You are on page 1of 11

A.

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Di dalam proses siklus hidrologi air yang berasal dari hujan akan masuk ke
dalam tanah dan ada yang melimpas yang dinamakan air limpasan, untuk air
yang meresap ke dalam tanah dapat masuk ke lapisan jenuh yang dikenal
dengan proses perkolasi dan ke lapisan yang tak jenuh yang dikenal dengan
infiltrasi. Perubahan Infiltrasi yang terjadi dinyatakan dalam besar laju
infiltrasi. Laju Infiltrasi ini akan mempengaruhi besarnya kapasitas tampungan
tanah tersebut.
Infiltrasi adalah proses masuknya air ke permukaan tanah. Proses ini
merupakan bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi maupun
dalam penganekaragaman hujan menjadi aliran di sungai. Karena air masuk
ke dalam tanah, distribusinya adalah fungsi waktu dan ruang. Perubahan
secara perlahan- lahan air tanah sebagai hasil dari kejadian hujan atau dari
genangan air di permukaan merupakan proses infiltrasi.
Kapasitas infiltrasi dari basin, besar pada saat awal hujan, menurun dengan
waktu. Untuk hujan dengan intensitas rendah, total hujan akan masuk
seluruhnya dalam tanah. Jika hujan lebat (intensitas tinggi), maka air
sebagian lagi akan mengalir ke permukaan tanah, dan sebagian lagi akan
masuk ke dalam tanah.
Hujan akan meresap sampai melewati kapasitas infiltrasi tanah. Kapasitas
infiltrasi ini adalah maksimum hujan dimana tanah (di permukaan atau
di bawahnya) dapat terserap sepenuhnya pada waktu yang tersedia, tergantung
pada kelengasan tanah dan pada hujan sebelumnya.
Jumlah hujan mempengaruhi infiltrasi yang besarnya bervariasi tergantung
jenis tanahnya, dan juga tergantung pada permeabilitas dan sifat-sifat
kapilernya. Untuk tanah tertentu, kapasitas infiltrasi tergantung kondisi tanah
sebelumnya, tanah kering atau relatif basah oleh hujan sebelumnya.
Kemampuan untuk memperkirakan kapasitas infiltrasi tanah (baik di
permukaan maupun di dalam) adalah perkiraan kelebihan hujan setempat
dan alirannya. Tergantung pada kapasitas infiltrasi tanah pada saat hujan,
hujan lebat lebih mengarah untuk tidak mengubah aliran, atau sebaliknya
menjadi banjir yang merusak.
b. Materi Praktikum
Pengukuran infiltrasi, baik kapasitasnya maupun kecepatannya dari suatu
tanah penting untuk mengetahui bentuk - bentuk keadaan keberadaan air dan
pengelolaan air yang baik dalam tanah. Infiltrasi adalah istilah yang
digunakan untuk menyatakan proses masuknya air kedalam tanah, biasanya
merupakan aliran kebawah yang melalui seluruh permukaan tanah. Kecepatan
proses ini umumnya menentukan banyaknya air yang masuk ke perakaran dan
banyaknya air yang mengalir dipermukaan tanah (surface run off).

Laju infiltrasi tanah adalah jumlah (volume) air yang melewati suatu luasan
penampang permukaan tanah per-waktu dengan satuan m3 /m2 /det, atau
sama dengan satuan kecepatan = m/detik. Bila suatu saat air mulai
menggenang dipermukaan tanah, berarti laju muka air di penambah air
dipermukaan tanah telah melampaui laju infiltrasi tertinggi. Laju infiltrasi
maksimum dinamakan “Kapasitas infiltrasi” (Horton, 1971) dan oleh Hilell
(1971) disebut sebagai “infiltrabillity”.

Laju infiltrasi pada penyediaan air dengan intensitas pemberian air yang
konstan dan kontinyu (baik dari hujan maupun sprinkle) umumnya konstan di
awal proses kemudian menurun dan akhirnya mencapai laju relative konstan.

