Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Fraktur nasal adalah fraktur
yang paling sering terjadi pada fraktur menyebabkan fraktur nasal yang berat
kepala leher dan menempati urutan dan sering disertai dengan trauma
ketiga dari seluruh fraktur tubuh maksilofasial.3 Insidens fraktur nasal
manusia. Fraktur nasal umumnya sangat tinggi, dan meningkat seiring
tidak mengancam jiwa, tetapi apabila bertambahnya usia. Jarang terjadi pada
penanganannya tidak tepat dapat pada anak usia kurang dari 5 tahun.
menimbulkan gangguan fungsi hidung Kasus yang dilaporkan pada dewasa
dan kosmetik.1,2,3 Fraktur nasal sering sekitar 39-45% sedangkan pada remaja
berupa fraktur sederhana, tetapi sekitar 45%. Insidens fraktur nasal
komunitif dan dapat disertai dengan pada pria 2-3 kali lebih banyak
luka terbuka pada kulit luar hidung. dibandingkan pada wanita. Puncak
Hidung merupakan unsur estetika insidens fraktur nasal terjadi pada usia
wajah karena terletak pada pusat wajah dekade kedua sampai tiga. Penyebab
dan menonjol pada bidang sagital fraktur nasal pada anak kurang lebih
wajah serta sedikit mengandung sama dengan dewasa, tetapi banyak
tulang. Akibatnya hidung menjadi kasus fraktur nasal pada anak
struktur wajah yang paling lemah dan disebabkan karena terjatuh saat
paling rentan terhadap cedera.3,4 bermain atau kasus penyiksaan
Fraktur nasal merupakan 40% dari anak.1,2,5
seluruh kejadian fraktur dibagian Diperkirakan rata-rata sebesar
wajah dan lebih dari 50% fraktur nasal 51 200 fraktur nasal per tahun terjadi
yang tidak ditangani secara adekuat di Amerika. Namun angka ini dapat
atau terlambat di dalam jauh lebih besar karena banyak
penanganannya akan memerlukan penderita tidak datang untuk berobat
tindakan rinoplasti atau atau kasusnya tidak dilaporkan.5,6
septorinoplasti.5,6,7 Fraktur nasal jarang menimbulkan
Hanya dibutuhkan sedikitnya komplikasi yang berat, tetapi apabila
kekuatan sebesar 25 pounds sudah dalam menegakkan diagnosis dan
dapat menyebabkan fraktur nasal. penanganannya tidak adekuat maka
Trauma langsung dapat menyebabkan dalam jangka panjang dapat
fraktur pada tulang, kartilago dan menimbulkan masalah yang serius.1
septum sehingga menyebabkan Komplikasi jangka panjang dapat
hilangnya struktur penyangga. Trauma berupa deformitas hidung, obstruksi
kraniofasial dapat menyebabkan hidung, perforasi septum dan
hidung depresi disebut saddle nose.3,4 komplikasi lain seperti sinusitis kronis.
Trauma tumpul seperti yang terjadi Hal tersebut dapat menetap atau makin
pada kegiatan olah raga, kecelakaan memburuk dalam beberapa bulan atau
lalu lintas, perkelahian adalah tahun setelah terjadinya trauma.5,7
merupakan penyebab tersering fraktur Fraktur nasal pada bayi dan anak
nasal. Kecelakaan motor cenderung sering kali diabaikan tetapi dampaknya
baru dirasakan ketika anak tersebut Namun pada beberapa kasus, fraktur
berusia remaja atau dewasa yaitu dapat nasal melibatkan struktur proksimal
menimbulkan gangguan deformitas dari tulang hidung seperti os. frontal
hidung dan wajah.6 Diagnosis dan sampai lamina kribosa. Fraktur ini
penanganan yang tepat pada fraktur biasa disebut fraktur Nasoorbitaetmoid
nasal akan menurunkan insidens gejala dan umumnya lebih banyak
sisa fraktur nasal dan juga mengurangi meniumbulkan komplikasi, dan luka
tindakan rinoplasti atau septorinoplasti patologi sehingga memerlukan
akibat keterlambatan diagnosis dan perhatian yang lebih serius.7
penanganan fraktur nasal yang tidak
tepat.2
Tujuan dari penulisan tinjauan pustaka
ini adalah untuk membahas dan
memahami tentang cara
penatalaksanaan yang tepat pada
penderita fraktur nasal.
