You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hama merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang


umumnya berupa binatang ataupun sekelompok binatang yang dapat
menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya dan menimbulkan terjadinya
kerugian secara ekonomis.
Salah satu tahapan yang penting dalam mendiagnosa gejala serangan hama
tanaman adalah identifikasi terhadap hama tanaman. Hama yang diidentifikasi
berasal dari pengambilan sampel tanaman yang terserang . Sampel tanaman yang
terserang hama kemudian diamati. Identifikasi menjadi sangat penting karena
pada tahapan tersebut ditekankan beberapa hal pokok seperti untuk pengendalian
khususnya untuk aras pengendalian ataupun hanya sekedar untuk mengetahui
jenis hama yang menyerang tanaman. Dari hasil identifikasi, dapat diperoleh suatu
kesimpulan mengenai jenis hama yang menyerang tanaman kemudian lebih lanjut
upaya tersebut juga dapat diarahkan untuk mempelajari upaya – upaya
pengendalian yang tepat untuk mencegah serangan hama tersebut. Hal ini
menyebabkan proses identifikasi hama tanaman menjadi sangat penting untuk
memastikan jenis hama yang menyerang tanaman secara akurat. Untuk itu, perlu
dilakukan praktik secara langsung untuk mengamati kepadatan populasi hama
dalam budidaya suatu tanaman.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikan mampu menghitung kepadatan populasi berbagai jasad hama


maupun musuh alami di agroekosistem dalam rangka pelaksanaan monitoring
program PHT.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kacang tanah (Arachis hypogea) merupakan tanaman pangan berupa


semak dan termasuk kedalam ordo Leguminase, Famili Papilionaceae, Genus
Arachis. Jenis tanaman yang ada di Indonesia ada 2 ( dua ) tipe yaitu : Tipe tegak,
jenis kacang ini tumbuh lurus atau sedikit miring keatas, buahnya terdapat pada
ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek ( genjah ) dan kemasakan buahnya
serempak. Tipe menjalar, jenis ini tumbuh kearah samping, batang utama
berukuran panjang, buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah
dan umumnya berumur panjang (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Bantul, 2000).
Tanaman kacang tanah bisa dipanen antara umur 100 - 110 hari, dengan
tanda tanda : kulit polong mengeras dan berwarna kehitaman, polong berisi
penuh, kulit biji tipis mengkilat dan tidak berair serta sebagian besar daun telah
rontok (Liptan, 2000). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp menyatakan bahwa
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun.
Suhu udara minimal untuk tumbuhnya kacang tanah sekitar 28–32 oC.
Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75 %.
Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang
tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang. Jenis tanah
yang sesuai yaitu gembur/bertekstur ringan dan subur dan pH antara 6,0–6,5.
Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak
terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah. Ketinggian tempat yang ideal
antara 500 m dpl. Hama yang biasa menyerang tanaman kacang tanah menurut
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp diantaranya:

2
1. Uret

Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman
layu dan mati. Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif,
tanaman terserang dicabut dan uret dimusnahkan.
2. Ulat berwarna

Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian:


penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S atau Sevin 5 D. c)
Ulat grayak Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara
berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak,
pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C.
3. Ulat jengkal

Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan


insektisida Basudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S.
4. Sikada

Gejala: menghisap cairan daun. Pengendalian: (1) penanaman serempak,


pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate 25 WP, Lebaycid
500 EC, Sevin 5D, Sevin 85 S, Supraciden 40 EC.
5. Kumbang daun

Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk
bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan Agnotion 50
EC, Azodrin 15 W5C, Diazeno 60 EC.
Menurut Darwis (2001) empat prinsip PHT, yaitu (1) budi daya tanaman
sehat, (2) pelestarian dan pemanfaatan musuh alami, (3) pengamatan periodik atau
secara berkala, dan (4) petani mampu menjadi manajer dalam usaha tani.
McKenzie dan Schneider (2006) menyatakan bahwa PHT menggabungkan
berbagai macam cara pengendalian hama, untuk: Mencegah kemungkinan
terjadinya permasalahan hama, mengurangi jumlah permasalahan hama jika sudah
terjadi dan menggunakan pengendalian alami untuk mengatasi permasalahan yang
sudah terjadi. Sistem pengendalian hama terpadu ini lebih dikaitkan dengan

