You are on page 1of 18

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI


ACARA 1
PERBANYAKAN VEGETATIF

Disusun oleh:

1. Teddy Fahru Rozi 17/412774/PN/15096


2. Hanif Arya Panuntun 17/412804/PN/15126
3. Muhammad Hadid Ghifary 17/412806/PN/15128
4. Praditya Rizqi Novanto 17/412807/PN/15129
5. Ahmad Harish Romdhoni 17/412814/PN/15136

Golongan/Kelompok : B4/3

Asisten: Ken Lisa Ananda

LABORATORIUM MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2018
ACARA I

PERBANYAKAN VEGETATIF

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep tentang perbanyakan tanaman sangatlah penting untukdipelajari . Kebanyakan
orang memahami bahwa perkembangbiakan tanaman hanya dapat terjadi dengan menggunakan
biji. Perkembangbiakan dengan biji memang mudah, namun sebenarnya juga memiliki
kelemahan-kelemahan tertentu seperti perlu waktu tumbuh yang lama untuk mendapatkan
tanaman dewasa atau dihasilkannya individu yang tidak sama seperti induk, dan lain sebagainya.
Kelemahan dari perbanyakan generative inilah yang dijadikan inovasi atau dasar
pengembangan perbanyakan tanaman secara vegetative. Perbanyakan vegetative adalah
perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetative tanaman, misalnya cabang dan
akar. (Endah,2001). Perbanyakan dengan cara ini dapat dilakukan dengan cara menggabungkan
dua macam sifat baik dari dua macam varietas berbeda sehingga menghasilkan tanaman yang
unggul. (Hendaryono dan Wijayani, 1994) Berbagai cara yang dilakukan melalui perbanyakan
vegetative seperti stek batang, stek daun, sambung pucuk, cangkok, dan lain-lain.
Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan agar selain memahami prinsip-prinsip dasar,
teknik perbanyakan tanaman secara vegetative juga dapat dikuasai dengan baik sehingga dapat
dihasilkan tanaman yang memiliki sifat lebih unggul daripada induknya tanpa membutuhkan
waktu relatif lama.

B. Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk :

1. Mengetahui prinsip-prinsip dasar perbanyakan tanaman secara vegetatif


2. Menguasai teknik-teknik perbanyakan tanaman secara vegetative
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman dapat mengalami perbanyakan jenis maupun jumlah dengan dua cara yaitu
generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif atau seksual terjadi melalui biji atau benih
yang merupakan hasil perkawinan sel jantan dan betina. Perbanyakan ini dilakukan apabila
perbanyakan vegetatif sukar dilakukan. Sementara itu, perbanyakan vegetatif tidak melalui
proses seksual jantan dan betina, namun melibatkan regenerasi sel jaringan vegetatif seperti
daun, umbi, batang, dan akar. Teknik yang digunakan dalam perbanyakan vegetatif antara lain
stek,cangkok, sambung, dan okulasi. Sifat anakan yang sama dengan induk, terhindar dari
penyakit tular benih, periode pertumbuhan lebih pendek, dan mampu memperbanyak tanaman
yang tidak berbuah ataupun berbiji merupakan beberapa keuntungan dari perbanyakan
vegetative. (Gunawan, 2016)

Perbanyakan tanaman secara vegetatif yang digunakan pada praktikum ini salah satunya
adalah teknik sambung pucuk. Sambung pucuk (Grafting) merupakan penggabungan dua jenis
tanaman berbeda yang dikawinkan sehingga tumbuh menjadi tanaman baru ( Limbongan, et al.,
2013). Manfaat dilakukan grafting yaitu untuk menghasilkan tanaman jenis baru dengan kualitas
yang lebih baik. Secara umum, sambung pucuk dilakukan dengan menggabungkan batang atas
(scion) dan batang bawah (stock) tanaman. Terdapat dua metode sambung pucuk yaitu metode
tempel mata tunas dan sayatan batang bawah bentuk V (Rahardjo, et al., 2013).

