You are on page 1of 28

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR OTAK

A. DEFINISI

Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada


desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan
tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030). Tumor otak adalah suatu lesi
ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk
massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang
belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya
dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal
dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari
organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal,
dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002) dalam Febri
(2012).
Tekanan intra kranial ( TIK ) adalah suatu fungsi nonlinier dari fungsi
otak, cairan serebrospinal (CSS) dan volume darah otak sehingga. Sedangkan
peningkatan intra kranial (PTIK) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil
dari volume otak, keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi
intrakranial, sebab volume yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan
memindahkan cairan serebrospinal dari rongga tengkorak ke kanalis spinalis
dan volume darah intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya
peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 1
dengan complience. Jadi jika otak, darah dan cairan serebrospinal volumenya
terus menerus meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan
terjadi peningkatan intrakranial yang mengakibatkan herniasi dengan gagal
pernapasan dan gagal jantung serta kematian, Febri (2012).
Tumor otak merupakan salah satu penyakit yang menyerang otak.
Dikarenakan otak meruopecan salah satu organ tubuh yang paling penting,
organ lainnya dapat terganggu, sehingga kematian dapat terjadi. Tumor otak
bisa menyerang siapa saja, bahkan anak-anak dan remaja, namun pada
umumnya tumor menyerang orang usia produktif atau dewasa (Wikipedia).
Tumor otak tidak selalu mengakibatkan kematian. Namun pada kasus
tumor otak jinak, saat mereka tumbuh, mereka dapat menghancurkan dan
menekan jaringan otak yang normal lainnya, yang dapat berakibat pada
kelumpuhan ataupun fatal. Karena itu, dokter lebih suka menggunakan istilah
"tumor otak" dari pada "kanker otak." Saat ini ilmu kedokteran telah
berkembang pesat, teknik diagnostik dan pengobatan telah memberikan
harapan hidup bagi para pasien tumor otak dan yang menjadi concern utama
pada pasien kanker otak maupun tumor otak ini adalah seberapa cepat mereka
menyebar melalui bagian otak/ syaraf tulang belakang lainnya dan apakah
mereka bisa diangkat dan tidak kambuh lagi (Wikipedia).

B. KLASIFIKASI TUMOR OTAK


Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Jenis Tumor
a. Jinak
 Acoustic neuroma
 Meningioma
 Pituitary adenoma
 Astrocytoma (grade I)

Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi


jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya.

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 2
Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari
pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah
sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan
pemeriksaan CT scan otak.

b. Malignant
 Astrocytoma (grade 2,3,4)
 Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat
muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan
menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan
intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling
bersifat kemosensitif.
 Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering
terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor
ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor
utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan
kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak
anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk
progmosisnya.
2. Berdasarkan Lokasi
a. Tumor Supratentorial
Hemisfer otak, terbagi lagi :
1. Glioma :
 Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi
di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral
melalui korpus kolosum.
 Astroscytoma

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 3
 Oligodendroglioma
 Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma
tetapi terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative
avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi biasanya
dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
2. Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan
perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena
adanya psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen
supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang
dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena
merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai
dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%),
Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove
(10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%),
dan Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat defisit
neurologik yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh
pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya
tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis
dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di
basis kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum
sphenoidalis, sisi medial sphenoid ridge) tumor akan segera
mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan visus yang
progresif.
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung
araknoid dan dura.
3. Tumor Infratentorial
4. Schwanoma akustikus
5. Tumor metastasisc

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 4
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh
tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor
primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun
neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan
tiroid dapat juga bermetastasis ke otak.

6. Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang
paling sering dijumpai dalam serebelum.

C. ETIOLOGI TUMOR OTAK


Penyebab tumor hingga saat ini masih belum
diketahui secara pasti walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-
faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota
keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma
dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau
penyakit Sturge-Weberyang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-
jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan
adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu
dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 5
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi
setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala
7. Prilaku Buruk
Kebiasaan buruk yang bisa menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya
sebagai penyebab tumor otak, yaitu kebiasaan merokok dan meminum
minuman beralkohol. Lihat saja pada tulisan di setiap bungkus rokok jika
enggak percaya. Tulisan ini tidak hanya sekedar tulisan yang tidak
mempunya arti dan tujuan loh sobat.
8. Makanan Kurang Sehat
9. Sering memakan makanan berlemak dan juga makanan yang kurang
seratnya, seperti makanan instan di toko-toko makanan, bisa menjadi
penyebab tumor otak. Makanan berlemak indentik dengan kandungan
kolesterol, dan teman-teman sudah pada tau kan keganasan kolesterol bagi
seluruh bagian tubuh kita. Untuk makanan instan pastinya mengandung
bahan pengawet (natrium benzoat) dan juga bahan pewarna tentunya.
10. Pekerjaan

