Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
di Indonesia. Dengan demikian, pemanfaatan panasbumi dapat turut menunjang
pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut maka pada karya tulis seminar ini akan
diuraikan tentang sistem panasbumi secara umum terutama pada karakteristik
fluida panasbumi dan aplikasinya untuk mengetahui sifat atau karakteristik dari
reservoir panasbumi tersebut.
1.2.1 Maksud
Maksud dari penulisan seminar ini adalah memberikan pemaparan
mengenai konsep panasbumi secara umum terutama pada konsep geokimia fluida
panasbumi dan penerapannya pada penentuan karakteristik dari reservoir
panasbumi dalam kegiatan eksplorasi panasbumi.
1.2.2 Tujuan
Penulisan seminar ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :
- Mengetahui konsep dan pengertian sistem panasbumi.
- Mengetahui konsep geokimia fluida panasbumi.
- Mengetahui komponen sistem panasbumi.
- Mengetahui macam - macam fluida panasbumi untuk mengetahui
karakteristik dari reservoir panasbumi.
2
sistem panasbumi dan geokimia fluida panasbumi, macam – macam fluida
panasbumi, dan bentuk terapannya untuk mengetahui karakteristik
k arakteristik dari
d ari reservoir
panasbumi.
3
( geoindikator dan tracer ), geotermometer fluidapanas bumi
dalam penentuan karakteristik reservoir panasbumi.
BAB V KESIMPULAN
Panasbumi
Sistem
Panasbumi
Manifestasi
Panasbumi
Analisis Geokimia
Fluida Panasbumi
Geotermometer
Tracer dan
dan Geoindikator
- Silika
- Na –
Na – K
K - Diagram Cl –
Cl – SO
SO4 – HCO
HCO3
- Na –
Na – K –
K – - Diagram Cl –
Cl – Li-
Li- B
Ca - Diagram Na –
Na – K
K - Mg
- Na –
Na – Li
Li
Karakteristik Reservoir
Panasbumi
4
BAB II
SISTEM PANASBUMI
1. Sumber Panas
5
2. Reservoir dan Caprock
3. Fluida
6
Akibat dari adanya proses kegunungapian ini, maka terbentuklah suatu sistem
panasbumi yang memanaskan airtanah yang terkandung dalam batuan cadangan pada
kondisi tertutup, yaitu kondisi dimana batuan cadangan terapit diantara dua batuan
penutup yang menyebabkan uap air dalam batuan cadangan terdapat pada kondisi
tekanan hidrostatis yang sangat tinggi. Tekanan hidrostatis ini menyebabkan uap
jenuh dalam batuan cadangan berubah ke fasa cair sehingga mengakibatkan dalam
batuan cadangan terdapat dua fasa yaitu fasa cair-uap yang terkondensasikan dan fasa
uap itu sendiri. Apabila di daerah ini dilakukan pemboran, maka terjadilah pelepasan
tekanan hidrostatis yang menyebabkan air yang bersuhu tinggi tersebut berubah
menjadi bentuk uap.
Di samping itu proses geologi lainnya antara lain, terjadinya proses
pengangkatan yang mengakibatkan terbentuknya patahan-patahan di sepanjang jalur
gunungapi tersebut. Proses pengangkatan ini akan mendangkalkan sumber panasbumi
di jalur tersebut yang telah terbentuk lebih dahulu. Sedangkan jalur rekahan yang
terjadi akibat pengangkatan tersebut menyebabkan air panas atau uap merembes ke
permukaan dan ini merupakan pertunjuk adanya sistem panasbumi di kedalaman serta
indikasi gejala akhir kegiatan vulkanisme.
Akibat adanya proses pengangkatan tersebut di atas, cenderung membentuk
suatu sistem pegunungan. Sistem pegunungan ini dapat berfungsi sebagai penangkap
air hujan, dimana peresapan air ke dalam tanah akan lebih besar dan membentuk
cadangan air bawah permukaan selama berjuta-juta tahun. Inilah yang merupakan
cikal bakal proses pembentukan sistem panasbumi dengan disertai sumber
panasnya berupa magma melalui erupsi semi magmatis. Penelitian sampai saat ini
menunjukkan bahwa lapangan panasbumi tersebar di daerah yang mempunyai aliran
panas (heat
( heat flow)
flow) tinggi dan sirkulasi fluida yang besar. Daerah dengan aliran panas
tinggi ini berasosiasi dengan seting tektonik yang menghasilkan magmatisme seperti
di zona pemekaran ( spreading
spreading of rifting ),
), zona tumbukan ( subduction
subduction zone),
zone), dan zona
hot spot .
7
Zona tumbukan terutama di sepanjang Sirkum Pasifik seperti Filipina, Jepang,
Amerika Tengah dan Amerika Selatan serta Indonesia dikenal sebagai daerah yang
kaya akan sistem panasbumi. Daerah ini dikenal mempunyai busur gunung api
(volcanic arc)
arc) yang aktif dan mempunyai sistem panasbumi
panas bumi yang bersuhu tinggi.
8
Sistem panasbumi bersuhu tinggi yang berasosiasi dengan gunung api dapat
dibagi menjadi Sistem panasbumi satu fasa ( air hangat, air panas, dan uap panas )
dan sistem panasbumi dua fasa ( dominasi
do minasi uap dan dominasi air ).