Kecepatan infiltrasi & waktu : Grafik 1.1 Hubungan antara infiltrasi dengan
waktu pada saat terjadi hujan atau irigasi pancar dengan intensitas konstan.

Bila permukaan tanah tergenang air dengan tebal genangan beberapa cm saja,
maka laju infiltrasi atau infiltrability langsung menurun sehingga mencapai
lebih kurang konstan (gambar 7.2)
Grafik 1.2 Hubungan antara infiltrasi dengan waktu pada keadaan tanah
tergenang air
Apabila dihitung “infiltrasi kumulatif” dari suatu peristiwa infiltrasi, maka
hasilnya merupakan integrasi dari kurva hubungan antara laju infiltrasi dengan
waktu (Grafik 1.1 dan 1.2), sehingga hasilnya dapat dilihat pada Grafik 1.3

Kecepatan Infiltrasi dan Waktu.


Grafik 1.3 Hubungan antara infiltrasi kumulatif dengan waktu.

Infiltrability atau kapasitas infiltrasi atau laju infiltrasi maksimum tergantung


dari beberapa faktor, sebagai berikut :
a. Faktor waktu, yakni antara waktu pemberian air (awal turun hujan atau
irigasi) sampai berakhirnya proses infiltrasi. Laju infiltrasi pada saatawal
biasanya lebih cepat kemudian menurun sampai akhirnya mendekati
konstan (Grafik 1.1 dan 1.2).
b. Kadar air permukaan (Grafik 1.4)
c. Daya hantar air jenuh
d. Keadaan permukaan tanah (Grafik 1.5)
Kecepatan infiltrasi dan Waktu : Grafik 1.5 Hubungan antara kecepatan
infiltrasi dengan waktu pada tanah-tanah (1) Lapisan permukaan sangat
permeable , (2) Lapisan tanah sangat seragam sampai dalam dari lapisan
permukaan impermeable.
e. Adanya lapisan penghambat (Grafik 1.6)
Kecepatan infiltrasi dan Waktu : Grafik 1.6 Hubungan antara kecepatan
infiltrasi dengan waktu pada tanah yang memiliki (1) Penampang seragam
dan permeable, (2) Lapisan mampat (in permeable) dalam penampangnya.

Menurut Kohnke (1968), infiltrasi tanah dan laju perkolasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan Tabel 1.1, sebagai berikut :
Tabel 1.1. Klasifikasi Infiltrasi Tanah dan Laju Perkolasi
Deskripsi Infiltrasi (mm/jam) Perkolasi (mm/jam)
Sangat Lambat 1 1
Lambat 1–5 1–5
Sedang Lambat 5 – 20 5 – 16
Sedang 20 – 65 16 – 50
Sedang Cepat 65 – 125 50 – 160
Cepat 125 – 250 160
Sangat Cepat 250

c. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perbedaan laju
infiltrasi dari tanah-tanah yang berbeda system pengelolaannya (Bera,
rumput, palawija, tanah hutan).

d. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pratikum Pengukuran Laju Infiltrasi Tanah ini dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Rabu, 30 Mei 2018 (pada Tanah Mineral), &
Selasa, 5 Juni 2018 (pada Tanah Gambut)
Waktu : 15:00 – 17:35 WIB
Tempat : di Lapangan dan Laboratorium Fisika Tanah Fakultas
Pertanian, Universitas Tanjungpura.

e. Bahan dan Alat Praktikum


Adapun Bahan dan Alat yang digunakan pada saat praktikum berupa :
Alat :
1) Seperangkat alat infiltrometer ganda
2) Ember (untuk menambahkan air)
3) Penggaris dan alat-alat tulis
4) Stop watch
5) Plastic
6) Gayung

Bahan :
1) Air ledeng
2) Tanah mineral
3) Tanah gambut
B. TAHAPAN KERJA PRAKTIKUM

