You are on page 1of 12

EVALUASI PENEMUAN KASUS AVIAN INFLUENZA DI KANTOR

KESEHATAN PELABUHAN KELAS III SAMPIT


Evaluation of Avian Influenza Cases at Port Health Office Class III of Sampit

Dewi Nurita1, Lucia Yovita Hendrati2


1FKM UA, dwee.end@gmail.com
2Departemen Epidemiologi FKM UA, hendratilucia@yahoo.com

Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga


Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
ABSTRAK
Avian Influenza telah mewabah di banyak negara di dunia. Sejak tahun 2005 sampai bulan Desember 2012, Indonesia
mencapai 192 kasus dengan 160 kematian. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah penyebaran kasus ini. Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan penemuan kasus Avian Influenza di wilayah kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas III Sampit berdasarkan IHR (2005). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observational. Dengan
komponen input, process dan output yang dianalisis secara kualitatif. Data yang tersedia diperoleh melalui wawancara
mendalam dan analisis dokumentasi. Subyek dalam penelitian ini adalah petugas boarding dan Kepala Seksi Pengendalian
Karantina Surveilans Epidemiologi. Hasil penelitian menunjukkan kurangnya tenaga dalam pelaksanaan penemuan kasus
Avian Influenza. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasaran untuk mendukung deteksi dini kasus Avian Influenza berupa
ruang isolasi, Quarantine Health Clearance Speed Boad Quarantina, Evakuasi Karantina Kesehatan, Penyakit Menular
Personal Protective, diagnostic test dan laboratorium sederhana. Petugas tidak selalu melakukan pemeriksaan fisik terhadap
awak kapal. Pencatatan dan pelaporan telah berjalan dengan baik melalui adanya laporan bulanan melalui SIM Kespel
dan LAKIP sebagai laporan tahunan. Untuk mencapai implementasi program deteksi dini kasus Avian Influenza, Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit disarankan untuk menambah jumlah tenaga kerja dan meningkatkan kompetensi
dengan mengikuti pelatihan teknis serta selalu melaksanakan pemeriksaan fisik terhadap awak kapal sebagai upaya untuk
deteksi dini kasus Avian Influenza di atas kapal.

Kata kunci: avian influenza, evaluasi, IHR, kantor kesehatan pelabuhan

ABSTRACT
Avian Influenza has been endemic in many countries in the world. Since 2005 to December 2012, Indonesia had reached
192 cases with 160 deaths. The early detection is very crucial to preventing the spread of this case. This study was aimed
to evaluate the implementation of Avian Influenza cases detection in the working region of Port Health Office Class III
Sampit according to IHR (2005). This research uses observational descriptive methods. The components input, process and
output were analyzed by qualitative methods. The available data collected by in-depth interview and document. Subject
of this research were boarding crew and head of subdivision quarantine control and epidemiological surveillance. The
results showed a lack of human resources in the implementation to detection Avian Influenza case. It also showed a lack
of facilities and infrastructure to support discovery of Avian Influenza case such as isolation rooms, Health Quarantine
Clearance Quarantina Speed Boad, Health Quarantine Evacuation, Personal Protective Infectious Diseases, diagnostic
test and simply laboratorium. They were not always doing the physical examination of the boarding crew. Recording
and reporting has been implemented well as a monthly reports via Port Health Management Information System and
Performance Accountability Report of Government Institution as annual reports. To achieve a good implementation of
Avian Influenza case detection program, Port Health Office Class III Sampit is suggested to increase the number of human
resources and their competencies by technically training and always doing the physical examination of the boarding crew
as an effort to early detection of Avian Influenza case on board.

Keywords: avian influenza, evaluation, IHR, port health office

PENDAHULUAN Saat ini perjalanan dan perdagangan lintas negara


Masalah kesehatan yang semakin kompleks meningkat pesat seiring dengan meningkatnya
seiring dengan perkembangan teknologi transportasi. teknologi informasi. Hal ini menimbulkan tantangan
Menyebabkan kecepatan waktu tempuh perjalanan terhadap pengendalian penyebaran penyakit infeksi,
antar negara melebihi masa inkubasi penyakit. seperti penyakit new emerging dan re-emerging

