You are on page 1of 11

MIDTERM

Ambar Rusnadi
PO7120414 001
Agama
D-IV Keperawatan
MumtazulFikri,MA.

1. Jelaskan pengertian islam secara bahasa dan istilah….


Jawaban:

A. secara bahasa
Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari
kata salama.Kata Islam merupakan bentuk mashdar dari kata aslama.Ditinjau dari segi
bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa pengertian,
diantaranya adalah:

1. Berasal dari ‘salm’ (‫س ْلم‬


َّ ‫ )ال‬yang berarti damai.
Kata salm memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini merupakan salah satu
makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa
membawa umat manusia pada perdamaian.
2. Berasal dari kata ‘aslama’ (َ‫ )أَ ْسلَ َم‬yang berarti menyerah.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang yang memeluk Islam merupakan
seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah
SWT.Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa-apa
yang Allah SWT perintahkan serta menjauhi segala laranganNya.Oleh karena itulah,
sebagai seorang Muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita kepada
aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT.
Karena Insya Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan
tenang (baca; mutma’inah).

3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun (َ‫سلَ َم‬ ْ ‫ ا‬- ََ‫س ِل ُم ْون‬


ْ َ‫ست‬ ْ ‫) ُم‬: penyerahan total
ْ َ ‫ست‬
kepada Allah.
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua).Karena
sebagai seorang Muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan
seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah
SWT.Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah
SWT adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan,
kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya hanya
kepada Allah SWT.
Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan dengan orang lain,
seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya,
semuanya dilakukan hanya karena Allah SWT dan menggunakan manhaj Allah
SWTmelalui RasulNYA.

4. Berasal dari kata ‘saliim’ (َ‫س ِليْم‬


َ ) yang berarti bersih dan suci.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih,
yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian
jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun
di akhirat.Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan ajaran Islam,
adalah karena tujuan utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa
manusia.

5. Berasal dari ‘salam’ (َ‫سالَم‬


َ ) yang berarti selamat dan sejahtera.
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa
umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan.Karena Islam memberikan
kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan yang dengan segenap hati
mengikuti syar’iatNYA.

A. ISTILAH
Adapun dari segi istilahIslam adalah ketundukan seorang hamba kepada wahyu
Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Rasulullah Muhammad SAW
guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat
membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Jelaskan pengertian dan perbedaan antara agama samawi dan agama ardhi….
Jawaban:
1. Agama Samawi
Agama samawi adalah agama yang diturunkan (wahyu) dari Allah SWT melalui
malaikat Jibril dan disampaikan oleh Nabi/Rasul yang telah dipiliholeh Allah SWT untuk
disebarkan kepada umat manusia.
Ciri-ciri Agama Samawi, yaitu :
1. Agama ini memiliki kitab suci yang otentik (ajarannya bertahan/asli dari Tuhan)
2. Mempunyai nabi/rasul yang bertugas menyampaikan dan menjelaskan lebih
lanjut dari wahyu yang diterima
3. Agama samawi /wahyu dapat dipastikan kelahirannya
4. Ajarannya serba tetap
5. Kebenerannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia,masa, dan
keadaan.

Firman Allah:
ََ‫ل ْال ِكتَابَ َٰذَ ِلك‬ ََ ‫ِل ْلمت َّ ِقينََ هدًى ۛ فِي َِه ۛ َري‬
َ َ ‫ْب‬

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
(Q.S Al Baqarah: 2)

1. Kitab Al Qur’an yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Kitab taurat, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa.
3. Kitab Injil, yaitu kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa.
4. Kitab zabur, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Daud as.
5. Shuhuf Ibrahim dan Musa, yaitu lembaran yang tertulis di dalamnya wahyu dari Allah
yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Allah berfirman di dalam surat Al A’la:
‫ف لَ ِفي َٰ َهذَا‬
َِ ‫صح‬ ُّ ‫ن ال‬ ََّ ِ ‫ْاْلولَََٰىإ‬
‘’Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,’’
َِ ‫ِيم صح‬
‫ف‬ ََ ‫ى إِب َْراه‬
ََٰ ‫س‬ َ ‫َومو‬
(yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Q.S Al A’la: 18-19)

