You are on page 1of 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Panasbumi merupakan sumber energi panas yang terbentuk secara


alami di bawah permukaan bumi. Sumber energi tersebut berasal dari pemanasan
 batuan dan air bersama unsur-unsur
u nsur-unsur lain yang berasal dari aktivitas magmatisme
di dalam kerak bumi. Untuk pemanfaatannya, perlu dilakukan kegiatan eksplorasi
dan eksploitasi guna mentransfer energi panas tersebut ke permukaan dalam
wujud uap panas, air panas, atau campuran uap dan air serta unsur-unsur lain yang
dikandung panasbumi. Pada prinsipnya dalam kegiatan panasbumi yang
dieksploitasi adalah air panas dan uap air.

Sumber daya panasbumi ramah lingkungan karena unsur-unsur yang


 berasosiasi dengan energi panas
p anas t idak membawa dampak lingkungan atau berada
dalam batas ketentuan yang berlaku. Panasbumi merupakan sumber energi panas
dengan ciri terbarukan karena proses pembentukannya terus-menerus sepanjang
masa selama kondisi lingkungan dapat terjaga keseimbangann ya.

Indonesia memiliki potensi sumber daya panasbumi yang besar


dibandingkan dengan potensi panasbumi dunia. Namun, hingga saat ini
 panasbumi tersebut masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal, khususnya
sebagai salah satu energi pilihan pengganti bahan bakar minyak. Mengingat
Mengingat sifat
sifat
sumber energi panasbumi tidak dapat diekspor, pemanfaatannya terutama
ditujukan untuk mencukupi kebutuhan energi domestik yang dapat memberikan
nilai tambah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aneka ragam sumber energi

1
di Indonesia. Dengan demikian, pemanfaatan panasbumi dapat turut menunjang
 pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut maka pada karya tulis seminar ini akan
diuraikan tentang sistem panasbumi secara umum terutama pada karakteristik
fluida panasbumi dan aplikasinya untuk mengetahui sifat atau karakteristik dari
reservoir panasbumi tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan

Penulisan Seminar yang berjudul Aplikasi geokimia fluida


 panasbumi untuk mengetahui karakteristik dari reservoir panasbumi memiliki
maksud dan tujuan sebagai berikut :

1.2.1 Maksud
Maksud dari penulisan seminar ini adalah memberikan pemaparan
mengenai konsep panasbumi secara umum terutama pada konsep geokimia fluida
 panasbumi dan penerapannya pada penentuan karakteristik dari reservoir
 panasbumi dalam kegiatan eksplorasi panasbumi.
1.2.2 Tujuan
Penulisan seminar ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :
- Mengetahui konsep dan pengertian sistem panasbumi.
- Mengetahui konsep geokimia fluida panasbumi.
- Mengetahui komponen sistem panasbumi.
- Mengetahui macam - macam fluida panasbumi untuk mengetahui
karakteristik dari reservoir panasbumi.

1.3 Ruang Lingkup


Materi yang dibahas dalam penulisan seminar ini adalah mengenai konsep
sistem panasbumi dan konsep geokimia fluida panasbumi dan aplikasinya untuk
mengetahui karakteristik dari reservoir panasbumi meliputi konsep umum tentang

2
sistem panasbumi dan geokimia fluida panasbumi, macam  –   macam fluida
 panasbumi, dan bentuk terapannya untuk mengetahui karakteristik
k arakteristik dari
d ari reservoir
 panasbumi.

1.4 Metodologi Penelitian


Metode penulisan karya tulis seminar ini dilakukan dengan metode deskriptif
yaitu melalui studi pustaka dan studi literatur melalui buku  –   buku referensi,
 jurnal – 
 jurnal –  jurnal
 jurnal ilmiah, dan laporan penelitian.

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan seminar yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II SISTEM PANASBUMI

Berisi tentang konsep sistem panasbumi panasbumi meliputi


komponen – 
komponen –  komponen
 komponen sistem panasbumi .

BAB III FLUIDA PANASBUMI

Berisi tentang konsep fluida panasbumi secara umum meliputi


 pembentukan, sifat fisik dan kimia fluida, siklus fluida
 panasbumi, dan interaksi fluida panasbumi dengan batuan
sekitar.

BAB IV GEOKIMIA FLUIDA PANASBUMI

Berisi tentang konsep geokimia dalam sistem panasbumi


meliputi interaksi fluida panasbumi dengan batuan

3
( geoindikator dan tracer   ), geotermometer fluidapanas bumi
dalam penentuan karakteristik reservoir panasbumi.

BAB V KESIMPULAN

Berisi tentang kesimpulan terhadap seluruh materi yang telah


dijelaskan mengenai geokimia fluida panas bumi.

1.6 ALUR PENYUSUNAN PENULISAN

Panasbumi

Sistem
Panasbumi

Manifestasi
Panasbumi

Analisis Geokimia
Fluida Panasbumi

Geotermometer
Tracer  dan
 dan Geoindikator
- Silika
- Na – 
Na –  K
 K - Diagram Cl – 
Cl –  SO
 SO4 –  HCO
 HCO3
- Na – 
Na –  K – 
 K –  - Diagram Cl – 
Cl –  Li-
 Li- B
Ca - Diagram Na – 
Na –  K
 K - Mg
- Na – 
Na –  Li
 Li

Karakteristik Reservoir
Panasbumi

4
BAB II

SISTEM PANASBUMI

Panasbumi merupakan energi panas yang terbentuk secara alami dan


tersimpan dalam bentuk air panas atau uap panas pada kondisi geologi tertentu pada
kedalaman beberapa kilometer di dalam kerak bumi (Rybach, 1981). Hochstein dan
Browne (2000) mendefinisikan sistem panasbumi sebagai perpindahan panas secara
alami dalam volume tertentu di kerak bumi dimana panas dipindahkan dari sumber
 panas ke zona pelepasan panas. Kunci kekuatan untuk menggerakkan fluida adalah
 perbedaan densitas antara air resapan yang suhunya lebih rendah dan bergerak ke
 bawah dengan fluida panasbumi yang suhunya
su hunya lebih tinggi
t inggi yang kemudian muncul ke
 permukaan bumi oleh gaya pengapungan (Rybach,19 85).

Sistem panasbumi dijumpai pada daerah dengan gradien panasbumi relatif


normal, terutama pada bagian tepi lempeng dimana gradien panasbumi biasanya
mempunyai kisaran suhu yang lebih tinggi daripada suhu rata-rata (Dickson dan
Fanelli, 2004). Terdapat tiga (3) elemen penting yang berpengaruh dalam sistem
 panasbumi, terutama sistem panasbumi
pa nasbumi hidrothermal yang terdapat di sebagian besar
Indonesia, yaitu :

1. Sumber Panas

Sumber panas pada lapangan panasbumi adalah magma yang berasal


dari kedalaman 50-100 km, bergerak ke atas, mengintrusi lapisan-lapisan
 batuan dengan membawa temperatur yang tinggi (900-1200˚
(900-1200˚C) menuju
kedalaman dangkal yang berkisar antara 2-10 km. Bentuk dari intrusi ini
 biasanya intrusi kecil yang berulang seperti retas (dyke
(dyke).
).

5
2. Reservoir dan Caprock 

Reservoir adalah suatu batuan yang mempunyai porositas dan


 permeabilitas yang baik serta mengandung fluida panas akibat adanya panas
 bumi. Reservoir umumnya dilapisi oleh batuan penutup (caprock ) yang
impermeabel dan berhubungan dengan permukaan area resapan.

3. Fluida

Fluida pada umumnya berupa air meteorik (berasal dari permukaan


 bumi), dan adanya air magmatik bersama volatil yang sangat mempengaruhi
komposisi kimia. Pada reservoir tersebut air meteorik dapat mengganti fluida
yang keluar dari reservoir secara alamiah (hot
(hot springs)
springs) atau fluida yang keluar
melalui lubang bor. Air meteorik akan berada dalam fasa uap atau fasa cair,
tergantung kepada besarnya tekanan dan temperatur. Air ini terkadang
membawa unsur kimia dan gas seperti CO2, H2S dan lain- lain.

Secara umum sebaran sumber panasbumi terletak sepanjang jalur gunungapi,


seperti halnya di Indonesia sendiri. Maka dengan sendirinya pembentukan sumber
 panasbumi ini dikontrol oleh proses-proses geologi yang telah atau sedang
 berlangsung d i sepanjang jalur gunungapi tersebut. Proses-proses geologi itu sendiri
merupakan suatu kegiatan magma di sepanjang jalur gunungapi yang mengakibatkan
terbentuknya terobosan-terobosan batuan beku dan muntahan hasil letusan gunungapi
 berupa batuan piroklastik dan lava yang menyebar menutupi lereng-lereng, lembah-
lembah atau cekungan-cekungan yang ada pada jalur tersebut. Intrusi ini berfungsi
sebagai pemanas akuifer yang telah ada, sedangkan hasil letusan gunungapi berupa
 perselingan antara endapan vulkanik dan aliran lava memungkinkan untuk
terbentuknya batuan cadangan uap (reservoir
(reservoir rocks)
rocks) dan batuan tudung / penutup
(cap rocks).
rocks).

