You are on page 1of 26

Awal Agama Mengenal Allah

Tiada Aku Hanyalah Allah


Laa Syaiun Illallah
( Jalan hakikat mengenal Allah )

1. KEJADIAN INSAN

PENGENALAN DIRI

Dalam rahim Bapak 40 hari

Mada, Madi, Mani, Manikam

Pusat, Jantung, Watsulbi, Muntarait, Otak

Dalam Otak ada Lemak, Dalam Lemak ada Minyak, Dalam Minyak
ada Nur, Dalam Nur ada Nur Akal, Dalam Nur Akal ada Hizabbannur,
Dalam Hizabbannur Hidayamul Amanah Allah SWT.

PENYAKSIAN DI ALAM ROH

ALAS TUBIRABBIKUM : ..... Benarkah Aku Tuhan Engkau

KALU BALA : .................… Benar Engkau Tuhan kami

SHAHIDNA : …............…… Menyaksikan


SUSUNAN DALAM RAHIM BAPAK

Di Otak : 7 hari
Di Rulang Belakang : 7 hari
Di Watsulbi Muntarait : 7 hari
Di Tulang Data : 7 hari
Di Pusat : 7 hari
Di Kalam : 7 hari
Jumlah = 42 hari

Dalam Rahim Ibu 9 Bulan + 9 hari / 7 Bulan + 7 hari, Titik NOKTAH.

1 hari : HU
3 hari : ALLAH
7 hari : INNALLAH (hanya Allah)
4 bulan + 4 hari : TURABBUNNUR (Tanah Nur)
7 bulan + 7 hari : SUBHANALLAH (Maha Suci Allah)
8 bulan + 8 hari : ALHAMDULILLAH (Puji Bagi Allah)
9 bulan + 9 hari : INNA ANNA AMANNA (Sesungguhnya Aku
beriman/Pembawa Amanah Allah SWT)

Ujud artinya Ada, Mustahil Tiada, Mana yang Mustahil.


Adalah Akwan Agiyar kita. Wajib Allah Ta’ala ada.

Tidak sah Ma’rifatnya, bila tidak mengetahui asal kejadian Diri kita
ini.

Itifak/Mufakat.
Seluruh Arifbillah.

Adapun mengenal diri itu mengetahui daripada asal Nabi Adam A.S.
Asalnya Nabi Allah Adam itu nasarnya Air, Api, Angin, Tanah, maka
turunlah kepada kita :
Tanah itu = Tubuh kita hurufnya
Angin itu = Nafas kita hurufnya
Api itu = Darah kita hurufnya
Air itu = Rasa kita hurufnya

Maka itulah kita ketahui arti mengenal diri namanya.

Adapun kejadiannya Tanah bernama Syari’at = Tubuh kepada kita


Adapun kejadiannya Angin bernama Tarikat = Laku kepada kita
Adapun kejadiannya Api bernama Hakikat = Hati kepada kita
Adapun kejadiannya Air bernama Ma’rifat = Rasa kepada kita

Itulah mengenal diri namanya.

Syariat umpama Kaki


Tarikat umpama Tangan
Hakikat umpama Tubuh
Ma’rifat umpama Kepala

Adapun yang bernama Diri Terdiri itu Rahasia namanya


Adapun yang bernama Diri Tajalli itu Roh namanya
Adapun yang bernama Diri Terperi itu Hati namanya
Adapun yang bernama Diri Diperikan itu Tubuh namanya

Mengenal Adam Menurut :

 Syari’at : adalah ia Manusia yang Pertama


 Tarikat : adalah ia Hakikat yang Muncul
 Hakikat : adalah ia Asma Allah
 Ma’rifat : adalah Hanya Allah (ILLallah)
ASYHADU adalah bagi kita Lidah
ALLA adalah bagi kita Badan
ILLAHA adalah bagi kita Hati
ILLALLAH adalah bagi kita Roh
HUWA adalah bagi kita Rahasia (Air)

Adapun yang sebenar-benar Diri ialah Nyawa/Roh

Adapun yang sebenar-benar Nyawa/Roh adalah Muhammad

Adapun yang sebenar-benar Muhammad adalah Allah

Adapun yang sebenar-benar Allah adalah segala Sifat Allah Ta’ala

Adapun yang sebenar-benar Sifat Allah Ta’ala adalah


Zadtullahita’ala

Adapun Sifat Allah Ta’ala adalah wujud Allah Ta’ala yang kata
mempunyai Wujud dan hakikat daripada segala yang ada, besar
maupun kecil. Bagaimanapun juga pada pandangan lahir maupun
bathin adalah sebenar-benarnya termasuk satu sifat yang sempurna,
tidak bertulang, berdaging, berdarah, atau berkulit. Pada yakin kita
maka yang berbagai sifat dan warna adalah Hanya satu, menurut
yakin Ma’rifat kita.
Adapun yang bernama Wujud Hakiki yaitu Zadtullahita’ala. Wujud
Hakiki itu mustahil pada pandangan awam, wujud majazi itu tidak
ada pada pandangan wujud hakiki.

Wujud ‘Am (umum) itu meliputi pada alam, dan nyata pada
Muhammad.
Adapun yang sebenar-benarnya Manusia yaitu Muhammad
Adapun sebenar-benarnya Muhammad yaitu Allah
Dan sebenar-benarnya Allah yaitu Zadtullah

Maka itulah sebabnya kita manusia dilebihkan Allah Ta’ala dari pada
semesta sekalian alam ini, karena asalnya kejadian sekalian itu
daripada Muhammad.