2. Agama Ardhi
Agama ardhi adalah agama yang berkembang berdasarkan budaya, daerah,
pemikiran seseorang yang kemudian diterima secara global. Serta tidak memiliki kitab suci
dan bukan berlandaskan wahyu.
Ciri-ciri Agama Ardhi ,yaitu :
1. Agama diciptakan oleh tokoh agama
2. Tidak memiliki kitab suci
3. Tidak memiliki nabi sebagai penjelas agama ardhi
4. Berasal dari daerah dan kepercayaan masyarakat
5. Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan akal pikiran
penganutnya
6. Konsep ketuhanannya yaitu Panthaisme, dinamisme dan animisme

3. sebutkan dan jelaskan kandungan ayat pertama dan terakhir di turunkan dari al-
qur’an….
jawaban:

 Ayat pertama di turunkan dari al_quran


Para Ulama mempunyai banyak pendapat dalam masalah ayat apa yang pertama kali
diturunkan dan apa yang yang terakhir.
Namun pendapat yang paling shahih mengenai yang pertama kali turun ialah firman Allah :

”Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (al-‘Alaq : 1-5)

Dasar pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dan
lainnya dari Aisyah yang mengatakan :
“Wahyu yang pertama kali dialami oleh Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam adalah mimpi
yang benar di waktu tidur. Beliau melihat dalam mimpi itu datangnya bagaikan terangnya
pagi hari. Kemudian beliau suka menyendiri. Beliau pergi ke gua Hira untuk beribadah
beberapa malam. Untuk itu beliau membawa bekal. Kemudian beliau pulang kembali ke
Khadijah radiyallahu 'anha, maka Khadijahpun membekali beliau seperti bekal terdahulu.
Lalu di gua Hira datanglah kepada beliau satu kebenaran, yaitu seorang malaikat, yang
berkata kepada Nabi : “Bacalah!” Rasulullah menceritakan : “maka akupun menjawab : Aku
tidak bisa membaca”. Malaikat tersebut lalu memelukku sehingga aku merasa amat payah.
Lalu aku dilepaskan, dan dia berkata lagi : “Bacalah!” maka akupun menjawab : “Aku tidak
bisa membaca”. Lalu dia merangkulku yang kedua kali sampai aku kepayahan. Kemudian dia
lepaskan lagi dan berkata : “Bacalah!” Aku menjawab : “Aku tidak bisa membaca”. Maka dia
merangkulku yang ketiga kalinya sehingga aku kepayahan, kemudian dia berkata :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan.. sampai dengan …apa yang
tidak diketahuinya”.

 Ayat terakhir di turunkan dalam al_quran

َ‫ضيتَ ِن ْع َم ِتي َعلَيْك َْم َوأَتْ َم ْمتَ دِينَك َْم لَك َْم أَ ْك َم ْلتَ ْال َي ْو َم‬
ِ ‫دِينًا اْ ِإل ْسالَ ََم لَكمَ َو َر‬

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu” (al-Maidah : 3)

Ayat ini diturunkan di Arafah pada haji Wada’. Secara teks, menunjukkan
penyempurnaan kewajiban dan hukum. Juga telah diisyaratkan di atas, riwayat mengenai
turunnya ayat riba, ayat hutang-piutang, ayat kalalah dan yang lain itu setelah ayat ketiga
dari surat al-Maidah. Oleh karena itu para ulama menyatakan kesempurnaan agama ini di
dalam ayat ini. Allah telah mencukupkan nikmatNya kepada mereka dengan menempatkan
mereka di negeri suci dan membersihkan orang-orang musyrik daripadanya serta
menghajikan mereka di rumah suci tanpa disertai oleh seorang musyrikpun, padahal
sebelumnya orang-orang musyrik juga haji dengan mereka. Yang demikian termasuk
nikmat yang sempurna, “Dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku”.
Al-Qadhi Abu Bakar al-Baqilani dalam al-Intishar ketika mengomentari berbagai
riwayat yang berkaitan dengan masalah ayat terakhir kali diturunkan, mengatakan bahwa
pendapat-pendapat ini sama sekali tidak disandarkan kepada Nabi Sallallahu 'Alahi
Wasallam.Boleh jadi pendapat itu diucapkan karena ijtihad atau dugaan saja. Mungkin
masing-masing memberitahukan mengenai apa yang terakhir kali yang didengarnya dari
Nabi pada saat beliau telah wafat atau tak seberapa lama sebelum beliau sakit. Sedangkan
yang lain mungkin tidak secara langsung mendengar dari Nabi. Mungkin juga ayat itu yang
dibaca terakhir kali oleh Rasulullah bersama-sama dengan ayat-ayat yang turun di waktu
itu, kemudian disuruh untuk dituliskan. Lalu diduga ayat itulah yang terakhir diturunkan
menurut tertib urutannya.

