You are on page 1of 26

WAHHÂBI, ANTARA TUDUHAN DAN FAKTA

P
enyematan kata “Wahhâbi” telah membentuk pencitraan negatif, bila tidak bisa
disebut sebagai celaan. Asumsi dari penyematan ini, bahwa “seakan” semua orang
yang berbeda dengan lapisan masyarakat tertentu dalam masalah agama, baik ilmu,
amal maupun keyakinan mendapatkan julukan ini. Bahkan sebagian orang ada yang tidak
peduli, apakah perbedaan itu didasari dalil-dalil atau tidak? Anggapan mereka “setiap yang
berbeda” berarti Wahhâbi.
Wahhâbi dalam versi orang-orang yang tak paham ini adalah gelar yang disematkan kepada para
pengikut dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhâb t , padahal beliau t tidak pernah
mendeklarasikan penamaan itu. Nama itu disematkan oleh orang-orang yang tidak suka dengan dakwah
beliau, sepertinya ada tujuan yang kurang baik, sebab jika tujuannya menisbatkan apa yang beliau ajarkan
kepada beliau, mestinya dinisbahkan kenama beliau, bukan Wahhâbi.
Berbagai tuduhan diarahkan kepada beliau t . Misalnya, beliau t dituduh tidak memiliki
guru, tidak mencintai Rasûlullâh n dan ahlul bait, tidak mencintai orang-orang shâlih. Bahkan ada yang
menggambarkan Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhâb t sebagai pribadi yang haus darah, mudah
mengkafirkan kaum Muslimin yang tidak sependapat dengan beliau t . Dan yang lebih menyeramkan
lagi, ada yang mengaitkan beliau t dengan dajjal, hanya dikarenakan tempat kelahiran beliau yang
dianggap sama dengan tempat kemunculan dajjal. Orang yang mengikuti dakwah beliau t juga
mengalami hal yang tidak jauh beda dengan beliau t .
Di antara alasan penolakan para penentang dakwahnya adalah karena mereka menganggap Syaikh
Muhammad bin Abdul-Wahhâb t tidak mencintai Rasûlullâh dan ahlul bait. Apakah tuduhan ini
benar? Berbicara tentang cinta, itu adalah urusan hati yang keberadaan dan kadarnya tidak bisa diketahui
orang lain. Hanya Allâh k dan kemudian si pelakunya yang mengetahui. Adapun orang lain, dia akan
mengetahuimya setelah diberi tahu atau melihat indikasi yang nampak dari si pelaku dalam menunjukkan
kecintaannya itu. Indikasi mencintai Rasûlullâh n adalah mengikuti ajaran Beliau n . Allah k berfirman,
yang artinya: Katakanlah (wahai Muhammad n ), “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku,
niscaya Allâh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu” -QS Ali Imrân/3 ayat 31- dan demikian itu juga
yang dilakukan para Sahabat dalam membuktikan cinta mereka kepada beliau n .
Abdullâh Ibnu Umar c misalnya, beliau c terus berusaha mengikuti semua tindakan yang pernah
dilakukan Rasûlullâh n , baik saat berada di Madinah maupun ketika beliau n dalam perjalanan. Semestinya
indikasi ini menjadi perhatian kita untuk mengukur kadar dan bukti kecintaan tersebut; ada cinta dalam hati
ataukah tidak ? Ataukah hanya sekedar pengakuan kosong? Dan ternyata fakta di lapangan, para pengikut
dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhâb t sangat antusias menjalankan Sunnah meski ditentang
banyak orang. Fakta ini, mestinya mendorong kita untuk husnuzhan dan tidak mencurigai mereka, apalagi
menuduhnya dengan tuduhan keji.
Permasalahan penting lain yang dituduhkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhâb t dan
para penyambut dakwahnya yaitu mudah menjatuhkan vonis kafir kepada kaum Muslimin. Tuduhan ini
tentu perlu pembuktian, karena ini merupakan permasalahan berat dan penting. Rasûlullâh n menjelaskan:

‫ﹺ‬ ‫ﹺ‬ ‫ﹺ ﹺ ﹺ‬
‫ﺇﹺ ﹶﺫﺍ ﹶﻗ ﹶﺎﻝ ﱠ‬
‫ﺍﻟﺮ ﹸﺟ ﹸﻞ ﻷﹶﺧﻴﻪ ﹶﻳﺎ ﻛﹶﺎﻓ ﹸﺮ ﹶﻓ ﹶﻘﺪﹾ ﹶﺑﺎ ﹶﺀ ﺑﹺﻪ ﹶﺃ ﹶﺣﺪﹸ ﹸ ﹶ‬
‫ﳘﺎ‬
Jika ada seseorang yang mengatakan kepada saudaranya “wahai orang kafir”
maka ucapan itu akan kembali kepada salah satunya. (HR al-Bukhâri).
Jika anggapan itu sesuai dengan kenyataan, maka yang mengatakannya selamat. Sebaliknya, jika
anggapan itu tidak sesuai, maka yang mengatakannya akan menanggung akibat yang sangat buruk.
Sedangkan Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhâb t , sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abdul-Lathîf
bin Abdirrahmân Âlu Syaikh, termasuk orang yang paling menjaga dan menahan diri dalam menjatuhkan
vonis kafir, bahkan beliau t tidak berani memastikan kafirnya orang yang berdoa kepada selain Allâh
k karena jahil, (misalnya berdoa kepada, Red.) penghuni kubur atau lainnya, jika tidak ada orang yang
mengingatkannya. Begitu pula dengan Pemerintah Arab Saudi yang meneruskan dakwah Syaikh Muhammad
bin Abdil-Wahhâb t ternyata tidak mengkafirkan para jama’ah haji yang berjuta-juta, bahkan justru terus
meningkatkan pelayanan kepada para jama’ah haji ini. Dan masih banyak lagi tuduhan yang diarahkan,
namun tidak sejalan dengan fakta.
Semoga Allâh k membuka hati kita dan kaum Muslimin untuk senantiasa menerima kebenaran,
meskipun berbeda dengan kebiasaan kita. 
 

Disusun oleh : Ustadz Iqbal Gunawan, L.c

"Wahhabiyah” atau Syaikh Muhammad bin Abdul- Syaikh Muhammad bin


“Wahhabi”, dua kata ini Wahhab dilahirkan di kota ‘Uyainah Abdul-Wahhâb t memulai
sudah sering kita dengar, (sebelah utara kota Riyadh) pada dakwahnya di kota Huraimila`,
namun tahukah kita tahun 1115 Hijriyah, bertepatan yaitu tempat tinggal ayahanda
apa sebenarnya hakikat dengan tahun 1703 Masehi di beliau yang menjabat sebagai
keduanya? tengah-tengah keluarga Ulama. hakim disana. Beliau mulai
Ayah, kakek dan paman-paman mengajak untuk memurnikan
Secara bahasa, kata wahhab beliau adalah para Ulama, sehingga ibadah hanya kepada Allâh l ,
berasal dari kata wahaba sejak kecil beliau sudah menghafal dan menjelaskan bahaya syirik
yahabu, yang artinya memberi. al-Qur`ân dan belajar fiqh, tafsir dan bahaya beribadah kepada
Sedangkan wahhab adalah shighah dan hadits dari ayah beliau. Saat selain Allâh k . Tetapi
mubâlaghah (bentuk superlative) sudah mencapai usia baligh beliau sepeninggal ayahandanya, beliau
dari kata wâhib (pemberi). Kata berangkat ke Mekkah untuk kembali ke ‘Uyainah dan kembali
al-Wahhâb, juga menjadi salah menunaikan ibadah haji dan ia berdakwah disana. Lantaran terjadi
satu dari asmâ-ul-husna, yang bertemu serta menimba ilmu dari berbagai tekanan, akhirnya beliau
berarti Maha Pemberi. Adapun para ulama Mekkah dan Madinah. meninggalkan kota ‘Uyainah
istilah Wahhâbiyah adalah istilah Beliau juga berangkat menuju menuju Dir’iyah.
yang biasa dilontarkan untuk Basrah dan menimba ilmu dari para
dakwah yang dibawa oleh Syaikh Di kota Dir’iyah inilah Syaikh
ulama Basrah ketika itu.
Muhammad bin Abdul-Wahhâb. Muhammad bin Abdul-Wahhab

Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M 23


Mabhats

bertemu dengan Amir Muhammad Wahhab ini di tengah Jazirah menampakkan agamanya, dan
bin Su’ud sebagai pemimpin Arab, dan dibantu oleh kekuatan kami mengkafirkan siapa saja yang
kota Dir’iyah ketika itu, yang pedang Amir Muhammad bin tidak mengkafirkan mereka, dan
akhirnya mereka berdua sepakat Su’ud yang kemudian menyebar ke siapa yang tidak ikut berperang
untuk menyebarkan dakwah negeri-negeri Islam lainnya, maka bersama kami, dan kebohongan-
Syaikh Muhammad bin Abdul- pantaslah kalau beliau dijuluki kebohongan seperti ini dan lebih
Wahhab, yaitu untuk memurnikan sebagai pembaharu abad kedua daripada ini, semua ini adalah dusta
ajaran Islam dari segala bentuk belas Hijriyah sebagaimana sabda dan kebohongan yang bertujuan
syirik, bid’ah dan khurafat, serta Rasûlullâh n : hendak menghalangi manusia dari
mengembalikan kaum Muslimin agama Allâh dan Rasul-Nya.”3
ّٰ
kepada ajaran Islam yang benar ‫ﺇﹺ ﱠﻥ ا َ ﹶﻳ ﹾﺒ ﹶﻌ ﹸﺚ ﹺﳍ ﹶ ﹺﺬ ﹺﻩ ﹾﺍﻷﹸ ﱠﻣ ﹺﺔ ﹶﻋ ﹶﲆ‬ Tuduhan lain yang biasa
ُ ُ ُّ
‫ك ﹺﻣﺎﺋ ﹺﹶﺔ ﹶﺳﻨ ﹴﹶﺔ ﹶﻣ ﹾﻦ يَ ّدِد‬
sesuai yang dibawa oleh Rasûlullâh
n dan telah dipraktekkan ِ ‫ﺱ‬ ‫ﹶﺭ ﹾﺃ ﹺ‬ dilekatkan kepada dakwah ini
adalah mereka tidak mencintai
‫ﹶﳍﹶﺎ ﹺﺩ ﹾﻳﻨ ﹶﹶﻬﺎ‬
oleh para sahabat. Kerjasama
Nabi Muhammad n , melarang
yang penuh berkah inilah yang
manusia bershalawat kepada
merupakan cikal bakal Kerajaan Sesungguhnya Allâh mengutus Nabi n , juga mereka dituduh
Saudi Arabia yang kita kenal untuk ummat ini setiap satu abad tidak menghormati orang-orang
sekarang.1 seseorang yang akan menjadi shalih dan para wali, padahal
Pada masa itu, negeri-negeri pembaharu agama ini. (HR Abu buku-buku dan tulisan-tulisan
Islam benar-benar mengalami Dawud, no. 4291). Syaikh Muhammad bin Abdul-
kemerosotan dari segala aspek, Seiring dengan gencarnya Wahhab t sangat jelas
kaum Muslimin mengalami dakwah yang penuh berkah ini, membantah hal ini. Beliau t
kemunduran moral dan akhlak, ternyata musuh-musuh Islam bahkan mengarang kitab ringkasan
praktek kesyirikan tersebar dimana- tanpa henti-hentinya senantiasa sirah (sejarah perjalanan hidup)
mana, berdo’a kepada selain Allâh, menebarkan fitnah dan tuduhan- Rasûlullâh n . Tuduhan-tuduhan
meminta pertolongan kepada tuduhan yang semuanya tanpa seperti ini disebabkan karena
pohon serta batu-batu keramat, bukti. Diantara fitnah yang beliau t sangat menentang
serta praktek sihir dan perdukunan sering dilekatkan kepada dakwah sikap ghulûw (berlebihan) terhadap
hampir merata di tengah-tengah Syaikh Muhammad bin Abdul- Nabi n sebagaimana beliau n
kaum Muslimin.2 Wahhab, yaitu tuduhan jika telah bersabda :
beliau mengkafirkan semua yang
￯‫ﺕ ﺍﻟﻨ ﹶﱠﺼ ﹶﺎﺭ‬ ‫ﻭﲏ ﻛﹶﲈ ﹶﺃ ﹾﻃﺮ ﹺ‬ ‫ﻻﹶ ﹸﺗ ﹾﻄﺮ ﹺ‬
Dengan munculnya dakwah
menyelisihi dakwahnya, padahal ‫ﹶ ﹶ‬ ‫ﹸ‬
Syaikh Muhammad bin Abdul-
beliau sendiri mengatakan, “Adapun ‫ﺍ ﹾﺑ ﹶﻦ ﹶﻣ ﹾﺮ ﹶﻳ ﹶﻢ ﹶﻓﺈﹺﻧ ﹶﱠﲈ ﹶﺃﻧﹶﺎ ﹶﻋ ﹾﺒﺪﹸ ﹸﻩ ﹶﻓ ﹸﻘﻮ ﹸﻟﻮﺍ‬
1 Lihat kitab ‘Unwânul Majd fî Târikhi Najd, kedustaan dan kebohongan, ّٰ
karya Usman Basyir, dan kitab Tarikh Najd, seperti perkataan mereka kami ‫ﹶﻋ ﹾﺒﺪﹸ ا ِ ﹶﻭ ﹶﺭ ﹸﺳﻮ ﹸﻟ ﹸﻪ‬
karya Hushain Ghannam.
2 Lihat tesis S3 Syaikh Shâlih bin Abdullâh mengkafirkan secara umum, dan
Janganlah kalian memujiku secara
bin Abdurrahmân al-Abud tentang Aqidah kami mewajibkan hijrah kepada
Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhab dan kami walaupun ia sanggup 3 Ad-Durar as-Saniyah fil-Kutub an-Najdiyah,
pengaruhnya di dunia Islam. 1/103.

