Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This study aims to determine whether there is a decrease in blood pressure and an increase in
peace of soul after dhikr training being given to the elderly who suffer from hypertension. Subjects
in this study were 9 elderly female people with the age range of 55-70 years. The method used in
this research was experimental with pretest and posttest models. Training was conducted in 7
sessions. Measurements were performed before training (pretest) and after the training ended
(posttest). Then the data was analyzed by wilcoxon rank test using SPSS 16. Based on the data
analysis, hypothesis test scores were Z = -2.627 and p = 0.008 (p <0.05). These results indicated a
significant difference between the level of peace of soul in the delivery of training before and after
training sessions.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat penurunan tekanan darah dan
peningkatan ketenangan jiwa setelah diberikan pelatihan dzikir pada lansia yang menderita
hipertensi. Meningkatnya tekanan darah berhubungan dengan buruknya manajemen emosi pada
individu. Hal ini disebabkan emosi-emosi negatif seperti marah serta cemas dapat meningkatkan
kardiovaskuler. Emosi-emosi negatif ini dapat menjadi stresor yang berdampak kepada
kesejahteraan subjektif dan ketenangan jiwa. Dzikir merupakan strategi yang diharapkan mampu
meningkatkan ketenangan jiwa. Subjek pada penelitian ini adalah lansia perempuan dengan
rentang usia 55-70 tahun yang berjumlah 8 orang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
dengan model rancangan pretest dan posttest. Pelatihan dilaksanakan sebanyak 7 pertemuan.
Pengukuran dilakukan sebelum pelatihan (pretest) dan setelah pelatihan berakhir (posttest). Data
dianalisis dengan wilcoxon rank test menggunakan SPSS 16. Berdasarkan hasil analisis data
penelitian diperoleh skor Z = -2,627 dan p = 0,008 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan adanya
perbedaan tingkat ketenangan jiwa yang signifikan sebelum menerima pelatihan dan setelah
pemberian pelatihan.
55
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 55 - 66
56
Efektivitas Pelatihan Dzikir Dalam Meningkatkan Ketenangan Jiwa pada Lansia Penderita Hipertensi (Olivia Dwi K, Yogi Kusprayogi,
Fuad Nashori)
katan tekanan darah yang cenderung kemudian dapat menjadi stressor yang
menetap atau bertambah tinggi sehingga berdampak pada kesejahteraan subjektif
menyebabkan kondisi hipertensinya individu. Subjective well-being atau
menjadi semakin berat (Lawson, Arthur, kesejahteraan subjektif merupakan
BarskyVictor, dan Kaplan, 2007). Semakin kemampuan individu dalam mengevaluasi
berat kondisi stres seseorang maka akan kehidupannya baik secara kognitif maupun
semakin tinggi tekanan darahnya afektif. Secara kognitif yakni kepuasan
(Sugiharto, 2007). hidup (life satisfaction), dan secara afektif
Stres juga dapat terjadi karena kurang meliputi afek positif seperti perasaan
baiknya individu dalam mengelola emosi. bahagia dan bersemangat, serta afek negatif
Menurut WHO (2011) salah satu hal seperti perasaan marah dan cemas
penyebab terjadinya hipertensi yaitu karena sebagaimana yang dikemukakan oleh
buruknya manajemen emosi pada individu. Diener, Lucas, dan Oishi (2002).
