Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Amalia Nur Azizah, S.Ked
K1A1 13 005
Pembimbing :
dr. I Putu Sudayasa, M.Kes
d) Sumber Data
Hasil pencatatan kegiatan Puskesmas dan Laporan Profil PSM/UKBM
e) Rujukan
o Kepmenkes Nomor 564/VIII tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga.
o Juknis penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam
pengembangan desa siaga.
o Juknis pengembangan dan penyelenggaraan Pos Kesehatan Desa
f) Indikator Desa Siaga :
o Forum Masyarakat Desa/FMD atau Forum Masyarakat Peduli
Kesehatan.
o Sarana Yankesdas dan system rujukannya.
o UKBM yang dikembangkan.
o Sistem Pengamatan Penyakit dan Faktor Resiko berbasis Masyarakat
o Kesiap siagaan pnenggulangan bencana dan kegawat daruratan
berbasis masyarakat.
o Upaya menciptakan dan mewujudkan kesehatan lingkungan
o Upaya menciptakan dan terwujudnya PHBS
o Upaya menciptakan dan terwujudnya Kadarzi.
g) Indikator Desa Siaga AKtif
a. Petugas :
1) Pelatihan Bidan ( 1 desa : 1 bidan )
2) Pelatihan Kader dan Toma ( 1 desa : 2 kader + 1 toma )
b. Masyarakat :
1) Pembentukan Forum
2) FMD melakukan pertemuan minimal 3 x/tahun
3) SMD, minimal 2 x/tahun.
4) MMD, minimal 2 x/tahun
c. Pelaksanaan /Kegiatan :
1) Pelayanan Kesehatan Dasar
2) Kader dan Toma melakukan surveilence berbasis masyarakat
(pengamatan sederhana) terhadap KIA,Gizi, Kesling, Penyakit,
BHBS, melakukan pendataan PHBS melalui survey cepat.
3) Pertemuan tindak lanjut penemuan hasil surveilence dalam
rangka meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat ( 1 bulan
sekali ).
4) Alih pengetahuan dan olah ketrampilan melalui pertemuan : 2
kali/tahun.
5) Pertemuan Forum Masyarakat Desa untuk membahas masalah
kesehatan dengan memanfaatkan forum yang ada di desa (1
bulan sekali)
h) Strata :
a. Desa Siaga :
1) Pratama : 4 Indikator
2) Madya : 4 Indikator + 2 Indikator lain
3) Purnama : 4 Indikator + 4 Indikator lain ( semua indikator )
b. Desa Siaga AKtif :
Konversi Indikator Madya atau Utama
2. Posyandu
Dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh Depkes, Posyandu
secara umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu: (1) Posyangu
Pratama; (2) Posyandu Madya; (3) Posyandu Purnama dan (4). Posyandu
Mandiri.
a) Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai
oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta
jumlah kader terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak
terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, disamping jumlah kader
yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi
yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi
masyarakat serta menambah jumlah kader.
b) Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya
masih rendah yaitu < 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk
perbaikan peringkat adalah meningkat cakupan dengan mengikut
sertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan
kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.
c) Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta
mampu menyelenggarakan program tambahan seta telah memperoleh
sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang
pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja
Posyandu.
d) Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5
(lima) orang atau lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat yang pesertanya
lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu
Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana
sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.
Secara sederhana indikator untuk tiap peringkat Posyandu dapat
diuraikan sebagai berikut :
3. PHBS
Keberhasilan pembinaan PHBS dapat dilihat dari pencapaian upaya-
upaya yang dilakukan di pusat, provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, desa,
kelurahan, dan di berbagai tatanan lain.
a) Pusat
o Adanya kebijakan nasional yang mendukungoperasionalisasi
pembinaan PHBS di semua tatanan.
o Terlaksananya advokasi terhadap Pemerintah Provinsi dan pihak-
pihak lain untuk mendukungpembinaan PHBS di semua tatanan.
o Terselenggaranya bina suasana lingkup nasional yangmendukung
pembinaan PHBS di semua tatanan.
o Adanya sistem informasi nasional PHBS yangterintegrasi di sistem-
sistem informasi Kementerianterkait.
o Adanya dan tersosialisasikannya petunjuk pelaksanaan pembinaan
PHBS di semua tatanan.
o Terselenggaranya pelatihan untuk pelatih (training of trainers-TOT)
pembinaan PHBS untuk aparaturprovinsi.
o Teralokasikannya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
peningkatan kinerja Puskesmas danjaringannya untuk pembinaan
PHBS.
