You are on page 1of 17

Pengelolaan Lingkungan pertambangan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), pertama kali diatur


berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 yang kemudian
diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah nomor 27 Tahun 1999
tertanggal 7 Mei 1999.

AMDAL terdiri atas 4 (empat) dokumen, yaitu dokumen Kerangka Acuan


Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL), dokumen Analisis Dampak
Lingkungan (ANDAL), dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

A .Apa yang dimaksud dengan AMDAL?

Menurut PP Nomor 27 tahun 1999, yang dimaksud dengan AMDAL adalah


kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Artinya, kegiatan usaha apapun yang akan memberikan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan harus menyusun AMDAL sebagai materi acuan
pengelolaan lingkungan yang harus dilakukan oleh usaha tersebut.

Bagaimana menentukan dampak besar dan penting?

Yang dimaksud dengan “dampak besar dan penting” adalah perubahan lingkungan
hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
Misalnya adalah, terjadinya perubahan bentang alam, contoh: suatu area perbukitan
karena adanya aktivitas penambangan mengakibatkan bukit tersebut hilang dan
berubah menjadi cekungan, dll.
Beberapa kriteria untuk menilai dampak besar dan penting, sesuai PP Nomor 27
tahun 1999 pasal 5, adalah:

1 jumlah manusia terkena dampak;

2 luas wilayah persebaran dampak;

3 intensitas dan lamanya dampak berlangsung;

4 banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;

5 sifat kumulatif dampak;

6 berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak

negatif yang akan ditimbulkan tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi tersedia
atau biaya penanggulangan dampak besar dan penting negatif lebih besar daripada
manfaat dampak besar dan penting positif, maka komisi penilai berhak
merekomendasikan bahwa kegiatan/usaha yang akan dilakukan tidak layak
lingkungan yang selanjutnya dapat diputuskan oleh instansi yang berwenang untuk
menolak dokumen AMDAL yang diajukan oleh pemrakarsa.

Komisi penilai daerah maupun pusat dapat berasal dari pemerintah, anggota
masyarakat sekitar daerah rencana kegiatan dan akademisi.
HASIL DAN PEMBAHASAN

A . Data Pencemaran Air limbah dan air permukaan

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil penelitian greenpeace terdapat


Sebanyak 29 sampel air limbah dan air permukaan. Sampel tersebut daiambil pada
bulan Juli - Agustus tahun 2014. Sampel terdiri dari 27 air limbah, 1 sungai kecil dan
1 kolam sumber air. Deskripsi sampel dan juga koordinat titik sampel dapat dilihat
pada tabel di lembar lampiran.

Gambar 2. Peta daerah potensial terkena pencemaran air di Provinsi Kalimantan


Selatan (sumber : greenpeace .2014)

3.2 Hasil Analisi Sampel


Secara umum sebagian besar sampel telah melampaui nilai pembanding yaitu batas
baku mutu yang ditetapkan pemerintah untuk buangan limbah batu bara, dikarenakan
tinggainya kadar besi, mangan dan keasaman yang tinggi (pH dibawah 6):
· 22 sampel memiliki pH di bawah 6 , dengan rentang derajat keasaman
(pH) antara 4,66 9ID 14007) sampai dengan dan terendah 2,32 (ID 14029).
Pada perairan dengan keasaman rendah, ikan, tanaman dan biota lain
kesulitan untuk berkembang biak dan bertahan hidup.
· 17 sampel melewati baku mutu pembanding logam berat Mangan, yaitu
pada angka 5,35 mg/l sampai dengan 40,2 mg?l, dengan konstentrasi
tertinggi mencapai 10 kali lipat melampaui baku mutu buang limbah batu
bara (ID 14029)
· 7 sampel melewati baku mutu pembanding untuk logam besi yaitu pada
angka 9,74 mg/l sampai dengan 280 mg/l, dengan konsentrasi tertinggi
mencapai 40 kali lipat (ID 14015)
· Tidak ada batas maksimus (baku mutu limbah batu bara) yang ditetapkan
untuk logam lainnya di Indonesia, namun penting untuk diketahui
ditemukannya juga berbagai logam berat seperti Nikel (N) , tembaga (Cu),
Zinc (Zn), Alumunium (Al), Arsenik (Ar), Kromium (cr) kobalt (Co),
Mercuri (Hg) dan Vanadium (Vn). Meski tidak teratur oleh pemerintah ,
banyak biota air yang sensitive terhadap logam berat, misalnya tembaga
(Cu), terutama dalam bentuk terlarut. Bentuk terlarut menyebabkan logam ini
lebih mudah diserap tubuh mahluk hidup dan merupakan racun bagi berbagai
biota akuatik, bahkan dalam keonsentrasi rendah.
· Studi literatur menunjukan, kandungan besi tinggi dapat membahayakan
kesehatan manusia, bahkan bersifat racun. Akumulasi yang berlebihan dalam
jangka panjang dapat merusak hati , jantung, pancreas, pencernaan dan
kelenjar endokrin. Sementara untuk logam berat Mangan, paparan melalui
jalur kulit dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan koordinasi,
tremor dan tumor.
· 18 dari 29 sampel ditemukan sebagai bocoran/buangan dari kolam
penampungan dan bekas lubang tambang, yang mengalir langsung ke
lingkungan saat penyampelan. Sehingga memungkinkan terjadinya
pelanggaran aturan pemerintah yang dibuat untuk melindungi masyarakat
dan lingkungan dari aliran bahan berbahaya.