Hal tersebut sesuai dengan yang Menurut Diener (2003) untuk
disampaikan oleh Nevid, Rathus, dan mengetahui tingkat subjective well-being
Greene (2005) yang menyatakan faktor atau kesejahteraan subjektif pada individu
psikologis, misalnya emosi-emosi negatif dapat dilihat berdasarkan tiga aspek, yaitu:
terjadi seperti marah dan cemas, juga (a) kepuasan hidup, aspek ini mengacu
merupakan faktor resiko terjadinya pada evaluasi individu terhadap hidupnya
gangguan kardiovaskuler. Pola perilaku dalam bentuk kognisi dan ditetapkan oleh
tersebut diidentifikasikan suatu pola individu itu sendiri (b) afek positif, aspek
kepribadian disebut pola perilaku tipe A ini mengacu pada evaluasi individu dalam
(type A Behavior Patern). Alkohol juga bentuk emosi. Ditandai dengan semangat
dikaitkan dengan hipertensi, dimana yang tinggi, konsentrasi penuh,
peminum alkohol akan cenderung kegembiraan (c) afek negatif, aspek ini
terjangkit penyakit hipertensi (Sidabutar mengacu pada bentuk emosi yang negatif
dan Prodjosujadi, 1990). Hal ini diduga ditandai dengan perasaan tertekan, rasa
karena adanya peningkatan kadar kortisol bersalah, tidak tenang dan rasa takut. Tiga
dan peningkatan volume sel darah merah aspek tersebut menurut Diener (2003)
serta kekentalan darah berperan dalam menjadi indikator apakah seseorang
menaikkan tekanan darah. Alkohol juga memiliki kesejahteraan subjektif yang baik
mempunyai efek pressor langsung pada atau sebaliknya memiliki kesejahteraan
pembuluh darah. Hal ini disebabkan subjektif yang buruk.
alkohol menghambat natrium dan kalium, Kesejahteraan subjektif yang baik akan
sehingga terjadinya peningkatan natrium memengaruhi individu dalam menilai dan
intrasel dan menghambat pertukaran memaknai kehidupan dengan perasaan puas
natrium dan kalsium seluler yang akan serta bahagia, sehingga mampu berinteraksi
memudahkan kontraksi sel otot. Otot secara positif serta mendapatkan penguatan
pembuluh darah akan menjadi lebih sensitif positif dari orang lain. Sejalan dengan hal
terhadap zat-zat pressor seperti angiotensin tersebut, menurut Diener (dalam
dan katekolamin (Sidabutar dan Chandiramani dan Khan 2013), kesejah-
Prodjosujadi, 1990). teraan subjektif merupakan aspek psi-
Penderita hipertensi atau penyakit kologis yang penting dalam menjaga
kardiovaskuler secara subjektif merasa keseimbangan mental dan menanamkan
bahwa penyakitnya akan sulit disembuhkan rasa optimisme yang besar pada diri
atau memerlukan waktu pengobatan yang walaupun berada pada kondisi yang sangat
lama, sehingga menimbulkan stres dalam menekan.
kehidupannya (Muchlas, 1997). Perasaan Dampak positif bagi individu yang
emosi-emosi negatif yang muncul ini memiliki kesejahteraan subjektif tinggi
57
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 55 - 66
ternyata lebih merasa bahagia dan senang Pada umumnya orang yang sedang
serta damai. Menurut Utami (2009) se- menderita sakit diikuti oleh perasaan yang
seorang yang memiliki kesejahteraan sub- cemas dan jiwa yang tidak tenang. Selain
jektif yang tinggi menyatakan bahwa mengkonsumsi obat, berdoa dan berdzikir
dirinya mengalami kepuasan hidup dan dapat menenangkan jiwa individu. Dalam
jarang mengalami emosi yang tidak me- keadaan bagaimanapun juga hendaknya
nyenangkan seperti kesedihan dan kema- ketenangan jiwa tetap dijaga. Sebagaimana
rahan. Pada saat individu merasakan firman Allah dalam QS. Ar Ra’ad: 28,
kepuasan akan hidup, kebahagiaan dan “(yaitu) orang-orang yang beriman dan
tidak mudah putus asa maka pada saat hati mereka menjadi tentram dengan
itulah individu memiliki ketenangan jiwa. mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
Oleh karenanya diperlukan strategi mengingat Allah-lah hati mereka menjadi
manajemen dalam menghindari emosi- tentram.”
emosi negatif yang dapat meredam potensi Dzikir secara bahasa berakar dari kata
tekanan darah tinggi ketika menghadapi dzakara yang artinya mengingat,
suatu masalah dan kondisi yang terjadi di mengenang, memperhatikan, mengenal,
lingkungan individu. Strategi manajemen mengerti dan mengambil pelajaran, dalam
emosi yang baik diharapkan mampu Alquran dimaksudkan dzikir Allah yang
meningkatkan kesejahteraan subjektif artinya mengingat Allah (Anshori, 2003).
individu hingga mampu mencapai Dzikir biasa dilakukan dengan merenung
ketenangan jiwa. dan mengucapkan lafadz-lafadz Allah.
