You are on page 1of 8

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3)

Jakarta, 6 – 7 Mei 2009

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG


TUKAD YEH NGONGKONG DI KABUPATEN BADUNG, BALI
I Nyoman Sutarja

Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran.
E-mail : nsutarja@civil.unud.ac.id

ABSTRAK
Jembatan Tukad Yeh Ngokong yang berlokasi di Desa Plaga Kabupaten Badung, Provinsi Bali
direncanakan untuk menghubungkan daerah pariwisata Kabupaten Tabanan bagian utara, daerah
pariwisata Kabupaten Badung di bagian utara dan Kabupaten Bangli bagian utara. Jembatan ini
akan menjadi jalur alternative terdekat yang menghubungkan daerah pariwisata Alas Kedaton,
Bedugul di bagian utara Kabupaten Tabanan dengan Sangeh dan Plaga sebagai daerah pariwisata
Kabupaten Badung di bagian utara, serta daerah pariwisata Kintamani, Danau Batur dan Desa
Trunyan di Kabupaten Bangli bagian utara. Dengan didasari pertimbangan 1) kondisi geometri
lokasi; 2) kondisi tanah dasar; 3) kebutuhan fungsional; 4) estetika; 5) ekonomi dan kemudahan
pemeliharaan; 6) konstruksi serta pertimbangan pelaksanaan beserta 7) Undang-undang yang
berlaku, maka dipilih sebagai struktur utama adalah balok pelengkung dari beton bertulang,
dengan bentang jembatan total 120m (25m gelegar baton pratekan + 70m balok pelengkung beton
bertulang + 25m gelegar beton pratekan). Struktur didesain dengan model LRFD, analisis elastis.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa pada balok pelengkung beton bertulang dominan terjadi
tegangan tekan, demikian pula dari desain didapatkan tulangan minimum (1%), pada pangkal
maupun puncak balok pelengkung.
Kata kunci : Perencanaan, jembatan, pelengkung, boton bertulang, tegangan

1. PENDAHULUAN
Jembatan Tukad Yeh Ngokong yang berlokasi di Desa Plaga Kabupaten Badung, Provinsi Bali direncanakan untuk
menghubungkan daerah pariwisata Kabupaten Tabanan bagian utara dengan daerah pariwisata Kabupaten Badung
di bagian utara serta Kabupaten Bangli bagian utara. Jembatan ini akan menjadi jalur alternative terdekat yang
menghubungkan daerah pariwisata Alas Kedaton, Bedugul di bagian utara Kabupaten Tabanan dengan Sangeh dan
Plaga sebagai daerah pariwisata Agro Kabupaten Badung di bagian utara, serta daerah pariwisata Kintamani, Danau
Batur dan Desa Trunyan di Kabupaten Bangli bagian utara.
Dengan didasari pertimbangan 1) kondisi geometri lokasi jembatan, 2) kondisi tanah dasar; 3) kebutuhan
fungsional; 4) estetika; 5) ekonomi dan kemudahan pemeliharaan; 6) konstruksi serta pertimbangan pelaksanaan
besrta 7) Undang-undang yang berlaku, maka dipilih sebagai struktur utama adalah balok pelengkung dari beton
bertulang dengan model True Arch yaitu jembatan pelengkung dimana konstruksi pelengkungnya berada dibawah
lantai kendaraan
Dengan menggunakan balok pelengkung momen yang timbul pada gelegar akibat beban akan jauh lebih kecil.
Timbulnya momen yang lebih kecil akan sangat menguntungkan karena beton tidak kuat menerima gaya tarik.
Sebaliknya pada balok pelengkung akan timbul gaya normal tekan yang cukup besar. Hal ini akan diimbangi oleh
kekuatan beton yang memang tahan menerima gaya tekan.
Lingkup yang dibahas dari hasil perencanaan dalam tulisan ini hanya perilaku balok pelengkung beton bertulang
akibat beban-beban yang bekerja selama umur bangunan.