24 Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M



ُ ّٰ ‫ـﻮﻝ ا ّٰ ِ ﺻ ﱠﲆ ا‬ ‫ــﺖ ﹶﺭ ﹸﺳـ ﹶ‬ ‫ﹶﺭ ﹶﺃ ﹾﻳ ﹸ‬
berlebihan seperti berlebihannya beliau yang banyak menukil dari ‫ﹶ‬
‫ﴩ ﹺﻕ‬ ‫ﹶﻋ ﹶﻠ ﹾﻴ ﹺﻪ ﹶﻭ ﹶﺳ ﱠﻠ ﹶﻢ ﹸﻳ ﹺﺸ ﹸﲑ ﺇﹺ ﹶﱃ ﺍ ﹾﻟ ﹶـﻤ ﹾ ﹺ‬
kaum Nashrani terhadap Isa bin perkataan para ulama Salaf.
Maryam; karena sesungguhnya aku
‫ﹶﻓ ﹶﻘ ﹶﺎﻝ ﹶﻫﺎ ﺇﹺ ﱠﻥ ﺍ ﹾﻟ ﹺﻔ ﹾﺘﻨﹶ ﹶﺔ ﹶﻫﺎ ﹸﻫﻨﹶﺎ ﺇﹺ ﱠﻥ‬
Syubhat lain yang sering
hanyalah seorang hamba-Nya maka
dilontarkan musuh dakwah beliau,
katakanlah; Hamba Allah dan Rasul-
‫ﺍ ﹾﻟ ﹺﻔ ﹾﺘﻨﹶ ﹶﺔ ﹶﻫﺎ ﹸﻫﻨﹶﺎ ﹺﻣ ﹾﻦ ﹶﺣ ﹾﻴ ﹸﺚ ﹶﻳ ﹾﻄ ﹸﻠ ﹸﻊ‬
ialah karena Syaikh Muhammad bin
Nya. (HR Bukhâri, no. 3445).
Abdul-Wahhab berasal dari Najed,
‫ﺍﻟﺸﻴ ﹶﻄ ﹺ‬
‫ﺎﻥ‬ ‫ﹶﻗ ﹾﺮ ﹸﻥ ﱠ ﹾ‬
Tuduhan lain yang sering padahal Rasûlullâh n pernah
disematkan kepada dakwah bersabda :

‫ﺎﺭ ﹾﻙ ﹶﻟﻨﹶﺎ ﹺﰲ ﹶﺷ ﹺﺎﻣﻨﹶﺎ ﹶﻭ ﹺﰲ‬ ‫ﹶﺍﻟ ﱣﻠ ﹸﻬ ﱠﻢ ﹶﺑ ﹺ‬


beliau adalah bahwa beliau Aku melihat Rasûlullâh n
tidak mengagungkan keluarga menunjuk ke arah timur
Nabi n . Sungguh tuduhan ini
merupakan kebohongan besar.
: ‫ﹶﻳ ﹶﻤﻨﹺﻨﹶﺎ ﹶﻗﺎ ﹸﻟﻮﺍ ﹶﻭ ﹺﰲ ﻧ ﹾﹶﺠ ﹺﺪﻧﹶﺎ ﹶﻗ ﹶﺎﻝ‬ sambil berkata: “Perhatikanlah!
Sesungguhnya fitnah datang dari sini,
Bagaimana mungkin tuduhan ‫ﺍﻟﺰ ﹶﻻ ﹺﺯ ﹸﻝ ﹶﻭﺍ ﹾﻟ ﹺﻔ ﹶﺘ ﹸﻦ ﹶﻭ ﹺ ﹶﲠﺎ‬
‫ﹶﺎﻙ ﱠ‬‫ﹶﻗ ﹶﺎﻝ ﹸﻫﻨ ﹶ‬ sesungguhnya fitnah datang dari sini,
‫ﺍﻟﺸﻴ ﹶﻄ ﹺ‬
ini ditujukan kepada beliau, dari arah munculnya tanduk setan”.
sedangkan enam dari putra-putri ‫ﺎﻥ‬ ‫ﹶﻳ ﹾﻄ ﹸﻠ ﹸﻊ ﹶﻗ ﹾﺮ ﹸﻥ ﱠ ﹾ‬ (HR al-Bukhâri, no. 3279).
beliau semuanya diberi nama dari Memang dari arah sanalah
"Ya, Allah. Berkahilah pada Negeri
keluarga Nabi n , yaitu : Ali, muncul banyak aliran sesat dan
Syam kami dan Negeri Yaman
Abdullâh, Hasan, Husain, Ibrahim, fitnah-fitnah. Dari arah sanalah
kami," para Sahabat berkata: “Dan
dan Fathimah. akan muncul Dajjal pada akhir
Najed kami,” Rasûlullâh berkata:
Beliau juga mendapat tuduhan “Disanalah gempa-gempa dan zaman. Meskipun begitu bukan
jika dakwahnya membawakan fitnah-fitnah, dan padanya muncul berarti tidak ada kebaikan di Negeri
madzhab baru, yaitu madzhab tanduk setan”. (HR al-Bukhâri, no. Irak, karena terbukti kota Baghdad
Wahhâbi. Dianggapnya beliau 1037). pernah menjadi pusat/kiblat ilmu,
menyelisihi para Ulama dan juga dari negeri ini telah lahir
Sebagian orang menyangka ulama-ulama besar. Wallâhu a’lam
sebelumnya, padahal beliau sama
bahwa yang dimaksud dengan bish-Shawab.
sekali tidak membawa sesuatu yang
Najed adalah tempat kelahiran
baru, dan sesungguhnya beliau
beliau t , padahal kata Najed
sangat menghormati para Ulama
itu artinya dataran tinggi. Dan
pendahulu beliau. Bahkan madzhab
al-Khatthabi mengatakan bahwa
fiqih beliau adalah madzhab
Najed penduduk Madinah adalah
Hanbali yang memang sudah
wilayah Irak dan sekitarnya yang
tersebar di daerah Najed sebelum
berada disebelah timur Madinah.4
beliau dilahirkan. Adapun dari segi
aqidah, beliau mengikuti aqidah Penjelasan ini didukung oleh
para Ulama Salaf dari kalangan hadits Ibnu ‘Umar z :
sahabat, tabi’in dan imam-imam
setelah mereka. Hal itu nampak
sangat jelas pada karya-karya 4 Fathul Bâri

Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M 25


Mabhats

Disusun oleh : Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin


Muhammad bin ‘Abdul- keluarga terpandang, dan bila ditinjau dari sisi
Wahhâb berasal dari keluarga ekonomi juga bukan dari keluarga miskin, karena
(Âli) Musyarraf. Sedangkan keluarga Musyarraf orang tua maupun kakeknya adalah Qâdhî. Beliau
merupakan cabang dari keluarga (Âli) Wuhabah. dilahirkan di ‘Uyainah pada tahun 1115 H, atau
Dan keluarga Wuhabah adalah salah satu dari kurang lebih tahun 1703 M.4
keluarga besar kabilah Banî Tamîm yang terkenal.1 Demikian sekilas tentang nama, kelahiran serta
Musyarraf, menurut riwayat yang râjih, adalah keluarga tokoh Ulama mujaddid abad XII H , Syaikh
kakek Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb yang Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb t .
kesembilan. Jadi nama lengkap beliau adalah:
Muhammad bin ‘Abdul-Wahhâb bin Sulaimân bin BENARKAH SYAIKH MUHAMMAD BIN ‘ABDUL-
‘Alî bin Muhammad bin Ahmad bin Râsyid bin
WAHHÂB TIDAK MEMILIKI GURU?
Buraid bin Muhammad bin Buraid bin Musyarraf.2
Ada dua kemungkinan ketika orang berbicara
Beliau berasal dari keluarga yang dikenal
miring tentang seseorang.
sebagai keluarga para Ulama. Dan pada abad ke XI
Hijriyah, Ulama paling terkenal yang ada di Najed Kemungkinan pertama, ia benar-benar tidak
adalah kakek langsung beliau, yaitu Sulaimân bin mengerti dan mengenal seseorang tersebut.
‘Alî yang menjabat sebagai Qâdhî (hakim agama) Jika inilah kemungkinannya, mestinya ia tidak
di Raudhah Sudair. Setelah berhenti, beliau pindah boleh berbicara tentangnya. Sebab berarti ia
ke ‘Uyainah dan menjabat sebagai Qâdhî pula hanya berbicara secara serampangan, tidak
serta menjadi Syaikh (guru ilmu-ilmu syar’i) bagi berdasarkan ilmu. Orang-orang yang mengerti
sejumlah penuntut ilmu. Di antara penuntut ilmu akan menertawakannya.
syar’i itu adalah dua orang puteranya yang bernama Kemungkinan kedua, ia mengerti tetapi sangat
‘Abdul-Wahhâb (ayah Syaikh Muhammad bin ‘Abdul- membenci dan mendendamnya, sehingga yang
Wahhâb) dan Ibrahîm (paman beliau). Kelak ‘Abdul dikatakannya tentang orang itu keluar dari hati
Wahhâb pun menjadi seorang ‘âlim yang kemudian yang penuh kedengkian. Jika demikian halnya,
menduduki jabatan Qâdhî di ‘Uyainah, sungguhpun maka bisa dipastikan bahwa sebagian besar kata-
tidak sebesar tingkat keilmuan ayahnya (Sulaimân).3 katanya akan diwarnai kedustaan dalam rangka
Singkat kata, Syaikh Muhammad bin ‘Abdul- menjatuhkan orang yang sangat dibencinya itu.
Wahhâb t dilahirkan di tengah keluarga Ulama Tampaknya demikianlah kata-kata miring
yang bila ditinjau dari sisi kedudukan, berasal dari tentang Syaikh Muhammad bin ‘Abdul-Wahhâb
t , hanya berasal dari salah satu dari dua
1 Perhatikan Târîkh al-Mamlakah al-’Arabiyyah as-Su’ûdiyyah, Dr.
‘Abdullâh ash-Shâlih al-’Utsaimîn, Juz I, cet. XVI, 1432 H/2011 M,
kemungkinan di atas atau dua-duanya. Untuk itu
hlm. 65. perlu pemaparan serba sedikit tentang perjalanan
2 Ibid. Lihat pula Târîkh Najed (Raudhatu al-Afhâm wa al-Afkâr), beliau t menuntut ilmu.
karya Imam Husain bin Ghunnâm, Syirkah Maktabah wa
Mathba’ah Mushthafâ al-Bâbî al-Halabî wa Aulâdi, Mesir, cet. I, Masa kecil Syaikh Muhammad bin ‘Abdul-
th. 1368 H/1949 M, I/25, al-Fashlu ats-Tsânî.
3 Perhatikan Târîkh al-Mamlakah al-’Arabiyyah as-Su’ûdiyyah,
op.cit. I/65-66. 4 Ibid. I/66, dll.

26 Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M



Wahhâb t lebih banyak dipergunakan untuk pertama beliau.10 Dan tampaknya, selama dua
mempelajari al-Qur`ân, tidak banyak dipergunakan bulan beliau tinggal di Madinah beliau sempat
untuk bermain-main bersama teman sebayanya, menghadiri beberapa pelajaran dari beberapa
sehingga beliau telah hafal al-Qur`ân sebelum Ulama di Masjid Nabawi. Tetapi yang paling
umurnya mencapai 10 tahun. Beliau memiliki berpengaruh bagi beliau adalah ketika bertemu
ketajaman pemahaman yang luar biasa, cerdas, dengan dua orang Ulama besar yang kelak menjadi
cepat menghafal dan fasih pengucapan kata- guru-gurunya pula pada pengembaraan ilmiah
katanya.5 berikutnya, yaitu Syaikh ‘Abdullâh bin Ibrâhîm bin
Seperti telah dipaparkan sebelumnya, beliau Saif dan Syaikh Muhammad Hayât as-Sindî.11
t lahir dari keluarga Ulama. Kakeknya seorang Syaikh ‘Abdullâh bin Ibrâhîm bin Saif adalah
alim besar di zamannya dan juga sorang Qâdhî, seorang Ulama yang ahli dalam bidang fiqih Hanbalî
demikian pula ayahnya. Maka jelas, beliau hidup dan dalam bidang hadits. Juga pengagum Syaikhul-
dan tumbuh dalam lingkungan keluarga Ulama. Islam Ibnu Taimiyah.12 Berasal dari keluarga Âl
Sehingga wajar semenjak kecilnya beliau sudah Saif yang selalu menjadi kepala pemerintahan di
memiliki motivasi menuntut ilmu syar’i yang tinggi. daerah Majma’ah, suatu daerah yang ada di wilayah
Sebelum beliau t melakukan perjalanan Sudair di Najed.13 Beliau juga adalah ayah dari
jauh ke berbagai negeri untuk menuntut ilmu, Syaikh Ibrâhîm bin ‘Abdullâh bin Ibrâhîm bin Saif,
hal yang pertama kali beliau lakukan adalah penyusun Kitab al-’Adzbu al-Fâidh, Syarh Alfiyati al-
menyibukkan diri dengan sungguh-sungguh Farâ-idh.14
menggali ilmu agama dari ayahnya sendiri. Maka Sedangkan Syaikh Muhammad Hayât as-Sindî
dasar-dasar ilmu yang kuat sudah beliau miliki adalah seorang Ulama bidang hadits, berasal dari
semenjak umur beliau berkisar antara sepuluh Sindustan yang kemudian menetap dan wafat
tahun di ‘Uyainah, salah satu daerah di Najed. di Madinah.15 Di samping sebagai seorang tokoh
Ayahnya sampai terheran-heran melihat semangat Ulama bidang hadits dan ‘Ulûm al-Hadîts, beliau
serta kecerdasan beliau.6 Bahkan ayahnya sempat juga seorang tokoh penyeru ijtihad dalam masalah
berkata, “Aku benar-benar dapat mengambil banyak syari’at, dan penentang ta’ash-shub madzhabî
faidah hukum dari Muhammad, anakku.” Atau kata- (fanatisme madzhab). Beliaupun dikenal sebagai
kata senada.7 orang yang paling keras memerangi bid’ah dan
Beliau mencapai usia baligh sebelum usianya perbuatan-perbuatan yang bisa menjadi tangga
genap 12 (dua belas) tahun. Pada usia itu, sesudah menuju syirik.16
usianya baligh, beliau sudah disuruh menjadi Sepulang dari perjalanan itu beliau lebih
imam shalat oleh ayahnya, dan ayahnya pun bersemangat lagi menuntut ilmu. Di samping
menikahkannya.8 Di sini jelas bahwa ayahnya memperdalam ilmu fiqih madzhab Ahmad
merupakan salah satu gurunya.
Setelah itu, pada usia yang sama, beliau t 10 Târîkh al-Mamlakah al-›Arabiyyah as-Su›ûdiyyah, op.cit. I/69
pergi haji memenuhi rukun Islam yang kelima 11 Ibid.
dan selanjutnya beliau t mengunjungi kota 12 Ibid I/71.
13 'Unwân al-Majd Fî Târîkh Najed, Maktabah ar-Riyâdh al-Hadîtsah,
Madinah dan menetap di sana selama dua bulan,
Riyadh, karya al-’Allâmah al-Muhaqqiq ‘Utsmân bin Bisyr an-
baru sesudah itu beliau kembali ke kampung Najdî, tanpa tahun, I/7, sub judul: Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb
halamannya.9 Itu adalah perjalanan ibadah haji Rahimahullâh.
14 Ibid. Lihat pula al-A’lâm, karya az-Ziriklî (ejaan b. Inggris Al-
Zerekly), Dâr al-’Ilmi Lil Malâyîn. Zuhair Fathullah, musyrif
pencetakan yang ke IV, dalam mukadimahnya membubuhkan
5 Târîkh Najed (Raudhatu al-Afhâm wa al-Afkâr), karya Imam angka tahun 1979 M, I/50, pada materi Asy-Syammarý; Ibrâhîm
Husain bin Ghunnâm, op.cit. I/25. bin ‘Abdullâh bin Ibrâhîm bin Saif.
6 Ibid. 15 Lihat al-A’lâm, karya az-Ziriklî, op. cit. VI/111. Lihat pula Târîkh
7 Ibid al-Mamlakah al-’Arabiyyah as-Su’ûdiyyah, op.cit. I/71.
8 Ibid I/26 16 Perhatikan Târîkh al-Mamlakah al-’Arabiyyah as-Su’ûdiyyah, op.cit.
9 Ibid I/71.

