Professional Documents
Culture Documents
TEORI DASAR
Waktu Paro (T1/2) suatu radionuklida adalah waktu yang diperlukan radionuklida
tersebut untuk meluruh menjadi setengahnya
Dari persamaan:
N t N o e T1 / 2
N0 T
N0 e 1/ 2
2
1
e T1 / 2 T1 / 2 ln 2
2
0,693
T1/ 2
dengan :
= Konstanta peluruhan radionuklida
T1/2 = Waktu Paro radionuklida
1
Praktikum: Proteksi dan Keselamatan Radiasi
LANGKAH KERJA:
1. Lakukan tes usap pada permukaan yang terkontaminasi dengan menggunakan
filter yang telah disediakan ( gunakan hasil tes usap)
2. Lakukan pencacahan terhadap filter tersebut dengan 5 (lima) kali pengulangan.
Setiap pencacahan diselingi dengan pencacahan latar.
3. Lakukan pencacahan untuk sumber standard yang diketahui aktivitasnya sebanyak
5 (lima) kali
4. Simpan filter terkontaminasi tersebut selama 3 hari, dan lakukan pencacahan
kembali seperti langkah 2
TUGAS
1. Semua data hasil pencacahan diplot pada kertas grafik semilog
Catatan:
Nt t
e
N0
Nt
ln t
N0
2
Praktikum: Proteksi dan Keselamatan Radiasi
PENAHAN RADIASI
TEORI DASAR
Radiasi Gamma merupakan jenis radiasi yang mempunyau daya tembus sangat
besar dan tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Setiap pancaran radiasi Gamma yang
mengenai suatu bahan akan berinteraksi dengan bahan tersebut sehingga sebagian dari
intensitasnya akan terserap dan sebagian lagi diteruskan.
Perbandingan intensitas pancaran yang datang dan intensitas yang masih diteruskan,
tergantung pada tebal bahan, Jenis bahan dan energi radiasi gamma. Secara matematis
hubungan tersebut dinyatakan dengan
I I 0 e x
dengan
I0 = Intensitas paparan radiasi yang datang (mR/jam)
I = Intensitas paparan radiasi yang diteruskan (mR/jam)
= Koefisienn serap linier bahan pada energi tertentu (mm-1)
x = Tebal bahan (mm)
Bila intensitas pancaran radiasi gamma tersebut digambarkan terhadap tebal bahan,
maka akan sesuai dengan gambar 1
Tebal paro (HVT) merupakan tebal bahan yang dapat menyerap sebagian intensitas
paparan radiasi yang datang sehingga intensitas paparan radiasi yang diteruskan tinggal
setengah intensitas mula-mula.
I 1
e HVT
I0 2
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, BATAN 3
Praktikum: Proteksi dan Keselamatan Radiasi
1
ln HVT
2
0,693
HVT
Gambar 1
Kurva Intensitas Radiasi vs Tebal Bahan
Nilai HVT dapat ditentukan secara matematis dengan persamaan 3 di atas atau dapat
juga ditentukan secara eksperimen dengan melakukan beberapa pengukuran dan
menggambarkan kurva peluruhan intensitas paparan radiasi sebagaiman gambar
diatas.
Nilai HVT sangat bermanfaat untuk keperluan praktis di lapangan, yaitu untuk
menentukan tebal suatu bahan yang diperlukan sebagai penahan radiasi
n
I 1
I0 2
dengan
n = banyaknya HVT penyusun tebal penahan radiasi
= x/HVT
LANGKAH KERJA
1. Praktikan harus menggunakan dosimeeter perorangan
2. Letakkan surveimeter / Sistem Pencacah GM pada suatu jarak tertentu dari
sumber radiasi dan ukur paparan radiasinya (I0)
3. Sisipkan lempengan penahan radiasi antara sumber radiasi dengan surveimeter
/ Sistem Pencacah GM. Ukur paparannya dan ukur tebal penahan radiasi yang
disisipkan tersebut.