2. DASAR PERENCANAAN DAN METODE

Jembatan pelengkung
Setelah Jembatan dengan balok gelegar, Jembatan Pelengkung merupakan tipe jembatan tertua kedua dan sekaligus
merupakan struktur yang klasik. Menurut bentuknya Jembatan Pelengkung memilki tiga variasi bentuk5) :
1. True Arch yaitu apabila konstruksi pelengkung ada di bawah lantai kendaraan.

Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 25


I Nyoma Sutarja

Gambar 1 True arch


2. Tied Arch yaitu apabila konstruksi pelengkung ada di atas lantai kendaraan.

Gambar 2 Tied arch

3. Half True Arch yaitu gabungan dari True Arch dengan Tied Arch yang konstruksi pelengkungnya ada
dibawah dan diatas lantai kendaraan .

Gambar 3 Half true arch

Pelengkung terjepit non prismatis


Dalam perencanaan konstruksi pelengkung untuk Jembatan Tukad Yeh Ngongkong ini dipilih pelengkung terjepit
non prismatis. Pelengkung dengan batang non prismatis, besarnya harga n sebagai perbandingan antara momen
inersia penampang pada suatu titik dengan momen inersia penampang pada puncak lengkungan, tidak sama dengan
satu. Besarnya momen inersia penampang pada suatu titik tertentu akan bervariabel dan merupakan fungsi dari x,
sehingga :

Ix
n = ≠1
Ic
Salah satu cara untuk menganalisa konstruksi pelengkung dengan batang non prismatis adalah dengan membagi
lengkungan menjadi bagian-bagian kecil dengan jarak yang sama terhadap sumbu longitudinal pelengkung. Semakin
banyak bagian atau potongan yang ditentukan, semakin teliti hasil yang diperoleh. Tinjau suatu konstruksi seperti
terlihat pada Gambar 4 :

Icx

Ix

f
y

x
L
Gambar 4, Penampang pelengkung

S - 26 Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta


Perencanaan Jembatan Balok Pelengkung Beton Bertulang Tukad Yeh Ngongkong di Kabupaten Badung, Bali

Penyelesaian dilakukan dengan anggapan-anggapan sebagai berikut :


1. Tiap potongan merupakan suatu bagian yang kecil, sehingga dapat dianggap sebagai batang lurus. Dengan
demikian konstruksi pelengkung secara keseluruhan akan terbagi atas beberapa garis lurus yang patah-patah,
seperti terlihat pada Gambar 5,

Potongan

Gambar 5, Pembagian pias pelengkung

2. Karena tiap potongan merupakan suatu bagian yang kecil, maka panjang segmen dapat ditentukan menurut
persamaan Phytagoras, yaitu :

ds = dx 2 + dy 2
M N
ds
V

dy
HA
dx

MA

VA

Gambar 6,Pias pelengkung


Pelengkung terjepit pada kedua sisinya dapat dianalisa secara lengkap apabila gaya desak, gaya lintang dan momen
di sembarang penampang yang tegak lurus terhadap sumbu kelengkungannya tersebut telah diketahui. Gaya desak
(N), biasanya dalam bentuk dorongan adalah gaya total yang bekerja tegak lurus terhadap penampang di titik
beratnya. Gaya lintang (V) adalah gaya total yang bekerja sejajar dengan penampang. Momen (M) adalah momen
total terhadap titik kerja (N) pada penampang tegak. Gaya desak, gaya lintang dan momen di sembarang penampang
suatu lengkungan terjepit dapat secara mudah ditentukan melalui hukum-hukum statika jika keenam reaksi pada
kedua tumpuan terjepitnya diketahui. Dengan meninjau seluruh kerangka sebagai suatu benda bebas (free body), ada
enam bilangan yang belum diketahui sedangkan hanya tersedia tiga persamaan bebas statika, sehingga lengkungan
terjepit bersifat statis tak tentu derajat tiga .