4. Jelaskan hukum shalat dalam keadaan sakit….


Jawaban:
Hukum-hukum shalat bagi orang yang sakit adalah sebagai berikut :
1. Orang yang sakit tetap wajib mengerjakan shalat pada waktunya dan melaksanakannya
menurut kemampuannya , sebagaimana diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam
firman-Nya:

‫ّللاَ فَاتَّقوا‬ َ َ‫ا ْست‬


ََّ ‫ط ْعت َْم َما‬

"Maka bertakwalah kamu kepada Allah Azza wa Jalla menurut kesanggupanmu" [at-
Taghâbun/ 64:16]. Dan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Imran Bin
Husain Radhiyallahu 'anhu:

ْ ‫سأ َ ْلتَ بَ َوا ِسيرَ ِبي كَان‬


َ‫َت‬ ََّ ‫صلَّى النَّ ِب‬
َ َ‫ي ف‬ ََّ ‫ َعلَ ْي َِه‬ ‫سلَّ ََم‬
َ ‫ّللا‬ َْ ‫ص َالةَِ َع‬
َ ‫ن َو‬ ََ ‫ل فَقَا‬
َّ ‫ل ال‬ َِ ‫ص‬ َْ ِ ‫ن فَقَا ِعدًا ت َ ْسَت َ ِط َْع لَ َْم فَإ‬
َ ‫ن قَائِ ًما‬ َْ ِ ‫َج ْنبَ فَ َعلَى ت َ ْست َِط َْع لَ َْم فَإ‬

"Pernah penyakit wasir menimpaku, lalu aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam tentang cara shalatnya. Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
Shalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu, maka duduklah dan bila tidak mampu juga
maka berbaringlah" [HR al-Bukhari no. 1117]

2. Apabila melakukan shalat pada waktunya terasa berat baginya, maka diperbolehkan
menjamâ’ (menggabung) shalat , shalat Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan ‘Isya` baik dengan
jamâ’ taqdîm atau ta’khîr , dengan cara memilih yang termudah baginya. Sedangkan shalat
Shubuh maka tidak boleh dijama’ karena waktunya terpisah dari shalat sebelum dan
sesudahnya. Di antara dasar kebolehan ini adalah hadits Ibnu Abas Radhiyallahu 'anhuma
yang berbunyi :

ََّ ‫صلَّى‬
َ‫ّللاِ َرسولَ َج َم َع‬ َ ‫ّللا‬ ََّ ‫سلَّ ََم َعلَ ْي َِه‬َ ‫ظ ْه َِر َبيْنََ َو‬ ْ ‫ب َو ْال َع‬
ُّ ‫ص َِر ال‬ َِ ‫َاء َو ْال َم ْغ ِر‬
َِ ‫ْر فِي ِب ْال َمدِينَ َِة َو ْال ِعش‬
َِ ‫ل خ َْوفَ َغي‬ ََ ‫)ك َريْبَ أَب ْوَ( قَا‬
َ ‫ل َم‬
َ َ ‫طرَ َو‬
ْ
َ‫ْن قلت‬ َِ ‫ل ِل ََم َعبَّاسَ ِلب‬ َ
ََ َ‫ل ذ ِلكََ فَع‬ ََ ‫ي قَا‬ ََ ‫ج‬
َْ ‫ل َك‬ ََ ‫أ َّمت َهَ يحْ ِر‬

