Professional Documents
Culture Documents
P
enyematan kata “Wahhâbi” telah membentuk pencitraan negatif, bila tidak bisa
disebut sebagai celaan. Asumsi dari penyematan ini, bahwa “seakan” semua orang
yang berbeda dengan lapisan masyarakat tertentu dalam masalah agama, baik ilmu,
amal maupun keyakinan mendapatkan julukan ini. Bahkan sebagian orang ada yang tidak
peduli, apakah perbedaan itu didasari dalil-dalil atau tidak? Anggapan mereka “setiap yang
berbeda” berarti Wahhâbi.
Wahhâbi dalam versi orang-orang yang tak paham ini adalah gelar yang disematkan kepada para
pengikut dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhâb t , padahal beliau t tidak pernah
mendeklarasikan penamaan itu. Nama itu disematkan oleh orang-orang yang tidak suka dengan dakwah
beliau, sepertinya ada tujuan yang kurang baik, sebab jika tujuannya menisbatkan apa yang beliau ajarkan
kepada beliau, mestinya dinisbahkan kenama beliau, bukan Wahhâbi.
Berbagai tuduhan diarahkan kepada beliau t . Misalnya, beliau t dituduh tidak memiliki
guru, tidak mencintai Rasûlullâh n dan ahlul bait, tidak mencintai orang-orang shâlih. Bahkan ada yang
menggambarkan Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhâb t sebagai pribadi yang haus darah, mudah
mengkafirkan kaum Muslimin yang tidak sependapat dengan beliau t . Dan yang lebih menyeramkan
lagi, ada yang mengaitkan beliau t dengan dajjal, hanya dikarenakan tempat kelahiran beliau yang
dianggap sama dengan tempat kemunculan dajjal. Orang yang mengikuti dakwah beliau t juga
mengalami hal yang tidak jauh beda dengan beliau t .
Di antara alasan penolakan para penentang dakwahnya adalah karena mereka menganggap Syaikh
Muhammad bin Abdul-Wahhâb t tidak mencintai Rasûlullâh dan ahlul bait. Apakah tuduhan ini
benar? Berbicara tentang cinta, itu adalah urusan hati yang keberadaan dan kadarnya tidak bisa diketahui
orang lain. Hanya Allâh k dan kemudian si pelakunya yang mengetahui. Adapun orang lain, dia akan
mengetahuimya setelah diberi tahu atau melihat indikasi yang nampak dari si pelaku dalam menunjukkan
kecintaannya itu. Indikasi mencintai Rasûlullâh n adalah mengikuti ajaran Beliau n . Allah k berfirman,
yang artinya: Katakanlah (wahai Muhammad n ), “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku,
niscaya Allâh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu” -QS Ali Imrân/3 ayat 31- dan demikian itu juga
yang dilakukan para Sahabat dalam membuktikan cinta mereka kepada beliau n .
Abdullâh Ibnu Umar c misalnya, beliau c terus berusaha mengikuti semua tindakan yang pernah
dilakukan Rasûlullâh n , baik saat berada di Madinah maupun ketika beliau n dalam perjalanan. Semestinya
indikasi ini menjadi perhatian kita untuk mengukur kadar dan bukti kecintaan tersebut; ada cinta dalam hati
ataukah tidak ? Ataukah hanya sekedar pengakuan kosong? Dan ternyata fakta di lapangan, para pengikut
dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhâb t sangat antusias menjalankan Sunnah meski ditentang
banyak orang. Fakta ini, mestinya mendorong kita untuk husnuzhan dan tidak mencurigai mereka, apalagi
menuduhnya dengan tuduhan keji.