Pembebanan pada jembatan


Dalam perencanaan jembatan ini, untuk menganalisa konstruksi bangunan atas jembatan pelengkung, beban-beban
yang digunakan sebagai dasar analisa adalah sesuai dengan Rancangan Standar Nasional Indonesia ( RSNI T-02-
2005 ), yang antara lain meliputi : 1) beban tetap, 2) beban lalu lintas, 3) gaya rem, 4) beban trotoar dan sandaran
dan 5) beserta RSNI3 tentang standar perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan.

Data bahan.
Mutu beton digunakan f’c = 20 Mpa ( K 250 ), dengan modulus elastisitas beton ECJ diambil sebagai berikut : ECJ =
1,5
Wc ( 0,0043 f cm ). Sedangkan mutu baja fy = 240 Mpa ( baja tulangan polos BJTP dengan kekuatan leleh
minimum 240 Mpa untuk diameter lebih kecil dari 12 mm) dan mutu baja fy = 320 Mpa (baja tulangan deform BJTD

Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 27


I Nyoma Sutarja

dengan kekuatan leleh minimum 320 Mpa untuk diameter lebih besar atau sama dengan 12 mm). Modulus elastisitas
baja tulangan Es = 2 × 105 Mpa

Metode perencanaan
Struktur jembatan dianalisa secara elastis dengan pemodelan struktur pelengkung portal 3 dimensi. Sedangkan
bagian-bagian komponen struktur didesain dengan menggunakan metoda kekuatan batas. Langkah-langkah
perencanaan sebagai berikut :

Mulai

Perencanaan Dimensi Awal Jembatan

Pembebanan Berdasarkan BMS 1992

Perencanaan Sandaran, Trotoar, dan Pelat

Tidak Kontrol
Lendutan pelat

Ya
Perencanaan Balok memanjang, Balok

Melintang, Kolom, Diafragma, dan Balok

Perencanaan Pondasi dan Abutment

Tidak Kontrol
Stabilitas

Ya
Gambar Perencanaan Struktur

Selesai

S - 28 Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta


Perencanaan Jembatan Balok Pelengkung Beton Bertulang Tukad Yeh Ngongkong di Kabupaten Badung, Bali

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

800

A 300

1000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1750 300
1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1500

1000 TROTOAR TROTOAR

16000 7000 11000

TROTOAR TROTOAR

5 000

A
35050 25000
12500 12500 8750 8750 8750 8750

25000 35000

CL

Gambar 7a, Tampak Jembatan.

Gambar 7a, merupakan tampak jembatan hasil perencanaan yang nantinya dapat dijadikan obyek wisata teknik.
Panjang jembatan 120 m (25 m gelegar beton pratekan + 70 m pelengkung beton bertulang + 25 m gelegar beton
pratekan) dengan lebar jembatan adalah 7 m lantai kendaraan dan 2 x 1 m trotoar ( gambar 7b.)

KOLOM 1000/1300

KOLOM 1000/1300

PELENGKUNG

.
Gambar 7b, Tampak Jembatan.

Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 29


I Nyoma Sutarja

Gambar 8, Model 3D struktur jembatan pelengkung.

Struktur utama berupa 3 balok pelengkung beton bertulang (seperti gb. 8), dengan data dimensi balok pada pangkal
750/3000 mm, pada puncak 750/150, panjang bentang pelengkung L = 70 m dan tinggi (f) 15 m.

Gambar 9, Hasil analisis dan desain

S - 30 Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta


Perencanaan Jembatan Balok Pelengkung Beton Bertulang Tukad Yeh Ngongkong di Kabupaten Badung, Bali