9
panasnya dangkal, dimana sirkulasi aliran air di dalam batuan
cadangan uap terdapat dalam kondisi uap kering dan pemindahan
panasnya berbentuk aliran uap kering. Sistem panasbumi ini
dicerminkan dipermukaan oleh adanya mataair panas, fumarola dan
geiser (Zohdy et.al, 1973). Dari hasil analisis kimia airpanas, sistem
panasbumi ini biasanya menunjukkan kandungan khlorida dan
da n derajat
dera jat
keasaman rendah serta mempunyai temperatur permukaan antara
200˚
200˚C sampai 240˚
240˚C pada tekanan sekitar 35 kg/cm2 dalam entalphi
sebesar 669,7 kal/grm (White et.al, 1971).
2. Sistem dominasi uap basah : Adanya percampuran air dan uap panas.
Pada sistem ini terjadi penurunan panas dan air bergerak ke
permukaan. Suhu yang dibutuhkan minimal 100˚C. Energi sistem
panasbumi uap basah/ air panas, umumnya ditemukan di daerah
panasbumi yang sumber panasnya relatif dalam, dimana sirkulasi
aliran air di dalam batuan cadangan terdapat dalam kondisi cair dan
pemindahan panasnya berbentuk aliran panas. Sistem panasbumi ini
dicerminkan di permukaan oleh adanya mataair panas dan sinter silika.
Dari hasil analisis kimia air panas, sistem panasbumi ini biasanya
menunjukkan kandungan khlorida tinggi dan derajat keasaman normal
serta mempunyaitemperatur maksimal bawah permukaan 180˚
180˚C
(White et.all, 1971). Manifestasi yang sering dijumpai : fumarola,
steaming ground , dan mataair sulfat. Sistem panasbumi dominasi uap
ini jarang dijumpai, antara lain : Larderello (Italia), the Geyser (USA),
Matsukawa (Jepang), Kamojang dan Darajat (Indonesia) (Goff dan
Janik, 2000).
10
tanpa adanya batuan penudung. Reservoir dijumpai pada kedalaman
1800 m-3000 m. Permeabilitas batuan pada reservoir tinggi, sedangkan
pada zona recharge,
recharge, permeabilitasnya sedang. Di Indonesia, sistem
panasbumi dominasi air umumnya berasosiasi dengan gunungapi strato
andesitik. Pada sistem ini diperkirakan 80% dari batuan reservoirnya
berisi air (saturasi air = 80%). Temperatur bervariasi antara 200-300˚
200-300˚C.
C.
Pada sistem dominasi air, baik tekanan maupun temperatur tidak konstan
terhadap kedalaman.
1. Diffuse Discharge,
Discharge, merupakan evaporasi atau penguapan dari air bebas di
permukaan, dengan area yang menyebar. Contohnya warm ground, warm/
hot pool dan steaming
dan steaming ground .
11
2. Direct/
Direct/ Concentrated Discharge, merupakan manifestasi panas yang
terkonsentrasi pada satu titik . Contohnya warm/ hot springs, steam vent,
fumarol.
3. Intermitten Discharge, merupakan manifestasi yang muncul pada saat
tertentu secara berulang. Contohnya geyser.
4. Catastrophic Discharge, merupakan manifestasi yang muncul pada waktu
tertentu, terjadi karena akumulasi tekanan gas dan panas. Contohnya erupsi
hidrothermal.
5. Concealed Discharge, merupakan manifestasi yang keluar secara rembesan
pada celah sempit, Contohnya seepage,
Contohnya seepage, concealed outflow
outf low
Bentuk manifestasi panasbumi dipermukaan mencirikan suatu temperatur
bawah permukaan
p ermukaan dan
d an mencirikan suatu sistem panasbumi ataupun keberadaan zona
reservoir panasbumi, contoh manifestasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tanah Hangat ( Warm Ground )
)
Adanya sumber daya panasbumi di bawah permukaan dapat
ditunjukkan antara lain dari adanya tanah yang mempunyai temperatur
lebih tinggi dari temperatur tanah disekitarnya. Hal ini terjadi karena
adanya perpindahan panas secara konduksi dari batuan bawah permukaan
ke batuan permukaan. Berdasarkan pada besarnya gradien temperatur,
Armstead (1983) mengklasifikasikan area di bumi sebagai berikut:
- Area tidak panas ( Non
Non Thermal Area)
Area)
Suatu area diklasifikasikan sebagai area tidak panas apabila
gradient temperatur di area tersebut sekitar 10 - 40 ˚C/ km.
- Area panas (Thermal
(Thermal Area)
Area)
Area panas dibedakan menjadi dua yaitu semithermal area,
area,
yaitu area yang mempunyai gradien temperatur sekitar 70 - 80˚
80˚ C/
km, dan hyperthermal area,
area, yaitu area yang mempunyai gradien
temperatur sangat tinggi. Contohnya di Lanzarote (Canary Island)
yang besarnya
besarnya gradien temperatur sangat tinggi hingga
hingga besarnya
12
tidak lagi dinyatakan dalam ˚C/ km tetapi dalam ˚C/ cm. Tanah
hangat umumnya terjadi di atas tempat terdapatnya sumber daya
panasbumi atau di daerah sekitarnya dimana terdapat manifestasi
panasbumi lainnya yang memancarkan panas
pa nas lebih kuat,
kuat , misalnya
misalnya
di sekitar daerah dimana ada uap panas keluar dari tanah atau
steaming ground , atau disekitar kolam air panas.
13
Gambar 2.3 Permukaan Tanah Beruap
14
Gambar 2.4 Mataair panas
15
Pada ebullient pools
pools adanya letupan-letupan kuat muncul secara tidak
beraturan disebabkan karena terlepasnya uap panas pada suatu kedalaman
keda laman
di bawah permukaan air. Letupan-letupan kecil dapat juga disebabkan
karena adanya non-condensible gas
gas seperti CO2. Air panas dapat berasal
dari suatu reservoir air panas yang terdapat jauh di bawah permukaan atau
mungkin juga berasal dari airtanah yang menjadi panas karena pemanasan
oleh uap panas.