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjama’ antara Zhuhur dan Ashar, Maghrib
dan Isya’ di kota Madinah tanpa sebab takut dan hujan. Abu Kuraib rahimahullah berkata:
Aku bertanya kepada Ibnu Abas Radhiyallahu 'anhu : Mengapa beliau berbuat demikian?
Beliau Radhiyallahu 'anhu menjawab: Agar tidak menyusahkan umatnya." [HR Muslim no.
705]

Dalam hadits di atas jelas Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membolehkan kita
menjamâ’ shalat karena adanya rasa berat yang menyusahkan (Masyaqqah) dan sakit
adalah Masyaqqah. Ini juga dikuatkan dengan menganalogikan orang sakit dengan orang
yang terkena istihâdhoh yang diperintahkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk
mengakhirkan shalat Zhuhur dan mempercepat Ashar dan mengakhirkan Maghrib serta
mempecepat Isya’.

3. Orang yang sakit tidak boleh meninggalkan shalat wajib dalam segala kondisi apapun
selama akalnya masih baik.

4. Orang sakit yang berat shalat jama`ah di masjid atau ia khawatir akan menambah dan
atau memperlambat kesembuhannya jika shalat dimasjid, maka dibolehkan tidak shalat
berjama’ah[5] . Imam Ibnu al-Mundzir rahimahullah menyatakan: Tidak ada perbedaan
pendapat di antara ulama bahwa orang sakit dibolehkan tidak shalat berjama’ah karena
sakitnya. Hal itu karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika sakit tidak hadir di Masjid
dan berkata:

‫ل بَ ْكرَ أَبَا مروا‬ َ ‫اس فَ ْلي‬


َِ ‫ص‬ َ ِ َّ‫بِالن‬

"Perintahkan Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu agar mengimami shalat" [Muttafaqun ‘Alaihi]

5. Sebutkan dan jelaskan nama-nama lain dari Al-Qur’an….


Jawaban:

Berikut ini merupakan nama-nama lai Alquran beserta artinya :


1. Al-Furqon = Pembeda antara yang hak dan yang bathil
2. Adz- Dzkiri = Pemberi Peringatan
3. Al- Mauidhoh = Pelajaran / Nasehat
4. As- Syifa = Sebagai Obat
5. Al- Hukm = Peraturan /hukum
6. Al-Himah = Kebijaksanna
7. Al- Huda = Petunjuk
8. Al- Bashair = Pedoman
9. Al- Balagh = Penyampaian Kabar
10. Al -Qaul = Firman ( perkataan )
11. At- Tanzil = yang diturunkan
12. Ar- Rahman = Karunia
13. Ar- Ruh = Ruh
14. Al -Bayan =penerang
15. Al- Kalam = Ucapan /Firman
16. Al- Busyro = kabar gembira
17. An-Nur = Cahaya
18. An-Naq = Kebenaran
19. Al - Basyah = Keterangan
20 Al-mauizoh = pelajaran /nasihat
21. Al- Karim = Bacaan yang mulia
22. Al- Khoir = Kebaikan
23. Al- Habuyullah = Tali Allah
24. Al-Burhan = Alsan
25. Al Mubarok = Yang di berkati
26. An -Nazir = Pemberi Peringatan
27. Al -Majid = Mulia
28. Al-Muhaimin = Penjaga
29. Al- Hakim = Pemutus Perkara
30. Al -Kitab = sinonim dari ( kitab )
Demikian lah 30 Nama-Nama Lain Al-Qur'an dan artinya , apabila nama-nama tadi ada yang
salah mohon kritik dan saranya . semoga nama lain alqouran tadi bermanfaat bagi anda.