Teknik lain yang digunakan dalam praktikum ini yaitu melalui stek. Stek (cutting) adalah
menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru. Penggunaan stek
batang atau cabang lebih praktis dan mempunyai banyak keuntungan dan menjanjikan karena
bahan stek tersedia lebih banyak, mudah diperoleh dan murah, tidak merusak rumpun asal, waktu
pengambilan lebih cepat, dan pembentukan rumpun lebih mudah (Rao et al., 1992 dalam jurnal
Adriana, et al., 2014).

Perbanyakan tanaman menggunakan metode stek memiliki beberapa keuntungan dan


kerugian. Keuntungan yang diperoleh yaitu tanaman akan mempunyai sifat yang persis sama
dengan induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya, tanaman asal
stek ini juga bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal, karena tanaman
asal stek tidak mempunyai akar tunggang. Selain itu, perbanyakan tanaman buah dengan stek
merupakan cara perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan. Namun stek juga memiliki
beberapa kekurangam. Kekurangan dari stek adalah perakaran dangkal dan tidak ada akar
tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman menjadi mudah roboh. Selain itu, apabila musim
kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan (Prastowo and Roshetko, 2006). Pada
praktikum ini yang digunakan adalah Sanseviera parva. Perbanyakan Sansevieria parva dapat
dilakukan secara generatif yaitu dengan biji dan secara vegetatif, yaitu dengan stek daun, anakan,
menumbuhkan tunas rimpang, dan kultur jaringan. Metode perbanyakan dengan cara stek daun
banyak digunakan pada tanaman lidah mertua karena tidak semua tanaman perbanyakannya
dapat dilakukan dengan cara stek daun. Keuntungan perbanyakan Sansevieria dengan cara stek
daun adalah menghemat bahan stek karena dapat menggunakan potongan-potongan daun dan
dapat menghemat waktu karena dalam waktu singkat dapat menghasilkan stek dalam jumlah
banyak (Sulistiana, 2013).

Cangkok juga merupakan salah satu teknik dalam perbanyakan vegetative. Dalam
praktikum yang kami lakukan, tanaman yang kami cangkok yaitu tanaman rambutan. Tanaman
yang akan dicangkok diberikan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada bagian batang yang telah
dikelupas untuk memacu pertumbuhan akar. Adapun ZPT yang digunakan adalah IBA (Indole
Butyric Acid). Menurut Rugayah dalam Jurnal Agrotropi (2012). ZPT IBA (Indole Butyric Acid)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)
berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman tetapi tidak berpengaruh pada panjang
akar primer, bobot basah akar, bobot kering akar, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun,
lebar daun, dan bobot basah tajuk tanaman. Jenis media tanam tidak berpengaruh nyata pada
seluruh variable pengamatan. Interaksi antara konsentrasi IBA dan jenis media tanam hanya
berpengaruh nyata pada bobot basah akar.

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-dasar Agronomi Acara I yang berjudul Perbanyakan Vegetatif