Majalah
Majalah
As-Sunnah
As-Sunnah
EdisiEdisi
07/Thn
07/Thn
XVII/Dzulhijjah
XVII/Dzulhijjah
1434H~Muharram
1434H~Muharram
1435H/November
1435H/November
2013M
2013M 27
27
Mabhats
bin Hanbal kepada ayahnya, beliau juga rajin dakwah, maka beliau memang tidak menyusun
mempelajari kitab tafsir, hadits dan tauhid serta kitab karya besar yang berjilid-jilid. Tetapi bukan
menelaah pendapat para Ulama.17 berarti bahwa karya beliau tidak banyak. Dan tidak
Selanjutnya beliau mengembara untuk berarti pula beliau tidak memiliki karya-karya
menuntut ilmu syar’i ke berbagai negeri yang monumental. Bahkan beliau banyak memiliki karya
berdekatan dan berguru kepada para Ulama besar yang monumental. Meskipun banyak di antara
di negeri-negeri tersebut. Beliau pergi ke Hijaz karyanya yang ringkas dan padat, tetapi ternyata
dan Bashrah beberapa kali, juga ke Ahsâ`.18 Pada banyak Ulama yang kemudian mensyarah karya-
pengembaraan yang memakan waktu lebih panjang karya ringkas beliau. Banyak karya ringkasnya
inilah beliau secara lebih mendalam mempelajari memiliki lebih dari satu syarah dari para Ulama.
ilmu-ilmu syar’i kepada para Ulama gurunya. Mengapa? Tentu karena pentingnya karya yang
Sebagian di antaranya adalah para Ulama terkenal beliau susun. Singkat namun sarat berisi pelajaran
yang sudah disebut namanya di atas. yang perlu digali, dikaji dan disampaikan kepada
khalayak.
Sementara di Bashrah, beliau berguru pula
kepada banyak Ulama tentang hadits dan fiqih. Sebagai contoh, kitab karya beliau yang
Juga tentang ilmu nahwu hingga betul-betul berjudul Kibâb at-Tauhîd al-Ladzî Huwa Haqqullâh
menguasainya.19 Salah satu di antara Ulama itu ‘alâ al-’Abîd, lebih dari lima orang Ulama yang
berasal dari daerah Majmû’ah di Bashrah, yaitu telah mensyarahnya, dan kitab asli maupun kitab
Syaikh Muhammad al-Majmû’î, seorang Ulama syarahnya selalu dikaji semenjak dahulu hingga
yang beserta anak-anaknya termasuk keluarga sekarang. Demikian pula Kitab Kasyfu asy-Syubuhât,
yang terkenal sebagai orang-orang shalih dan Kitab Ushûl as-Sittah dan lain-lain, terdapat
berpegang pada ajaran tauhid.20 Sedangkan di beberapa Ulama yang telah mensyarahnya.
Ahsâ`, beliau juga bertemu dengan para Ulama, di Orang-orang yang cerdas akan memahami
antaranya Syaikh ‘Abdullâh bin Muhammad bin dan mengakui kehebatan Syaikh Muhammad bin
‘Abdul Lathîf asy-Syâfi’î al-Ahsâ-î.21 ‘Abdul-Wahhâb t , justeru karena singkat dan
Jadi tidak benar kalau beliau dinyatakan tidak padatnya karya tersebut, namun sarat dengan ilmu.
mempunyai guru. Bahkan guru-guru beliau cukup Kehebatan beliau antara lain terletak pada sikap
banyak, dan merupakan para Ulama yang dikenal di tanggap beliau bahwa pada saat itu yang tepat
zaman itu, baik di ‘Uyainah, Madinah, Bashrah, Ahsâ` adalah menyusun karya-karya ringkas dan praktis
maupun di tempat lain. Yang sangat menonjol yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.
di antara guru-guru beliau, adalah yang sudah Hanya orang-orang dangkal, picik dan miskin
disebutkan di atas. Bahkan beliau juga mendapat pengalaman saja yang mengatakan bahwa ukuran
ijazah dan sanad, di antaranya dalam riwayat hadits, kehebatan keulamaan seseorang ditentukan oleh
dari Syaikh’Abdullâh bin Ibrâhîm bin Saif an-Najdî banyak dan besarnya karya yang dihasilkannya.
al-Madanî.22 Sehingga jika karya-karya yang dihasilkan
seseorang hanya singkat saja meskipun padat dan
BENARKAH BELIAU TIDAK MEMILIKI KARYA sarat ilmu, dianggap tidak berarti.
MONUMENTAL? Karya-karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdul-
Wahhâb t , meskipun kebanyakan merupakan
Karena kondisi masyarakat yang menuntut
karya ringkas, namun jutaan umat Islam yang
beliau t sibuk terjun langsung menangani
membutuhkannya. Mereka berulang-ulang
membacanya, mempelajari kandungan pesan-
17 Ibid I/69. Lihat pula ‘Unwân al-Majd Fî Târîkh Najed, I/6.
18 Târîkh Najed (Raudhatu al-Afhâm wa al-Afkâr), I/26
pesannya dan mengamalkan kebenaran yang ada di
19 Ibid I/27. dalamnya. Bahkan karya-karya beliau t selalu
20' Unwân al-Majd Fî Târîkh Najed, op.cit. I/8 dibaca dan dicetak ulang sejak beliau masih hidup
21 Ibid. sampai beberapa ratus tahun kemudian hingga
22 Târîkh Najed (Raudhatu al-Afhâm wa al-Afkâr), I/26-27.

28 Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M



sekarang. Karya ilmiah yang bermanfaat, semoga lawan. Meskipun sebenarnya banyak di antara
pahalanya selalu mengalir kepada pemiliknya, yang disebut wahabi itu justeru berlawanan
sesuai dengan sabda Rasûlullâh n : pandangannya dengan prinsip Syaikh Muhammad

‫ﻼ ﹶﺛ ﹴﺔ‬
‫ﺎﻥ ﺍ ﹾﻧ ﹶﻘ ﹶﻄ ﹶﻊ ﹶﻋﻨﹾ ﹸﻪ ﹶﻋ ﹶﻤ ﹸﻠ ﹸﻪ ﺇﹺﻻﱠ ﹺﻣ ﹾﻦ ﹶﺛ ﹶ‬
bin ‘Abdul-Wahhâb t . Penyebutan wahabi itu
‫ﺍﻹﻧ ﹶﹾﺴ ﹸ‬ ‫ﺇﹺ ﹶﺫﺍ ﹶﻣ ﹶ‬
‫ﺎﺕ ﹾ ﹺ‬ sendiri sesungguhnya tidak jelas asal-usulnya,

‫ ﹶﺃ ﹾﻭ ﹶﻭ ﹶﻟ ﹴﺪ‬،‫ ﹶﺃ ﹾﻭ ﹺﻋ ﹾﻠ ﹴﻢ ﹸﻳﻨﹾ ﹶﺘ ﹶﻔ ﹸﻊ ﺑﹺ ﹺﻪ‬،‫ﺎﺭ ﹶﻳ ﹴﺔ‬


‫ ﺇﹺﻻﱠ ﹺﻣ ﹾﻦ ﹶﺻﺪﹶ ﹶﻗ ﹴﺔ ﹶﺟ ﹺ‬:
kecuali dari musuh-musuh beliau.
Khairuddîn az-Ziriklî, seorang penulis abad 20,

‫ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ﹶﺻﺎﻟﹺ ﹴﺢ ﹶﻳﺪﹾ ﹸﻋﻮ ﹶﻟ ﹸﻪ‬


yang menyusun berjilid-jilid buku biografi tokoh
dunia berjudul al-A’lâm, Qâmûs Tarâjum li Asyhari
ar-Rijâl wa an-Nisâ min al-’Arab, wa al- Musta’ribîn
Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputus wa al-Mustasyriqîn, memuat tokoh mana saja yang
darinya (pahala) amalnya kecuali tiga hal: kecuali dianggap berpengaruh, baik dari berbagai aliran
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak umat Islam, maupun tokoh-tokoh orientalis. Ia telah
shaleh yang mendoakannya. (HR Muslim).23 secara jujur dan jelas memuat nama harum Syaikh
Muhammad bin ‘Abdul-Wahhâb t .
Karya-karya beliau tidak sama dengan karya-
karya para pembencinya yang sarat dengan Di antaranya az-Ziriklî mengatakan, “Orang-
kedengkian, dendam, hasutan dan caci maki. Namun orang yang setia dan mendukung da’wah beliau
karya beliau sarat dengan petunjuk al-Qur`ân dan (Syaikh Muhammad bin ‘Abdul-Wahhâb t ) di
Sunnah sesuai dengan pemahaman Ahlu Sunnah jantung Jazirah Arab dikenal sebagai ahli tauhid,
wal-Jama’ah. Kalaupun terdapat kekeliruan, itu yaitu Ikhwân Man Athâ’a Allâh (para saudara yang
adalah karena beliau manusia biasa yang tidak taat kepada Allâh). Sementara lawan-lawan
ma’shûm dari kesalahan, dan itupun tidak dominan. mereka menamainya sebagai Wahabiyûn. Nisbat
kepada Syaikh Muhammad bin ‘Abdul-Wahhâb.
Akhirnya sebutan Wahabi ini menjadi sangat
BENARKAH BELIAU HAUS DARAH? populer di kalangan orang-orang Eropa dan
Gambaran yang dikesankan secara licik, tidak mereka memasukkannya ke dalam buku-buku
gentle dan jauh dari jujur oleh para pembencinya biografi karya mereka. Tetapi sebagian penulisnya
adalah bahwa beliau t merupakan orang kasar telah salah ketika menganggap bahwa ini adalah
yang buas terhadap siapa saja yang tidak sejalan madzhab baru dalam Islam, sebabnya adalah karena
dengannya. Benarkah demikian? Bukankah justeru mengekor saja pada cerita bohong yang diada-
para pembencinya, orang-orang yang sejatinya adakan oleh lawan-lawan beliau. Yaitu, terutama,
tidak benar-benar siap menerima kebenaran, para propagandis dari orang-orang yang menyebut
itulah orang-orang yang selalu merasa bahwa diri sebagai khalifah-khalifah Utsmaniyah di Turki.25
dirinya harus diikuti kemauannya? Jika kalah Jadi menurut az-Ziriklî, sebenarnya sebutan
hujjah, bukankah fisik mereka yang akan berbicara, Wahabi berasal dari lawan-lawan Syaikh
terutama jika memiliki kekuatan massa, meskipun Muhammad bin ‘Abdul-Wahhâb t . Yaitu,
dengan jalan yang melanggar syari’at? lawan-lawan yang kebenciannya terhadap beliau
Untuk mendukung semangat antipatinya, mencapai puncak ubun-ubun, karena da’wah yang
mereka membesar-besarkan penyematan beliau sampaikan tidak pernah kunjung padam,
sebutan Wahabi kepada orang-orang yang da’wah yang merupakan kepanjangan tangan dari
dianggap pengikut Syaikh Muhammad bin ‘Abdul- da’wah para Ulama sebelumnya. Da’wah yang
Wahhâb t .24 Itupun dengan generalisasi menghidupkan serta menyegarkan kembali ajaran
sebutan kepada setiap orang yang dianggap dan Sunnah Nabi Muhammad n .
Sementara itu para penguasa Turki yang
23 Shahîh Muslim bi Syarhi an-Nawawi, tahqîq: Khalîl Ma'mûn Syîhâ,
Dâr al-Ma’rifah, Beirut, cet. III, 1417 H/1996 M, XI/87, no. 4199.
24 Akhir-akhir ini secara gencar mereka memaksakan diri 25 Lihat al-A’lâm, karya az-Ziriklî (ejaan b. Inggris Al-Zerekly),
menyebarkan opini buruk baru dengan head line ‘Salafi Wahabi’ op.cit. VI/257.

Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M 29


Mabhats
menyebut diri sebagai dinasti Khilafah Utsmaniyah Inti sarinya adalah bahwa semenjak da’wah
menjadi gerah dengan munculnya sebuah tauhid di Najed, yang kala itu berpusat di Dir’iyyhah,
negara yang semakin kuat di Jazirah Arab akibat menjadi kuat dengan dukungan pemerintahan, maka
keberhasilan da’wah Syaikh Muhammad bin pemerintahan dengan kekuatan da’wahnya selalu
‘Abdul-Wahhâb t yang di dukung oleh Imam dibanjiri warga-warga baru yang berbondong-
Muhammad bin Su’ûd. bondong ingin bergabung ke dalamnya. Sebagian
Jauh sebelum kemunculan negeri tauhid yang besar warga baru yang datang adalah karena haus
aman dengan pusat pemerintahan di Dir’iyyah, akan kebenaran da’wah yang disampaikan oleh
umumnya wilayah Najed sesungguhnya berada Syaikh Muhammad bin ‘Abdul-Wahhâb t .
di luar kemampuan kontrol Khilafah Utsmaniyah. Sementara beliau juga rajin mengajak para Ulama
Wilayah yang sebelum kehadiran da’wah tauhid dan para pemimpin negeri-negeri tetangga untuk
selalu diwarnai oleh kebatilan, kekufuran, bergabung dengan negara baru yang berdiri atas
kemusyrikan dan pertumpahan darah akibat dasar da’wah tauhid ini. Maka bergabunglah para
perseteruan antar kabilah atau akibat perebutan pemimpin sebagian negeri tersebut, termasuk
kekuasaan yang tidak pernah berhenti; begitu da’wah pemimpin negeri ‘Uyainah, Huraimilâ dan Manfûhah.
tauhid masuk dan negara tegak, maka menjadi Perkembangan da’wah ini tentu menimbulkan
amanlah keadaan. Dan yang perlu difahami, negeri kekhawatiran para pemimpin negeri sekitar
yang muncul dengan da’wahnya ini tidak pernah yang anti terhadap kebenaran. Padahal Syaikh
menyatakan keluar untuk melakukan penentangan Muhammad bin ‘Abdul-Wahhâb t sebagai
terhadap pusat kekuasaan Khilafah Utsmaniyah tokoh Ulama dan Imam Muhammad bin Su’ûd t
di Turki. Hanya karena kekhawatiran berlebih dari sebagai negarawan, tidak henti-hentinya berusaha
para penguasa Khilafah Utsmaniyah-lah, maka memberikan nasihat serta mengajak para pemimpin
pada penghujung berakhirnya Negara Saudi Arabia tersebut dengan cara hikmah untuk kembali
pertama, melalui para Basya yang berkuasa di kepada ajaran Islam menurut syari’at Rasûlullâh
Mesir, mereka melakukan penyerangan hingga n dan bergabung menciptakan kedamaian
tumbanglah negeri tersebut. Maka kembalilah bernegara. Salah satu contohnya adalah kepada
kondisi menjadi kacau, pertumpahan darah kembali seorang penguasa Riyadh yang bernama Dahâm
mewarnai kehidupan umat akibat perkelahian antar bin Dawwâs. Tetapi orang ini terkenal licik dan
kabilah atau perebutan kekuasaan antar penguasa- semena-mena terhadap rakyatnya. Ia memperoleh
penguasa kecil. Masyarakat tidak lagi merasa kekuasaan di Riyadh pun dengan cara licik, curang
tenteram. Penguasa wilayah selalu dibayangi maut. dan keji terhadap ahli waris yang sebenarnya.
Sementara Mesir tidak pernah mampu mengurus Ayahnya, Dawwâs, yang pernah berkuasa di
dan mengontrolnya.26 wilayah Manfûhah, juga terkenal memiliki watak
Tentang sejarah awal berkembangnya cikal kejam. Awalnya Dahâm bin Dawwâs tidak pernah
bakal Negeri Saudi Arabia itu sendiri beserta menunjukkan permusuhannya secara langsung
peristiwa-peristiwa yang menyertainya, telah terhadap da’wah Syaikh Muhammad bin ‘Abdul-
diceritakan antara lain oleh Huhsain bin Ghunnâm, Wahhâb t serta kekuasaan Imam Muhammad
salah seorang murid Syaikh Muhammad bin ‘Abdul- bin Su’ûd t . Bahkan ketika Dahâm menghadapi
Wahhâb t ,dalam Târîkh Najed (Raudhatu al- upaya pemberontakan rakyatnya, ia meminta
Afkâr wa al-Afhâm li Murtâd Hâli al-Imâm wa Ti’dâd bantuan Imam Muhammad bin Su’ûd t yang
Ghazawât Dzawî al-Islâm).27 Sejarah yang dapat dengan senang hati memenuhinya.
dipercaya, karena ditulis oleh seorang muslim yang Namun Dahâm memang sangat membenci
‘âlim dan adil. da’wah tauhid dan memusuhi pemerintahan yang
berpusat di Dir’iyyah. Setiap ia mengetahui ada
26 Lihat Târîkh al-Mamlakah al-›Arabiyyah as-Su›ûdiyyah, op.cit.
warganya yang taat beragama Islam, selalu ditindas
tentang sejarah berdirinya nagara Saudi Arabia, baik di jilid I
maupun II. Lihat pula ‘Unwân al-Majd fî Târîkh Najed. dengan kekejiannya. Sehingga pada akhirnya, ketika
27 Lihat Târîkh Najed dimaksud juz II hlm. 3-20, op.cit. ia mendengar bahwa wilayah Manfûhah sudah