4. Ulang langkah 3 di atas dengan menambahkan lempengan penahan radiasi
sehingga mencapai 1 HVT. Ganti dengan jenis penahan radiasi yang lain
TUGAS
1. Gambarkan kurva peluruhan intensitas paparan radiasi gamma tersebut
2. Tentukan nilai HVT bahan penahan radiasi dan tentukan bahan yang paling
efektif dalam menyerap radiasi gamma
3. Kasus: Apabila laju paparan radiasi pada suatu lokasi adalah 150 μSv/jam,
berapa mm timbal yang diperlukan sebagai penahan radiasi agar dapat bekerja
dengan aman di lokasi tersebut, atau berapa lama boleh bekerja dilokasi
tersebut
TEORI DASAR
Aktivitas dari setiap bahan radioaktif meluruh secara eksponensial mengikuti persamaan
peluruhan sebagai berikut:
t
A A e
t 0
atau
0.693
t
At A0 e T1 / 2
dengan
At = Aktivitas saat pengukuran
A0 = Aktivitas mula-mula
T1/2 = Waktu paro nuklida
= Konstanta peluruhan nuklida
t = Selang waktu antara acuan dan waktu pengukuran
Radiasi dari bahan radioaktif dipancarkan ke segala arah membentuk area yang
menyerupai permukaan bola sehingga intensitas radiasi pada suatu posisi sangat
tergantung pada jaraknya terhadap sumber.
A
X 2
r
dengan
X = Laju paparan radiasi pada posisi berjarak r dari sumber (R/jam;
X/jam)
A = Aktivitas sumber (Ci atau MBq)
= Faktor Gamma sumber radioaktif (Rm2/jam Ci; X m2/MBq-jam)
r = Jarak sumber dan posisi pengukuran
Faktor Gamma merupakan suatu nilai yang menunjukkan laju paparan radiasi pada
jarak 1 (satu) meter dari suatu sumber yang mempunyai aktivitas 1 (satu) Curie atau
1(satu) MBq.
Sumber yang berbeda mempunyai Faktor Gamma yang berbeda, lihat tabel di
bawah.
Tabel I Faktor Γ beberapa Nuklida
Jenis Waktu
Faktor Gamma
Nuklida Paro
Co60 5,3 Tahun 1,33 Rm2/jam Ci 9,19 x 109 X m2/MBq-jam
Terdapat beberapa hubungan yang perlu di ingat, yaitu hubungan antara paparan (X)
terhadap dosis serap (D), serta dosis serap terhadap Dosis Ekivalent (H)
D 0,877 X
H QD
dengan,
X mempunyai satuan roentgen (R)
D mempunyai satuan Rad atau gray (Gy), dan
H = mempunyai satuan rem atau Sievert (Sv)
Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari yang berhubungan dengan radiasi harus dapat
ditentukan daerah aman radiasi.
Ada tiga klasifikasi daerah radiasi yang dapat dilalui manusia
1. Daerah Radiasi bagi pekerja Radiasi: Batas maksimum bagi pekerja radiasi
selama satu jam adalah 10 μSv (1 mrem), sehingga laju dosis pada batas daerah
radiasi bagi pekerja radiasi adalah 10 μSv/jam (1 mrem/jam)
2. Daerah Radiasi bagi pekerja bukan pekerja radiasi, tetapi berada di daerah radiasi
dalam waktu singkat. Dosis maksumum bagi pekerja radiasi yang bukan pekerja
radiasi selama satu jam adalah 3 μSv (0,3 mrem)
3. Daerah aman bagi masyarakat bukan pekerja radiasi yang berada di daerah
tersebut dalam waktu yang lama. Laju dosis maksimum bagi masyarakat umum
adalah 1 μSv/jam (0,1 mrem/jam)
Sebelum memulai pekerjaannya yang menggunakan sumber radiasi harus terlebih dahulu
menentukan radius masing-masing daerah radiasi dalam klasifikasi seperti di atas
LANGKAH KERJA
1. Gunakan monitor perorangan
2. Periksa / baca dosimeter saku dan surveimeter sebelum melaksanakan
pengukuran
3. Periksa sumber radiasi dengan surveymeter, apakah dalam keadaan aman dan
terkunci
4. Tentukan secara perhitungan aktivitas sumber saat digunakan
5. Sesuai dengan hasil perhitungan di atas, pasang rambu/ tanda bahaya radiasi
pada batas daerah radiasi dengan laju dosis 3 μSv/jam (0,3 mrem/jam) serta
tali kuning mengelilingi daerah radiasi 10 μSv/jam (1 mrem/jam) (minimal 8
titik pengukuran)
6. Tempatkan kolimator sumber radiasi pada titik penyinaran dan pasang
surveimeter di sampung krank pada waktu mengeluarkan sumber radiasi.