dilaksanakan di Laboratorium Manajemendan Produksi Tanaman, Departemen Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Selasa tanggal 12
April 2018. Bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain tanaman kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis), tanaman lidah mertua (Sanciviera sp.), dan tanaman jeruk (Citrus sp),
tanah, IBA 2000 ppm, dan air kelapa. Dalam praktikum juga digunakan alat-alat yaitu polybag,
tali (karet gelang), plastik, gunting, ember, plastik pembungkus, kertas label, dan cetok, dan alat
tulis.
Ada 3 macam perbanyakan vegetatif yang dilaksanakan dalam praktikum kali ini, yaitu
sambung pucuk, stek batang, stek daun, dan mencangkok. Perbanyakan yang pertama dilakukan
adalah dengan metode sambung pucuk. Pada metode ini digunakan dua jenis tanaman kembang
sepatu dipilih dengan cabang sama besar, kemudian digunakan tanaman berdaun putih sebagai
scion dan berdaun hijau sebagai stock. Lalu, bagian pucuk scion dipotong 10-15 cm tergantung
dari besarnya cabang. Daun pada batang scion dikurangi dan disisakan 2-3 daun untuk perlakuan
A, sedangkan untuk perlakuan B, semua daun dihilangkan. Bagian pangkal scion dipotong
membentuk huruf V atau baji. Selanjutnya, batang stock dibelah ke bawah dari bagian tengah
batang sepanjang 1-2cm tergantung besar cabang. Scion disisipkan ke dalam stock kemudian
diikat dengan tali. Lalu, tanaman yang telah disambung, dibungkus plastik guna mengurangi
transpirasi pada scion. Akhirnya, tingkat keberhasilan sambung pucuk A dan B dapat
diperbandingkan.
Metode yang kedua adalah stek daun. Mula-mula daun Sanciviera parva dan media
tanam disiapkan. Lalu, daun dipotong menjadi 3 bagian yaitu ujung, tengah, dan pangkal. Maing-
masing bagian stek daun tersebut ditanam ke dalam media yang telah disiapkan. Tanah media
stek daun disiram untuk mempercepat pertumbuhan. Kemudian, stek daun disungkup dengan
plastik rapat untuk mengurangi penguapan. Akhirnya, tingkat keberhasilan dan jumlah akar antar
perlakuan diperbandingkan.
Metode ketiga adalah stek batang. Mula-mula dilakukan pemilihan bagian tanaman
yang akan dijadikan bahan stek dengan panjang kurang lebih 10-15 cm dengan disisakan satu
daun saja. Kemudian, bagian pangkal tanaman dipotong dengan sudut kemiringan 45 derajat.
Daun tanaman dipotong hingga tinggal ½ bagian untuk mengurangi ukuran luas daun. Bahan
stek lalu dicelupkan ke dalam air untuk perlakuan A, air kelapa muda 50% untuk perlakuan B,
dan ZBT IBA 2000 ppm untuk perlakuan C(masing-masing 15 menit). Kemudian, pada masing-
masing perlakuan stek batang, ditanam pada media yang telah disediakan. Selanjutnya, stek
batang disiram hingga tanah berada pada kondisi kapaitas lapang. Stek batang disungkup dengan
plastik rapat untuk mengurangi penguapan dan media tanam tetap dijaga agar selalu pada kondisi
kapasitas lapang. Akhirnya, tingkat keberhasilan, jumlah tunas, dan jumlah akar tiap perlakuan
diperbandingkan.
Metode terakhir adalah mencangkok. Mula-mula batang yang akan dicangkok dipilih (
yang tidak terlalu muda/tua). Lalu, dibuat sayatan yang tidak terlalu dalam pada kulit batang
pohon secara melingkar. Batang yang telat dikuliti kemudian dibersihkan dari kulit batang dan
lendir. Kemudian didiamkan selama 1 malam, diikuti dengan perendaman mos (tanaman kering)
dalam air. Bagian sayatan yang sudah bersih, diolesi dengan ZPT IBA yang sudah dicampur
dengan air. Bagian sayatan terolesi ZBT IBA kemudian ditutup merata dengan mos, ditutup
plastik dan diikat pada bagian atas dan bawah dengan tali. Lubang-lubang kecil di plastik dibuat
untuk sirkulasi udara dan air ketika disiram. Akhirnya, perkembangan hasil cangkok diamati, dan
berhasil atau tidaknya hasil cangkok ditandai dengan tumbuhnya akar di bagian batang.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Tingkat keberhasilan sambung pucuk tanaman kembang sepatu

Perlakuan Keberhasilan
(%)
Dirompes 80.00
Tidak Dirompes 60

Tabel 1.2 Tingkat keberhasilan dan jumlah akar hasil stek daun pada tanaman Sanciviera sp.

