You are on page 1of 14

PENATALAKSANAAN FRAKTUR NASAL

Anton Abby Chandra, Boedy Setya Santoso

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PENDAHULUAN
Fraktur nasal adalah fraktur
yang paling sering terjadi pada fraktur menyebabkan fraktur nasal yang berat
kepala leher dan menempati urutan dan sering disertai dengan trauma
ketiga dari seluruh fraktur tubuh maksilofasial.3 Insidens fraktur nasal
manusia. Fraktur nasal umumnya sangat tinggi, dan meningkat seiring
tidak mengancam jiwa, tetapi apabila bertambahnya usia. Jarang terjadi pada
penanganannya tidak tepat dapat pada anak usia kurang dari 5 tahun.
menimbulkan gangguan fungsi hidung Kasus yang dilaporkan pada dewasa
dan kosmetik.1,2,3 Fraktur nasal sering sekitar 39-45% sedangkan pada remaja
berupa fraktur sederhana, tetapi sekitar 45%. Insidens fraktur nasal
komunitif dan dapat disertai dengan pada pria 2-3 kali lebih banyak
luka terbuka pada kulit luar hidung. dibandingkan pada wanita. Puncak
Hidung merupakan unsur estetika insidens fraktur nasal terjadi pada usia
wajah karena terletak pada pusat wajah dekade kedua sampai tiga. Penyebab
dan menonjol pada bidang sagital fraktur nasal pada anak kurang lebih
wajah serta sedikit mengandung sama dengan dewasa, tetapi banyak
tulang. Akibatnya hidung menjadi kasus fraktur nasal pada anak
struktur wajah yang paling lemah dan disebabkan karena terjatuh saat
paling rentan terhadap cedera.3,4 bermain atau kasus penyiksaan
Fraktur nasal merupakan 40% dari anak.1,2,5
seluruh kejadian fraktur dibagian Diperkirakan rata-rata sebesar
wajah dan lebih dari 50% fraktur nasal 51 200 fraktur nasal per tahun terjadi
yang tidak ditangani secara adekuat di Amerika. Namun angka ini dapat
atau terlambat di dalam jauh lebih besar karena banyak
penanganannya akan memerlukan penderita tidak datang untuk berobat
tindakan rinoplasti atau atau kasusnya tidak dilaporkan.5,6
septorinoplasti.5,6,7 Fraktur nasal jarang menimbulkan
Hanya dibutuhkan sedikitnya komplikasi yang berat, tetapi apabila
kekuatan sebesar 25 pounds sudah dalam menegakkan diagnosis dan
dapat menyebabkan fraktur nasal. penanganannya tidak adekuat maka
Trauma langsung dapat menyebabkan dalam jangka panjang dapat
fraktur pada tulang, kartilago dan menimbulkan masalah yang serius.1
septum sehingga menyebabkan Komplikasi jangka panjang dapat
hilangnya struktur penyangga. Trauma berupa deformitas hidung, obstruksi
kraniofasial dapat menyebabkan hidung, perforasi septum dan
hidung depresi disebut saddle nose.3,4 komplikasi lain seperti sinusitis kronis.
Trauma tumpul seperti yang terjadi Hal tersebut dapat menetap atau makin
pada kegiatan olah raga, kecelakaan memburuk dalam beberapa bulan atau
lalu lintas, perkelahian adalah tahun setelah terjadinya trauma.5,7
merupakan penyebab tersering fraktur Fraktur nasal pada bayi dan anak
nasal. Kecelakaan motor cenderung sering kali diabaikan tetapi dampaknya
baru dirasakan ketika anak tersebut Namun pada beberapa kasus, fraktur
berusia remaja atau dewasa yaitu dapat nasal melibatkan struktur proksimal
menimbulkan gangguan deformitas dari tulang hidung seperti os. frontal
hidung dan wajah.6 Diagnosis dan sampai lamina kribosa. Fraktur ini
penanganan yang tepat pada fraktur biasa disebut fraktur Nasoorbitaetmoid
nasal akan menurunkan insidens gejala dan umumnya lebih banyak
sisa fraktur nasal dan juga mengurangi meniumbulkan komplikasi, dan luka
tindakan rinoplasti atau septorinoplasti patologi sehingga memerlukan
akibat keterlambatan diagnosis dan perhatian yang lebih serius.7
penanganan fraktur nasal yang tidak
tepat.2
Tujuan dari penulisan tinjauan pustaka
ini adalah untuk membahas dan
memahami tentang cara
penatalaksanaan yang tepat pada
penderita fraktur nasal.

1. Anatomi Hidung
Tulang hidung terdiri dari
beberapa tulang yang berpasang-
pasangan dan berbentuk seperti
piramid. Hidung luar dibentuk oleh Gambar 1. Anatomi Hidung.2
kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi kulit, jaringan ikat dan Kartilago nasalis lateralis
beberapa otot kecil yang berfungsi superior yang berpasangan ini
untuk melebarkan dan menyempitkan berfungsi menjaga kartilago
lubang hidung. Kerangka tulang terdiri quadrangularis tetap pada posisi garis
dari os nasalis, pros frontalis os tengah sedangkan kartilago nasalis
maksila dan pros nasalis os frontal. lateralis inferior ini lebih berfungsi
Sedangkan kerangka tulang rawan untuk kontur hidung. Secara umum
terdiri dari beberapa pasang tulang fraktur kartilago sangat jarang terjadi
rawan yang terletak di bagian bawah yang disebabkan karena kartilago lebih
hidung yaitu sepasang kartilago nasalis lentur. Perlu tenaga yang lebih besar
lateralis superior, sepasang kartilago untuk menimbulkan kerusakan pada
nasalis lateralis inferior yang disebut kartilago dibandingkan pada tulang
juga sebagai kartilago alaris mayor, hidung atau septum. Dinding medial
beberapa pasang kartilago alaris minor hidung adalah septum nasi yang
dan tepi anterior kartilago septum di merupakan elemen terpenting dari
bagian tengah. Pros. frontalis os. seluruh struktur hidung.7 Septum
maksila di bagian lateral saling dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.