6
Akibat dari adanya proses kegunungapian ini, maka terbentuklah suatu sistem
 panasbumi yang memanaskan airtanah yang terkandung dalam batuan cadangan pada
kondisi tertutup, yaitu kondisi dimana batuan cadangan terapit diantara dua batuan
 penutup yang menyebabkan uap air dalam batuan cadangan terdapat pada kondisi
tekanan hidrostatis yang sangat tinggi. Tekanan hidrostatis ini menyebabkan uap
 jenuh dalam batuan cadangan berubah ke fasa cair sehingga mengakibatkan dalam
 batuan cadangan terdapat dua fasa yaitu fasa cair-uap yang terkondensasikan dan fasa
uap itu sendiri. Apabila di daerah ini dilakukan pemboran, maka terjadilah pelepasan
tekanan hidrostatis yang menyebabkan air yang bersuhu tinggi tersebut berubah
menjadi bentuk uap.
Di samping itu proses geologi lainnya antara lain, terjadinya proses
 pengangkatan yang mengakibatkan terbentuknya patahan-patahan di sepanjang jalur
gunungapi tersebut. Proses pengangkatan ini akan mendangkalkan sumber panasbumi
di jalur tersebut yang telah terbentuk lebih dahulu. Sedangkan jalur rekahan yang
terjadi akibat pengangkatan tersebut menyebabkan air panas atau uap merembes ke
 permukaan dan ini merupakan pertunjuk adanya sistem panasbumi di kedalaman serta
indikasi gejala akhir kegiatan vulkanisme.
Akibat adanya proses pengangkatan tersebut di atas, cenderung membentuk
suatu sistem pegunungan. Sistem pegunungan ini dapat berfungsi sebagai penangkap
air hujan, dimana peresapan air ke dalam tanah akan lebih besar dan membentuk
cadangan air bawah permukaan selama berjuta-juta tahun. Inilah yang merupakan
cikal bakal proses pembentukan sistem panasbumi dengan disertai sumber
 panasnya berupa magma melalui erupsi semi magmatis. Penelitian sampai saat ini
menunjukkan bahwa lapangan panasbumi tersebar di daerah yang mempunyai aliran
 panas (heat
( heat flow)
flow) tinggi dan sirkulasi fluida yang besar. Daerah dengan aliran panas
tinggi ini berasosiasi dengan seting tektonik yang menghasilkan magmatisme seperti
di zona pemekaran ( spreading
 spreading of rifting ),
), zona tumbukan ( subduction
 subduction zone),
zone), dan zona
hot spot .

7
Zona tumbukan terutama di sepanjang Sirkum Pasifik seperti Filipina, Jepang,
Amerika Tengah dan Amerika Selatan serta Indonesia dikenal sebagai daerah yang
kaya akan sistem panasbumi. Daerah ini dikenal mempunyai busur gunung api
(volcanic arc)
arc) yang aktif dan mempunyai sistem panasbumi
panas bumi yang bersuhu tinggi.

Gambar 2.1 Model Panas Bumi ( Dickson dan Fanelli, 2004 )

Sistem panasbumi diklasifikasikan sebagai dominasi uap atau dominasi air,


tergantung pada jenis fasa fluida pembawa panas pada reservoir. ( Goff dan Janik,
2000 ). Selain klasifikasi tersebut, Hochstein dan Brown ( 2000 ) mengklasifikasikan
sistem panasbumi berdasarkan temperatur reservoir pada kedalaman 1 km, yait u :

a. Sistem bersuhu tinggi ( > 225˚ C )


 b. Sistem bersuhu sedang ( 125˚ C - 225˚ C )
c. Sistem bersuhu rendah ( < 125˚ C )

8
Sistem panasbumi bersuhu tinggi yang berasosiasi dengan gunung api dapat
dibagi menjadi Sistem panasbumi satu fasa ( air hangat, air panas, dan uap panas )
dan sistem panasbumi dua fasa ( dominasi
do minasi uap dan dominasi air ).

a. Sistem Panasbumi dominasi uap


Sistem panasbumi dominasi uap yaitu sistem panasbumi dengan
rongga  –   rongga batuan reservoirnya sebagian besar berisi uap panas.
Dalam sistem dominasi uap diperkirakan uap mengisi rongga  –   rongga,
saluran terbuka atau rekahan – 
rekahan  –  rekahan
  rekahan sedangkan air mengisi pori – 
pori –  pori
  pori
 batuan. Karena jumlah air yang terkandung dalam pori  –   pori batuan
relatif sedikit, maka saturasi air mungkin sama atau hanya sedikit lebih
 besar dari saturasi air konat sehingga air terperangkap dalam pori – 
pori  –  pori
  pori
 batuan dan tidak bergerak, oleh sebab itu hanya uap air saja yang
terproduksi ke lubang bor.
Hal tersebut terjadi karena adanya tekanan termodinamika dalam
massa zat alir yang meningkat. Sumber panas umumnya berupa vulkan
 berumur Miosen atau Kuarter maupun intrusi dan terdapat pada
kedalaman 2 - 7 km. Saturasi air <40% dan saturasi uap >60%. Besarnya
suhu dan tekanan pada reservoir mendekati entalpi maksimum uap kering
(~240˚
(~240˚C dan 3,3 MPa) dan bersifat konstan hingga pada bagian bawah
zona uap. Batuan pada reservoir yang memenuhi syarat untuk sistem ini
adalah batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas tinggi, batuan
sekitar yang permeabilitasnya kecil (sehingga recharge air kecil ~<1 mD),
serta batuan penudung yang kedap air.
Berdasarkan perubahan fasa dan suhunya, sistem dominasi uap dapat
dibagi lagi menjadi :
1. Sistem dominasi uap kering : Air berubah fasa seluruhnya menjadi
uap. Suhu yang dibutuhkan >500˚C.
>500˚C. Energi panasbumi sistem uap
kering umumnya ditemukan di daerah intrusi magma yang sumber

9
 panasnya dangkal, dimana sirkulasi aliran air di dalam batuan
cadangan uap terdapat dalam kondisi uap kering dan pemindahan
 panasnya berbentuk aliran uap kering. Sistem panasbumi ini
dicerminkan dipermukaan oleh adanya mataair panas, fumarola dan
geiser (Zohdy et.al, 1973). Dari hasil analisis kimia airpanas, sistem
 panasbumi ini biasanya menunjukkan kandungan khlorida dan
da n derajat
dera jat
keasaman rendah serta mempunyai temperatur permukaan antara
200˚
200˚C sampai 240˚
240˚C pada tekanan sekitar 35 kg/cm2 dalam entalphi
sebesar 669,7 kal/grm (White et.al, 1971).
2. Sistem dominasi uap basah : Adanya percampuran air dan uap panas.
Pada sistem ini terjadi penurunan panas dan air bergerak ke
 permukaan. Suhu yang dibutuhkan minimal 100˚C. Energi sistem
 panasbumi uap basah/ air panas, umumnya ditemukan di daerah
 panasbumi yang sumber panasnya relatif dalam, dimana sirkulasi
aliran air di dalam batuan cadangan terdapat dalam kondisi cair dan
 pemindahan panasnya berbentuk aliran panas. Sistem panasbumi ini
dicerminkan di permukaan oleh adanya mataair panas dan sinter silika.
Dari hasil analisis kimia air panas, sistem panasbumi ini biasanya
menunjukkan kandungan khlorida tinggi dan derajat keasaman normal
serta mempunyaitemperatur maksimal bawah permukaan 180˚
180˚C
(White et.all, 1971). Manifestasi yang sering dijumpai : fumarola,
 steaming ground , dan mataair sulfat. Sistem panasbumi dominasi uap
ini jarang dijumpai, antara lain : Larderello (Italia), the Geyser (USA),
Matsukawa (Jepang), Kamojang dan Darajat (Indonesia) (Goff dan
Janik, 2000).

 b. Sistem Panasbumi Dominasi Air


Sistem panasbumi ini sangat umum dijumpai. Sirkulasi aliran terjadi
 pada fasa cair dan proses perpindahan panas ke permukaan terbentuk

10
tanpa adanya batuan penudung. Reservoir dijumpai pada kedalaman
1800 m-3000 m. Permeabilitas batuan pada reservoir tinggi, sedangkan
 pada zona recharge,
recharge, permeabilitasnya sedang. Di Indonesia, sistem
 panasbumi dominasi air umumnya berasosiasi dengan gunungapi strato
andesitik. Pada sistem ini diperkirakan 80% dari batuan reservoirnya
 berisi air (saturasi air = 80%). Temperatur bervariasi antara 200-300˚
200-300˚C.
C.
Pada sistem dominasi air, baik tekanan maupun temperatur tidak konstan
terhadap kedalaman.

Berbeda dengan sistim minyak-gas, adanya suatu sumber daya panasbumi di


 bawah permukaan sering kali ditunjukkan olehadanya manifestasi panasbumi di
 permukaan ( geothermal
 geothermal surface manifestation),
manifestation), seperti mataair panas, kubangan
lumpur panas (mud
(mud pools),
pools), geyser dan manifestasi panasbumi lainnya,
dimanabeberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panassering
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll.
Manifestasi panasbumi dipermukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan
 panasdari bawah permukaan atau karena adanya rekahan-rekahan yang
memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan.

Daerah dimana terdapat manifestasi panasbumi dipermukaan biasanya


merupakan daerah yang pertama kali dicari dan dikunjungi pada tahap eksplorasi.
Dari karakterisasi manifestasi panasbumi di permukaan serta kandungan kimia air
dapat dibuat berbagai perkiraan mengenai sistem panasbumi di bawah permukaan,
misalnya mengenai jenis dan temperatur reservoir. Klasifikasi manifestasi panas di
 permukaan dibagi menjadi 5, yaitu :

1.  Diffuse Discharge,
Discharge, merupakan evaporasi atau penguapan dari air bebas di
 permukaan, dengan area yang menyebar. Contohnya warm ground, warm/
hot pool dan steaming
dan steaming ground .