Perlakuan Keberhasilan (%) Jumlah akar


Ujung 40 2
Tengah 100 5.6
Pangkal 100 6.6
Tabel 1.3 Tingkat keberhasilan, jumlah akar, dan jumlah tunas hasil stek batang pada tanaman
Citrus sp.

Perlakuan Keberhasilan Jumlah akar Jumlah tunas


(%)
Air 100 1.8 0.4
Air Kelapa 80 1 0.4
50% 100 1.6 0.4
IBA 2000ppm

Table 1.4 Tingkat keberhasilan Cangkok


Komoditas Keberhasilan (%) Rata-rata
Mangga 0
Rambutan 0
Jambu Biji 0 0
Srikaya 0
Jeruk 0

B. Pembahasan
Perbanyakan vegetatif dapat didefinisikan sebagai metode perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan
akar, yang mana sifat dari tanaman baru tersebut sama persis seperti induknya. Setiap proses
pasti memiliki keunggulan maupun kelemahan, begitu pula dengan perbanyakan vegetatif.
Keunggulan dari perbanyakan vegetatif yaitu fase berbunga dan berbuah yang relative lebih
cepat, sifat tanaman baru yang sama dengan induknya, juga tanaman baru yang relatif resisten
terhadap hama dan penyakit. Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh perbanyakan vegetatif
adalah sistem perakaran kurang baik, memerlukan pohon induk yang lebih besar dan banyak,
serta sulit dikerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu.
Cara-cara pembiakan vegetative sangat banyak, dan pemilihan cara tergantung pada jenis
tanaman dan tujuan pembiakan. Berdasar cara memperbanyak diri, perbanyakan vegetatif
digolongkan menjadi dua, yaitu secara alami dan secara buatan. Secara alami, perbanyakan
vegetatif dapat menggunakan rhizome, tunas, dan umbi. Sedangkan stek, cangkok, dan sambung
pucuk merupakan metode perbanyakan vegetative buatan.
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah metode perbanyakan vegetative
secara buatan. Metode pertama adalah sambung pucuk. Sambung pucuk sering disebut juga
dengan grafting, yaitu menyambung bagian tanaman satu ke bagian tanaman lain sehingga
tumbuh menjadi tanaman baru. Kegiatan sambung pucuk dalam percobaan ini memanfaatkan
batang bawah dan batang atas, dan menggunakan tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis) sebagai objek pengamatan. Batang bawah (scion) diharapkan menjadi batang yang
tahan terhadap patogen tanah dan kokoh sedangkan batang atas merupakan bagian yang memilki
karakter-karakter baik dari tanaman tertentu. Sedangkan batang bawah (stock) biasanya dipakai
dari tanaman yang telah diketahui sistem perakarannya kuat. Tujuan dari sambung pucuk adalah
meningkatkan kualitas tanaman, hasil panen dan kualitas produksi dalam waktu singkat.
Perbanyakan vegetatif berikutnya adalah stek. Metode perbanyakan stek memiliki cara
yang sederhana, yaitu salah satu organ tanamannya dipotong dan bisa langsung ditanam pada
media penanaman. Stek terdiri dari dua macam perlakuan, yaitu stek daun dan stek batang.
Metode atau cara perbanyakan vegetatif stek daun adalah memotong daun tanaman menjadi
bagian ujung, tengah, dan pangkal kemudian ditanam pada media tanam. Lalu, setiap potongan
akan membentuk batang baru. Sedangkan pada stek batang, perbanyakan metode ini berupa
batang tanaman dan hasil yang diperoleh memiliki karakter identik dengan tanaman induknya.
Dalam stek batang, cabang yang terlalu tua tentunya kurang baik untuk disetek karena sulit untuk
membentuk akar sehingga memerlukan waktu lama, sedangkan cabang terlalu muda (tekstur
lunak) proses penguapan sangat cepat sehingga setek menjadi lemah dan akhirnya mati, maka
dari itu biasanya dipilih cabang yang kurang lebih berumur 1 tahun.
Metode perbanyakan vegetative lain yang digunakan dalam praktikum ini adalah
cangkok. Cangkok adalah perbanyakan vegetatif dengan cara mengambil sebagian dari batang
tanaman, dan diharapkan dari bagian batang ini tumbuh akar (dikatakan berhasil) yang nantinya
akan dipindahtanamkan sehingga menjadi tanaman baru. Cangkok dirasa efektif untuk tanaman
buah-buahan karena akan menghasilkan individu yang sama persis dengan induknya. Namun,
tidak selalu cangkok menjadi metode yang menguntungkan, tanaman cangkok memiliki karakter
yang tidak tahan kering, mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang,
serta pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong.
Sambung pucuk (Hibiscus rosainensis)
pada berbagai perlakuan
100.00%