Permasalahan penting lain yang dituduhkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhâb t dan
para penyambut dakwahnya yaitu mudah menjatuhkan vonis kafir kepada kaum Muslimin. Tuduhan ini
tentu perlu pembuktian, karena ini merupakan permasalahan berat dan penting. Rasûlullâh n menjelaskan:
ﹺ ﹺ ﹺ ﹺ ﹺ
ﺇﹺ ﹶﺫﺍ ﹶﻗ ﹶﺎﻝ ﱠ
ﺍﻟﺮ ﹸﺟ ﹸﻞ ﻷﹶﺧﻴﻪ ﹶﻳﺎ ﻛﹶﺎﻓ ﹸﺮ ﹶﻓ ﹶﻘﺪﹾ ﹶﺑﺎ ﹶﺀ ﺑﹺﻪ ﹶﺃ ﹶﺣﺪﹸ ﹸ ﹶ
ﳘﺎ
Jika ada seseorang yang mengatakan kepada saudaranya “wahai orang kafir”
maka ucapan itu akan kembali kepada salah satunya. (HR al-Bukhâri).
Jika anggapan itu sesuai dengan kenyataan, maka yang mengatakannya selamat. Sebaliknya, jika
anggapan itu tidak sesuai, maka yang mengatakannya akan menanggung akibat yang sangat buruk.
Sedangkan Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhâb t , sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abdul-Lathîf
bin Abdirrahmân Âlu Syaikh, termasuk orang yang paling menjaga dan menahan diri dalam menjatuhkan
vonis kafir, bahkan beliau t tidak berani memastikan kafirnya orang yang berdoa kepada selain Allâh
k karena jahil, (misalnya berdoa kepada, Red.) penghuni kubur atau lainnya, jika tidak ada orang yang
mengingatkannya. Begitu pula dengan Pemerintah Arab Saudi yang meneruskan dakwah Syaikh Muhammad
bin Abdil-Wahhâb t ternyata tidak mengkafirkan para jama’ah haji yang berjuta-juta, bahkan justru terus
meningkatkan pelayanan kepada para jama’ah haji ini. Dan masih banyak lagi tuduhan yang diarahkan,
namun tidak sejalan dengan fakta.
Semoga Allâh k membuka hati kita dan kaum Muslimin untuk senantiasa menerima kebenaran,
meskipun berbeda dengan kebiasaan kita.
bertemu dengan Amir Muhammad Wahhab ini di tengah Jazirah menampakkan agamanya, dan
bin Su’ud sebagai pemimpin Arab, dan dibantu oleh kekuatan kami mengkafirkan siapa saja yang
kota Dir’iyah ketika itu, yang pedang Amir Muhammad bin tidak mengkafirkan mereka, dan
akhirnya mereka berdua sepakat Su’ud yang kemudian menyebar ke siapa yang tidak ikut berperang
untuk menyebarkan dakwah negeri-negeri Islam lainnya, maka bersama kami, dan kebohongan-
Syaikh Muhammad bin Abdul- pantaslah kalau beliau dijuluki kebohongan seperti ini dan lebih
Wahhab, yaitu untuk memurnikan sebagai pembaharu abad kedua daripada ini, semua ini adalah dusta
ajaran Islam dari segala bentuk belas Hijriyah sebagaimana sabda dan kebohongan yang bertujuan
syirik, bid’ah dan khurafat, serta Rasûlullâh n : hendak menghalangi manusia dari
mengembalikan kaum Muslimin agama Allâh dan Rasul-Nya.”3