1. Anatomi Hidung
Tulang hidung terdiri dari
beberapa tulang yang berpasang-
pasangan dan berbentuk seperti
piramid. Hidung luar dibentuk oleh Gambar 1. Anatomi Hidung.2
kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi kulit, jaringan ikat dan Kartilago nasalis lateralis
beberapa otot kecil yang berfungsi superior yang berpasangan ini
untuk melebarkan dan menyempitkan berfungsi menjaga kartilago
lubang hidung. Kerangka tulang terdiri quadrangularis tetap pada posisi garis
dari os nasalis, pros frontalis os tengah sedangkan kartilago nasalis
maksila dan pros nasalis os frontal. lateralis inferior ini lebih berfungsi
Sedangkan kerangka tulang rawan untuk kontur hidung. Secara umum
terdiri dari beberapa pasang tulang fraktur kartilago sangat jarang terjadi
rawan yang terletak di bagian bawah yang disebabkan karena kartilago lebih
hidung yaitu sepasang kartilago nasalis lentur. Perlu tenaga yang lebih besar
lateralis superior, sepasang kartilago untuk menimbulkan kerusakan pada
nasalis lateralis inferior yang disebut kartilago dibandingkan pada tulang
juga sebagai kartilago alaris mayor, hidung atau septum. Dinding medial
beberapa pasang kartilago alaris minor hidung adalah septum nasi yang
dan tepi anterior kartilago septum di merupakan elemen terpenting dari
bagian tengah. Pros. frontalis os. seluruh struktur hidung.7 Septum
maksila di bagian lateral saling dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.
berartikulasi satu sama lain pada Bagian tulang adalah lamina
bagian tengah.2,5,8 Bagian superior perpendikularis os etmoid di bagian
tulang hidung lebih tebal dibanding posterior, bagian inferior adalah vomer
bagian inferior dan melekat pada pros yang berbentuk seperti kapak, krista
frontalis os. maksila. Bagian ini lebih nasalis os maksila dan krista nasalis os
tahan terhadap cedera, bagian inferior palatina. Bagian tulang rawan adalah
lebih tipis dan lebih luas serta melekat kartilago quadrangularis dan kolumela.
pada kartilago nasalis lateralis Septum dilapisi oleh perikondrium
superior. Fraktur nasal sering terjadi pada bagian tulang rawan dan
pada daerah transisi kedua bagian ini periostium pada bagian tulang,
yang disebut area keystone (Gambar 1) sedangkan diluarnya dilapisi pula oleh
mukosa hidung.8 Pada anak, septum posterosuperior hidung ini berpotensi
berkontribusi ikut memberikan bentuk dapat menyebabkan infeksi ekstra
wajah dan sebagai pusat pertumbuhan kranial menyebar ke dalam intra
sampai berusia 12-13 tahun. Trauma kranial.9,10
septum pada anak yang tidak ditangani Inervasi intranasal dilakukan
dengan baik akan menyebabkan oleh n. etmoidale, n. spenoidale, dan n.
gangguan perkembangan bentuk nasopalatina. Hidung bagian luar di
wajah.7 inervasi oleh n. etmoidale anterior, n.
Vaskularisasi hidung berasal infraorbitalis, n. infratroklearis dan
dari cabang a. karotis interna dan supratroklearis (Gambar 2B) n.
eksterna. Distribusi vaskularisasi nasal supratroklearis dan n. infratroklearis
sangat penting untuk evaluasi dan merupakan cabang n. optalmikus
penanganan bila terjadi perdarahan memberikan inervasi sensorik kulit
hidung.7 A. optalmika merupakan bagian proksimal dan lateral dorsum
cabang a karotis interna yang nasi. n etmoidale anterior memberikan
memberikan vaskularisasi pada bagian inervasi kulit bagian distal dorsum nasi
superior intranasal termasuk a. dan apeks nasi.5,7,9 Nervus ini muncul
etmoidale anterior dan posterior. Pada diantara sisi kaudal os. nasal dan
hidung luar melalui a. dorsalis nasal kartilago nasalis lateralis superior.