11
2. Direct/
 Direct/ Concentrated Discharge, merupakan manifestasi panas yang
terkonsentrasi pada satu titik . Contohnya warm/ hot springs, steam vent,
fumarol.
3.  Intermitten Discharge, merupakan manifestasi yang muncul pada saat
tertentu secara berulang. Contohnya geyser.
4. Catastrophic Discharge, merupakan manifestasi yang muncul pada waktu
tertentu, terjadi karena akumulasi tekanan gas dan panas. Contohnya erupsi
hidrothermal.
5. Concealed Discharge, merupakan manifestasi yang keluar secara rembesan
 pada celah sempit, Contohnya seepage,
Contohnya seepage, concealed outflow
outf low
Bentuk manifestasi panasbumi dipermukaan mencirikan suatu temperatur
 bawah permukaan
p ermukaan dan
d an mencirikan suatu sistem panasbumi ataupun keberadaan zona
reservoir panasbumi, contoh manifestasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tanah Hangat ( Warm Ground  )
 )
Adanya sumber daya panasbumi di bawah permukaan dapat
ditunjukkan antara lain dari adanya tanah yang mempunyai temperatur
lebih tinggi dari temperatur tanah disekitarnya. Hal ini terjadi karena
adanya perpindahan panas secara konduksi dari batuan bawah permukaan
ke batuan permukaan. Berdasarkan pada besarnya gradien temperatur,
Armstead (1983) mengklasifikasikan area di bumi sebagai berikut:
- Area tidak panas ( Non
 Non Thermal Area)
Area)
Suatu area diklasifikasikan sebagai area tidak panas apabila
gradient temperatur di area tersebut sekitar 10 - 40 ˚C/ km.
- Area panas (Thermal
(Thermal Area)
Area)
Area panas dibedakan menjadi dua yaitu  semithermal area,
area,
yaitu area yang mempunyai gradien temperatur sekitar 70 - 80˚
80˚ C/
km, dan hyperthermal area,
area, yaitu area yang mempunyai gradien
temperatur sangat tinggi. Contohnya di Lanzarote (Canary Island)
yang besarnya
besarnya gradien temperatur sangat tinggi hingga
hingga besarnya

12
tidak lagi dinyatakan dalam ˚C/ km tetapi dalam ˚C/ cm. Tanah
hangat umumnya terjadi di atas tempat terdapatnya sumber daya
 panasbumi atau di daerah sekitarnya dimana terdapat manifestasi
 panasbumi lainnya yang memancarkan panas
pa nas lebih kuat,
kuat , misalnya
misalnya
di sekitar daerah dimana ada uap panas keluar dari tanah atau
 steaming ground , atau disekitar kolam air panas.

Gambar 2.2 Tanah Hangat

 b. Permukaan Tanah Beruap ( Steaming Ground  )


 )
Di beberapa daerah terdapat tempat-tempat dimana uap panas ( steam)
 steam)
nampak keluar dari permukaan tanah. Diperkirakan uap panas tersebut
 berasal dari suatu lapisan tipis dekat permukaan yang mengandung air
 panas yang mempunyai temperatur sama atau lebih besar dari titik
didihnya (boiling
(boiling point ).
). Besarnya temperatur di permukaan sangat
tergantung dari laju aliran uap (steam flux).
flux).

13
Gambar 2.3 Permukaan Tanah Beruap

c. Mataair panas atau hangat ( Hot


( Hot or Warm Spring  )
 )
Mataair panas/ hangat ini terbentuk karena adanya aliran air panas/
hangat dari bawah permukaan melalui rekah-rekahan batuan. Istilah
”hangat” 
”hangat”  digunakan bila temperatur air lebih kecil dari 50˚
50˚C. Sifat air
 permukaan seringkali digunakan untuk memperkirakan jenis reservoir di
 bawah permukaan.
• Mataair panas yang bersifat asam biasanya merupakan manifestasi
 permukaan dari sistem panasbumi yang didominasi uap.
• Mataair panas yang bersifat netral biasanya merupakan manifestasi
 permukaan dari suatu sistem panasbumi yang di dominasi air,
umumnya jenuh dengan silika.
Apabila laju aliran air panas tidak terlalu besar umumnya di sekitar
mataair panas tersebut terbenntuk teras-teras silica yang berwarna
keperakan ( silica
 silica sinter terraces 
terraces  atau  sinter platforms).
platforms). Bila air panas
 banyak mengandung karbonat maka akan terbentuk teras-teras travertine
(travertine terrace).
terrace). Namun di beberapa daerah, yaitu di kaki gunung,
terdapat mataair panas yang bersifat netral yang merupakan manifestasi
 permukaan dari suatu sistim panasbumi dominasi uap.

14
Gambar 2.4 Mataair panas

d. Kolam air panas ( Hot


( Hot Pools )
Pools )
Adanya kolam air panas di alam juga merupakan salah satu petunjuk
adanya sumber daya panasbumi di bawah permukaan. Kolam air panas ini
terbentuk karena adanya aliran air panas dari bawah permukaan melalui
rekahan-rekahan batuan. Pada permukaan air terjadi penguapan yang
disebabkan karena adanya perpindahan panas dari permukaan air ke
atmosfir. Panas yang hilang ke atmosfir sebanding dengan luas area
kolam, temperatur pada permukaan dan kecepatan angin.
Kolam air panas dibagi menjadi tiga, yaitu :
• Kolam air panas yang tenang (calm
( calm pools)
pools)
• Kolam air panas yang mendidih (boiling
(boiling pools)
pools)
• Kolam air panas yang bergolak (ebullient
( ebullient pools)
pools)
Temperatur pada calm pools umumnya
pools umumnya dibawah temperatur titik didih
(boiling point ).
). Disini laju aliran air umumnya kecil sekali. Pada boiling
 pools 
 pools  temperatur adalah temperatur titik didihnya dan seringkali disertai
dengan semburan air panas, oleh karena itu boiling pools 
pools  seringkali
diklasifikasikan
diklasifikasikan sebagai hot springs atau
springs atau mataair panas.

15
Pada ebullient pools 
pools  adanya letupan-letupan kuat muncul secara tidak
 beraturan disebabkan karena terlepasnya uap panas pada suatu kedalaman
keda laman
di bawah permukaan air. Letupan-letupan kecil dapat juga disebabkan
karena adanya non-condensible gas 
gas  seperti CO2. Air panas dapat berasal
dari suatu reservoir air panas yang terdapat jauh di bawah permukaan atau
mungkin juga berasal dari airtanah yang menjadi panas karena pemanasan
oleh uap panas.
• Bila air tersebut berasal dari reservoir panasbumi maka air tersebut
hampir selalu bersifat netral. Disamping air itu umumnya jernih dan
 berarna kebiruan.
• Bila air tersebut
t ersebut berasal dari airtanah yang menjadi panas karena
 pemanasan oleh
o leh uap panas maka air yang terdapat
t erdapat di dalam kolam air
 panas umumnya bersifat asam. Sifat asam ini disebabkan karena
terjadinya oksidasi H2 di dalam uap panas.
Kolam air panas bersifat asam (acid
(acid pools)
pools) umumnya berlumpur dan
kehijau-hijauan. Kolam air panas yang bersifat asam mungkin saja
terdapat di atas suatu reservoir air panas.

16
Gambar 2.5 Kolam air panas

e. Fumarole
Fumarole adalah lubang kecil yang memancarkan uap panas kering dry
 steam)
 steam) atau uap panas yang mengandung butiran air (wet
(wet steam).
steam). Apabila
uap tersebut mengandung H2S maka manifestasi permukaan tersebut
disebut solfatar. Fumarole yang memancarkan uap dengan kecepatan
tinggi kadang-kadang juga dijumpai di daerah tempat terdapatnya system
dominasi uap. Uap tersebut mungkin mengandung SO2 yang hanya stabil
 pada temperatur yang sangat tinggi (>500˚
(>500˚C). Fumarole yang
memancarkan uap dengan kandungan asam boric tinggi umumnya disebut
Soffioni. Hampir semua fumarole yang merupakan manifestasi permukaan
dari seitem dominasi air memancarkan uap panas basah. Temperatur uap
umumnya tidak lebih dari 100˚
100˚C. Fumarole jenis ini sering disebut
fumaroles basah (wet
(wet fumarole).
fumarole). Di daerah dimana terdapat sistem
dominasi uap dapat dijumpai wet fumarole dan dry fumarole,
fumarole, yaitu
fumarole yang memancarkan uap bertemperatur tinggi, yaitu sekitar 100-
150˚
150˚C. Fumarole jenis ini sangat jarang dijumpai di alam salah satu

17
contohnya adalah fumarole di Ketetahi (New Zealand). Kecepatan
fumarole jenis ini umumnya sangat tinggi (>100 m/s).

Gambar 2.6 Fumarole
2.6 Fumarole

f. Geyser
Geyser didefinisikan sebagai mataair panas yang menyembur ke udara
secara intermittent (pada selang waktu tak tentu) dengan ketinggian air
sangat beraneka ragam, yaitu kurang dari satu meter hingga ratusan meter.
Selang waktu penyemburan air (erupsi) juga beraneka ragam, yaitu dari
 beberapa detik hingga beberapa hari. Lamanya air menyembur ke
 permukaan juga sangat beraneka ragam, yaitu dari beberapa detik hingga
 beberapa jam. Geyser merupakan manifestasi permukaan dari sistem
dominasi air. Urutan prosesnya adalah : Pengisian celah secara perlahan-
lahan → pencapaian titik didih → flashing
→ flashing uap → pengosongan celah.
celah.