Dari praktikum yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa tahapan atau cara
kerja yang harus dilalui yaitu, sebagai berikut :
1) Pilihlah lokasi atau tempat yang akan diamati, yang memungkinkan
(permukaan reltive datar). Sebelumnya tebas atau bersihkan lokasi
tersebut dari rumput dan serasah lainnya.
2) Letakkan ring dalam dan luar pada permukaan tanah, dimana titik
pusat lingkaran sama dengan lingkaran luar (Tekan atau pukul
menggunakan pemukul/palu yang telah disediakan, hingga ring dalam
dan luar terbenam kurang lebih 10 cm).
3) Diletakkan “drive plate” diatasnya dengan skrup pengatur yang berada
di tengah-tengah.
4) Masukkan air kedalam ring luar yang diikuti dengan pemasukan air
pada ring dalam.
5) Masukkan air dan catat posisi air awal (t=0) dibawah level standart t.
6) Stop watch dijalankan segera setelah air mencapai tanah.
7) Baca interval waktu setiap penurunan 1 mm air infiltrasi.
8) Catat penurunan waktu tertentu sampai infiltrasi tetap.
9) Lakukan ulangan 3 kali untuk tanah dengan pengelolaan yang sama.
10) Cabut ring dengan penjepit yang telah disediakan.
C. PENYAJIAN DATA HASIL PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN

Dari praktikum yang telah kami lakukan, berikut data hasil pengukuran dan
perhitungan kecepatan infiltrasi tanah, sebagai berikut :
Kelompok : II
Lokasi : Lapangan di samping Aula Fakultas Pertanian (Tanah mineral)
Lapangan belakang Fakultas Ekonomi dan Bisnis (gambut)
Jenis Tanah : Tanah mineral dan Tanah gambut
Keterangan lainnya : Pengukuran laju infiltrasi pada hari Rabu, 30 Mei 2018

Tabel 1.1 Data Tinggi Penurunan Muka Air (mm)

Tinggi Penurunan Muka Air (mm)


Waktu
No Ulangan ke-1 Ulangan ke-2
(menit) Rata-rata
Tanah Mineral Tanah Gambut
1 5 12
2 10 15
3 15 13

Tabel 1.2 Data Hasil Perhitungan Infiltrasi Pada Tanah Mineral


Beda Kumuatif Tinggi Beda
Kumulatif Laju Infiltrasi
No. Jam Waktu Waktu Air Tinggi
Infiltrasi (cm/jam)
(Menit) (menit) (mm) (mm)
1 16:00 200 0
1.0 : 5/60 jam =
5 5 10
12.04
2 16:05 190 10
0.3 : 5/60 jam =
5 10 3
3.61
3 16:10 187 13
2.7 : 5/60 jam =
5 15 27
32.53
4 16:15 160 40

Tabel 1.2 Data Hasil Perhitungan Infiltrasi Pada Tanah Mineral


Beda Kumuatif Tinggi Beda
Kumulatif Laju Infiltrasi
No. Jam Waktu Waktu Air Tinggi
Infiltrasi (cm/jam)
(Menit) (menit) (mm) (mm)
1 16:00 200 0
1.0 : 5/60 jam =
5 5 10
12.04
2 16:05 190 10
0.3 : 5/60 jam =
5 10 3
3.61
3 16:10 187 13
2.7 : 5/60 jam =
5 15 27
32.53
4 16:15 160 40
D. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat dilhat bahwa adanya
perbedaan laju infiltrasi pada setiap selang waktu 5 menit pengukuran pada tanah
mineral dan tanah gambut.

Pada tanah mineral dengan muka air awal 7 cm dan tinggi air sebesar 20 cm,
terjadi penurunan dalam selang waktu yang telah ditentukan, yaitu pada selang
waktu 5 menit penurunan muka air sebesar 1,2 cm. Selanjutnya pada selang
waktu 10 menit terjadi kenaikan penurunan muka air sebesar 1,5 cm, namun
pada saat mencapai selang waktu 15 menit kemudian terjadi penurunan muka air
menjadi 1,3 cm.

Hal tersebut terjadi karena, adanya …….


E. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilaksanakan, sebagai berikut :


1) Infiltrasi merupakan..
2) Adanya perbedaan laju infiltrasi mengakibatkan?
DAFTAR PUSTAKA

….

You might also like