201
202 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 201–212

disease. Selain itu kemajuan teknologi di berbagai dunia saat ini. Maka revisi IHR diperlukan
bidang lainnya yang menyebabkan pergeseran untuk menjawab keterbatasan IHR (1969) dalam
epidemiologi penyakit, ditandai dengan pergerakan mengidentifikasi dan menanggulangi kejadian luar
kejadian penyakit dari satu benua ke benua lainnya. biasa serta penyakit-penyakit yang berdimensi
Pergerakan secara alamiah maupun pergerakan internasional. KLB (Kejadian Luar Biasa) serius
melalui komoditas barang di era perdagangan bebas yang pernah terjadi seperti SARS (Severe Acute
dunia yang dapat menyebabkan peningkatan faktor Respiratory Syndrome) dan Avian Inf luenza
risiko. Adanya globalisasi semakin melancarkan menjadi pertimbangan revisi IHR (1969). Pada
perjalanan penyakit antar negara yang disebabkan tahun 2005 cakupan IHR (1969) diperluas agar
oleh peningkatan frekuensi dan jumlah perjalanan mampu menangani penyakit new emerging dan re-
antar negara (Kemenkes, 2010b). emerging serta risiko kesehatan lain yang terjadi,
Influenza adalah penyakit saluran pernapasan baik disebabkan oleh penyakit infeksi maupun
akut yang disebabkan oleh virus influenza dengan non infeksi yang menyebabkan kedaruratan dunia.
bermacam-macam tipe dan subtipe. Penularan flu Untuk membantu suatu negara mengidentifikasi
burung (Avian Influenza) dari unggas kemanusiaan suatu keadaan merupakan Public Health Emergency
disebabkan oleh virus sub tipe H5N1 pertama kali of International Concern (PHEIC), IHR (2005)
terjadi Hongkong pada tahun 1996 dengan jumlah mempersiapkan instrumen yang mengarahkan
kasus 18 dan 6 orang diantaranya meninggal dunia. negara untuk mengkaji suatu kejadian di wilayahnya
Pada tahun 2003 Avian Influenza mulai menyerang sesuai dengan kriteria: (1) Berdampak/berisiko
Asia yaitu China (2003–2008), Vietnam (2003– tinggi bagi kesehatan masyarakat. (2) KLB atau sifat
2008), Thailand (2004–2006), Kamboja (2005– kejadian tidak diketahui. (3) Berpotensi menyebar
2007), Indonesia (2005–2008), Irak (2006), Laos secara internasional. (4) Berisiko terhadap perjalanan
dan Myanmar (2007), Pakistan (2007) (Depkes, ataupun perdagangan (Depkes, 2008b).
2008c). IHR (2005) merupakan peraturan yang secara
Jumlah seluruh kasus Avian Influenza di dunia resmi mengikat seluruh Negara anggota WHO.
sejak 2003 hingga Desember 2012 sebanyak 610 Tanggung jawab dalam pelaksanaan IHR (2005)
kasus dengan 360 kematian (Kementerian Kesehatan berada pada WHO dan negara yang terikat pada
RI, 2013). Puncak kasus tertinggi di dunia terjadi peraturan ini. Indonesia sebagai bagian dari negara
pada tahun 2006, di mana ditemukan 115 kasus anggota World Health Organization (WHO), telah
Avian Influenza. Pada tahun 2011 kasus Avian setuju untuk memberlakukan IHR (2005) sejak
Influenza terjadi di 6 negara yaitu Egypt 38 kasus, 15 Juni 2007. Kementerian Kesehatan melalui
Indonesia 11 kasus, Kamboja 8 kasus, Vietnam Direktorat Jenderal PP & PL beserta Unit Pelaksana
5 kasus, Bangladesh 2 kasus, dan China 1 kasus Teknis Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
(Kemenkes RI, 2012a). melaksanakan berbagai upaya dengan melakukan
Di Indonesia sampai akhir bulan Mei tahun peningkatan deteksi Public Health Emergency of
2008 menunjukkan kecenderungan penurunan International Concern (PHEIC) baik di pintu masuk
kasus. Pada bulan Mei tahun 2008 terdapat 2 kasus negara dan wilayah perbatasan. Setelah penerapan
positif Avian Influenza, menunjukkan penurunan IHR tersebut setiap negara termasuk Indonesia
50% di banding 4 kasus Avian Influenza pada bulan berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan
Mei tahun 2007. Serta penurunan tajam yaitu 88,8% yang dipersyaratkan oleh IHR 2005 paling lama
dibanding 18 kasus Avian Influenza pada bulan Mei setelah 5 tahun penerapan IHR tersebut. Di mana
tahun 2006. Meski demikian kasus Avian Influenza WHO akan mengevaluasi implementasi IHR (2005)
sejak tahun 2005 sampai bulan Desember tahun di setiap anggota yaitu 2 tahun untuk penilaian
2012 berjumlah 192 kasus dengan 160 kematian struktur nasional yang ada dan sumber daya yang
(Depkes, 2008c; Kemenkes RI, 2012b). harus mengarah pada pengembangan rencana
Mengingat terbatasnya ruang lingkup aplikasi aksi, 3 tahun untuk implementasi rencana aksi dan
IHR (1969) yang hanya melakukan kontrol pada memastikan bahwa keberadaan kapasitas inti telah
pengamanan terhadap kemungkinan penyebaran berfungsi di seluruh negara. Untuk keadaan tertentu
3 (tiga) penyakit karantina yaitu Kolera, Pes dan didukung oleh suatu rencana pelaksanaan baru,
dan Yellow fever, dan hal ini dipandang tidak suatu negara dapat meminta tambahan perpanjangan
mampu menjawab kebutuhan dari beragam waktu paling lama dua tahun kepada WHO (Depkes,
upaya pengendalian risiko kesehatan masyarakat 2008b).
Dewi dkk., Evaluasi Penemuan Kasus… 203

IHR (2005) menyatakan yang bertanggung Dari gambar 1 di atas diketahui secara umum
jawab dalam cegah tangkal penyakit potensial jumlah kedatangan dan keberangkatan kapal dari
wabah suatu negara adalah petugas di pintu masuk. dan ke wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan
Salah satu instansi yang bertugas di pintu masuk Kelas III Sampit mengalami peningkatan dari tahun
Indonesia adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan. ke tahun. Pada tahun 2009 sebanyak 4.566 kapal
Berdasarkan Permenkes Nomor 2348 tahun yang datang, di tahun 2010 terjadi peningkatan
2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri kedatangan kapal menjadi 5.155 kapal dan di tahun
Kesehatan Nomor 365 tahun 2008, terdapat 49 2011 sebanyak 5.933 kapal, sedang keberangkatan
Kantor Kesehatan Pelabuhan di seluruh Indonesia kapal dari wilayah kerja Kantor Kesehatan
yang mempunyai tugas pokok melaksanakan Pelabuhan Kelas III Sampit juga mengalami
pencegahan masuk dan keluarnya penyakit potensial peningkatan, pada tahun 2009 sebanyak 4.809 kapal
wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, yang berangkat, di tahun 2010 terjadi peningkatan
pengendalian dampak kesehatan lingkungan, menjadi 5.299 kapal dan di tahun 2011 sebanyak
pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA (Obat, 6.095 kapal (KKP Sampit, 2012).
Makanan, Kosmetik dan Alat Kesehatan dan Bahan Berdasarkan data profil Kantor Kesehatan
Aditif) serta pengamanan terhadap penyakit baru Pelabuhan Kelas III Sampit, dari kedatangan kapal
dan penyakit yang muncul kembali di wilayah kerja dalam kurun waktu 2009 sampai 2011, terdapat
bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara 78 kedatangan kapal dari luar negeri pada tahun
(Kemenkes, 2011). 2009, pada tahun 2010 sebanyak 69 kapal dan tahun
Salah satu KKP di Indonesia adalah Kantor 2011 sebanyak 71 kapal. Kapal dari luar negeri
Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit yang yang berlabuh di wilayah kerja Kantor Kesehatan
merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Pelabuhan Kelas III Sampit berasal dari kawasan
Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan Asia di antaranya China, Hongkong, Taiwan,
bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Singapura, Vietnam, Malaysia dan Thailand.
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pada tahun 2005 Vietnam, Thailand dan China
Kantor Kesehatan Pelabuhan Sampit mempunyai merupakan negara terjangkit Avian Inf luenza
tujuh wilayah kerja yang tersebar di 3 Kabupaten (Depkes 2007c). Pada tahun 2009 ditemukan suspek
Propinsi Kalimantan Tengah, yang terdiri dari 5 Avian Influenza di wilayah kerja KKP Kelas III
wilayah kerja Pelabuhan Laut dan 2 wilayah kerja Sampit. Tersangka terdeteksi melalui detektor suhu
Bandar Udara (Kemenkes, 2011). tubuh yaitu thermal scanner yang terpasang di
Lalu lintas kedatangan dan keberangkatan kapal terminal kedatangan Bandara Pangkalan Bun (KKP
baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri di Sampit, 2010).
Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi
III Sampit cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan penemuan kasus Avian Inf luenza
Gambar 1 di bawah ini: berdasarkan IHR (2005) di Wilayah Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit tahun 2012
berdasarkan input, proses dan output.