Sebelum sumber dikeluarkan seluruh praktikan harus sudah berada di daerah
aman.
7. Lakukan survei keliling dengan surveimeter pada tempat rambu/ tanda bahaya
radiasi.
8. Bila tidak tepat posisi/kedudukannya dengan hasil pengukuran, geser posisi
rambu/tanda bahaya radiasi sehingga sesuai dengan laju dosis paparan yang
diinginkan.
9. Setelah selesai melakukan pengukuran, masukkan kembali sumber radiasi
tersebut
10. Periksa dengan sueveimeter, apakah sumber radiasi telah bena-benar masuk
dan dikunci
11. Ukur jarak rambu/tanda bahaya radiasi dengan rollmeter terhadap titik
penyinaran (kolimator)
TUGAS
1. Berdasarkan data yang didapat, gambarkan data tersebut dengan menghubungkan
titik-titik yang menunjukkan atas daerah radiasi yang sama (isodosis) sehingga
menjadi bidang radiasi
2. Bandingkan hasil yang sebenarnya (data lapangan) dengan hasil perhitungan
(teoritis)
3. Berikan kesimpulan
TEORI DASAR
Pengukuran tingkat Kontaminasi
Kontaminasi adalah keberadaan substansi radioaktif (sumber terbuka) yang
mempunyai potensi bahaya radiasi interna. Pengawasan terhadap kontaminasi radioaktif
sangat diperlukan untuk keselamatan kerja di lingkungan yang menangani bahan
radioaktif. Pengukuran tingkat kontaminasi radioaktif permukaan dapat dilakukan dengan
2 cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Pengukuran secara langsung dilakukan dengan meletakkan alat pencacah, langsung
di atas permukaan bahan terkontaminasi, sedangkan pengukuran secara tidak langsung
dilakukan dengan uji usap menggunakan kertas saring, kemudian kertas saring tersebut
dilakukan pencacahan menggunakan sistem pencacah.
Tingkat Kontaminasi (TK) zat radioaktif pada suatu permukaan bahan adalah
besarnya aktivitas zat radioaktif yang mengkontaminasi permukaan bahan per satuan luas,
dinyatakan sebagai:
Aktivitas (A)
TK
Luas Permukaan Terkontaminasi (L)
Ra Rb
a
A p
dengan :
a = Efisiensi Alat
Ra = Laju cacah pengukuran (cps)
Rb = Laju cacah latar (cps)
A = Aktivitas sumber (Bq)
p = Probabilitas pancaran radiasi
Ra Rb
TK
pL
dengan:
TK = Tingkat Kontaminasi (Bq/cm2)
L = Luas permukaan terkontaminasi yang diukur (cm2)
Untuk pengukuran tingkat kontaminasi zat radioaktif pada permukaan bahan dengan
uji usap, kontaminan yang terambil pada pengusapan tergantung jenis permukaan bahan
kontaminan, bahan pengusap dan teknik pengusapan sehingga diperlukan nilai efisiensi
usap yang dinyatakan dengan
Ru Rb
TK
a p u L
dengan:
TK = Tingkat Kontaminasi (Bq/cm2)
L = Luas permukaan terkontaminasi yang diukur (cm2)
u = Efisiensi Usap
Pengukuran aktivitas secara uji usap yang dilakukan dalam praktikum ini adalah aktivitas
total. Nilai batas tertinggi Tingkat Kontaminasi permukaan yang diizinkan bergantung
pada faktor resuspensi, yaitu merupakan nilai perbandingan antara Tingkat Kontaminasi
maksimum yang diizinkan dalam udara (Bq/cm2) dengan Tingkat Kontaminasi
maksimum yang diizinkan pada permukaan (Bq/cm2), sehingga
dengan:
F = Faktor resuspensi
Nilai F bergantung pada kondisi laboratorium, dalam keadaan normal nilai F rata-rata
5.10-5/cm.