A. Studi Kasus Mendalam

1.Arutmin

Arutmin adalah konsensi dari Bumi Resources di Kalimantan Selatan , dengan


wilayah seluas sekitar 55.600 hektar, perusahaan batubara terbesar di Indonesia.
Konsensi Arutmin di distrik Asam-asam, adalah yang terburuk berdasarkan data yang
didapatkan, dengan keadaan lingkungan yang tandus, pohon mati mongering, kolam
libah yang tercemar, dan lubang-lubang tambang yang terbengkalai. Satu sampel (ID
14029) yang diambil dari konsensi Arutmin mengandung kadar pH terendah dari
semua sampel yang ada : pH 2.32. sebagai perbandingan aturan ambang batas
kualitas air limbah batubara (Kementerian Lingkungan Hidup, No.113,2003)
menyebutkan bahwa kandungan pH harus diantara 6 hingga 9. Sampel itu juga
mencatat konsentrasi mangan tertinggi: 10 kali lebih tinggi disbanding ambang batas
legal untuk pembuangan yang diizinkan bagi tambang batubara. Di area pengambilan
sampel dapat diidentifikasi dengan jelas jejak-jejak luapan air dari kolam
pengendapan.
Gambar 3. Sketsa lokasi keadaan lapangan sampel ID14029 (sumber :
greenpeace.2014)Pada konsesi yang sama tetapi lokasi yang berbeda diidentifikasi
rembesan ke anak sungai yang mengalir ke sungai . Ada resiko air tercemar dari
konsesi Arutmin ini berdampak pada penduduk Desa Salaman. Pada Lokasi lain di
konsesi Arutmin (ID 14013) air yang dengan keasaman rendah (pH 3.43) mengalir
tidak saja dari kolam kesatu, kedua , tetapi juga keluar dari kolam ketiga menuju
sebuah aliran air kecil keluar dari kolam pengendapan resmi. Di seberang jalan
terdapat sebuah kolam kuning (ID 14016) dengan keasaman rendah (pH 3.56), kolam
ini berhubungan langsung dengan rawa yang jaraknya 200 m dari sungai. Anak
sungai kecil itu mengalir sejauh 4.7 km ke Sungai Asam – asam.
Gambar 4. Sketsa lokasi keadaan lapangan sampel ID14016 (sumber :
greenpeace.2014)

Gambar 5. Pencemaran air oleh tambang batubara konsesi Arutmin (sumber :


greenpeace.2014)

3.3.2 Banpu
Pada sampel yang diambil dari lokasi konsesi Banpu dan Jorong Barutama yang
merupakan anak perusahaannya ditemukan kolam asam (ID 14025) yang sudah
menyerupai rawa dan tidak terkontrol. Tambang Banpu memiliki masalah besar
terkait air asam tambang. Ditemukan sebuah lubang bekas tambang sepanjang 2 km
(ID 14206) dengan keasaman dan kandungan logam berat mangan yang tinggi, bila
dibandingkan dengan aturan limbah buangan tambang batu bara

Gambar 6. Pencemaran air oleh tambang batubara konsesi Banpu (sumber :


greenpeace.2014)

B. Tanjung Alam Jaya

Tanjung Alam Jaya bukanlah perusahaan besar dalam pertambangan batubara ,


namun merupakan konsesi terbesar di Kabupaten Tapin. Hasil pengambilan
sampel menunjukan beberpa masalah dimana terdapat sebuah bekas lubang
tambang terbengkalai yang mengandung air asam. Di sekeliling dinding tanah
tambang ditemukan sebuah lubang kecil, bocoran yang mengalir ke sungai kecil
milik masyarakat. Sebelum lubang kecil milik masyarakat pH air sungai adalah
7.45 sedangkan bocoran tersebut memiliki keasaman dengan pH 3.74 (ID
14004). Sungai kecil tersebut mengalir melewati kebun milik masyarakat dimana
air sungai tersbut digunakan sebagai sumber air untuk tanaman.