Stuktur jembatan pelengkung dianalisis secara elastis 3 dimensi seperti pada gambar 8., dengan beban-beban yang
bekerja sesuai dengan bab 2 dari tulisan ini. Selanjutnya dilakukan desain dengan metode kekuatan batas sesuai
aturan Rancangan Standar Nasional Indonesia ( RSNI T-12-2004 ) tentang perencanaan struktur beton untuk
jembatan.
Dari analisis, yang menentukan untuk desain pelengkung adalah kombinasi beban mati, beban hidup dan beban
gempa yang dianalisis dinamis (gambar 9).
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa pada pelengkung dominant terjadi tegangan tekan, dengan perpindahan
puncak balok pelengkung maksimum ke arah sumbu memanjang jembatan (arah x) sebesar 7,68 mm; kearah tegak
lurus sumbu memanjang (arah y) sebesar 11,41 mm serta kearah vertikal (arah z) sebesar 21,57 mm (kebawah).
Demikian pula dari desain didapatkan tulangan minimum (1%), baik pada pangkal maupun pada puncak balok
pelengkung. Hal ini menunjukkan pemilihan struktur balok pelengkung beton bertulang sebagai struktur utama
adalah sangat baik, mengingat beton sangat kuat menerima gaya tekan dibandingkan menerima gaya tarik.

4. KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Arsitektur jembatan berupa pelengkung dapat memberikan nilai keindahan yang merupakan nilai tambah
disamping berfungsi sebagai prasarana transportasi, sehingga nantinya dapat dijadikan obyek wisata.

2. Sistem struktur balok pelengkung beton bertulang yang dirancang, telah memenuhi syarat kekuatan untuk
memikul beban-beban yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku.

3. Geometri struktur jembatan pelengkung beton bertulang sangat baik, karena pada pelengkung dominant
timbul tegangan tekan dan tulangan minimum. Hal ini sangat menguntungkan karena beton sangat kuat
menerima gaya tekan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (1992), Design Methodology, Bridge Management System, Bridge Design Manual, bagian 2,Dirjen Bina
Marga.
Anonim, (1992), Section and Design of Superstructures, Substructures, and Foundations. Bridge Management
System, Bridge Design Manual, bagian 3, Dirjen Bina Marga,
Anonim, (1992), Design of Earthquake Resistant Bridge Structures, Bridge Management System, Bridge Design
Manual, bagian 4, Dirjen Bina Marga.
Anonim, (1992), Design of Concrete Member, Bridge Management System, Bridge Design Manual, bagian 5,Dirjen
Bina Marga.
Anonim, (1992), Persyaratan Umum Perencanan, Bridge Management System, Peraturan Perencanaan Teknik
Jembatan, bagian 1, Dirjen Bina Marga.
Anonim (1992), Beban jembatan, Bridge Management System, Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, bagian 2,
Dirjen Bina Marga.
Anonim, (1992), Analisis struktural, Bridge Management System, Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, bagian
3, Dirjen Bina Marga.
Anonim, (1992), Pondasi, Bridge Management System, Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, bagian 4, Dirjen
Bina Marga.
Anonim, (1992), Perencanaan Beton struktural, Bridge Management System, Peraturan Perencanaan Teknik
Jembatan, bagian 6, Dirjen Bina Marga.
Anonim, (2005), Pembebanan Untuk Jembatan, Rancangan Standar Nasional Indonesia ( RSNI T-02-2005 ), Dirjen
Bina Marga.
Anonim, (2004), Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan, Rancangan Standar Nasional Indonesia ( RSNI T-
12-2004 ), Dirjen Bina Marga.
Anonim (2004), Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan, Rancangan Standar Nasional Indonesia
3 ( Revisi SNI 03-2833-1992 ), Dirjen Bina Marga.
Bangash, M.Y.H., (1992), Structural Details in Concrete, Blackwell Scientific Publitions, London
C. Melbourne, (1995), Arch bridges, Proceedings of the First International Conference on Arch Bridges held at
Bolton, UK on 3-6 September 1995, London, Thomas Telford.
Walter Podolny JR., Muller. Jean M. (1982), Construction anegmental Brige, John Wiley & Sons, New York

Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 31


I Nyoma Sutarja

20 AJY
09
M –U
– 7 PH
ei
,6 ,U
rta 3
ka ekS
NT
Ko
Ja

S - 32 Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta

You might also like