Bila diketahui nilai kontaminasi tertinggi yang diizinkan di udara untuk suatu
radioisotope, maka dapat ditentukan nilai Tingkat Kontaminasi permukaan tertinggi yang
diizinkan.
Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses untuk mereduksi/ mengurangi atau bahkan menghilangkan
suatu kontaminan zat radioaktif dari suatu bahan yang bernilai ekonomis ke suatu bahan
yang kurang ekonomis, kemudian memperlakukan bahan yang kurang ekonomis tersebut
sebagai limbah radioaktif
Tujuan dekontaminasi ( menurut IAEA Technical Report Series No.18 1982) adalah:
1. Pertimbangan Keselamatan dan Kesehatan
2. Mengurangi interferensi pencacahan peralatan tertentu sehingga diperoleh hasil
pencacahan yang baik
3. Memperkecil tingkat Kontaminasi suatu alat sehingga layak dipakai kembali.
TK Sebelum Dekontaminasi
FD
TK Sesudah Dekontaminasi
LANGKAH KERJA
PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI
A. PENENTUAN EFISIENSI ALAT
1. Gunakan Jas Lab, Monitor Perorangan dan alas kaki khusus
2. Kertas saring digunting sesuai dengan ukuran diameter planset yang akan
digunakan
3. Lakukan pencacahan latar belakang sebanyak 3 (tiga) kali menggunakan
Sistem pencacah GM/ Monitor Permukaan.
4. Lakukan pencacahan latar belakang kertas saring dan planset sebanyak 3 (tiga)
kali menggunakan sistem pencacah GM/ Monitor perorangan
5. Gunakan sarung tangan karet
6. Ambil dengan pipet (pipet effendrop) larutan P32 sejumlah 0,1 ml yang telah
diketahui aktivitasnya, teteskan pada bahan/planset yang telah dilapisi kertas
saring.
7. Keringkan kertas saring beserta planset tersebut dalam lemari asam dengan
lampu pemanas.
8. Lepaskan sarung tangan karet
9. Lakukan pencacahan kertas saring tersebut sebanyak 3 (tiga) kali
menggunakan system pencacah GM / monitor perorangan.
TUGAS
1. Tentukan efisiensi alat dan efisiensi usap dan Tingkat Kontaminasi hasil Uji Usap
2. Tentukan Tingkat Kontaminasi secara langsung untuk setiap bahan sebelum dan
sesudah proses dekontaminasi
3. Tentukan Factor Dekontaminasi (FD)
4. Buat grafik At ( aktivitas tersisa) terhadap hasil dekontaminasi dalam kertas grafik
biasa
5. Dari bahan yang digunakan tentukan bahan yang paling mudah untuk proses
dekontaminasi
TEORI DASAR
Sumber radiasi gamma yang digunakan dalam pekerjaan industri/radiografi, biasanya
berbentuk sumber terbungkus dan mempunyai aktivitas besar, sehingga mempunyai
potensi bahaya paparan radiasi yang besar. Berkurang atau lepasnya pengendalian
terhadap pemakaian sumber radiasi dapat menimbulkan kecelakaan atau pemaparan
radiasi yang tak terduga. Pekerja Radiasi harus dapat meramalkan keadaan tak terkendali
dan dengan cepat menyadari terjadinya suatu keadaan darurat dan segera menanganinya.
Prosedur penanggulangan keadaan darurat yang dibuat petugas Proteksi Radiasi disahkan
oleh instansi yang berwenang dan harus dijalankan dengan benar oleh pekerja radiasi
Salah satu keadaan darurat yang mungkin terjadi adalah kasus hilang atau tercecernya
suatu sumber radiasi, yang biasanya disebabkan kelalaian pekerja radiasi yang tidak
mengikuti prosedur kerja.
Laju paparan radiasi gamma di suatu tempat tergantung pada aktivitas sumber, jarak
dari sumber dan jenis nuklida sumber. Laju paparan radiasi gamma untuk sumber titik,
dapat dihitung dengan persamaan
A
D 2
R
dengan persamaan diatas, dapat diperkirakan posisi sumber radiasi gamma setelah laju
paparan radiasi di suatu tempat sudah terukur.