METODE
Jenis penelitian ini termasuk penelitian evaluatif
yaitu menilai suatu kegiatan yang telah dilaksanakan
dengan membandingkan kriteria atau tujuan yang telah
ditetapkan (Supriyanto dan Damayanti 2007). Rancang
bangun penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang
bertujuan menggambarkan dan menjelaskan secara
sistematis fakta-fakta, sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki (Nazir, 2005). Penelitian
Gambar 1. Kedatangan dan Keberangkatan kapal ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk
204 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 201–212

mendapatkan informasi mendalam dari informan, kasus Avian Inf luenza di Kantor Kesehatan
sehingga penelitian ini mampu menggambarkan Pelabuhan Kelas III Sampit. Tenaga boarding terdiri
keadaan yang sebenarnya di lapangan. dari petugas Seksi Pengendalian Karantina dan
Subjek penelitian adalah pelaksana kegiatan Surveilans Epidemiologi dan Seksi Pengendalian
penemuan kasus Avian Inf luenza di Kantor Risiko Lingkungan dan Kesehatan Lintas Wilayah.
Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit. Informan Hasil obser vasi yang dilaksanakan di
dalam penelitian ini berjumlah 4 orang, terdiri dari: Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit,
(a) 1 orang petugas dari seksi Pengendalian Karantina mendukung pernyataan informan bahwa tenaga
Surveilans Epidemiologi; (b) 2 orang petugas yang terlibat dalam kegiatan penemuan kasus
dari seksi Pengendalian Risiko Lingkungan dan Avian Influenza sebanyak dua orang terdiri dari:
Kesehatan Lintas Wilayah yaitu petugas sanitarian (a) 1 orang petugas seksi Pengendalian Karantina
dan petugas paramedis; (c) 1 orang penangung jawab dan Surveilans Epidemiologi; (b) 1 orang petugas
program yaitu Kepala Seksi Pengendalian Karantina seksi Pengendalian Risiko Lingkungan.
dan Surveilans Epidemiologi Kantor Kesehatan Studi dokumen saat penelitian berupa surat
Pelabuhan Kelas III Sampit. tugas pelaksanaan kegiatan tertulis dua orang
Cross check dilakukan melalui observasi petugas boarding kapal yaitu dari seksi Pengendalian
langsung dan analisis dokumen pada saat penelitian. Karantina dan Surveilans Epidemiologi dan dari
Lokasi penelitian di wilayah kerja Kantor Kesehatan seksi Pengendalian Risiko Lingkungan, sehingga
Pelabuhan Sampit, dan waktu penelitian bulan petugas boarding yang melakukan pemeriksaan
November 2012–Mei 2013. pada kapal yang datang dari pelabuhan luar negeri
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebanyak dua orang.
input (tenaga, sarana dan prasarana, metode/SOP) Hal ini menunjukkan bahwa petugas pelaksana
proses (pengumpulan data, pengolahan data dan dalam penemuan kasus Avian Influenza di Kantor
desiminasi informasi) dan out put berupa jumlah Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit tidak
kapal yang diperiksa 100% dan kasus yang sesuai dengan standar. Idealnya petugas boarding
ditemukan tertangani 100%. berjumlah 3 orang yaitu petugas karantina,
Pengumpulan data primer adalah Data yang sanitarian dan medis atau paramedis.
diperoleh langsung dari subjek penelitian melalui Tingkat pendidikan petugas terdiri dari D3
prosedur dan teknik pengambilan data berupa kesehatan Lingkungan, D3 Keperawatan, dan
interview, observasi maupun menggunakan Sarjana Kesehatan Masyarakat. Berdasarkan
instrument pengukuran khusus sesuai tujuan hasil analisis dokumen Daftar Urut Kepangkatan
(Azwar, 2012). Data primer dalam penelitian Pegawai Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III
ini diperoleh peneliti dengan cara observasi Sampit, tingkat pendidikan petugas boarding adalah
dan wawancara mendalam (indeph interview) D3 Keperawatan, D3 Kesehatan Lingkungan dan
kepada informan penelitian meliputi informasi Sarjana Kesehatan Masyarakat. Penyebaran tenaga
tentang komponen input, proses dan output untuk masing-masing seksi di Kantor Kesehatan
yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan Pelabuhan Kelas III Sampit dapat dilihat pada tabel
penemuan kasus Avian Inf luenza di Kantor 1 di bawah ini:
Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit. Data Petugas boarding di wilayah kerja Kantor
sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit tidak ada
atau data yang tidak diperoleh langsung oleh peneliti yang memperoleh pelatihan teknis dalam rangka
berupa data dokumentasi dan arsip resmi (Azwar, penemuan kasus Avian Influenza. Terbatasnya
2012). Data sekunder berupa data dasar Kantor jumlah sarana dan prasarana seperti, Alat Pelindung
Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit, dokumen Diri (APD) yang tersedia di Kantor Kesehatan
perencanaan kegiatan pelaksanaan kekarantinaan, Pelabuhan Kelas III Sampit berupa sepatu safety
dokumen pencatatan dan pelaporan pelaksanaan sebanyak 6 pasang, sedangkan pelampung, helm,
kegiatan penemuan kasus Avian Influenza. dan kacamata hanya tersedia 5 buah. Sarana lain
yang tersedia seperti gaun, masker N95, dan sarung
HASIL tangan sebanyak 100 pcs sedangkan untuk sepatu
boad sebanyak 10 pasang. Kantor Kesehatan
Input Pelabuhan Kelas III Sampit tidak mempunyai
Tenaga yang dimaksud merupakan petugas prasarana berupa ruang isolasi, Quarantine Health
boarding dalam rangka pelaksanaan penemuan Clearance Speed Boad Quarantina, Penyakit
Dewi dkk., Evaluasi Penemuan Kasus… 205

Tabel 1. Penyebaran Tenaga pada Tiap Seksi di Menular Personal Protective, diagnostic test dan
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III laboratorium sederhana.
Sampit Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang
Tersedia di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III
Tingkat Sampit Dalam Penemuan Kasus Avian Influenza
Seksi Jumlah Keterangan
Pendidikan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
PKSE SKM 1 orang Kepala Seksi Mesk ipu n tidak ada sosialisasi SOP,
D3 Kesehatan 3 orang Staf pelaksanaan kegiatan penemuan kasus Avian
Lingkungan Inf luen za pet ugas mengg u nakan St andar
D3 1 orang Staf Operasional Prosedur Pengawasan Lalu Lintas
Keperawatan
Kapal dan Petunjuk Pelaksanaan Penatalaksanaan
SPK 1 orang Staf
Avian Inf luenza. Sebagai panduan dalam
PRL & Dokter 1 orang Staf
KLW Umum pelaksanaan tugas di lapangan, antara lain:
SKM 1 orang Staf (1) Standar Operasional Prosedur Nasional Kegiatan
D3 Kesehatan 2 orang 1 orang Kantor Kesehatan Pelabuhan di Pintu Masuk Negara
Lingkungan Kasie (2009); (2) Keputusan Menteri Kesehatan R.I.
D3 3 orang Staf Nomor 424/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman
Keperawatan Upaya Kesehatan Pelabuhan dalam rangka Karantina
D3 Farmasi 1 orang Staf Kesehatan; (3) Keputusan Menteri Kesehatan R.I.
D3 Analis 1 orang Staf Nomor 425/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman
Kesehatan
Penyelenggaraan Karantina Kesehatan di Kantor

Tabel 2. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit dalam Penemuan
Kasus Avian Influenza

