You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN FABRIKASI PAKAN


Acara Teknologi Pengolahan Konsentrat

Disusun oleh:
Kelompok X
Ridho Dimas Pratama PT/06630
Maya Elvira Castro PT/06637
Berylia Isamu Habibi PT/06800
Yulia Sintia Putri PT/06810
Taufik Ahmad Zulfian PT/06858

Asisten Pendamping: Amelia Rahmawati Santoso

LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk
pertumbuhan, mempertahankan hidup, dan menghasilkan produk (susu,
anak, daging) serta tenga bagi ternak. Jenis pakan yang diberikan kepada
ternak harus bermutu dan diberikan dalam jumlah yang cukup agar ternak
tumbuh sesuai dengan harapan peternak. Pakan yang sering diberikan
pada ternak ruminansia antara lain berupa hijauan dan konsentrat.
Kebutuhan pakan kosentrat untuk ternak semakin meningkat setiap tahun,
hal ini disebabkan oleh jumlah populasi ternak yang semakin banyak.
Prosesing pada bahan pakan sangat penting karena dapat memberikan
keuntungan atau bahkan mengakibatkan kerugian jika misalnya terjadi
kerusakan fisik maupun kimia yang tidak dikehendaki.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Pakan
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada
ternak (baik berupa bahan organik maupun organik) yang sebagian atau
seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak. Secara
umum telah dikenal berdasarkan asalnya (nabati dan hewani). Berdasarkan
sifatnya (hijauan dan konsentrat) dan berdasarkan sumber gizinya (sumber
mineral, protein, energi). Secara internasional bahan pakan dibagi menjadi
hijauan segar, jerami, silase, sumber energi, sumber protein, sumber
mineral, sumber vitamin dan bahan additive (Astuti, 2012).
Jagung
Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga merupakan sumber
protein yang penting dalam menu masyarakat Indonesia. Kandungan gizi
utama jagung adalah pati (72 sampai 73%), dengan nisbah amilosa dan
amilopektin 25 sampai 30% : 70 sampai 75%, namun pada jagung pulut
(waxy maize) 0 sampai 7% : 93 sampai 100%. Kadar gula sederhana jagung
(glukosa, fruktosa, dan sukrosa) berkisar antara 1 sampai 3%. Protein
jagung (8 sampai 11%) terdiri atas lima fraksi, yaitu: albumin, globulin,
prolamin, glutelin, dan nitrogen nonprotein (Suarni dan Widowati, 2006).
Dedak halus
Dedak halus adalah sisa penggilingan atau penumbukan padi.
Bahan pakan ini sangat populer dan banyak sekali digunakan dalam
ransum ternak, karena ketersediaannya yang banyak dan dapat menekan
biaya pakan. Kandungan nutrisi dedak halus yaitu protein kasar sebesar
13,5%, lemak kasar 0,6%, serat kasar 13%, Ca 0,1%, P 1,7%, dan EM 1890
Kkal/kg (Kartadisastra, 1997).
Pollard
Pollard adalah hasil sisa penggilingan dari gandum yang dapat
digunakan sebagai pakan ternak, kaya akan protein, lemak, zat-zat mineral
dan vitamin-vitamin dibandingkan dengan biji keseluruhan, akan tetapi
banyak mengandung polikasarida struktural dalam jumlah yang banyak.
Polisakarida struktural tersebut terdiri dari selulosa, hemiselulosa,
selebiosa, lignin dan silica oleh karena itu bahan ini sangat sesuai untuk
dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. Kandungan bahan kering
(BK) dan bahan organik (BO) pada pollard berturut-turut adalah 95,73 %BK
dan 90,10%BO. Sementara nilai kecernaan BK dan BO adalah sebesar
78.84% dan 78,65% pada pollard (Susanti dan Eko, 2007).
Bungkil kopra
Bungkil kopra adalah hasil ikutan yang diperoleh dari ekstraksi
daging buah kelapa kering. Bungkil kopra masih mengandung protein,
karbohidrat, mineral dan sisa minyak yang masih tertinggal. Kandungan
protein cukup tinggi yaitu 16 sampai 18% (Palinggi dan Samuel, 2010).
Bungkil kedelai
Bungkil kedelai adalah produksi ikutan penggilingan biji kedelai
setelah diekstraksi minyaknya. Kandungan protein bungkil kedelai