• Bila air tersebut berasal dari reservoir panasbumi maka air tersebut
hampir selalu bersifat netral. Disamping air itu umumnya jernih dan
berarna kebiruan.
• Bila air tersebut
t ersebut berasal dari airtanah yang menjadi panas karena
pemanasan oleh
o leh uap panas maka air yang terdapat
t erdapat di dalam kolam air
panas umumnya bersifat asam. Sifat asam ini disebabkan karena
terjadinya oksidasi H2 di dalam uap panas.
Kolam air panas bersifat asam (acid
(acid pools)
pools) umumnya berlumpur dan
kehijau-hijauan. Kolam air panas yang bersifat asam mungkin saja
terdapat di atas suatu reservoir air panas.
16
Gambar 2.5 Kolam air panas
e. Fumarole
Fumarole adalah lubang kecil yang memancarkan uap panas kering dry
steam)
steam) atau uap panas yang mengandung butiran air (wet
(wet steam).
steam). Apabila
uap tersebut mengandung H2S maka manifestasi permukaan tersebut
disebut solfatar. Fumarole yang memancarkan uap dengan kecepatan
tinggi kadang-kadang juga dijumpai di daerah tempat terdapatnya system
dominasi uap. Uap tersebut mungkin mengandung SO2 yang hanya stabil
pada temperatur yang sangat tinggi (>500˚
(>500˚C). Fumarole yang
memancarkan uap dengan kandungan asam boric tinggi umumnya disebut
Soffioni. Hampir semua fumarole yang merupakan manifestasi permukaan
dari seitem dominasi air memancarkan uap panas basah. Temperatur uap
umumnya tidak lebih dari 100˚
100˚C. Fumarole jenis ini sering disebut
fumaroles basah (wet
(wet fumarole).
fumarole). Di daerah dimana terdapat sistem
dominasi uap dapat dijumpai wet fumarole dan dry fumarole,
fumarole, yaitu
fumarole yang memancarkan uap bertemperatur tinggi, yaitu sekitar 100-
150˚
150˚C. Fumarole jenis ini sangat jarang dijumpai di alam salah satu
17
contohnya adalah fumarole di Ketetahi (New Zealand). Kecepatan
fumarole jenis ini umumnya sangat tinggi (>100 m/s).
Gambar 2.6 Fumarole
2.6 Fumarole
f. Geyser
Geyser didefinisikan sebagai mataair panas yang menyembur ke udara
secara intermittent (pada selang waktu tak tentu) dengan ketinggian air
sangat beraneka ragam, yaitu kurang dari satu meter hingga ratusan meter.
Selang waktu penyemburan air (erupsi) juga beraneka ragam, yaitu dari
beberapa detik hingga beberapa hari. Lamanya air menyembur ke
permukaan juga sangat beraneka ragam, yaitu dari beberapa detik hingga
beberapa jam. Geyser merupakan manifestasi permukaan dari sistem
dominasi air. Urutan prosesnya adalah : Pengisian celah secara perlahan-
lahan → pencapaian titik didih → flashing
→ flashing uap → pengosongan celah.
celah.
18
Gambar 2.7 Geyser
19
h. Silika Sinter
Silika sinter adalah endapan silika di permukaan yang berwarna
keperakan. Umumnya dijumpai di sekitar mataair panas dan lubang geyser
yang menyemburkan air yang bersifat netral. Apabila laju aliran panas
tidak terlalu besar umumnya di sekitar mataair panas tersebut terbentuk
teras-teras silika yang berwarna keperakan ( silica
silica sinter terraces atau
sinter platforms).
platforms). Bila air panas banyak mengandung karbonat maka akan
terbentuk teras-teras travertin (travertine
(travertine terrace).
terrace). Silika sinter merupakan
manifestasi permukaan dari sistem panasbumi yang didominasi air.
i. Batuan alterasi
Alterasi hidrotermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya
reaksi antara batuan asal dengan fluida panasbumi. Batuan hasil alterasi
hidrotermal tergantung pada beberapa faktor, tetapi yang utama adalah
temperatur, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fluida (khususnya pH)
dan lamanya reaksi (Browne, 1984). Proses alterasi hidrotermal yang
terjadi akibat adanya reaksi antara batuan dengan jenis florida yang
berasal dari
dar i reservoir
re servoir panasbumi yang terdapat jauh di
d i bawah permukaan
20
(deep chloride water ) dapat menyebabkan terjadinya pengendapan
(misalnya kwarsa) dan pertukaran elemen-elemen batuan denganfluida,
menghasilkan mineral-mineral seperti klorit, adularia, epidot. Air yang
bersifat asam, yang terdapat pada kedalaman yang relatif dangkal dan
elevasi yang relatif tinggi mengubah batuan asal menjadi mineral lempung
dan mineral-mineral lainnya terlepas. Mineral hidrothernal yang
dihasilkan di zona permukaan biasanya adalah kaolin, alutlite, sulphur,
residu silika dan gypsum.
21
Gambar 2.11 Seepage
22
BAB III
FLUIDA PANASBUMI
23
+ + +
• Alkali, antara lain K , Na , Li yang membentuk basa kuat.
2+ 2+ 2+ 2+ 2+
• Metal alkali tanah, antara lain Br , Mg , Ca , Sr , Ba ,
2+
Ra yang membentuk basa lemah.
• Ion Hidrogen.