berartikulasi satu sama lain pada Bagian tulang adalah lamina
bagian tengah.2,5,8 Bagian superior perpendikularis os etmoid di bagian
tulang hidung lebih tebal dibanding posterior, bagian inferior adalah vomer
bagian inferior dan melekat pada pros yang berbentuk seperti kapak, krista
frontalis os. maksila. Bagian ini lebih nasalis os maksila dan krista nasalis os
tahan terhadap cedera, bagian inferior palatina. Bagian tulang rawan adalah
lebih tipis dan lebih luas serta melekat kartilago quadrangularis dan kolumela.
pada kartilago nasalis lateralis Septum dilapisi oleh perikondrium
superior. Fraktur nasal sering terjadi pada bagian tulang rawan dan
pada daerah transisi kedua bagian ini periostium pada bagian tulang,
yang disebut area keystone (Gambar 1) sedangkan diluarnya dilapisi pula oleh
mukosa hidung.8 Pada anak, septum posterosuperior hidung ini berpotensi
berkontribusi ikut memberikan bentuk dapat menyebabkan infeksi ekstra
wajah dan sebagai pusat pertumbuhan kranial menyebar ke dalam intra
sampai berusia 12-13 tahun. Trauma kranial.9,10
septum pada anak yang tidak ditangani Inervasi intranasal dilakukan
dengan baik akan menyebabkan oleh n. etmoidale, n. spenoidale, dan n.
gangguan perkembangan bentuk nasopalatina. Hidung bagian luar di
wajah.7 inervasi oleh n. etmoidale anterior, n.
Vaskularisasi hidung berasal infraorbitalis, n. infratroklearis dan
dari cabang a. karotis interna dan supratroklearis (Gambar 2B) n.
eksterna. Distribusi vaskularisasi nasal supratroklearis dan n. infratroklearis
sangat penting untuk evaluasi dan merupakan cabang n. optalmikus
penanganan bila terjadi perdarahan memberikan inervasi sensorik kulit
hidung.7 A. optalmika merupakan bagian proksimal dan lateral dorsum
cabang a karotis interna yang nasi. n etmoidale anterior memberikan
memberikan vaskularisasi pada bagian inervasi kulit bagian distal dorsum nasi
superior intranasal termasuk a. dan apeks nasi.5,7,9 Nervus ini muncul
etmoidale anterior dan posterior. Pada diantara sisi kaudal os. nasal dan
hidung luar melalui a. dorsalis nasal kartilago nasalis lateralis superior.
dan a. eksternal nasal (Gambar 2A). A. Cedera pada saraf ini saat insisi dapat
karotis eksterna memberikan menyebabkan matirasa pada daerah
vaskularisasi ekstranasal melalui a. tersebut. Ganglion spenopalatina yang
infra orbita cabang a. maksilaris berasal dari ujung konka media
interna, a. labialis superior, a. angularis memberikan inervasi di bagian
cabang arteri fasialis.2,8 A. karotis posterior kavum nasi. Cabang interna n
eksterna menvaskularisasi intranasal etmoidale anterior dan posterior serta n
bagian posteroinferior melalui a. nasopalatina saling menyilang pada
spenopalatina hingga konka media dan bagian superior dan posterior
a palatina mayor. A. spenopalatina ini intranasal untuk memberikan inervasi
kemudian bercabang menjadi dua yaitu sensorik pada sebagian besar septum
a. posterolateral nasal dan septal. nasi.2
Cabang septal ini kemudian
beranastomosis dengan a etmoidale
anterior. Anastomosis ini penting
untuk menghubungkan sistem arteri
intranasal dan ekstranasal.1,9,10
Drainase vena berjalan sesuai
aliran arterinya dan mengalir melalui
v. fasialis dan pleksus pterigoid ke Gambar 2. Vaskularisasi hidung (A)
dalam v. jugularis interna dan atau v. dan inervasi hidung (B).10
optalmika bermuara ke dalam sinus
kavernosus.2 Pada intranasal drainase 2. Patofisiologi Fraktur Nasal
vena dari os. etmoid masuk ke dalam Tipe dan berat-ringannya
cavum orbita dan berhubungan dengan fraktur nasal tergantung pada kekuatan,
v. optalmika, sinus cavernosus dan arah, jenis dan mekanisme trauma.
sistem vena duramater. Pada bagian Objek yang kecil dengan kecepatan
posterior drainase vena mengikuti v. tinggi akan menimbulkan kerusakan
spenoplatina ke dalam fossa dan yang hebat dibandingkan dengan objek
pleksus pterigopalatina yang besar tapi kecepatan rendah.3
berhubungan dengan sistem vena Mekanisme terjadinya fraktur nasal
duramater. Drainase vena
harus dipahami dengan benar agar menyebabkan berbagai derajat
3
penatalaksaannya dapat dilakukan sumbatan hidung. Trauma inferior
dengan tepat. Pada penderita dewasa menyebabkan pola fraktur yang lebih
muda cenderung lebih mudah terjadi kompleks disertai faktur dan dislokasi
dislokasi, pada orang tua cenderung septum.3,13 Tipe fraktur nasal antara
terjadi fraktur komunitif sedangkan lain berupa tipe fraktur depresi yaitu
pada anak umumnya terjadi terjadi apabila kekuatan trauma dari frontal
fraktur greenstick. Hal ini disebabkan cukup besar sehingga menyebabkan
karena tulang hidung anak masih open book fracture dimana septum
banyak terdapat tulang rawan, dan menjadi kolaps dan os. nasal melebar.