Gambar 7. Citra Satelit Pencemaran air oleh tambang sampel ID14025 (sumber :
greenpeace.2014)

Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan


Lingkungan

Upaya Kelola Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)


merupakan uraian kegiatan pengelolaan dan pemantauan yang bersifat operasional.
Pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan adalah pada dampak yang dapat timbuI,
berupa:

1 Penurunan kualltas udara


2 Penurunan kebersihan Iingkungan
3 Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha.

1) Dampak Sosial Perubahan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Kehidupan


Pelaksanan proyek FMP yang akan menghasilkan ternak sapi potong (daging segar)
akan membawa perubahan tingkat pengetahuan dan keterampilan baru bagi para
karyawan dan masyarakat di sekitarnya, khususnya yang akan terlibat Iangsung
dalam kegiatan konstruksi dan produksi. Perubahan tingkat pengetahuan bagi para
pegawai dapat terjadi secara langsung maupun tak langsung. Secara Iangsung
perubahan tersebut terjadi bagi para pegawai yang mendapatkan training yang
diselenggarakan oleh perusahaan. Secara tidak Iangsung dapat diperoleh para tenaga
kerja yaitu berupa pengalaman-pengalaman selama mereka bekerja di perusahaan.
Alat Penunjang Program Pemerintah Pengoperasian proyek FMP berupa
pengembangan usaha akan dapat menunjang program pemerintah dalam beberapa
hal, yaitu: > Meningkatkan nilai tambah dan daya saing atas produksi ternak dalam
negeri. > Mengaktifkan kehidupan ekonomi dengan adanya kaitan terhadap sektor
lainnya. > Berpartisipasi dalam memulihkan pertumbuhan ekonomi nasional yang
belum pulih sepenuhnya dari krisis ekonomi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.

2) Dampak Ekonomi o Pengembangan usaha penggemukan ternak sapi potong akan


memberikan dampak positif terhadap struktur perekonomian pada umumnya dan
pekerja usaha ini pada khususnya. o Meningkatkan penghasilan para Pekerja
Kegiatan proyek yang akan dilakukan oleh FMP tentunya dapat meningkatkan
penghasilan masyarakat disekitarnya, hal ini bisa dilihat dari pendapatan rata-rata
masyarakat setempat sebelum mereka bekerja di perusahaan dibandingkan dengan
pendapatan setelah bekerja pada proyek. o Meningkatkan pendapatan negara melalui
Pajak Dengan beroperasinya proyek yang dijalankan oleh FMP akan menambah
penerimaan negara dari sektor pajak, antara lain: Pajak Perusahaan (PPh Badan)
Pajak penghasilan karyawan (PPh Pasal 21) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 3)
Dampak Iingkungan di lokasi Feedlot FMP Beberapa dampak lingkungan yang
mungkin dapat tenjadi sebagai akibat dan rencana kegiatan proyek FMP di Desa
Pardasuka, Kecamatan Ketibung, Kabupaten Lampung Selatan, antara lain:

N Tahap Kegiatan yang Komponen Jenis Tolak Ukur


o Kegiatan Dampak
Berpotensi Lingkungan
yang
Menimbulkan
Terkena
Dampak
Dampak
1 Pembuatan Pembuatan Lokasi kegiatan- -
kandang, kandang,
gudang, jalan,
gudang, jalan,
dan bak
penampungan
dan bak
Iimbah
penampungan
limbah
2 Pasca Pencucian Lingkungan Penurunan Tingginya
konstruksi peralatan kerja dankualitas air kadar BOD
kondisi da COD
kegiatan
Pencampuran Udara lokasiPenurunan Lingkungan
bahan baku kegiatan kualitas kotor, NH3,
udara H2S dan
debu

4) Upaya Pemantauan Lingkungan Di Lokasi Feedlot FMP Meliputi:

No Jenis DampakTolak Ukur yangLokasi Waktu danTeknik


yang Dipantau DIpantau Pemantauan Frekuensi Pemantauan
Pemantauan
1 Penurunan NH3 H2S, debu Di halamanTiap (6) bulan Analisa
kualitas udara kandang (50 m laboratorium
dari ruang
pengolahan)
2 Penurunan COD, BOD, PadatanDi outlet danTiap (6) bulan Analisa
kualitas air suspense inlet kolam laboratorium
IPAL
3 Kebersihan Limbah padat berupaDi sekitarTergantung Perhitungan
lingkungan kotoran, bahankandang situasi dankualitas limbah
kandang pengemas dan bahan kondisi padat
baku