30 Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M



bergabung dengan Dir’iyyah, maka secara licik dan dalam Târîkh Najed29 telah memuat banyak di antara
khianat ia melakukan penyerbuan ke Manfûhah, risalah-risalah beliau itu.
apalagi ia memiliki dendam lama terhadap warga Ini menunjukkan kekuatan ilmu, hujjah, hikmah
Manfûhah karena keluarganya terbunuh dan terusir serta kesabaran dan kepribadian hebat penulisnya,
dari sana akibat ulah sendiri. Sementara pemimpin yaitu Syaikh Muhammad bin ‘Abdul-Wahhâb t .
dan warga Manfûhah tidak menaruh curiga Tidak ada seorang pun di antara para pembencinya
sama sekali karena Dahâm selalu menampakkan di zaman dahulu yang dengan gentle melawan
persahabatannya terhadap Imam Muhammad bin hujjahnya, kecuali dengan kelicikan, kecurangan,
Su’ûd. Tetapi Allâh l tidak menghendaki makarnya pengkhianatan, isu-isu dusta dan terakhir dengan
sukses. Sebagian warga Manfûhah ternyata sempat tindakan fisik.
mengetahui tindakannya. Akhirnya Dir’iyyahpun
Jadi tidak ada bukti sama sekali tentang sejarah
sempat mengirimkan bantuan untuk memberikan
berdarah itu, yang ada justeru terciptanya kedamaian,
perlawanan kepada pasukan penyerbu. Hasilnya
karena sejak semula da’wah beliau sudah diawali
Dahâm bin Dawwâs mengalami kekalahan telak
dengan kedamaian, meskipun tegas, lugas dan kuat
dan terpaksa melarikan diri dari Manfûhah menuju
hujjahnya, namun tidak kasar. Jika da’wah tersebut
Riyadh dengan membawa luka-luka dan jari-jari
diawali dengan ujung pedang, atau diwarnai intrik
kakinya putus.28 Tentu musuh-musuh tauhid bukan
politik yang busuk, atau dilakukan dengan sikap
hanya Dahâm bin Dawwâs, tetapi demikian secara
kasar, penuh tekanan dan permusuhan, apa mungkin
ringkas, contoh dari kisah awal bagi mulainya
–sesudah taufiq Allâh- dakwah itu bisa sukses
pertempuran-pertempuran yang ada, yang awalnya
dan mampu menggugah kesadaran umat hingga
karena kecurangan, kelicikan dan kedengkian
sekarang, sedangkan beliau pun tetap dikagumi dan
musuh.
disegani baik oleh kawan maupun lawan, terutama
Maka tidak benar jika Syaikh Muhammad bin yang gentle? Walillâhi al-Hamdu wa al-Minnah.
‘Abdul-Wahhâb t dikatakan haus darah, bahkan
jika seseorang dengan jujur membaca risalah-
risalah yang beliau kirimkan waktu itu kepada para
Maraji`:
tokoh, pemimpin dan Ulama di negeri-negeri sekitar, 1. Târîkh al-Mamlakah al-’Arabiyyah as-Su’ûdiyyah, Dr.
‘Abdullâh ash-Shâlih al-’Utsaimîn, Juz I, cet. XVI,
ia akan dapat menarik kesimpulan bahwa risalah-
1432 H/2011 M.
risalah itu berisi kebenaran, jauh dari provokasi dan
hasutan untuk tujuan pertumpahan darah. Risalah- 2. Târîkh Najed (Raudhatu al-Afhâm wa al-Afkâr Li
Murtâd Hâli al-Imâm wa Ti’dâd Ghazawât Dzawî al-
risalah itu diutarakan dengan bahasa lugas, jelas,
Islâm), karya Imam Husain bin Ghunnâm, Syirkah
terbuka, namun sopan dan penuh hikmah serta kuat Maktabah wa Mathba’ah Mushthafâ al-Bâbî al-
hujjahnya hingga sulit terbantahkan. Di dalamnya Halabî wa Aulâdi, Mesir, cet. I, th. 1368 H/1949 M.
hanya berisi ajakan berfikir, ajakan amar ma’ruf
3. ‘Unwân al-Majd Fî Târîkh Najed, Maktabah ar-Riyâdh
nahi munkar, ajakan untuk tidak membiarkan umat al-Hadîtsah, Riyadh, karya al-’Allâmah al-Muhaqqiq
dalam kejahatan dan kegelapan. Ajakan yang intinya ‘Utsmân bin Bisyr an-Najdî, tanpa tahun.
supaya hanya beribadah kepada Allâh l saja serta 4. Shahîh Muslim Bi Syarhi an-Nawawi, tahqîq: Khalîl
meninggalkan kemusyrikan dan kema’siatan. Dan Ma'mûn Syîhâ, Dâr al-Ma’rifah, Beirut, cet. III, 1417
itu langsung ditujukan kepada orang yang menjadi H/1996 M.
tujuannya. Bukan hasutan, atau caci makian atau 5. Al-A’lâm, Qâmûs Tarâjum li Asyhari ar-Rijâl wa an-Nisâ
kekejian. Kemudian sebagian lain dari risalah itu min al-’Arab, wa al- Musta’ribîn wa al-Mustasyriqîn,
berisi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan karya az-Ziriklî (ejaan b. Inggris Al-Zerekly), Dâr
yang masuk, dan sebagian lainnya lagi merupakan al-’Ilmi Lil Malâyîn. Zuhair Fathullah, musyrif
penjelasan terhadap apa yang dituduhkan secara pencetakan yang ke IV, dalam mukadimahnya
tidak benar kepada beliau. Huhsain bin Ghunnâm membubuhkan angka tahun 1979 M.

29 Lihat kitab tersebut pada juz I, op.cit. mulai hal. 50-60, juga hlm.
28 Ibid II/6-7. 95-175.

Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M 31


Mabhats

Disusun oleh : Ustadz Firanda Andirja, M.A.

Terlebih lagi jika yang dibela adalah harkat dan


martabat Ulama yang memiliki jasa sangat besar
bagi kaum Muslimin sekelas Syaikh Muhammad bin
Membela harkat dan martabat
Abdil-Wahhâb t , seorang tokoh dan pejuang
dakwah yang bermadzhab Hanbali. Berkat jasa
sesama Muslim merupakan beliau t maka berdirilah Kerajaan Arab Saudi
ibadah yang sangat mulia. Nabi yang aman dan tenang, dan merupakan satu-satunya
Muhammad  bersabda:
negara yang menerapkan hukum dan syariat Islam.
Dan sejak dahulu hingga saat ini banyak dusta yang
ّٰ
‫ﺽ ﹶﺃ ﹺﺧ ﹾﻴ ﹺﻪ ﹶﺭ ﱠﺩ ا ُ ﹶﻋ ﹾﻦ‬ ‫ﹶﻣ ﹾﻦ ﹶﺭ ﱠﺩ ﹶﻋ ﹾﻦ ﹺﻋ ﹾﺮ ﹺ‬ disebarluaskan tentang dakwah Syaikh Muhammad
bin Abdil- Wahhâb t ini. Orang yang berakal

‫ﹶﻭ ﹾﺟ ﹺﻬ ﹺﻪ ﺍﻟﻨ ﹶﱠﺎﺭ ﹶﻳ ﹾﻮ ﹶﻡ ﺍ ﹾﻟ ﹺﻘ ﹶﻴﺎ ﹶﻣ ﹺﺔ‬


sehat, tentu, tatkala membaca dusta-dusta itu bakal
mempertanyakan kebenarannya, karena tuduhan
yang dialamatkan kepada beliau sangat tidak
Barangsiapa membela kehormatan mendasar dan penuh kedustaan.
saudaranya maka Allah akan Berikut diantara tuduhan-tuduhan yang

membela wajahnya dari api neraka


diarahkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdil-
Wahhâb. Semoga menjadi pencerahan bagi kita
pada hari Kiamat.1 dan para penentang-penentangnya.

Pertama: Kaum Wahhâbi Dituduh Sebagai Khawarij ?


Tahukah Anda, siapakah Khawarij itu ? Khawarij
1 HR at-Tirmidzi, no 1931. Dihasankan oleh at-Tirmidzi dan adalah suatu sekte sesat yang menggambarkan
dishahîhkan oleh al-Albani.

32 Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M



momok haus darah, hobi menumpahkan darah “Yang menyebabkan mereka berkumpul adalah
kaum Muslimin. Apakah hakikat sekte sesat ini? pengkafiran (terhadap) Ali, Utsman, para peserta
Sehingga, apakah benar kaum Salafi Wahhâbi perang Jamal, dan hakim, dan siapa saja yang
adalah Khawarij yang haus darah kaum Muslimin? ridha terhadap penyerahan hukum kepada dua
Para Ulama yang menulis khusus tentang hakim, atau membenarkan kedua hakim tersebut,
firqah-firqah Islam telah menyebutkan secara atau salah satu dari keduanya, dan memberontak
spesifik tentang aqidah Khawarij. kepada penguasa yang zhalim”.
Abul-Hasan al-Asy’ari (wafat 330 H) berkata Yang benar adalah yang disebutkan oleh Syaikh
tentang perkara yang mengumpulkan kelompok- kami Abul-Hasan al-Asy’ari dari mereka (Khawarij).
kelompok Khawarij : Al-Ka’bi telah keliru tatkala menyebutkan bahwa
Khawarij bersepakat tentang kafirnya pelaku
Kelompok-kelompok Khawarij bersepakat
dosa, karena sekte Khawarij an-Najdât tidak
dalam hal pengkafiran Ali bin Abi Thâlib c
mengkafirkan orang-orang yang melakukan dosa
karena beliau menyerahkan hukum2 dan mereka
dari orang-orang yang sepakat dengan mereka.5
(kelompok-kelompok Khawarij) berselisih, apakah
kekufurannya tersebut merupakan kesyirikan Ibnu Hazm (wafat 456 H) berkata, “Barangsiapa
ataukah bukan? yang sepakat dengan Khawarij dalam hal
mengingkari penyerahan hukum (kepada dua
Mereka bersepakat bahwa seluruh dosa
hakim), dan mengkafirkan para pelaku dosa benar,
besar merupakan kekufuran, kecuali kelompok
serta pendapat (boleh) memberontak kepada
an-Najdât3 karena kelompok an-Najdât tidak
para penguasa yang zhalim, dan para pelaku dosa
mengatakan demikian.
besar kekal di neraka, para penguasa boleh saja
Mereka bersepakat bahwasanya Allâh l dari selain Quraisy, maka dia adalah Khawarij,
mengadzab para pelaku dosa besar yang abadi, meskipun ia menyelishi Khawarij pada perkara-
kecuali kelompok an-Najdât, para pengikut Najdah perkara yang lain yang diperselisihkan oleh kaum
(bin ‘Amir).4 Muslimin. Dan jika ia menyelisihi mereka pada
Abdul-Qâhir al-Baghdâdi (wafat 429 H) perkara-perkara yang kami sebutkan, maka ia
berkata: bukanlah Khawarij”.6
Para ulama telah berselisih tentang perkara Asy-Syahristâni (wafat 548 H) berkata, “Barang
apakah yang mengumpulkan (disepakati) oleh siapa yang memberontak kepada penguasa yang
kelompok-kelompok Khawarij yang beragam sekte- sah yang telah disepakati oleh jama’ah maka
sektenya. (ia) dinamakan khariji, sama saja apakah bentuk
Al-Ka’bi dalam kitab Maqalât-nya menyebutkan pemberontakan tersebut pada zaman para
bahwa yang mengumpulkan seluruh sekte-sekte Sahabat, yaitu memberontak kepada para Khulafâ-
Khawarij adalah mengkafirkan Ali z , Utsman ur-Rasyidin, atau pemberontakan terjadi setelah
z , dan dua hakim, para peserta perang Jamal, itu, yaitu memberontak kepada para tabi’in yang
dan seluruh yang ridha dengan penyerahan mengikuti para Sahabat dengan baik, dan juga
hukum kepada dua hakim, dan juga pengkafiran memberontak kepada para penguasa di sepanjang
karena pelanggaran dosa, dan wajibnya khurûj zaman … dan Wa’îdiyah termasuk dalam Khawarij;
(memberontak) kepada pemimpin yang zhalim. dan merekalah yang menyatakan kafirnya pelaku
Syaikh kami Abul-Hasan al-Asy’ari berkata, dosa besar dan kekal di neraka”.7

2 Yaitu kepada dua hakim, Pen. 5 Al-Farqu Baina al-Firaq, Cet. Maktabah Muhammad Ali Subaih,
3 Salah satu firqah dari pecahan firqah-firqah Khawarij, yaitu Mesir, hlm. 73.
merupakan pengikut seseorang yang bernama Najdah bin ‘Âmir, 6 Al-Fishal fi al-Milal wa al-Ahwâ` wa an-Nihal, tahqîq: Dr.
Pen. Abdurrahim ‘Umairoh, Daar al-Jail, Beirut, 2/270.
4 Maqâlât al-Islâmiyîn wa Ikhtilâf al-Mushallîn, Cet. al-Maktabah 7 Al-Milal wa an-Nihal, Daar al-Ma’rifah, Beirut, Libanon, Cet. Ke-3,
al-’Ashriyah, Beirut, 1/167-168. 1/132.

Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M 33


33
Mabhats
Dari perjelasan para ulama ahli sekte-sekte Sahabat Mu’awiyah dan Ummul-Mukminin Aisyah
Khawarij di atas, maka dapat diketahui ada yang telah dikafirkan oleh kaum sekte sesat Syia’h?
beberapa aqidah yang khusus dan merupakan Apakah kaum Salafi Wahhâbi mengkafirkan
ciri khas sekte-sekte Khawarij yang disepakati seorang Muslim hanya dikarenakan satu dosa
oleh seluruh sekte-sekte Khawarij. Aqidah- besar yang dilakukan olehnya? Ataukah justru
aqidah tersebut adalah: Pertama, mengkafirkan kaum Salafi Wahhâbi yang getol membantah
Ali dan dua hakim, yaitu Abu Musa al-’Asy’ari pemahaman takfiriyin yang hobi mengkafirkan
dan ‘Amr bin al-’Âsh c . Kedua, mengkafirkan pemerintah? Apakah pernah didapati kaum
para pelaku dosa besar, kecuali sekte an- Najdât Salafi Wahhâbi mengkafirkan orang yang berzina,
yang tidak berpendapat demikian. Ketiga, mencuri, atau membunuh orang lain? Kalaupun
mewajibkan memberontak kepada penguasa kaum Salafi Wahhâbi mengkafirkan, maka yang
yang zhalim. mereka kafirkan adalah orang yang dinyatakan kafir
Inilah aqidah khusus yang disepakati oleh oleh al-Qur`ân dan Sunnah, dan itu pun setelah
seluruh sekte Khawarij. Tiga aqidah inilah yang ditegakkan hujjah dan penjelasan kepadanya.
telah dilakukan oleh Khawarij yang muncul Apakah kaum Salafi Wahhâbi menyerukan
pertama kali pada zaman Ali bin Abi Thâlib, (1) untuk memberontak kepada pemerintah? Ataukah
mereka telah mengkafirkan Ali bin Abi Thâlib justru kaum Salafi Wahhâbi yang senantiasa
serta sebagian sahabat, dan (2) sebab mereka menyeru untuk taat kepada pemerintah?
mengkafirkan karena mereka menganggap Ali Barang siapa yang mengikuti kajian-kajian yang
bin Abi Thâlib telah terjerumus dalam dosa besar disampaikan oleh para dai Salafi, maka ia akan
yaitu berhukum kepada selain Allâh  (karena memahami bahwasanya kaum Salafi sangat
Ali menyerahkan hukum kepada dua hakim), dan memerangi sikap oposisi kepada pemerintah.
barang siapa yang terjerumus dalam dosa besar
menjadi kafir menurut mereka, (3) sehingga jadilah
Kedua, Kaum Wahhâbi Dituduh telah
mereka memberontak kepada pemerintahan Ali
bin Abi Thâlib.
Mengkafirkan Kaum Muslimin
Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhâb dituduh
Sebagaimana pernyataan Ibnu Hazm t
mengkafirkan seluruh kaum Muslimin yang tidak
bahwasanya barangsiapa memiliki aqidah ini
mengikutinya.
(sepakat dengan Khawarij dalam aqidah ini)
meskipun ia menyelisihi Khawarij dalam hal- Ini merupakan tuduhan dusta yang telah
hal yang lain maka ia adalah (tetaplah sebagai) beliau bantah dalam tulisan-tulisannya. Sebagai
seorang Khawarij. Adapun jika ia menyelisihi bukti nyata, Kerajaan Arab Saudi yang meneruskan
aqidah-aqidah khusus Khawarij ini, maka ia dakwah beliau ternyata tidak mengkafirkan para
bukanlah Khawarij sebagaimana ditegaskan oleh jama’ah haji yang berjuta-juta datang setiap
Ibnu Hazm di atas. tahunnya. Jika para jama’ah haji dianggap kafir
Dengan meninjau kesimpulan di atas, maka dan musyrik, tentu mereka adalah najis dan tidak
marilah kita renungkan tentang kelompok Salafi boleh menginjak tanah Haram di Mekkah. Bahkan
Wahhâbi, apakah mereka beraqidah sebagaimana kenyataannya Kerajaan Arab Saudi justru terus
aqidah sekte Khawarij? meningkatkan pelayanan kepada para jama’ah haji.
Kaum Wahhâbi adalah kaum yang sangat berhati-
Apakah mereka yang disebut Salafi Wahhâbi
hati dalam mengkafirkan.
mengkafirkan Ali, Mu’awiyyah, Aisyah, ‘Amr bin
al-’Âsh, dan para Sahabat yang ikut serta dalam Syaikh Abdul-Lathîf bin Abdirrahmân Âlu
perang Jamal dan Shiffin? Ataukah mereka yang Syaikh berkata: “Syaikh Muhammad bin Abdil-
justru menjunjung tinggi para Sahabat tersebut, Wahhâb t termasuk orang yang paling menjaga
dan membela mereka habis-habisan, terutama dan menahan diri dari menyatakan kekafiran,

34 Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M



bahkan sampai-sampai beliau tidak memastikan ia mencelanya dan melarang manusia dari agama
kafirnya seorang yang jahil yang berdoa kepada tersebut serta memusuhi orang yang menjalankan
selain Allâh  dari kalangan penghuni kubur agama Rasul; maka orang inilah yang aku kafirkan.
atau yang lainnya, jika tidak dimudahkan baginya Dan mayoritas umat –al-hamdulillâh- tidak seperti
adanya orang yang mengingatkannya”.8 ini”.11
Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhâb berkata: Berikut keyakinan kaum Wahhâbi tentang
“Permasalahan memvonis kafir orang tertentu takfîr (pengkafiran).
adalah permasalahan yang ma’ruf (dikenal), jika Pertama, Kaum Salafi Wahhâbi memandang
seseorang mengucapkan suatu perkataan yang bahwa takfîr (pengkafiran) merupakan hak Allâh.
menimbulkan kekafiran, maka dikatakan: ‘Barang Karenanya tidak boleh mengkafirkan kecuali orang
siapa yang mengatakan perkataan ini maka ia yang telah dikafirkan oleh Allâh dan Rasul-Nya.
kafir,’ akan tetapi orang tertentu jika mengucapkan Yaitu pengkafiran harus dibangun berdasarkan dalil
perkataan tersebut maka tidak dihukumi menjadi syar’i.
kafir hingga ditegakkan hujjah kepadanya yang
Kedua, Kaum Salafi Wahhâbi hanya
seseorang menjadi kafir karena meniggalkan hujjah
mengkafirkan dengan perkara-perkara yang
tersebut”.9
merupakan Ijma’ ulama.
Beliau juga berkata:
Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhâb berkata
“Adalah kedustaan, seperti perkataan mereka saat beliau t ditanya: “Atas (landasan) apa ia
bahwasanya kami mengkafirkan secara umum, kami berperang? Apa yang menyebabkan seseorang
mewajibkan orang yang mampu untuk menampakkan dikafirkan?”, maka beliau t menjawab: “Rukun-
agamanya untuk berhijrah kepada kami, kami rukun Islam yang lima, yang pertama adalah dua
mengkafirkan orang yang tidak mengkafirkan, juga syahadat, kemudian empat rukun. Adapun keempat
mengkafirkan orang yang tidak berperang; dan rukun jika dia mengakuinya namun meninggalkan/
kedustaan seperti ini banyak dan dilakukan secara tidak melaksanakannya karena lalai, maka
terus-menerus. Semua ini adalah kedustaan yang kami –meskipun kami memeranginya agar ia
menghalangi manusia dari agama Allâh dan Rasul- mengerjakan keempat rukun- akan tetapi kami
Nya. tidak mengkafirkannya karena ia meninggalkannya,
Jika kami tidak mengkafirkan orang-orang sementara para ulama berselisih tentang kafirnya
yang menyembah berhala yang ada pada Abdul- orang yang meninggalkan keempat rukun karena
Qadir, dan berhala yang ada di kuburan Ahmad malas tanpa menentang wajibnya empat rukun
al-Baidawi dan yang semisal mereka berdua tersebut. Dan kami tidak mengkafirkan kecuali
dikarenakan kejahilan dan tidak adanya orang perkara yang disepakati oleh seluruh ulama, yaitu
yang mengingatkan mereka, maka bagaimana kami dua syahadat. Selain itu kami juga mengkafirkannya
lantas mengkafirkan orang yang tidak berbuat setelah memberi penjelasan kepadanya jika ia
kesyirikan kepada Allâh jika ia tidak berhijrah telah tahu dan tetap mengingkari”.12
kepada kami, atau tidak mengkafirkan, dan tidak Ketiga, Kaum Salafi Wahhâbi memandang
berperang? Maha suci Allâh, ini merupakan perbedaan antara takfîr mutlaq dan takfîr mu’ayyan.
kedustaan besar”.10 Takfîr mutlaq, seperti halnya perkataan para ulama
Beliau juga berkata: “Adapun takfîr “barang siapa yang mengatakan al-Qur`ân makhluk
(pengkafiran), maka aku mengkafirkan orang maka ia kafir”, akan tetapi tidak serta merta setiap
yang mengetahui agama Rasûlullâh, kemudian orang yang mengatakan al-Qur`ân makhluk lantas
setelah ia mengetahui agama Rasul (tetapi) lalu kita kafirkan.

8 Minhâj at-Ta’sîs, hlm. 98.


9 Ad-Durar as-Saniyyah, 10/432-433. 11 Ad-Durar as-Saniyyah, 1/73.
10 Ad-Durar as-Saniyyah, 1/104. 12 Ad-Durar as-Saniyyah, 1/102, lihat juga 11/317.

Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M 35


Mabhats
Keempat, Kaum Salafi Wahhâbi meyakini Ishâq bin Ibrahim berkata: Hanyalah
bahwa seseorang yang melakukan kekafiran merupakan tasybîh jika ia berkata ‘tangan Allâh
atau mengucapkan kekafiran tidaklah langsung seperti tangan (manusia) atau pendengaran
divonis kafir kecuali setelah memenuhi Allâh seperti pendengaran (manusia)’. Jika ia
persyaratan (seperti ditegakkannya hujjah dan berkata ‘pendengaran (Allâh) seperti pendengaran
berusaha menghilangkan syubhat yang bercokol (makhluk)’, maka inilah tasybîh.
di kepalanya) serta tidak adanya perkara- Adapun jika ia berkata sebagaimana yang
perkara yang menghalangi pengkafiran (seperti dikatakan oleh Allâh: “Tangan, pendengaran,
kebodohan, baru masuk Islam, tinggal di daerah dan penglihatan Allâh, dan ia tidak mengatakan
pedalaman sehingga tidak mengerti, atau karena bagaimananya serta tidak mengatakan
dipaksa mengucapkan/melakukan kekafiran, dan bahwasanya pendengaran Allâh seperti
lain-lain). pendengaran (makhluk), maka hal ini bukanlah
Ibnu Taimiyyah t berkata: “Tidak seorang tasybîh. Hal ini sebagaimana firman Allâh dalam
pun boleh mengkafirkan seorang pun dari kaum al-Qur`ân:
Muslimin meskipun ia keliru atau bersalah hingga
ditegakkah hujjah kepadanya dan jelas baginya 7 6 5 43 2 1
hujjah. Barang siapa yang secara yakin Islamnya Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
tegak maka tidaklah Islam tersebut hilang darinya Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.16
hanya dengan keraguan, akan tetapi bisa hilang jika
Al-Imam Ahmad berkata, “Barangsiapa yang
setelah menegakkan hujjah dan menghilangkan
berkata ‘Penglihatan Allâh seperti penglihatanku
syubhat”.13
dan tangan Allâh seperti tanganku, serta kaki
Ibnu Taimiyyah t juga berkata: “Adapun Allâh seperti kakiku,’ maka ia telah mentasybîh
memvonis orang tertentu dengan hukum kafir atau (menyerupakan) Allâh dengan makhluk-Nya”.17
disaksikan masuk neraka maka hal ini berhenti/
Karenanya menyatakan bahwa Allâh
tergantung kepada dalil yang tertentu (khusus),
 memiliki sifat ilmu, qudrah, penglihatan,
karena penerapan vonis tersebut tergantung pada
pendengaran, berbicara akan tetapi tidak sama
adanya persyaratan dan hilangnya halangan-
dengan ilmu manusia, qudrah manusia, penglihatan
halangan”.14
dan pembicaraan manusia; maka demikian ini
bukan tasybîh atau tajsîm, bahkan ini adalah tauhid
Ketiga, Kaum Wahhâbi Dituduh Memiliki Aqidah kepada Allâh. Yaitu menetapkan sifat-sifat Allâh 
Tajsîm Dan Tasybîh yang termaktub dalam al-Qur’ân dan Sunnah, akan
Tajsîm dan tasybih yang merupakan kekufuran tetapi sifat-sifat tersebut maha tinggi dan tidak
adalah jika kita mengatakan bahwa tangan Allâh akan sama dengan sifat-sifat makhluk.
seperti tangan kita, wajah Allâh seperti wajah kita, Allâh berfirman:
penglihatan Allâh seperti penglihatan kita. Hal ini
sebagaimana halnya jika kita mengatakan bahwa 7 6 5 43 2 1
ilmu Allâh seperti ilmu kita dan kekuatan Allâh
seperti kekuatan kita.15 Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat. (QS asy-
Imam at-Tirmidzi t dengan menukil
Syûra/42:11).
perkataan Imam Ishâq bin Rahûyah, beliau berkata:
16 Lihat Sunan at-Tirmidzi (3/42) kitab az-Zakât, Bab: Mâ Jâ a fi
13 Majmû` al-Fatâwâ, 12/466. Fadhl ash-Shadaqah, di bawah hadits no. 662.
14 Majmû` al-Fatâwâ, 12/498. 17 Diriwayatkan oleh al-Khallâl dengan sanadnya dalam kitabnya,
15 Lihat Syarah al-’Aqidah ath-Thahawiyah (hlm. 53), Dar at-Ta’ârud as-Sunnah sebagaimana telah dinukil oleh Ibnu Taimiyyah
(4/145), dan Maqâlât at-Tasybîh wa Mauqif Ahlis-Sunnah minhâ dalam Dar at-Ta’ârud (2/32), dan Ibnul-Qayyim dalam Ijtimâ’ al-
(1/79). Juyûsy al-Islâmiyah, hlm. 162.