2. Kenyataan Insan

PERKATAAN NUR PERKATAAN ROH


Aku yang Awal Dia yang Awal
Aku yang Akhir Dia yang Akhir
Aku yang Zahir Dia yang Zahir
Aku yang Bathin Dia yang Bathin

BILA MANA KITA MENGATA ALLAH ITU ADALAH MUHAMMAD


BILA MANA MUHAMMAD MENGATA ALLAH ITU ADALAH
TUHAN KITA

NASAR ZAHIR NASAR BATHIN


Api Nufus
Angin Ampas
Air Tanufus
Tanah Nafas
KENYATAAN YANG SEBENARNYA

1. Kenyataan Tubuh pekerjaan Hati


Kenyataan Hati pekerjaan Roh
Kenyataan Roh pekerjaan Nur

2. Kenyataan Nur pekerjaan Kutub


Kenyataan Kutub pekerjaan Hati
Kenyataan Hati pekerjaan Tubuh

3. Kenyataan Tubuh pekerjaan Hati


Kenyataan Hati pekerjaan Roh

INSAN

Berjasadkan Rohani
Bernyawakan Nurani
Rahasia Idhafi

NABI

Berjasadkan Nurani
Bernyawakan Idhafi
Rahasia Rabbani
3. Nur Yang Hidup

BISMILLAAHIN NURI NURUN’ALA NURIN

Inilah risalah singkat menjelaskan tentang martabat 7 (tujuh).


Karena Martabat 7 (tujuh) itulah tahkiknya faham Ma’rifat atau
sempuna bagi Aulia Allah yang semuanya mempunyai keramat
besar dalam sejarah Mazhab Ahlul Sunnah Waljama’ah yang 4
(empat).

Adapun yang mula-mula menyusun martabat 7 (tujuh) itu ialah


SYEH AHMAD KUSASI BIN MUHAMMAD AL MADANI WALI KUTUB
RABBANI RIJALUL SHAID yang masyur itu. Kemudian diteruskan
lagi oleh murid-muridnya yang bernama SYEH ABDURRAUB, SYEH
MUHAMMAD SEMAN dan lain-lainnya yang semuanya berderajat
Wali Kutubburrabbani.

Adapun marabat 7 (tujuh) itu adalah berdasakan hukum AKLI dan


NAKLI, untuk memahami Rahasia kebesaran Nabi kita Muhammad
SAW yang sebenar-benarnya karena himpunan segala rahasia Allah
itu adalah terhimpun pada Wujud diri Nabi kita yang bernama
Muhammad dan kezahiran Nabi kita itu menurut kezahiran manusia
biasa dengan beribu berbapak dan sebagainya.

Adapun arti martabat itu ialah tingkatan kezahiran rahasia Allah


Ta’ala dan bersusun:

1. Martabat AHDIAH
2. Martabat WAHDAH
3. Martabat WAHIDIYAH
4. Martabat ALAM ARWAH
5. Martabat ALAM MISAL
6. Martabat ALAM ZASAM
7. Martabat ALAM INSYAN.

PENJELASAN SATU PERSATU

1. MARTABAT AHDIAH

Martabat Ahdiah bermakna Keesaan dan hukumnya LAA TA’AIN.


Artinya : Tiada ada sesuatu wujud yang terdahulu adanya, oleh
karena itu hanya dinamakan “AL HAQ” artinya : Keesaan
Kesempurnaan Semata-mata.

Seperti Hadis Nabi SAW “ WAKA HALLAHUWALA SYIUM MA’AHU”


Artinya : Adalah Allah itu Maha Esa dan tiada ada lainnya sertanya.

Maka martabat Ahdiah itu bukanlah bermakna bahwa ada sesuatu


wujud yang terdahulu adanya daripada Nur Muhammad atau wujud
yang maujud adanya Nur Muhammad, tetapi adalah untuk menolak
adanya Itikad yang menetapkan bahwa ada lagi suatu wujud yang
mengujudkan Nur Muhammad. Jadi jelasnya martabat 7 ya’ni
Martabat Ahdiah itu adalah bermakna pengakuan kepada Ke Esaan,
Kebesaran dan Kesempurnaan Nur Muhammad itu semata-mata.

Oleh karena itu Martabat yang sebenar-benarnya adalah 6 (enam)


saja. Dan bukan 7 (tujuh), sejalan dengan ayat “FII SIT TATIAIYA
MIN SUMMASTAWA’ALAL ‘ARSII” artinya : Kesempurnaan kejadian
semesta alam adalah di dalam 6 (enam) masa.

Kemudian sempurnalah kebesaran Allah pada kejadian ARASY yang


Maha Besar itu, menurut hadis sahih “bahwa masa yang terakhir
yakni kejadian sempurnalah kejadian Nabi Adam", dengan
ditempatkan di atas muka bumi.
Adapun hakikat ARASY yang sebenarnya menurut faham Ma’rifat
yang tahkik adalah terkandung pada isyarat-isyarat huruf Nabi
Adam itu sendiri, ialah Alif dan Dal itu mengisyaratkan kepada
“AHMAD” dan “MIM” itu mengisyaratkan pada “MUHAMMAD”.

Oleh karena itu pada hakikatnya kezahiran Nabi Adam itu adalah
menjadi Wasilah Ja’ani menjadi jalan bagi kezahiran kebesaran Nabi
kita yang bernama Muhammad itu sendiri.

Di dalam tafsir yang ma’I’tisar kebesaran Nabi kita yang bernama


Muhammad itu telah berwujud suatu sinar yang sangat
menakjubkan pada nabi dan rasul-rasul yang terdahulu dan bahkan
kebesaran itulah yang telah menjadi MU’JIZAD bagi Nabi-nabi
terdahulu, maka kebesaran itulah diisyaratkan dengan “ANNUR” di
dalam AL QUR’AN, dan ANNUR itu bukanlah bermakna cahaya,
tetapi bermakna Keluasan, Kesempurnaan yang tiada terbatas dan
tiada terhingga.

2. MARTABAT WAHDAH

Adapun Martabat Wahdah bermakna wujud yang awal yang tiada


ada permulaannya dan hukumnya “TA’INUL AWWALU” artinya :
wujud yang terdahulu adanya daripada segala wujud yang lainnya,
lagi tiada ada permulaannya.

