Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
INDRIYANI (1016023)
ISTIANAH (1016024)
Tingkat : IIA
CIREBON
2017
BAB I
PENDAHULUAN
kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda – beda
tergantung pada jenis tumbuhan. Pada prakteknya dalam melakukan fraksinasi digunakan
dua metode yaitu dengan menggunakan corong pisah dan kromatografi kolom.
Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam
Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa pelarut organik
lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroform, atau pun etil asetat. Kebanyakan
pelarut organik berada di atas fase air keculai pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen.
penyumbat di atasnya dan keran di bawahnya. Corong pemisah yang digunakan dalam
laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun Teflon.
Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 mL sampai 3 L. Dalam skala industri, corong
Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut dimasukkan ke dalam
corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan digoyang
dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan
keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian
didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong
kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.
Destilasi bertingkat atau fraksinasi adalah proses pemisahan destilasi ke dalam bagian-
bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya pemisahan bagian-
bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi bertingkat merupakan proses
pemurnian zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa senyawa cair yang titik
didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa yang akan dimurnikan.
Dengan perkataan lain, destilasi ini bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa dari
suatu campuran yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil.
Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran aseton-metanol, karbon tetra klorida-
toluen, dll. Pada proses destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada
labu destilasi. Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap campuran
senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda. Sebab dengan adanya
penghalang dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik didihnya sama akan sama-
sama menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik terus hingga akhirnya
mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan senyawa yang titik didihnya lebih tinggi,
jika belum mencapai harga titik didihnya maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke
dalam labu destilasi, yang akhirnya jika pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga
titik didihnya. Senyawa tersebut akan menguap, mengembun dan turun/menetes sebagai
destilat.
Macam – macam proses fraksinasi:
Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat molekul
dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan dengan proses
Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat pembasah
(Wetting Agent) atau disebut juga proses Hydrophilization atau detergent proses. Hasil
Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Dimana pelarut yang
digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan ddengan
Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada titik didih
dari suatu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemurnian yang tinggi.
Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun proses
Bahan alam terutama tumbuh tumbuhan memiliki manfaat yang sangat banyak bagi
manusia. Selain untuk bahan pangan, tumbuh tumbuhan juga dapat dimanfaatkan sebagai
obat obatan. Tumbuhan memproduksi metabolit sekunder yang sebenarnya tidak penting
pertahanan diri dari tanaman tersebut. Metabolit sekunder itulah yang dimanfaatkan manusia
Untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang terdapat pada tumbuhan tersebut
perlu dilakukan screening terlebih dahulu dengan menggunakan uji fitokimia. Sedangkan
untuk memisahkan senyawa aktif tersebut perlu dilakukan ekstraksi yang akan menghasilkan
ekstrak dari tanaman tersebut. Untuk mengekstrak suatu senyawa aktif harus menggunakan
pelarut yang spesifik dan sesuai dengan senyawa aktif yang dibutuhkan. Terdapat tiga jenis
pelarut yaitu polar, semi polar, dan non polar. Pelarut polar yang digunakan pada umumnya
adalah metanol dan air. Untuk pelarut semi polar yang digunakan adalah etil asetat.
Dari pelarut yang berbeda kepolarannya itu, zat berkhasiat yang terkandung di dalam
simplisia bisa tertarik dan akhirnya bisa di identifikasi untuk tahap selanjutnya yaitu
MONOGRAFI
1. Nama tumbuhan
2. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Ranunculales
Suku : Annonaceae
Marga : Annona
Kulit pohon tipis berwarna keabu-abuan, getah kulitnya beracun. Batangnya (pada dahan)
coklat muda, bagian dalamnya berwarna kuning muda dan agak pahit. Pada bagian ranting
berwarna coklat dengan bintik coklat muda, lenti sel kecil, oval, berupa bercak bulat pada
batang.