36 Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M



Perhatikanlah dalam ayat ini, Allâh  ulama besar madzhab Maliki, wafat tahun 463
menyatakan bahwa Allâh Maha Mendengar dan H) telah menukil Ijma’ (konsensus) Ahlus-Sunnah
Maha Melihat, akan tetapi tidak ada sesuatu pun terkait aqidah ini. Beliau t berkata dalam
yang serupa dengan Allâh, sehingga penglihatan kitabnya yang sangat mashur, at-Tamhîd Limâ fi al-
dan pendengaran Allâh tidak seperti penglihatan Muwattha` min al-Ma’âni wa al-Asânîd:
dan pendengaran manusia atau makhluk. “Ahlus-Sunnah Ijma’ (berkonsensus) dalam
Aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah tentang menetapkan seluruh sifat-sifat Allâh yang
sifat-sifat Allâh dibangun di atas mensifati Allâh terdapat dalam al-Qur`ân dan as-Sunnah, dan
sesuai dengan apa yang Allâh sifatkan tentang sepakat untuk beriman kepada sifat-sifat tersebut.
diri-Nya dalam al-Qur`ân atau melalui Rasûlullâh Adapun ahlul- bid’ah, Jahmiyah dan Mu’tazilah
n dalam hadits-haditsnya tanpa adanya (1) seluruhnya, demikian juga kaum Khawarij
tahrîf dan (2) ta’thîl serta tanpa (3) takyîf dan (4) seluruhnya mengingkari sifat-sifat Allâh; mereka
tamtsîl.18 tidak membawakan sifat-sifat Allâh pada makna
Secara bahasa, tahrîf adalah merubah atau hakikatnya, dan mereka menyangka bahwasanya
mengganti,19 dan secara terminologi, tahrîf barang siapa yang menetapkan sifat-sifat tersebut
-yang berkaitan dengan sifat-sifat Allâh- adalah maka ia adalah musyabbih. Mereka ini di sisi para
merubah lafal-lafal nash yang berkaitan dengan penetap sifat-sifat Allâh adalah para penolak
sifat Allâh atau merubah makna dari lafal-lafal Allâh yang disembah. Dan al-haq (kebenaran) pada
tersebut.20 Sedangkan ta’thîl, secara terminologi apa yang dikatakan oleh mereka yang berbicara
adalah menolak sifat-sifat Allâh yang datang sebagaimana yang dikatakan oleh al-Qur`ân dan
dalam nash-nash al-Qur`ân maupun hadits- sunnah Rasul-Nya, dan mereka adalah para imam
hadits Nabi n , baik menolak sebagian sifat Jama’ah, al-hamdulillâh”.23
(sebagaimana dilakukan oleh kaum Asyâ’irah dan Sebagaimana hal ini juga telah disebutkan
al-Mâturîdiyah) ataupun menolak seluruh sifat oleh al-Imam at-Tirmidzi dalam Sunannya. Imam
Allâh (sebagaimana yang dilakukan oleh kaum at-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits yang
al-Jahmiyah dan al-Mu’tazilah). Adapun takyîf, menyebutkan tentang sifat tangan kanan Allâh, ia
secara terminologi adalah membagaimanakan berkata: “Rasûlullâh n bersabda, ‘Sesungguhnya
sifat-sifat Allâh, seperti menyatakan bahwa sifat Allâh menerima sedekah dan mengambilnya dengan
Allâh begini dan begitu tanpa dalil, dan tanpa tangan kanannya, lalu Allâh mentarbiyahnya
menyamakan dengan makhluk.21 Dan tamtsîl, (mengembangkannya) untuk salah seorang dari
secara terminologi adalah mengvisualkan sifat kalian sebagaimana salah seorang dari kalian
Allâh dengan menyamakan sifat Allâh seperti mengembangkan kuda kecilnya. Sampai-sampai
sifat makhluk, seperti menyatakan bahwa sesuap makanan sungguh-sungguh menjadi seperti
tangan Allâh sama seperti tangan manusia, gunung Uhud’.”24
turunnya Allâh sama seperti turunnya manusia, Setelah meriwayatkan hadits ini, kemudian at-
penglihatan Allâh seperti penglihatan manusia, Tirmidzi berkata: “Telah berkata lebih dari satu dari
dan seterusnya.22 kalangan ahli ilmu tentang hadits ini dan riwayat-
Aqidah inilah yang disepakati oleh para Imam riwayat hadits yang lain tentang sifat-sifat Allâh,
Salaf umat ini. Ibnu Abdil-Barr t (salah seorang dan turunnya Allâh setiap malam ke langit dunia;
mereka berkata, telah tetap riwayat-riwayat tentang
sifat-sifat Allâh dan diimani, tidak dikhayalkan, serta
18 Lihat al-Aqidah al-Washithiyyah, syarah Khalil Harrâs, hlm. 47-48.
tidak dikatakan bagaimananya sifat-sifat tersebut”.25
19 Lihat Mu’jam Maqâyîs al-Lughah (2/42) dan Lisânul-’Arab
(10/387).
20 Lihat ash-Shawâ’iq al-Mursalah, 1/215-216. 23 At-Tamhîd, 7/145.
21 Lihat al-Qawâ’id al-Mutslâ, syarh al-Mujalâ, hlm. 206. 24 Lihat HR at-Thirmidzi, no. 662.
22 Lihat al-Qawâ’id al-Mutslâ, syarh, al-Mujalâ, hlm. 202. 25 At-Tirmidzi dalam Sunan-nya, 3/41.

Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M 37


Mabhats
Demikianlah diriwayatkan dari Imam Malik, bid’ah”.28
Sufyan bin ‘Uyainah, dan Abdullâh bin al-Mubârak, Ibnu Qudamah t meriwayatkan atsar dari
bahwasanya mereka berkata tentang hadits- Imam Syafii t, Ibnu Qudamah t berkata:
hadits ini: “Tetapkan hadits-hadits tersebut tanpa Yunus bin ‘Abdil-A’la berkata, aku mendengar Abu
menggambarkannya”.Dan demikianlah perkataan para Abdullâh Muhammad bin Idris asy-Syafii, tatkala
ulama Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah. Adapun Jahmiyah, ditanya tentang sifat-sifat Allâh dan apa yang
mereka mengingkari riwayat-riwayat ini dan mereka diimani oleh asy-Syafii, maka asy-Syafii berkata:
berkata bahwasanya hal ini adalah tasybîh. “Allâh  memiliki nama-nama dan sifat-sifat
Terdapat lebih dari satu tempat dalam al-Qur`ân yang terdapat dalam kitab-Nya (al-Qur`ân) dan
bahwa Allâh  menyebutkan tentang tangan, dikabarkan oleh Nabi-Nya n kepada umatnya;
pendengaran, dan penglihatan. Kaum Jahmiyah tidak boleh seorang pun dari makhluk Allâh
mentakwil ayat-ayat ini dan menafsirkannya  yang telah tegak hujjah kepadanya untuk
dengan tafsiran yang tidak sesuai dengan tafsir menolaknya karena al-Qur`ân telah menurunkan
para ahli ilmu. Jahmiyah berkata: “Sesungguhnya nama-nama dan sifat-sifat tersebut, dan telah
Allâh  tidak menciptakan Adam dengan tangan- sah dari Rasûlullâh n tentang nama-nama dan
Nya,” dan Jahmiyah berkata, “Makna tangan di sini sifat-sifat tersebut sebagaimana diriwayatkan
adalah kekuatan”.26 oleh para perawi yang adil (tsiqah/terpercaya).
Menetapkan sifat-sifat Allâh sebagaimana Jika seseorang menyelisihinya setelah tetapnya
lahiriahnya tanpa mentasybîh dengan sifat-sifat hujjah kepadanya maka ia kafir; adapun sebelum
makhluk merupakan aqidah para imam empat madzhab. tegaknya hujjah maka ia mendapat udzur karena
kejahilan, karena ilmu tentang hal ini (nama-
Imam Abu Hanîfah t berkata: “Allâh 
nama dan sifat-sifat Allâh) tidak bisa diketahui
memiliki tangan, wajah, dan jiwa sebagaimana
dengan akal, atau dengan pemikiran, dan kami
yang Allâh  sebutkan dalam al-Qur`ân. Apa
tidak mengkafirkan seorangpun yang jahil (tidak
yang disebutkan oleh Allâh dalam al-Qur`ân
tahu), kecuali setelah sampai kabar tentang hal
berupa penyebutan tentang wajah, tangan, dan
tersebut kepadanya. Kami menetapkan sifat-
jiwa maka itu adalah sifat-sifat Allâh, tanpa
sifat ini dan kami menolak tasybîh dari sifat-
menggambarkannya. Dan tidak dikatakan
sifat tersebut sebagaimana Allâh telah menolak
sesungguhnya tangannya adalah qudrah
tasybîh dari diri-Nya.29
(kemampuan)-Nya atau nikmat-Nya, karena
hal ini menolak sifat, dan ini adalah perkataan Ibnu Qudâmah t berkata dalam kitabnya,Dzam
para penolak taqdir dan kaum Mu’tazilah; at-Takwil, hlm. 20: Abu Bakr al-Marwazi berkata: Dan
akan tetapi tangan-Nya adalah sifat-Nya tanpa telah mengabarkan kepadaku Ali bin Isa bahwasanya
membagaimanakannya. Kemarahan-Nya dan Hanbal telah menyampaikan kepada mereka, ia
keridhaan-Nya adalah dua sifat yang termasuk berkata, “Aku bertanya kepada Abu Abdillâh
sifat-sifat Allâh tanpa menggambarkannya”.27 (al-Imam Ahmad) tentang hadits-hadits yang
diriwayatkan ‘sesungguhnya Allâh turun setiap
Imam Mâlik t tatkala ditanya tentang
malam ke langit dunia,’ dan ‘sesungguhnya Allâh
bagaimanakah istiwâ Allâh , maka beliau berkata:
 dilihat,’ dan ‘sesungguhnya Allâh meletakkan
“Istiwâ diketahui (maknanya), dan bagaimananya
kaki-Nya,’ dan hadits-hadits yang semisal ini,”
tidak bisa dipikirkan, dan mengimaninya adalah
maka Abu Abdillâh (al-Imam Ahmad) berkata,
wajib, serta bertanya tentang bagaimananya adalah

28 Atsar perkataan Imam Malik ini shahîh dari banyak jalan.


Silahkan melihat takhrîj atsar ini secara detail dalam buku al-
26 Demikian penjelasan at-Tirmidzi dalan Sunan-nya, 3/42. Atsar al-Masyhûr ‘an al-Imam Mâlik fi Sifat al-Istiwâ`, karya Syaikh
27 Lihat Syarh al-Fiqh al-Akbar, karya Syaikh Abu al-Muntah Ahmad Abdur-Razzâq al-’Abbad, hlm. 35-51.
bin Muhammad al-Hanafi (hlm. 120-122), dan juga asy-Syarh 29 Kitab Itsbât Sifat al-’Uluw, karya Ibnu Qudamah (hlm. 181) dan
al-Muyassar li al-Fiqh al-Akbar, karya al-Khamîs (hlm. 42). juga dalam kitab beliau, Dzam at-Ta’wîl, hlm. 21.

38 Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M



“Kami beriman dengan hadits-hadits ini dan kami » º¹ ¸
membenarkannya, tanpa ada bagaimananya dan
tanpa memaknainya (mentakwilnya) dan kami Ilmu mereka tidak dapat meliputi-Nya.
tidak menolak sedikitpun dari hadits-hadits ini, (QS Thâhâ/20:110).
dan kami mengetahui bahwasanya apa yang
datang dari Rasûlullâh adalah benar jika datang Ibnu Taimiyyah t berkata: “Madzhab Salaf
dengan sanad-sanad yang shahîh, dan kami tidak –semoga Allâh meridhai mereka- menetapkan
menolak sabda Rasûlullâh n , dan tidaklah Allâh sifat-sifat Allâh dan memperlakukan sifat-sifat
disifati lebih dari apa yang Allâh  sifatkan diri- tersebut sebagaimana zhahirnya (lahiriyahnya)
Nya sendiri, atau pensifatan Rasul-Nya tentang Allâh dan menafikan bagaimananya hakikat sifat-sifat
, tanpa adanya batasan tersebut. Karena pembiaraan tentang sifat-sifat
Allâh adalah cabang dari pembicaraan tentang
7 6 5 43 2 1 Dzat Allâh . Dan penetapan Dzat Allâh adalah
menetapkan adanya wujudnya Dzat Allâh 
(tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan bukan menetapkan bagaimananya Dzat Allâh ,
Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat). maka demikian pula penetapan sifat-sifat Allâh .
Inilah madzhab para Salaf seluruhnya”.30
Orang-orang yang mensifati (Allâh) tidak
Hal ini berbeda dengan musyabbihah yang
akan sampai kepada sifat-Nya (yang sebenarnya)
menggambarkannya sifat-sifat Allâh  atau
dan sifat-sifat-Nya dari-Nya. Kami tidak melebihi
menyerupakan sifat-sifat Allâh  dengan sifat-
al-Qur`ân dan Hadits, maka kami mengatakan
sifat makhluk.
sebagaimana yang dikatakan oleh Allâh , dan
kami mensifati sebagaimana yang Allâh sifati Kaum mu’atthilah menolak sifat-sifat Allâh .
diri-Nya, kami tidak melampauinya, kami beriman Ada di antara mereka yang menolak sebagian sifat,
kepada seluruh al-Qur`ân yang muhkam maupun seperti kaum Asyâ’irah dan Maturidiah. Juga ada di
yang mutasyabih, dan kami tidak menghilangkan antara mereka yang menolak seluruh sifat, seperti
satu sifat pun dari sifat-sifat Allâh hanya karena kaum Jahmiyah dan Mu’tazilah.
celaan”. Mereka menganggap penetapan setiap
Demikianlah aqidah empat imam madzhab sifat Allâh  berkonsekwensi telah mentasybîh
Ahlus-Sunnah, bahwasanya mereka menetapkan (menyerupakan) Allâh  dengan makhluknya.
sifat-sifat Allâh  sebagaimana yang ditunjukkan Padahal menyatakan Allâh dan makhluk sama-
oleh ayat-ayat dan hadits-hadits yang shahîh, akan sama memiliki pendengaran dan penglihatan
tetapi mereka menafikan tasybîh dan penyamaan bukanlah tasybîh atau tajsîm yang merupakan
dengan sifat-sifat makhluk. Mereka menetapkan kekufuran. Hanya saja yang merupakan
sifat tangan Allâh  akan tetapi tidak seperti kekufuran, ialah jika kita menyatakan bahwa
tangan makhluk; demikian pula wajah Allâh , penglihatan dan pendengaran Allâh  seperti
sebagaimana penglihatan dan pendengaran Allâh penglihatan dan pendengaran manusia –
 tidak seperti penglihatan dan pendengaran sebagaimana telah lalu penjelasannya. Bahkan
makhluk. hingga Jahmiyah dan Mu’tazilah (yang menolak
seluruh sifat Allâh ) menamakan Asyâ’irah
Meskipun Ahlus-Sunnah menetapkan sifat-
sebagai musyabbihah karena telah menetapkan
sifat Allâh, akan tetapi mereka menyerahkan
sebagian sifat Allâh .
hakikat bagaimana sifat-sifat tersebut hanya
kepada Allâh  saja. Karena akal dan ilmu manusia Di antara tuduhan Mu’atthilah (para penolak
tidak akan mampu menangkap bagaimananya sifat-sifat Allâh) adalah menuduh Ahlus-Sunnah
hakikat sifat-sifat Allâh tersebut. Allâh telah sebagai mujâssim dan musyabbih. Hal ini telah
berfirman:
30 Majmû’ al-Fatâwâ, 4/6-7.

Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M 39


Mabhats
jauh-jauh hari diingatkan oleh para Ulama Salaf. Dan seperti:
Abu Zur’ah ar-Râzi (wafat 264 H) berkata:
“Mu’atthilah (para penolak sifat yang ÅÄ Ã Â
mengingkari sifat-sifat Allâh k ), yang Dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.
Allâh  telah mensifati diri-Nya di dalam al- (QS az-Zumar/39:67)
Qur`ân dan melalui lisan Nabi-Nya, dan mereka
(Mu’atthilah) mendustakan hadits-hadits Dan yang semisal ayat-ayat ini dalam al-Qur`ân
shahîh yang datang dari Rasûlullâh tentang dan hadits, maka kami tidak menambahkannya dan
sifat-sifat, lalu mereka mentakwilnya dengan kami tidak menafsirkannya (dengan takwil-takwil),
pemikiran mereka yang terbalik agar sesuai dan kami berhenti dimana berhenti al-Qur`ân dan
dengan keyakinan mereka yang sesat, lalu al-Hadits, dan kami berkata:
mereka menisbahkan para perawi hadits-hadits
tersebut kepada tasybîh. Maka barang siapa \[Z Y
yang menisbahkan orang-orang yang mensifati
(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah, yang ada di atas
Rabb mereka -Tabaraka wa Ta’âla- dengan sifat-
'Arsy. (QS Thâhâ/20:5).
sifat -yang Allâh mensifati dirinya di dalam
al-Qur`ân dan melalui lisan Nabi-Nya tanpa Dan barang siapa yang menyangka selain dari
tamtsîl dan tasybîh- kepada tasybîh maka ia ini maka ia adalah mu’atthil Jahmiah.33
adalah seorang mu’atthil yang menafikan sifat.
Dan mereka (para mu’atthil) diketahui dengan Inilah kaum yang telah jauh-jauh diperingatkan
sikap mereka yang menisbahkan para penetap oleh para imam kaum Muslimin akan bahaya
sifat-sifat Allâh kepada tasybîh. Demikianlah mereka.
yang para Ulama katakan, di antaranya Abdullâh Keempat, Kaum Wahhâbi Dituduh Melarang
bin al-Mubârak (wafat 181 H) dan Wakî’ bin al-
Bershalawat Kepada Nabi n .
Jarâh (wafat 197 H)”. 31
Ishâq bin Rahûyah (wafat 238 H) berkata: Tentunya ini merupakan tuduhan dusta. Justru
“Tanda Jahm (bin Shafwan) dan para sahabatnya kaum Wahhâbi sangat menganjurkan untuk
–yang gemar berdusta- adalah mereka menuduh bershalawat. Salah seorang ulama yang menjadi
Ahlu Sunnah wal-Jamâ’ah bahwasanya mereka sumber inspirasi kaum Wahhâbi, yaitu Imam
adalah musyabbihah. Bahkan justru merekalah Ibnul-Qayyim t (murid Syaikhul-Islam Ibnu
(Jahm dan pengikutnya) adalah mu’atthilah”.32 Taimiyyah) telah menulis sebuah buku khusus
tentang keutamaan bershalawat kepada Nabi n
Abu Bakar Abdullah bin az-Zubair al-Humaidi ‫ﺍﻟﺼﻼ ﹺﹶﺓ ﻋ ﹶﹶﲆ ﹶﺧ ﹾ ﹺ‬
yang berjudul ‫ﲑ ﺍﻷﹶﻧﹶﺎ ﹺﻡ‬ ‫ﻼ ﹸﺀ ﺍﻷﹶ ﹾﻓ ﹶﻬﺎ ﹺﻡ ﹺﰲ ﹶﻓ ﹾﻀ ﹺﻞ ﱠ‬
‫ ﹶﺟ ﹶ‬.
asy-Syafii (wafat 219H) berkata:
“Apa yang diucapkan oleh al-Qur`ân dan hadits, Adapun yang dilarang adalah shalawat-
seperti: shalawat bid’ah yang berisi makna-makna
menyimpang. Seperti halnya shalawat Fâtih yang
¼ » º¹ ¸ ¶ μ ´ dipopulerkan Thariqah at-Tijâniyah -yang menurut
anggapan mereka- keutamaan membaca shalawat
Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allâh ini sekali saja seperti mengkhatamkan al-Qur`ân
terbelenggu," sebenarnya tangan merekalah yang 6000 kali.
dibelenggu. (QS al-Mâ-idah/5:64).

31 Al-Hujjah fi Bayân al-Mahajjah, 1/187 dan 1/196-197.


32 Syarh Ushûl I’tiqâd Ahli as-Sunnah wa al-Jamâ’ah, 2/588. 33 Dzam at-Takwîl, 1/24.

40 Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M



Kelima, Kaum Wahhâbi Dituduh Membenci kita. Rasul yang pertama adalah Nuh, dan yang
Ahlul-Bait (Keluarga Nabi) terakhir adalah Muhammad ‘alaihimus-sallam. Dari
para rasul tersebut kita memperoleh Rasul yang
Tuduhan ini merupakan kedustaan –karena-
terakhir dan yang paling mulia, yaitu Muhammad
bahkan Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhâb telah
n , dan kita adalah umat yang terakhir”.34
memberi nama anak-anak beliau dengan nama-
nama Ahlul-Bait. Di antara nama anak beliau adalah Syaikh juga berkata: “Rasul yang pertama
Hasan, Husain, Ali, Ibrahim, Abdullâh, Abdulaziz, adalah Nuh q , dan yang terakhir adalah
Fathimah. Tentunya seorang yang berakal tidak Muhammad n , dan ia adalah penutup para Nabi,
akan memberi nama anaknya dengan nama orang tidak ada lagi Nabi setelahnya. Dalilnya adalah
yang ia benci, akan tetapi justru sebaliknya ia akan firman Allâh  ‘Bukanlah Muhammad adalah ayah
memberinya nama dengan nama orang yang ia salah seorang dari kalian akan tetapi ia adalah
cintai. Rasûlullâh dan penutup para Nabi’.”35
Keenam, Kaum Wahhâbi Dituduh Melarang Syaikh juga mengkafirkan orang yang mengaku
Ziarah Kubur sebagai nabi setelah Nabi Muhammad n . Begitu
pula yang membenarkan adanya nabi setelah Nabi
Ini juga merupakan tuduhan dusta, malah
Muhammad n juga dihukumi kafir oleh Syaikh.
justru kaum Wahhâbi sangat menganjurkan
Beliau berkata: “Barang siapa yang berbuat syirik
ziarah kubur yang merupakan sunnah yang
kepada Allâh maka ia telah kafir setelah Islamnya…
sangat dianjurkan oleh Nabi n untuk mengingat
atau mengaku sebagai nabi, atau membenarkan
akhirat dan mendoakan penghuni kubur. Akan
orang yang mengaku sebagai Nabi setelah Nabi
tetapi yang dilarang adalah ziarah kubur
Muhammad n “.36
yang di dalamnya terdapat praktek (amaliyah)
perkara-perkara yang menyelisihi Sunnah Beliau juga berkata: “Mereka, para sahabat
Nabi n , seperti meminta atau beristighatsah Rasûlullâh n memerangi Bani Hanifah –padahal
kepada mayat penghuni kubur, atau beribadah Banu Hanifah telah masuk Islam pada masa Nabi
di kuburan, karena hal ini menyelisihi dan n - dan mereka bersaksi bahwasanya tidak ada
melanggar sabda-sabda Nabi n . sesembahan yang berhak disembah melainkan
Allâh  dan bahwasanya Muhammad n adalah
Rasûlullâh, mereka mengumandangkan adzan dan
Ketujuh, Syaikh Muhammad Bin Abdil-Wahhâb mereka shalat.”
Dituduh Mengaku Sebagai Nabi
Jika ada yang berkata: “Akan tetapi Bani
Ini merupakan kedustaan yang amat kelewat Hanifah (dikafirkan dan diperangi, karena)
batas dan pernah disampaikan oleh Ahmad Zaini mereka mengatakan bahwa Musailamah adalah
Dahlan yang dengki kepada dakwah beliau. nabi,” maka katakanlah: “Inilah yang dimaksud,
Subhânallâh, sedemikian keji Dahlan menuduh jika seseorang yang mengangkat seseorang
Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhâb mengaku hingga derajat Nabi n (maka ia) menjadi kafir,
sebagai seorang nabi. Padahal, sungguh terlalu halal darah dan hartanya, serta tidak bermanfaat
banyak perkataan Syaikh Muhammad bin dua kalimat syahadatnya dan juga shalatnya,
Abdil-Wahhâb yang tegas menyatakan bahwa maka bagaimana lagi dengan orang yang
Muhammad n adalah nabi terakhir, penutup para mengangkat Samson, atau Yusuf, atau sahabat,
Nabi. atau nabi ke derajat Allah  penguasa langit
Di antara perkataan Syaikh Muhammad dan bumi?”37
bin Abdil-Wahhâb ialah: “Manusia mengetahui
bahwasanya tatkala Allâh menciptakan kita 34 Ad-Durar as-Saniyyah, 1/168.
maka Allâh tidak membiarkan kita begitu saja, 35 Ad-Durar as-Saniyyah, 1/135.
akan tetapi Allâh mengutus para rasul kepada 36 Ad-Durar as-Saniyyah, 10/88.
37 Kasyf asy-Subuhât, hlm. 32.

Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M 41


Mabhats

Disusun oleh : Ustadz Abdullâh Roy, M.A.

M
asyarakat dunia bisa dipastikan Kurikulum sekolah di Saudi Arabia juga
mengetahui adanya Negara Saudi Arabia penuh dengan nuansa Islami. Hafalan al-
yang terletak di kawasan yang dikenal Qur`ân merupakan muatan tetap dari sejak TK
dengan Timur Tengah, dan mengenalnya sebagai sampai kuliah. Anak yang lulus SD minimal telah
satu-satunya negara yang menerapkan dan menghafal 2 juz dari belakang (Juz 29 dan Juz 30).
menetapkan Islam sebagai agama resmi negara. Pelajaran agama dipisahkan dari hafalan al-Qur`ân.
Tetapi sejauh mana pengetahuan masyarakat dunia Anak-anak sejak TK sudah diajarkan tiga landasan
selama ini terutama lantaran penerapan Islam ? utama, yaitu: mengenal Allâh, mengenal Nabi e ,
Berikut adalah catatan singkat yang dirasakan dan mengenal agama, tiga pertanyaan yang kelak kita
dilihat secara langsung, yang tentu tak terlepas ditanya tentangnya.
dengan praktek keagamaan di Saudi Arabia. Dan
Pelajaran lainnya, seperti IPA, IPS, Matematika,
ini merupakan sebagian kecil dari praktek tersebut.
dan lain-lain tidak jarang materinya dikaitkan
Semoga Allâh l memudahkan kita untuk
dengan agama. Misalnya, bagaimana mengenal
mengambil pelajaran yang baik dari yang kita lihat
di Negara Saudi Arabia ini. Allâh dengan melihat kekuasaanya di alam semesta,
yang menunjukkan bahwa ilmu-ilmu tersebut tidak
bertentangan dengan agama.
1. Pendidikan
Di Saudi terdapat sekolah SD yang memiliki
Kerajaan Saudi Arabia memisahkan antara prioritas al-Qur`an lebih daripada SD lainnya.
sekolah laki-laki dan wanita sejak tingkat sekolah
Menerapkan jam hafalan lebih banyak. Dan SD
dasar (SD). Yang demikian supaya anak-anak
seperti ini menjadi rebutan banyak orang. Setiap
terbiasa dengan adab Islam dalam bergaul dengan
tahunnya, murid-murid SD ini mendapat beasiswa
lawan jenis. Siswi, sejak SD tidak dibolehkan
dari kerajaan.
memakai rok pendek. Siswi, dari kelas 1 sampai
3 SD masih diberi kelonggaran oleh sekolah dan
keluarga untuk tidak memakai kerudung. Tetapi
2. Kesehatan
kalau sudah sampai kelas 4 dan kelihatan sudah Di Saudi Arabia antara pasien laki-laki dan
besar dan bisa menimbulkan godaan maka sudah wanita dipisahkan. Demikian juga dokter laki-laki
dibiasakan memakai kerudung ketika ke sekolah, untuk laki-laki dan dokter wanita untuk wanita
meski pada asalnya tidak wajib sampai dia baligh. kecuali dalam beberapa keadaan darurat, atau
Berbeda jika Siswi sudah memasuki bangku keterbatasan tenaga medis. Sering ditemui saat
setingkat SMP, ia sudah diwajibkan memakai cadar menunggu pasien, para dokter di kamar-kamar
ketika sekolah. Siswi diajar guru wanita, sedangkan praktek mereka membaca al-Qur`ân. Komputer
siswa diajar oleh guru laki-laki. Murid-murid dari mereka terisi dengan murattal. Semuanya
TK sampai SD sudah dibiasakan membaca dzikir itu untuk memanfaatkan waktu supaya tidak
pagi yang disyari’atkan ketika awal belajar. terbuang sia-sia.

42 Majalah
Majalah As-Sunnah
As-Sunnah Edisi
Edisi 07/Thn
07/Thn XVII/Dzulhijjah
XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram
1434H~Muharram 1435H/November
1435H/November 2013M
2013M 42

Rasulullâh n bersabda: ^] \ [ Z Y X W V U
ُ ّ ‫ﹺ‬
‫الص َّحة‬
ِ ‫ﹶﺎﻥ ﹶﻣ ﹾﻐ ﹸﺒ ﹾﻮ ﹲﻥ ﻓﹺ ﹾﻴ ﹺﻬ ﹶﲈ ﻛﹶﺜﹺ ﹾ ﹲﲑ ﹺﻣ ﹶﻦ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱ‬‫ﻧﹺﻌﻤﺘ ﹺ‬
‫ﹾﹶ‬ f e d cb a ` _
‫ﹶﻭﺍ ﹾﻟ ﹶﻔ ﹶﺮﺍ ﹸﻍ‬ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
Dua nikmat yang manusia banyak terlena di dalamnya, adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan
yaitu kesehatan dan waktu luang. (HR. Al-Bukhari) tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allâh
Ada di antara dokter-dokter itu yang hafal melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
al-Qur`ân bahkan memiliki sanad al-Qur`ân dan kehendaki. Dan Allâh Maha Luas (karunia-Nya) lagi
mengajarkannya kepada orang lain. Pagi bekerja Maha Mengetahui. (QS al-Baqarah/2:261).
sebagai dokter dan sore hari mengajar al-Qur`ân Ketika Ramadhan tiba semakin terlihat
di masjid. Tidak jarang mereka menasihati pasien kedermawanan mereka. Mulai dari berbuka puasa,
untuk bertawakkal kepada Allâh k dan tidak membebaskan orang yang dipenjara karena terlilit
bertawakkal kepada dokter atau obat. Mereka hutang, membagikan pakaian untuk lebaran,
memahami bahwa dokter dan obat hanya sebab shadaqah, dan lain-lain. Oleh karena itu, orang-
dan Allâh k yang memberikan kesembuhan. orang miskin di Saudi tidak iri dengan orang-orang
Apabila kedatangan pasien anak kecil, terkadang kaya. Dan orang kayapun tidak menghina si miskin.
anak-anak itu ditanya tentang hafalan al-Qur`ânnya Masing-masing melaksanakan kewajibannya.
sudah sampai mana.
Ibnu 'Abbâs c berkata :