18
Gambar 2.7 Geyser 

g. Kubangan Lumpur Panas ( Mud


( Mud Pools )
Pools )
Lumpur berasal dari pelarutan batuan oleh fluida asam. Kubangan
lumpur panas umumnya mengandung non-condensible gas (CO2) dengan
sejumlah kecil uap panas. Lumpur terdapat dalam keadaan cair karena
kondensasi uap panas. Sedangkan letupan-letupan yang terjadi adalah
karena pancaran CO2.

Gambar 2.8 Kubangan lumpur panas

19
h. Silika Sinter
Silika sinter adalah endapan silika di permukaan yang berwarna
keperakan. Umumnya dijumpai di sekitar mataair panas dan lubang geyser
yang menyemburkan air yang bersifat netral. Apabila laju aliran panas
tidak terlalu besar umumnya di sekitar mataair panas tersebut terbentuk
teras-teras silika yang berwarna keperakan ( silica
 silica sinter terraces atau
 sinter platforms).
platforms). Bila air panas banyak mengandung karbonat maka akan
terbentuk teras-teras travertin (travertine
(travertine terrace).
terrace). Silika sinter merupakan
manifestasi permukaan dari sistem panasbumi yang didominasi air.

Gambar 2.9 Silika Sinter 

i. Batuan alterasi
Alterasi hidrotermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya
reaksi antara batuan asal dengan fluida panasbumi. Batuan hasil alterasi
hidrotermal tergantung pada beberapa faktor, tetapi yang utama adalah
temperatur, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fluida (khususnya pH)
dan lamanya reaksi (Browne, 1984). Proses alterasi hidrotermal yang
terjadi akibat adanya reaksi antara batuan dengan jenis florida yang
 berasal dari
dar i reservoir
re servoir panasbumi yang terdapat jauh di
d i bawah permukaan

20
(deep chloride water ) dapat menyebabkan terjadinya pengendapan
(misalnya kwarsa) dan pertukaran elemen-elemen batuan denganfluida,
menghasilkan mineral-mineral seperti klorit, adularia, epidot. Air yang
 bersifat asam, yang terdapat pada kedalaman yang relatif dangkal dan
elevasi yang relatif tinggi mengubah batuan asal menjadi mineral lempung
dan mineral-mineral lainnya terlepas. Mineral hidrothernal yang
dihasilkan di zona permukaan biasanya adalah kaolin, alutlite, sulphur,
residu silika dan gypsum.

Gambar 2.10 Batuan Alterasi

 j. Rembesan ( Seepage )


Seepage )
Merupakan rembesan keluar fluida panasbumi pada level dangkal atau
dalam. Rembesan pada level dangkal sering muncul di dasar sungai,
rembesan pada level dalam umum dijumpai pada medan termal, pada
kaki-kaki tebing, dan disebut concealed outflow.
outflow.

21
Gambar 2.11 Seepage

22
BAB III
FLUIDA PANASBUMI

Dalam membicarakan masalah karakteristik fluida panasbumi yang terpenting


untuk mengetahui karakteristik reservoir panasbumi antara lain tentang komposisi
kimia fluida reservoir panasbumi dan sifat fisik fluida reservoir. Pada reservoir
 panasbumi yang dianggap ideal pada umumnya terdiri
t erdiri dari air dan impurities,
impurities, dimana
fluida tersebut memiliki komposisi kimia serta sifat fisik tertentu. Komposisi kimia
dan sifat fisik tersebut akan berpengaruh terhadap peralatan produksi seperti misalnya
kerak ( scale)
 scale) dan korosi.
3.1. Komposisi Kimia Fluida Reservoir Panasbumi
Untuk komposisi kimia fluida reservoir panasbumi yang umum
dijumpai antara lain berdasarkan kation dan anion, berdasarkan kandungan air
dan impurities serta
impurities serta berdasarkan fasa dari fluida reservoirnya. Fluida reservoir
 panasbumi terdiri atas mineral-mineral seperti
sepert i kombinasi
ko mbinasi antara alkali, alkali
a lkali
tanah, sulfur, oksida besi dan alumunium. Bahan-bahan mineral tersebut
tersusun dari berbagai ion-ion yang sejenis dan kandungan tertentu disamping
itu juga terdapat impurities.
impurities.
3.1.1.Berdasarkan Anion dan Kation
Di dalam fluida reservoir elemen dalam fluida merupakan
kesetimbangan ion – 
ion  –   ion positif dan ion-ion negatif. Ion-ion ini akan
 bersenyawa dengan satu atau lebih elemen ion lainnya untuk
membentuk garam-garaman. Mialnya sodium sulfat, yang merupakan
+
 berat ekivalen Na   dengan berat ekivalen SO4  yang merupakan
kesetimbangan antara ion positif dan ion negatif.
Ion-ion dalam fluida reservoir dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu:
1. Kation (ion-ion positif) terdiri dari :

23
+ + +
• Alkali, antara lain K  , Na , Li  yang membentuk basa kuat.
2+ 2+ 2+ 2+ 2+
• Metal alkali tanah, antara lain Br  , Mg , Ca , Sr  , Ba ,
2+
Ra  yang membentuk basa lemah.
• Ion Hidrogen.
2+ 2+
• Metal berat, antara lain Fe , Mn   membentuk basa yang
terdisosiasi.
a. Sodium dan Potasium (Na/ K)
Sodium biasanya merupakan kation yang dominan dan
dijumpai dalam fluida panasbumi temperatur tinggi. Variasi
sistematik dalam perbandingan sodium dan potassium dengan
temperatur tinggi umum terjadi, tetapi pada sistem panasbumi
yang bersifat asam, dan didalam daerah yang memiiki variasi
 batuan yang luas ini memungkinkan untuk membuat hubungan
yang tepat atau teliti antara Na/ K dengan temperatur air
( White, 1965 : Ellis dan Mahon, 1967 ). Rekristalisasi
hidrothermal pada batuan vulkanik atau batuan kuarsa
feldspatik cenderung menghasilkan potassium feldspar,
 potassium mika dan albit. Hal ini ditinjau dari alterasi batuan
hidrothermal sumur yang dalam dan percobaan laboratorium
 pada temperatur diatas 200˚
200˚C.
 b. Kalsium (Ca)
Ion Ca adalah unsur dari fluida reservoir yang
 berkombinasi dengan ion karbonat atau sulfat dengan cepat
membentuk kerak ( scale)
 scale) pengikut atau padatan.
c. Magnesium (Mg)
Ion Mg biasanya berada dalam konsentrasi yang kurang
lebih mendekati konsentrasi Ca. Magnesium juga seperti ion
Kalsium, yaitu dapat berkombinasi dengan ion karbonat
sehingga menimbulkan masalah scale
masalah scale..

24
d. Ferrum (Fe)
Kandungan Ferrum (besi) dari fluida reservoir biasanya
cukup rendah dan adanya unsur besi yang biasanya
ditunjukkan dengan adanya korosi besi, mungkin terdapat pada
3+ 2+
larutan sebagai ion Ferri (Fe ) dan Ferro (Fe ) atau mungkin
dalam suspensi sebagai endapan senyawa besi. Kandungan besi
sering digunakan untuk mendeteksi dan memonitor korosi
dalam sistem air.
e. Barium (Ba)
Barium adalah unsur yang memiliki kemampuan untuk
 berkombinasi dengan ion sulfat untuk membentuk ion
insoluble yaitu
insoluble yaitu Barium Sulfat (BaSO4).
f. Strontium (Sr)
Seperti Barium dan kalsium. Strontium dapat
 berkombinasi dengan ion sulfat untuk membentuk insoluble
Strontium Sulfat walaupun lebih  soluble 
 soluble  daripada Barium
Sulfat.
2. Anion (ion-ion negatif), yang terdiri dari :
- - -
• Asam kuat, antara lain Cl , SO4 , NO3
- - -
• Basa lemah, antara lain CO3 , HCO3 , S
a.Klorida (Cl)
Ion klorida hampir selalu merupakan anion
utama di dalam air formasi dan muncul sebagai unsur
 pokok dalam air tawar. Sumber utama ion klorida
adalah Natrium Klorida (NaCl), selanjutnya konsentrasi
ion Klorida digunakan sebagai ukuran salinitas air.
 b. Karbonat dan bikarbonat
Ion-ion ini merupakan ion yang dapat
membentuk  scale 
 scale  yang insoluble 
insoluble  (tidak dapat larut