berisiko terjadi hematom Bahkan pada kekuatan trauma yang
septum.2,5,11,12 lebih kuat dapat menyebabkan fraktur
Avulsi dan dislokasi kartilago komunitif os. nasal dan pros. frontalis
nasalis lateralis superior os nasal dan os maksila menjadi rata dan dorsum
septum akan menyebabkan cekungan nasi menjadi lebar, tipe fraktur
pada pertengahan dorsum nasi. Hal angulasi atau fraktur bilateral yaitu
tersebut dapat mengakibatkan robekan trauma dari arah lateral yang dapat
arteri yang keluar antara os. nasal dan menyebabkan fraktur depresi
kartilago sehingga dapat terjadi unilateral sisi trauma atau dapat juga
hematom dorsum nasi.2 Fraktur nasal pada kedua sisi os. nasal dan deviasi
sering disertai cedera septum. Cedera septum serta fraktur greenstick yang
septum nasi dapat berupa fraktur banyak terjadi pada anak (Gambar 3)
sederhana, dislokasi atau fraktur
komunitif yang dapat menyebabkan
deformitas dan disfungsi hidung
berupa obstruksi jalan napas. Bagian
tipis septum yang cenderung mudah
terjadi fraktur adalah kartilago
quadrangularis dan lamina
perpendikularis os etmoid. Fraktur
inkomplet pada septum menyebabkan
lepasnya artikulasi kartilago sehingga
kelak dapat menimbulkan gangguan
pada pusat pertumbuhan dan
2,3,5,11
menyebabkan deformitas.
Trauma lateral menyebabkan
fraktur depresi ipsilateral, deformitas Gambar 3. Contoh pola fraktur
dorsum nasi bentuk C atau S, fraktur nasal.2
dinding medial os maksila dan
deformitas septum.2,12 Trauma anterior 3. Klasifikasi Fraktur Nasal
menyebabkan fraktur apeks nasi, Klasifikasi fraktur nasal sangat
dorsum nasi menjadi rata dan melebar penting untuk menentukan rencana
disebut saddle nose dan deformitas penanganan fraktur nasal. Banyak
septum. Saddle nose diklasifikasikan klasifikasi fraktur nasal yang pernah
atas dua yaitu anterior, bila yang dibuat sebelumnya. Murray dkk
terlibat adalah bagian kartilago, menjelaskan klasifikasi fraktur nasal
posterior bila yang terkena bagian berdasarkan keriteria patologi yang
tulang. Karakteristik saddle nose ditimbulkan. (Tabel 1) Murray juga
adalah berkurangnya tinggi dorsum mengatakan bahwa deviasi nasal ke
nasi, istilah lainnya adalah pug nose lateral lebih dari setengah dari lebar
atau boxers nose. Saddle nose
hidung mengindikasikan adanya Tabel 2. Diagnosis fraktur nasal.10
keterlibatan cedera pada septum.

Tabel 1. Klasifikasi trauma nasal.7


Tipe Cedera terbatas pada
1 jaringan lunak
Tipe Simple, unilateral
IIa nondisplaced fracture 4.1 Anamnesis
Tipe Simple, bilateral Pada anamnesis didapatkan
IIb nondisplaced fracture adanya riwayat trauma tumpul pada
Tipe Simple, displaced fracture midface. Mekanisme terjadinya cedera
III harus dipahami dengan benar karena
Tipe Closed comminuted dapat memperkirakan derajat berat-
IV fracture ringannya cedera. Anamnesis yang
Tipe Open comminuted lengkap meliputi usia penderita,
V fracture atau complicated mekanisme, arah, kekuatan, lokasi, dan
fracture waktu terjadinya trauma. Perlu
ditanyakan pula apakah fraktur nasal
terjadi karena kecelakaan bermotor,
perkelahian dengan atau tanpa senjata,
4. Diagnosis Fraktur Nasal
atau karena terjatuh. Objek trauma
Diagnosis fraktur nasal
yang berbeda menyebabkan pola
berdasarkan anamnesis dan
patologis yang timbul berbeda pula.
pemeriksaan fisik. Anamnesis dan
Misalnya pukulan akibat perkelahian
pemeriksaan fisik harus dilakukan
umumnya dari arah lateral dengan
secara cermat, hal ini penting karena
energi rendah dapat menyebabkan
sangat menentukan dalam menegakan
fraktur depresi pada dinding ipsilateral,
diagnosis fraktur nasal dan
out fracture pada sisi kontralateral dan
penanganan yang tepat sehingga
sering menyebabkan deformitas
komplikasi jangka panjang dapat
septum. Arah trauma dari frontal yang
dihindari.7 Adanya udim nasal,
disebabkan karena kecelakaan
laserasi, ekimosis periorbital,
bermotor umumnya melibatkan
perlunakan nasal, deformitas nasal,
kekuatan energi tinggi, sehingga
krepitasi, hematom, obstruksi nasal,
menyebabkan cedera yang lebih berat
kerusakan mukosa dan epistaksis
berupa fraktur komunitif dan
makin menyokong dugaan terjadinya
deformitas septum.5,6,14
fraktur nasal.11 Diagnosis dibuat
Waktu terjadinya cedera,
berdasarkan anamnesis dan
penting untuk ditanyakan. Hal ini
pemeriksaan klinis sedangkan
berkaitan dengan prosedur
pemeriksaan radiologi baru dikerjakan
penatalaksanaan dan prognosis hasil
apabila ada kecurigaan terjadi fraktur
pengobatan. Bila cedera baru saja
maksilofasial (Tabel 2)
terjadi, udim masih belum banyak
sehingga pemeriksaan fisik dan
manipulasi mudah dikerjakan, teknik
reduksi tertutup adalah prosedur yang
paling ideal dikerjakan. Sedangkan bila
datang terlambat dimana udim sudah
banyak terjadi maka pemeriksaan fisik
menjadi lebih terbatas. Dalam hal ini
reposisi sebaiknya ditunda 3-5 hari septum nasi dan mencari adakah
sampai udim berkurang sehingga hematom septum. Pemeriksaan dapat
evaluasi dapat dilakukan secara lebih dimulai dari distal ke proksimal.