‫ ﹶﺃ ﹾﺟ ﹶﻮ ﹶﺩ ﺍﻟﻨ ﹺ‬b ِ ّٰ ‫ﻛ ﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺭ ﹸﺳ ﹾﻮ ﹸﻝ ا‬
Para dokter wanita memakai cadar adalah
sesuatu yang biasa. Demikian pula dokter
berjenggot tebal. Ketika shalat mereka menunaikan
‫ﹶﺎﻥ ﹶﺃ ﹾﺟ ﹶﻮ ﹸﺩ‬
‫ﱠﺎﺱ ﹶﻭﻛ ﹶ‬
shalat berjamaah kecuali dalam keadaan darurat
yang mengharuskan keberadaanya bersama pasien.
‫ﺎﻥ ﹺﺣ ﹾ ﹶ‬
‫ﲔ ﹶﻳ ﹾﻠ ﹶﻘﺎ ﹸﻩ ﹺﺟ ﹾ ﹺﱪ ﹾﻳ ﹸﻞ‬ ‫ﹶﻣﺎ ﹶﻳﻜ ﹾﹸﻮ ﹸﻥ ﹺﰲ ﹶﺭ ﹶﻣ ﹶﻀ ﹶ‬
Dahulu Rasûlullâh n adalah orang yang paling
3. Sosial dermawan, dan beliau sangat dermawan ketika
Ramadhan saat ditemui Jibril. (Muttafaqun ‘alaihi).
Orang-orang kaya di Saudi Arabia menyadari
jika di dalam harta mereka terdapat hak orang lain.
Banyak yayasan sosial yang berdiri untuk menjadi 4. Keamanan
jembatan antara orang kaya dengan orang miskin Hal yang sangat dirasakan di Negara Saudi
dan yang membutuhkan, seperti pembagian zakat Arabia ini adalah nikmat keamanan. Seseorang
harta, sembako, alat-alat dan perkakas rumah tidak takut melakukan perjalanan jauh sekeluarga
tangga. pada malam hari kecuali kepada Allâh k .
Orang-orang miskin dan membutuhkan yang Terminal-terminalnya jangan dibayangkan seperti
mendaftar dan terpenuhi syarat-syaratnya akan di negara yang lain, yang sering terjadi tindak
mendapatkan kesempatan menerima bantuan. kriminal. Mobil-mobil pribadi di Saudi tidak perlu
Banyak diantara orang-orang kaya tersebut yang disimpan rapat-rapat di garasi. Pada malam hari
mewaqafkan bangunan untuk tempat tinggal, barang-barang dagangan milik pedagang kaki lima
mewaqafkan masjid, dan lain-lain. Mereka berlomba di sekitar Masjid Nabawi dibiarkan tergeletak saja
menginfakkan hartanya di jalan Allâh. di luar dengan ditutup kain sampai pagi tanpa ada
Allâh l berfirman: yang mengambilnya.
Al-hamdulillâh, semua ini merupakan nikmat
TSRQPONM dari Allâh karena mereka mau menerapkan syariat
Islam. Masyarakat di Saudi ditanamkan rasa

MajalahAs-Sunnah
Majalah As-SunnahEdisi
Edisi07/Thn
07/ThnXVII/Dzulhijjah
XVII/Dzulhijjah1434H~Muharram
1434H~Muharram1435H/November
1435H/November2013M
2013M 43
43
Mabhats
takut kepada Allâh dan rasa takut terhadap hari 6. Ditegakkan Hukum Islam
pembalasan, yang sedikit banyak mempengaruhi
Di Saudi Arabia, orang yang membunuh
perilaku mereka sehari-hari.
setelah melalui proses peradilan yang syar’i, akan
mendapatkan qishâsh (pembalasan) bunuh –
5. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar tentunya- dengan cara yang disyari’atkan. Yaitu
Sepengetahuan penulis, Negara Saudi Arabia dipenggal lehernya dengan pedang di hadapan
adalah satu-satunya negara yang memiliki polisi orang banyak. Biasanya, sebelum dihukum mati,
agama resmi yang tergabung dalam Haiah Amar orang yang mendapat qishâsh ini dinasihati untuk
Ma’ruf Nahi Mungkar. Kedudukan mereka sejajar bertaubat dan diingatkan tentang keutamaan
dengan polisi lain, dan berada di bawah Kementrian akhirat di atas dunia. Adapun pelajaran bagi yang
Dalam Negeri. lain supaya tidak mudah menumpahkan darah
Haiah Amar Ma’rûf Nahi Mungkar ini jangan manusia.
disamakan dengan ormas yang ada di negara kita Allâh k berfirman:
(Indonesia), karena Haiah di Saudi adalah bagian
dari aparat negara. Mereka berstatus pegawai negeri,
dan diberi kewenangan yang terbatas. Mereka tidak
© ¨ § ¦ ¥ ¤
berseragam seperti angkatan lain, tetapi mereka
lebih disegani daripada polisi keamanan. ǻ
Tugas polisi agama ini memberantas Dan dalam qhishâsh itu ada (jaminan kelangsungan)
kemungkaran, baik dalam bidang aqidah, seperti hidup bagi kalian, wahai orang-orang yang berakal,
pemberantasan tukang sihir, dukun dan lain- supaya kamu bertakwa. (QS al-Baqarah/2:179).
lain, maupun dalam bidang akhlak, seperti
pemberantasan pacaran, minuman keras dan
7. Saling Mendoakan
sebagainya. Disamping itu juga menertibkan
penegakan syiar-syiar Islam, seperti shalat Diantara kebiasaan baik orang-orang Saudi
berjamaah. Mereka melakukan patroli menjelang Arabia adalah bila bertemu mereka akan saling
shalat untuk mengajak manusia mendirikan shalat mendoakan antara yang satu dengan lainnya.
berjamaah dan menghentikan kegiatan lain, Seperti mendoakan agar senantiasa diberi
seperti berdagang di toko-toko, pasar-pasar, pom- keselamatan, keberkahan, rahmat dari Allâh, dan
pom bensin ataupun tempat lainnya. Begitu pula lainnya. Kebiasaan saling mendoakan ini tentu
tempat-tempat atau acara-acara yang diperkirakan membawa pengaruh terhadap keharmonisan
digunakan untuk bermaksiat akan dikirim pasukan hubungan diantara masyarakat.
dari pihak Haiah Ma’ruf Nahi Mungkar, dan bagi
warga yang melanggarnya akan dikenakan denda. 8. Tentara dan Polisi Berjenggot
Inilah yang membuat kokoh negara minyak ini.
Allâh berfirman: Di Kerajaan Saudi Arabia, kita akan terbiasa
mendapatkan tentara dan polisi itu berjenggot,
ml kji hgf karena membiarkan jenggot bagi laki-laki
merupakan kewajiban, dan ini umum baik bagi
t s r qp o n polisi ataupun lainnya. Rasûlullâh n bersabda:
ّ
Dan hendaklah ada diantara kalian yang mengajak ‫ﺍﻟﺸ ﹶﻮ ﹺﺍﺭ ﹶﺏ ﹶﻭ ﹶﺃ ﹾﻋ ﹸﻔ ﹾﻮﺍ الل َِح‬
‫ﹶﺃ ﹾﺣ ﹸﻔ ﹾﻮﺍ ﱠ‬
kepada kebaikan dan memerintah kepada perbuatan
baik, dan melarang dari kemungkaran, dan merekalah Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot.
orang-orang yang beruntung. (QS Ali ‘Imrân/3:104). (HR al-Bukhâri, dari Abdullâh bin ‘Umar).

44 Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M



Demikian pula banyak diantara mereka untuk tahfizh wanita, baik anak-anak maupun
yang memakai celana di atas mata kaki untuk dewasa diadakan di sekolah khusus tertutup bukan
mengamalkan sabda Nabi n : di masjid, kecuali di masjid besar seperti Masjid

‫ﺍﻹ ﹶﺯ ﹺﺍﺭ ﹶﻓ ﹺﻔﻲ ﺍﻟﻨ ﹺﱠﺎﺭ‬


‫ﲔ ﹺﻣ ﹶﻦ ﹺ‬
‫ﹶﻣﺎ ﹶﺃ ﹾﺳ ﹶﻔ ﹶﻞ ﹺﻣ ﹶﻦ ﺍ ﹾﻟ ﹶﻜ ﹾﻌ ﹶﺒ ﹾ ﹺ‬
Nabawi, karena memang tempatnya memungkinkan.
Tahfizh al-Qur`ân ini biasanya dilaksanakan
setelah Ashar, karena waktu pagi untuk belajar di
Apa yang ada di bawah kedua mata kaki dari sarung
sekolah. Dan yang tidak sekolah pada pagi hari banyak
ada di neraka. (HR al-Bukhâri)
diantara mereka yang memilih tahfizh pagi hari.
Di Saudi juga ada lembaga yang kegiatannya
Banyak polisi-polisi yang berhenti mampir ke terfokus pada tahfizh bagi orang lanjut usia. Banyak
masjid-masjid untuk menunaikan shalat berjamaah. diantara orang tua yang hafal al-Qur`ân padahal
Ini semua tidak mengganggu tugas mereka. umurnya sudah lebih dari 50 tahun.
Beberapa waktu bahkan diadakan perlombaan
hafalan al-Qur`ân untuk kalangan polisi dan tentara.
11. Shalat Istisqâ`
Ketika lama tidak hujan, biasanya ada perintah
9. Supermarket langsung dari pemerintah kepada masjid-masjid
Apabila kita memasuki supermarket di Saudi di seluruh penjuru negeri untuk mendirikan shalat
Arabia maka kita tidak akan mendengarkan lag- Istisqâ`, yaitu shalat minta hujan. untuk meneladani
lagu diputar keras-keras. Kebanyakan tidak ada Rasûlullâh n .
suara, atau terkadang yang diputar adalah murattal
al-Qur`ân. Lima belas atau tiga puluh menit
sebelum waktu shalat tiba, para pembeli sudah
12.Shalat Jama’ah
diminta keluar meninggalkan supermarket untuk Begitu adzan berkumandang, kantor-kantor,
mengerjakan shalat. toko-toko dan pusat perbelanjaan segera tutup.
Allâh k berfirman: Mobil patroli Badan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
mulai bergerak memasuki jalan dan gang di
w v u t s rq p perkampungan. Dengan pengeras suara di tangan,
mereka mengajak orang ke masjid, mengingatkan
y x mereka yang masih sibuk dengan pekerjaan
mereka, dan menindak toko atau kantor yang
Maka tegakkanlah shalat, sesungguhnya shalat belum tutup. Surat ijin usaha mereka bisa dicabut
adalah kewajiban yang sudah ditentukan waktunya. karena kesalahan itu. Kami tidak tahu, apakah ada
(QS an Nisâ`/4:103). pemandangan seperti ini di negeri lain ? Para Ulama
Saudi memang pada umumnya memfatwakan
10. Al-Qur`ân wajibnya shalat jamaah.
Perhatian pemerintahan Saudi terhadap al- Di kampung tempat penulis tinggal yang tidak
Qur`ân sangatlah besar. Mulai dari percetakan begitu padat, masjid memiliki tujuh shaf yang
khusus al-Qur`ân yang di dalamnya bergabung masing-masing bisa diisi sekitar tiga puluh orang.
para Ulama dan Syaikh-Syaikh yang ahli dalam Saat shalat Maghrib dan Isya, seluruh shaf ini
bidang al-Qur`ân, penulisannya, cara membacanya, biasanya terisi penuh. Sedangkan di waktu shalat
tafsirnya, dan lain-lain. yang lain, biasanya terisi lebih dari setengah.
Tahfizh al-Qur`ân juga semarak. Hampir setiap Seorang jamaah umrah yang pernah berkunjung
kampung terdapat masjid yang mengadakan mengatakan bahwa suasana shalat jamaah di
halaqah tahfizh al-Qur`ân, biasanya untuk anak laki- sini seperti suasana shalat Ied di kampungnya.
laki. Untuk laki-laki dewasa juga ada meski tidak Mungkin dia sedang berhiperbola, tapi bisa jadi
sebanyak halaqah tahfizh anak-anak. Sedangkan juga dia benar.

Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M 45


Mabhats

13. Keamanan B A @? >=<


Tidak berlebihan jika kami mengatakan bahwa
Arab Saudi adalah salah satu negeri paling aman di G F E D C
dunia saat ini. Dahulu jalur haji merupakan jalur maut
karena hadangan para perampok. Saat itu perjalanan NMLKJIH
haji adalah perjalanan yang menakutkan, sehingga
saat berpamitan kepada handai tolan, mereka dilepas
dengan kekhawatiran tidak akan bertemu lagi. Kondisi
W VU T S R Q P O
itu berubah setelah Raja Abdul Aziz –pendiri dinasti
Saudi ketiga- menjadi penguasa Jazirah Arab. Beliau
` _ ^ ] \[ Z Y X
menugaskan setiap kabilah untuk menjaga keamanan
wilayah masing-masing. Jika sampai ada jamaah haji dcba
yang dirampok atau dibunuh di suatu wilayah, beliau Dan Allâh telah berjanji kepada orang-orang yang
menghukum kabilah yang tinggal di wilayah itu. Sejak beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-
saat itu, jamaah haji bisa tenang dalam menjalani amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
perjalanan ibadah mereka. menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana
Pada masa sekarang, hampir-hampir tidak Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum
ada keluarga di Saudi yang tidak memiliki mobil, mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan
termasuk golongan miskin sekalipun. Bahkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
hampir setiap pria dewasa memiliki mobil sendiri. mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan
Namun sebagian besar rumah tidak memiliki
menjadi aman sentosa. Mereka tetap mengibadahi-
garasi. Mobil-mobil itu hanya mereka parkir di
Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
pinggir jalan. Begitu sepanjang waktu tanpa ada
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir
kekhawatiran hilang. Berarti tidak ada pencurian di sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang
sana ? Ada, tapi jarang, padahal kesempatan untuk yang fasik.”(QS. an-Nûr/24:55)
berbuat jahat begitu besar.
Seorang kawan pernah memasuki terminal ('& %$#"!
bus kota Jeddah –kota terbesar kedua- menjelang
Shubuh dengan membawa tujuh koli bagasi ,+* )
sendirian. Namun ternyata dia tidak menemui
gangguan apapun. Saat waktu shalat Shubuh tiba, Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur
dia pergi ke mushalla terminal dan meninggalkan adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
barang sebanyak itu begitu saja di pinggir jalan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan
barang itu tidak hilang. Bayangkan jika hal serupa dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
terjadi di Jakarta atau Surabaya! petunjuk. (QS. al-An’âm/6:82)
Bahkan saat banyak negara Timur Tengah yang lain
dilanda gejolak dalam beberapa tahun belakangan,
PENUTUP
keamanan Arab Saudi tetap stabil, dan semoga terus Itulah sebagian dari apa yang kita lihat di negara
demikian. Negeri ini seolah-olah merupakan negeri Saudi Arabia. Kita tidak pungkiri bahwa kekurangan masih
yang berbeda dengan lainnya. Saat pemberontakan ada di sana-sini. Namun tidak diragukan juga bahwa
di negara- negara tetangga dikobarkan dari mimbar- dakwah tauhid yang dirintis syaikh Muhammad bin Abdul
mimbar masjid, para khatib Arab Saudi serentak Wahhab t telah membuahkan hasil yang manis.
membela dan mendoakan kebaikan bagi Raja Mereka yang ingin menegakkan syariat Islam hendaknya
Abdullah dalam setiap mimbar Jumat. mengambil teladan dari perjalanan dakwah beliaut.
Kesempurnaan hanya milik Allâh l . Kewajiban kita
Paparan ini mengingatkan kita akan janji Allâh
sebagai hamba adalah mengadakan perbaikan semampu
k untuk para penegak tauhid, seperti dalam ayat-
kita. Semoga Allâh l mengampuni dosa kita semua.
ayat berikut :

46 Majalah As-Sunnah Edisi 07/Thn XVII/Dzulhijjah 1434H~Muharram 1435H/November 2013M

You might also like