Dalam pencarian sumber hilang/tercecer, daerah lokasi sumber yang paling
memungkinkan ditentukan terlebih dahulu. Pencarian di daerah tersebut dapat dilakukan
dengan metoda sisir, zigzag dan melingkar, seperti gambar 1
Dalam usaha untuk mengamankan kembali sumber tersebut, pekerja radiasi harus
mengukur laju dosis radiasi di tempat bekerja, sehingga selang waktu maksimum yang
diperlukan untuk bekerja di tempat tersebut dapat ditentukan dengan mengacu pada batas
dosis yang diizinkan.
X X t
LANGKAH KERJA
Penanggulangan Sumber Hilang
1. Baca penunjukan awal dosimeter saku
2. Pakai film badge dan dosimeter saku
TUGAS
1. Gambarkan metoda pencarian sumber yang telah dilakukan, dan bentuk daerah
radiasi yang diperoleh
2. Berdasarkan daerah isidosis-nya, hitung aktivitas sumber radiasinya
3. Hitung tebal perisai radiasi yang diperlukan
4. Hitung dosis radiasi yang diterima setiap pekerja radiasi dalam praktikum
penanggulangan sumber hilang
TEORI DASAR
Kebocoran rumah tabung pesawat sinar-X adalah laju dosis radiasi pada jarak 1
meter dari focal spot pada kondisi tegangan kerja dan arus tabung maksimum. Kriteria
kebocoran rumah tabung berdasarkan NCRP dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu untuk
kelompok medis dan kelompok non-medis. Radiografi industri termasuk kelompok non-
medis.
Berdasarkan kriteria ini, radiasi bocor rumah tabung pada jarak 1 meter dari focal
spot tidak lebih dari 1 R/jam bila tabung dioperasikan pada tiap mA dan tegangan kerja
yang telah dispesifikasikan atau kondisi maksimum.
Penentuan tingkat kebocoran radiasi dari rumah tabung berdasarkan pengukuran
laju dosis radiasi pada jarak 1 meter dari focal spot. Pada saat pengukuran, jendela tabung
ditutup dengan bahan yang jenis dan tebalnya sama dengan rumah tabung. Diambil harga
rata-rata pada daerah seluas 100 cm2. Laju paparan radiasinya diukur dengan
menggunakan surveimeter, sebaiknya yang bisa mengukur paparan radiasi secara
kumulatif dalam selang waktu tertentu. Pengukuran dilakukan pada kondisi tegangan
kerja dan arus maksimum, serta biasanya memakan waktu yang cukup lama, oleh karena
itu, lama pengoperasian pesawat sinar-X harus diperhatikan berdasarkan kemampuan
system pendinginnya supaya tidak mengakibatkan rusaknya tabung sinar-x
PERALATAN DAN BAHAN
1. Monitor perorangan (film badge dan dosimeter saku)
2. Tanda radiasi dan tali kuning
3. Pesawat sinar-X
4. Surveimeter (minimum 2 buah)
5. Penutup jendela rumah tabung pesawat sinar-x.
LANGKAH KERJA
1. Gunakan dosimeter saku dan baca penunjukkan awal dosimeter tersebut
TUGAS
1. Hitung radiasi bocor dari rumah tabung pesawat sinar-x
2. Analisa dan evaluasi hasil pengukuran diatas.
Posisi Pengukuran
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pengendali sumber radiasi gamma yang digunakan dalam pekerjaan radiografi
dapat mengalami kemacetan dan mengakibatkan kecelakaan radiasi ekterna. Pekerja
radiasi harus dapat menanggulangi kecelakaan tersebut sesuai prosedur, oleh karena itu
pekerja radiasi harus mendapatkan pelatihan penanggulangan kecelakaan radiasi.