detail.13 Perlu ditanyakan juga riwayat Fraktur nasal dapat disertai epistaksis,
medis sebelumnya apakah pernah nyeri, udim, buntu hidung dan
mengalami fraktur sebelumnya atau perdarahan subkonjungtiva, sedangkan
pernah menjalani operasi hidung tanda yang lebih spesifik adalah
sebelumnya. Alkohol sering ditemukannya krepitasi, laserasi
berhubungan dengan fraktur nasal mukosa hidung, fraktur atau dislokasi
maka dapat pula ditanyakan perihal septum. Adanya krepitasi pada
konsumsi alkohol sebelum cedera.5,6 jaringan lunak menunjukan bahwa
cedera lebih berat, sedangkan adanya
matirasa menunjukan telah terjadi
cedera pada n. infraorbitalis.6,14 Bentuk
4.2 Pemeriksaan Fisik hidung sebelum cedera dapat
Setelah memastikan kondisi membantu memperkirakan seberapa
pasien stabil, airway bebas dan berat cedera yang terjadi. Foto nasal
ventilasi adekuat maka pemeriksaan sebelum cedera dapat diperoleh dari
fisik dapat dilakukan. Pemeriksaan kartu identitas atau kartu izin
fisik paling akurat dilakukan sebelum mengemudi pasien. Dokumentasi pada
timbul udim yaitu sekitar 2-3 jam fraktur nasal sangat penting dengan
setelah cedera. Pemeriksaan tidak tujuan untuk legalitas hukum dan
boleh terfokus hanya pada hidung saja, untuk menilai hasil pengobatan.3,5
terutama apabila penyebab traumanya Pada fraktur nasal apabila
hebat seperti pada kecelakaan penderita datang setelah timbul udim
bermotor. Hal ini disebabkan karena maka pemeriksaan dan reposisi ditunda
pada trauma hebat, fraktur nasal sering dulu. Untuk sementara penderita dapat
disertai cedera kepala-leher yang dapat diberikan analgesik dan berobat jalan
membahayakan patensi trakea. Oleh sambil diinstruksikan agar beristirahat,
karena itu sebelum melakukan kompres es dan menjaga elevasi
pemeriksaan fisik harus dipastikan kepala. Follow-up, evaluasi, dan
betul airway dan ventilasi dalam penanganan baru dapat dilakukan
keadaan adekuat. Trauma pada midface setelah udim berkurang, umumnya
kemungkinan dapat juga disertai terjadi dalam 3-5 hari. Reposisi harus
dengan fraktur struktur hidung lainnya segera dilakukan dalam waktu 5-10
seperti mandibula, arkus zigoma, dan hari setelah cedera. Bila reposisi tidak
gigi. Pemeriksaan fisik meliputi memungkinkan dalam 10 hari pertama,
inspeksi dan palpasi dan harus maka fragmen fraktur mulai terbentuk
dilakukan secara hati-hati. Inspeksi kalus dan setelah lebih dari 2 minggu
untuk melihat adakah laserasi mukosa fraktur menjadi tidak lagi mudah
nasal, adakah kartilago atau tulang digerakan sehingga manipulasi
yang terekspose, udim dan deformitas menjadi lebih sulit lagi. Penyembuhan
hidung, perubahan patologis warna sempurna harus ditunda beberapa
kulit, kesimetrisan dan gerakan bola bulan sebelum dapat dikerjakan
mata. Palpasi untuk mencari rinoplasti korektif.15
iregularitas tulang, dan pergerakan Apabila setelah cedera,
fragmen fraktur atau krepitasi.5 penderita mengeluh buntu hidung berat
Pemeriksaan intranasal dapat atau total, maka hal tersebut
dengan rinoskopi anterior apabila tidak kemungkinan dapat disebabkan karena
mempunyai fasilitas endoskopi. adanya hematom septum. Hematom
Evaluasi mukosa cavum nasi, posisi septum ini sering dikaitkan dengan
cedera septum nasi walaupun tidak Campuran antara oxymetazoline atau
selalu.12 Adanya hematom septum phenylephrine dan lidokain 4% dengan
tampak pada inspeksi yaitu daerah perbandingan 1:1 mempunyai efek
yang fluktuatif berwarna sedikit yang sama efektifnya dengan kokain.
kemerahan atau keunguan sepanjang Penderita diperiksa dalam posisi duduk
salah satu atau kedua dinding septum senyaman mungkin. Hidung
(Gambar 4). Hematom septum diposisikan seoptimal mungkin
menyebabkan terpisahnya sehingga dapat terlihat cavum nasi dari
perikondrium dari kartilago septum, segala sudut. Kelainan yang didapat
tetapi tidak menimbulkan robekan harus dicatat dan bila terjadi epistaksis
mukosa. Ruang potensial tersebut dan seberapa banyak harus dicatat
berisi darah dari robekan vena kecil juga. Adanya rinorea CSF dapat
yang mensuplai perikondrium. Apabila merupakan indikasi trauma intra
tidak ditangani hematom septum akan kranial, dan fraktur sudah meluas
mudah terinfeksi dan kartilago septum sampai lamina kribosa, sinus frontalis,
menjadi nekrosis dan dapat dan komplek nasoethmoid. Stabilitas
menyebabkan deformitas berbentuk prosesus ini dinilai dengan palpasi
saddle nose. Pada anak dalam jangka secara bimanual yaitu dengan memakai
panjang dapat menimbulkan gangguan klemp Kelly dibagian dalam dan jari
pertumbuhan dan menjadi faktor dibagian luar hidung.1,12
predisposisi terjadinya deeformitas
atau cacat pada wajah.5,6,7,15 4.3 Radiologi
Penggunaan foto polos nasal
untuk menegakan diagnosis fraktur
nasal masih merupakan perdebatan.
