Professional Documents
Culture Documents
Berdasarkan hasil pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada
500 anak dari lima Wilayah DKI Jakarta, ditemukan, 57 anak (11,9%) mengalami kelainan tumbuh
kembang. Kelainan tumbuh kembang yang paling banyak yaitu delayed development (pertumbuhan
yang terlambat) 22 anak, kemudian 14 anak mengalami global delayed development, 10 anak gizi
kurang, 7 anak Microcephali, dan 7 anak yang tidak mengalami kenaikan berat badan dalam
beberapa bulan terakhir. Pelayanan SDIDTK dilakukan tanggal 13-15 Juli 2010 di Aula Gedung
Kemenkes dan Gedung Smesco Jakarta, dalam rangkaian memperingati Hari Anak Nasional 23 Juli
2010.
Anak merupakan dambaan setiap keluarga. Selain itu, setiap keluarga juga
mengharapkan anaknya kelak bertumbuh kembang optimal (sehat fisik,
mental/kognitif, dan sosial), dapat dibanggakan serta berguna bagi nusa
dan 124Moonik, Lestari, Wilar: Faktor-faktor yang...bangsa. Sebagai aset
bangsa, anak harus mendapat perhatian sejak mereka masih di dalam
kandungan sampai mereka menjadi manusia dewasa
Anak merupakan aset berharga bagi bangsa Indonesia, masa depan masyarakat dan generasi
penerus bangsa, dengan demikian dibutuhkan anak dengan kualitas yang baik dan sehat untuk
mencapai masa depan. Upaya untuk mendapatkan kualitas anak yang baik dan sehat harus
dipastikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak harus berjalan dengan baik, selain itu
upaya pemeliharaan kesehatan anak juga harus ditekankan karena untuk mempersiapkan generasi
yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak dimasa yang akan
datang (Kemenkes RI, 2015).
perkembangan sosial anak usia prasekolah meliputi dua tahapan penting. Pertama, adalah tahapan
autonomy vs shame/doubt atau yang juga dikenal sebagai kemandirian vs malu/ragu. Tahapan ini
terjadi ketika anak berada pada usia 2-4 tahun. Pada tahap ini anak memiliki kemampuan untuk
dapat mengendalikan diri (self-regulation), dan mulai berkembangnya rasa kepercayaan diri. Oleh
karenanya, anak perlu diberikan peluang untuk melakukan sendiri apa saja yang bisa dilakukan tanpa
dibantu orang lain sehingga proses pembentukan kemandiriannya dapat berjalan dengan baik.
Orang tua sebaiknya tidak terlalu banyak melarang dan memarahi karena dapat membuat anak
merasa tidak mampu dan ragu dengan kemampuan dirinya. Akibatnya, rasa percaya diri anak akan
sulit untuk tumbuh. Tahapan kedua yaitu initiative vs guilt yang juga disebut sebagai tahap inisiatif
vs rasa bersalah yang berlangsung pada usia 4–6 tahun. Pada tahap ini anak aktif bereksperimen,
berimajinasi, berani mencoba, berani mengambil risiko, dan senang bergaul dengan temannya.
Apabila anak pada masa ini sering dikritik maka emosi yang timbul adalah negatif, merasa apa yang
dikerjakan selalu salah sehingga anak cenderung bersikap apatis (kurang antusias), takut salah, dan
tidak berani mencoba atau mengambil risiko (Wijirahayu, 2016) dalam Teori Erikson (1950).
pengaruh pola asuh orang tua dengan kemandirian anak usia dini. Dengan
presentasi kemandirian anak sebesar 64% yang dikategorikan baik. Selain itu
Pengasuhan demokratis membuat anak menjadi lebih mandiri serta melatih anak
untuk belajar bertanggung jawab dan mandiri dengan segala sesuatu yang dipilih
oleh anak. Penelitian lain pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak
usia prasekolah dilakukan oleh Putri (2012) yang menyatakan bahwa pola asuh
orang tua otoriter cenderung tidak memacu anak-anak untuk melakukan segala
sesuatunya secara mandiri. Lebih lanjut bahwa penelitian ini menjelaskan bahwa
penerapan pola asuh otoriter oleh orang tua yang selalu menekan akan membuat
anak tidak memiliki kebebasan untuk menentukan keputusan, sehingga anak akan
menjadi anak yang penakut dan tidak dapat merencanakan sesuatu. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Sari (2010) bahwa pola asuh yang dilakukan secara tepat
oleh orang tua dengan memberikan pengasuhan yang penuh dan memperhatikan
1. Skoring
responden) = 48 - 12 = 36
2. Kriteria Objektif
c. Skor standar = 48 - 18 = 30
1. Skoring
1
d. Skor tertinggi dari seluruh jawaban responden = jumlah pertanyaan x
responden) = 20 - 5 = 15
2. Kriteria Objektif
1. Skoring
responden) = 60 – 15 = 45
2. Kriteria Objektif
demokratif.