2+ 2+
• Metal berat, antara lain Fe , Mn membentuk basa yang
terdisosiasi.
a. Sodium dan Potasium (Na/ K)
Sodium biasanya merupakan kation yang dominan dan
dijumpai dalam fluida panasbumi temperatur tinggi. Variasi
sistematik dalam perbandingan sodium dan potassium dengan
temperatur tinggi umum terjadi, tetapi pada sistem panasbumi
yang bersifat asam, dan didalam daerah yang memiiki variasi
batuan yang luas ini memungkinkan untuk membuat hubungan
yang tepat atau teliti antara Na/ K dengan temperatur air
( White, 1965 : Ellis dan Mahon, 1967 ). Rekristalisasi
hidrothermal pada batuan vulkanik atau batuan kuarsa
feldspatik cenderung menghasilkan potassium feldspar,
potassium mika dan albit. Hal ini ditinjau dari alterasi batuan
hidrothermal sumur yang dalam dan percobaan laboratorium
pada temperatur diatas 200˚
200˚C.
b. Kalsium (Ca)
Ion Ca adalah unsur dari fluida reservoir yang
berkombinasi dengan ion karbonat atau sulfat dengan cepat
membentuk kerak ( scale)
scale) pengikut atau padatan.
c. Magnesium (Mg)
Ion Mg biasanya berada dalam konsentrasi yang kurang
lebih mendekati konsentrasi Ca. Magnesium juga seperti ion
Kalsium, yaitu dapat berkombinasi dengan ion karbonat
sehingga menimbulkan masalah scale
masalah scale..
24
d. Ferrum (Fe)
Kandungan Ferrum (besi) dari fluida reservoir biasanya
cukup rendah dan adanya unsur besi yang biasanya
ditunjukkan dengan adanya korosi besi, mungkin terdapat pada
3+ 2+
larutan sebagai ion Ferri (Fe ) dan Ferro (Fe ) atau mungkin
dalam suspensi sebagai endapan senyawa besi. Kandungan besi
sering digunakan untuk mendeteksi dan memonitor korosi
dalam sistem air.
e. Barium (Ba)
Barium adalah unsur yang memiliki kemampuan untuk
berkombinasi dengan ion sulfat untuk membentuk ion
insoluble yaitu
insoluble yaitu Barium Sulfat (BaSO4).
f. Strontium (Sr)
Seperti Barium dan kalsium. Strontium dapat
berkombinasi dengan ion sulfat untuk membentuk insoluble
Strontium Sulfat walaupun lebih soluble
soluble daripada Barium
Sulfat.
2. Anion (ion-ion negatif), yang terdiri dari :
- - -
• Asam kuat, antara lain Cl , SO4 , NO3
- - -
• Basa lemah, antara lain CO3 , HCO3 , S
a.Klorida (Cl)
Ion klorida hampir selalu merupakan anion
utama di dalam air formasi dan muncul sebagai unsur
pokok dalam air tawar. Sumber utama ion klorida
adalah Natrium Klorida (NaCl), selanjutnya konsentrasi
ion Klorida digunakan sebagai ukuran salinitas air.
b. Karbonat dan bikarbonat
Ion-ion ini merupakan ion yang dapat
membentuk scale
scale yang insoluble
insoluble (tidak dapat larut
25
dalam air). Konsentrasi ion karbonat sering kali disebut
“ phenolphthalein alkalinity”
alkalinity” sedangkan konsentrasi
sedangkan konsentrasi ion
bikarbonat terkadang disebut “methyl orange
alkalinity”.
alkalinity”.
-
c. Sulfat (SO4 )
Ion sulfat sering menimbulkan masalah, sebab
ion ini memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan
kalsium, barium atau stronsium untuk membentuk scale
membentuk scale
insoluble juga membantu sebagai “ food substance”
substance”
yaitu pengurangan bakteri.
Ion-ion tersebut akan bergabung diantara
mereka berdasarkan empat sifat, yaitu :
1. Salinitas primer, yaitu jika alkali bereaksi
dengan asam kuat membentuk NaCl dan
Na2SO4.
2. Salinitas sekunder, yaitu jika alkali tanah
bereaksi dengan asam kuat CaCl2, MgSO4,
MgCl2 dan CaSO4.
3. Alkalinitas primer, yaitu jika alkali bereaksi
dengan asam lemah Na2CO3 dan NaHCO3.
4. Alkalinitas sekunder, jika alkali tanah
bereaksi dengan asam lemah CaCO3,
MgCO3, Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2.
Pada daerah mataair panas yang mendidih dengan
keluaran utama air, umumnya sifat dasar air dari mataair dan
sumur cukup dalam, air yang didapatkan adalah sama, kecuali
unsur-unsur yang dikontrol oleh temperatur reversible
tergantung kesetimbangan. Daerah dengan perbandingan unsur
klorida, kalsium, fluorida, iodida, bromida, arsenik atau boron
26
dalam air dengan unsur-unsur dalam memiliki suatu perbedaan
dengan mata air di permukaan.
Perbedaan ini biasanya disebabkan konsentrasi unsur-
unsur utama pembentuk batuan mengalami perubahan pula.
Unsur-unsur utama ini antara lain adalah magnesium,
alumunium, besi dan mangan yang semuanya memiliki
konsentrasi rendah.
Di bawah tingkat pendidihan dan pengoksidasian, air
dalam sistem panasbumi dengan temperatur tinggi seringkali
alkali klorida memiliki pH yang tidak lebih dari 2 unit dari pH
netral pada temperatur tersebut. Konsentrasi silika sangat
tinggi dan larutan lain seperti boron, fluorida, arsenik dan
hidrogen sulfida akan hadir dengan konsentrasi yang lebih
tinggi daripada konsentrasi air dingin.
