Professional Documents
Culture Documents
Artinya, kegiatan usaha apapun yang akan memberikan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan harus menyusun AMDAL sebagai materi acuan
pengelolaan lingkungan yang harus dilakukan oleh usaha tersebut.
Yang dimaksud dengan “dampak besar dan penting” adalah perubahan lingkungan
hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
Misalnya adalah, terjadinya perubahan bentang alam, contoh: suatu area perbukitan
karena adanya aktivitas penambangan mengakibatkan bukit tersebut hilang dan
berubah menjadi cekungan, dll.
Beberapa kriteria untuk menilai dampak besar dan penting, sesuai PP Nomor 27
tahun 1999 pasal 5, adalah:
negatif yang akan ditimbulkan tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi tersedia
atau biaya penanggulangan dampak besar dan penting negatif lebih besar daripada
manfaat dampak besar dan penting positif, maka komisi penilai berhak
merekomendasikan bahwa kegiatan/usaha yang akan dilakukan tidak layak
lingkungan yang selanjutnya dapat diputuskan oleh instansi yang berwenang untuk
menolak dokumen AMDAL yang diajukan oleh pemrakarsa.
Komisi penilai daerah maupun pusat dapat berasal dari pemerintah, anggota
masyarakat sekitar daerah rencana kegiatan dan akademisi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.Arutmin
3.3.2 Banpu
Pada sampel yang diambil dari lokasi konsesi Banpu dan Jorong Barutama yang
merupakan anak perusahaannya ditemukan kolam asam (ID 14025) yang sudah
menyerupai rawa dan tidak terkontrol. Tambang Banpu memiliki masalah besar
terkait air asam tambang. Ditemukan sebuah lubang bekas tambang sepanjang 2 km
(ID 14206) dengan keasaman dan kandungan logam berat mangan yang tinggi, bila
dibandingkan dengan aturan limbah buangan tambang batu bara
Gambar 7. Citra Satelit Pencemaran air oleh tambang sampel ID14025 (sumber :
greenpeace.2014)
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis dari sampel ditemukan bahwa sector
pertambangan batubara membawa ancaman jangka panjang yang serius bagi sumber
air di Kalimantan Selatan. Sampel dikumpulkan dari kola-kolam tambang yang
dioperasikan oleh lima konsesi. Berdasarkan perbandingan dengan standar nasional
pembuangan limbah batubara, hasil dari 29 sampel yang diambil oleh adalah sebagai
berikut : 22 sampel mengandung pH di bawah 6, dengan pH paling rendah adalah
· 17 sampel melebihi batas mangan hingga 10 kali ambang batas, 7 sampel melebihi
batas besi, dengan konsentrasi tertinggi mencapai 40 kali ambang batas.
Dari data sampel terungkap adanya pembuangan limbah tambang di atas ambang
batas yang telah ditentukan, akibat rembesan dan kebocoran dari kolam pengendapan
dan lubang bekas tambang yang yang terbengkalai. Beberapa lokasi penyimpanan
sangat mungkin banjir pada musim penghujan, melepaskan limbah tambang yang
berbahaya ke dalam lingkungan. Analisa citra satelit juga menunjukan bahwa beberpa
pertambangan menempatkan kolam tailing mereka dalam jarak yang dekat dengan
badan air, menimbulkan resiko lebih besar lagi terhadap rembesan bahan berbahaya
dan beresiko meluapnya limbah tambang dalam jumlah besar.
4.2 Saran
· Terkait temuan- temuan dan ancaman besar terhadap kualitas air dan kesehatan
masyarakat maka perlu dilakukan investigasi terbuka dan menyeluruh terhadap
tambang-tambang batubara di Kalimantan selatan. Investigasi ini harus mencakup
penelitian dampak lingkungan di dalam dan di luar konsesi termasuk pencemaran air,
pengelolaan air limbah, pemilihan lokasi kolam limbah tambang.
· Untuk melindungi kualitas air dan kesehatan masyarakat perlu diteliti mengenai
jarak wilayah konsesi dengan konservasi hutan dan hulu air dan semua langkah yang
memungkiankan harus dilakukan untuk menghindari adanya pelepasan limbah dari
kolam pengendapan tambang.
· Untuk kualitas sumber air yang sudah tercemar perlu dilakukan rehabilitasi untuk
mengurangi dampak pencemaran
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sukris Sarmadi.2012. Penerapan hukum berbasis hukum progresif pada pertambangan
batubara di kalimantan selatan. Fakultas Syariah IAIN Antasari Banjarmasin.
Kemenkeu. 2012. Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
Marganingrum, Dyah Dan Rhazista Noviardi. 2010 Pencemaran Air Dan Tanah Di Kawasan
Pertambangan Batubara Di Pt. Berau Coal, Kalimantan Timur. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Pusat Penelitian Geoteknologi, Bandung : Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan
Vol. 20 No. 1.
Suprapto, S.J., 2006. Pemanfaatan dan Permasalahan Endapan Mineral Sulfida pada Kegiatan
Pertambangan. Buletin Sumber Daya Geologi. Vol. 1 No. 2.
Sabtanto, J.S.2007. Reklamasi lahan bekas tambang dan aspek konservasi bahan galian.kelompok
program penelitian konservasi. Pusat sumber daya geologi.