ّٰ
kepada ajaran Islam yang benar ﺇﹺ ﱠﻥ ا َ ﹶﻳ ﹾﺒ ﹶﻌ ﹸﺚ ﹺﳍ ﹶ ﹺﺬ ﹺﻩ ﹾﺍﻷﹸ ﱠﻣ ﹺﺔ ﹶﻋ ﹶﲆ Tuduhan lain yang biasa
ُ ُ ُّ
ك ﹺﻣﺎﺋ ﹺﹶﺔ ﹶﺳﻨ ﹴﹶﺔ ﹶﻣ ﹾﻦ يَ ّدِد
sesuai yang dibawa oleh Rasûlullâh
n dan telah dipraktekkan ِ ﺱ ﹶﺭ ﹾﺃ ﹺ dilekatkan kepada dakwah ini
adalah mereka tidak mencintai
ﹶﳍﹶﺎ ﹺﺩ ﹾﻳﻨ ﹶﹶﻬﺎ
oleh para sahabat. Kerjasama
Nabi Muhammad n , melarang
yang penuh berkah inilah yang
manusia bershalawat kepada
merupakan cikal bakal Kerajaan Sesungguhnya Allâh mengutus Nabi n , juga mereka dituduh
Saudi Arabia yang kita kenal untuk ummat ini setiap satu abad tidak menghormati orang-orang
sekarang.1 seseorang yang akan menjadi shalih dan para wali, padahal
Pada masa itu, negeri-negeri pembaharu agama ini. (HR Abu buku-buku dan tulisan-tulisan
Islam benar-benar mengalami Dawud, no. 4291). Syaikh Muhammad bin Abdul-
kemerosotan dari segala aspek, Seiring dengan gencarnya Wahhab t sangat jelas
kaum Muslimin mengalami dakwah yang penuh berkah ini, membantah hal ini. Beliau t
kemunduran moral dan akhlak, ternyata musuh-musuh Islam bahkan mengarang kitab ringkasan
praktek kesyirikan tersebar dimana- tanpa henti-hentinya senantiasa sirah (sejarah perjalanan hidup)
mana, berdo’a kepada selain Allâh, menebarkan fitnah dan tuduhan- Rasûlullâh n . Tuduhan-tuduhan
meminta pertolongan kepada tuduhan yang semuanya tanpa seperti ini disebabkan karena
pohon serta batu-batu keramat, bukti. Diantara fitnah yang beliau t sangat menentang
serta praktek sihir dan perdukunan sering dilekatkan kepada dakwah sikap ghulûw (berlebihan) terhadap
hampir merata di tengah-tengah Syaikh Muhammad bin Abdul- Nabi n sebagaimana beliau n
kaum Muslimin.2 Wahhab, yaitu tuduhan jika telah bersabda :
beliau mengkafirkan semua yang
ﺕ ﺍﻟﻨ ﹶﱠﺼ ﹶﺎﺭ ﻭﲏ ﻛﹶﲈ ﹶﺃ ﹾﻃﺮ ﹺ ﻻﹶ ﹸﺗ ﹾﻄﺮ ﹺ
Dengan munculnya dakwah
menyelisihi dakwahnya, padahal ﹶ ﹶ ﹸ
Syaikh Muhammad bin Abdul-
beliau sendiri mengatakan, “Adapun ﺍ ﹾﺑ ﹶﻦ ﹶﻣ ﹾﺮ ﹶﻳ ﹶﻢ ﹶﻓﺈﹺﻧ ﹶﱠﲈ ﹶﺃﻧﹶﺎ ﹶﻋ ﹾﺒﺪﹸ ﹸﻩ ﹶﻓ ﹸﻘﻮ ﹸﻟﻮﺍ
1 Lihat kitab ‘Unwânul Majd fî Târikhi Najd, kedustaan dan kebohongan, ّٰ
karya Usman Basyir, dan kitab Tarikh Najd, seperti perkataan mereka kami ﹶﻋ ﹾﺒﺪﹸ ا ِ ﹶﻭ ﹶﺭ ﹸﺳﻮ ﹸﻟ ﹸﻪ
karya Hushain Ghannam.
2 Lihat tesis S3 Syaikh Shâlih bin Abdullâh mengkafirkan secara umum, dan
Janganlah kalian memujiku secara
bin Abdurrahmân al-Abud tentang Aqidah kami mewajibkan hijrah kepada
Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhab dan kami walaupun ia sanggup 3 Ad-Durar as-Saniyah fil-Kutub an-Najdiyah,
pengaruhnya di dunia Islam. 1/103.