Ketenangan jiwa adalah jiwa yang Dzikir juga dapat dikatakan latihan spiritual
diwarnai sifat-sifat yang menyebabkan untuk menghadirkan Allah dalam hati
selamat dan bahagia. sifat-sifat tersebut manusia dengan menyebut-nyebut nama
adalah syukur, sabar, takut dosa/ siksa, dan sifat Allah sambil mengenang
cinta Allah, mengharapkan pahala Allah, keagungan Allah. Al Kalabadzi (Anshori,
ridho terhadap takdir Allah, dan 2003) “dzikir yang sesungguhnya adalah
memperhitungkan amal perbuatan dirinya melupakan semuanya kecuali Allah” jadi
selama hidup (Al Ghazali, 1984). selama proses dzikir manusia melupakan
Adapun kriteria ketenangan jiwa semua hal tentang urusan duniawi dan
adalah (1) Sabar, merasa ridho dan ikhlas hanya berfokus pada Allah. Dzikir pada
terhadap segala sesuatu yang tidak umumnya dilakukan dengan menyadari
disenangi menimpa dirinya dan kemudian kebesaran Allah dan merasa diawasi oleh
berserah diri kepada Allah. Sabar juga Allah, sehingga dzikir dilakukan seraya
merupakan usaha dengan hati yang mantap menyebut nama kebesaran Allah.
pada Allah untuk mengusahakan tercapai- Adapun secara literal dzikir berarti
nya sesuatu (Asmaran, 1992). (2) Optimis, mengingat, merupakan amaliah yang
memiliki semangat, keyakinan akan terkait dengan ibadah ritual lainnya. Dzikir
harapan yang mampu menumbuhkan cinta juga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk
dan kebaikan dalam tubuh manusia dan kesadaran yang dimiliki seseorang dalam
berkembang pandangannya tentang menjalin hubungan dengan sang pencipta
kehidupan (Ya'kub, 1996). (3) Merasa (Michon dalam Subandi, 2009). Secara
dekat dengan Allah, individu yang selalu umum dzikir adalah mengingat Allah,
merasa dekat dengan Allah akan selalu mengagungkan nama Allah, memuji Allah
merasa diawasi dan dilindungi oleh Allah. atas kekuasaan Allah dan membangun
Oleh karena itu individu akan berhati-hati komunikasi guna mendekatkan diri pada
dalam bertindak dan merasa terlindungi dan Allah (Mustofa, 2006).
dijaga oleh Allah (Kartini dan Jenny, Berbagai macam cara yang dilakukan
1989). individu dalam mengatasi hipertensi yang
58
Efektivitas Pelatihan Dzikir Dalam Meningkatkan Ketenangan Jiwa pada Lansia Penderita Hipertensi (Olivia Dwi K, Yogi Kusprayogi,
Fuad Nashori)
59
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 55 - 66
Levin dan Vanderpool (dalam Hawari dan rentang usia 55-70 tahun. Pemilihan
2005) terhadap penderita penyakit jantung subjek dalam penelitian ini berdasarkan
dan pembuluh darah menemukan bahwa pada banyaknya jumlah usia lansia yang
kegiatan keagamaan (peribadatan), seperti menderita hipertensi di tempat pengambilan
berdoa dan berdzikir dapat memperkecil data penelitian. 9 orang subjek dalam
resiko seseorang untuk menderita penyakit penelitian ini merupakan partisipan yang
jantung dan hipertensi. bertahan mengikuti sesi pelatihan dari awal
Oleh karena itu terapi relaksasi dzikir hingga tahap akhir. Pemilihan subjek
ini dapat digunakan untuk mengurangi berupa jenis kelamin wanita disebabkan
ketegangan secara fisik, emosi, kognitif dan kemungkinan terjadinya darah tinggi lebih
perilaku yang dapat mengakibatkan tekanan besar pada wanita daripada laki-laki.
darah meningkat. Terapi relaksasi dzikir ini Menurut Depkes RI (2013) wanita lebih
membantu individu untuk berkonsentrasi tinggi setelah umur 55 tahun, ketika
kepada ketegangan yang dirasakan lalu seorang wanita mengalami menopause.
melatih individu tersebut untuk relaks.