Pada beberapa mataair ditandai oleh sifat dasar, antara
lain konsentrasi keasaman yang tinggi, konsentrasi sulfida
yang tinggi, konsentrasi klorida yang rendah dan merupakan
air permukaan atau akuifer yang tetap dipanasi oleh aliran –
aliran uap. Uap akan memanasi air meteorik yang menggenang
di bawah permukaan yang juga akan menghasilkan air dengan
kandungan bikarbonat yang tinggi.
3.1.2.Berdasarkan Kandungan Air dan Impurities
dan Impurities
Fluida reservoir panasbumi memiliki komposisi yang
sangat kompleks. Hal tersebut selain disebabkan oleh unsur-
unsur yang memang sudah ada pada reservoir juga dipengaruhi
oleh adanya tekanan dan temperatur yang tinggi dan akan
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi baik pada solid
pada solid
maupun fluidanya.
27
Secara umum fluida reservoir panasbumi dapat dibagi
menjadi dua yaitu brine
brine (air) dan impurities.
impurities. Brine
Brine (air),
konsentrasi kelarutan pada air dinyatakan dengan ppm atau
part per million di
million di dalam air pisahan dari keluaran sumur pada
tekanan atmosfer dan didinginkan ke temperatur sekelilingnya
untuk dianalisis. Pada temperatur tinggi air akan mengembang
dan menguap kemudian muncul di permukaan melalui celah-
celah atau rekahan. Air dipekatkan sampai temperatur tertentu
tergantung temperatur awal dan entalphi air keluaran. Sebagai
contoh air yang keluar dari sumur dengan temperatur 250˚
250˚C
akan mengembang menjadi campuran yang terdiri dari 29,5%
uap dan 70,5% air pada tekanan 1 atmosfera. Pada penambahan
konsentrasi maka pH air, konsentrasi asam serta unsur-unsur
dasarnya berubah. Hal ini dikarenakan oleh gas misalnya CO2
dan H2S akan berubah menjadi uap.
Impurities,
Impurities, selain air dan uap air yang dihasilkan oleh
suatu sumur panasbumi, biasanya juga selalu disertai unsur-
unsur penyerta di dalamnya. Di dalam fasa uap misalnya,
didapati adanya gas-gas non-condensable seperti
non-condensable seperti H2, CO2, H2S,
CH4 serta N2. Sedangkan komponen terlarut di dalam fasa air
(condensable)
condensable) antara lain klorida, sulfida, fluorida, lithium,
kalsium, dan lain sebagainya.
1. Condensable
Condensable Gas, gas-gas condensable
condensable dengan
adanya penurunan temperatur juga tekanan selama
mengalir ke permukaan, akan mengalami kondensasi
menjadi butir-butir air. Kondenstat dari gas ini
sebagian akan terus terproduksi bersama uap dan
sebagian lagi akan mengendap pada pipa –
pipa – pipa
pipa atau
peralatan produksi. Apabila kondenstat fluida
28
bersifat asam akan cenderung mengakibatkan
terjadinya korosi pada material dan sebaliknya
apabila bersifat basa cenderung akan menyebabkan
terjadinya scale
terjadinya scale..
a. Klorida, konsentrasi ion klorida merupakan unsur
utama anion yang penting. Ion klorida ini bervariasi
tidak hanya dari daerah ke daerah tetapi dari sumur
ke sumur. Pada kenyataannya ion klorida ini
membentuk larutan padat bersama-sama unsur
lainnya dan dapat pula sebagai unsur yang berdiri
sendiri.
b. Sulfida dan sufat, kehadiran endapan sulfur dalam
batuan dimana air panas menembus atau melewati
batuan akan mengakibatkan timbulnya hidrogen
sulfida dan asam sulfat ke formasi. Asam yang
terbentuk dari reaksi ini akan melampaui reaksi asam
buffer dengan alumino-silikat. Jika endapan sulfur
terdapat di suatu tempat maka bila melakukan
pemboran sumur yang cukup dalam akan
aka n menembus
air bebas sulfur. Pada daerah dengan aktivitas
vulkanik, jika terdapat sulfur dioksida juga
menyebabkan timbulnya asam sulfat pada formasi
karena reaksi dengan air hangat. Apabila sejumlah
cukup SO2 hadir, larutan ini akan mendominasi
dalam pengontrolan pH. Di dalam kedua kasus di
atas, larutan asam klorida dihasilkan dan konsentrasi
bikarbonat terurai sesuai dengan keasamannya.
Banyak sulfat dalam larutan cenderung dibatasi oleh
kelarutan dari anhidrit atau gipsum.
29
c. Fluorit, konsentrasi fluorit dalam fluida panasbumi
dibatasi oleh kelarutan fluorit yang berada dalam
silika, sekitar 10 ppm fluoritpada temperatur 200-
300˚
300˚C. Konsentrasi fluorit yang tinggi umumnya
berhubungan dengan konsentrasi kalsium pada fluida
panasbumi (Mahon, 1964). Konsentrasi kalsium
yang rendah dan konsentrasi fluorit yang tinggi
dalam fluida panasbumi ditandai dengan salinitas
yang rendah, konsentrasi karbon dioksida yang
tinggi dan juga temperatur yang tinggi. Jumlah
konsentrasi fluorit akan bertambah dalam pH air
yang rendah karena penambahan sebagian ion HF
yang tidak terionisasi, dan mungkin dari formasi
2- 3-.