25
dalam air). Konsentrasi ion karbonat sering kali disebut
“ phenolphthalein alkalinity”
alkalinity” sedangkan konsentrasi
sedangkan konsentrasi ion
 bikarbonat terkadang disebut “methyl orange
alkalinity”.
alkalinity”.
-
c. Sulfat (SO4 )
Ion sulfat sering menimbulkan masalah, sebab
ion ini memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan
kalsium, barium atau stronsium untuk membentuk scale
membentuk scale
insoluble  juga membantu sebagai “ food substance”
substance”
yaitu pengurangan bakteri.
Ion-ion tersebut akan bergabung diantara
mereka berdasarkan empat sifat, yaitu :
1. Salinitas primer, yaitu jika alkali bereaksi
dengan asam kuat membentuk NaCl dan
 Na2SO4.
2. Salinitas sekunder, yaitu jika alkali tanah
 bereaksi dengan asam kuat CaCl2, MgSO4,
MgCl2 dan CaSO4.
3. Alkalinitas primer, yaitu jika alkali bereaksi
dengan asam lemah Na2CO3 dan NaHCO3.
4. Alkalinitas sekunder, jika alkali tanah
 bereaksi dengan asam lemah CaCO3,
MgCO3, Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2.
Pada daerah mataair panas yang mendidih dengan
keluaran utama air, umumnya sifat dasar air dari mataair dan
sumur cukup dalam, air yang didapatkan adalah sama, kecuali
unsur-unsur yang dikontrol oleh temperatur reversible
tergantung kesetimbangan. Daerah dengan perbandingan unsur
klorida, kalsium, fluorida, iodida, bromida, arsenik atau boron

26
dalam air dengan unsur-unsur dalam memiliki suatu perbedaan
dengan mata air di permukaan.
Perbedaan ini biasanya disebabkan konsentrasi unsur-
unsur utama pembentuk batuan mengalami perubahan pula.
Unsur-unsur utama ini antara lain adalah magnesium,
alumunium, besi dan mangan yang semuanya memiliki
konsentrasi rendah.
Di bawah tingkat pendidihan dan pengoksidasian, air
dalam sistem panasbumi dengan temperatur tinggi seringkali
alkali klorida memiliki pH yang tidak lebih dari 2 unit dari pH
netral pada temperatur tersebut. Konsentrasi silika sangat
tinggi dan larutan lain seperti boron, fluorida, arsenik dan
hidrogen sulfida akan hadir dengan konsentrasi yang lebih
tinggi daripada konsentrasi air dingin.
Pada beberapa mataair ditandai oleh sifat dasar, antara
lain konsentrasi keasaman yang tinggi, konsentrasi sulfida
yang tinggi, konsentrasi klorida yang rendah dan merupakan
air permukaan atau akuifer yang tetap dipanasi oleh aliran  – 
aliran uap. Uap akan memanasi air meteorik yang menggenang
di bawah permukaan yang juga akan menghasilkan air dengan
kandungan bikarbonat yang tinggi.
3.1.2.Berdasarkan Kandungan Air dan Impurities
dan Impurities
Fluida reservoir panasbumi memiliki komposisi yang
sangat kompleks. Hal tersebut selain disebabkan oleh unsur-
unsur yang memang sudah ada pada reservoir juga dipengaruhi
oleh adanya tekanan dan temperatur yang tinggi dan akan
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi baik pada solid 
pada solid 
maupun fluidanya.

27
Secara umum fluida reservoir panasbumi dapat dibagi
menjadi dua yaitu brine 
brine  (air) dan impurities.
impurities.  Brine 
 Brine  (air),
konsentrasi kelarutan pada air dinyatakan dengan ppm atau
 part per million di
million di dalam air pisahan dari keluaran sumur pada
tekanan atmosfer dan didinginkan ke temperatur sekelilingnya
untuk dianalisis. Pada temperatur tinggi air akan mengembang
dan menguap kemudian muncul di permukaan melalui celah-
celah atau rekahan. Air dipekatkan sampai temperatur tertentu
tergantung temperatur awal dan entalphi air keluaran. Sebagai
contoh air yang keluar dari sumur dengan temperatur 250˚
250˚C
akan mengembang menjadi campuran yang terdiri dari 29,5%
uap dan 70,5% air pada tekanan 1 atmosfera. Pada penambahan
konsentrasi maka pH air, konsentrasi asam serta unsur-unsur
dasarnya berubah. Hal ini dikarenakan oleh gas misalnya CO2
dan H2S akan berubah menjadi uap.
 Impurities,
 Impurities, selain air dan uap air yang dihasilkan oleh
suatu sumur panasbumi, biasanya juga selalu disertai unsur-
unsur penyerta di dalamnya. Di dalam fasa uap misalnya,
didapati adanya gas-gas non-condensable seperti
non-condensable seperti H2, CO2, H2S,
CH4  serta N2. Sedangkan komponen terlarut di dalam fasa air
(condensable)
condensable) antara lain klorida, sulfida, fluorida, lithium,
kalsium, dan lain sebagainya.
1. Condensable 
Condensable  Gas,  gas-gas condensable 
condensable  dengan
adanya penurunan temperatur juga tekanan selama
mengalir ke permukaan, akan mengalami kondensasi
menjadi butir-butir air. Kondenstat dari gas ini
sebagian akan terus terproduksi bersama uap dan
sebagian lagi akan mengendap pada pipa – 
pipa –  pipa
  pipa atau
 peralatan produksi. Apabila kondenstat fluida

28
 bersifat asam akan cenderung mengakibatkan
terjadinya korosi pada material dan sebaliknya
apabila bersifat basa cenderung akan menyebabkan
terjadinya scale
terjadinya scale..
a. Klorida, konsentrasi ion klorida merupakan unsur
utama anion yang penting. Ion klorida ini bervariasi
tidak hanya dari daerah ke daerah tetapi dari sumur
ke sumur. Pada kenyataannya ion klorida ini
membentuk larutan padat bersama-sama unsur
lainnya dan dapat pula sebagai unsur yang berdiri
sendiri.
 b. Sulfida dan sufat, kehadiran endapan sulfur dalam
 batuan dimana air panas menembus atau melewati
 batuan akan mengakibatkan timbulnya hidrogen
sulfida dan asam sulfat ke formasi. Asam yang
terbentuk dari reaksi ini akan melampaui reaksi asam
 buffer dengan alumino-silikat. Jika endapan sulfur
terdapat di suatu tempat maka bila melakukan
 pemboran sumur yang cukup dalam akan
aka n menembus
air bebas sulfur. Pada daerah dengan aktivitas
vulkanik, jika terdapat sulfur dioksida juga
menyebabkan timbulnya asam sulfat pada formasi
karena reaksi dengan air hangat. Apabila sejumlah
cukup SO2  hadir, larutan ini akan mendominasi
dalam pengontrolan pH. Di dalam kedua kasus di
atas, larutan asam klorida dihasilkan dan konsentrasi
 bikarbonat terurai sesuai dengan keasamannya.
Banyak sulfat dalam larutan cenderung dibatasi oleh
kelarutan dari anhidrit atau gipsum.

29
c. Fluorit, konsentrasi fluorit dalam fluida panasbumi
dibatasi oleh kelarutan fluorit yang berada dalam
silika, sekitar 10 ppm fluoritpada temperatur 200-
300˚
300˚C. Konsentrasi fluorit yang tinggi umumnya
 berhubungan dengan konsentrasi kalsium pada fluida
 panasbumi (Mahon, 1964). Konsentrasi kalsium
yang rendah dan konsentrasi fluorit yang tinggi
dalam fluida panasbumi ditandai dengan salinitas
yang rendah, konsentrasi karbon dioksida yang
tinggi dan juga temperatur yang tinggi. Jumlah
konsentrasi fluorit akan bertambah dalam pH air
yang rendah karena penambahan sebagian ion HF
yang tidak terionisasi, dan mungkin dari formasi
2- 3-.
SiF6  atau AlF6
d. Lithium, konsentrasi alkali yang jarang dalam air
 panasbumi mencerminkan
mencer minkan kelebihannya pada batuan
sekitar. Air dalam batuan basaltik memiliki
konsentrasi yang rendah jika dibandingkan dengan
riolitik atau andesitik, Lithium ini biasanya bersama
rubidium dan cesium. Lithium dan rubidium
cenderung menyusut konsentrasinya dalam air yang
 berpindah ke permukaan karena ikatan ion-ion yang
 berukuran kecil, sebagai alterasi hidrothermal seperti
mineral lempung dan zeolit. Aktivitas hidrothermal
membentuk epidot pada tempat yang dangkal dan
ditandai oleh perubahan batuan (Bargar, 1973).
Pada daerah tertentu perbandingan Na/ Rb terus
mengikuti perbandingan Na/ K, tetapi perbedaan
 perbandingan Na/ Li antara air bawah permukaan

30
dan air permukaan kurang ditunjukkan dengan jelas.
6 7
Perbandingan isotop Li/ Li cenderung berkembang
dalam air panas yang berpindah ke permukaan,
7
karena isotop Li termasuk mineral alterasi
hidrothermal (H.J. Svec dan Ellis, 1973).
e. Kalsium, fluida panasbumi pada umumnya
mengandung ion-ion garam yang sukar larut seperti
CaCO3, CaSO4 dan CaF2. Sebagian fluida panasbumi
 pada tingkat yang dalam, hampir jenuh dengan kalsit
(Ellis, 1973) dan mineral ini seringkali mempercepat
hilangnya karbon dioksida dari air ketika mendidih.
Kecenderungan terlepasnya kalsit dalam rekahan
atau dalam rengkaian drill pipe,
pipe, terutama menandai
air yang mengandung konsentrasi karbon dioksida
tinggi.
Pada konsentrasi karbon dioksida yang tetap,
serta pada temperatur yang diberikan, konsentrasi
kalsium akan bertambah kira-kira sama dengan
kuadrat dari konsentrasi ion sodium atau ion
 potasium. Air dengan salinitas rendah akan
aka n memiliki
 perbandingan Na/ Ca yang tinggi, dan sebaliknya
 pada air dengan salinitas tinggi.
Pada konsentrasi sodium dan temperatur yang
diberikan, air dengan konsentrasi karbon dioksida
tinggi akan cenderung memiliki konsentrasi kalsium
yang rendah.
2.  Non Condensable Gas,
Gas, gas non condensable 
condensable  adalah
gas yang tidak dapat terkondensasi dan akan menjadi
gas ikutan/ penyerta dari pada uap yang akan