Teknik dari terapi ini dapat meredakan Metode Pengumpulan Data
ketegangan emosional, sehingga dapat Pengumpulan data dalam penelitian ini
menurunkan tekanan darah. Penelitian ini menggunakan wawancara dan skala
bertujuan untuk mengetahui apakah ketenangan jiwa. Skala tersebut mengacu
terdapat pengaruh relaksasi dzikir dalam pada teori ketenangan hati yang
mengurangi ketegangan pada penderita dikembangkan oleh Rusdi (2016). Skala
hipertensi ketenangan hati terdiri dari dua aspek yaitu
al-sukun yang berarti kedamaian dan al-
Metode Penelitian yaqin yang artinya keyakinan. Masing-
masing aspek diwakili oleh 7 item,
Rancangan Penelitian
sehingga total item dalam skala adalah 14
Pendekatan yang digunakan pada
buah item. Skor alpha cronbach skala
penelitian ini adalah kuantitatif eksperimen.
sebesar 0,805. Semakin tinggi skor
Penelitian ini menggunakan pendekatan
ketenangan jiwa menunjukkan bahwa
action research, merupakan suatu
responden memiliki ketenangan jiwa yang
penelitian tentang hal-hal yang terjadi di
tinggi, sebaliknya apabila skor ketenangan
masyarakat atau suatu kelompok dan
jiwa rendah maka tingkat ketenangan jiwa
hasilnya langsung ditujukan pada kelompok
pada responden juga rendah. Pendekatan
yang bersangkutan (Arikunto, 2002).
wawancara dilakukan dengan setting
Dengan desain control one group pretest-
kelompok. Individu diminta untuk
posttest, pelatihan yang diberikan adalah
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
pelatihan relaksasi dzikir, kemudian akan
peneliti secara bergantian.
dilihat apakah pelatihan tersebut
memberikan dampak positif terhadap
kualitas ketenangan jiwa pada penderita Intervensi
Pelatihan dzikir diberikan pada
hipertensi.
responden berupa: (1) Diskusi terkait
masalah yang dihadapi, keluhan masalah,
Subjek Penelitian
dan usaha yang pernah dilakukan untuk
Subjek pada penelitian ini merupakan
mengatasi masalah; (2) Penjelasan terkait
individu dengan indikasi penyakit tekanan
dzikir (psikoedukasi); (3) Latihan berdzikir
darah tinggi sesuai diagnosis dokter dan
istighfar dengan melafadzkan “Astaghfiru-
dengan hasil pengukuran tekanan darah
llaahal’adzim” sebanyak seratus kali,
sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik
kemudian berdoa; (4) Pemaknaan dan
90 mmHg. Subjek pada penelitian ini
evaluasi. Pemaknaan adalah memaknai arti
berjumlah 9 orang, berjenis kelamin wanita
60
Efektivitas Pelatihan Dzikir Dalam Meningkatkan Ketenangan Jiwa pada Lansia Penderita Hipertensi (Olivia Dwi K, Yogi Kusprayogi,
Fuad Nashori)
dari setiap lafadz dzikir dikaitkan dengan pelatihan dan pengukuran kembali (follow
peristiwa di dalam kehidupan sehari-hari; up) setelah satu bulan (30 hari) pelaksanaan
(5) Pemberian tugas rumah untuk berdzikir pelatihan. Terdapat perbedaan skor skala
ketika hendak tidur, bangun tidur, hendak pada prates, pascates dan follow up pada
melakukan aktivitas, setelah melakukan masing-masing responden penelitian. Hasil
aktivitas, setelah sholat. Kembali pada poin tersebut menunjukkan bahwa pemberian
pertama ditambah dengan evaluasi tugas. pelatihan memberikan hasil skor yang
Pelatihan dilaksanakan sebanyak 7 kali, berbeda antara sebelum dan setelah
dengan alokasi waktu 1 jam pada setiap pelatihan dilaksanakan.