Itulah yang dinamakan HAIYUN AWWALU, HAIYUN AZALI, HAIYUN


IZZATI, HAIYUN HAKIKI, yakni bersifat HAIYUN yang sebenar-
benarnya QADIM yang NAFSIAH, SALBIAH, MA’ANI dan
MANAWIAH, ZALAL, ZAMAL, QAHAR, KAMAL, itulah hakikat
kebesaran Nabi kita itu yang bernama Muhammad Rasulullah
Sallahu’alaihi Wasallam.
Maka Kandungan nama Muhammad itulah yang dinamakan dengan
Wahdah. Yang menjadi jumlah dan himpunan AF’AL, ASMA, SIFAT,
ada pun ZAT hanyalah bagi MA’LUM yakni Sendirinya.

ILLAH tidak lain, dan dinamakan HAWIYYATUL’ALAMI” artinya :


Sumber segala kejadian semesta alam ini, dan dinamakan
HADRATUS SARIZ artinya : Kebesaran yang dipandang pada tiap-
tiap yang maujud pada alam ini, itulah yang diisyaratkan dalam Al
Qur’an “NURUN’ALA NURIN” artinya : Nur yang sangat dibesarkan
pada semesta alam ini, yakni Nur yang hidup dan maujud pada tiap
yang hidup sekalian alam ini atau Nur yang hidup dan
menghidupkan.

Kebesaran hakikat Muhammad itulah yang sebenarnya dipuji


dengan kalimah ALHAMDU kerana kesempurnaan tajalli NUR
MUHAMMAD itulah yang diisyaratkan oleh kalimah ALHAMDU itu,
yakni "ALIF" bermakna ALHAQ artinya KEESAAN, KEBESARAN NUR
MUHAMMAD, tajallinya ROH bagi kita. “LAM LATIFUM” artinya
Kesempurnaan Nur Muhammad, tajallinya NAFAS bagi kita, “HA”
HAMIDUN artinya Kesempurnaan Berkat Nur Muhammad, tajallinya
HATI, AKAL, NAFSU, PENGLIHAT, PENDENGAR, PENCIUM,
PENGRASA dan sebagainya bagi kita. “MIM" MAJIDUN artinya
Kesempurnaan Safa’at Nur Muhammad, tajallinya bagi kita : IMAN,
ISLAM, ILMU, HIKMAH dan sebagainya. “DAL" DARUSSALAMI
artinya Kesempurnaan Nikmat Nur Muhammad, tajallinya bagi kita :
KULIT, BULU, DAGING, URAT, TULANG, OTAK, SUMSUM.

Maka itu adalah tajallinya bagi diri yang bathin, adapun tajalli bagi
diri yang zahir adalah “ALIF” bagi kita, “LAM” dua tangan bagi kita,
“HA” badan bagi kita, “MIM” Pinggang bagi kita dan “DAL” dua kaki
bagi kita. Itulah yang diesakan dengan “ASYAHADU” yakni :
“ALIF ALHAQ" artinya Yang diEsakan dan yang diBesarkan.
“SYIN SYUHUDUL HAQ “ artinya Yang diakui bersifat Ketuhanan
dengan sebenar-benarnya.
”HA HADIYAN MUHDIYAN ILAL HAQ “ artinya Yang menjadi
Petunjuk selain menunjuki kepada jalan/Agama yang Hak.
“DAL DAIYAN ILAL HAQ" artinya Selalu menyerukan atau yang
selalu memberi Peringatan kepada Agama yang Hak.
“ALHAMDU” berma’na “ALHAYATU MUHAMMADU” artinya
Kesempurnaan Tajalli Nur Muhammad.

Fahamnya ialah “ADAM” adalah nama adab atau nama syari’at atau
nama hakikat, atau nama kebesaran bagi kesempurnaan tajalli NUR
MUHAMMAD. Dan MUHAMMAD adalah nama keesaan yang
menghimpunkan akan nama Adam dan nama Allah.

Pada bahasa atau ilmu bahasa Arab “ADAM” itu damirnya “HU” dan
MUHAMMAD itu damirnya “HU” dan ALLAH itu damirnya “HU”.
Pada makna Syari’at “HU” itu bermakna Dia Seorang Laki-laki, dan
pada makna Hakikat adalah jumlah yang banyak rupa wujudnya,
tetapi pada makna Hakikat “HU” itu adalah “Esa” tiada berbilang-
bilang. Itulah isyarat Al Qur’an “HUWAL HAYYUN QAYYUM” yang
HAIYUN awal tiada ada permulaannya “WAHUWAL’ALI YIL’AZIM”
yang bersifat denga sifat-sifat kesempurnaan lagi maha besar.
“HUWAR RAHMANURRAHIM” yang bersifat Rahman dan Rahim.
“HUWARABBUL ‘ABSIL KARIM” yang memiliki Arasy yang Maha
Mulia, Arasy itu ada nama kemuliaan Diri Nabi Kita itu yang
sebenar-benarnya, tetapi juga menjadi nama Majazi bagi sesuatu
tempat atau suatu alam Ghaib yang dimuliakan adanya, sama halnya
seperti JIBRIL, MIKAIL, IZRAFIL, ISMA’IL, NUHAIL, SURAIL.

