut juga analisa jenis adalah untuk menentukan macam
atau jenis zat atau komponen-komponen bahan yang dianalisa. Dalam melakukan analisa kita
mempergunanakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya
(Kastowo, 1999).
V. Alat dan Bahan
1. Beaker glass
2. Timbangan
3. Kertas saring
4. Pemanas
5. Pipet tetes
6. Spatula
7. Kaki tiga
8. Erlenmeyer
9. Tabung reaksi
Bahan
1. Aquadest
2. BaCl2
3. HCl
4. H2SO4
5. CH3COOH
6. K2CrO4
VI .PROSEDUR KERJA
B. Uji kelarutan
1. Masukkan endapan kedalam 3 tabung reaksi.
2. Tabung pertama tambahkan aquadest, tabung kedua tambahkan HCl 6 m dan
tabung ketiga tambahkan H2SO4 6 m
NO PERLAKUAN PENGAMATAN
1. 1 gram BaCl2 masukkan kedalam baker Serbuk BaCl2
glass
IX. KESIMPULAN
A. Dasar Teori
Adsorbsi adalah suatu peristiwa penyerapan pada permukaan adsorbe. Misalnya zat
padat akan menarik molekul-molekul gas atau zat cair pada permukaannya. Hal ini
disebabkan karena zat padat yang terdiri dari molekul-molekul tarik menarik dengan gaya
Van der Waals. Jika ditinjau satu molekul, maka molekul ini akan dikelilingi molekul lain
yang mempunyai gaya tarik yang seimbang. Untuk molekul, gaya tari dipermukaannya tidak
seimbang karena salah satu arah tidak ada molekul lain yang menarik, akibatnya pada
permukaan itu akan mempunyai gaya tarik kecil. Adsorbsi dipengaruhi oleh macam zat yang
diadsorpsi, konsentrasi adsorben dan zat yang diadsorpsi, luas permukaan, suhu, dan tekanan.
Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ;
1. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu
proses bolak – balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar
daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan
diadsorbsi pada permukaan adsorben.
2. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorbsi. Adsorbsi menggunakan istilah adsorbant dan adsorbent, dimana adsorbent adalah
merupakan suatu penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon, sedangkan adsorbant
adalah merupakan suatu media yang diserap. Pada air buangan proses adsorbsi adalah
merupakan gabungan antara adsorbsi secara fisika dan kimia yang sulit dibedakan, namun
tidak akan mempengaruhi analisa pada proses adsorbsi. Absorbsi adalah proses adhesi yang
terjadi pada permukaan suatu zat padat atau cair yang berkontak dengan media lainnya,
sehingga menghasilkan akumulasi atau bertambahnya konsentrasi molekul – molekul.
Untuk menentukan n dan k dengan membuat grafik log (X/m) versus log C. sebagai
garis lurus, slopenya adalah n dan intersepnya adalah log k, sehingga harga k dapat
ditentukan. Menurut persamaan Langmuir (adsorpsi Isoterm Langmuir) dengan notasi sama,
hanya bentuk tetapannya yang berbeda.
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorben
dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik
atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat
atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang
mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya
adsorpsi.
Secara umum analisis kinetika adsorpsi terbagi atas tiga bagian yaitu orde satu, orde
dua dan orde tiga. Peristiwa kinetika adsorpsi dapat dipelajari hubungan konsentrasi spesies
terhadap perubahan waktu. Kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam asetat dapat
ditentukan dengan mengukur perubahan konsentrasi asam asetat sebagai fungsi waktu dan
menganalisisnya dengan analisis harga k (konstanta kesetimbangan adsorpsi) atau dengan
grafik. Ketiga analisis kinetika adsorpsi tersebut adalah:
Orde satu
ln C = – kt + ln Co
Dari persamaan tersebut, diperoleh grafik hubungan antara ln C dengan t, yang merupakan
garis lurus dengan slope k dan intersep ln Co.
Orde dua
=kt
Dari persamaan diatas diperoleh grafik hubungan antara 1/C dengan t, yang merupakan garis
lurus dengan slope k dan intersep 1/Co.
Orde tiga
= kt
Dari persamaan diatas, maka grafik hubungan antara 1/C2 dengan t, yang merupakan garis
lurus dengan slope 2 k dan intersep 1/Co2 (Tony, 1987).