pertemuan. Total waktu dalam pelatihan
adalah 7 jam. Tabel 2
Deskripsi Data Pra Tes dan Pasca Tes
Metode Analisis Data Klasifikasi Min Max Mean SD
Data penelitian dianalisis meng-
Pra tes 70 87 78.56 4.297
gunakan pendekatan kuantitatif dan
Pasca tes 94 104 98.33 3.872
kualitatif. Analisis data kuantitatif meng-
gunakan SPSS 16. Pengujian hipotesis Follow Up 90 98 94.67 2.958
dalam penelitian ini menggunakan analisis
nonparametrik wilcoxon rank test. Pengu- Tabel 2 menunjukkan hasil analisis
jian menggunakan analisis nonparametrik data penelitian yang menunjukkan skor
disebabkan responden penelitian sangat rata-rata, standar deviasi, nilai maksimal
sedikit sehingga tidak memenuhi standar dan minimal tes pada tahap pengambilan
analisis parametrik. Wawancara dilakukan data sebelum pemberian pelatihan, setelah
sebagai data tambahan untuk menjelaskan pelatihan, dan follow up.
data kuantitatif.
Tabel 3
Uji Hipotesis Wilcoxon Rank Test
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pra tes- Pra tes- Pasca tes-
Deskripsi Data Penelitian Pasca tes Follow Up Follow Up
Z -2.673a -2.666 -2.558
Tabel 1
Deskripsi Data Responden Penelitian Asymp. Sig.
0.008 0.008 0.011
(2-tailed)
Pra- Pasca Follow
No Nama Usia JK
tes -tes up
1 NR 65 P 80 104 97 Berdasarkan tabel 3 diperoleh skor Z=
2 PJ 55 P 87 99 97 -2,673 dan p = 0,008 (p<0,05). Hasil
tersebut menunjukkan adanya perbedaan
3 PN 54 P 70 94 90
yang signifikan tingkat ketenangan jiwa
4 CP 64 P 78 98 91
antara sebelum pemberian pelatihan dan
5 MD 66 P 77 97 92 setelah pemberian pelatihan. Hasil tersebut
6 RJ 63 P 83 98 95 menunjukkan adanya peningkatan
7 SW 62 P 81 96 97 ketenangan jiwa setelah diberikan pelatihan
8 RN 70 P 75 101 98 dzikir selama 60 menit per sesi.
9 BD 62 P 76 98 95 Berdasarkan hasil analisis, hipotesis dalam
penelitian dapat diterima. Dari hasil uji pra
dan pasca tes dengan follow up yang
Tabel 1 menunjukkan deskripsi demografi
dilaksanakan satu bulan kemudian,
usia dan jenis kelamin responden
diperoleh skor signifikansi pra tes-follow
penelitian. Selain demografi terdapat skor
up = 0,008, dan pasca tes – follow up =
skala masing-masing responden sebelum
0,011. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pemberian pelatihan, setelah pemberian
61
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 55 - 66
hasil follow up dengan pra tes signifikan, dan setelah berdzikir RN merasakan sensasi
artinya masih terdapat perbedaan secara ketenangan dan merasa bahagia.
signifikan, berdasarkan skor mean masih Mayoritas responden lainnya juga
ada peningkatan ketenangan jiwa secara mengungkapkan bahwa mereka merasakan
signifikan. lebih tenang daripada sebelumnya. Setelah
Peneliti melakukan wawancara pada dzikir dengan sungguh-sungguh responden
responden dengan skor tertinggi yaitu NR, merasakan ketenangan di dalam hati.