Tingkat keberahasilan
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%

Dirompes Tidak Dirompes

Gambar 1.1 Histogram Tingkat Keberhasilan Sambung Pucuk Bunga Sepatu

Sambung pucuk dilakukan pada tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Pada
perlakuan ini, keberhasilan sambung pucuk yang tidak dirompes sebesar 60%, sedangkan untuk
tanaman yang dirompes keberhasilan adalah sebesar 80%. Dengan melakukan perompesan pada
tanaman Hibiscus rosa-sinensis, metode sambung pucuk dikatakan lebih berhasil. Hal ini karena
dengan perompesan dipercaya akan merangsang pertumbuhan tunas-tunas, baik tunas ketiak
maupun tunas di ujung, sehingga tunas akan terpacu dan tumbuh lebih cepat saat penyambungan
selesai dilakukan. Memang pada tanaman kembang sepatu yang tidak dirompes, metode
sambung pucuk tetap hidup walaupun tidak sebaik sampbung pucuk yang dirompes, namun yang
terjadi di lapangan yaitu tanaman mati atau dikatakan tidak berhasil. Pada percobaan ini tidak
ada metode(dirompes dan tidak dirompes) yang memiliki tingkat keberhasilan 100%
Ketidakberhasilan sambung pucuk dirompes atau tanpa rompes tersebut dapat disebabkan
beberapa faktor, antara lain pemilihan scion atau batang atas yang terlalu muda, sehingga pada
cuaca panas scion mengering. Selain itu, bisa jadi pengikatan yang dilakukan terlalu longgar
sehingga terjadi pengembunan yang berlanjut dengan pembusukan pada sambungan batang. Di
samping itu, metode penyungkupan yang berfungsi mengurangi penguapan, menjaga
kelembapan, dan melindungi dari serangan hama penyakit tanaman dilakukan secara tidak benar
dan alat yang tidak steril juga mempengaruhi tingkat keberhasilan sambung pucuk tanaman
Hibiscus rosa-sinensis.
Stek daun (Sanciviera sp.) pada
berbagai perlakuan
150%

Tingkat keberhasilan
100%

50%

0%

Ujung Tengah Pangkal

Grambar 1.2 Histogram Tingkat keberhasilan stek daun tanaman lidah mertua

Metode stek daun menggunakan tanaman lidah mertua (Sanciviera sp.). Tanaman dibagi
menjadi 3 potongan besar, yaitu bagian ujung, tengah, dan pangkal. Daun yang dipilih adalah
daun yang memiliki stuktur daun yang tidak cacat dan tidak menguning tidak berpenyakit.
Grafik menunjukkan bahwa perlakuan pada daun bagian ujung memiliki keberhasilan sebesar
40%. Sedangkan pada stek daun bagian pangkal dan tengah memiliki keberhasilan lebih tinggi
yakni sebesar 100%. Tingkat keberhasilan stek daun pada pengamatan praktikum ini memiliki
kesesuaian dengan teori yang ada, yakni daun lidah mertua (Sanciviera sp.) pada bagian
pangkal memiliki cadangan makanan dan hormone auksin yang lebih banyak dari bagian tengah
daun, dan begitu pula bagian tengah memiliki cadangan makanan lebih banyak daripada ujung.
Adanya cadangan makanan maupun hormone auksin ini mengakibatkan perbanyakan vegetatif
menjadi bekerja pada kondisi yang optimum sehingga pada grafik dapat dilihat tingkat
keberhasilan tanaman Sanciviera sp. berada pada bagian tengah dan pangkal daun.
Jumlah akar stek daun (Sanciviera sp.)
pada berbagai perlakuan
8