3
konsep ekosistem. Setiap bagian dalam ekosistem saling berkaitan erat dan saling
mempengaruhi. Berhasilnya konsep PHT haruslah memahami bagaimana setiap
bagian dalam sistem bekerja dan bagaimana mereka saling bekerjasama.
(Misalnya, tanah, serangga, tanaman dan pepohonan, burung, binatang, air,
manusia, teknologi).
Sistem PHT akan membantu untuk: Mengurangi penggunaan sumber daya
dan produk yang mahal, karena lahan akan “merawat” dirinya sendiri secara terus-
menerus, serta sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari sumber
daya local, memperbaiki kualitas tanah, tumbuhan dan lingkungan, meningkatkan
produksi dari tanah secara keseluruhan, meningkatkan keanekaragaman dan daya
tahan terhadap hama, penyakit dan cuaca ekstrim dan meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat sekitarnya
Kejadian penyakit pada kacang tanah diamati melalui penghitungan
melalui pengambilan sampel secara acak minimal 10% dari populasi tanaman
(Temaja et al., 2007). Kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat
ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun
sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Berdasarkan hasil tangkapan
diperoleh berbagai serangga dengan fungsi ekologi yang berbeda. Ada beberapa
serangga yang berfungsi sebagai hama, ataupun musuh alami seperti predator
mamupun parasitoid. Keanekaragaman fungsi tersebut bermanfaat dalam menjaga
keseimbangan ekosistem pada pertanaman. Sehingga memudahkan dalam
pengendalian hama secara alami. Menurut Sosromarsono (1977) parasitoid adalah
salah satu musuh alami yang umum digunakan dan merupakan faktor utama
dalam mengendalikan populasi hama di alam. Peningkatan indeks
keanekaragaman parasitoid yang relatif kecil seiring dengan peningkatan indeks
keanekaragaman tumbuhan (Pathak, 2001).

4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. WAKTU DAN PELAKSANAAN

Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, November 2017 di Kebun


Percobaan Gunung Bulu Universitas Mercu Buana Yogyakarta

B. BAHAN DAN ALAT

Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a) BAHAN

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :


1) Hamparan tanaman budidaya sebagai tempat pengamatan
2) Kantong Plastik

b) ALAT

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :


1) Kamera
2) Alat tulis

C. CARA KERJA

1) Melakukan penghitungan populasi dari beberapa jenis hama dan musuh alami
pada unit sampel dengan menggunakana mekanik sampling yang sesuai
dengan masing-masing jenis organisme tersebut. Unit sampel berupa satu
tanaman.
2) Melakukan ekstrasi dan pemisahan bagi jenis hama dan musuh alami yang
tidak dapat dikumpulkan langsung dari lapangan.
3) Melakukan penghitungan populasi hama dan musuh alami pada setiap unit
sampel dan dirata-rata sehingga didapatkan angka kepadatan populasi per unit
sampel.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

A. Nilai kepadatan populasi hama

TANGGAL
NO PENGAMATAN NAMA ILMIAH / NAMA UMUM JUMLAH
Belalang Daun 2
Selasa, 25 okt Belalang Coklat 3
1. 2016
Ulat Grayak 5
Kepik Coklat 1
2. Selasa, 01 Nov Jangkrik 1
2016
Belalang Coklat 4
Belalang Coklat 1
Selasa, 08 Nov Belalang Daun 2
3. 2016
Jangkrik 1
Selasa, 15 Nov Belalang Coklat 5
4. 2016 Kepik Coklat 1

B. Nilai kepadatan populasi musuh alami

TANGGAL
NO PENGAMATAN NAMA ILMIAH / NAMA UMUM JUMLAH
Selasa, 25 Okt Semut Hitam 8
1. 2016 Laba-laba 1
Selasa, 01 Nov Capung 1
2. 2016 Semut Hitam 10
Selasa, 08 Nov Semut Hitam 8
3. 2016 Laba-laba 1
Selasa, 15 Nov Semut Hitam 11
4. 2016

6
B. PEMBAHASAN

C. KESIMPULAN

BAB V
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Darwis, V. 2001. Penerapan empat prinsip PHT oleh petani teh. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.Bogor. 18 hal.

Dinas pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. 2001. Budidaya Kacang


Tanah (Arachis hypogea L.). http://www.warintekjogja.com/. [31 Oktober
2010].

Infotech25. 2005. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kacang Tanah (2).


http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/. [31 Oktober
2015].

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp. tt. Budidaya kacang tanah.
http://migroplus.com/. [ 31 Oktober 2015].

Liptan. 2000. Paket Teknologi Anjuran Budidaya Kacang Tanah. Instalasi


Penelitian dan Pengkajian teknologi Pertanian Mataram.

McKenzie, L. dan P. Schneider. 2006. Buku Pedoman Pelatih untuk Pelatihan


Permakultur. Yayasan IDEP. 138 hal.

Pathak, V.N.2001. Diseases of fruit Crops. Oxford and IBH Publ.Co., New Delhi,
309 hal.345

Sosromarsono, 1977. http://tumoutou.net/3_sem1_012/trizelia.htm, diakses


tanggal 1 November 2015.

7
Temaja, IG.R.M, G. Suastika, SH. Hidayat, dan U. Kartosuwondo. 2007. Deteksi
Chrysanthemum B Carlavirus (CVB) pada Tanaman Krisan di Indonesia.
AGRITOP 26(1): 6-12.

You might also like