Majalah
Majalah
As-Sunnah
As-Sunnah
EdisiEdisi
07/Thn
07/Thn
XVII/Dzulhijjah
XVII/Dzulhijjah
1434H~Muharram
1434H~Muharram
1435H/November
1435H/November
2013M
2013M 27
27
Mabhats
bin Hanbal kepada ayahnya, beliau juga rajin dakwah, maka beliau memang tidak menyusun
mempelajari kitab tafsir, hadits dan tauhid serta kitab karya besar yang berjilid-jilid. Tetapi bukan
menelaah pendapat para Ulama.17 berarti bahwa karya beliau tidak banyak. Dan tidak
Selanjutnya beliau mengembara untuk berarti pula beliau tidak memiliki karya-karya
menuntut ilmu syar’i ke berbagai negeri yang monumental. Bahkan beliau banyak memiliki karya
berdekatan dan berguru kepada para Ulama besar yang monumental. Meskipun banyak di antara
di negeri-negeri tersebut. Beliau pergi ke Hijaz karyanya yang ringkas dan padat, tetapi ternyata
dan Bashrah beberapa kali, juga ke Ahsâ`.18 Pada banyak Ulama yang kemudian mensyarah karya-
pengembaraan yang memakan waktu lebih panjang karya ringkas beliau. Banyak karya ringkasnya
inilah beliau secara lebih mendalam mempelajari memiliki lebih dari satu syarah dari para Ulama.
ilmu-ilmu syar’i kepada para Ulama gurunya. Mengapa? Tentu karena pentingnya karya yang
Sebagian di antaranya adalah para Ulama terkenal beliau susun. Singkat namun sarat berisi pelajaran
yang sudah disebut namanya di atas. yang perlu digali, dikaji dan disampaikan kepada
khalayak.
Sementara di Bashrah, beliau berguru pula
kepada banyak Ulama tentang hadits dan fiqih. Sebagai contoh, kitab karya beliau yang
Juga tentang ilmu nahwu hingga betul-betul berjudul Kibâb at-Tauhîd al-Ladzî Huwa Haqqullâh
menguasainya.19 Salah satu di antara Ulama itu ‘alâ al-’Abîd, lebih dari lima orang Ulama yang
berasal dari daerah Majmû’ah di Bashrah, yaitu telah mensyarahnya, dan kitab asli maupun kitab
Syaikh Muhammad al-Majmû’î, seorang Ulama syarahnya selalu dikaji semenjak dahulu hingga
yang beserta anak-anaknya termasuk keluarga sekarang. Demikian pula Kitab Kasyfu asy-Syubuhât,
yang terkenal sebagai orang-orang shalih dan Kitab Ushûl as-Sittah dan lain-lain, terdapat
berpegang pada ajaran tauhid.20 Sedangkan di beberapa Ulama yang telah mensyarahnya.
Ahsâ`, beliau juga bertemu dengan para Ulama, di Orang-orang yang cerdas akan memahami
antaranya Syaikh ‘Abdullâh bin Muhammad bin dan mengakui kehebatan Syaikh Muhammad bin
‘Abdul Lathîf asy-Syâfi’î al-Ahsâ-î.21 ‘Abdul-Wahhâb t , justeru karena singkat dan
Jadi tidak benar kalau beliau dinyatakan tidak padatnya karya tersebut, namun sarat dengan ilmu.
mempunyai guru. Bahkan guru-guru beliau cukup Kehebatan beliau antara lain terletak pada sikap
banyak, dan merupakan para Ulama yang dikenal di tanggap beliau bahwa pada saat itu yang tepat
zaman itu, baik di ‘Uyainah, Madinah, Bashrah, Ahsâ` adalah menyusun karya-karya ringkas dan praktis
maupun di tempat lain. Yang sangat menonjol yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.
di antara guru-guru beliau, adalah yang sudah Hanya orang-orang dangkal, picik dan miskin
disebutkan di atas. Bahkan beliau juga mendapat pengalaman saja yang mengatakan bahwa ukuran
ijazah dan sanad, di antaranya dalam riwayat hadits, kehebatan keulamaan seseorang ditentukan oleh
dari Syaikh’Abdullâh bin Ibrâhîm bin Saif an-Najdî banyak dan besarnya karya yang dihasilkannya.
al-Madanî.22 Sehingga jika karya-karya yang dihasilkan
seseorang hanya singkat saja meskipun padat dan
BENARKAH BELIAU TIDAK MEMILIKI KARYA sarat ilmu, dianggap tidak berarti.