dan a. eksternal nasal (Gambar 2A). A. Cedera pada saraf ini saat insisi dapat
karotis eksterna memberikan menyebabkan matirasa pada daerah
vaskularisasi ekstranasal melalui a. tersebut. Ganglion spenopalatina yang
infra orbita cabang a. maksilaris berasal dari ujung konka media
interna, a. labialis superior, a. angularis memberikan inervasi di bagian
cabang arteri fasialis.2,8 A. karotis posterior kavum nasi. Cabang interna n
eksterna menvaskularisasi intranasal etmoidale anterior dan posterior serta n
bagian posteroinferior melalui a. nasopalatina saling menyilang pada
spenopalatina hingga konka media dan bagian superior dan posterior
a palatina mayor. A. spenopalatina ini intranasal untuk memberikan inervasi
kemudian bercabang menjadi dua yaitu sensorik pada sebagian besar septum
a. posterolateral nasal dan septal. nasi.2
Cabang septal ini kemudian
beranastomosis dengan a etmoidale
anterior. Anastomosis ini penting
untuk menghubungkan sistem arteri
intranasal dan ekstranasal.1,9,10
Drainase vena berjalan sesuai
aliran arterinya dan mengalir melalui
v. fasialis dan pleksus pterigoid ke Gambar 2. Vaskularisasi hidung (A)
dalam v. jugularis interna dan atau v. dan inervasi hidung (B).10
optalmika bermuara ke dalam sinus
kavernosus.2 Pada intranasal drainase 2. Patofisiologi Fraktur Nasal
vena dari os. etmoid masuk ke dalam Tipe dan berat-ringannya
cavum orbita dan berhubungan dengan fraktur nasal tergantung pada kekuatan,
v. optalmika, sinus cavernosus dan arah, jenis dan mekanisme trauma.
sistem vena duramater. Pada bagian Objek yang kecil dengan kecepatan
posterior drainase vena mengikuti v. tinggi akan menimbulkan kerusakan
spenoplatina ke dalam fossa dan yang hebat dibandingkan dengan objek
pleksus pterigopalatina yang besar tapi kecepatan rendah.3
berhubungan dengan sistem vena Mekanisme terjadinya fraktur nasal
duramater. Drainase vena
harus dipahami dengan benar agar menyebabkan berbagai derajat
3
penatalaksaannya dapat dilakukan sumbatan hidung. Trauma inferior
dengan tepat. Pada penderita dewasa menyebabkan pola fraktur yang lebih
muda cenderung lebih mudah terjadi kompleks disertai faktur dan dislokasi
dislokasi, pada orang tua cenderung septum.3,13 Tipe fraktur nasal antara
terjadi fraktur komunitif sedangkan lain berupa tipe fraktur depresi yaitu
pada anak umumnya terjadi terjadi apabila kekuatan trauma dari frontal
fraktur greenstick. Hal ini disebabkan cukup besar sehingga menyebabkan
karena tulang hidung anak masih open book fracture dimana septum
banyak terdapat tulang rawan, dan menjadi kolaps dan os. nasal melebar.
berisiko terjadi hematom Bahkan pada kekuatan trauma yang
septum.2,5,11,12 lebih kuat dapat menyebabkan fraktur
Avulsi dan dislokasi kartilago komunitif os. nasal dan pros. frontalis
nasalis lateralis superior os nasal dan os maksila menjadi rata dan dorsum
septum akan menyebabkan cekungan nasi menjadi lebar, tipe fraktur
pada pertengahan dorsum nasi. Hal angulasi atau fraktur bilateral yaitu
tersebut dapat mengakibatkan robekan trauma dari arah lateral yang dapat
arteri yang keluar antara os. nasal dan menyebabkan fraktur depresi
kartilago sehingga dapat terjadi unilateral sisi trauma atau dapat juga
hematom dorsum nasi.2 Fraktur nasal pada kedua sisi os. nasal dan deviasi
sering disertai cedera septum. Cedera septum serta fraktur greenstick yang
septum nasi dapat berupa fraktur banyak terjadi pada anak (Gambar 3)
sederhana, dislokasi atau fraktur
komunitif yang dapat menyebabkan
deformitas dan disfungsi hidung
berupa obstruksi jalan napas. Bagian
tipis septum yang cenderung mudah
terjadi fraktur adalah kartilago
quadrangularis dan lamina
perpendikularis os etmoid. Fraktur
inkomplet pada septum menyebabkan
lepasnya artikulasi kartilago sehingga
kelak dapat menimbulkan gangguan
pada pusat pertumbuhan dan
2,3,5,11
menyebabkan deformitas.