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 6
Seseorang yang bekerja di pabrik pembuat bahan kimia atau pabrik yang
memakai bahan kimia dalam proses produksinya, harap lebih berhati-hati.
Karena pekerjaan ini lebih tinggi resikonya untuk terkena tumor otak atau
sebagai penyebab tumor otak. Pekerjaan yang memakai alat-alat radiologi
efeknya juga sama tingginya. Maka dari itu taatilah aturan keselamatan di
perusahaan tersebut. Malah ada juga artikel yang mengatakan bahwa
pekerjaan yang berhadapan dengan kabel beraliran listrik juga cukup
berpotensi.

D. MANIFESTASI KLINIS TUMOR OTAK


1. Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang
kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten.
Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk,
maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri
kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor
supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor
pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
2. Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan
mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita
dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan
jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
3. Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti
astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi
pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan
temporal.
4. Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan
teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 7
awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat,
tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik
buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan
kabur yang tidak menetap.
5. Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa
tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah
berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa
didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intracranial.
6. Vertigo
Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.

E. PATOFISIOLOGI TUMOR OTAK


Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan
klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor
gangguan fokal, disebabkan oleh
tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila
penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan
jaringan neuron. Tentu saja disfungsi
yang paling besar terjadi pada tumor
yang tumbuh paling
cepat. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer (Febri,
2012).

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 8
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro
dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan
otak. Beberapatumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak
sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan
tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan
sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya
massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak
yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak.
Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih
osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang
disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinaldari ventrikel
laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi
secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk
menjadi efektif dan oelh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial
timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan
volume darahintra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan
intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus
medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh
massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab
hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum,
tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa
posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.
Intrakranialyang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik
(pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan), Febri (2012).

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 9
FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU
STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 10
F. PATHWAY

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 11
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK TUMOR OTAK
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda
spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan
tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu
metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun
multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor.
Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan
massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan
melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk
membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor
dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu
kejang.

H. PENATALAKSANAAN TUMOR OTAK


Faktor –faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan
1. Usia
2. General Health

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 12
3. Ukuran Tumor
4. Lokasi Tumor
5. Jenis Tumor

Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam
penatalaksaannya, yaitu

a) Surgery
Terapi Pre-Surgery :
- Steroid ® Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
- Anticonvulsant ® Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti
carbamazepine
- Shunt ® Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal

Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor.


Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan
dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya
menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan
pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan
hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang
optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi
histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan
menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor
jarang sekali menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.

b. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah
membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil
yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan
radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately
sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 13
tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun
demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat
disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi
dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode
serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada
tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak.
Radioterapi jyga digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak,
misalnya adenoma hipofisis.
c. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan
satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk
membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga
secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari
treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan
pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien
dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap
terapi yang dilakukan ataukah tidak.

I. KOMPLIKASI TUMOR OTAK


1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema
Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
2. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam
rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi
pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
3. Herniasi Otak

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 14
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan
singuli.
4. Epilepsi
5. Metastase ketempat lain

J. PROGNOSIS TUMOR OTAK


Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan
hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma
dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-
5 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang
diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan untuk kanker otak lebih
efektif dilakukan pada:
1. Penderita yang berusia dibawah 45 tahun.
2. Penderita astrositoma anaplastik.
3. Penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat
melalui pembedahan.

K. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR OTAK


1. Pengkajian
a. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
b. Riwayat Sakit dan Kesehatan
- Keluhan utama: Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
c. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya
ketajaman atau diplopia.
d. Riwayat penyakit dahulu

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 15
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat
keluarga dengan tumor kepala.
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi,
diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.

2. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )


Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda
vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel),
dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (breath)
- Bentuk dada : normal
- Pola napas : tidak teratur
- Suara napas : normal
- Sesak napas : ya
- Batuk : tidak
- Retraksi otot bantu napas ; ya
- Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
b. Kardiovaskular B2 (blood)
- Irama jantung : irregular
- Nyeri dada : tidak
- Bunyi jantung ; normal
- Akral : hangat
- Nadi : Bradikardi
- Tekanana darah Meningkat
c. Persyarafan B3 (brain)

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 16
- Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia.
- Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
- Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada
lobus frontal
- Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
- Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
- Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
- GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan
menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
- Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan
rentang angka 1– 6 tergantung responnya yaitu :
d. Perkemihan B4 (bladder)
- Kebersihan : bersih
- Bentuk alat kelamin : normalUretra : normal
- Produksi urin: normal
e. Pencernaan B5 (bowel)
- Nafsu makan : menurun
- Porsi makan : setengah
- Mulut : bersih
- Mukosa : lembap
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
- Kemampuan pergerakan sendi : bebas
- Kondisi tubuh: kelelahan

3. Diagnosa Keperawatan

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 17
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula
oblongata.
c. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
d. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap
hipotensi ortostatik.
e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada
ekspresi atau interpretasi.
f. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
g. Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan aneurisma.
h. Gangguan persepsi sensori penghidu berhubungan dengan aneurisma.
i. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu
menggerakan leher.
4. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang`1 atau dapat diadaptasi oleh
klien
Kriteria hasil :
(1) Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat
diadaptasi ditunjukkan penurunan skala nyeri. Skala = 2
(2) Klien tidak merasa kesakitan.
(3) Klien tidak gelisah

Intervensi :

1. Kaji keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor


yang memperburuk dan meredakan
Rasional: Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus
dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor
yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 18
memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan
2. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan
segera jika nyeri timbul.
Rasional: Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan
dapat mengurangi beratnya serangan.
3. Berikan kompres dingin pada kepala
Rasional: Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan
vasodilatasi.
4. Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
Rasional: Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat
mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan
5. Kolaborasi pemberian analgesic
Rasional: Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri
berkurang
6. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi
wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
Rasional: Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung
yang dialami.

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan denga penekanan medula


oblongata.
Tujuan : Pola pernafasan kembali normal
Kriteria Hasil :
1. Pola nafas efekif
2. GDA normal
3. Tidak terjadi sianosis

Intervensi:

1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernafasan. Catat


ketidakteraturan pernafasan

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 19
Rasional: Mengidentifkasi adanya masalah paru atau obstruksi
jalan nafas yang membahayakan oksigenasi serebral atau
menandakan infeksi paru.
2. Posisikan semi fowler
3. Anjurkan pasien untuk melakukan nafas dalam
4. Auskultasi suara nafas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya
suara-suara tambahan yang tidak normal
5. Kolabolasi. Berikan terapi oksigen
Rasional: Memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan
membantu dalam pencegahan hipoksia. Jika pusat pernafasan
tertekan, mungkin diperlukan ventilasi mekanik
6. Perubahan dapat menandakan awitan kompliasi pulmonal atau
menandakan lokalisasi keterlibatan otak. Pernapasan lambat ,
periode apnea dapat perlunya ventilasi mekanis.
7. Memudahkan ekspansi paru dan menurunkan kemungkinan lidah
jatuh yang menyumbat jalan nafas.
8. Membuat pola nafas lebih teratur

c. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan


tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
Tujuan : Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital
stabil.
Kriteria hasil :
1. Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial
<15mmHg, tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg
2. Menunjukkan tingkat kesadaran normal
3. Orientasi pasien baik
4. RR 16-20x/menit
5. Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi

Intervensi:

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 20
1. Monitor secara berkala tanda dan gejala peningkatan TIK
Rasional: Mengetahui fungsi retikuler aktivasi sistem dalam
batang otak, tingkat kesadaran memberikan gambaran adanya
perubahan TIK
2. Kaji perubahan tingkat kesadaran, orientasi, memori, periksa nilai
GCS
Rasional: Mengetahui keadaan umum pasien, karena pada stadium
awal tanda vital tidak berkolerasi langsung dengan kemunduran
status neurologi
3. Kaji tanda vital dan bandingkan dengan keadaan sebelumnya
4. Kaji fungsi autonom: jumlah dan pola pernapasan, ukuran dan
reaksi pupil, pergerakan otot
Rasional: Respon pupil dapat melihat keutuhan fungsi batang otak
dan pons
5. Kaji adanya nyeri kepala, mual, muntah, papila edema, diplopia,
kejang
Rasional: Merupakan tanda peningkatan TIK
6. Ukur, cegah, dan turunkan TIK
7. Pertahankan posisi dengan meninggikan bagian kepala 15-300,
hindari posisi telungkup atau fleksi tungkai secara berlebihan
Rasional: Peninggian bagian kepala akan mempercepat aliran
darah balik dari otak, posisi fleksi tungkai akan meninggikan
tekanan intraabomen atau intratorakal yang akan mempengaruhi
aliran darah balik dari otak
8. Monitor analisa gas darah, pertahankan PaCO2 35-45 mmHg, PaO2
> 80mmHg
Rasional: Menurunnya CO2 menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah
9. Kolaborasi dalam pemberian oksigen
Rasional: Memenuhi kebutuhan oksigen
10. Hindari faktor yang dapat meningkatkan TIK

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 21
11. Istirahatkan pasien, hindari tindakan keperawatan yang dapat
mengganggu tidur pasien
Rasional: Keadaan istirahat mengurangi kebutuhan oksigen
12. Berikan sedative atau analgetik dengan kolaboratif
Rasional: Mengurangi peningkatan TIK

d. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap


hipotensi ortostatik.
Tujuan : Diagnosa tidak menjadi masalah actual
Kriteria hasil :
1. Pasien dapat mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang
menyebabkan vertigo
2. Pasien dapat menjelaskan metode pencegahan penurunan aliran
darah di otak tiba-tiba yang berhubungan dengan ortostatik.
3. Pasien dapat melaksanakan gerakan mengubah posisi dan
mencegah drop tekanan di otak yang tiba-tiba.
4. Menjelaskan beberapa episode vertigo atau pusing

Intervensi:

1. Kaji tekanan darah pasien saat pasien mengadakan perubahan posisi


tubuh.
2. Diskusikan dengan klien tentang fisiologi hipotensi ortostatik.
3. Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi hipotensi ortostatik
4. Untuk mengetahui pasien mengakami hipotensi ortostatik ataukah
tidak.
5. Untuk menambah pengetahuan klien tentang hipotensi ortostatik.
6. Melatih kemampuan klien dan memberikan rasa nyaman ketika
mengalami hipotensi ortostatik

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 22
e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada
ekspresi atau interpretasi.
Tujuan : Tidak mengalami kerusakan komunikasi verbal dan
menunjukkan kemampuan komunikasi verbal dengan orang lain
dengan cara yang dapat di terima.
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah
komunikasi.
2. Pasien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
diekspresikan
3. Pasien dapat menggunakan sumber-sumber dengan tepat

Intervensi:

1. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.


2. Minta pasien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek. Jika
tidak dapat menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat yang
pendek.
3. Berika metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan
tulis, gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-
gambar, daftar kebutuhan, demonstrasi).
4. Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan
dengan tenang. Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban
“ya/tidak” selanjutnya kembangkan pada pertanyaan yang lebih
komplek sesuai dengan respon pasien.
5. Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan
yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang
diucapkannya tidak nyata.
6. Menilai kemampuan menulis dan kekurangan dalam membaca
yang benar yang juga merupakan bagian dari afasia sensorik dan
afasia motorik.

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 23
7. Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan/
deficit yang mendasarinya.
f. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan
dengan efek kemoterapi dan radioterapi
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
Kriteria hasil:
1. Antropometri: berat badan tidak turun (stabil)
2. Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
3. Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)
4. Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak
jarang dan merah
5. Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan
bertambah
6. Kaji tanda dan gejala kekurangan nutrisi: penurunan berat badan,
tanda-tanda anemia, tanda vital

Intervensi:

1. Monitor intake nutrisi pasien


Rasional: Menentukan adanya kekurangan nutrisi pasien
2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: Mengurangi mual dan terpenuhinya kebutuhan nutrisi
3. Timbang berat badan 3 hari sekali
Rasional: Berat badan salah satu indikator kebutuhan nutrisi.
4. Monitor hasil laboratorium: Hb, albumin
Rasional: Menentukan status nutrisi
5. Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetic
Rasional: Mengurangi mual dan muntah untuk meningkatkan
intake makanan

g. Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan aneurisma

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 24
Tujuan : Mempertahankan fungsi penglihatan dan
mencegah kerusakan yang lebih parah
Kriteria Hasil:
1. Mempertahankan lapang pandang tanpa kehilangan lebih lanjut