MONUMENTAL? Karya-karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdul-
Wahhâb t , meskipun kebanyakan merupakan
Karena kondisi masyarakat yang menuntut
karya ringkas, namun jutaan umat Islam yang
beliau t sibuk terjun langsung menangani
membutuhkannya. Mereka berulang-ulang
membacanya, mempelajari kandungan pesan-
17 Ibid I/69. Lihat pula ‘Unwân al-Majd Fî Târîkh Najed, I/6.
18 Târîkh Najed (Raudhatu al-Afhâm wa al-Afkâr), I/26
pesannya dan mengamalkan kebenaran yang ada di
19 Ibid I/27. dalamnya. Bahkan karya-karya beliau t selalu
20' Unwân al-Majd Fî Târîkh Najed, op.cit. I/8 dibaca dan dicetak ulang sejak beliau masih hidup
21 Ibid. sampai beberapa ratus tahun kemudian hingga
22 Târîkh Najed (Raudhatu al-Afhâm wa al-Afkâr), I/26-27.
ﻼ ﹶﺛ ﹴﺔ
ﺎﻥ ﺍ ﹾﻧ ﹶﻘ ﹶﻄ ﹶﻊ ﹶﻋﻨﹾ ﹸﻪ ﹶﻋ ﹶﻤ ﹸﻠ ﹸﻪ ﺇﹺﻻﱠ ﹺﻣ ﹾﻦ ﹶﺛ ﹶ
bin ‘Abdul-Wahhâb t . Penyebutan wahabi itu
ﺍﻹﻧ ﹶﹾﺴ ﹸ ﺇﹺ ﹶﺫﺍ ﹶﻣ ﹶ
ﺎﺕ ﹾ ﹺ sendiri sesungguhnya tidak jelas asal-usulnya,
29 Lihat kitab tersebut pada juz I, op.cit. mulai hal. 50-60, juga hlm.
28 Ibid II/6-7. 95-175.
2 Yaitu kepada dua hakim, Pen. 5 Al-Farqu Baina al-Firaq, Cet. Maktabah Muhammad Ali Subaih,
3 Salah satu firqah dari pecahan firqah-firqah Khawarij, yaitu Mesir, hlm. 73.
merupakan pengikut seseorang yang bernama Najdah bin ‘Âmir, 6 Al-Fishal fi al-Milal wa al-Ahwâ` wa an-Nihal, tahqîq: Dr.
Pen. Abdurrahim ‘Umairoh, Daar al-Jail, Beirut, 2/270.
4 Maqâlât al-Islâmiyîn wa Ikhtilâf al-Mushallîn, Cet. al-Maktabah 7 Al-Milal wa an-Nihal, Daar al-Ma’rifah, Beirut, Libanon, Cet. Ke-3,
al-’Ashriyah, Beirut, 1/167-168. 1/132.
M
asyarakat dunia bisa dipastikan Kurikulum sekolah di Saudi Arabia juga
mengetahui adanya Negara Saudi Arabia penuh dengan nuansa Islami. Hafalan al-
yang terletak di kawasan yang dikenal Qur`ân merupakan muatan tetap dari sejak TK
dengan Timur Tengah, dan mengenalnya sebagai sampai kuliah. Anak yang lulus SD minimal telah
satu-satunya negara yang menerapkan dan menghafal 2 juz dari belakang (Juz 29 dan Juz 30).
menetapkan Islam sebagai agama resmi negara. Pelajaran agama dipisahkan dari hafalan al-Qur`ân.
Tetapi sejauh mana pengetahuan masyarakat dunia Anak-anak sejak TK sudah diajarkan tiga landasan
selama ini terutama lantaran penerapan Islam ? utama, yaitu: mengenal Allâh, mengenal Nabi e ,
Berikut adalah catatan singkat yang dirasakan dan mengenal agama, tiga pertanyaan yang kelak kita
dilihat secara langsung, yang tentu tak terlepas ditanya tentangnya.
dengan praktek keagamaan di Saudi Arabia. Dan
Pelajaran lainnya, seperti IPA, IPS, Matematika,
ini merupakan sebagian kecil dari praktek tersebut.
dan lain-lain tidak jarang materinya dikaitkan
Semoga Allâh l memudahkan kita untuk
dengan agama. Misalnya, bagaimana mengenal
mengambil pelajaran yang baik dari yang kita lihat
di Negara Saudi Arabia ini. Allâh dengan melihat kekuasaanya di alam semesta,
yang menunjukkan bahwa ilmu-ilmu tersebut tidak
bertentangan dengan agama.