mencapai 43 sampai 48%. Bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak
lebih dari 12%. Bungkil kedelai dibuat melalui beberapa tahapan seperti
pengambilan lemak, pemanasan dan penggilingan (Sitompol, 2004).
Premix mineral
Pada umumnya pakan yang diberikan pada ternak harus sesuai
kebutuhan ternak baik dari segi kualitas maupun kuantitas agar dapat
dimanfaatkan ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu hidup pokok,
produksi dan reproduksi. Penambahan premix ke dalam campuran
konsentrat dapat meningkatkan kualitas nutrisi di dalam konsentrat yang
bermanfaat dalam mengoptimalkan produktivitas dan membantu
meningkatkan pertumbuhan ternak. Premix merupakan imbuhan pakan
(feed additive) atau pelengkap pakan berupa vitamin, mineral dan asam
amino (feed supplement) yang pemberiannya dicampurkan dalam pakan/
air minum. Premix sendiri mengandung arti campuran dari berbagai bahan
sumber vitamin (premix vitamin) atau sumber mineral mikro (premix
mineral) atau campuran kedua-duanya (premix vitamin-mineral) (Mariyono
dan Romjali, 2007).
Grinding
Penggilingan (grinding) merupakan proses pengurangan ukuran
partikel pakan. Proses ini bertujuan meningkatkan kecernaan khususnya
butiran yang bijinya keras. Partikel yang lebih kecil akan memperluas
permukaan sehingga kecernaan akan meningkat. Penggilingan juga
penting jika bahan itu akan dicampurkan dengan bahan lainnya sehingga
akan bercampur secara merata (Sunarso dan Christiyanto, 2008).
Mixing
Sunarso dan Christiyanto (2008) menyatakan bahwa mixing adalah
proses pencampuran semua bahan pakan yang diperlukan. Bahan
dicampur secara merata dan homogen setelah ditimbang agar seluruh
bagian pakan yang dihasilkan mempunyai komposisi zat gizi yang merata
dan sesuai dengan formulasi. Pencampuran bahan-bahan dilakukan secara
bertahap mulai dari bahan yang volumenya paling besar hingga bahan yang
volumenya paling kecil. Pencampuran bahan baku dalam jumlah kecil dapat
dilakukan pada wadah dan pengadukannya dapat dilakukan dengan tangan
atau alat seperti centong nasi. Pencampuran bahan baku dalam jumlah
besar biasanya menggunakan alat bantu, misalnya serok sebagai
pengganti mesin pencampur (mixer). Untuk memperoleh hasil yang
sempurna dan homogen dan apabila biaya tersedia maka dianjurkan
menggunakan mesin pencampur (mixer).
Pelleting
Pelleting atau pembuatan pelet adalah proses mengkompresikan
pakan berbentuk tepung dengan bantuan uap panas (steam) untuk
menghasilkan bentuk pakan yang silindris. Pelleting memberikan
keuntungan pakan tidak berdebu, kandungan zat gizi pada setiap pakan
tersebut seragam. Manfaat yang utama dari proses ini adalah
meningkatkan kualitas ambilan pakan oleh ternak (Sunarso dan
Christiyanto, 2008).
BAB III
MATERI DAN METODE
Materi
Grinding
Alat. Alat yang digunakan untuk praktikum teknologi pengolahan
konsentrat pada proses grinding adalah timbangan, hammer mill, dan
karung.
Bahan. Bahan yang digunakan untuk praktikum teknologi
pengolahan konsentrat pada proses grinding adalah biji jagung.
Mixing
Alat. Alat yang digunakan untuk praktikum teknologi pengolahan
konsentrat pada proses mixing adalah timbangan, vertical mixer,dan
karung.
Bahan. Bahan yang digunakan untuk praktikum teknologi
pengolahan konsentrat pada proses mixing adalah jagung giling hasil
grinding, dedak halus, pollard, bungkil kopra, bungkil kedelai, premix
ruminansia.
Pelleting
Alat. Alat yang digunakan untuk praktikum teknologi pengolahan
konsentrat pada proses pelleting adalah timbangan, mesin pellet, water
heater dan nampan.
Bahan. Bahan yang digunakan untuk praktikum teknologi
pengolahan konsentrat pada proses grinding adalah air hangat, tepung
tapioka, dan bahan pakan hasil mixing.