Daun tunggal, bertangkai, kaku, letaknya berseling. Helai daun berbentuk lonjong hingga
jorong menyempit, ujung dan pangkal runcing, dasar lengkung, tepi rata, panjang 5-17 cm, lebar
2-7,5 cm, permukaan daun berwarna hijau, bagian bawah hijau kebiruan, sedikit berambut atau
Bunganya bergerombol pendek menyamping dengan panjang sekitar 2.5 cm, sebanyak 2-
4 kuntum bunga kuning kehijauan (berhadapan) pada tangkai kecil panjang berambut dengan
panjang ± 2 cm, tumbuh pada ujung tangkai atau ketiak daun. Daun bunga bagian luar berwarna
hijau, ungu pada bagian bawah, membujur, panjangnya 1.6-2.5 cm, lebar 0,6-0,75 cm. Daun
bunga bagian dalam sedikit kebih kecil atau sama besarnya. Terdapat banyak serbuk sari,
bererombol, putih, panjang kurang dari 1.6 cm, putik berwarna hijau muda. Tiap putik
membentuk semacam kutil, panjang 1.3-1.9 cm, lebar 0,6-1,3 cm yang tumbuh menjadi
Buahnya buah semu, berbentuk bola atau kerucut atau menyerupai jantung, permukaan
berbenjol-benjol, warna hijau berbintik (serbuk bunga) putih, penampang 5-10 cm, menggantung
pada tangkai yang cukup tebal. Jika masak, anak buah akan memisahkan diri satu dengan yang
lain, berwarna hijau kebiruan. Daging buah berwarna putih semikuning, berasa manis. Biji
membujur di setiap karpel, halus, coklat tua hingga hitam, panjang 1,3-1,6 cm. Biji masak
4. Kandungan Kimia
Secara umum, tanaman srikaya mengandung skuamosin, asimicin (Taylor and Francis,
1999), atherospermidine (Petasai, 1986), lanuginosin, alkaloid tipe asporfin (anonain) dan
sianogen. Pulpa buah yang telah masak ditemukan mengandung sitrulin, asam aminobutirat,
ornitin, dan arginin. Biji mengandung senyawa poliketida dan suatu senyawa turunan
asam lemak, asam amino dan protein. Komposisi asam lemak penyusun minyak lemak biji
srikaya terdiri dari metil palmitat, metil stearat, metil linoleat. Daun mengandung alkaloid
sebagai kornponen aktif bunga srikaya. Akarnya mengandung flavonoid, borneol, kamfer,
terpen, alkaloid anonain, saponin, tanin, dan polifenol. Kulit kayu mengandung flavonoid,
borneol, kamfer, terpen, dan alkaloid anonain. Buah muda mengandung tanin.
5. Penelitian Antikanker
dan glukopiranosid kolesteril pada srikaya memiliki efek sitotoksik (Yang et al., 2009, Rahman
et al., 2005), inhibitor agregasi platelet (Yang et al., 2002), inhibitor replikasi HIV (Wu et al.,
1996), agen antidiabetes (antihiperglikemik) dan antioksidan (Kaleem et al., 2006, Panda and
Kar, 2007), pestisida (Jaswanth, 2002), serta dapat digunakan dalam terapi Neisseria gonorrhea
ascimicinnya memiliki efek antileukemia (Taylor and Francais, 1999). Caryophyllene oxide pada
kulit batang memiliki aktivitas analgesik dan antiinflamasi (Chavan, 2009), serta cyclosquamosin
D pada biji terbukti menunjukkan inhibisi sitokin proinflammatory pada makrofag J774A.1
Ekstrak air dan organik Annona squamosa menginduksi apoptosis sel BC-8, dengan
menunjukkan terbentuknya badan apoptosis setelah inkubasi sel setelah diterapi dengan ekstrak
selama 24 jam. Selain aktivasi caspase-3, kedua ekstrak juga meregulasi ekspresi gen Bcl dan
METODE
3.1 Peralatan:
Corong pisah
Cawan penguap
Vial 10 ml
Alumunium foil
Tangas air
Batang pengaduk
3.2 Bahan :
n-heksana
Aqua destilla
Etil asetat
Butanol
A. Fraksinasi n-heksan
Tambahkan 40 ml n-Heksan
Kocok selama 15 menit sambil sesekali buka kran pada corong pisah untuk mengeluarkan asap
Fase yang terpisah (fraksi air dan fraksi n-heksan) masukan kedalam beker yang berbeda
Fase yang terpisah (fraksi air dan fraksi etil asetat) ditampung dalam beaker glass yang berbeda
Lalu fraksi Etil Asetat diuapkan dalam lemari asam hingga ± 10ml
Fase yang terpisah (fraksi air dan fraksi etil asetat) ditampung dalam beaker glass yang berbeda
Kedua fase yang didapat, masing-masing di uapkan di cawan penguap dengan menggunakan