1. Pendidikan
Di Saudi terdapat sekolah SD yang memiliki
Kerajaan Saudi Arabia memisahkan antara prioritas al-Qur`an lebih daripada SD lainnya.
sekolah laki-laki dan wanita sejak tingkat sekolah
Menerapkan jam hafalan lebih banyak. Dan SD
dasar (SD). Yang demikian supaya anak-anak
seperti ini menjadi rebutan banyak orang. Setiap
terbiasa dengan adab Islam dalam bergaul dengan
tahunnya, murid-murid SD ini mendapat beasiswa
lawan jenis. Siswi, sejak SD tidak dibolehkan
dari kerajaan.
memakai rok pendek. Siswi, dari kelas 1 sampai
3 SD masih diberi kelonggaran oleh sekolah dan
keluarga untuk tidak memakai kerudung. Tetapi
2. Kesehatan
kalau sudah sampai kelas 4 dan kelihatan sudah Di Saudi Arabia antara pasien laki-laki dan
besar dan bisa menimbulkan godaan maka sudah wanita dipisahkan. Demikian juga dokter laki-laki
dibiasakan memakai kerudung ketika ke sekolah, untuk laki-laki dan dokter wanita untuk wanita
meski pada asalnya tidak wajib sampai dia baligh. kecuali dalam beberapa keadaan darurat, atau
Berbeda jika Siswi sudah memasuki bangku keterbatasan tenaga medis. Sering ditemui saat
setingkat SMP, ia sudah diwajibkan memakai cadar menunggu pasien, para dokter di kamar-kamar
ketika sekolah. Siswi diajar guru wanita, sedangkan praktek mereka membaca al-Qur`ân. Komputer
siswa diajar oleh guru laki-laki. Murid-murid dari mereka terisi dengan murattal. Semuanya
TK sampai SD sudah dibiasakan membaca dzikir itu untuk memanfaatkan waktu supaya tidak
pagi yang disyari’atkan ketika awal belajar. terbuang sia-sia.
42 Majalah
Majalah As-Sunnah
As-Sunnah Edisi
Edisi 07/Thn
07/Thn XVII/Dzulhijjah
XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram
1434H~Muharram 1435H/November
1435H/November 2013M
2013M 42
Rasulullâh n bersabda: ^] \ [ Z Y X W V U
ُ ّ ﹺ
الص َّحة
ِ ﹶﺎﻥ ﹶﻣ ﹾﻐ ﹸﺒ ﹾﻮ ﹲﻥ ﻓﹺ ﹾﻴ ﹺﻬ ﹶﲈ ﻛﹶﺜﹺ ﹾ ﹲﲑ ﹺﻣ ﹶﻦ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱﻧﹺﻌﻤﺘ ﹺ
ﹾﹶ f e d cb a ` _
ﹶﻭﺍ ﹾﻟ ﹶﻔ ﹶﺮﺍ ﹸﻍ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
Dua nikmat yang manusia banyak terlena di dalamnya, adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan
yaitu kesehatan dan waktu luang. (HR. Al-Bukhari) tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allâh
Ada di antara dokter-dokter itu yang hafal melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
al-Qur`ân bahkan memiliki sanad al-Qur`ân dan kehendaki. Dan Allâh Maha Luas (karunia-Nya) lagi
mengajarkannya kepada orang lain. Pagi bekerja Maha Mengetahui. (QS al-Baqarah/2:261).
sebagai dokter dan sore hari mengajar al-Qur`ân Ketika Ramadhan tiba semakin terlihat
di masjid. Tidak jarang mereka menasihati pasien kedermawanan mereka. Mulai dari berbuka puasa,
untuk bertawakkal kepada Allâh k dan tidak membebaskan orang yang dipenjara karena terlilit
bertawakkal kepada dokter atau obat. Mereka hutang, membagikan pakaian untuk lebaran,
memahami bahwa dokter dan obat hanya sebab shadaqah, dan lain-lain. Oleh karena itu, orang-
dan Allâh k yang memberikan kesembuhan. orang miskin di Saudi tidak iri dengan orang-orang
Apabila kedatangan pasien anak kecil, terkadang kaya. Dan orang kayapun tidak menghina si miskin.
anak-anak itu ditanya tentang hafalan al-Qur`ânnya Masing-masing melaksanakan kewajibannya.
sudah sampai mana.