KKP Kelas III


Sarana dan Prasarana Standar Keterangan
Sampit
Ruang isolasi 1 unit - Tidak tersedia
Quarantine Health Clearance speed boad quarantine 2 unit - Tidak tersedia
Health quarantine evakuasi 1 unit - Tidak tersedia
Penyakit menular persoanl protective 1 unit - Tidak tersedia
Form pemeriksaan kapal Sesuai Tersedia sesuai -
kebutuhan kebutuhan
Alat pelindung diri Setiap petugas Jumlah tenaga teknis
satu 15 orang kurang:
• Baju pelampung 5 buah 10 orang
• Helm 5 buah 10 orang
• Sepatu safety 6 pasang 9 pasang
• Kacamata 5 buah 10 buah
Equipment (PPE) penyakit menular: 200 pcs Masih kekurangan:
• Gann/APD 200 pcs 100 pcs
• Masker N 95 100 pcs 100 pcs
• Sarung tangan 100 pcs 100 pcs
• Sepatu boot 10 pcs 190 pcs
Alat deteksi dini Tergantung Wilker bandara P.
• Thermal scanner/termometer banyaknya 1 unit/5 buah Bun/wilker pelabuhan
• Diagnostik test pelabuhan dan - dan bandara
• Laboratorium sederhana bandara -
206 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 201–212

Kesehatan Pelabuhan; (4) Keputusan Menteri dasar pemberian izin bebas karantina oleh petugas
Kesehatan R.I. Nomor 426/Menkes/SK/IV/2007 boarding.
tentang Pedoman Teknis Pengendalian Risiko Selama penelitian tidak ada komunikasi
Lingkungan di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas antara petugas boarding Kantor Kesehatan
dalam rangka Karantina Kesehatan; (5) Pedoman Pelabuhan Kelas III Sampit dengan nakhoda kapal
dan petunjuk pelaksanaan penanggulangan episenter melalui radio. Klarifikasi mengenai pertanyaan
pandemi influenza (2008). yang berhubungan dengan MDH dilakukan saat
pemeriksaan di atas kapal. Pertanyaan mengenai
Proses kesehatan terdiri dari: (1) Apakah ada orang yang
Pencatatan kedatangan kapal dari luar negeri meninggal di atas kapal selama dalam perjalanan
selalu dilakukan pada buku kedatangan kapal dari yang bukan diakibatkan oleh kecelakaan kerja?
luar negeri. Data yang digunakan sebagai bahan (2) Apakah di atas kapal selama dalam perjalanan
analisis awal antara lain nama kapal, bendera asal terdapat kasus penyakit yang anda duga karena
kapal, besar muatan kapal, jumlah awak kapal, penyakit menular? (3) Apakah jumlah penumpang
pelabuhan asal apakah datang dari negara terjangkit yang sakit selama pelayaran lebih besar dari
atau tidak. Setelah analisis dilakukan selanjutnya biasanya? Berapa banyak orang yang sakit?
koordinasi dilakukan dengan Seksi PRL & KLW (4) Apakah ada orang yang sakit di atas kapal
untuk menugaskan petugas dalam pemeriksaan saat ini? (5) Sudahkah dikonsultasikan ke dokter
kapal. praktek? (6) Apakah anda mengetahui kondisi di atas
Analisa selanjutnya dilakukan pada voyage kapal dapat menimbulkan infeksi atau penyebaran
memo/Port of Call. Voyage Memo berisi riwayat penyakit? (7) Apakah tindakan sanitasi (seperti
perjalanan kapal mulai kapal tersebut pertama kali karantina, isolasi, hapus hama atau dekontaminasi)
berlayar hingga pelayaran terakhir. Sedangkan telah dilaksanakan di atas kapal? (8) Apakah ada
Port of Call adalah pelabuhan yang disinggahi penumpang gelap yang ditemukan di atas kapal?
oleh kapal tersebut, biasanya terbatas pada 10 (9) Apakah ada hewan atau hewan piaraan yang sakit
pelabuhan terakhir saja. Hal ini bertujuan untuk di atas kapal?
mengetahui riwayat perjalanan kapal sebelum Berdasarkan pertanyaan pada MDH, apabila
berlayar di perairan Indonesia, guna menentukan semua jawaban “tidak” maka awak kapal dinyatakan
status kapal terjangkit atau tidak. Kapal yang sehat. Pemeriksaan lanjutan terhadap kapal dan
datang dari pelabuhan luar negeri merupakan awak kapal dilakukan untuk klarifikasi jawaban
“kapal dalam karantina”, artinya kapal tersebut pada MDH. Apabila dari 9 pertanyaan dalam MDH
tidak boleh melakukan aktivitas bongkar muat tersebut ditemukan 1 jawaban “ya” maka harus
sebelum dinyatakan sehat oleh petugas boarding dilakukan pemeriksaan khusus terhadap awak
Kantor Kesehatan Pelabuhan. Sebagai tanda bahwa kapal.
kapal yang datang merupakan kapal dalam keadaan Pemeriksaan terhadap awak kapal guna deteksi
karantina yaitu dengan pengibaran bendera kuning dini terhadap penemuan kasus Avian Influenza tidak
pada siang hari sebagai tanda kapal dalam keadaan selalu dilakukan oleh petugas boarding. Petugas
karantina, artinya kapal belum boleh melakukan boarding selama ini menentukan status kesehatan
aktivitas bongkar muat dan labuh jangkar di zona awak kapal hanya berdasarkan pemeriksaan
karantina, yang telah ditentukan syahbandar yaitu dokumen yaitu sertifikat kesehatan awak kapal
titik koordinat tertentu atau tingkat kedalaman laut dan MDH. Semua awak kapal dianggap sehat oleh
tertentu yang bisa dijadikan nakhoda kapal sebagai petugas boarding apabila semua pertanyaan tersebut
panduan. dijawab “tidak” oleh nakhoda.
Penentuan status kesehatan awak kapal Kendala yang dihadapi dalam proses
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan pemeriksaan seperti jarak tempuh antara dermaga
menggunakan data sekunder berupa dokumen dan kapal, serta bahasa yang dihadapi oleh
Maritime Declaration of Health (MDH) dan melalui petugas boarding jika awak kapal tidak dapat
pemeriksaan fisik menggunakan termometer. MDH berkomunikasi menggunakan bahasa inggris. Untuk
adalah dokumen kesehatan kapal yang dibuat mengatasi kendala alam berupa cuaca yang tidak
oleh nakhoda berupa pernyataan tentang kondisi bisa diprediksi, petugas boarding memilih untuk
kesehatan awak kapal. MDH digunakan sebagai menepi sambil menunggu hujan reda atau menunda
Dewi dkk., Evaluasi Penemuan Kasus… 207