Hal ini disebabkan karena banyaknya
salah persepsi antara garis sutura yang
normal dengan garis fraktur, selain itu
foto polos nasal juga tidak dapat
mendeteksi adanya cedera tulang
rawan yang banyak terjadi pada
Gambar 4. Hematom septum.14 anak.2,3 CT Scan memiliki sensitifitas
dan spesifitas lebih besar untuk
Pemeriksaan intranasal diagnosis fraktur nasal. Namun
memerlukan beberapa peralatan antara biayanya relatif lebih mahal,
lain suksion, nasal sprai untuk anastesi mempunyai efek samping radiasi yang
dan vasokontriksi, spekulum hidung lebih besar dan tidak begitu besar
dan lampu kepala. Sebelum melakukan perannya dalam penatalaksanaan
pemeriksaan intranasal dilakukan fraktur nasal. Untuk fraktur nasal saja,
anestesi dan vasikontriksi dekongestan. penggunaan CT Scan tidak dianjurkan
Obat topikal dapat berupa solusio kecuali ada kecurigaan fraktur
kokain 5-10% yang sangat efektif maksilofasial.3 CT Scan digunakan
sebagai anestesi dan vasokontriksi untuk menilai sejauh mana cedera
kuat, alternatif lain dapat berupa tulang yang terjadi. Potongan CT Scan
lidokain, bupivakaine dan pantokaine yang paling tepat untuk mengevaluasi
spray. Vasokontriksi topikal seperti midfacial, orbital dan sinus frontalis
oxymetazoline dan phenylephrine adalah potongan koronal dan aksial.
hydrochloride dapat berfungsi juga Untuk cedera yang lebih luas yang
untuk mengontrol perdarahan dan melibatkan nasoorbitoetmoid
mengurangi udim intranasal. kombinasi potongan koronal dan aksial
serta penggunaan CT Scan tiga
dimensi sangat direkomendasikan dari penatalaksanaan fraktur nasal
untuk mengetahui lokasi fraktur dan adalah mengembalikan fragmen fraktur
pergeseran fragmen fraktur. Beberapa kembali ke posisi seanatomis mungkin
penulis menyatakan radiologi dan menghindari komplikasi jangka
diperlukan sebagai dokumen panjang (Tabel
medikolegal untuk fraktur nasal. 2
Tabel 3. Tujuan akhir terapi fraktur
5. Diagnosis Banding Fraktur Nasal nasal.10
Fraktur nasal sederhana tanpa
komplikasi adalah fraktur yang paling
sering terjadi diantara semua fraktur
tulang wajah, tetapi tetap harus
dibedakan dengan fraktur
maksilofacial dan fraktur nasoethmoid.
Fraktur nasoetmoid adalah fraktur
yang terjadi pada kompleks
nasoethmoid yang sering menyebabkan Terapi fraktur nasal sangat
robeknya duramater dan terjadi tergantung pada beberapa faktor antara
rhinorea CSF. Fraktur zigoma lain usia pasien, waktu terjadinya
umumnya menyababkan deformitas cedera, waktu reposisi, pilihan anestesi
berbentuk V dengan tiga bagian yang dan teknik reposisi. Diperlukan kehati-
terpisah pada arkus zigoma. Pada hatian dalam menentukan klasifikasi
pemeriksaan fisik terjadi trismus otot
temporalis dalam berbagai derajat.
Tripod atau fraktur
zigomatikomasilaris umumnya
disebabkan karena benturan keras pada
pipi melibatkan satu atau lebih sendi
yang menghubungkan antara zigoma,
os nasal dan maksila dengan lantai
dasar orbita. Kadang juga dijumpai
parastesia ipsilateral sepanjang n
infraorbita dan cabang n fasialis.
Benturan keras pada inferior maksila
dapat menyebabkan fraktur alveolar
yang ditemukan pada daerah batas fraktur nasal karena untuk menentukan
superior gigi sehingga menyebabkan prosedur teknik yang nantinya akan
gigi lepas atau ekimosis ginggiva.9 dipilih. Fraktur sederhana tanpa
perpindahan fraktur tidak memerlukan
6. Terapi Fraktur Nasal penanganan khusus, sedangkan pada
Sebelum dilakukan tindakan, kasus lain mungkin diperlukan reposisi
penting halnya untuk memberikan baik tertutup atau terbuka (Gambar 5).
informed concent berupa penjelasan
tentang prosedur teknik operasi yang Gambar 5. Prosedur penatalaksanaan
akan dipilih, risiko operasi, termasuk fraktur nasal.7
kemungkinan cacat persisten. Pada
pasien anak juga harus di jelaskan Pemilihan prosedur teknik
tentang risiko dari cederanya atau operasi berdasarkan permasalahan
risiko pembedahan yang dapat yang terjadi pada masing-masing
mengganggu pertumbuhan dan individu dan tidak ada satupun
perkembangan normal hidung. Tujuan prosedur teknik yang dapat
memuaskan semua pasien.7 komplikasi yang kooperatif dan datang
Pertamakali yang harus dilakukan saat awal cedera dapat segera
adalah mengontrol perdarahan bila dilakukan reposisi tertutup. Namun
terjadi epistaksis. Laserasi atau luka apabila pasien dating terlambat dimana
terbuka harus dibersihkan dan udim sudah banyak terjadi maka
dilakukan debridement atau bila perlu reposisi dapat ditunda dalam waktu 3-5
dilakukan penjahitan. Bila didalam hari sampai udim berkurang dan
evaluasi tidak ditemukan deformitas dilakukan evaluasi ulang. Pada dewasa
sebaiknya tidak dilakukan manipulasi reposisi tertutup harus dilakukan 5-10
terlalu jauh dan tidak perlu digips. hari setelah cedera sebelum terbentuk
Sebaliknya bila ditemukan deformitas kalus. Reposisi nasal 2-3 minggu
maka reposisi harus segera setelah cedera menjadi lebih sulit lagi
4,11
dilakukan. karena deformitas menjadi permanen.