Intervensi:

1. Kaji respon pupil


Rasional: Perubahan pupil menunjukkan tekanan pada syaraf
okulomotorius atau optikus
2. Inspeksi pupil dengan senter kecil untuk mengevaluasi ukuran,
konvigurasi, dan reaksi terhadap cahaya.
Rasional: Reaksi pupil diatur oleh syarafokulomotorius (syaraf
cranial III) pada batang otak..
3. Evaluasi tatapan klien untuk menentukan apakah terdapat konjugasi
(berpasangan, saling bekerja sama) atau apakah gerakan mata
abnormal.
Rasional: Gerakan mata konjugasi diatur dari bagian korteks dan
batang otak.
4. Evaluasi kemampuan mata untuk melakukan abduksi dan adduksi
Rasional: Syaraf cranial VI atau syaraf abdusen mengatur gerakan
abduksi dan adduksi mata. Syaraf cranial IV atau syaraf troklearis
juga mengatur gerakan mata.
5. Pastikan derajat atau tipe kehilangan penglihatan
Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan
intervensi
6. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau
kemungkinan kehilangan penglihatan
Rasional: Intervensi dini mencegah kebutaan bagi pasien dalam
menghadapi kemungkinan atau mengalami kehilangan penglihatan
sebagian atau total. Meskipun kehilangan penglihatan telah terjadi
tak dapat diperbaiki kehilangan lanjut dapat dicegah.

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 25
7. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan
penglihatan. Misalnya, kurangi kekacauan, atur perabot, ingatkan
memutar kepala ke subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram dan
masalah penglihatan malam.
Rasional: Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan
perubahan lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan
akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan
8. Lakukan tindakan pembedahan pada tumor yang masih bersifat
jinak (benigna).
Rasional: Mencegah terjadinya metastase ke organ lain serta
mencegah kerusakan yang lebih parah.
9. Agen hiperosmotik. Contoh: mannitol (osmitrol; gliserin)
Rasional: digunakan untuk menurunkan sirkulasi volume cairan,
dimana akan menurunkan produksi aquos humor bila pengobatan
lain belum berhasil.
10. Dipifevren hidroclorida (propine)
Rasional: Mungkin menguntungkan bila pasien tidak berespon
pada obat lain. Bebas efek samping seperti, penglihatan kabur,
kebutaan malam.

h. Gangguan persepsi sensori penghidu berhubungan dengan aneurisma


Tujuan: Mempertahankan fungsi pembau dan mencegah kerusakan
yang lebih parah
Kriteria Hasil: Mempertahankan fungsi pembau
Intervensi:
1. Lakukan uji indra pembau klien dengan memberi tester bau yang
khas seperti kopi dan bawang
Rasional: Mengetahui seberapa baik kemampuan membau klien

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 26
2. Memberi helth education kepada pasien mengenai penurunan
fungsi pembau
Rasional: Membantu pasien untuk dapat menerima kondisi yang
dialami

i. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu


menggerakan leher
Tujuan : Memberikan kenyamanan gerak leher pada klien
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat menggerakan leher secara normal
2. Klien dapat beraktifitas secara normal

Intervensi:

1. Kaji rentang gerak leher klien


2. Memberi helth education kepada pasien mengenai penurunan
fungsi gerak leher
3. Kolaburasi dengan fisioterapi
4. Mengetahui kemampuan gerak leher klien
5. Membantu pasien untuk dapat menerima kondisi yang dialami
6. Terapi dapat membantu mengembalikan gerak leher klien secara
normal

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 27
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Tumor dan Kanker Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015
di http://tumorkankerotak.blogspot.co.id/.

Wikipedia. Tumor Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di


https://id.wikipedia.org/wiki/Tumor_otak

USU. 2010. Chapter II – Tumor Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31137/4/Chapter%20I
I.pdf

Febri. 2012. Asuhan Keperawatan Tumor Otak. DI akses pada tanggal 20


November 2015 di
https://nersfebri.wordpress.com/2012/04/01/asuhan-keperawatan-
askep-tumor-otak/

Septi. 2013. Askep Tumor Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
http://septiapritayani.blogspot.co.id/2013/07/askep-tumor-beserta-
pathway_6.html

FITRIANI L, S.Tr.Kep PRODI PROFESI NERS POLTEKKES PALU


STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS Page 28

You might also like