o Terselenggaranya pertemuan berkala (minimal 2 kali setahun) untuk
pemantauan pembinaan PHBS disemua tatanan.
o Adanya pembinaan PHBS di semua tatanan yangterintegrasi secara
berjenjang
b) Provinsi
o Adanya kebijakan koordinasi yang mendukungoperasionalisasi
pembinaan PHBS di semua tatanan.
o Terlaksananya advokasi terhadap Pemerintah Kabupaten dan
Pemerintah Kota serta pihak-pihaklain untuk mendukung pembinaan
PHBS di semuatatanan.
o Terselenggaranya bina suasana lingkup provinsi yangmendukung
pembinaan PHBS di semua tatanan.
o Adanya Sistem Informasi PHBS lingkup provinsi yangterintgrasi di
sistem informasi Kementerian terkait.
o Terselenggaranya pelatihan untuk pelatih (training of trainers – TOT)
pembinaan PHBS untuk aparaturkabupaten dan kota.
o Terselenggaranya pertemuan berkala (minimal 2 kali setahun) untuk
pemantauan pembinaan PHBS disemua tatanan.
o Adanya pembinaan PHBS di semua tatanan yangterintegrasi secara
berjenjang.
c) Kabupaten/Kota
o Adanya kebijakan koordinasi yang mendukungoperasionalisasi
pembinaan PHBS di semua tatanan.
o Terlaksananya advokasi terhadap Pemerintah Kecamatan dan pihak-
pihak lain untuk mendukungpembinaan PHBS di semua tatanan.
o Terselenggaranya bina suasana lingkup kabupaten/ kota yang
mendukung pembinaan PHBS di semuatatanan.
o Adanya Sistem Informasi PHBS lingkup kabupaten/ kota yang
terintegrasi di sistem informasiKementerian terkait.
o Terselenggaranya pelatihan pembinaan PHBS untuk para pengelola
instansi pendidikan, tempat kerja,tempat umum, fasilitas pelayanan
kesehatan,aparatur desa dan kelurahan, KPM,
lembagakemasyarakatan dan pihak-pihak lain.
o Terselenggaranya pertemuan berkala (minimal 3 kali setahun) untuk
pemantauan pembinaan PHBS disemua tatanan.
o Adanya pembinaan PHBS di semua tatanan yangterintegrasi secara
berjenjang.
d) Kecamatan
o Terkoordinasinya penerapan kebijakan terkait dengan pembinaan
PHBS di semua tatanan.
o Terlaksananya advokasi terhadap aparat desa dankelurahan serta
pihak-pihak lain untuk mendukungpembinaan PHBS di semua
tatanan.
o Terselenggaranya bina suasana lingkup kecamatan yang
melaksanakan pembinaan PHBS di semuatatanan.
o Adanya Sistem Informasi PHBS lingkup kecamatan yang terintegrasi
di sistem informasi Kementerianterkait.
o Adanya pembinaan PHBS di semua tatanan yangterintegrasi secara
berjenjang.
e) Desa/Kelurahan (Tatanan Rumah Tangga)
o Adanya peraturan di desa atau kelurahan yangmelandasi pembinaan
PHBS Di Rumah Tangga.
o Adanya peran aktif pemuka masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan dalam pembinaan PHBSDi Rumah Tangga.
o Meningkatnya persentase Rumah Tangga Ber-PHBS.
f) Tatanan Instansi Pendidikan
o Tersedia sarana untuk mencuci tangan menggunakan sabun.
o Tersedia sarana untuk mendapatkan makanan dan minuman sehat.
o Tersedia jamban sehat.
o Tersedia tempat sampah.
o Terdapat larangan untuk tidak merokok.
o Terdapat larangan untuk tidak mengkonsumsi NAPZA.
o Terdapat larangan untuk tidak meludah disembarang tempat.
o Terdapat kegiatan memberantas jentik nyamuk secara rutin
g) Tatanan Tempat Kerja
o Tersedia sarana untuk mencuci tangan menggunakan sabun.
o Tersedia sarana untuk mendapatkan makanan dan minuman sehat.
o Tersedia jamban sehat.
o Tersedia tempat sampah.
o Terdapat peraturan berkaitan dengan K3.
o Terdapat larangan untuk tidakk merokok.
o Terdapat larangan untuk tidak mengonsumsi NAPZA.
o Terdapat larangan untuk tidak meludah disembarang tempat.
o Terdapat kegiatan memberantas jentik nyamuk secara rutin.