SiF6 atau AlF6
d. Lithium, konsentrasi alkali yang jarang dalam air
panasbumi mencerminkan
mencer minkan kelebihannya pada batuan
sekitar. Air dalam batuan basaltik memiliki
konsentrasi yang rendah jika dibandingkan dengan
riolitik atau andesitik, Lithium ini biasanya bersama
rubidium dan cesium. Lithium dan rubidium
cenderung menyusut konsentrasinya dalam air yang
berpindah ke permukaan karena ikatan ion-ion yang
berukuran kecil, sebagai alterasi hidrothermal seperti
mineral lempung dan zeolit. Aktivitas hidrothermal
membentuk epidot pada tempat yang dangkal dan
ditandai oleh perubahan batuan (Bargar, 1973).
Pada daerah tertentu perbandingan Na/ Rb terus
mengikuti perbandingan Na/ K, tetapi perbedaan
perbandingan Na/ Li antara air bawah permukaan
30
dan air permukaan kurang ditunjukkan dengan jelas.
6 7
Perbandingan isotop Li/ Li cenderung berkembang
dalam air panas yang berpindah ke permukaan,
7
karena isotop Li termasuk mineral alterasi
hidrothermal (H.J. Svec dan Ellis, 1973).
e. Kalsium, fluida panasbumi pada umumnya
mengandung ion-ion garam yang sukar larut seperti
CaCO3, CaSO4 dan CaF2. Sebagian fluida panasbumi
pada tingkat yang dalam, hampir jenuh dengan kalsit
(Ellis, 1973) dan mineral ini seringkali mempercepat
hilangnya karbon dioksida dari air ketika mendidih.
Kecenderungan terlepasnya kalsit dalam rekahan
atau dalam rengkaian drill pipe,
pipe, terutama menandai
air yang mengandung konsentrasi karbon dioksida
tinggi.
Pada konsentrasi karbon dioksida yang tetap,
serta pada temperatur yang diberikan, konsentrasi
kalsium akan bertambah kira-kira sama dengan
kuadrat dari konsentrasi ion sodium atau ion
potasium. Air dengan salinitas rendah akan
aka n memiliki
perbandingan Na/ Ca yang tinggi, dan sebaliknya
pada air dengan salinitas tinggi.
Pada konsentrasi sodium dan temperatur yang
diberikan, air dengan konsentrasi karbon dioksida
tinggi akan cenderung memiliki konsentrasi kalsium
yang rendah.
2. Non Condensable Gas,
Gas, gas non condensable
condensable adalah
gas yang tidak dapat terkondensasi dan akan menjadi
gas ikutan/ penyerta dari pada uap yang akan
31
diproduksikan. Gas ini dalam fasa uap akan
mengecil maka harga enthalpi akan menurun dan
akan mengakibatkan berkurangnya energi yang
diekstrak. Non condensable gas
gas pada fluida
panasbumi antara lain CO2, H2S, CH4, N2, serta H2.
3.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir Panasbumi
Dalam membicarakan teknik reservoir panasbumi, fluida yang
terlibat didalamnya yaitu air (water
(water ) dan uapair ( steam).
steam). Adapun sifat-
sifat fisik fluida reservoir panasbumi tersebut akan diuraikan sebagai
berikut.
Densitas fluida (ρ) didefinisikan sebagai perbandingan antara berat
dari suatu massa per satuan volume. Densitas merupakan salah satu sifat
fisik reservoir panasbumi yang cukup berperan dalam mempelajari
karakteristik fluida reservoir panasbumi, dimana di dalamnya terdapat
dua fasa fluida yaitu fasa cair dan fasa uap air. Satuan densitas adalah
3
massa/ volume, biasanya kg/ m .
Viskositas (μ), secara umum viskositas fasa cair dan fasa uap
dipengaruhi oleh temperatur, selain itu juga dipengaruhi unsur-unsur
kimia terlarut dan hanya sedikit bervariasi terhadap tekanan. Komponen
utama yang akan berpengaruh adalah NaCl, KCl dan CaCL2. Satuan
viskositas yang umum adalah Pa.s (kg/ m.s). N. s/ m2.
Spesifik volume (S) memiliki dimensi satuan m3/ kg dimana
dimensi tersebut merupakan fungsi kebalikan dari densitas dengan
3
dimensi satuan kg/ m . Spesifik volume memiliki simbol v, dimana dari
spesifik volume dapat ditentukan densitas, temperatur
t emperatur dan saturasi, hal ini
diperoleh dengan berdasarkan analisis dimensinya.
Tegangan permukaan (σ), tegangan permukaan air formasi
panasbumi dipengaruhi oleh keadaan reservoir seperti tekanan dan
temperatur. Sedangkan pengaruh dari tekanan sangat kecil sekali.
32
Tegangan permukaan berbagai larutan mendekati nol pada temperatur
kritisnya karena tegangan permukaan gas adalah nol. Pengaruh unsur-
unsur yang terlarut dalam air formasi panasbumi mempengaruhi tegangan
permukaan, yaitu makin besar unsur-unsur terlarut maka makin besar
pula tegangan permukaannya.
Energi dalam spesifik (internal energi) (U) adalah ukuran
banyaknya panas yang terkandung di dalam suatu material per satuan
massa. Sedangkan energi enthalpy (h) adalah jumlah energi dalam dan
energi yang dihasilkan oleh kerja tekanan (enthalpi spesifik). Entropi
(dS) adalah perbandingan panas yang ditransfer selama proses reversible
dengan temperatur absolut, selanjutnya bila sebuah proses yang memiliki
entropi konstan atau tidak ada perubahan entropi disebut sebagai proses
isotropik atau isentropik.
33
BAB IV
GEOKIMIA FLUIDA PANASBUMI
34
Ciri fisik fluida jenis ini biasanya berwarna keruh, sering berasosiasi
dengan kolam lumpur dan collapse creater . Warna keruh dan kandungan Al
dan Fe yang cukup tinggi mengindikasikan adanya pelarutan batuan, hal ini
disebabkan karena fluida jenis ini cenderung reaktif terhadap batuan yang
dilewatinya.