31
diproduksikan. Gas ini dalam fasa uap akan
mengecil maka harga enthalpi akan menurun dan
akan mengakibatkan berkurangnya energi yang
diekstrak.  Non condensable gas 
gas  pada fluida
 panasbumi antara lain CO2, H2S, CH4, N2, serta H2.
3.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir Panasbumi
Dalam membicarakan teknik reservoir panasbumi, fluida yang
terlibat didalamnya yaitu air (water 
(water ) dan uapair ( steam).
 steam). Adapun sifat-
sifat fisik fluida reservoir panasbumi tersebut akan diuraikan sebagai
 berikut.
Densitas fluida (ρ) didefinisikan sebagai perbandingan antara berat
dari suatu massa per satuan volume. Densitas merupakan salah satu sifat
fisik reservoir panasbumi yang cukup berperan dalam mempelajari
karakteristik fluida reservoir panasbumi, dimana di dalamnya terdapat
dua fasa fluida yaitu fasa cair dan fasa uap air. Satuan densitas adalah
3
massa/ volume, biasanya kg/ m .
Viskositas (μ), secara umum viskositas fasa cair dan fasa uap
dipengaruhi oleh temperatur, selain itu juga dipengaruhi unsur-unsur
kimia terlarut dan hanya sedikit bervariasi terhadap tekanan. Komponen
utama yang akan berpengaruh adalah NaCl, KCl dan CaCL2. Satuan
viskositas yang umum adalah Pa.s (kg/ m.s). N. s/ m2.
Spesifik volume (S) memiliki dimensi satuan m3/ kg dimana
dimensi tersebut merupakan fungsi kebalikan dari densitas dengan
3
dimensi satuan kg/ m . Spesifik volume memiliki simbol v, dimana dari
spesifik volume dapat ditentukan densitas, temperatur
t emperatur dan saturasi, hal ini
diperoleh dengan berdasarkan analisis dimensinya.
Tegangan permukaan (σ), tegangan permukaan air formasi
 panasbumi dipengaruhi oleh keadaan reservoir seperti tekanan dan
temperatur. Sedangkan pengaruh dari tekanan sangat kecil sekali.

32
Tegangan permukaan berbagai larutan mendekati nol pada temperatur
kritisnya karena tegangan permukaan gas adalah nol. Pengaruh unsur-
unsur yang terlarut dalam air formasi panasbumi mempengaruhi tegangan
 permukaan, yaitu makin besar unsur-unsur terlarut maka makin besar
 pula tegangan permukaannya.
Energi dalam spesifik (internal energi) (U) adalah ukuran
 banyaknya panas yang terkandung di dalam suatu material per satuan
massa. Sedangkan energi enthalpy (h) adalah jumlah energi dalam dan
energi yang dihasilkan oleh kerja tekanan (enthalpi spesifik). Entropi
(dS) adalah perbandingan panas yang ditransfer selama proses reversible
dengan temperatur absolut, selanjutnya bila sebuah proses yang memiliki
entropi konstan atau tidak ada perubahan entropi disebut sebagai proses
isotropik atau isentropik.

33
BAB IV
GEOKIMIA FLUIDA PANASBUMI

Fluida panasbumi memiliki komposisi yang beragam yang pada umumnya


mencerminkan tatanan geologi sistem panasbumi tersebut. Sifat  –   sifat geokimia
fluida pada lapangan  –   lapangan panasbumi biasanya dapat dikenali, dan ahli
geokimia bertugas menganalisis proses yang mengontrolnya untuk mengetahui
karakteristik masing – 
masing –  masing
 masing sistem panasbumi.
4.1 Geokimia Fluida
Analisis geokimia fluida panasbumi yang paling sederahana dan bermanfaat
untuk secara cepat mengenali variasi fluida pada suatu sistem adalah klasifikasi
menggunakan komposisi anion ( senyawa bermuatan negatif ).
4.1.1 Air Klorida
Air klorida merupakan fluida yang paling dominan pada kebanyakan
lapangan panasbumi. Air jenis ini diprediksi berasal dari bagian dalam
reservoir, bersifat netral atau dapat pula sedikit asam atau sedikit basa. Pada
manifestasi permukaan dicirikan oleh kenampakannya yang jernih sering
 berasosiasi dengan endapan sinter silika. Air klorida di dekat permukaan
sering mengandung CO2. H 2S dan sulfat yang signifikan, sedangkan di dalam
reservoir perbandingan atau rasio Cl/SO4 tinggi.
4.1.2 Air Asam Sulfat
Pada air jenis ini kandungan kloridanya rendah, kandungan sulfat
tinggi, Al dan Fe cukup tinggi. Air asam sulfat terdapat pada sistem
 panasbumi di daerah vulkanik, dimana uap air berkondensasi ke air tanah.
Kandungan sulfat yang tinggi berasal dari oksidasi H2S pada zona vados.
Karena terbentuk pada zona vados maka air asam sulfat hanya dapat
memberikan sangat sedikit informasi tentang bagian
bag ian dalam sistem panasbumi.

34
Ciri fisik fluida jenis ini biasanya berwarna keruh, sering berasosiasi
dengan kolam lumpur dan collapse creater . Warna keruh dan kandungan Al
dan Fe yang cukup tinggi mengindikasikan adanya pelarutan batuan, hal ini
disebabkan karena fluida jenis ini cenderung reaktif terhadap batuan yang
dilewatinya.
4.1.3 Air bikarbonat
Fluida jenis ini dicirikan dengan kandungan Cl yang rendah,
kandungan sulfat juga rendah dan bikarbonat ( HCO3  ) sebagai anion
utamanya. Pada sistem yang berasosiasi dengan batuan vulkanik biasanya air
 bikarbonat terbentuk pada bagian yang dangkal di tepi lapangan oleh
kondensasi uap di bawah muka airtanah. Pada sistem yang berasosiasi dengan
 batuan sedimen pembentukan fluida jenis ini dikontrol oleh keberadaan
 batugamping. Air bikarbonat cenderung sedikit asam bisa juga netral atau
sedikit basa.
4.1.4 Brine
4.1.4 Brine
Fluida ini terbentuk dengan berbagai cara seperti pelarutan sikuen
endapan evaporit oleh air meteorik, terperangkapnya connate water   pada
cekungan sedimentasi serta proses – 
proses  –  proses
  proses lainnya. Brine
lainnya.  Brine merupakan
 merupakan larutan
yang berkonsentrasi tinggi, pH menunjukkan asam lemah dengan unsur utama
adalah Cl ( 10000 hingga lebih dari 100000 ppm ). Konsentrasi Na ( kation
utama ), K dan Ca tinggi, densitas brine 
brine  biasanya tinggi sehingga tidak
muncul di permukaan.
4.1.5 Air meteorik
Airtanah biasanya mengandung Ca, Mg, Na, K, SO4, HCO3  dan Cl
selain itu terdapat pula Fe, SiO2  dan Al. Selain itu airtanah juga biasanya
mengandung gas terlarut berupa O2  dan N2. Air sungai mempunyai anion
utama HCO3  dan kation utama adalah Ca sedangkan air hujan mempunyai
anion utama Cl dan kation utama Na.

35
Fluida  –   fluida panasbumi cenderung memiliki kandungan senyawa yang
hampir sama dengan konsentrasi yang bervariasi yang disebabkan oleh beberapa
sebab yaitu :
- temperatur
- input magmatik atau komposisi magma sebagai heat source
-  jenis batuan yang dilewati
- kondisi dan lamanya interaksi fluida dan batuan
-  proses boiling  dan
 dan mixing 
Fluida panasbumi tersebut dianalisis dengan tujuan untuk :
- mengetahui distribusi berbagai jenis air
- mempelajari efek boiling  dan
 dan mixing 
- menafsirkan suhu dan pH reservoir
- menduga terbentuknya scaling dan korosi pada pipa alir
- memonitor perubahan reservoir terhadap waktu
4.2 Geotermometer air
Proses interaksi fluida batuan yang terjadi pada bagian dalam sistem
 panasbumi memiliki arti
art i yang sangat penting dalam ko mposisi fluida dan merupakan
alasan mengapa geotermometer fluida diterapkan untuk memperkirakan temperatur
reservoir panasbumi. Geotermometer merupakan cara memperkirakan suhu reservoir
 panasbumi yang didasarkan
d idasarkan pada keberadaan zat – 
zat –  zat
 zat terlarut pada fluida panasbumi
dimana konsentrasi fluida tersebut sangat bergantung suhu. Geotermometri
dikembangkan berdasarkan kesetimbangan kimia yang bergantung suhu, antara air
dan mineral pada kondisi reservoir yang dalam.
Aplikasi konsep geotermometer berdasarkan asumsi bahwa apabila fluida
 bergerak dengan cepat ke permukaan fluida akan mempertahankan komposisi
kimianya selama perjalanan dari reservoir ke permukaan karena tidak atau sedikit
sekali mengalami percampuran. Namun pada kenyataannya fluida dapat mengalami
 perubahan dalam perjalanan dari reservoir ke permukaan. Perubahan tersebut terjadi
karena adanya proses mixing, dilution, boiling , dan juga pelarutan batuan samping

36
sehingga dalam perhitungan geotermometer harus mempertimbangkan faktor – 
faktor –  faktor
 faktor
tersebut dan diusahakan memilih unsur atau senyawa yang tepat untuk
geotermometer fluida.
4.2.1 Geotermometer Silika ( Fournier,1977 )
Geotermometer silika dibuat berdasarkan kelarutan berbagai jenis
silika dalam air sebagai fungsi dari temperatur yang ditentukan dengan
 percobaan atau eksperimen. Reaksi yang menjadi dasar pelarutan silika dalam
air adalah SiO2 (s) + 2H2O → H4SiO4
Pada kebanyakan sistem panasbumi fluida di kedalaman mengalami
ekuilibrium
ekuilibrium dengan kuarsa. Pada fluida dengan reservoir bersuhu > 220˚C
kuarsa dapat mengendap akibat pendinginan perlahan, apabila pendinginan
 berlangsung dengan
de ngan sangat cepat ( misalnya pada mulut mataair ) maka yang
terbentuk atau mengendap adalah silika amorf. Berdasarkan data simulasi
variasi kelarutan atau konsentrasi silika terhadap variasi suhu maka secara
logika dapat diperkirakan temperatur fluida apabila terdapat data konsentrasi
fluida di dalam fluida yaitu dengan analisis kimia sampel air.

