Professional Documents
Culture Documents
Persatuan / Kesatuan:
Persatuan/kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah.
Persatuan/kesatuan mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam
menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.”Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia berarti
persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan itu didorong untuk mencapai
kehidupan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.
Di dalam persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia, terdapat 3 makna penting di dalamnya, yaitu:
-->Menjalin rasa kekeluargaan, persahabatan dan sikap saling tolong menolong antar sesama dan
bersikap nasionalisme.
-->Menjalin rasa kemanusiaan memiliki sikap saling toleransi serta keharmonisan untuk hidup secara
berdampingan.
-->Rasa persatuan dan kesatuan menjalin rasa kebersamaan dan saling melengkapi satu sama lain.
Kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam proses yang dinamis dan
berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk dari proses yang tumbuh dari
unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa dalam jangkauan waktu yang
lama sekali.
Berdasarkan artefak yang ditinggalkan, mereka mengalami hidup tiga jaman yaitu :
1. Paleolitikum
2. Mesolitikum
3. Neolithicum
Inti dari kehidupan bangsa Indonesia pada masa Pra Sejarah hakekatnya adalah nilai-
nilai Persatuan dan kesatuan, yaitu :
1. Nilai Religi
- Adanya kerangka mayat pada Paleolitikum menggambarkan adanya
penguburan, terutama Wajakensis dan mungkin Pithecanthropus Erectus, serta
dalam menghadapi tantangan alam tenaga gaib yang sangat tampak.
- ditemukan alat-alat, baik dari batu maupun perunggu yang digunakan untuk
aktifitas religi seprti upacara mendatangkan hujan, dll.
- Adanya keyakinan terhadap pemujaan roh leluhur juga dan penempatan menhir
di tempat-tempat yang tinggi yang dianggap sebagai tempat roh leluhur, tempat
yang penuh keajaiban dan slelebagai batas antara dunia manusia dan roh
leluhur.
Jelas bahwa masa Pra Sejarah sudah mengenal nilai-nilai kehidupan religi dalam makna
animism dan dinamisme sebagai wujud dari religious behavior.
3. Nilai Kesatuan
- Adanya kesamaan bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia,
sehingga muncul kesamaan dalam kosa kata dan kebudayaan.
- Kecakapan berlayar karena menguasai pengetahuan tentang laut, musim,
perahu, dan astronomi, menyebabkan adanya kesamaan karakteristik
kebudayaan Indonesia.
-
4. Nilai Musyawarah
- Kehidupan bercocok tanam dilakukan secara bersama-sama. Mereka sudah
memiliki aturan untuk kepentingan bercocok tanam, sehingga memungkinkan
tumbuh kembangnya adat sosial.
- Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga atau suku yang
dipimpin oleh seorang kepala suku yang dipilih secara musyawarah berdasarkan
Primus Inter Pares (yang pertama diantara yang sama).
5. Nilai Keadilan Sosial
- Dikenalnya pola kehidupan bercocok tanam secara gotong-royong berarti
masyarakat pada saat itu telah berhasil meninggalkan pola hidup foodgathering
menuju ke pola hidup food producing. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu
upaya kearah perwujudan kesejahteraan dan kemakmuran bersama sudah ada.
- Sistem perdagangan telah diatur dengan baik, dimana Pemerintah melalui pegawai
Raja membentuk suatu badan untuk mengumpulkan hasil kerajinan rakyat supaya
rakyat mengalami kemudahan dalam pemasarannya.
- Selain itu juga sudah ada badan yang yang bertugas mengurus pajak, harta benda
kerajaan, kerohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan, gedung-
gedung dan patung-patung suci sehingga kerajaan dapat menjalankan sistem
negaranya dengan nilai-nilai ketuhanan
- Pada zaman Kerajaan Sriwijaya telah didirikan Universitas Agama Budha yang sudah
dikenal di Asia, Pelajar dari Universitas ini dapat melanjutkan studi ke India, banyak
guru-guru tamu yang mengajar disini dari India, seperti Dharmakitri. Cita-cita
kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah tercermin dalam Kerajaan Sriwijaya
sebagaimana tersebut dalam perkataan "Marvuai Vannua Criwijaya Siddhayatra
Subhika" (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).
Pada Hakekatnya Nilai-nilai budaya persatuan dan kesatuan Kerajaan Sriwijaya telah
menunjukan nilai-nilai pancasila, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai religi, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu yang hidup berdampingan
secara damai. Dan pada Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan
pengembangan agama Budha.
b. Nilai peri kemanusiaan, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India meunjukan telah
tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas aktif
e. Nilai keadilan sosial, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan
sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
Di wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula kerajaan Singasari (pada abad
ke XIII), yang kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya
kerajaan Majapahit.
Agama yang dilaksanakan pada zaman Majapahit ini adalah Agama Hindu dan Budha
yang saling hidup berdampingan secara damai. Pada masa ini mulai dikenal beberapa isitilah
dan Nilai-nilai persatuan dan kesatuan pada Kerajaan Majapahit, antara lain:
1) Nilai Religi, terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan
secara damai. Istilah Pancasila terdapat dalam buku 'Negrakertagama karangan
Empu Prapanca dan Empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang terdapat seloka
persatuan nasional yang berbunyi "Bhineha Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrud\
artinya walaupun berbeda-beda namun satu jua dan tidak ada agama yang memiliki
tujuan yang berbeda.
2) Nilai peri kemanusiaan, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan
kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan kamboja. Disamping itu juga mengadakan
persahabatan dengan Negara-negara tetangga.
3) Nilai kesatuan, terwujud dengan keutuhan kerajaan , khususnya Sumpah Palapa, yang
di ucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-menteri
tahun 1331 yang berbunyi: "Saya baru akan berhenti berpuasa makan palapa, jika
selurnh nusantara tertakluk di bawah kekuasaan Negara, jika gurun, Seram, Tanjung,
Ham, pahang, Dempo, Bali Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan"
4) Nilai musyawarah, Terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan Majapahit
yang menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut prasasti Kerajaan
Brumbang (1329), dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam
penasehat kerajaan , seperti Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yang berarti
memberikan nasehat kepada Raja. Kerukunan dan gotong royong dalam kehidupan
masyarakat telah menumbuhkan adat bermusyawarah untuk mufakat dalam
memutuskan masalah bersama.
5) Nllai keadilan social, dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad yang
ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
Zaman Penjajahan
Pada akhir abad ke XVI Bangsa Belanda datang juga ke Indonesia. Untuk
menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri (Belanda) kemudian
mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama
V.O.C.,(Verenigde Oost Indische Compagnie), yang dikalangan rakyat
dikenal dengan istilah ‘Kompeni’.
Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya
mengadakan perlawanan dan penyerangan ke Bataviapada tahun 1628 dan
1629, walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral J .P.
Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang ke dua itu.
Beberapa saat setelah sultan Agung mangkat maka mataram menjadi
bagian kekuasaan kompeni. Dimakasar yang memiliki kedudukan yang
sangat vital berhsil juga dikuasai oleh kompeni tahun (1667)
Pada abad itu sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan keras
untuk memperkuat dan mengintensifkan kekuasaan di Indonesia. Melihat
praktek-praktek penjajahan Belanda tersebut maka meledaklah
perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara, antara lain :
- Jlentik, Polim, Teuku Tjik di Tiro, Teuku Umar dalam perang Aceh
(1860),