Menurut tafsir yang me’I’tibar semuanya dengan bahasa Suryani


atau bahasa Arab di zaman Pura, yang bernama ABDULLAH maka
yang … ABDULLAH itu adalah Nabi kita yang bernama MUHAMMAD
itu sendiri.
Maka oleh karena itu di dalam ayat “ISRA’” Nabi kita itu bernama
ABDULLAH menunjukkan nama MUHAMMAD itu adalah juga
Penghulu sekalian malaikat dan kebesaran nama MUHAMMAD
itulah yang sebenar-benarnya yang diisyaratkan oleh Al Quran
dengan huruf-huruf yang tidak dapat ditentukan atau dihinggakan
namanya, karena bersangatan luas kandungannya mulai dari ALIF,
LAM sampai NUR ada 29 tempat. Jadi semuanya nama-nama yang
mulia, di langit dan di bumi itu adalah nama kemuliaan dan
kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itu semata-mata, dan
menjadi nama Majazi pada tiap-tiap Wujud yang dimuliakan pada
alam ini.

Itulah isyarat Al Qur’an “WAHUAL LAZI PISSAMA ILLAHUW WAFIL


ANDHI ILLAHUN” dan dialah yang sebenar-benarnya memiliki sifat-
sifat Ketuhanan yakni sifat kesempurnaan yang ada di langit dan
sifat-sifat kesempurnaan yang ada di bumi, dan ayat “LAHUL
ASMA’UL HUSNA” artinya hanyalah dia yang sebenar-benarnya
memiliki nama-nama yang mulia dan yang terpuji yang telah
maujud pada semesta alam ini.

Tetapi karena adab Syari’at dihukumkan yang haram, haram yang


najis, najis seperti anjing dan babi dan sebagainya yang tidak layak
kecuali bagi MA'LUM pada majlis mengajar dan belajar, yang boleh
membicarakan masalah tersebut di atas. Yang ke 3 (tiga) berkata
ASY SYEH BURHANUDDIN ARRUMI pernah berkata yang
maksudnya bahwa hakikat kebesaran Nur Muhammad itu
menghimpunkan 4 (empat) macam alam, dan hakikat alam itu
hanya 4 (empat) macam saja himpunannya iaitu :

1. Alam HASUT ialah alam yang terhampar langit dan bumi dan
segala isinya dan bagi kita HASUT itu ialah seluruh Jasad, Kulit,
Daging, Otak, Sumsum, Urat, Tulang.
2. Alam MALAKUT ialah alam ghaib bagi malaikat-malaikat, dan
bagi kita malakut itu ialah Hati, Akal, Nafsu, Nafas, Penglihat,
Pendengar, Pencium, Pengrasa dan sebagainya.
3. Alam JABARUT ialah alam ghaib bagi Arasy, Kursi, Luh
Mahfus, Syurga, Neraka dan sebagainya dan bagi kita Alam
Jabarut itu ialah Roh, Ilmu, Hikmah, Fadilat, Hasanah dan
sebagainya, dari pada segala sifat yang mulia dan terpuji.
4. Alam LAHUT ialah alam ghaib bagi kebesaran Nur Muhammad
dan bagi kita alam Lahut itu ialah Bathin tempat Rahasia, Iman,
Islam, Tauhid dan Ma’rifat, maka ke 4 (empat) macam alam itu
adalah semuanya wujud kesempurnaan tajalli Nur Muhammad,
dan 4 (empat) macam alam itu lagi terhimpun kepada
kebenaran wujud diri Rasulullah yang bernama INSANUL
KAMIL. Dan menjadi berkah dan FAIDURRABBANI yakni
kelebihan yang harus bagi tiap-tiap Mu’min yang ahli Tahkik,
karena mereka itu adalah “WADA SYATUL AMBIYA” yakni
mewarisi kebenaran bathin nabi-nabi dan rasul-rasul dan
mu’min yang tahkik itulah yang dinamakan Aulia Allah, tetapi
mu’min itu tiada mengetahui bahwa dirinya adalah Aulia yang
sebenarnya.

Pendapat AL HALAD dan IBNU ARABI bahwa kedua walikutub itu


pernah berkata yang maksudnya bahwa Muhammad itu ada dua
rupa, yakni ada dua rupa dia atau ada dua Ma’na :

1. Muhammad yang bermakna QADIM AZALI, itulah diri


Muhammad yang pertama, yang tidak ada AL MAUTU/mati
padanya selama-lamanya, jelasnya bahwa Muhammad diri
yang pertama kita itu. Itulah yang awal NAFAS yang akhir
SALBIAH, yang zahir MA’ANI dan yang bathin MA’NAWIYAH.
2. Muhammad yang bermakna Abdullah Insanul Kamil itulah diri
Muhammad yang kedua, nama yang harus baginya, bersifat
manusia biasa yang berlaku padanya “SUNNATU INSANIAH,
KULLU NAFSIN ZA IKATUL MAUT”
Dalam pada waktu itu wajib kita meng’itikadkan bahwa jasad nabi
kita itu adalah QADIM IDHOFI, yaitu tidak rusak selama-lamanya
dikandung bumi. Seperti hadis sahih AL BUKHARI/riwayat
BUKHARI : “INNALLAHA AZZA WAJALLA HARRAMA’ALAL ARDHI
AIYA KULLA AZSADAL AMBIYA” artinya : Bahwasanya Allah Ta’ala
yang maha tinggi telah mengharamkan akan bumi, bahwa bumi itu
bisa menghancurkan akan jasad para nabi-nabi. Maka tahkiknya
faham kedua walikutub itu, supaya kita jangan terlihat dengan
faham Nasrani, dengan Yahudi dan sebagainya. Maka kita tetapkan
dahulu faham kita ialah :