RN, dan PJ sebagai data tambahan untuk Sebelumnya responden rata-rata mengalami
mendukung hasil analisa kuantitatif data kegelisahan saat hendak tidur, bangun
penelitian. Menurut NR, ia merasa lebih tidur, dan selalu berpikir tentang sesuatu
tenang setelah melakukan pelatihan dzikir. yang menimbulkan kecemasan bagi
Sebelumnya NR sering merasa gelisah mereka. Seluruh responden mengungkap-
ketika hendak tidur, atau bangun di tengah kan akan berdzikir ketika mulai memi-
malam kemudian merasakan gelisah hingga kirkan hal yang merugikan bagi mereka
sulit untuk tidur kembali. NR kemudian atau hal-hal yang tidak jelas. Responden
mempraktikkan tugas yang diberikan pada juga melakukan dzikir ketika hendak tidur
saat pelatihan yaitu melakukan dzikir saat dan bangun tidur serta ketika hendak
hendak tidur, bangun tidur, hendak ke melakukan berbagai aktivitas. Hasilnya
tempat kerja (ladang, sawah, peternakan), responden merasa lebih nyaman dan tenang
dan di setiap waktu senggang. Hasilnya NR setelah berdzikir.
merasa lebih nyaman dan tenang. Ketika Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
pikiran tenang dengan berdzikir mengingat mengetahui pengaruh terapi dzikir dalam
Allah NR menjadi jarang mengalami meningkatkan ketenangan jiwa pada lansia
kegelisahan dan kecemasan karena yang mengalami hipertensi. Berdasarkan
memikirkan hal-hal yang akan terjadi. analisis data penelitian diperoleh hasil
Responden PJ sebelumnya mengeluh- terdapat perbedaan tingkat ketenangan jiwa
kan sering merasa was-was dalam hati, pada responden penelitian setelah diberikan
memikirkan sesuatu yang tidak rasional, pelatihan relaksasi dzikir. Hasil uji beda
dan sering merasa cemas namun tidak tahu wilcoxon rank test skor Z= -2,673 dan p=
apa yang sedang dipikirkan. PJ memprak- 0,008 (p<0,05) menunjukkan adanya
tikkan dzikir istighfar seperti yang perbedaan yang signifikan ketenangan jiwa
ditugaskan saat pelatihan. Hasilnya PJ tidak pada responden penelitian antara sebelum
merasakan was-was lagi. Pikiran tidak pemberian pelatihan dzikir dan setelah
rasional PJ yang membuatnya melamun pemberian pelatihan dzikir. Berdasarkan
kini berkurang, bahkan PJ mengatakan skor rata-rata ketenangan jiwa pada
tidak ada waktu untuk melamun lagi karena responden antara sebelum dan sesudah
waktu kosongnya digunakan untuk pelatihan dzikir menunjukkan peningkatan
berdzikir mengingat Allah. Setelah dari 78,56 menjadi 98,33. Hasil ini
berdzikir PJ merasa lega dan merasakan menunjukkan bahwa pelatihan dzikir
kepuasan tersendiri dalam hatinya. memiliki pengaruh terhadap peningkatan
RN juga merasakan perasaan yang ketenangan jiwa. Hasil tersebut mendukung
sama dengan PJ dan NR. Sebelumnya RN apa yang dikatakan oleh Anggraini dan
merasa bahwa dirinya sering sulit untuk Subandi (2014) yang menyatakan bahwa
tidur, memikirkan berbagai hal, dan merasa dzikir mampu memberikan perasaan tenang
dirinya jauh dari taat beragama atau pada jiwa, individu yang senantiasa
perasaan bersalah pada Allah. Setelah melakukan dzikir dapat mencegah
mempraktikkan dzikir RN merasa lebih timbulnya ketegangan (stress).
tenang, merasa lebih nyaman, merasa yakin Penelitian ini membuktikan firman
dan percaya pada Allah. Selama berdzikir Allah dalam Alquran Surat Ar Ra’ad ayat
62
Efektivitas Pelatihan Dzikir Dalam Meningkatkan Ketenangan Jiwa pada Lansia Penderita Hipertensi (Olivia Dwi K, Yogi Kusprayogi,
Fuad Nashori)
28, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan diselesaikan dengan pemenuhan kebutuhan
hati mereka menjadi tentram dengan finansial.