h) Tatanan Tempat Umum
o Tersedia sarana untuk mencuci tangan menggunakan sabun.
o Tersedia jamban sehat.
o Tersedia tempat sampah.
o Terdapat larangan untuk tidak merokok.
o Terdapat larangan untuk tidak mengonsumsi NAPZA.
o Terdapat larangan untuk tidak meludah disembarang tempat.
o Terdapat kegiatan memberantas jentik nyamuk secara rutin.
i) Tatanan Fasilitas Kesehatan
o Tersedia sarana untuk mencuci tanngan menggunakan sabun.
o Tersedia sarana untuk mendapatkan makanan dan minuman sehat.
o Tersedia jamban sehat.
o Tersedia tempat sampah.
o Terdapat peraturan berkaitan dengan K3.
o Terdapat larangan untuk tidak merokok.
o Terdapat larangan untuk tidak menggunakan NAPZA.
o Terdapat larangan untuk tidak meludah disembarang tempat.
o Terdapat kegiatan memberantas jentik nyamuk secara rutin
C. Pelayanan KIA
Indikator yang hanya digunakan untuk pemantauan kesehatan dasar pada
ibu berdasarkan standar pelayanan minimal meliputi:
1) Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)
1. Definisi Operasional
waktu tertentu.
2. Fungsi Indikator
menggerakan masyarakat.
Keterangan:
a. Jumlah kunjungan ibu hamil pertama (K1) yang diambil dari total semua
menggunakan rumus:
1. Definisi Operasional
distribusi waktu satu kali pada trimester ke-1, satu kali pada
trimester ke-2 dan dua kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah
2. Fungsi Indikator
a. Jumlah kunjungan ibu hamil pertama (K1) yang diambil dari total semua
menggunakan rumus:
a. Definisi Operasional
b. Fungsi Indikator
Keterangan:
a. Jumlah ibu hamil, bersalin, dan nifas dengan komplikasi yang ditangani
b. Nilai ini diambil dari 20% dari jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun.
a. Definisi Operasional
b. Fungsi Indikator
menggunakan rumus:
berikut:
a. Definisi Indikator
dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit tiga kali
b. Fungsi Indikator
Keterangan:
a. Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh tiga kali pelayanan nifas
b. Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin.
D. Pelayanan Gizi
1) Ibu Hamil
Untuk memperbaiki gizi ibu sewaktu hamil, tenaga kesehatan di tingkat
Puskesmas dan Posyandu, termasuk praktik swasta, sebaiknya
diberikan pelatihan rutin tentang pelayanan ibu hamil. Pelayanan ibu
hamil (Antenatal Care-ANC) yang dilakukan sebanyak 4 kali dapat berisi
hal-hal sebagai berikut:
o Memperbaiki asupan makanan pada saat hamil, dengan penekanan
pada peningkatan kuantitas, perbaikan kualitas, serta
penganekaragaman makanan untuk meningkatkan berat badan
selama hamil
o Memberikan konseling mengenai kenaikan berat badan optimal
berdasarkan berat ibu sebelum hamil*, dan mencatat kenaikan berat
badan saat hamil
o Memberi obat cacing pada ibu hamil
o Memperbaiki status zat besi dan folat pada saat hamil dengan
mengkonsumsi suplementasi zat besi dan asam folat
o Mempromosikan istirahat yang cukup dan menurunkan beban kerja
pada saat hamil
o Menurunkan defisiensi kalsium pada saat hamil untuk menurunkan
risiko pre-eklampsia
o Mempromosikan perilaku bersih dan konsumsi makanan yang aman
sewaktu hamil, sehingga ibu dan keluarga mempunyai waktu yang
cukup untuk berlatih sebelum kelahiran bayi
o Mempromosikan inisiasi menyusu dini (IMD) dalam waktu 1 jam
setelah melahirkan dan ASI eksklusif sampai 6 bulan
o Melibatkan suami dan keluarga untuk menjamin ibu mendapat cukup
perawatan saat hamil.
o Pertambahan berat badan optimal hingga akhir kehamilan adalah
sebagai berikut:
(1) 11,3-15,9 kg untuk wanita dengan berat badan normal sebelum
hamil (IMT 18,5-24,9);
(2) 12,7-18,1 kg untuk wanita kurus (IMT kurang dari 18,5);
(3) 6,8-11,3 kg untuk wanita dengan kelebihan berat badan (IMT 25-
29,9); dan
(4) 5,0-9,1 untuk wanita gemuk. Rumus menghitung Indeks Masa
Tubuh (IMT) adalah BB (kg)/TB (M)2 (American College of
Obstetricians and Gynecologists, 2013).