1. Bahwa pada hukum adab, Nabi kita Muhammad yang


Muhammad itu adalah manusia biasa seperti kita, hanyalah
dilebihkan ia dengan kerasulan.
2. Bahwa tiap-tiap manusia itu sendirinya baik pada hukum akal
dan pada hukum nakli, ada mempunyai dua macam diri yakni
diri pertama atau diri hakiki ialah Rohani, dan diri yang kedua
yaitu diri Majazi ialah Jasmani, dan diri yang kedua atau diri
jasmani itu karena kemuliaan bagi Rasulullah dinamakan
INSANUL KAMIL.
3. Bahwa diri Hakiki yang bermakna Rohani itulah yang bernama
Muhammad. Itulah yang Qadim Azali, Qadim Izzati, Qadim
Hakiki, itulah makna yang dirahasiakan yang menjadi keesaan
segala sifat kesempurnaan yang 99 (sembilan puluh sembilan)
itu. Jalannya kebesaran wujud Roh Nabi kita itulah yang
diisyaratkan oleh kalimah “HUALLAH” jadi makna Muhammad
itu Tahkiknya adalah “AINUL HAYATI” yakni wujud sifat yang
hidup dan yang menghidupkan. Maka itulah yang diisyaratkan
dengan kalimah “LA ILAHA ILLALLAH” dan yang dibenarkan
dengan kalimah “ALLAHU AKBAR” dan yang dipuji dengan
“SUBBHANALLAH WALHAMDULILLAH" dan sebagainya lagi.
Itulah yang dipuji dengan “ALHAQ QULHAQ” oleh seluruh
malaikat-malaikat MUKARRABIN menurut tafsir yang
me’itibar.
4. Bahwa diri Majazi yang bermakna Jasmani, itulah yang
bernama Insanul Kamil. Itulah Muhammad majazi, yakni
Muhammad yang kedua yang menempuh ALMAUTU pada
adab, tetapi jasad Nabi itu adalah Qadim Idhofi. Jasad Nabi kita
itulah diisyaratkan oleh ayat AL QUR’AN “PADABA RAKALLHU
AHNAUL KHORIKIM" artinya : Maha Sempurnalah Sifat Allah
pada Kezahiran Wujud yang sebaik-baik rupa kejadian itu”.
Dan diisyaratkan Hadis Qudsi “ZAHIRU RABBI WAL BATHINU
ABDI” artinya : Kezahiran sifat kesempurnaan Allah itu adalah
maujud pada hakikat kesempurnaan seorang hamba yang
bernama Muhammad Rasulullah itu. Yakni maujud dengan
rupa Insanul Kamil, maka rupa wujud Insanul Kamil itulah
yang diisyaratkan oleh AL QUR’AN dengan “AMFUSAKUM”
artinya : Wujud Diri Kamu Sendiri, yakni “WAFI AMFUSIKUM
AFALA TUBSIRUN” artinya : Dan yang diri kami berupa wujud
insan itu apakah tidak kamu pikirkan. Yakni yang menjadi diri
hakiki atau diri pertama pada insan itu.

Pada hakikatnya adalah kebenaran dan kesempurnaan Roh Nabi


kita yang bernama Muhammad itu semata-mata, dan diri kedua
itupun tidak lain karena itulah dinamakan insan yakni yang kedua,
atau rupa Muhammad yang nyata, yang nasut, maka kebenaran Roh
Nabi kita yang bernama Muhammad itulah yang diisyaratkan oleh Al
Qur’an “ALLAHU NURUSSAMA WATIWAL ARDHI” artinya :
Kebenaran Nur Allah itu ialah Maujud di langit dan di bumi. Dan ayat
seterusnya “NURUN ‘ALA NURIN” artinya : Nur yang hidup dan yang
menghidupkan atas tiap-tiap wujud yang hidup pada alam ini, itulah
isyarat perkataan 4 (empat) sahabat besar itu yang berbunyi
demikian :
Berkata Saidina Abu Bakar Siddik r.a :
‫ﻮﻤﺎﺮﺍﻳﺖ ﺷﻳﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻳﺖﺍﷲ‬
Artinya : Tidak aku lihat pada wujud sesuatu dan hanyalah aku lihat
kebenaran Allah semata-mata dahulunya.

Kata Umar Ibnu Khattab r.a :


“MAA RAAITU SYAIAN ILLA WARAAITULLAHU MA’AHU”
Artinya : Tidak aku lihat pada wujud sesuatu dan hanyalah aku lihat
kebenaran Allah Ta’ala semata-mata kemudiannya.

Kata Usman Ibnu Affan r.a :


‫ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺘﺒﻳﺎ ﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻤﻌﻪ‬
Artinya : Tidak aku lihat pada wujud sesuatu hanyalah aku lihat
kebesaran Allah Ta’ala semata-mata besertanya.

Kata Ali Ibnu Abi Talib r.a :


‫ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺷﻴﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻓﻴﻪ‬
Artinya : Tidak Aku lihat pada wujud sesuatu hanyalah aku lihat
kebesaran Allah Ta’ala semata-mata maujud padanya.

Itulah isyarat ayat Al Qur’an “WAKULIL HAMDULILLAH


SAYURIIKUM AAYAA TIHI FA’A HIRU NAHA” artinya : Dan
ucapkanlah puji bagi Allah karena sangat nampak bagi kamu pada
wujud diri kamu itu sendiri, akan tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala,
supaya kamu dapat mengenalnya.

Dari itu dengan sabda Nabi Muhammad SAW “MAM TALABAL


MAULA BISHAIRI NAFSIHI FAKAD DALLAH DALALAM BA’IDA”
artinya : Barang siapa mengenal Allah Ta’ala di luar dari pada
mengenal hakikat dirinya sendiri., maka sesungguhnya adalah ia
sesat yang bersangat sesat. Karena hakikat diri yang sebenarnya,
baik rohani dan jasmani tidak lain melainkan adalah wujud
kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itu semata-mata.
Maka apa-apa nama segala yang maujud pada alam ini, baik pada
alam yang nyata dan alam yang ghaib adalah semuanya nama Majazi
bagi kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD.

Adapun makna Syahadat yang tahkikut tahkik “ASYHADUALLA


ILAHA ILLALLAH” naik saksi aku bahwasanya Rohku dan
Jasadku tidak lain, melainkan wujud kesempurnaan tajalli NUR
MUHAMMAD semata-mata. “WA ASYHADUANNA
MUHAMMADARRASULULLAH” dan naik saksi Aku bahwa hanya
MUHAMMAD RASULULLAH itu tiada lain, melainkan wujud
kebenaran tajalli NUR MUHAMMAD yang sebenar-benarnya.