waterbath ± 10ml
Fraksi butanol dan fraksi air yang telah diuapkan masing-masing dimasukan ke dalam vial yang
berbeda
Praktikum yang kami lakukan kali ini adalah Fraksinasi daun srikaya. Fraksinasi
adalah suatu proses pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan tingkat kepolaran. Dilihat dari
definisnya fraksinasi dilakukan dengan tujuan memisahkan beberapa macam pelarut yang
ada didalam simplisia yang sudah melalui tahap ekstraksi, lalu fraksi pelarut tersebut
diuapkan, agar didapat zat berkhasiat yang dapat digunakan untuk identifikasi pada tahap
Pelarut yang kami gunakan pada praktikum kemarin ada 3 macam yaitu n-heksan,
Etil Asetat, dan Butanol. Hasil ekstraksi yang sudah dipekatkan dengan rotari evaporator,
dimasukan kedalam corong pisah lalu ditambah dengan n-heksan 40 ml lalu dikocok
kedalam, selama 15 menit. Hal ini bertujuan agar lebih mudah memisahkan pelarut n-
heksan, dan lapisan pemisah terlihat jelas. Setelah 15 menit, kami akhirnya berhasil
memisahkan air dan n-heksan menjadi 2 lapisan. Lapisan air berada di bawah dan n-heksan
berada di atas. Hal ini terjadi karena air adalah senyaa yang lebih polar dibanding n-heksan.
Prosedur yang sama diulang untuk memisahkan etil asetat dan Butanol. Namun
volume yang diambil adalah 2 x 20 ml dan masing-masing di kocok selama 8 menit. Urutan
pelarut yang digunakan dimulai dari n-heksan, etil asetat, dan butanol. Ini adalah urutan
pelarut berdasakan tingkat kepolarannya. Jadi n-heksan adalah pelarut nonpolar, etil asetat
adalah pelarut semi polar, dan butanol adalah adalah pelarut polar. Dengan begitu urutan
fraksinasi berdasarkan dari tingkat kepolaran dimulai dari pelarut yang non polar semi
polar polar.
Setelah itu, kami mendapat 4 macam fraksi yaitu: Fraksi n-heksan, Fraksi etil
asetat, fraksi butanol, dan fraksi air. Fraksi n-heksan dan dan fraksi etil asetat diuapkan di
atas lampu spiritus di lemari asam sedangkan fraksi butanol dan fraksi air diuapkan di atas
water bath sampai masing masing fraksi volume nya kurang lebih 10 ml. Tujuan fraksi
pelarut tersebut diuapkan adalah agar pelarut tersebut menguap, dan yang tersisa adalah zat
berkhasiat utama. Jadi sebenarnya tujuan fraksinasi adalah memisahkan pelarut agar zat
berkhasiat utama juga ikut tertarik dan karena setelah itu pelarutnya diuapkan, hanya tersisa
zat berkhasiat tanaman yang ada di cawan tersebut. Sehingga bisa di identifikasi untuk tahap
Setelah selesai diuapkan dimasukan kedalam 4 botol vial untuk masing masing
fraksi dan ditutup dengan Alumunium Foil agar tidak mudah menguap.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan dalam praktikum kali ini kami mendapat 4 macam fraksi dari Maserasi
daun Srikaya yaitu Fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi butanol, dan fraksi air, yang
kemudian fraksi pelarut itu di uapkan agar tersisa zat berkhasiat tanaman dan dapat di
identifikasi untuk tahap selanjutnya yaitu Kromatografi Lapis Tipis.
5.2 Saran
Jika ingin melakukan fraksinasi dengan corong pisah harus berhati hati pada saat
mengeluarkan fraksi air, jangan sampai tercampur lagi dengan fraksi pelarut. Lalu pada saat
pemisahan, tutup corong pemisah harus dibuka agar ruang kosong pada corong pemisah tidak
kehabisan udara sehingga mempersulit proses pengeluaran fraksi.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuhidayat, Sri Sugati, and Johnny Ria Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat
Indonesia(I),DepartemenKesehatanRI,Jakarta.
M.J., Chavan, Wakte P.S., and Shinde D.B., 2009, Analgesic and anti-inflammatory activity of
Mukhlesur Rahman M., Parvin S., Ekramul Haque M., Ekramul Islam M., and Mosaddik M.A.,
2005, Antimicrobial and cytotoxic constituents from the seeds of Annona squamosa,
Fitoterapia.76(5):484-9.