B. Ruang Lingkup
Pada praktikum ini akan dilakukan penanggulangan kecelakaan radiasi akibat sistem
pengendali sumber radiasi pada kamera gamma mengalami kemacetan di pipa pengarah
(guide tube). Sumber radiasi yang digunakan Ir-192 dengan aktivitas antara 30 mCi s.d
200 mCi
C. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini peserta akan mampu menanggulangi kecelakaan
radiasi akibat sistem pengendali sumber radiasi pada kamera gamma yang mengalami
kemacetan sesuai prosedur. Secara khusus setelah melaksanakan praktikum ini peserta
mampu:
1. Menentukan batas daerah radiasi dalam kondisi kecelakaan
2. Melakukan pengamanan sumber radiasi sesuai prosedur
3. Mengevaluasi dosis yang diterima
II. TEORI
Kamera gamma yang digunakan dalam industri radiografi pada umumnya jenis kamera
remote control . Pengoperasiannya dikendalikan dari jarak jauh menggunakan kabel
pengendali (crank cable) dan kabel pengarah (guide tube). Jika sumber radiasi sedang
melitas di dalam pipa pengarah dan sistem pengendali mengalami kegagalan fungsi,
maka sumber radiasi bisa mengalami kemacetan. Keadaan ini akan mengakibatkan
paparan radiasi yang tidak diinginkan ke lingkungan relatif besar. Apabila tidak segera
ditangani bisa membahayakan keselamatan pekerja radiasi maupun masyarakat umum.
Penanggulangan kecelakaan radiasi seperti ini dapat dilakukan dengan evakuasi korban,
isolasi, dan pengamanan sumber radiasi. Agar dosis yang diterima tidak melampaui batas
ketentuan yang berlaku maka pada saat pengamanan harus .memperhatikan aktivitas
sumber radiasi dan menerapkan 3 prinsip proteksi radiasi eksterna (waktu, jarak dan
penahan).
(1)
Dengan :
At : aktivitas saat digunakan
A0 : aktivitas awal
n : banyaknya waktu paro (t/t1/2)
t : selang waktu
t1/2 : waktu paro
B. Faktor jarak
Jarak merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi laju paparan radiasi,
karena nilai laju paparan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak.
r12
X2 X1 (4)
r22
dengan : X 1 : laju paparan pada jarak r1
X 2 : laju paparan pada jarak r2
C. Faktor penahan
Penggunaan penahan untuk mengurangi laju paparan secara eksponensial dapat dihitung
dengan persamaan 5.
(5)
X 0 : laju paparan sebelum melewati bahan penahan radiasi
X : laju paparan setelah melewati bahan penahan radiasi
: koefisien absorbsi linier bahan
x : tebal bahan
III. PERALATAN
1. Monitor perorangan
2. Surveimeter
3. Tele survaimeter
4. Kamera radiografi dan perlengkapannya
5. Sumber radiasi Ir-192
6. Tanda radiasi dan tali kuning
7. Penahan radiasi Pb
8. Kolimator
9. Kontainer Pb
10. Alat ukur jarak (roll meter)
A. Persiapan
1. Identifikasi sumber radiasi yang akan digunakan (radionuklida, nomor seri,
aktivitas awal, waktu paro, dan faktor gamma).
2. Hitung aktivitas sumber radiasi pada saat pelaksaan praktikum
3. Hitung jarak (r) untuk laju paparan 2,5 mR/jam; 0,75 mR/jam; dan 0,25 mR/jam.
4. Siapkan penahan radiasi
5. Baca dan catat penunjukan awal dosimeter saku.
6. Pakai film badge dan dosimeter saku.
7. Periksa surveimeter yang akan digunakan (masa berlaku dan faktor kalibrasinya,
baterai serta cara pembacaannya).
8. Tentukan dan catat nama peserta yang akan melaksanakan setiap tahap kegiatan
1. Pastikan sumber radiasi berada di dalam kamera dengan mengukur laju paparan
radiasi pada permukaannya.
2. Pasang tanda radiasi minimal 4 pada batas daerah radiasi tinggi (2,5 mR/jam) di
sekeliling sumber pada jarak sesuai perhitungan dan pasang tali kuning.
3. Pasang tanda radiasi minimal 4 pada batas daerah radiasi sedang (0,75 mR/jam)
di sekeliling sumber pada jarak sesuai perhitungan.