2) Ibu Bersalin
Untuk memperbaiki gizi ibu setelah melahirkan dan menurunkan
kematian ibu dan anak, tenaga kesehatan di tingkat Puskesmas dan
Posyandu, termasuk praktik swasta, perlu diberi pelatihan secara rutin
dan memfasilitasi hal-hal berikut:
o Memastikan bahwa memberikan pelayanan standar yang mencakup
konseling untuk mendukung IMD, ASI eksklusif, gizi setelah
melahirkan, keluarga berencana, dan jarak antar kelahiran yang
sehat (healthy birth spacing)
o Memperbaiki asupan makanan setelah melahirkan, dengan
penekanan pada peningkatan kuantitas, perbaikan kualitas, dan
penganekaragaman makanan untuk mendukung pemberian ASI yang
optimal
o Memperbaiki status zat besi dan asam folat setelah melahirkan
dengan mengkonsumsi suplementasi zat besi dan asam folat
o Mempromosikan istirahat yang cukup dan menurunkan beban kerja
pada saat setelah melahirkan
o Mempromosikan jarak antar kelahiran yang tepat melalui
penggunaan kontrasepsi
o Melibatkan suami dan keluarga untuk memastikan bahwa ibu
mendapatkan pelayanan dan perawatan pasca melahirkan yang
tepat.
3) Bayi Baru Lahir
Untuk memperbaiki gizi neonatal dan menurunkan kematian anak,
tenaga kesehatan di tingkat Puskesmas dan Posyandu, termasuk praktik
swasta perlu diberi pelatihan secara rutin serta memfasilitasti hal-hal
berikut:
o Mempromosikan inisiatif Baby-Friendly Hospital di seluruh Indonesia
o Mempromosikan inisiasi ASI eksklusif dalam waktu 1 jam setelah
lahir
o Pemberian dukungan yang terus menerus pada ibu untuk mencapai 6
bulan ASI ekslusif
o Pencegahan pemberian minuman lain (pre-lakteal) pada bayi baru
lahir sebelum mendapat ASI
o Mempromosikan metode kanguru (mendekap bayi di dada ibu/ayah
dengan kulit bayi menempel kulit ibu), sejak dini dan
berkesinambungan, dimulai pada saat di fasilitas kesehatan dan
diteruskan hingga di rumah
o Mempromosikan kebersihan, sanitasi, dan perilaku keamanan
pangan yang optimal bersama dengan pengasuh dan keluarga bayi.
4) Anak Usia Di Bawah 5 Tahun
o Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)
o Kebersihan, Sanitasi, dan Keamanan Pangan yang Optimal
o Suplementasi zat besi dan asam folat, Konsumsi makanan kaya zat
besi/makanan fortifikasi, Pengobatan Kecacingan, dan Suplementasi
Vitamin A
o Pemantauan Pertumbuhan dan Promosi yang fokus pada anak
dibawah umur 2 tahun hingga anak dibawah umur 5 tahun
o Identifikasi dan Pengobatan Kurang Gizi Akut pada Anak di Area
yang Berisiko Tinggi
o Upaya Promosi mengenai Pengasuhan Gizi Anak Sakit yang Optimal
o Perkembangan Anak Usia Dini (Early Childhood Development-ECD)
5) Wanita Usia Subur
Untuk memperbaiki gizi WUS, terutama di usia remaja yang sangat kritis,
petugas kesehatan di Puskesmas dan Posyandu, serta praktik swasta
perlu diberi pelatihan secara rutin mengenai hal berikut:
o Memperbaiki berat badan dan status zat besi dan asam folat WUS,
terutama remaja putri. Pada WUS yang kelebihan berat badan, dapat
disarankan untuk mengurangi berat badan menuju berat badan
normal. Sekitar 35% dari WUS umur 35 hingga 49 tahun kelebihan
berat badan atau obese (Riskesdas 2013). Semua WUS dapat
mengurangi konsumsi gula, garam, dan lemak.
o Memberikan obat cacing dan suplementasi kalsium pada WUS,
terutama remaja putri
o Menunda pernikahan dan kehamilan pertama diatas usia 19 tahun
o Mempromosikan sekolah hingga tamat SMA bagi perempuan dan
laki-laki
o Meningkatkan penggunaan kontrasepsi pada pasangan suami istri,
terutama pasangan usia remaja
o Meningkatkan pengetahuan terhadap metode kontrasepsi modern
pada remaja putri yang belum dan telah menikah, serta keluarga
mereka.