B. Alat dan Bahan
• Alat
1. Buret 50 mL
3. Corong gelas
4. Pipet volum 25 mL
5. Gelas ukur 25 mL
7. Botol semprot
8. Spatula
9. Gelas kimia 50 mL
• Bahan
5. Aquades
6. Indikator PP
C. Prosedur Kerja
- Penentuan konsentrasi asam asetat dan asam sulfat
setelah adsorbsi
1. Gram arang aktif masukkan kedalam masing-masing erlenmeyer
yang telah berisi asam asetat 0,1N; 0,2N; 0,4N; 0,6N.
2. Didiamkan kurang lebih 2 menit, kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring
3. 10 ml filtrat masukkan ke dalam erlenmeyer dan tambahkan 3 tetes
indikator pp, kemudian titrasi dengan menggunakan NaOH 0,1
4. Catat volume NaOH dan tentukan konsentrasi akhir asam asetat dan
tentukan jumlah zat yang teradsorpsi.
- Penentuan konsentrasi sampel
1. 1 gram arang aktif masukkan ke dalam masing-masing erlenmeyer
yang telah berisi sampel.
2. Didiamkan kurang lebih 2 menit, kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring.
3. 10 ml filtrat masukkan ke dalam erlenmeyer dan tambahkan 3 tetes
indikator pp, kemudian titrasi dengan menggunakan NaOH 0,1N.
4. Catat volume NaOH dan tentukan konsentrasi akhir asam asetat dan
tentukan jumlah zat yang teradsorpsi.
D. Hasil Pengamatan
KonsentrasiAsetat(N) VolumeNaOH(mL)
1,0N± 30,55
0,8N± 26,00
0,6N± 18,00
N0,4± 9,10
N0,2± 5,15
E. Pembahasan
Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan pada permukaan suatu adsorben. Dalam
percobaan ini, adsorben (zat penyerap) yang digunakan adalah karbon aktif, dan adsorbatnya (zat
yang diserap) adalah asam asetat. Adsorpsi oleh karbon aktif ini termasuk contoh adsorpsi fisika
yang terjadi karena adanya gaya Van der Walls. Untuk mengetahui proses adsorpsi yang terjadi
dilakukan metode titrasi agar dapat diketahui seberapa banyak kandungan asam asetat sebelum
dan sesudah adsorpsi. Jika ada pengurangan larutan titran (NaOH) berarti terjadi proses adsorpsi.
Sebelum melakukan percobaan, alat harus dicuci bersih. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terkontaminasinya bahan-bahan atau larutan yang digunakan untuk percobaan, terutama
pencucian buret, buret dicuci dengan aquadest kemudian dibilas dengan NaOH
Perlakuan pertama yaitu dengan membedakan konsentrasi larutan asam asetat yaitu 1,0
N; 0,8 N; 0,6 N; 0,4 N; 0,2 N. Setelah dititrasi, hasilnya menunjukkan bahwa semakin
kecilnormalitas asam asetat, semakin sedikit pula larutan NaOH yang dibutuhkan untuk
mencapai kesetimbangan. Untuk titrasi asam asetat setelah diadsorpsi, larutan NaOH yang
dibutuhkan jauh lebih sedikti. hal ini disebabkan oleh adanya penyerapan dari karbon aktif
terhadap asam asetat sehingga kandungan asam asetat dalam larutan berkurang dan naOH yang
dibutuhkan untuk titrasinya juga berkurang.
Pada percobaan ini dipilih karbon aktif/arang aktif sebagai pengadsorpsi karena karbon
aktif memiliki struktur berpori dan luas permukaan yang besar sehingga efektif untuk melakukan
penyerapan. Jika dihubungkan dengan luas permukaan , semakin luas permukaan karbon
aktifnya maka semakin banyak substansi asam asetat yang melekat di permukaan karbon aktif
tersebut. Karbon akttif yang digunakan dalam bentuk serbuk, serbuk memiliki luas permukaan
lebih besar daripada bongkahan atau batangan. Tetapi jika ditinjau dari jenis adsorbat, asam
asetat memiliki polaritas yang rendah sehingga kemampuan adsorbsi molekulnya lebih rendah
dibandingkan dengan larutan yang memiliki polaritas yangtinggi.
F. Kesimpulan
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum : a. Untuk mengenal berbagai pengamatan scientific dari reaksi
kimia.
b. Untuk menentukan stoikiometri reaksi.