Ibnu 'Abbâs c berkata :
ﹶﺃ ﹾﺟ ﹶﻮ ﹶﺩ ﺍﻟﻨ ﹺb ِ ّٰ ﻛ ﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺭ ﹸﺳ ﹾﻮ ﹸﻝ ا
Para dokter wanita memakai cadar adalah
sesuatu yang biasa. Demikian pula dokter
berjenggot tebal. Ketika shalat mereka menunaikan
ﹶﺎﻥ ﹶﺃ ﹾﺟ ﹶﻮ ﹸﺩ
ﱠﺎﺱ ﹶﻭﻛ ﹶ
shalat berjamaah kecuali dalam keadaan darurat
yang mengharuskan keberadaanya bersama pasien.
ﺎﻥ ﹺﺣ ﹾ ﹶ
ﲔ ﹶﻳ ﹾﻠ ﹶﻘﺎ ﹸﻩ ﹺﺟ ﹾ ﹺﱪ ﹾﻳ ﹸﻞ ﹶﻣﺎ ﹶﻳﻜ ﹾﹸﻮ ﹸﻥ ﹺﰲ ﹶﺭ ﹶﻣ ﹶﻀ ﹶ
Dahulu Rasûlullâh n adalah orang yang paling
3. Sosial dermawan, dan beliau sangat dermawan ketika
Ramadhan saat ditemui Jibril. (Muttafaqun ‘alaihi).
Orang-orang kaya di Saudi Arabia menyadari
jika di dalam harta mereka terdapat hak orang lain.
Banyak yayasan sosial yang berdiri untuk menjadi 4. Keamanan
jembatan antara orang kaya dengan orang miskin Hal yang sangat dirasakan di Negara Saudi
dan yang membutuhkan, seperti pembagian zakat Arabia ini adalah nikmat keamanan. Seseorang
harta, sembako, alat-alat dan perkakas rumah tidak takut melakukan perjalanan jauh sekeluarga
tangga. pada malam hari kecuali kepada Allâh k .
Orang-orang miskin dan membutuhkan yang Terminal-terminalnya jangan dibayangkan seperti
mendaftar dan terpenuhi syarat-syaratnya akan di negara yang lain, yang sering terjadi tindak
mendapatkan kesempatan menerima bantuan. kriminal. Mobil-mobil pribadi di Saudi tidak perlu
Banyak diantara orang-orang kaya tersebut yang disimpan rapat-rapat di garasi. Pada malam hari
mewaqafkan bangunan untuk tempat tinggal, barang-barang dagangan milik pedagang kaki lima
mewaqafkan masjid, dan lain-lain. Mereka berlomba di sekitar Masjid Nabawi dibiarkan tergeletak saja
menginfakkan hartanya di jalan Allâh. di luar dengan ditutup kain sampai pagi tanpa ada
Allâh l berfirman: yang mengambilnya.
Al-hamdulillâh, semua ini merupakan nikmat
TSRQPONM dari Allâh karena mereka mau menerapkan syariat
Islam. Masyarakat di Saudi ditanamkan rasa
MajalahAs-Sunnah
Majalah As-SunnahEdisi
Edisi07/Thn
07/ThnXVII/Dzulhijjah
XVII/Dzulhijjah1434H~Muharram
1434H~Muharram1435H/November
1435H/November2013M
2013M 43
43
Mabhats
takut kepada Allâh dan rasa takut terhadap hari 6. Ditegakkan Hukum Islam
pembalasan, yang sedikit banyak mempengaruhi
Di Saudi Arabia, orang yang membunuh
perilaku mereka sehari-hari.