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan Sebagian responden lainnya mampu
mengingat Allah-lah hati mereka menjadi mengatasi masalah kecemasan ekonomi
tentram.” Dalam ayat tersebut diterangkan menggunakan dzikir. Responden merasa
bahwa individu yang mengingat Allah dengan berdzikir, Allah akan memberikan
maka hati individu tersebut akan menjadi ketenangan dan kecukupan kepada mereka.
tenang dan tentram. Ketenangan dan Hal tersebut sesuai dengan sabda
ketentraman hati/ jiwa akan membantu Rasulullah saw., “barangsiapa senantiasa
individu dalam mengelola emosi. Salah beristighfar, niscaya Allah akan
satu penyebab individu mengalami memberikan jalan keluar dari setiap
hipertensi adalah buruknya individu dalam kesulitan, memberikan kelapangan dari
mengelola emosi. Emosi yang terkelola kesusahan dan memberi rezeki kepadanya
dengan baik, berdampak pada kemampuan dari arah yang tak disangka-sangka” (HR.
individu dalam mengendalikan kognisi dan Abu Daud dan Ibnu Majah). Dari hadits
afeksi yang dapat menurunkan resiko tersebut dapat dimaknai bahwa individu
tekanan darah tinggi (Suryati, 2005). Nevid yang senantiasa berdzikir dengan sungguh-
dkk. (2005) juga mengatakan bahwa sungguh dan memohon ampun pada Allah,
individu yang mampu mengendalikan maka Allah akan memberikan rizki dan
emosi negatifnya dapat mengurangi resiko kecukupan pada individu tersebut.
terjadinya gangguan kardiovaskuler. Kekurangan dalam penelitian ini
Penelitian ini juga mendukung adalah tidak adanya kelompok pembanding
penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh yang menjadi tolak ukur apakah faktor
Wahyunita, Afiatin, dan Kumolohadi dzikir menjadi faktor tunggal yang
(2014) bahwa terapi relaksasi dzikir memberikan kontribusi dalam
mampu menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan ketenangan jiwa pada
meningkatkan kesejahteraan subjektif pada responden penelitian. Kekurangan kedua
individu yang mengalami infertilitas. adalah mayoritas responden memiliki skor
Kondisi emosi negatif seperti kecemasan skala ketenangan jiwa yang cukup baik,
dan stres merupakan faktor yang sehingga pada dasarnya responden
menyebabkan resiko hipertensi (WHO, memiliki kualitas ketenangan jiwa yang
2011). Penurunan stres dan kecemasan baik. Kekurangan ketiga adalah tidak
muncul pada individu yang melakukan adanya data follow up sebagai acuan untuk
dzikir, sehingga individu tersebut membuktikan bahwa efek dari dzikir dapat
mengalami ketenangan jiwa dan terhindar dipertahankan dalam rentang kehidupan
dari resiko hipertensi. responden.
Hasil penelitian secara kuantitatif
didukung dengan pernyataan seluruh Simpulan dan Saran
responden yang mengalami sensasi
Simpulan
ketenangan jiwa setelah melakukan dzikir. Melakukan terapi diri dengan
Responden merasa nyaman ketika berdzikir berdzikir memberikan dampak yang
dan setelah berdzikir, sehingga responden signifikan dalam meningkatkan kesejah-
melakukannya pada hampir setiap aktivitas teraan jiwa. Dalam terapi dzikir ini,
mereka. Namun beberapa responden meng- responden diminta untuk bersama-sama
ungkapkan masih merasa sulit membuat membacakan kalimat dzikir (istighfar)
perasaan menjadi nyaman ketika yang sebanyak 100 kali secara bersamaan.
dialami adalah masalah ekonomi. Setelah bersama-sama membaca kalimat
Responden merasa masalah ekonomi istighfar, mereka akan ditanya terkait
adalah stressor yang hanya dapat perasaan yang dirasakan setelah membaca
63
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 55 - 66
64
Efektivitas Pelatihan Dzikir Dalam Meningkatkan Ketenangan Jiwa pada Lansia Penderita Hipertensi (Olivia Dwi K, Yogi Kusprayogi,
Fuad Nashori)
Diener, E., Scollon, C.N. & Lucas, R.E. Muchlas, M. (1997). Hubungan antara
(2003). The Envolving Concept of Penyakit-penyakit Infeksi dan
Subjective Well-being: The Kardiovaskuler dengan Depresi,
Multifaceted Nature of Happiness, Berita Kedokteran Masyarakat,
Advances in Cell Aging and 13(0), 75-82.