6. Jelaskan hukum khitan bagi laki-laki dan perempuan….


Jawaban:
Khitan bagi laki-laki dan perempuan adalah hukunya wajib.Seiykh al-Qardhawi berkata, di
antara fiqh almaqosyid (kebaikan) khitan lelaki adalah mencegah kotoran dan tempat
pembiakan kuman pada zakar terhindarnya zakar dari terkena penyakit kelamin seperti
sifilis quluf atau foreskin zakar akan mudah mengalami radang atau melecet zakar akan
kurang risiko kepada penyakit zakar seperti pembengkakan atau kanker.memaksimumkan
kepuasan seks ketika jima’ (hubungan seks) (Fiqh Taharah, 172)

Salah satu ulama Yang Mengatakan Wajib


Imam Nawawi (al-Majmu’ (1/301) mengatakan bahwa jumhur atau mayoritas
ulama menetapkan khitan itu wajib bagi laki-laki dan perempuan. Imam Nawawi
menekankan bahwa jumhur itu mewakili mazhab Syafi’i, Hanabilah dan sebagian Malikiah.
Pendapat ini turut didukung oleh Syaikh Muhammad Mukhtar al-Syinqithi (ahkamul Jiraha
wa Tibbiyah (168)) dan salafi Syam pimpinan al-Albani.

7. Jelaskan pengertian dan hukum cairan pada laki-laki berikut:


a. Mani
b. Madzi
c. Wadi
d. Air seni
Jawaban:

Sebagaimana kita ketahui, selain air seni (air kencing), ada tiga jenis cairan yang
juga keluar dari kemaluan anak adam, yaitu Wadi, Mazi dan Mani, berikut penjelasannya :
1. Wadi
adalah cairan kental berwarna putih yang keluar akibat efek dari air kencing
atau karena bekerja berat. Hukumnya najis sebagaimana ditetapkan oleh para
ulama. Cara membersihkan wadi adalah dengan mencuci kemaluan, kemudian
berwudhu jika hendak sholat. Apabila wadi terkena badan, maka cara
membersihkannya adalah dengan dicuci.

2. Madzi
Madzi adalah cairan bening yang keluar akibat percumbuan atau hayalan,
keluar dari kemaluan laki-laki biasa atau ia akan keluar pada permulaan
bergejolaknya syahwat. Istilah madzi untuk laki-laki, namun jika keluar dari
perempuan dinamakan Qudza. Madzi biasa keluar sesaat sebelum mani keluar. Dan
keluarnya tidak deras atau tidak memancar.
Madzi berbeda dengan mani, yaitu bahwa keluarnya mani diiringi dengan
lazzah atau kenikmatan (ejakulasi) sedangkan madzi tidak. Sebagaimana wadi,
hukum air madzi adalah najis. Apabila air madzi terkena pada tubuh, maka wajib
mencuci tubuh yang terkena air madzi, adapun apabila air ini terkena pakaian, maka
cukup dengan memercikkan air ke bagian pakaian yang terkena air madzi tersebut,
sebagaimana sabda Rasulullah terhadap seseorang yang pakaiannya terkena madzi,
“cukup bagimu dengan mengambil segenggam air, kemudian engkau percikkan
bagian pakaian yang terkena air madzi tersebut.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu
Majah dengan sanad hasan)

3. Mani
Mani adalah cairan berwarna putih yang keluar memancar dari kemaluan,
biasanya keluarnya cairan ini diiringi dengan rasa nikmat dan dibarengi dengan
syahwat. Mani dapat keluar dalam keadaan sadar (seperti karena berhubungan
suami-istri) ataupun dalam keadaan tidur (biasa dikenal dengan sebutan “mimpi
basah”). Keluarnya mani menyebabkan seseorang harus mandi besar / mandi junub.
Air mani yang keluar dari kemaluan seseorang sesungguhnya bukan benda najis. Air
mani adalah satu pengecualian dari ketentuan bahwa segala benda yang keluar
lewat kemaluan hukumnya najis. Baik berbentuk padat, cair atau gas. Air kencing,
mazi, wadi, darah, nanah, batu dan apapun yang keluar lewat kemaluan ditetapkan
para ulama sebagai benda najis. Kecuali air mani, hukumnya bukan najis. Dalilnya
cukup banyak, di antaranya adalah hadits berikut ini: Dari Aisyah ra berkata, "Aku
mengerok mani dari pakaian Rasulullah SAW dan beliau memakainya untuk shalat.”
(HR Muslim).
Dengan hadits ini, para ulama umumnya mengatakan bahwa air mani itu
tidak najis. Tindakan Aisyah isteri beliau mengerok sisa mani yang sudah mengering
di pakaian beliau menunjukkan bahwa air mani tidak najis. Sebab kalau najis, maka
seharusnya Aisyah ra mencucinya dengan air hingga hilang warna, aroma atau
rasanya. Tindakan Aisyah menurut sebagian ulama dilatar-belakangi rasa malu
beliau melihat Rasulullah SAW, suaminya, shalat dengan pakaian yang belepotan
sisa mani.