4.1.3 Air bikarbonat
Fluida jenis ini dicirikan dengan kandungan Cl yang rendah,
kandungan sulfat juga rendah dan bikarbonat ( HCO3 ) sebagai anion
utamanya. Pada sistem yang berasosiasi dengan batuan vulkanik biasanya air
bikarbonat terbentuk pada bagian yang dangkal di tepi lapangan oleh
kondensasi uap di bawah muka airtanah. Pada sistem yang berasosiasi dengan
batuan sedimen pembentukan fluida jenis ini dikontrol oleh keberadaan
batugamping. Air bikarbonat cenderung sedikit asam bisa juga netral atau
sedikit basa.
4.1.4 Brine
4.1.4 Brine
Fluida ini terbentuk dengan berbagai cara seperti pelarutan sikuen
endapan evaporit oleh air meteorik, terperangkapnya connate water pada
cekungan sedimentasi serta proses –
proses – proses
proses lainnya. Brine
lainnya. Brine merupakan
merupakan larutan
yang berkonsentrasi tinggi, pH menunjukkan asam lemah dengan unsur utama
adalah Cl ( 10000 hingga lebih dari 100000 ppm ). Konsentrasi Na ( kation
utama ), K dan Ca tinggi, densitas brine
brine biasanya tinggi sehingga tidak
muncul di permukaan.
4.1.5 Air meteorik
Airtanah biasanya mengandung Ca, Mg, Na, K, SO4, HCO3 dan Cl
selain itu terdapat pula Fe, SiO2 dan Al. Selain itu airtanah juga biasanya
mengandung gas terlarut berupa O2 dan N2. Air sungai mempunyai anion
utama HCO3 dan kation utama adalah Ca sedangkan air hujan mempunyai
anion utama Cl dan kation utama Na.
35
Fluida – fluida panasbumi cenderung memiliki kandungan senyawa yang
hampir sama dengan konsentrasi yang bervariasi yang disebabkan oleh beberapa
sebab yaitu :
- temperatur
- input magmatik atau komposisi magma sebagai heat source
- jenis batuan yang dilewati
- kondisi dan lamanya interaksi fluida dan batuan
- proses boiling dan
dan mixing
Fluida panasbumi tersebut dianalisis dengan tujuan untuk :
- mengetahui distribusi berbagai jenis air
- mempelajari efek boiling dan
dan mixing
- menafsirkan suhu dan pH reservoir
- menduga terbentuknya scaling dan korosi pada pipa alir
- memonitor perubahan reservoir terhadap waktu
4.2 Geotermometer air
Proses interaksi fluida batuan yang terjadi pada bagian dalam sistem
panasbumi memiliki arti
art i yang sangat penting dalam ko mposisi fluida dan merupakan
alasan mengapa geotermometer fluida diterapkan untuk memperkirakan temperatur
reservoir panasbumi. Geotermometer merupakan cara memperkirakan suhu reservoir
panasbumi yang didasarkan
d idasarkan pada keberadaan zat –
zat – zat
zat terlarut pada fluida panasbumi
dimana konsentrasi fluida tersebut sangat bergantung suhu. Geotermometri
dikembangkan berdasarkan kesetimbangan kimia yang bergantung suhu, antara air
dan mineral pada kondisi reservoir yang dalam.
Aplikasi konsep geotermometer berdasarkan asumsi bahwa apabila fluida
bergerak dengan cepat ke permukaan fluida akan mempertahankan komposisi
kimianya selama perjalanan dari reservoir ke permukaan karena tidak atau sedikit
sekali mengalami percampuran. Namun pada kenyataannya fluida dapat mengalami
perubahan dalam perjalanan dari reservoir ke permukaan. Perubahan tersebut terjadi
karena adanya proses mixing, dilution, boiling , dan juga pelarutan batuan samping
36
sehingga dalam perhitungan geotermometer harus mempertimbangkan faktor –
faktor – faktor
faktor
tersebut dan diusahakan memilih unsur atau senyawa yang tepat untuk
geotermometer fluida.
4.2.1 Geotermometer Silika ( Fournier,1977 )
Geotermometer silika dibuat berdasarkan kelarutan berbagai jenis
silika dalam air sebagai fungsi dari temperatur yang ditentukan dengan
percobaan atau eksperimen. Reaksi yang menjadi dasar pelarutan silika dalam
air adalah SiO2 (s) + 2H2O → H4SiO4
Pada kebanyakan sistem panasbumi fluida di kedalaman mengalami
ekuilibrium
ekuilibrium dengan kuarsa. Pada fluida dengan reservoir bersuhu > 220˚C
kuarsa dapat mengendap akibat pendinginan perlahan, apabila pendinginan
berlangsung dengan
de ngan sangat cepat ( misalnya pada mulut mataair ) maka yang
terbentuk atau mengendap adalah silika amorf. Berdasarkan data simulasi
variasi kelarutan atau konsentrasi silika terhadap variasi suhu maka secara
logika dapat diperkirakan temperatur fluida apabila terdapat data konsentrasi
fluida di dalam fluida yaitu dengan analisis kimia sampel air.