Jumlah akar
6

Ujung Tengah Pangkal

Gambar 1.3 Histogram Jumlah akar stek daun tanaman lidah mertua

Rata-rata jumlah akar yang dihasilkan pada stek daun bagian ujung, tengah dan pangkal
tanaman Sanciviera sp. adalah sebesar 2 akar, 5,6 akar, dan 6,6 akar. Berdasarkan teori,
seharusnya jumlah akar pada bagian tengah lebih banyak dibanding bagian lainnya karena
memiliki lebih banyak karbohidrat dibanding bagian lainnya. Namun, berdasarkan grafik diatas,
dapat dilihat bahwa jumlah akar tanaman lidah mertua paling banyak ada pada bagian pangkal
daun. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti ketersediaan air tanaman dan intensitas cahaya
pada bagian pangkal yang lebih memadai daripada bagian tengah dan ujung. Selain itu faktor
penggunaan alat yang steril juga berpengaruh dalam mencegah tanaman terserang hama dan
penyakit.

Tingkat keberhasilan stek batang


(Citrus sp.) pada berbagai perlakuan
150.00%

100.00%

50.00%

0.00%

Air Air kelapa 50% IBA 2000 ppm

Gambar 1.4 Histogram Tingkat Keberhasilan stek batang tanaman jeruk


Pada praktikum ini digunakan batang jeruk (Citrus sp.) sebagai objek pengamatan stek
batang. Stek batang merupakan perbanyakan vegetatif dengan menggunakan organ vegetatif
tumbuhan berupa batang. Tingkat keberhasilan metode stek batang ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya air dan ZPT. Dalam praktikum ini, ZPT yang digunakan adalah
ZPT IBA dan air kelapa, yang memiliki fungsi yang sama. Hal ini dapat dilihat pula pada grafik
bahwa tingkat keberhasilan stek batang pada tanaman Citrus sp menggunakan air kelapa
memiliki tingkat keberhasilan 80%, dengan air dan IBA 2000 ppm yang memiliki tingkat
keberhasilan sebesar 100%. Sehingga dapat dikatakan bahwa penambahan air kelapa dan IBA
2000 ppm untuk stek batang tanaman jeruk menambah tingkat keberhasilan, pada penambahan
IBA 2000 ppm sesuai dengan teori yang menyatakan penggunaan IBA 2000 ppm pada dasarnya
adalah untuk mempercepat proses fisiologis tanaman yang memungkinkan pembentukan
primordial akar. Sedangkan pada penambahan air kelapa bertolak belakang dengan peran air
kelapa muda yang seharusnya membantu proses pertumbuhan karena mengandung tiga hormon
yaitu sitokinin, auksin, giberilin. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
keadaan lingkungan, kondisi batang, serta konsentrasi air kelapa muda yang tidak sesuai dengan
kebutuhan batang tersebut.