Maka kesempurnaan musyahadah, murakabah dan mukafahah,


yakni keesaan pada diri adalah pada keluar masuknya nafas, karena
faham tahkik, tidak ada lagi “LAA” tetapi hanya “ILLAH” yakni tidak
lain “NAFSI ILLAHU” tidak lain DIRIKU. Melainkan wujud kebesaran
NUR MUHAMMAD semata mata.

4. MENCARI DIRI SENDIRI ...

Kita kembali kepada LATIHAN semula iaitu mencari DIRI SENDIRI


yang berdiri dengan sendirinya itu.
Setelah kita dapat MENEMUI JALANNYA PERNAFASAN kita yang
turun naik itu yang berasal dari dalam, maka DENGAN MEMATIKAN
SEGALA TENAGA kita yang ada, kita CUBA MENURUTKAN TURUN
NAIKNYA PERNAFASAN kita itu, dengan pengertian kita MULAI
MEMAKAI atau MENGGUNAKAN TENAGA DARI DALAM iaitu
TENAGA YANG MENYEBABKAN TURUN NAIKNYA PERNAFASAN
kita.

Lancarnya latihan kita dan sampai kepada MENINGKATNYA


PERGERAKAN yang dibawakan oleh DAYA TENAGA YANG
BERASALKAN DARI JALANNYA PERNAFASAN kita bergantung
kepada pandainya kita membawakannya. Untuk dapat
membawakan sampai mengerti, ialah pandainya kita
MENYERAHKAN SEGALA SESUATU apa yang ada pada kita
KEPADANYA iaitu pada YANG BERDIRI DENGAN SENDIRINYA itu.

DIA akan bebas bergerak, kalau apa yang ada pada kita teleh
dipunyainya dan dikuasainya, dengan pengertian kalau tadinya kita
menganggap Dia kepunyaan kita, maka adalah sebaliknya yang
terjadi iaitu JADIKAN KITA MENJADI KEPUNYAANNYA.

Setahu kita, DIA telah ada bersama kita dan adalah Dia itu
kepunyaan kita, KURNIA atau ANUGERAH yang Maha Esa lagi Maha
Besar kepada kita. DIA datang dariNYA dan akan kembali
kepadaNYA pula. Dan adalah kedatangannya kepada kita untuk
Kesempurnaan Kejadian kita. Dan tidaklah sempurna kita rasanya,
kalau kita tidak mengetahui, mengenal dan MENEMUInya.

Adalah DIA langsung dari Yang Maha Esa dan adalah keadaan kita
dijadikan dari yang telah dijadikan. Tingkatnya juga lebih tinggi dari
kita kerana DIA ASLI ( original ) dan kita dari yang dijadikan,
sungguhpun yang menjadikan kita itu Tuhan Yang Maha Esa juga.

Satu ASAL, tetapi berlainan KE-ADA-AN. DIA ada tetapi tiada, kita
ada dan nyata, DIA yang telah berada bersama kita, bahkan
terkandung didalam batang tubuh kita, kenapa kita tidak dapat
menemuinya ? Tuhan telah memberikannya kepada kita untuk
HIDUP bukan untuk MATI.

Jadi nyatalah sudah ada KELEBIHANNYA dari kita dan Rahsia Hidup
dan kehidupan kita padanyalah LETAKNYA. Dan kalau kita ingin
hidup bahagia, tentu DIA MESTI KITA CARI dan KITA TEMUI, seperti
telah dikatakan diatas, PADANYALAH TERLETAK RAHSIA HIDUP
itu.
Untuk mengetahui dan MENEMUInya tentu lebih dahulu harus kita
pecahkan soal antara kita dengan DIA dengan jalan MEMISAHKAN
YANG SATU DENGAN YANG LAIN, iaitu antara BADAN dan DIRI atau
antara DIA dan AKU.
Latihan yang kita bawakan dengan mematikan badan sebelum mati
sebenarnya mendatangkan sudah PERMULAAN PERPISAHAN,
kerana dengan perbuatan kita itu maka tinggallah YANG HIDUP.

Perbuatan kita dengan latihan itu ialah kita meninggalkan YANG


HIDUP oleh kerana kita hendak mengetahuinya dalam KE – ADA-AN
yang sebenarnya. Sebelum kita dapat menemui dan MENGUASAInya
kita tidak dapat yang sebenarnya.

Untuk itu hendaklah kita TERUS BERLATIH dan BERLATIH


mencarinya SAMPAI ADA PANCARAN KELUAR DARI HUJUNG JARI
JARI kita. Dengan telah dapatnya kita MERASAKAN PANCARAN
YANG KELUAR DIHUJUNG JARI JARI kita itu beerti DINDING TELAH
TEMBUS dan RAHSIA TELAH TERBUKA dan tugas kita ialah
MEMPELAJARInya lagi dengan pengalaman pengalaman atau
PERCUBAAN PERCUBAAN.

DIA adalah HAKMILIK kita dan tiadalah orang lain berhak atasnya.
Kenapa tidak kita pergunakan Hakmilik kita Yang Amat Berharga itu
?

Pendirian kita ( selama ini ) selain SALAH kerana tidak berpegang


pada DIRI barang yang hidup, melainkan kepada BADAN barang
yang mati. Yang TERANG ada pada kita dan yang GELAP pun ada
pada kita. Kenapa berpegang kepada itu yang GELAP ? SIANG ada
pada kita MALAM pun ada pada kita.
SIANG adalah TERANG dan Yang Terang adalah DIRI dan MALAM
adalah GELAP dan Yang Gelap ialah BADAN. Siterang letaknya
DIDALAM dan Sigelap letaknya DILUAR. MASUKKAN itu MALAM
kepada SIANG dan MASUKKAN itu SIANG kepada MALAM.
Datangkanlah itu YANG HIDUP dari YANG MATI dan YANG MATI
dari YANG HIDUP. KELUARKANlah Yang Didalam dan
KEDALAMKANlah Yang Diluar.