Pada anak proses tersebut berlangsung
lebih cepat sehingga fraktur nasal pada
anak harus segera ditangani dengan
benar. Karena apabila tidak sering kali
memerlukan tindakan osteotomi dan
6.1 Usia rekonstruksi tulang.1,3,4,14
Reposisi nasal pada anak atau
orang tua perlu mendapat perhatian 6.3 Anestesi
khusus. Hal ini disebabkan karena Pertimbangan pemilihan
pada orang tua tulang hidung anestesi pada tindakan reposisi fraktur
cenderung lebih rapuh, lebih pendek, nasal adalah dengan melihat berat-
dan proses penyembuhannya memakan ringannya cedera dan kenyamanan
waktu lebih lama. Oleh karena itu penderita. General anestesi mungkin
perlu ditekankan kepada penderita usia diperlukan pada trauma berat yang
tua akan hasil akhir yang dicapai dan memerlukan intervensi pembedahan.
sering penanganan hanya berupa Pada kasus fraktur nasal sederhana
konservatif. Rinoplasti pada penderita anestesi lokal dengan atau tanpa sedasi
anak harus dikerjakan dengan penuh menjadi pilihan utama. Anestesi lokal
ketelitian mengingat variasi anatomi dirasa lebih aman, lebih efektif dan
pada anak berbeda dengan dewasa. lebih adekuat dibandingkan dengan
Harus dihindari kerusakan pada daerah general anestesi. Namun pada
pusat pertumbuhan nasal karena dapat penderita anak yang tidak kooperatif
menyebabkan deformitas wajah. dapat dipertimbangkan pemilihan
Pembedahan septum pada anak general anestesi.1
dilakukan setelah anak tersebut berusia Apabila terjadi hematom
13-14 tahun karena dianggap pada usia septum harus segera ditangani.
tersebut pertumbuhan septum sudah Dilakukan aspirasi atau insisi pada
lengkap.7 bagian dasar hematom dengan bantuan
lokal anestesi. Kemudian evakuasi
6.2 Waktu bekuan darah, untuk mencegah
Waktu terbaik untuk reakumulasi kembali darah, dapat
melakukan reposisi adalah segera dilakukan pemasangan drain steril
setelah cedera atau 1-3 jam pertama pada tempat hematom. Antibiotik
setelah cedera. Hal ini disebabkan propilaksis dapat diberikan untuk
karena belum banyak timbul udim mencegah terjadinya abses septum.
sehingga mudah dalam melakukan Tampon anterior dapat juga
evaluasi dan manipulasi. Pada diaplikasikan pada kedua sisi septum
penderita fraktur nasal tanpa untuk menyangga dan memberikan
tekanan pada septum (Gambar 6)
Pasien diberikan pengertian akan
kemungkinan terjadi deformitas saddle
nose yang disebabkan oleh karena
nekrosis septum.4,13,14

Gambar 6. Penanganan hematom


septum.14

6.4 Reposisi Tertutup


Pada umumnya fraktur nasal
baik itu fraktur depresi atau deviasi
septum dapat direposisi dengan
reposisi tertutup. Reposisi tertutup ini
dapat dikerjakan dalam waktu 3 jam Gambar 7. Instrumen Reposisi
pertama setelah cedera sebelum timbul Tertutup.14
udim atau antara 3-10 hari sesudah
udim berkurang dan sebelum terbentuk Forcep Walsham atau Asch
kalus.3,12 Reposisi tertutup dapat digunakan untuk reposisi fraktur
menggunakan beberapa instrumen nasal atau dislokasi septum.
sederhana terdiri dari elevator Boies, Kelemahan dari penggunaan instrumen
forsep Walsham dan forceps Asch ini yaitu dapat merusak mukosa hidung
yang dapat digunakan untuk fraktur diantara gigi forceps sehingga dapat
depresi septum dan os nasal. menimbulkan hematom (Gambar 8A)3
Instrumen ini dapat digunakan secara Reposisi tertutup adalah cara yang
bergantian. (Gambar 7) paling ideal untuk diterapkan pada
jenis fraktur nasal tip atau fraktur nasal
depresi pada satu sisi. Anestesi lokal
dapat dilakukan dengan cara
memberikan pasta kokain atau melalui
tampon yang telah diberikan campuran
lidokain dan phenylephrine untuk
mengurangi perdarahan. Selain itu
dapat juga dengan cara menyuntikan
lidokain epinephrine 1-2%
disepanjang daerah yang di inervasi n
infra orbita dan n supratroklear dan
dasar anterior septum nasi. Setelah
dianestesi, elevator Boies dimasukan Setelah dilakukan reposisi
lebih dalam ke lubang hidung sampai nasal, dilakukan fiksasi dengan
di bawah fragmen fraktur depres penggunaan gips sebagai fiksasi
sekitar 1 cm sudut nasofrontal. eksterna dan tampon antibiotik sebagai
Kemudian elevator Boeis dengan fiksasi interna. Fiksasi ini bertujuan
tuntunan ibu jari dibagian luar secara untuk mempertahankan posisi fraktur
perlahan mencoba menaikan fraktur setelah dilakukan reposisi. Gips
yang mengalami fraktur depresi dan dipertahankan selama 7-14 hari
mendorong ke sisi kontralateral sedangkan tampon antibiotik
sehingga fraktur kembali ke posisi dipertahankan selama 3-7 hari.
anatomi (Gambar 8B). Sementara itu penderita dapat
Tindakan manipulasi ini harus diberikan antibiotik dan analgetik oral,
dilakukan dengan hati-hati dan pasien dapat rawat jalan.1,3
mengutamakan kenyamanan pasien.