setelah melalui proses peradilan yang syar’i, akan
mendapatkan qishâsh (pembalasan) bunuh –
5. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar tentunya- dengan cara yang disyari’atkan. Yaitu
Sepengetahuan penulis, Negara Saudi Arabia dipenggal lehernya dengan pedang di hadapan
adalah satu-satunya negara yang memiliki polisi orang banyak. Biasanya, sebelum dihukum mati,
agama resmi yang tergabung dalam Haiah Amar orang yang mendapat qishâsh ini dinasihati untuk
Ma’ruf Nahi Mungkar. Kedudukan mereka sejajar bertaubat dan diingatkan tentang keutamaan
dengan polisi lain, dan berada di bawah Kementrian akhirat di atas dunia. Adapun pelajaran bagi yang
Dalam Negeri. lain supaya tidak mudah menumpahkan darah
Haiah Amar Ma’rûf Nahi Mungkar ini jangan manusia.
disamakan dengan ormas yang ada di negara kita Allâh k berfirman:
(Indonesia), karena Haiah di Saudi adalah bagian
dari aparat negara. Mereka berstatus pegawai negeri,
dan diberi kewenangan yang terbatas. Mereka tidak
© ¨ § ¦ ¥ ¤
berseragam seperti angkatan lain, tetapi mereka
lebih disegani daripada polisi keamanan. ǻ
Tugas polisi agama ini memberantas Dan dalam qhishâsh itu ada (jaminan kelangsungan)
kemungkaran, baik dalam bidang aqidah, seperti hidup bagi kalian, wahai orang-orang yang berakal,
pemberantasan tukang sihir, dukun dan lain- supaya kamu bertakwa. (QS al-Baqarah/2:179).
lain, maupun dalam bidang akhlak, seperti
pemberantasan pacaran, minuman keras dan
7. Saling Mendoakan
sebagainya. Disamping itu juga menertibkan
penegakan syiar-syiar Islam, seperti shalat Diantara kebiasaan baik orang-orang Saudi
berjamaah. Mereka melakukan patroli menjelang Arabia adalah bila bertemu mereka akan saling
shalat untuk mengajak manusia mendirikan shalat mendoakan antara yang satu dengan lainnya.
berjamaah dan menghentikan kegiatan lain, Seperti mendoakan agar senantiasa diberi
seperti berdagang di toko-toko, pasar-pasar, pom- keselamatan, keberkahan, rahmat dari Allâh, dan
pom bensin ataupun tempat lainnya. Begitu pula lainnya. Kebiasaan saling mendoakan ini tentu
tempat-tempat atau acara-acara yang diperkirakan membawa pengaruh terhadap keharmonisan
digunakan untuk bermaksiat akan dikirim pasukan hubungan diantara masyarakat.
dari pihak Haiah Ma’ruf Nahi Mungkar, dan bagi
warga yang melanggarnya akan dikenakan denda. 8. Tentara dan Polisi Berjenggot
Inilah yang membuat kokoh negara minyak ini.
Allâh berfirman: Di Kerajaan Saudi Arabia, kita akan terbiasa
mendapatkan tentara dan polisi itu berjenggot,
ml kji hgf karena membiarkan jenggot bagi laki-laki
merupakan kewajiban, dan ini umum baik bagi
t s r qp o n polisi ataupun lainnya. Rasûlullâh n bersabda:
ّ
Dan hendaklah ada diantara kalian yang mengajak ﺍﻟﺸ ﹶﻮ ﹺﺍﺭ ﹶﺏ ﹶﻭ ﹶﺃ ﹾﻋ ﹸﻔ ﹾﻮﺍ الل َِح
ﹶﺃ ﹾﺣ ﹸﻔ ﹾﻮﺍ ﱠ
kepada kebaikan dan memerintah kepada perbuatan
baik, dan melarang dari kemungkaran, dan merekalah Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot.
orang-orang yang beruntung. (QS Ali ‘Imrân/3:104). (HR al-Bukhâri, dari Abdullâh bin ‘Umar).