4. Pasang tanda radiasi minimal 4 pada batas daerah radiasi rendah (0,25 mR/jam)
di sekeliling sumber pada jarak sesuai perhitungan.
1. Keluarkan sumber radiasi sampai ke ujung pipa pengarah dengan cara memutar
pengendali ke arah expose
4. Setelah dipastikan terjadi kemacetan sumber radiasi, segera menjauh dari sumber
radiasi.
1. Lakukan survei daerah radiasi rendah (0,25 mR/jam), geser tanda radiasi sesuai
hasil pengukuran, dan catat waktu yang dibutuhkan.
2. Ulangi langkah 1 untuk daerah radiasi sedang (0,75 mR/jam), dan tinggi (2,5
mR/jam, d = ?).
3. Hitung laju paparan untuk :
a. menentukan posisi sumber (sesuai panjang telesurveimeter )
b. menempatkan bahan penahan radiasi Pb dengan tebal 4 mm (jarak 0,5
meter)
c. membuka sambungan pipa pengarah (penahan Pb 4 mm dan jarak 1,5
meter)
d. menarik pipa pengarah (penahan Pb 4 mm dan jarak 2 meter)
e. meletakkan kontainer (penahan Pb 4 mm dan jarak 0,5 meter)
f. menarik kamera (penahan Pb 4 mm dan jarak 1,5 meter)
g. memasukkan sumber ke dalam kontainer dengan penjepit panjang (2
meter)
3. Hitung paparan yang diterima peserta selama melakukan penentuan posisi sumber.
F. Pengamanan Sumber
1. Letakkan penahan Pb di posisi sumber radiasi. Ukur laju paparan dan waktu yang
diperlukan untuk meletakkan penahan radiasi.
2. Geser kamera sehingga berada di bagian belakang penahan radiasi.
3. Buka sambungan pipa pengarah, ukur laju paparan dan waktu pada saat membuka
sambungan tersebut.
4. Tarik pipa pengarah menggunakan penjepit panjang sampai terpisah dari sumber
radiasi, ukur laju paparan dan waktunya.
5. Letakkan kontainer Pb di dekat posisi sumber radiasi, ukur laju paparan dan
waktu meletakkan kontainer.
6. Tarik kamera hingga bagian sambungan sumber radiasi dan kabel pengendali
terlihat. Catat laju paparan dan waktunya.
7. Masukkan sumber radiasi ke dalam kontainer Pb menggunakan penjepit panjang.
Catat laju paparan dan waktunya.
8. Pastikan sumber radiasi telah berada dalam kontainer.
9. Lepaskan kaitan ekor sumber radiasi (pig tail) dari kabel pengendali. Tutup
kontainer.
10. Lakukan survei radiasi di sekitar posisi sumber radiasi macet.
G. Penutup
1. Rapikan peralatan dan letakkan pada tempat yang telah ditentukan
2. Baca dan catat angka penunjukan dosimeter saku
3. Matikan surveimeter
V. TUGAS
1. Bandingkan dosis berdasarkan perhitungan, pengukuran, dan penunjukan
dosimeter saku.
2. Evaluasi dosis radiasi yang diterima peserta dalam penanggulangan
sumber macet.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan sumber radiasi memerlukan aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penggantian sumber radiasi. Penggantian sumber
radiasi mempunyai potensi bahaya radiasi eksterna sehingga harus dilakukan oleh
petugas proteksi radiasi atau pekerja radiasi yang didampingi petugas proteksi
radiasi.
B. Ruang Lingkup
Pada praktikum ini akan dilakukan penggantian sumber radiasi gamma Ir-192 dalam
kamera radiografi sesuai dengan prosedur keselamatan radiasi yang dilaksanakan di
instalasi terbuka.
C. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini mampu melakukan penggantian sumber radiasi
gamma pada kamera radiografi dengan aman. Secara khusus setelah mengikuti
praktikum ini peserta akan mampu :
1. Mengoperasikan kamera gamma radiografi;
2. Menghitung laju paparan pada posisi tertentu;
3. Melakukan penggantian sumber radiasi dengan aman;
4. Mengevaluasi dosis yang diterima.
II. TEORI
Proses penggantian sumber dimulai dengan mengeluarkan sumber radiasi yang
berada dalam kamera ke kontainer melalui pipa penyalur (transfer tube). Sumber
radiasi yang akan digunakan dan masih dalam kontainer dipindahkan ke dalam
kamera dengan cara yang sama.