2. Waktu Praktikum : Senin, 10 November 2014
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Umum, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Definisi Bronsted-Lowry. Asam adalah zat yang menyediakan proton, dan basa
penerima proton. Jadi dalam air, setiap zat yang meninggikan konsentrasi proton
terhidrasi (H3O+) yang disebabkan oleh otodisosiasi air adalah asam, dan setiap zat yang
menurunkan konsentrasi tersebut adalah basa, karena itu ion tersebut bergabung dengan
proton mengurangi konsentrasi H3O+. Namun zat lain seperti sulfida, oksida, atau anion
asam lemah (missal F-, CN-) juga basa (Cotton, 2013: 193).
Beberapa pereaksi dan hasil reaksi dapat berada dalam bentuk larutan (solurion)
sesungguhnya ditentukan oleh komponen-komponennya, yaitu pelarut (solvent):
merupakan substansi yang melarutkan zat. Komponen ini menentukan wujud larutan
sebagai gas, padatan, atau sebagai cairan. Zat terlarut (solute): merupakan substansi yang
terlarut dalam solvent. Misalnya bila tertulis: NaCl (aqueous) maka artinya NaCl sebagai
solute dan aqua atau H2O sebagai solvent (Barsasella, 2013: 55).
Beberapa pereaksi dan/atau hasil reaksi dapat berada dalam bentuk larutan.
Seperti telah disimak pada Bab 1, satu komponen yang menentukan keadaan larutan
apakah sebagai padatan, cairan, atau gas disebut pelarut (solvent), dan komponen lainnya
disebut zat terlarut (solute). Lambang NaCl(aq) misalnya, menunjukkan bahwa air sebagai
pelarut dan natrium klorida sebagai zat terlarut. Jumlah zat terlarut yang dapat dilarutkan
dalam suatu pelarut sangat beragam.Itulah sebabnya, perlu mengetahui komposisi atau
konsentrasi yang tepat dari suatu larutan jika harus berhubungan dengan perhitungan
stoikiometri dalam larutan (Sunarya, 2012: 91).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
Bunsen
Tabung reaksi
Korek
Spatula
Pipet tetes
Gelas ukur
Baker glass
Botol aquadest
2. Bahan-bahan Praktikum
Larutan AgNO3 0,01M
Serbuk Cu
Larutan HCL 0,01M
Serbuk Mg
Larutan Hg(NO3)2 0,01M
Larutan Al(NO3)2 0,01M
Larutan Kl 0,01M
Larutan Na3PO4 0,01M
D. PROSEDUR KERJA
1. Kalor panas
- 60 ml etanol masukkan kedalam baker glass
- Tambahkan 40 m aqua dest
- Amati perubahan yang terjadi
2. Busa hitam
- Masukkan sukrosa kedalam baker glass
- Teteskan beberapa asam sulfat
- Amati perubahan yang terjadi
Pengamatan dari reaksi kimia disebut juga perubahan kimia. Reaksi merupakan salah satu
cara untuk mengetahui sifat-sifat kimia dari satu atau berbagai jenis zat. Ada beberapa hal yang
menandai terjadinya reaksi kimia, diantaranya terjadi perubahan warna, bau, suhu, timbulnya
gas, dan endapan.Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung lambat.
Pengamatan dari reaksi kimia dapat digambarkan dengan lambang pada suatu persamaan
kimia, dengan rumus reaktan di kiri dan rumus produk di kanan; reaktan dan produk dipisahkan
dengan tanda panah.Persamaan ini harus setara.Persamaan yang setara mencerminkan hubungan
kuantitatif yang benar antara reaktan dan produk. Suatu persamaan disetarakan dengan
menempatkan koefisien stoikiometri di depan rumus untuk menandakan bahwa jumlah total
setiap jenis atom sama di kedua sisi.
G. KESIMPULAN
Pengamatan scientific dari reaksi kimia adalah suatu perubahan dari suatu senyawa atau
molekul menjadi senyawa lain atau molekul lain. Diantaranya yaitu reaksi reaksi pengendapan,
perubahan suhu, perubahan warna, pembentukan gas. Dan yang dapat diperoleh yaitu
mengetahui indikasi-indikasi terjadinya reaksinya kimia atau perubahan kimia atau perubahan
antara zat-zat asal (reaktan) dengan hasil (produk)nya, mengetahui bahwa 1 mol/ml itu dua puluh
tetes kurang lebih dan mengetahui penyebab reaksi yang menghasilkan warna, perubahan suhu
maupun reaksi endapan.
PERCOBAAN X
REAKSI-REAKSI KIMIA
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
4. Tujuan Praktikum : a. Untuk mengenal berbagai reaksi kimia.
b. Untuk menentukan stoikiometri reaksi.