Gambar 4.1 diagram kelarutan silika terhadap temperatur ( Fournier,1977 )

37
Gambar 4.2 diagram kelarutan beberapa macam mineral silika terhadap temperatur,
kurva A silika amorf, kurva B opal, kurva C kristobalit, kurva D kalsedon kurva E
kuarsa

Geotermometer kuarsa umumnya baik digunakan untuk reservoir


 bertemperatur > 150˚ C, karena untuk suhu di bawah 150˚ C kandungan silika
dikontrol oleh kalsedon.

Tabel 4.1 Geotermometer Silika ( Fournier,1977 )


Geotermometer Persamaan Referensi
Quartz – 
Quartz –  No
 No T = 1309 / (5.19-log C) – 
C) – 273.15
273.15 Fournier (1977)
steam loss
Quartz – 
Quartz –  T = 1522 / (5.75-log C) – 
C) – 273.15
273.15 Fournier (1977)
maximum steam
loss at 100˚C

38
Geotermometer Persamaan Referensi
Quartz T = 42.198 + 0.28831C-3.6686 x Fournier & Potter (1982)
-4 2 -7 3
10 C  + 3.1665 x 10 C  +
77.034 log C
Quartz T = 53.500 + 0.11236C-0.5559x Arnorsson (1983)
-4 2 -7 3
10 C  + 0.1772x10 C  + 88.390
log C
Chalcedony T = 1032 / (4.69-log C) – 
C) – 273.15
273.15 Fournier (1977)
Chalcedony T = 1112 / (4.91-log C) – 
C) – 273.15
273.15 Arnorsson (1983)
Cristobalite
Cristobalite T = 1000 / (4.78-log C) – 
C) – 273.15
273.15 Fournier (1977)
Opal T = 781 / (4.51-log C) – 
C) – 273.15
273.15 Fournier (1977)
Keterangan : C = konsentrasi
ko nsentrasi SiO2 dalam fluida

4.2.2 Geotermometer Na-K ( Fournier,1979,Giggenbach,1988 )


Geotermometer Na-K dapat diterapkan untuk reservoir air klorida
dengan suhu > 180˚C. Geotermometer ini punya keunggulan yaitu tidak
 banyak terpengaruh oleh dilution 
dilution  ataupun  steam loss.
loss. Geotermometer ini
kurang bagus untuk suhu
suhu < 100˚ C juga
C  juga untuk air yang kaya
ka ya Ca atau banyak
 berasosiasi dengan endapan travertine.

Tabel 4.2 Geotermometer Na-K ( Fournier,1979,Giggenbach,1988 )

Geotermometer Persamaan Referensi


 Na - K T = [855.6 / (0.857+log(Na/K))] – 
(0.857+log(Na/K))] – 273.15
273.15 Truesdell (1976)
 Na - K T = [833 / (0.780+log(Na/K))] – 
(0.780+log(Na/K))] – 273.15
273.15 Tonani (1980)
 Na - K T = [1319 / (1.699+log(Na/K))] – 
(1.699+log(Na/K))] – 273.15
273.15 Arnorsson et all
(1983 )
 Na - K T = [1217 / (1.483+log(Na/K))] – 
(1.483+log(Na/K))] – 273.15
273.15 Fournier (1979)

39
Geotermometer Persamaan Referensi
 Na - K T = [1178 / (1.470+log(Na/K))] – 
(1.470+log(Na/K))] – 273.15
273.15 Nieva & Nieva
(1987)
 Na - K T = [1390 / (1.750+log(Na/K))] – 
(1.750+log(Na/K))] – 273.15
273.15 Giggenbach (1988)

4.2.3 Geotermometer Na-K-Ca ( Fournier & Truesdel,1979 )


Geotermometer ini diterapkan untuk air yang memiliki konsentrasi Ca
tinggi. Geotermometer ini bersifat empiris dengan landasan teori yang belum
dipahami secara sempurna ( Giggenbach,1988 ). Batasan teoritis untuk
geotermometer ini adalah ekuilibrium antara Na dan K feldspar serta konversi
mineral kalsium aluminio silikat ( misalnya
misalnya plagioklas
plagiok las ) menjadi kalsit.
Geotermometer ini mempunyai kisaran suhu yang baik adalah antara
120 - 200˚ C dan selebihnya tidak terlalu bagus. Keterbatasan lainnya adalah
suhu sangat dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi karena boiling dan
dilution. Boiling menyebabkan kehilangan CO2, terjadi pengendapan kalsit,
Ca keluar dari larutan sehingga T hasil dari perhitungan terlalu tinggi.
Geotermometer Na-K-Ca memerlukan koreksi Mg untuk suhu di atas
180˚C ( Fournier,1981 ). Fluida panasbumi dengan suhu lebih dari 180˚C
kebanyakan mengandung sedikit Mg dengan konsentrasi < 0.2 ppm.
Ketergantungan konsentrasi Mg terhadap suhu disebabkan oleh pembentukan
klorit. Pada suhu yang lebih tinggi Mg juga keluar dari larutan karena dipakai
untuk membentuk biotit atau aktinolit. Berikut ini koreksi – 
koreksi  –  koreksi
  koreksi Mg yang
 perlu dilakukan :
- Jika T hasil perhitungan geotermometer < 70˚C, tidak perlu
koreksi karena fluida pada suhu tersebut tidak mengalami
ekuilibrium.
- Hitung R = [ Mg/(Mg + 0.61 Ca + 0.31 K ) ] x 100

40
- Jika R > 50 dianggap bahwa air berasal dari kesetimbangan pada
suhu yang lebih rendah ( T hamper sama dengan suhu terukur )
- Jika T > 70˚C dan R < 50 gunakan R untuk mencari ΔTMg  dari
grafik koreksi Mg.
- Hitung T Na  –  K  –   Ca terkoreksi dengan cara : T Na-K-Ca
terhitung - ΔTMg
Koreksi Mg biasanya diterpkan untuk sistem panasbumi yang relative
dingin, cocok dipakai untuk mataair  –   mataair pada kondisi sub boiling 
dengan discharge rate tinggi.
rate tinggi.

Gambar 4.3 grafik koreksi T Na-K-Ca


Na-K-Ca dengan ΔT Mg

41
4.2.4 Geotermometer Na-Li ( Fouliac & Michard,1981 )
Geotermometer empiris ini didasarkan pada rasio Na/Li ada dua
 persamaan masing – 
masing –  masing
 masing untuk fluida dengan kandungan Cl < 11.000 ppm
dan Cl > 11.000 ppm yaitu :

- Untuk Cl < 11.000 ppm T˚C =


log 
1195
  +0.38 −  273
 
- Untuk Cl > 11.000 ppm T˚C =
log 
1195
  +0.13 −  273
 

Teori yang mendasari adalah adanya reaksi pertukaran kation pada


lempung yang tergantung temperatur :
+ +
Lempung Li + H → Lempung H + Li

4.2.5 Geotermometer K-Mg ( Giggenbach,1988 )


Rumur persamaan :
T˚C = [ 4410 / ( 14 –   log ( K 2 / Mg ) ] – 
14  –  log ] –  273
 273
Persamaan tersebut diasumsikan bahwa fluida panasbumi telah mengalami
ekuilibrium atau kesetimbangan dengan K-feldspar ( adularia ) K-mika
( ilit,muskovit ), klorit dan kalsedon.
+
0.8 KalSi3O10(OH)2  + 0.2 MgAl2Si3O10(OH)8  + 5.4 SiO2 + 2K  =
2+
2.8 KalSi3O8 + 1.6 H2O + Mg
Geotermometer ini hanya dapat memberikan hasil yag dapat dipercaya
untuk air klorida, terutama air klorida asal reservoir dengan konsentrasi
Mg < 1 ppm. Geotermometer ini sangat sensitif terhadap rasio K/Mg,
sehingga dengan sedikit saja penambahan Mg dari percampuran dengan air
tanah dangkal akan menghasilkan TK-Mg yang lebih rendah.