4. Air seni
Air seni adalah air kencing. Hukumnya najis sehingga tidak perlu dijelaskan,
berdasarkan Al-Qur`an, Sunnah, dan ijma’.

8. Jelaskan pengertian dan hukum darah pada perempuan berikut:


a. Haid
b. Nifas
c. Wiladah
d. Istihadhah
Jawaban:

A. Haid
Haid yaitu darah yang keluar dari kemaluan perempuan pada masa sedang sihat
a’fiat ialah kerana menurut tabiat perempuan. Sekurang-kurangnya umur bagi perempuan
yang boleh keluar darah haid itu dari sembilan tahun ke atas. Warna darah haid itu merah
tua, rasanya hangat apabila ia keluar.
Tempohnya lama masa keluar darah haid itu sekurang-kurangnya sehari semalam dan
selanjut-lanjut masanya selama lima belas hari siang dan malam, kebanyakannya ia itu
masa yang biasa keluar selama enam atau tujuh hari.
Suci diantaranya Sekurang-kurangnya suci diantara satu haid ke satu haid itu lima belas
hari, biasanya dua puluh empat hari. Ada juga perempuan tiada keluar haid dari kecil
hingga besar atau haid telah putus daripadanya maka masa suci baginya itu tidak
terhingga.

B. Nifas
Nifas yaitu darah perempuan yang keluar pada masa melahirkan anak atau darah
yang keluar setelah lahir anak itu.
Tempohnya sekurang-kurang masa keluar darah nifas itu sekelip mata iaitu sedikit sangat
dan biasanya empat puluh hari dan selanjut-lanjut masanya enam puluh hari.

D. Istihadhah
Istihadhah yaitu darah perempuan yang keluar bukan masa haid dan nifas. Seperti
darah haid yang keluar lebih daripada lima belas hari lima belas malam atau darah yang
keluar dahulu dari melahirkan anak dan yang keluar di atas enam puluh hari dan ini harus
di namakan darah penyakit.

C. Wiladah

Wiladah Sekurang-kurangnya masa mengandung itu enam bulan dan biasanya


sembilan bulan ada juga lebih lama dari masa ini sehingga tiga tahun. Apabila habis darah
haid atau nifas wajiblah di atas perempuan itu bersuci iaitu mandi melainkan istihadhah,
tiada wajib mandi hanya memadai ia berbasuh.

9. Jelaskan pengertian kata profetik secara bahasa dan istilah….


Jawaban:

Secara Istilah profetik merupakan derivasi dari kata prophet. Dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia, profetik artinya bersifat kenabian (2006: 789). Istilah profetik ini
pertama kali dipopulerkan oleh Kuntowijoyo. Dengan sangat jujur, Kuntowijoyo (2006: 87)
menyatakan bahwa ide tentang istilah tersebut terilhami oleh Muhammad Iqbal.
Menurutnya, setelah nabi Muhammad saw. mi’raj, beliau tetap kembali ke bumi menemui
masyarakat dan memberdayakannya. Nabi saw. tidak hanya menikmati kebahagiannya
berjumpa dengan Allah Swt. dan melupakan masyarakatnya.
Dengan demikian, pengertian kepemimpinan profetik di sini adalah kemampuan
seseorang untuk memengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan, dengan pola yang
dilaksanakan nabi (prophet). Kekuatan kepemimpinan profetik ini, menurut Sanerya
Hendrawan (2009: 158), terletak pada kondisi spiritualitas pemimpin. Artinya, seorang
pemimpin profetik adalah seorang yang telah selesai memimpin dirinya. Sehingga, upaya
memengaruhi orang lain, meminjam istilah Hsu, merupakan proses leading by example
atau memimpin dengan keteladanan (Sus Budiharto dan Fathul Himam, 2005: 142).
Inspirasi teologis dari kepemimpinan profetik, menurut Kuntowijoyo (2006: 87), adalah
derivasi dari misi historis Islam yang termaktub dalam Firman Allah,
َ‫ْر ك ْنت ْم‬
ََ ‫ت أ َّمةَ َخي‬ َ ِ َّ‫وف ت َأْمرونََ ِللن‬
َْ ‫اس أ ْخ ِر َج‬ َِ ‫ن َوتَ ْن َه ْونََ ِبا ْل َم ْعر‬ َِ ‫اّللِ َوتؤْ ِمنونََ ْالم ْنك‬
َِ ‫َر َع‬ ََّ ‫ۛ ِب‬
Engkau adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.(Ali Imran [3]: 110).

Ayat tersebut menurut Kuntowijoyo (2006: 87) memuat tiga nilai. Ketiganya adalah
humanisasi, liberasi, dan transendensi. Humanisasi sebagai padanan ta’muruuna bi al-
ma’ruf, liberasi padanan tanhawna ‘an al-munkar, dan transendensi padanan tu’minuuna
billah.

10. Jelaskan esensi (hakikat) manusia berikut:


a. Makhluq
b. Mukarram
c. Mukallaf
d. Mukhayyar
e. Majziy
Jawaban:

Hakikat manusia dalam islam Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang
dimuliakan, dibebani tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab.

A. Makhluuq (yang diciptakan)


Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati
nurani dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar
Ruum:30]b. Lemah Sebagai makhluk, manusia juga lemah karena manusia juga
diciptakan dengan keterbatasan akal dan fisik. [QS An Nisaa’:48]c. BodohBeban amanat
yang begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat makhluk lainnya tidak
menyanggupi amanat tersebut karena beratnya amanat tersebut. [QS Al
Ahzab;72]d. Memiliki kebutuhan Sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan
kemampuan. Maka sangat mungkin manusia memiliki kebutuhan atau kehendak kepada
Allah. [QS Faathir:15]

B. Mukarram (yang dimuliakan)


Ditiupkan ruh [QS As Sajdah:9],Diberi keistimewaan [QS Al Isra:70], Ditundukkan
alam untuknya . Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah peruntukkan untuk
manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13].

C. Mukallaf (yang mendapatkan beban).


Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai
konsekuensi dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]b.
Khilafah Allah mengetahui siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap
menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al
Baqarah:30]

D. Mukhayyar (yang bebas mamilih)

Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi
:29]
E. Majziy (yang mendapat balasan)

Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya,


Allah menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal soleh yaitu mereka yang
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. [QS As Sajdah:19, Al Hajj:14]b.
Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan yang
Allah berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah mendapatkan
hukuman yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As Sajdah:20]

SUMBER:

 Mudzakir, As. 2006. Studi Ilmu-Ilmu Al-qur’an. Jakarta: Citra AntarNusa


 M. Bin Alawi Al-maliki Al-khusaini.1986. Zubdatul Itqon Fiulumul Qur’an.Darul Fikr.
 Azizy, Qodri, Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003.
 Hadiri, Khairuddin. Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an. Cet. V – 1996 / 1417 H. Jakarta
: Gema Insani Press.
 Hawwa, Sa’id. Al-Islam. (Terj. Oleh Abu Ridha dan AR Shaleh Tamhid) Cet. I – 2000.
Jakarta : Al-I’tisham Cahaya Umat.
 Zaidan, Abdul Karim. Ushul al-Da’wah. Cet. V – 1996/ 1417 H. Beirut – Libanon :
Mu’assasatur Risalah.

You might also like