5. Waktu Praktikum : Senin, 10 November 2014
6. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Umum, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Definisi Bronsted-Lowry. Asam adalah zat yang menyediakan proton, dan basa
penerima proton. Jadi dalam air, setiap zat yang meninggikan konsentrasi proton
terhidrasi (H3O+) yang disebabkan oleh otodisosiasi air adalah asam, dan setiap zat yang
menurunkan konsentrasi tersebut adalah basa, karena itu ion tersebut bergabung dengan
proton mengurangi konsentrasi H3O+. Namun zat lain seperti sulfida, oksida, atau anion
asam lemah (missal F-, CN-) juga basa (Cotton, 2013: 193).
Beberapa pereaksi dan/atau hasil reaksi dapat berada dalam bentuk larutan.
Seperti telah disimak pada Bab 1, satu komponen yang menentukan keadaan larutan
apakah sebagai padatan, cairan, atau gas disebut pelarut (solvent), dan komponen lainnya
disebut zat terlarut (solute). Lambang NaCl(aq) misalnya, menunjukkan bahwa air sebagai
pelarut dan natrium klorida sebagai zat terlarut. Jumlah zat terlarut yang dapat dilarutkan
dalam suatu pelarut sangat beragam.Itulah sebabnya, perlu mengetahui komposisi atau
konsentrasi yang tepat dari suatu larutan jika harus berhubungan dengan perhitungan
stoikiometri dalam larutan (Sunarya, 2012: 91).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
- Alat-alat Praktikum
Bunsen
Tabung reaksi
Korek
Spatula
Pipet tetes
Gelas ukur
Baker glass
Botol aquadest
- Bahan-bahan Praktikum
Larutan AgNO3 0,01M
Serbuk Cu
Larutan HCL 0,01M
Serbuk Mg
Larutan Hg(NO3)2 0,01M
Larutan Al(NO3)2 0,01M
Larutan Kl 0,01M
Larutan Na3PO4 0,01M
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Reaksi penggantian tunggal
1. Masukkan 1 ml larutan AgNo3 0,01 M dan tambahkan 0,1 gram serbuk Cu,
homogenkan amati dan catat hasilnya.
2. Masukkan 1 ml HCl 0,01 M dan tambahkan 0,1 gram serbuk Mg, kemudian
homogenkan, amati dan catat hasilnya.
2. Reaksi pergantian rangkap
1. Sediakan 3 tabung reaksi.
Tabung reaksi I: masukkan 1 ml larutan AgNo3 0,01 M
Tabung reaksi II: masukkan 1 ml larutan Hg(No3)2 0,01 M
Tabung reaksi III: masukkan 1 ml larutan Al(No3)2 0,01 M
Ke dalam masing-masing tabung tambahkan 1 ml KI 0,1 M, homogenkan amati
dan catat hasilnya.
2. Sediakan 3 tabung reaksi.
Tabung reaksi I: masukkan 1 ml larutan AgNo3 0,01 M
Tabung reaksi II: masukkan 1 ml larutan Hg(No3)2 0,01 M
Tabung reaksi III: masukkan 1 ml larutan Al(No3)2 0,01 M
Ke dalam masing-masing tabung tambahkan 1 ml Na3PO4, homogenkan amati
dan catat hasilnya tabung kedua jangan dihomogenkan.
E. HASIL PENGAMATAN
Reaksi kimia dapat digambarkan dengan lambang pada suatu persamaan kimia,
dengan rumus reaktan di kiri dan rumus produk di kanan; reaktan dan produk dipisahkan
dengan tanda panah.Persamaan ini harus setara.Persamaan yang setara mencerminkan
hubungan kuantitatif yang benar antara reaktan dan produk. Suatu persamaan disetarakan
dengan menempatkan koefisien stoikiometri di depan rumus untuk menandakan bahwa
jumlah total setiap jenis atom sama di kedua sisi.
G. KESIMPULAN
Reaksi kimia adalah suatu perubahan dari suatu senyawa atau molekul menjadi
senyawa lain atau molekul lain. Diantaranya yaitu reaksi reaksi pengendapan,
perubahan suhu, perubahan warna, pembentukan gas. Dan yang dapat diperoleh yaitu
mengetahui indikasi-indikasi terjadinya reaksinya kimia atau perubahan kimia atau
perubahan antara zat-zat asal (reaktan) dengan hasil (produk)nya, mengetahui bahwa
1 mol/ml itu dua puluh tetes kurang lebih dan mengetahui penyebab reaksi yang
menghasilkan warna, perubahan suhu maupun reaksi endapan.
DAFTAR PUSTAKA