Jika manipulasi ini sulit dilakukan 6.5 Reposisi Terbuka
berarti fraktur sudah terbentuk Reposisi terbuka untuk fraktur
kalus.3,5,15 Reduksi tertutup yang nasal sederhana jarang dilakukan.
adekuat pada nasal piramid adakalanya Reposisi terbuka hanya dilakukan
menyebabkan reduksi spontan apabila reposisi tertutup mengalami
dislokasi septum. Namun apabila hal kegagalan atau terjadi reposisi yang
ini tidak terjadi maka dapat digunakan tidak sempurna. Pada beberapa kasus,
forsep Asch untuk elevasi dorsum nasi reposisi terbuka digunakan untuk kasus
dan mengembalikan septum ke posisi fraktur third plane, Fraktur yang
anatomi.5 melibatkan orbita, maksila atau fraktur
Le fort pada daerah midface paling
A sering dilakukan pendekatan tehnik
endonasal rinoplasti. Pendekatan ini
memberikan hasil kosmetik yang
memuaskan karena memungkinkan
untuk dapat langsung melakukan
manipulasi fragmen fraktur dengan
minimal invasif. Pada kasus yang
melibatkan orbita dan sinus frontal
pendekatan eksterna dilakukan
dengan cara melakukan insisi bawah
hidung dan pada kasus fraktur yang
lebih kompleks mungkin diperlukan
B tehnik degloving, pendekatan koronal
atau bahkan rinotomi lateral.1
Fraktur os nasal dan kartilago
septum yang sudah mengalami
kalsifikasi, reposisi terbuka diawali
dengan melakukan insisi
hemitransfixion septum nasi sisi yang
mengalami dislokasi. Akses lebih
lanjut ke garis fraktur diperoleh
melalui insisi yang dibuat antar
kartilago nasalis lateralis superior
sehingga memungkinkan elevasi
dorsum nasi, kartilago, dan periosteum
Gambar 8. Reposisi tertutup dengan forceps
Walsham (A) dan elevator Boies (B).2
nasal. Garis fraktur dapat di akses penanganan fraktur nasal secara dini
melalui insisi pada apertura piriformis. dan adekuat lebih penting.4,11
Umumnya sering ditemukan dislokasi
kartilago quadrangularis atau 8. Fraktur Nasal Anak
deformitas bentuk C. Adakalanya Penanganan fraktur nasal pada
segmen kartilago yang dekat dengan anak berbeda dengan dewasa dimana
fraktur harus direseksi. Reseksi secara pada anak perlu perhatian lebih khusus
radikal pada kartilago atau tulang pada daerah septum nasi dan maksila
sebaiknya dihindari untuk mengurangi anterior. Karena pada daerah tersebut
timbulnya fibrosis dan kontraktur.9 terdapat pusat pertumbuhan yang
Elevator Cottle digunakan untuk masih terus berkembang sampai anak
melepas kartilago septum dari berusia 13-14 tahun sehingga sebisa
selubungnya sehingga memungkinkan mungkin hindari kerusakan pada
septum nasi kembali spontan pada daerah tersebut. Komplikasi jangka
garis tengah.1 panjang dapat berupa gangguan fungsi
Pada deformitas septum bentuk hidung dan pertumbuhan yang
C dilakukan pemisahan kartilago mengakibatkan kecacatan secara
nasalis lateralis superior dari dorsal kosmetik. Pada kasus fraktur nasal
septum. Setelah itu dilakukan jahitan sederhana mungkin dapat terjadi
pada periosteum os nasal sebelah penyembuhan secara spontan dengan
anterior dan kartilago septum bagian hanya dilakukan fiksasi eksterna
inferior.1 Fragmen fraktur yang tidak dengan gips pada bagian dorsum nasi.
stabil seperti pada fraktur komunitif Tehnik reduksi tertutup dengan
dapat difiksasi dengan fine manipulasi harus dilakukan dengan
interosseous wire atau miniplate dan hati-hati dan dipastikan dengan benar,
minidrill nomer delapan, hindari tidak ada tindakan kita yang
penggunaan plate. Wire tidak boleh menyebabkan kerusakan pada pusat
teraba dibawah kulit. Tampon pertumbuhan. Harus dihindari reseksi
intranasal jarang diperlukan. Diberikan berlebihan dan mungkin diperlukan
antibiotik selama minimal 5 hari. septorinoplasti untuk mengembalikan
Cedera septum mungkin diperlukan bentuk dan fungsi hidung yang
pemasangan gips. Cangkok tulang terganggu saat remaja.1,12
mungkin diperlukan pada kasus fraktur
komunitif yang berat.1,11 Kompres 9. Prognosis Fraktur Nasal
dingin dianjurkan selama 24 jam Secara umum prognosis fraktur
sampai 48 jam untuk mengurangi nasal sederhana tanpa komplikasi
timbulnya udim.10 adalah baik dan dapat sembuh dalam
waktu 2 sampai 3 minggu dengan
7. Keterlambatan Penatalaksanaan memberikan hasil kosmetik dan fungsi
Fraktur Nasal hidung yang cukup baik. Komplikasi
Jika pasien fraktur nasal datang kosmetik jangka panjang dapat terjadi
terlambat dalam hitungan bulan atau sesudah reposisi tertutup atau terbuka.
bahkan tahunan setelah cedera maka Komplikasi kosmetik ini juga dapat
manipulasi sudah tidak memungkinkan disebabkan karena hematom septum
lagi sehingga diperlukan rinoplasti atau yang tidak ditangani dengan baik.