keberangkatan sampai keesokan harinya. Sedangkan PEMBAHASAN


untuk kendala bahasa, petugas menggunakan bahasa
isyarat agar bisa dimengerti oleh awak kapal. Input
Data kedatangan kapal maupun hasil Pelaksanaan setiap kegiatan yang telah
pemeriksaan kapal di sajikan dalam bentuk grafik direncanakan membutuhkan sumber daya manusia
dan tabel dan di kelompokkan berdasarkan bulan, atau tenaga yang akan menjalankan program untuk
kemudian hasil tersebut dianalisis selanjutnya mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Azwar
diinterpretasikan sejauh mana capaian terhadap (2010) tercapai atau tidaknya tujuan organisasi,
pelaksanaan penemuan kasus Avian Influenza yang pada dasarnya ditentukan oleh staf, yakni manusia
telah dilaksanakan dalam bentuk laporan tahunan. dan atau orang yang akan melaksanakan kegiatan
Hasil observasi saat penelitian menunjukkan organisasi tersebut.
data hasil kegiatan pemeriksaan kapal diolah Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dalam bentuk tabel dan grafik selanjutnya di dilakukan, diketahui bahwa pada kegiatan
interpretasikan berdasarkan hasil masing-masing pelaksanaan penemuan kasus Avian Influenza di
kegiatan yang telah dilaksanakan. wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
Hasil observasi dan analisis dokumen yang III Sampit hanya dilaksanakan oleh 2 orang petugas,
telah dilakukan, tidak ada pembuatan laporan harian yaitu 1 orang petugas dari seksi Pengendalian
yang disampaikan kepada Kepala Kantor setelah Karantina dan Surveilans Epidemiologi dan
kegiatan pemeriksaan kapal dalam rangka penemuan 1 orang seksi Pengendalian Risiko Lingkungan
kasus Avian Influenza. Pembuatan laporan hanya dan Kesehatan Lintas Wilayah yang diwakili oleh
dilakukan setiap bulan dan disampaikan pada awal petugas sanitarian atau perawat. Hal ini kurang
bulan berikutnya melalui SIM Kespel. Laporan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
yang dikirimkan melalui email paling lambat Republik Indonesia Nomor: 425/Menkes/SK/
disampaikan pada tanggal 8 setiap bulannya, untuk IV/2007 yang menetapkan tenaga untuk boarding
mengetahui hasil capaian kegiatan dan kinerja kapal sebanyak 3 orang yang terdiri dari 1 orang
petugas selama satu tahun laporan yang dibuat petugas karantina, 1 orang dokter atau perawat dan
berupa LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja 1 orang petugas sanitarian.
Instansi Pemerintah) yang dibuat setiap tahun dan Hasil penelitian menunjuk kan tingkat
telah dikirimkan ke Ditjen PP & PL pada minggu pendidikan petugas boarding kapal yang ada di
keempat bulan Januari tahun berikutnya. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit
Laporan bulanan dan laporan tahunan dibuat sebagian besar adalah D3 Kesehatan. Hal ini
selanjutnya dikirimkan oleh Kantor Kesehatan sesuai dengan SOP yang ditetapkan bahwa petugas
Pelabuhan Kelas III Sampit. Laporan berupa boarding dalam pelaksanaan penemuan kasus Avian
hasil kegiatan rutin yang telah dilaksanakan oleh Influenza berlatar belakang pendidikan minimal D3
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit. Jika kesehatan (Depkes, 2007b).
ditemukan suspek atau kasus Avian Influenza di Petugas boarding kapal harus memperoleh
wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas pelatihan teknis seperti pelatihan dasar karantina
III Sampit, maka laporan di sampaikan langsung kesehatan, pengawas pengendalian faktor risiko
kepada Ditjen PP & PL sebagai National IHR Focal penyakit karantina maupun surveilans epidemiologi
Point dalam waktu 24 jam. penyakit karantina dan penyakit menular potensial
wabah. Hal ini berguna sebagai peningkatan
Out Put kemampuan petugas dalam pelaksanaan deteksi
Selama tahun 2012 tidak pernah ditemukan dini penemuan kasus Avian Influenza (Depkes,
kasus Avian Influenza pada awak kapal yang datang 2007 b). Hasil penelitian yang telah dilakukan
dari luar negeri. Hasil analisis dokumen pada tidak ada petugas boarding kapal di wilayah kerja
agenda laporan kapal yang datang dari luar negeri Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit
dan observasi yang dilakukan selama penelitian, yang memperoleh pelatihan teknis dalam rangka
semua kapal yang datang dari luar negeri selalu penemuan kasus Avian Influenza, sehingga deteksi
dilakukan pemeriksaan dengan jumlah kedatangan dini dalam penemuan kasus Avian Influenza tidak
kapal selama penelitian jumlah kapal yang diamati terlaksana dengan maksimal. Menurut Gomes (2003)
sebanyak 32 kapal. Hasil pemeriksaan adalah tidak pelatihan bertujuan mengembangkan keterampilan
ditemukan kasus Avian Influenza. dan memengaruhi perilaku anggota organisasi
208 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 201–212