Jumlah akar stek batang (Citrus sp.) pada


berbagai perlakuan
2
Jumlah akar

Air Air kelapa 50% IBA 2000 ppm

Gambar 1.5 Histogram Jumlah akar stek batang tanaman jeruk

Pada stek batang diamati pula jumlah akar. Grafik menujukkan bahwa jumlah akar yang
paling tumbuh adalah terdapat pada perlakuan ZPT IBA 2000 ppm yaitu sebanyak 1,6 akar,
dilanjutkan perlakuan air kelapa 50% sebanyak 1 akar, dan pada perlakuan penambahan air saja
1,8. Hal ini masih tidak sesuai dengan teori, karena seharusnya kelapa muda membantu proses
pertumbuhan karena mengandung tiga hormon yaitu sitokinin, auksin, giberilin.
Jumlah tunas stek batang (Citrus sp.)
pada berbagai perlakuan
0.5

Jumlah Tunas

Air Air kelapa 50% IBA 2000 ppm

Gambar 1.6 Histogram Jumlah tunas stek batang tanaman jeruk

Pada jumlah tunas didapatkan hasil yang sama terhadap ketiga perlakuan yaitu air, air
kelapa, IBA 2000 ppm menghasilkan tunas 0,4. Disini juga seharusnya air kelapa dan cairan
IBA 2000 ppm memiliki tunas yang lebih baik daripada penambahan air.

Keberhasilan Cangkok
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Mangga Rambutan Jambu Biji Srikaya Jeruk

keberhasilan

Gambar 1.7 Histogram keberhasilan Cangkok


Pada pertumbuhan vegetatif dengan cara mencangkok ini, di dapatkan hasil 0 pada semua jenis
tanaman atau tidak ada tumbuhan yang mampu tumbuh ini mungkin dikarenakan oleh bakteri,
tumbuhan yang belum siap di cangkok, kurang tepat dapat mengikatkan plastik yang berisi moss,
dan juga perlakuan/perawatan yang dilakukan pada tanaman yang dicangkok yang masih kurang
diperhatikan. Selain itu kegagalan ini juga bisa disebabkan karena tidak bersih dalam
menghilangkan kambiumnya, karena kambium yang masih tersisa nantinya akan menyebabkan
tertutupnya kembali luka pada tanaman dan bisa menghambat pertumbuhan akar dari
perkembangbiakan vegetative metode cangkok

V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, kesimpulan yang didapat adalah sebagai
berikut:
1. Prinsip-prinsip dasar perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah memanfaatkan
bagian tanaman selain biji seperti pucuk, daun, dan btang
2. Teknik-teknik perbanyakan dengan penyambungan dan penempelan menggunakan
scion yang akan tumbuh menjadi tajuk dan stock yang akan tumbuh menjadi akar.
Scion dipilih dari tanaman yang telah diketahui sifat-sifat baiknya sedangkan stock,
diambil dari tanaman yang memiliki perakaran yang kuat. Pada perbanyakan dengan
stek berdasarkan organ yang digunakan dikenal istilah sambung pucuk stek batang,
stekdaun, dan stek akar. Dengan mengelupas dahan secukupnya dan mengolesinya
dengan zpt serta membungkusnya dengan moss, perbanyakan tersebut disebut
cangkok.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, W., D.Prehaten, dan G. Nawangsih. 2014. Pertumbuhan stek cabang bambu petung
(Dendrocalamus asper) pada media tanah, arang sekam, dan kombinasinya. Jurnal Ilmu
Kehutanan 8(1) :35

Endah, Joesi. 2001. Membuat Tabulampot Rajin Berbuah. AgroMedia Pustaka. Jakarta. hal :11

Gunawan, E. 2016. Perbanyakan Tanaman : Cara Praktis dan Populer. AgroMedia Pustaka.
Jakarta Selatan

Hendaryono, D.P.S., dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan Pengenalan dan Petunjuk
Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif Modern. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. hal: 27.

Limbongan, J. dan F. Djufry. 2013. Pengembangan teknologi sambung pucuk sebagai alternatif
pilihan perbanyakan bibit kakao. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32(4) :168

Prastowo,N., dan J.M.Roshetko. 2006. Tehnik pembibitan dan perbanyakan vegetatif tanaman
buah. World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International p:31

Rahardjo, M., E.Djauhariya, I. Darwati, dan S. M. D. Rosita. 2013. Pengaruh umur batang
bawah terhadap pertumbuhan benih mengkudu tanpa biji hasil grafting. Buletin Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat 24(1) : 15.