Trauma lateral menyebabkan
fraktur depresi ipsilateral, deformitas Gambar 3. Contoh pola fraktur
dorsum nasi bentuk C atau S, fraktur nasal.2
dinding medial os maksila dan
deformitas septum.2,12 Trauma anterior 3. Klasifikasi Fraktur Nasal
menyebabkan fraktur apeks nasi, Klasifikasi fraktur nasal sangat
dorsum nasi menjadi rata dan melebar penting untuk menentukan rencana
disebut saddle nose dan deformitas penanganan fraktur nasal. Banyak
septum. Saddle nose diklasifikasikan klasifikasi fraktur nasal yang pernah
atas dua yaitu anterior, bila yang dibuat sebelumnya. Murray dkk
terlibat adalah bagian kartilago, menjelaskan klasifikasi fraktur nasal
posterior bila yang terkena bagian berdasarkan keriteria patologi yang
tulang. Karakteristik saddle nose ditimbulkan. (Tabel 1) Murray juga
adalah berkurangnya tinggi dorsum mengatakan bahwa deviasi nasal ke
nasi, istilah lainnya adalah pug nose lateral lebih dari setengah dari lebar
atau boxers nose. Saddle nose
hidung mengindikasikan adanya Tabel 2. Diagnosis fraktur nasal.10
keterlibatan cedera pada septum.
RINGKASAN
Fraktur nasal adalah fraktur
yang paling sering terjadi pada daerah
kepala-leher dan menempati posisi ke
tiga fraktur yang terjadi pada seluruh
tubuh. Diagnosis fraktur nasal
berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik sedangkan
pemeriksaan radiologi masih menjadi
perdebatan atau tidak dianjurkana
kecuali fraktur melibatkan daerah
maksilofasial. Tanda dan gejala fraktur
DAFTAR PUSTAKA 9 Jafek BW. Anatomy and
physiology of the nose and
1 Sniegel JH. Nasal trauma. In: paranasal sinuses. In: Jafek BW,
Lalwani AK, ed. Current diagnosis Murrow BW, eds. ENT secrets.
& treatment otolaryngology head 3thed. New York: Elsevier Inc;
and neck surgery. 3thed. New 2007.p.100-7.
York: The McGraw-Hill; 10 Bailey BJ. Nasal fractures. In:
2011.p.265-78. Bailey BJ, Johnson JT, Shawn D,
2 Chegar BE, Tatum SA. Nasal eds. Head and neck surgery
fractures. In: Cummings CW, Flint otolaryngology. 4thed.
PW, Haughey BH, Robbins KT, Phyladelpia: Lippincot Williams
Thomas JR, Harker LA, et al, eds. & Wilkins; 2006.p.996-1008.
Cummings otolaryngology head 11 Dhingra PL. Trauma to the face
and neck surgery. 4thed. In: Dhingra PL, ed. Disease of ear,
Phyladelphia: Mosby Inc; nose and throat. 4thed. New delhi:
2005.p.287-95. Elsevier Ltd; 2004.p.172-3.
3 Huriyati E, Fitria H. 12 Pasha R, Doer TD, Mathog RH.
Penatalaksanaan fraktur os nasal Head and neck trauma. In: Pasha
lama dengan komplikasi saddle R,ed. Otolaryngology head and
nose. Jurnal kesehatan andalas neck surgery. New York: Thieme
2012;1:1-8. Available from: Medical Publisher Inc;
http://jurnal.fk.unand.ac.id 2005.p.468-72.
Accessed Agustus 29, 2014. 13 Vata A, Narula A, Bradley PJ.
4 Rosenfeld JV. Injuries of the nose. Trauma, injuries, and foreign
In: Rosenfeld JV , ed. Practical bodies. In: Ludman H, Bradley PJ,
management of head and neck eds. ABC of ear, nose, and throat.
injury. Sidney: Saunders Elsevier; 4thed. London: Blackwell
2012.p.73-6. Publishing Ltd; 2007.p.79.
5 Narayan D. Nasal fracture surgery. 14 Kucik CJ, Clenney T, Phelan J.
Trauma resource center 2012;4:1- Management of acute nasal
5. Avalaible from: fractures. American family
http://emedicine.medscape.com/art physician 2004; 70: 1315-20.
icle/295807-overview Accessed 15 Thiagarajan B, Ulaganathan V.
Agustus 30, 2014. Fracture nasal bones.
6 Perkins SW, Dayan SH. Otolaryngology online journal
Management of nasal trauma. 2013; 3: 1-15.
Aesthetic plastic surgery 2002; 10:
1-13.
7 Kelley BP, Downey CR, Stal S.
Evaluation and reduction of nasal
trauma. In: Hollier LH,ed. Facial
trauma. New York: Thieme
Medical Publisher Inc;
2010.p.339-47.
8 Soetjipto D, Mangunkusumo E.
Hidung. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, ed. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok. Edisi 4. Jakarta:
Badan Penerbit FK UI; 2000. hal
89-91.