Gerontology, 15, 187-219. Mustofa, A. (2006). Dzikir Tauhid,
Gunawan, L. (2001). Hipertensi Tekanan Surabaya: PADMA Press.
Darah Tinggi, Yogyakarta: Kanisius. Naewbood, S., Surajkool, S., &
Hawari, D. (2005). Al-Qur’an: Ilmu Kantharadussadee, S. (2012). The
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Role of Religion in Relation to Blood
Jiwa, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Pressure Control among a Southern
Prima Yasa. California Thai Population with
Kartini, K. & Jenny, A. (1989). Hygiene Hypertension, Journal religious
Mental dan Kesehatan Mental dalam Health, 3(51), 187-197.
Islam, Bandung: Mandar Maju. Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). (2005). Psikologi Abnormal, Edisi
Hipertensi, InfoDATIN Pusat Data Kelima, Jilid 2, Jakarta: Penerbit
dan Informasi Kementerian Erlangga.
Kesehatan RI. 17 Mei 2014. Jakarta Rusdi, A. (2016). Efektivitas Salat Taubat
Selatan. dalam Meningkatkan Ketenangan
Kaplan, N.M. (2010). Clinical Jiwa, Laporan Penelitian,
Hypertension 11th ed, Lippincott: Yogyakarta: Program Studi Magister
Williams & Wilkins. Psikologi Profesi Fakultas Psikologi
Kiongdo. (1977). Penatalaksanaan Faktor- dan Sosial Budaya Universitas Islam
Faktor Risiko Kardiovaskuler pada Indonesia.
Penderita Hipertensi, Jurnal Medika, Sari, A.E. (2015). Pengaruh Pengamalan
33(1). Dzikir terhadap Ketenangan Jiwa di
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2010). Majlisul Dzakirin Kamulan Durenan
Buku Ajar Fundamental Trenggalek, Skripsi, Jurusan Tasawuf
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin
Praktik, Jakarta: EGC. Adab dan Dakwah Institut Agama
Lawson, R.W., Arthur, J., BarskyVictor, Islam Negeri Tulungagung.
R.G. & Kaplan, N.M. (2007). Sidabutar, R.P. & Prodjosujadi, W. (1990).
Systemic Hypertension: Mechanisms Ilmu Penyakit Dalam II, Jakarta:
and Diagnosis, Philadelphia: Balai Penerbit FKUI.
Saunders Elsevier. South, M., Bidjuni, H., & Malara, R.T.
Linden, W., Lenz, J.W., & Con, A.H. (2014). Hubungan Gaya Hidup
(2001). Individualized Stress dengan Kejadian Hipertensi di
Management for Primary Hyper- Puskesmas Kolongan Kecamatan
tension, Arch intern Med, (8), 71-80. Kalawat Kabupaten Minahasa Utara,
Lulu. (2002). Dzikir dan Ketenangan Jiwa: Unsrat ejournal, 2(1).
Studi pada Majelis Dzikrul Ghofilin, Subandi, M.A. (2009). Psikologi Dzikir:
Cilandak, Ampera Raya, Jakarta, Fenomenologi Dzikir Tawakal
Jurnal Tazkiya, (2). Pengalaman Transformasi Religius,
Mowat, H. (2007). Gerontological Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chaplaincy: The Spiritual Needs of Sugiharto, Aris. (2007). Faktor-Faktor
Older People and Staff who Work Risiko Hipertensi Grade II pada
With Them, Scottish Journal of Masyarakat di Kabupaten
Healthcare Chaplaincy, 10(1), 27-31.
65
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 55 - 66
66