42
4.3 Geoindikator dan Tracer
Giggenbach ( 1991 ) membagi zat  –   zat terlarut dalam dua kategori yaitu
geoindikator dan tracer. Tracer secara geokimia bersifat inert yang artinya akan sulit
 bereaksi dengan senyawa lain dan apabila berada dalam fluida panasbumi akan
 bersifat tetap
tet ap dan dapat dilacak asal – 
asal –  usulnya.
  usulnya. Contoh dari tracer ini adalah klorida
dan boron. Boron dalam bentuk H3BO3  atau HBO2  merupakan unsure diagnostik
yang artinya dapat digunakan untuk melacak asal – 
asal  –  usul
  usul dari fluida panasbumi. Air
klorida dari suatu mataair atau sumur panasbumi biasanya mengandung 10 – 
10 –  50
  50 ppm
Boron terlarut. Kandungan Boron yang sangat tinggi ( hingga ratusan ppm ) biasanya
mencirikan asosiasi sistem panasbumi dengan batuan sedimen yang kaya zat organik
atau evaporit.
Geoindikator adalah zat terlarut yang bersifat reaktif dan mencerminkan
lingkungan ekuilibrium atau kesetimbangan, misalnya Na, K, Li, Rb. dan Cs.
Konsentrasi Na dan K dikontrol oleh interaksi fluida dengan batuan yang bergantung
 pada temperatur. Na merupakan kation utama pada fluida panasbumi dengan
konsentrasi yang berkisar 200  –   2000 ppm. Apabila perbandingan Na dengan K
semakin kecil maka dapat diinterpretasikan bahwa temperatur semakin tinggi. Li, Rb
dan Cs sering disebut sebagai rare alkalies 
alkalies  dan merupakan unsur yang mudah larut
dari batuan. Li, Rb dan Cs merupakan unsur yang sering dipakai bersama Cl dan B
untuk karakterisasi fluida. Ketiga unsur ini mudah bergabung dengan mineral
sekunder, sehingga diprediksi semakin jauh jarak migrasi dari fluida ke permukaan
maka konsentrasinya akan semakin berkurang. Konsentrasi umum Li berkisar
< 20 ppm, Rb < 2 ppm dan Cs < 2 ppm. Li sering terserap oleh mineral klorit, kuarsa
dan mineral lempung sehingga pada zona upflow rasio
upflow rasio B/Li rendah sedangkan pada
zona outflow rasio
outflow rasio B/Li tinggi.
t inggi.
Penggunaan Cl, B, Li, Na, K dan Mg sebagai geoindikator dan tracer
diterapkan dengan metode sederhana yaitu ploting pada diagram segitiga. Plotting ini
merupakan cara yang tepat untuk mengkaji aspek kimia fluida mataair panas maupun
fluida sumur panasbumi. Untuk memberikan gambaran interpretasi data geokimia

43
dapat diinterpretasi dengan bantuan diagram segitiga berikut ditampilkan data hasil
analisis fluida panasbumi dari berbagai daerah.

Gambar 4.4 Data Analisis Fluida Panasbumi

4.3.1 Diagram Segitiga Cl


C l –  SO
 SO4 –  HCO
 HCO3
Penggunaan komponen anion yang berupa Cl, SO4  dan HCO3
 bermanfaat untuk mengetahui komposisi fluida panasbumi karena anion  – 
anion tersebut merupakan zat terlarut yang paling banyak dijumpai dalam
fluida panasbumi. Posisi data pada diagram segitiga dapat ditentukan dengan
 persamaan sebagai berikut :
S = [Cl] + [SO4] + [HCO 3]
% Cl = ( 100 [Cl] ) / S
% SO4 = ( 100 [SO4] ) / S
% HCO3 = ( 100 [HCO3] ) / S

44
Catatan : konsentrasi dinyatakan dalam mg/kg atau ppm.
Plotting diagram segitiga Cl  –  SO4  –  HCO3  mempermudah
 pengelompokan dan pemeriksaan trend sifat kimia fluida.

Gambar 4.5 Diagram Segitiga Cl – 


Cl  –  SO
 SO4 –  HCO
 HCO3

4.3.2 Diagram segitiga Cl – 


Cl –  Li – 
 Li –  B
 B
Proporsi relatif B dan Cl untuk fluida – 
fluida  –  fluida
 fluida dengan asal – 
asal  –  usul
  usul yang
sama umumnya tetap. B dan Cl dapat dipakai untuk mengevaluasi proses
 pendidihan dan pengenceran. Pada T tinggi ( >400˚C ), Cl terdapat sebagai
HCl dan B sebagai H3BO3, keduanya bersifat volatil dan mudah bergerak
 pada fase uap. HCl dan H3BO3  berasal dari magmatic brine.
brine. Apabila fluida
mendingin HCl terkonversi menjadi NaCl, B tetap berada pada fase uap dan
Li bergabung pada larutan.
Pengeplotan data pada diagram segitiga Cl  –  Li  –   B memerlukan
faktor skala karena adanya perbedaan nilai konsentrasi yang sangat besar di
antara ketiga komponen tersebut. Perhitungannya sebagai berikut :

45
S = [Cl] / 100 + [Li]
[L i] + [B] / 4
% B = ( ([B]/4) /S ) .100
% Li = ([Li]/S ) .100
% Cl = [Cl] / S

Gambar 4.6 Diagram Segitiga Cl – 


Cl  –  Li – 
 Li –  B
 B

4.3.3 Diagram segitiga Na – 


Na –  K – 
 K –  Mg
 Mg
Dasar pemikiran memakai Na – 
Na –  K – 
 K  –  Mg
 Mg adalah reaksi – 
reaksi  –  reaksi
  reaksi sebagai
 berikut :
+ +
 Na  + K Feldspar = Na Feldspar + K 
2+
2.8 K Feldspar + 1.6 H2O + Mg  = 0.8 K Mika + 0.2 Klorida + 5.4 SiO2 +
+
2K 
Ploting posisi data pada diagram segitiga Na – 
Na –  K – 
 K –  Mg
 Mg :
1/2
S = ([Na]/1000) + ([K] / 100 ) + [Mg]
% Na = [Na] / 10.S

46
1/2
% Mg = ( 100 [Mg] )/S
% K = [K] / S

Gambar 4.7 Diagram Segitiga Na – 


Na  –  K – 
 K –  Mg
 Mg

47
BAB V

KESIMPULAN

Dari pemaparan yang telah disajikan dalam makalah ini maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem panasbumi didefinisikan sebagai perpindahan panas secara alami


dalam volume tertentu di kerak bumi dimana panas dipindahkan dari
sumber panas ke zona pelepasan panas. Sistem panasbumi tersusun oleh
tiga komponen utama, yaitu : Sumber panas, batuan reservoir yang
 permeabel, dan adanya sirkulasi air untuk membawa panas dari dalam
 bumi ke permukaan bumi.
2. Analisis geokimia fluida panasbumi dilakukan pada fluida jenis air klorida.
air asam sulfat, air bikarbonat, brine dan
brine dan air meteorik.
3. Interpretasi suhu reservoir panasbumi dapat dilakukan dengan metode
geotermometer yaitu geotermometer silika, geotermometer Na  –  K,
geotermometer Na  –  K  –   Ca, geotermometer Na  –   Li dan geotermometer
K –  Mg.
 Mg.
4. Interaksi fluida dengan batuan dapat diketahui dari metode geoindikator
dan tracer dengan menggunakan diagram segitiga Cl – 
Cl  – SO
SO4  – HCO
 –  HCO3, Cl – 
Cl  – 
Li – 
Li  –  B
  B dan Na – 
Na  –  K  –  Mg
  Mg untuk mengetahui asal  –  usul
  usul zat terlarut dalam
fluida yang berasal dari interaksi dengan batuan.

48
DAFTAR PUSTAKA

Armstead, H.C.H., 1979, Geothermal Energy,


Energy, E & FN, Spoon. Ltd London City
Reprmted.
Barryadi, F., 1995, Struktur Geologi di Lapangan Panasbumi Daerah Awibengkok
dan Sekitarnya Kabupaten Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat . Jurusan
Geologi, UNPAD, Bandung.
Chilingar, George V., et all., 1982, Hand
1982,  Hand Book of Geothermal Energy,
Energy, University of
Southern Callifornia.
Dickson, M.H., and Fanelli, M., 2004, What is Geothermal Energy? ,
Energy? , University of
Colombia.
http://iga.igg.cnr.it/ documenti/ geo/ Geothermal%20Energy.en.pdf
Edward F Wahl., 1977, Geothermal Energy Utilization,
Utilization, John Willey and Sons, New
York.
Ellis Aj and Mahon., 1977, Chemistry and Geothermal System,
System, Academic Press, Inc,
Orlando, Floride.
Goff, F., dan Janik, C.J., 2000, Geothermal Systems,
Systems, dalam Sigurdsson, H.,
Houghton, B., Rymer, H., Encyclopedia of Volcanoes. hlm. 817-834, Academic
Press.
Grant, M.A., 1960, Geothermal Reservoir Engineering , Academic Pres, Inc, New
York.
Hochstein, M. P., 1995, Classification and Assessment of Geothermal Resources,
Resources,
Geothermal Reservoir Course, Geothermal Institute, University
University of Auckland.
Makalah PB Potensi dan WKP Panasbumi, Kolokium Hasil Lapangan-DIM, 2005.
Mars G. Fontana, 1986, Corrosion Engineering , Third Edition, Mc Graw Hill Book
Co, New York.
 NACE,  Basic Corrosion Cow-se Ninth Printing , Houston, Texas 1978. Ridwan
Fakih, Basic Corrosion Engineering, Petroleum Engineering PT CPl,
Pekanbaru, 1993.

49

You might also like