4) Upaya Pemantauan Lingkungan Di Lokasi Feedlot FMP Meliputi:


N Jenis DampakTolak Ukur yangLokasi Waktu danTeknik
o yang Dipantau DIpantau Pemantauan Frekuensi Pemantauan
Pemantauan
1 Penurunan NH3 H2S, debu Di halamanTiap (6)Analisa
kualitas udara kandang bulan laboratoriu
(50 m dari m
ruang
pengolahan
)
2 Penurunan COD, BOD,Di outletTiap (6)Analisa
kualitas air Padatan suspensi dan inletbulan laboratoriu
kolam IPAL m
3 Kebersihan Limbah padatDi sekitarTergantung Perhitungan
lingkungan berupa kotoran,kandang situasi dankualitas
kandang bahan pengemas kondisi limbah
dan bahan baku padat
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis dari sampel ditemukan bahwa sector
pertambangan batubara membawa ancaman jangka panjang yang serius bagi sumber
air di Kalimantan Selatan. Sampel dikumpulkan dari kola-kolam tambang yang
dioperasikan oleh lima konsesi. Berdasarkan perbandingan dengan standar nasional
pembuangan limbah batubara, hasil dari 29 sampel yang diambil oleh adalah sebagai
berikut : 22 sampel mengandung pH di bawah 6, dengan pH paling rendah adalah

· 17 sampel melebihi batas mangan hingga 10 kali ambang batas, 7 sampel melebihi
batas besi, dengan konsentrasi tertinggi mencapai 40 kali ambang batas.

Dari data sampel terungkap adanya pembuangan limbah tambang di atas ambang
batas yang telah ditentukan, akibat rembesan dan kebocoran dari kolam pengendapan
dan lubang bekas tambang yang yang terbengkalai. Beberapa lokasi penyimpanan
sangat mungkin banjir pada musim penghujan, melepaskan limbah tambang yang
berbahaya ke dalam lingkungan. Analisa citra satelit juga menunjukan bahwa beberpa
pertambangan menempatkan kolam tailing mereka dalam jarak yang dekat dengan
badan air, menimbulkan resiko lebih besar lagi terhadap rembesan bahan berbahaya
dan beresiko meluapnya limbah tambang dalam jumlah besar.

4.2 Saran

· Terkait temuan- temuan dan ancaman besar terhadap kualitas air dan kesehatan
masyarakat maka perlu dilakukan investigasi terbuka dan menyeluruh terhadap
tambang-tambang batubara di Kalimantan selatan. Investigasi ini harus mencakup
penelitian dampak lingkungan di dalam dan di luar konsesi termasuk pencemaran air,
pengelolaan air limbah, pemilihan lokasi kolam limbah tambang.

· Untuk melindungi kualitas air dan kesehatan masyarakat perlu diteliti mengenai
jarak wilayah konsesi dengan konservasi hutan dan hulu air dan semua langkah yang
memungkiankan harus dilakukan untuk menghindari adanya pelepasan limbah dari
kolam pengendapan tambang.

· Untuk kualitas sumber air yang sudah tercemar perlu dilakukan rehabilitasi untuk
mengurangi dampak pencemaran
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sukris Sarmadi.2012. Penerapan hukum berbasis hukum progresif pada pertambangan
batubara di kalimantan selatan. Fakultas Syariah IAIN Antasari Banjarmasin.

Andy, 2008. Refleksi Kecil Lingkungan Kalsel, dalam Walhi Kal-


Sel.http://www.walhikalsel.org/content/view/112/9/.

Greenpeace.2014. Tambang batubara meracuni air Kalimantan Selatan.

Kemenkeu. 2012. Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.

Marganingrum, Dyah Dan Rhazista Noviardi. 2010 Pencemaran Air Dan Tanah Di Kawasan
Pertambangan Batubara Di Pt. Berau Coal, Kalimantan Timur. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Pusat Penelitian Geoteknologi, Bandung : Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan
Vol. 20 No. 1.
Suprapto, S.J., 2006. Pemanfaatan dan Permasalahan Endapan Mineral Sulfida pada Kegiatan
Pertambangan. Buletin Sumber Daya Geologi. Vol. 1 No. 2.

Sabtanto, J.S.2007. Reklamasi lahan bekas tambang dan aspek konservasi bahan galian.kelompok
program penelitian konservasi. Pusat sumber daya geologi.

TUGAS AMDAL PERTAMBANGAN


FISABILILLAH
710014189

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
2018/2019

You might also like