37
Gambar 4.2 diagram kelarutan beberapa macam mineral silika terhadap temperatur,
kurva A silika amorf, kurva B opal, kurva C kristobalit, kurva D kalsedon kurva E
kuarsa
38
Geotermometer Persamaan Referensi
Quartz T = 42.198 + 0.28831C-3.6686 x Fournier & Potter (1982)
-4 2 -7 3
10 C + 3.1665 x 10 C +
77.034 log C
Quartz T = 53.500 + 0.11236C-0.5559x Arnorsson (1983)
-4 2 -7 3
10 C + 0.1772x10 C + 88.390
log C
Chalcedony T = 1032 / (4.69-log C) –
C) – 273.15
273.15 Fournier (1977)
Chalcedony T = 1112 / (4.91-log C) –
C) – 273.15
273.15 Arnorsson (1983)
Cristobalite
Cristobalite T = 1000 / (4.78-log C) –
C) – 273.15
273.15 Fournier (1977)
Opal T = 781 / (4.51-log C) –
C) – 273.15
273.15 Fournier (1977)
Keterangan : C = konsentrasi
ko nsentrasi SiO2 dalam fluida
39
Geotermometer Persamaan Referensi
Na - K T = [1178 / (1.470+log(Na/K))] –
(1.470+log(Na/K))] – 273.15
273.15 Nieva & Nieva
(1987)
Na - K T = [1390 / (1.750+log(Na/K))] –
(1.750+log(Na/K))] – 273.15
273.15 Giggenbach (1988)
40
- Jika R > 50 dianggap bahwa air berasal dari kesetimbangan pada
suhu yang lebih rendah ( T hamper sama dengan suhu terukur )
- Jika T > 70˚C dan R < 50 gunakan R untuk mencari ΔTMg dari
grafik koreksi Mg.
- Hitung T Na – K – Ca terkoreksi dengan cara : T Na-K-Ca
terhitung - ΔTMg
Koreksi Mg biasanya diterpkan untuk sistem panasbumi yang relative
dingin, cocok dipakai untuk mataair – mataair pada kondisi sub boiling
dengan discharge rate tinggi.
rate tinggi.
41
4.2.4 Geotermometer Na-Li ( Fouliac & Michard,1981 )
Geotermometer empiris ini didasarkan pada rasio Na/Li ada dua
persamaan masing –
masing – masing
masing untuk fluida dengan kandungan Cl < 11.000 ppm
dan Cl > 11.000 ppm yaitu :
42
4.3 Geoindikator dan Tracer
Giggenbach ( 1991 ) membagi zat – zat terlarut dalam dua kategori yaitu
geoindikator dan tracer. Tracer secara geokimia bersifat inert yang artinya akan sulit
bereaksi dengan senyawa lain dan apabila berada dalam fluida panasbumi akan
bersifat tetap
tet ap dan dapat dilacak asal –
asal – usulnya.
usulnya. Contoh dari tracer ini adalah klorida
dan boron. Boron dalam bentuk H3BO3 atau HBO2 merupakan unsure diagnostik
yang artinya dapat digunakan untuk melacak asal –
asal – usul
usul dari fluida panasbumi. Air
klorida dari suatu mataair atau sumur panasbumi biasanya mengandung 10 –
10 – 50
50 ppm
Boron terlarut. Kandungan Boron yang sangat tinggi ( hingga ratusan ppm ) biasanya
mencirikan asosiasi sistem panasbumi dengan batuan sedimen yang kaya zat organik
atau evaporit.
Geoindikator adalah zat terlarut yang bersifat reaktif dan mencerminkan
lingkungan ekuilibrium atau kesetimbangan, misalnya Na, K, Li, Rb. dan Cs.
Konsentrasi Na dan K dikontrol oleh interaksi fluida dengan batuan yang bergantung
pada temperatur. Na merupakan kation utama pada fluida panasbumi dengan
konsentrasi yang berkisar 200 – 2000 ppm. Apabila perbandingan Na dengan K
semakin kecil maka dapat diinterpretasikan bahwa temperatur semakin tinggi. Li, Rb
dan Cs sering disebut sebagai rare alkalies
alkalies dan merupakan unsur yang mudah larut
dari batuan. Li, Rb dan Cs merupakan unsur yang sering dipakai bersama Cl dan B
untuk karakterisasi fluida. Ketiga unsur ini mudah bergabung dengan mineral
sekunder, sehingga diprediksi semakin jauh jarak migrasi dari fluida ke permukaan
maka konsentrasinya akan semakin berkurang. Konsentrasi umum Li berkisar
< 20 ppm, Rb < 2 ppm dan Cs < 2 ppm. Li sering terserap oleh mineral klorit, kuarsa
dan mineral lempung sehingga pada zona upflow rasio
upflow rasio B/Li rendah sedangkan pada
zona outflow rasio
outflow rasio B/Li tinggi.
t inggi.
Penggunaan Cl, B, Li, Na, K dan Mg sebagai geoindikator dan tracer
diterapkan dengan metode sederhana yaitu ploting pada diagram segitiga. Plotting ini
merupakan cara yang tepat untuk mengkaji aspek kimia fluida mataair panas maupun
fluida sumur panasbumi. Untuk memberikan gambaran interpretasi data geokimia
43
dapat diinterpretasi dengan bantuan diagram segitiga berikut ditampilkan data hasil
analisis fluida panasbumi dari berbagai daerah.
44
Catatan : konsentrasi dinyatakan dalam mg/kg atau ppm.
Plotting diagram segitiga Cl – SO4 – HCO3 mempermudah
pengelompokan dan pemeriksaan trend sifat kimia fluida.
45
S = [Cl] / 100 + [Li]
[L i] + [B] / 4
% B = ( ([B]/4) /S ) .100
% Li = ([Li]/S ) .100
% Cl = [Cl] / S
46
1/2
% Mg = ( 100 [Mg] )/S
% K = [K] / S
47
BAB V
KESIMPULAN
Dari pemaparan yang telah disajikan dalam makalah ini maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
48
DAFTAR PUSTAKA
49