septorinoplasti. Dilakukan elevasi kulit Apabila terjadi malunion atau
dari rangka hidung dan mobilisasi os deformitas dapat dilakukan reduksi
nasal dengan memotong dibagian atau rekontruksi lebih lanjut
lateral kemudian dilakukan reposisi ke bergantung berat ringannya cedera dan
posisi anatomi. Prosedur tersebut faktor kesulitannya. Septorinoplasti
sangat sulit dilakukan, sehingga merupakan prosedur standart yang
dilakukan pada kasus reposisi fraktur nasal antara lain deformitas, epistaksis,
nasal yang gagal atau yang terlambat udim, perlunakan, krepitasi, dan
ditangani.1 obstruksi hidung. Diagnosis dini dan
penatalaksanaan yang tepat akan
10 Komplikasi Fraktur Nasal menghindari terjadinya komplikasi
Fraktur nasal memiliki jangka panjang yaitu terjadinya
komplikasi segera dan komplikasi kecacatan kosmetik dan gangguan
lambat. Komplikasi segera berupa fungsi hidung. Adanya hematom
cedera pada ligamen kantus medius, septum harus segera dideteksi dan
cedera duktus lakrimalis, nyeri hidung, diatasi karena untuk mencegah
hematom septum yang bila tidak terjadinya nekrosis septum sehingga
ditangani dapat menyebabkan dapat mengakibatkan deformitas
deformitas saddle nose, fraktur lamina saddle nose. Pasien dengan deviasi
kribiformis yang menyebabkan rinore piramid hidung hampir selalu
CSF dan anosmia, epistaksis persisten berkorelasi dengan terjadinya fraktur
dan obstruksi jalan napas. Komplikasi septum nasi yang serius. Banyak kasus
lambatnya adalah deformitas hidung, fraktur nasal dapat ditangani dengan
perforasi dan nekrosis septum saddle pendekatan reposisi tertutup. Namun
nose, kontraktur karena jaringan parut pada fraktur yang lebih kompleks
dan nyeri hidung yang terus dengan deviasi hidung lebih dari
menerus.3,12 Emergensi pada fraktur setengah lebar nasal bridge sering
nasal antara lain perdarahan hebat, memerlukan pendekatan reposisi
sumbatan hidung pada pasien terbuka. Penanganan dan rekonstruksi
neonatus, hematom septum pada fraktur nasal dengan keterlambatan
pasien anak, rinore CSF, dan gangguan penanganan adalah prosedur yang sulit
penglihatan. Emergensi fraktur nasal dilakukan dan mungkin hanya bisa
harus segera ditangani (Tabel 4) dilakukan oleh ahli bedah yang
berpengalaman. Oleh karena itu
Tabel 4. Emergensi fraktur nasal dan penanganan fraktur nasal secara dini
penanganannya.10 dan tepat adalah lebih penting.

RINGKASAN
Fraktur nasal adalah fraktur
yang paling sering terjadi pada daerah
kepala-leher dan menempati posisi ke
tiga fraktur yang terjadi pada seluruh
tubuh. Diagnosis fraktur nasal
berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik sedangkan
pemeriksaan radiologi masih menjadi
perdebatan atau tidak dianjurkana
kecuali fraktur melibatkan daerah
maksilofasial. Tanda dan gejala fraktur
DAFTAR PUSTAKA 9 Jafek BW. Anatomy and
physiology of the nose and
1 Sniegel JH. Nasal trauma. In: paranasal sinuses. In: Jafek BW,
Lalwani AK, ed. Current diagnosis Murrow BW, eds. ENT secrets.
& treatment otolaryngology head 3thed. New York: Elsevier Inc;
and neck surgery. 3thed. New 2007.p.100-7.
York: The McGraw-Hill; 10 Bailey BJ. Nasal fractures. In:
2011.p.265-78. Bailey BJ, Johnson JT, Shawn D,
2 Chegar BE, Tatum SA. Nasal eds. Head and neck surgery
fractures. In: Cummings CW, Flint otolaryngology. 4thed.
PW, Haughey BH, Robbins KT, Phyladelpia: Lippincot Williams
Thomas JR, Harker LA, et al, eds. & Wilkins; 2006.p.996-1008.
Cummings otolaryngology head 11 Dhingra PL. Trauma to the face
and neck surgery. 4thed. In: Dhingra PL, ed. Disease of ear,
Phyladelphia: Mosby Inc; nose and throat. 4thed. New delhi:
2005.p.287-95. Elsevier Ltd; 2004.p.172-3.
3 Huriyati E, Fitria H. 12 Pasha R, Doer TD, Mathog RH.
Penatalaksanaan fraktur os nasal Head and neck trauma. In: Pasha
lama dengan komplikasi saddle R,ed. Otolaryngology head and
nose. Jurnal kesehatan andalas neck surgery. New York: Thieme
2012;1:1-8. Available from: Medical Publisher Inc;
http://jurnal.fk.unand.ac.id 2005.p.468-72.
Accessed Agustus 29, 2014. 13 Vata A, Narula A, Bradley PJ.
4 Rosenfeld JV. Injuries of the nose. Trauma, injuries, and foreign
In: Rosenfeld JV , ed. Practical bodies. In: Ludman H, Bradley PJ,
management of head and neck eds. ABC of ear, nose, and throat.
injury. Sidney: Saunders Elsevier; 4thed. London: Blackwell
2012.p.73-6. Publishing Ltd; 2007.p.79.
5 Narayan D. Nasal fracture surgery. 14 Kucik CJ, Clenney T, Phelan J.
Trauma resource center 2012;4:1- Management of acute nasal
5. Avalaible from: fractures. American family
http://emedicine.medscape.com/art physician 2004; 70: 1315-20.
icle/295807-overview Accessed 15 Thiagarajan B, Ulaganathan V.
Agustus 30, 2014. Fracture nasal bones.
6 Perkins SW, Dayan SH. Otolaryngology online journal
Management of nasal trauma. 2013; 3: 1-15.
Aesthetic plastic surgery 2002; 10:
1-13.
7 Kelley BP, Downey CR, Stal S.
Evaluation and reduction of nasal
trauma. In: Hollier LH,ed. Facial
trauma. New York: Thieme
Medical Publisher Inc;
2010.p.339-47.
8 Soetjipto D, Mangunkusumo E.
Hidung. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, ed. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok. Edisi 4. Jakarta:
Badan Penerbit FK UI; 2000. hal
89-91.

You might also like