Rugayah, A.I., dan Y.C. Ginting. 2012. Pengaruh konsentrasi dan cara aplikasi iba (indole
butiric acid) terhadap pertumbuhan bibit nanas (Ananas comosus [l.] merr.) asal tunas
mahkota. Jurnal Agrotropika 17(1): 35

Sulistiana, S. 2013. Respon pertumbuhan stek daun lidah mertua (Sansevieria parva) pada
pemberian zat pengatur tumbuh sintetik (rootone-f) dan asal bahan stek. Jurnal
Matematika, Sains, dan Teknologi, Universitas Terbuka (14)2 :1
LAMPIRAN
PERTUMBUHAN STEK CABANG BAMBU PETUNG (Dendrocalamus asper)
PADA MEDIA TANAH, ARANG SEKAM, DAN KOMBINASINYA

ADRIANA*, WIDARYANTI W. WINARNI, DARYONO PREHATEN, & GANIS


NAWANGSIH

Bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada


Jl. Agro No. 1, Bulaksumur, Sleman 55281
*Email: adrianabusono@yahoo.com

ABSTRACT

Recently, the utilization of bamboo is more extensive, but the attention towards its regeneration is not
sufficient. The use of stem or branch cuttings are more practical and having more benefits and promising
because the cutting materials are more available, easier to gain, cheaper, undamaging the source clump,
faster in the taking time, and easier in the clump formation. The common rooting media used is top soil
(the fertile part of upper layer soil). Recently, it is quite hard to provide top soil in a large number. Thus,
it is important to find an alternative source in order to decrease the use of top soil that is by mixing the
top soil media with other materials. The media used were soil media, husk charcoal, and the mixture of
soil and husk charcoal (2:1). The branch cuttings used were branches of petung bamboo taken from 2
years old bamboo, with 2-3 cm in diameter, and 2 nodus in length. The treatment was done by giving
some variations in the soil media, the husk charcoal, and the mixture of soil and husk charcoal. The
mixture of soil and husk charcoal media gave a significant influence to the length of sprout variable, but
it did not give significant influence to the number of sprout, the length of root, and the percentage of
rooting.

Keywords: branch cutting, petung bamboo, soil medium, husk charcoal, vegetative reproduction.

INTISARI

Bambu petung banyak digunakan untuk bahan konstruksi bangunan karena sifatnya yang keras dan
kuat. Pembiakan secara vegetatif menggunakan rimpang (rhizome), namun memiliki kelemahan, yaitu
kesulitan dalam pembongkaran rumpun bambu. Oleh karena itu digunakan stek cabang, lebih praktis,
bahan stek tersedia lebih banyak, mudah diperoleh, murah, tidak merusak rumpun asal, waktu
pengambilan lebih cepat, dan pembentukan rumpun lebih mudah. Media pengakaran yang umum
digunakan adalah top soil, namun pengadaan top soil dalam jumlah besar sulit, sehingga perlu dicari
alternatif lain yaitu dengan mencampur media top soil dengan media lain. Media yang digunakan yaitu
media tanah, arang sekam dan kombinasi tanah+arang sekam (2:1). Stek cabang bambu petung dengan
umur pohon induk ± 2 tahun, diameter 2-3 cm dan panjang 2 ruas. Panjang tunas pada perlakuan media
tanah, arang sekam dan kombinasi tanah+arang sekam menunjukkan berbeda di antara perlakuan.
Jumlah tunas terbanyak terdapat pada perlakuan media arang sekam dan kombinasi tanah+arang sekam
(3 tunas). Media campuran tanah+arang sekam menunjukkan panjang tunas terpanjang (37,11 cm), dan

You might also like