UNTUK itu REZEKI yang TIDAK TERDUGA-DUGA dan TERBILANG


banyaknya yang akan kita PERDAPAT.
Semua orang takut mati kerana SALAH MEMAHAMI HIDUP. Dia
takut ditinggalkan Hidup. Dari itu makanya dia takut mati. Mereka
mereka SALAH PEGANG, salah tangkapan berpegang pada Yang Mati
YANG DIANGGAPnya Yang Hidup

Sebenarnya Hidup, tidak diperdulikannya selama ini. Bagi kita


berpegang pada Yang Hidup tidak akan takut mati kerana bagi kita
Yang Hidup itu mestilah TIDAK ADA MATInya. Adalah DIA itu
KEKAL dan ABADI mungkin BERPINDAH – pindah tempat.

Pembawaan hidup mereka mereka yang seperti itu menuju kepada


kematian dan perjalanan hidup yang kita bawakan menuju kepada
hidup yang kekal dan abadi untuk kembali kepengkalan.

Perlalanan mereka KEBAWAH ( manakala ) perjlanan kita ( pula )


KEATAS. Mereka MENUJU KEMATIAN manakala kita pula MENUJU
KEHIDUPAN YANG KEKAL dan ABADI.
Perjalanan kita BESERTANYA ialah kita telah mati sebelum
dimatikan, telah pergi sebelum dipanggil dan AKU telah kembali
dari SANA.

AKU telah MENEMUINYA setelah engkau menemui AKU dan BATAS


Aku dengan DIA ialah seperti batas antara Engkau dengan Aku iaitu
JAUH TIDAK BERANTARA dan DEKAT TIDAK BERBATAS. Engkau
yang tadinya DINDING bagiku untuk menghubungi dan
MENEMUInya satelah dapat menghubungiku dengan CARA
PEMECAHANMU, maka TERBUKAlah JALAN bagiku untuk
menghubungi dan menemui NYA, kerana pintu telah terbuka bagiku.

Engkau Aku bawa serta kerana cinta kasih sayangku tertumpah


padamu dan adalah ENGKAU ITU BADANKU. Kita tidak akan
berpisah kecuali kalau dipisahkan oleh Yang Maha Kuasa. Dari itu
KUASAILAH AKU supaya apa yang ada padaku menjadi
KEPUNYAANMU.

Bagaimana cara menguasainya ? Mudah sahaja. Cintailah, kasihilah


dan sayangilah AKU. Bagimanakah cara mencintai, mengasihi dan
menyayanginya ? AKU tidak pinta apa yang tidak ada padamu,
cukuplah kalau engakau SERAHKAN APA YANG ADA PADAMU
KEPADAKU dan untuk itu akan AKU serahkan pula apa yang ada
padaKu sehingga AKU menjadi kepunyaanmu dan engkau menjadi
kepunyaanku.

Kedalam Engkau yang berkuasa, keluar AKU dimuka. Tadinya


sebelum engkau mengenal Aku maka adalah AKU NYAWAMU.
Setelah Engkau telah dapat mengenal AKU, maka tahu Engkau yang
bahawa AKU ini sangat berguna padamu. Engkau ketahui bahawa
seluruh kehidupanmu BERGANTUNG PADAKU. Setelah Engkau
menemui AKU, maka Engkaulah lebih kenal padaku.
AKUlah yang akan menjadi Engkau dan Engkaulah yang akan jadi
AKU. AKU dan Engkau sebenarnya SATU dan memang kita satu. Ilmu
pengetahuan yang memisahkan kita. Dan AKUlah kita, AKU LUAR
dan DALAM.
Selama ini Engkau berjalan sendiri dengan tidak memperdulikan
AKU. Sekarang setelah Engkau menemui AKU, apa lagi kita telah
menjadi AKU maka kalau Engkau berjalan ikut sertakanlah AKU dan
kalau AKU berjalan akan mengikut sertakan Engkau pula. Satu arah,
satu tujuan dan satu tindakan. Selama ini kita berjalan pada jalan
sendiri – sendiri.
Sekarang kita kenal mengenal satu sama lain. Selapik seketidur,
sebantal, sekalang hulu, sehina, semulia, kelurah sama menurun,
kebukit sama mendaki, sikit senang sama-sama kita rasai.

Apa yang tidak ada padaKU, ada padamu dan apa juga yang tidak
ada padamu ada padaku.
Engkau selama ini sudah jauh berjalan sendiri dengan tidak
mengikut sertakan AKU, walaupun Aku sentiasa berada bersamamu.
Dalam banyak hal AKU menderita kerana AKU yang merasakannya.

Sekarang AKU berjalan dan Engkau Aku ikut sertakan. Tugasmu


hanya menurutkan dan mempelajari hasilnya untuk kita. Engkau
yang tadinya tidak tahu setelah mempelajari perjalananku akan
banyak mendapat yang Engkau tidak ketahui selama ini.