dalam memberi kontribusi yang lebih besar bagi Prosedur yang dapat digunakan sebagai panduan
efektivitas organisasi. dalam kegiatan pemeriksaan kapal. Merujuk
Berdasarkan hasil penelitian tentang sarana kepada hasil penelitian tentang SOP dalam
dan prasarana dalam rangka penemuan kasus pelaksanaan pemeriksaan kapal, SOP yang
Avian Influenza di wilayah kerja Kantor Kesehatan digunakan sebagai pedoman tidak sepenuhnya
Pelabuhan Kelas III Sampit, ketersediaan sarana dan dilakukan oleh petugas boarding. Pemeriksaan
prasarana masih kurang. Hal ini seperti terbatasnya fisik awak kapal secara langsung tidak selalu
jumlah sarana dan prasarana yang ada seperti Alat dilakukan mengingat keterbatasan tenaga dan
Pelindung Diri (APD) yang tersedia di Kantor berdasarkan MDH tidak ditemukan awak kapal
Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit berupa yang sakit. Tidak dilakukannya pemeriksaan
sepatu safety sebanyak 6 pasang, sedangkan sarana secara langsung memungkinnya lepasnya faktor
lain seperti pelampung, helm, dan kacamata hanya risiko penular penyakit dari pengamatan sehingga
tersedia 5 buah. Sarana lain yang tersedia seperti dapat menularkan penyakit. Menurut Purnama
gaun, masker N95 dan sarung tangan sebanyak (2013), SOP bermanfaat sebagai standarisasi cara
100 pcs sedangkan untuk sepatu boat sebanyak yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan
10 pasang. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III pekerjaan, mengurangi kesalahan dan kelalaian
Sampit tidak mempunyai prasarana berupa ruang ser ta meningkatkan ak untabilitas dengan
isolasi, Quarantine Health Clearance Speed Boad mendokumentasikan tanggung jawab dalam
Quarantina, Health Quarantine Evakuasi, Penyakit melaksanakan tugas.
Menular Personal Protective, diagnostic test dan Meskipun tidak ada sosialisasi tentang SOP,
laboratorium sederhana. informan menyatakan secara individu tidak ada
Menurut Depkes (2008c) ketersediaan APD kendala yang berhubungan dengan penerapan SOP.
untuk KKP Kelas III seperti baju pelampung, helm, Kendala di lapangan adalah kurangnya koordinasi
sepatu safety dan kacamata sesuai dengan jumlah antar seksi sehingga pelaksanaan kegiatan
tenaga teknis yang ada di setiap Kantor Kesehatan pemeriksaan kapal yang datang dari pelabuhan
Pelabuhan. Prasarana penunjang yang harus luar negeri tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan
dimiliki oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan berupa SOP yang ada.
ruang isolasi, Quarantine Health Clearance Speed Lembaga Administrasi Negara (2009),
Boad Quarantina, Health Quarantine Evakuasi, menyebutkan sosialisasi SOP merupakan proses
Penyakit Menular Personal Protective, diagnostic penyampaian informasi tentang SOP kepada semua
test dan laboratorium sederhana. Prasarana tersebut elemen organisasi dengan menggunakan media
bukan sebagai prasarana dalam penemuan kasus dan cara penyampaian yang dapat dipahami oleh
Avian Influenza, tetapi sebagai fasilitas yang dalam semua pihak, dengan harapan dapat diperoleh
penatalaksanaan kasus Avian influenza. kesamaan persepsi dalam konsep dan tujuan SOP.
Menurut Wijono (2000) fasilitas yang cukup Menurut Sutarto (2006), koordinasi sebenarnya
harus tersedia bagi semua staf sehingga dapat dapat disebut sebagai keselarasan, baik kesatuan
tercapai tujuan dan fungsi pelayanan dengan efektif. tindakan, kesatuan usaha, penyesuaian antar bagian,
Dalam hal ini berupa sarana dan prasarana yang keseimbangan antar bagian maupun sinkronisasi
lengkap serta sesuai standar yang telah ditetapkan. semuanya berdasarkan keselarasan. Atas dasar
Fasilitas yang tersedia hendaknya dalam jumlah itu, koordinasi dapat berasaskan bahwa di dalam
serta jenis yang memadai dan selalu keadaan siap organisasi harus ada keselarasan aktivitas antar
pakai. Untuk melakukan tindakan harus di tunjang satuan organisasi atau keselarasan antar pejabat.
fasilitas yang lengkap dan sebelumnya harus sudah
disiapkan. Proses
Menurut Wijono (1999), metode merupakan Menurut Depkes (2007b) nakhoda melalui agen
peraturan, standar pelayanan dan kebijakan yang pelayaran mengajukan surat permohonan untuk
ada di suatu organisasi. Pelaksanaan kegiatan memperoleh “ijin karantina” yang disampaikan
pemeriksaan kapal yang berhubungan dengan paling lambat 1×24 jam sebelum kapal datang.
penemuan kasus Avian Influenza oleh petugas Selanjutnya petugas yang ditugaskan melakukan
boarding di wilayah kerja Kantor Kesehatan kontak melalui radio, tapi jika kontak radio tidak
Pelabuhan Kelas III Sampit menggunakan metode dapat dilaksanakan maka pemeriksaan dilakukan
yang telah tersedia berupa Standar Operasional dengan mengunjungi kapal untuk berkomunikasi
Dewi dkk., Evaluasi Penemuan Kasus… 209

dengan nakhoda kapal, komunikasi terutama selesai melakukan pemeriksaan dan menyatakan
berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan dalam kapal dan awak kapal tidak terindikasi penyakit
dokumen MDH. Kapal yang datang dari pelabuhan menular potensial wabah khususnya Avian Influenza
luar negeri sehat, petugas langsung memberikan selanjutnya diterbitkan sertifikat free pratique
izin bebas karantina (radio pratique/free pratique) dan penurunan bendera kuning selanjutnya kapal
setelah jawaban yang diterima mengindikasikan merapat ke dermaga untuk melakukan aktivitas
kapal dalam keadaan sehat. Selanjutnya kapal bongkar muat.
menuju wilayah berlabuh dan menurunkan bendera Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas
kuning. Kapal yang datang dari pelabuhan luar boarding Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III
negeri dan terjangkit penyakit karantina, tidak Sampit di atas kapal sudah sesuai dengan standar
diberikan izin bebas karantina. Kapal berlabuh operasional dari Depkes (2009) tersebut, antara
di zona karantina untuk dilakukan pemeriksaan lain pemeriksaan riwayat perjalanan kapal yang
lanjutan. dapat diketahui dari Voyage Memo atau last port
Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan awal of call. Analisa dilakukan dengan tujuan untuk
dalam kegiatan pemeriksaan kapal yang dilakukan mengetahui riwayat perjalanan kapal sebelum
di wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan memasuki perairan Indonesia. Hal ini dilakukan
Kelas III Sampit adalah analisa permohonan sebagai upaya pencegahan masuknya penyakit
kapal. Analisis awal dilakukan pada permohonan menular potensial wabah khususnya Avian Influenza
kapal yang diajukan oleh agen pelayaran. Data ke wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
awal yang digunakan sebagai bahan analisis awal III Sampit. Voyage Memo atau last port of call juga
adalah nama kapal, bendera asal kapal, besar menggambarkan selama pelayaran apakah kapal
muatan kapal, jumlah awak kapal dan pelabuhan pernah berlabuh di pelabuhan negara terjangkit
asal apakah datang dari negara terjangkit atau sehingga dapat diambil tindakan atau ditentukan
tidak. Jika kapal yang datang tidak dari negara prioritas pemeriksaan selanjutnya.
terjangkit maka kapal di berikan izin berlabuh Kendala sebelum pemeriksaan di atas kapal
guna dilakukan pemeriksaan selanjutnya. Jika adalah tidak ada komunikasi antara petugas
kapal datang dari negara terjangkit, maka kapal boarding dengan nakhoda kapal karena tidak
diarahkan untuk berlabuh di kolam karantina. tersedia alat komunikasi berupa radio. Komunikasi
Hal ini sudah dilakukan oleh petugas boarding di sebelum kapal sandar penting dilakukan agar
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit. Hal petugas dapat mengetahui status kesehatan kapal
ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan R.I. beserta muatannya sehingga dapat menentukan
Nomor 425/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman tempat sandar kapal. Hal lain yang bisa ditentukan
Penyelenggaraan Karantina Kesehatan di Kantor dari hasil komunikasi awal adalah persiapan APD
Kesehatan Pelabuhan. dan tindakan kekarantinaan. Selama ini di Kantor
Pemeriksaan lanjutan dilakukan di atas kapal. Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit seluruh
Menurut Depkes (2009), petugas melakukan kapal dianggap sebagai kapal dalam karantina.
pemeriksaan sesuai dengan tugas dan fungsinya, Komunikasi baru dilakukan di atas kapal saat
yaitu melakukan pemeriksaan dokumen kesehatan, dilakukan pemeriksaan.
pemeriksaan sanitasi kapal dan pemeriksaan Pemeriksaan selanjutnya adalah penentuan
terhadap awak kapal. Pemeriksaan dokumen status kesehatan kapal berdasarkan MDH. Selama
kesehatan kapal yang berhubungan dengan ini petugas boarding Kantor Kesehatan Pelabuhan
penemuan kasus Avian Influenza antara lain MDH, Kelas III Sampit menentukan status kesehatan awak
crew list, ICV, sertifikat P3K, sertifikat kesehatan kapal berdasarkan MDH dan tidak selalu dilanjutkan
dan voyage memo serta port of call. Pemeriksaan dengan pemeriksaan fisik awak kapal. Sementara
faktor risiko pada kapal antara lain pemeriksaan keterangan dalam MDH hanya berdasarkan
sanitasi dapur, gudang tempat penyimpanan bahan pengamatan dan pengetahuan nakhoda sehingga
makanan dan makanan jadi serta pemeriksaan memungkinkan terjadinya kesalahan data atau data
bahan makanan. Pemeriksaan pada awak kapal yang terhimpun tidak akurat. Pemeriksaan fisik
yang datang dari pelabuhan luar negeri terjangkit awak kapal dalam deteksi terhadap penemuan kasus
dilakukan pemeriksaan klinis seperti pengukuran Avian Influenza juga tidak selalu dilakukan karena
suhu tubuh, untuk memastikan bahwa semua petugas paramedis tidak selalu ikut boarding. Hal
awak kapal dalam keadaan sehat. Setelah petugas ini dapat menjadi celah masuknya penyakit potensial
210 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 201–212