Ketika sumber radiasi berada di dalam kontainer atau kamera, laju paparan radiasi ke
lingkungan relatif kecil, tetapi pada proses penggantian sumber, yaitu saat sumber
radiasi pada posisi di sepanjang pipa penyalur, laju paparan radiasi ke lingkungan
relatif besar. Pengurangan laju paparan radiasi dilakukan dengan menerapkan 3
prinsip proteksi radiasi yaitu waktu, penahan dan jarak. Penerapan prinsip tersebut
dengan cara :
a. mempersingkat waktu pada saat sumber di posisi pipa penyalur.
b. memasang penahan radiasi di sepanjang pipa penyalur.
c. menggunakan kabel pengendali (crank cable) yang panjang.
Waktu yang diperlukan pekerja radiasi untuk melakukan kegiatan pada jarak tertentu
dari sumber radiasi harus dipantau untuk menghitung paparan yang diterima. Laju
paparan radiasi gamma di suatu posisi bergantung pada aktivitas sumber, jarak dari
sumber ke tempat pengukuran dan jenis nuklida sumber tersebut.
A. Persiapan
1. Identifikasi sumber radiasi yang akan diganti dan penggantinya
2. Hitung laju paparan pada jarak tertentu dari pipa penyalur berdasarkan jenis
dan aktivitas sumber yang akan dipindahkan
3. Hitung jarak untuk laju paparan 2,5 mR/jam dan 0,75 mR/jam
4. Baca dan catat penunjukkan awal dosimeter saku
5. Pakai dosimeter saku dan film badge
6. Periksa surveimeter yang akan digunakan (sertifikat kalibrasi, baterai dan cara
pembacaan)
7. Tentukan dan catat nama peserta yang akan melaksanakan setiap kegiatan
Tarik “kerah” kabel pengendali dan buka penjepit, sehingga ujung kabel
pengendali (ball-end) terlihat.
Tekan pin pengunci pada pigtail sumber dan kaitkan pigtail sumber radiasi
dengan ujung kabel penyalur.
Tekan dan tahan kerah pada penghubung kamera dan putar cincin pemilih
dari posisi „connect‟ ke posisi „lock‟.
Pastikan kamera tetap pada posisi „lock‟ sampai siap melaksanakan
penyinaran.
14. Lepas kaitan antara pigtail sumber radiasi dengan kabel pengendali (hati-hati
dalam melepas kaitan, jangan menarik sumber radiasi lebih dari 1 cm).
15. Catat nomor seri sumber radiasi.
16. Tutup kontainer tersebut
Tekan ke belakang pin pengunci pada pigtail sumber radiasi dan buka
sambungan antara pigtail dengan bagian kabel pengendali.
Tutup penjepit, dan tarik kembali kerah kabel pengendali.
Tekan dan tahan kerah pada penghubung kamera dan putar cincin pemilih
dari posisi „connect‟ ke posisi „lock‟, kemudian kunci kamera.
13. Catat nama peserta dan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan langkah
C.11 s.d C.12.
14. Lepas sambungan pipa penyalur dari kontainer dan pasang tutup kontainer.
15. Lepas sambungan pipa penyalur dari kamera dan pasang tutup transport
kamera.
D. Penutup
1. Pasang label identifikasi sumber radiasi baru pada kamera dan kontainer.
2. Rapikan semua peralatan
3. Baca dan catat penunjukkan dosimeter saku.
4. Matikan surveimeter
V. TUGAS
1. Evaluasi laju paparan pada posisi pengendali hasil perhitungan dan pembacaan
dengan surveimeter.
2. Evaluasi dosis yang diterima peserta selama penggantian sumber radiasi
berdasarkan catatan laju paparan dan waktu yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
2. John J. Memro, III, Froncis E.Roy, Jr, Amersham, Juli 1, 1986, Gamma
Radiography Radiation Safety