AKU yang berbuat, Engkau yang melakukan dan hasilnya untuk


KITA. Bahagiamu terletak PADAKU dan bahagiaku padamu. AKU
sangat merasa bahagia kalau yang AKU perbuat dan lakukan
besertamu menghasilkan yang memuaskan.
Lambat laun Engkau akan mengenal AKU yang sebenarnya. Dan
adalah perbuatanku bagimu namanya ILMU. Oleh kerana Aku GHAIB
sifatnya maka namanya ILMU GHAIB.
Rahsia kandungan telah terbuka dengan hasil dari latihan latihan
yang telah kita lakukan iaitu keluarnya pancaran yang terasa betul
pada hujung KUKU kita, hujung jari jemari kita. Dan kita telah
melahirkan kandungan kita sendiri.
Yang melahirkan kita dan yang dilahirkan kita pula. Kita yang telah
terlahir itu ialah DIRI YANG BERDIRI DENGAN SENDIRINYA,
bergerak dan berjalan dengan sendirinya, akan tetapi duduk
ditempatnya.
Keluarnya dari badan kita melalui saluran saluran tertentu yang
bernamakan pancaran yang setelah sanggup menebus alam sendiri
akan sanggup pula menembus alam lain, kalau kita telah dapat
menguasai dan mengetahui akan RAHSIANYA yang sebenarnya.

Ibu melahirkan kita sebagai seorang manusia lengkap dengan


pembawaan dan kelahiran kita mengandung pembawaan itu untuk
hidup. Untuk melanjutkan jalannya kehidupan kita supaya dapat
menikmati Kebahagiaan Hidup, maka adalah tugas kita melahirkan
kandungan kita iaitu pembawaan dari Rahim ibu.

Kebahagiaan hidup yang kita alami di Rahim ibu semasa dalam


kandungan ibu ialah dengan hidupnya bonda mengandung atau
dengan dua ( 2 ) keadaan hidup, iaitu pertama yang mengandung
dan yang kedua yang dikandung.

Sebelum kita dapat melahirkan kandungan kita itu sampai akhir


hayat kita, maka senantiasa akan panjanglah jalannya kehidupan
kita yang kita rasai, kerana melakukan hidup sendiri. Maka untuk
kesempurnaan jalannya kehidupan kita lahirkanlah kandungan
sendiri. Kelahirannya mendatangkan HIDUP BARU bagi kita dan
seimbangkanlah jalannya kehidupan kita.
Kita telah bertahun-tahun berjalan sendiri-sendiri mengharungi
lautan hidup yang tidak bertepi itu. Maka pergunakanlah jalan hidup
yang baru kita perdapat itu.
Bila itu HIDUP tidak kita pergunakan tidak perlu disesalkan kalau
satu saat nanti kita ditinggalkannya.
Dengan telah melahirkan kandungan itu kita telah menjadi manusia
baru dengan tenaga baru.

5. aRTI ALLAHU AKBAR

"ALIF" @ ALIFULLAH itu adalah Zat Allah atau Diri Allah dan
sebenarnya Diri ialah Ruh Nabi Muhammad SAW, kerana
Muhammad itu adalah Nama atau Asma Allah.

"KAB“ ertinya ialah Nyawa, yang berhubungan Jantung (di dalam


fuat yang hidup) hingga kita dapat berbicara sebagai mana
mestinya.

"BA" @ AF’AL ALLAH adalah kelakuan Nabi Muhammad SAW,


kerana itu adalah kenyataan Allah yang diperlihatkan kepada Nabi
Muhammad SAW.

"RA“ ertinya adalah Diri yang nyata ini, hingga dapat melakukan
sesuatu kehendak yang disebabkan perintah Rahsia yang berasal
dari Ruh Idhafi memerintahkan Nyawa, dan Nyawa memerintahkan
Diri/Tubuh sehingga berkelakuan atau berkelakulah yang
sebenarnya Diri, sebab kesemuanya itu berasal daripada Nur
Muhammad SAW.

Seperti firman Allah :


“KAD JAA AKUMUL HAKKUMIRRABIKUM”

artinya, "Sesungguhnya yang datang kepada kamu itu adalah Hak


Daripada Tuhan kamu", Itulah adanya Nur kepada Nur. Yang
dimaksudkan Ujud Idhafi yang bernama Wujud Hakiki.

Dan itulah kezahiran Wujud Mutlak, sesungguhnya siapa yang dapat


mengenal atau meresapkan Nur Muhammad SAW, sama halnya
mengenal atau meresapkan Tuhannya. Kerana itu adalah kezahiran
dan kenyataan bagi Wujudnya, dan yang pertama Tajallinya atau
menjelmanya HAK ALLAH pada kelakuan INSAN maupun kepada
pelajaran orang-orang Arif Billah.

Di sinilah sampainya Ilmu atau Pengetahuan Aulia dan Ambiya yang


mengatakan Allah.

Dari itu kenalilah Diri atau Tubuh dengan erti Nyawa, yang
dikatakan Rahsia Allah yang bernama Idhafi.

Selanjutnya dengan huruf “H” (IDHAFI) adalah Ruh Wujud Hakiki,


atau Kezahiran Wujud Mutlak.
6. ZIKIR-ZIKIR TAJALLI

ZIKIR-ZIKIR TAJALLI YANG HANYA DIBACA DI DALAM HATI


SAJA

Caranya :

Sekali atau tiga kali, dan nafas ditarik dengan “HUU” kemudian
ditahan dan lidah dilekukkan di lelangit. Kemudian baca di dalam
hati :

INNI BIHAKKI MUHAMMADIN ALHAQ QULHAQ, artinya “YAHU”


sesungguhnya diriku adalah kebesaran wujud NUR MUHAMMAD
yang sebenar-benarnya
atau
INNI BIHAKKI ZATUL BUKTI KHALISUL MUTLAK, artinya bahwa
sesungguhnya diriku adalah wujud kebesaran NUR MUHAMMAD
semata-mata yang Maha Suci lagi Esa tiada ada yang lainnya
bersertanya
atau
LAA MAUJUDUN ILLA NURUL HAK KUL HAK, artinya Tiada lain
wujudku melainkan wujud kebenaran NUR MUHAMMAD yang
sebesar-besarnya

Maka pilihlah yang mana dalam yang tiga ini yang dirasa mudah,
dan tatkala keluar nafas bacalah dalam hati “ALLAHU AKBAR”.

Wallahua'lam
Sumber : http://wariswaning.blogspot.co.id

You might also like