wabah, khususnya Avian Influenza. Hal ini kurang diinterpretasikan untuk memecahkan masalah yang
sesuai dengan Depkes (2007c) yang menyatakan ditemukan dan dibandingkan dengan target yang
bahwa bagi pelaku perjalanan lintas negara telah direncanakan.
dilakukan pemeriksaan kesehatan yang bertujuan Menurut Depkes (2007b) setiap hasil kegiatan
mendeteksi secara dini dan mencegah penyebaran pemeriksaan yang telah dilaksanakan oleh petugas
penyakit secara internasional. Depkes (2009) juga boarding, disampaikan kepada Kepala Kantor
menyatakan bahwa awak kapal/penumpang yang melalui laporan harian yang disampaikan oleh
datang dari negara/pelabuhan terjangkit, dilakukan masing-masing Kepala Seksi. Laporan bulanan
pemeriksaan klinis sebagai upaya cegah tangkal disampaikan melalui SIM Kespel setiap bulan
penyakit-penyakit menular potensial wabah masuk dengan batas waktu pengiriman dari Kantor
ke Indonesia. Kesehatan Pelabuhan paling lambat setiap tanggal
Kendala yang dihadapi petugas boarding di 10. Laporan yang merupakan bentuk akuntabilitas
lapangan adalah jarak dari dermaga menuju sampit kinerja institusi dibuat berupa LAKIP yang dibuat
bay tempat di mana kapal berlabuh yang hanya setiap tahun. Apabila terdapat penemuan kasus
bisa ditempuh menggunakan speed boat dengan Avian Inf luenza, Kantor Kesehatan Pelabuhan
waktu 2,5 jam dalam keadaan cuaca hujan dan wajib melaporkan penemuan kasus tersebut kepada
berangin. Selain itu bahasa juga menjadi kendala Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
saat di atas kapal karena tidak semua awak kapal Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) sebagai
bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris sehingga IHR Focal-Point Nasional yang bertanggung
komunikasi dilakukan menggunakan bahasa isyarat. jawab terhadap tata hubungan operasional
Penggunaan bahasa isyarat memiliki beberapa pelaksanaan IHR dengan WHO serta menerima dan
kelemahan, antara lain perbedaan makna yang mengirimkan informasi kepada WHO dalam waktu
dimaksud antara petugas boarding dengan yang 24 jam per hari dan 7 hari per minggu (Depkes
ditangkap nakhoda kapal. Tetapi, terkadang bahasa 2008b).
isyarat lebih mampu dimengerti oleh awak kapal Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa
daripada bahasa asing yang tidak dikuasai secara di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit
utuh. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan tidak melakukan laporan harian dari kepala seksi
Effendy (2002) bahwa proses komunikasi adalah kepada kepala kantor. Laporan yang dibuat berupa
proses penyampaian pikiran seseorang kepada laporan bulanan yang disampaikan melalui SIM
orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) Kespel paling lambat pada tanggal 8 setiap bulan
sebagai media. Lambang sebagai media adalah dan laporan tahunan yang disusun dalam Laporan
bahasa, isyarat, gambar atau warna yang secara Akuntabilitas Kinerja Institusi Pemerintah (LAKIP).
langsung mampu menerjemahkan maksud yang Selama tahun 2012, tidak pernah ditemukan kasus
ingin disampaikan komunikator kepada komunikan. Avian Influenza sehingga tidak pernah dilaporkan
Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam kepada Ditjen PP & PL sebagai IHR Focal-Point
percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan Nasional.
makna, artinya mengerti bahasa saja belum
tentu mengerti makna yang ingin disampaikan. Output
Percakapan dikatakan komunikatif apabila kedua Indikator pengukuran dalam penemuan kasus
belah pihak bisa mengerti makna dari topik yang Avian Influenza adalah 100% kapal yang datang
dibicarakan. dari luar negeri dilakukan pemeriksaan, 100% kapal
Data kedatangan kapal dan hasil pemeriksaan yang diterbitkan sertifikat free pratique didalamnya
kapal disajikan dalam bentuk tabel dan grafik tidak terdapat indikasi penyakit menular potensial
setiap bulan kemudian di lakukan analisis dan wabah khususnya Avian Influenza, 100% awak kapal
interpretasi data kapal maupun hasil pemeriksaan terbebas dari penyakit menular potensial wabah
kapal. Penyajian data dalam bentuk tabel dan grafik khususnya Avian Influenza dan temuan terhadap
dilakukan Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas III kasus Avian Inf luenza tertangani seluruhnya
Sampit untuk memudahkan analisis selanjutnya. (Depkes 2009).
Menurut Depkes (2009), data-data diolah kemudian Selama tahun 2012, sejumlah 100% kapal yang
disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik datang dari luar negeri dilakukan pemeriksaan
untuk memudahkan analisis maupun pelaporan. oleh petugas. Tetapi dari hasil pemeriksaan tidak
Hasil tabulasi dan grafik di analisis kemudian ditemukan suspek/kasus Avian Influenza. Tidak
Dewi dkk., Evaluasi Penemuan Kasus… 211

ditemukannya suspek/kasus diduga karena tidak SARAN


selalu dilakukan pemeriksaan fisik terhadap awak Saran yang dapat diajukan antara lain
kapal sehingga mempengaruhi hasil penemuan mengusulkan penambahan tenaga teknis untuk
kasus Avian Influenza. petugas boarding sebanyak 15 orang, terdiri
dari 4 orang dokter, 2 orang Sarjana Kesehatan
KESIMPULAN DAN SARAN Masyarakat, 4 orang D3 Kesehatan Lingkungan,
5 o r a n g D3 K e p e r a w a t a n . K e m u d i a n
Kesimpulan
mengikutsertakan petugas dalam pelatihan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian kekarantinaan guna meningkatkan pengetahuan dan
ini adalah jumlah tenaga boarding di Kantor kemampuan untuk mencegah masuknya penyakit
Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit masih kurang menular potensial wabah khususnya Avian Influenza
karena terbatasnya jumlah tenaga teknis. Jumlah di wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
kekurangan tenaga sebanyak 15 orang, terdiri III Sampit. Sosialisasi SOP/peraturan mengenai
dari 4 orang dokter, 2 orang Sarjana Kesehatan pemeriksaan kapal yang datang dari luar negeri,
Masyarakat, 4 orang D3 Kesehatan Lingkungan, sehingga dicapai pemahaman yang sama dalam
5 orang D3 Keperawatan. Tenaga boarding juga pelaksanaan tugas juga perlu dilakukan.
tidak pernah memperoleh pelatihan tentang Selain itu dapat mengusulkan penambahan
penatalaksanaan Avian Influenza. Metode/SOP jumlah sarana sesuai jumlah tenaga teknis yang
pemeriksaan kapal dan penatalaksanaan penemuan ada seperti: (a) Baju pelampung 10 buah. (b) Helm
kasus Avian Influenza telah tersedia. 10 buah. (c) Kacamata 10 buah. (d) Sepatu safety
Sarana dan prasarana penemuan kasus Avian 9 pasang. (e) Gaun 100 buah. (f) Masker 100 buah.
Influenza masih terbatas, beberapa kekurangan (g) Sarung tangan 100 buah. (h) Sepatu boad
antara lain jumlah Alat Pelindung Diri (APD) 190 pasang.
berupa sepatu safety, pelampung, helm, dan Serta mengusulkan pengadaan prasarana
kacamata masih kurang. Seharusnya setiap petugas penunjang dalam penemuan kasus Avian Influenza
memiliki minimal satu. Gaun tersedia sebanyak 100 seperti ruang isolasi, Quarantine Health Clearance
pcs, masker N95 tersedia sebanyak 100 pcs, Sarung Speed Boad Quarantina, Health Quarantine
Tangan tersedia sebanyak 100 pcs, dan sepatu boat Evakuasi, Penyakit Menular Personal Protective,
tersedia sebanyak 10 pasang, sehingga kekurangan diagnostic test dan laboratorium sederhana.
Gaun sebanyak 100 pcs, masker N95 sebanyak 100 Pemeriksaan fisik juga perlu dilaksanakan untuk
pcs, Sarung Tangan sebanyak 100 pcs, dan sepatu penentuan status kesehatan awak kapal dalam
boat sebanyak 190 pasang. rangka penemuan kasus Avian Influenza.
Prasarana yang tidak dimiliki adalah ruang
isolasi, Quarantine Health Clearance Speed Boad
REFERENSI
Quarantina, Evakuasi Karantina Kesehatan, Penyakit
Menular Personal Protective, diagnostic test dan Azwar, A., 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan
laboratorium sederhana sebagai prasarana penunjang (Edisi ke 3), Tangerang: Binarupa Aksara.
dalam penatalaksanaan kasus Avian Influenza. Azwar, S., 2012. Metode Penelitian, Yogyakarta:
Proses pengumpulan data pada penemuan kasus Pustaka Pelajar.
Avian Influenza yang tidak selalu dilaksanakan Depkes. R.I., 2007b. Pedoman Penyelenggaraan
adalah penentuan status kesehatan awak kapal Karantina Kesehatan di Kantor Kesehatan
melalui pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan Pelabuhan. Kepmenkes No.425/Menkes/SK/
suhu tubuh menggunakan termometer. Penentuan IV/2007. Jakarta.
status kesehatan hanya berdasarkan pada Maritime Depkes. R.I., 2007 c . Peraturan Kesehatan
Declaration of Health (MDH). Sebanyak 100% Internasional (2005). Jakarta: Ditjen PP & PL.
kapal yang datang dari pelabuhan luar negeri telah Depkes. R.I., 2008b. Panduan Petugas Kesehatan
dilakukan pemeriksaan dan tidak ditemukan kasus/ Tentang International Health Regulation (IHR).
suspek Avian Influenza. Jakarta: Ditjen PP & PL.
212 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 201–212

Depkes. R.I., 2008 3 . Pedoman dan Petunjuk Kemenkes. R.I., 20122. Laporan Kasus Flu Burung
Pelaksanaan Penanggulangan Episenter 192. http://depkes.go.id/index.php/berita/press-
Pandemic Influenza. Jakarta: Ditjen PP & PL. release/2173-laporan-kasus-flu-burung-192.html
Depkes, R.I., 2009. Standar Operasional Prosedur (sitasi tgl 12 Januari 2013).
Nasional Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kemenkes. R.I., 2013. Dirjen PP & PL Menyampaikan
di Pintu Masuk. Jakarta: Ditjen PP & PL. Informasi Terkait Beberapa Hal Mengenai Virus
Effendy, O,U., 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan H5N1. Ditjen PP & PL, http://pppl.depkes.go.id/
Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya berita/id=861 (sitasi tgl 12 Januari 2013).
Offset. Lembaga Administrasi Negara., 2009. SOP dalam
Gomes, F.C., 2003. Manajemen Sumber Daya Organisasi. www.ditbin-widyaiswara.or.id/
Manusia. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET. modul/Sop_dalam_organisasi (sitasi 30 Juni
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit., 2010 2013).
Profil Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Nazir, 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia
Sampit Tahun 2009. Sampit. Indonesia.
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit., 2012. Purnama, J.S., 2013. Implementasi Standar
Profil Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Operasional Prosedur (SOP) dalam Organisasi
Sampit Tahun 2011. Sampit. Pelayanan Publik. http://badandiklat.jatengprov.
Kemenkes. R.I., 2010 2. Pedoman Standarisasi go.id/ (sitasi 29 Juni 2013).
Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana Supriyanto, S. & Damayanti, N.A., 2007. Perencanaan
di Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan. dan Evaluasi, Surabaya; Airlangga University
Kepmenkes RI Nomor 1314/MENKES/SK/ Press.
IX/2010, Jakarta. Sutarto, 2006. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta:
Kemenkes. R.I., 2011. Perubahan Atas Peraturan Gajah Mada University Press.
Menteri Kesehatan Nomor 356/Menkes/Per/ Wijono, D., 2000. Managemen Program dan
IV/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepemimpinan Kesehatan, Surabaya; Duta Prima
Kantor Kesehatan Pelabuhan, Permenkes Nomor Airlangga.
2348/MENKES/PER/IX/2011, Jakarta. Wijono, D., 1999. Manajemen Mutu Pelayanan
Kemenkes. R.I., 20121. Kasus Flu Burung. Ditjen Kesehatan, Surabaya; Airlangga University
PP & PL, http://www.infopenyakit.org/ (sitasi
Press.
12 Januari 2013).

You might also like