Metode
Grinding
Metode yang digunakan pada praktikum teknologi pengolahan
konsentrat pada proses grinding adalah bahan berupa biji jagung ditimbang
sebanyak 5 kg lalu digiling menggunakan hammer mill dan dipersiapkan
untuk mixing.
Mixing
Metode yang digunakan pada praktikum teknologi pengolahan
konsentrat pada proses mixing adalah bahan pakan ditimbang sesuai
proporsi dalam formulasi ransum (jagung giling 8,88kg, dedak halus
22,19kg, pollard 15,55kg, bungkil kedelai 0,86kg, bungkil kopra 2,02kg,dan
premix 0,5kg). Dedak halus, pollard, bungkil kedelai, bungkil kopra,dan
premix dicampur terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke mixer. Jagung
giling dimasukkan pertama kali ke mesin mixer setelah itu bahan pakan
yang telah dicampur juga dimasukkan. Mixing kemudian dilakukan selama
10 menit dan hasilnya dipersiapkan untuk pelleting.
Pelleting
Metode yang digunakan pada praktikum teknologi pengolahan
konsentrat pada proses pelleting adalah bahan pakan dari hasil mixing
ditimbang seberat 0,8kg, selanjutnya ditambahkan tepung tapioka
sebanyak 0,1kg dan air hangat secukupnya. Hasil pencampuran
dimasukkan ke dalam mesin pembuat pellet.
BAB IV
Hasil dan Pembahasan

Grinding
Grinding adalah proses yang bertujuan untuk memperkecil ukuran
partikel pakan. Zulkarnain et al., (2014) menyatakan bahwa grinding dapat
meningkatkan luas permukaan. Jenis - jenis grinder yang ada saat
praktikum adalah hammer mill, wiley mill dan disc mill, namun yang
digunakan saat praktikum hanya hammer mill. Perbedaan dari ketiga jenis
grinder tersebut adalah terletak pada bentuk rotornya. Hammer mill memiliki
rotor berbentuk seperti palu, wiley mill memiliki rotor berbentuk persegi dan
disc mill memiliki rotor berbentuk disk atau lingkaran. Hasil grinding pada
disk mill tidak sehalus hasil dari willey mill.
Sistematika mesin saat praktikum adalah mesin dihidupkan
kemudian bahan pakan dimasukkan ke mesin melalui hooper atau inlet.
Bahan pakan tersebut kemudian dihaluskan oeh bagian yang disebut
hammer. Bahan pakan yang telah halus kemudian keluar melalui bagian
yang disebut outlet.

Gambar 2.1. Bagian-bagian grinder (sumber: Zulkarnain et al., 2014)


Purnomo (2013) menyatakan bahwa cara kerja mesin hammer mill
yaitu dengan prinsip benturan/pukulan/impact dan juga dengan cara
gesekan. Hammer mill adalah sebuah alat penggiling yang mempunyai
rotor yang dapat berputar dan mempunyai alat pemecah berbentuk palu
dimana palu-palu tersebut digantung pada suatu piringan hammer mill
menggunakan prinsip benturan/pukulan/impact dan juga dengan cara
gesekan. Tipe produknya dapat berupa gula, tepung tapioka, sayuran
kering, ekstrak tulang dan susu bubuk. Hammer akan ini dipasang menyatu
pada sebuah batang/silinder putar yang berada di dalam ruangan berbentuk
tabung dan di sekeliling dinding tabung dipasang ayakan. Produk hasil
penumbukan akan keluar melalui lubang ayakan menuju ke lubang
pengeluaran di bagian bawah tabung. Mesin ini cocok untuk bahan yang
berupa curah. Hammer mill tidak direkomendasikan untuk penggilingan
halus atau bahan-bahan yang sangat keras tetapi dapat dipakai untuk
bahan-bahan yang berserat.

Gambar 2. 2. Hammer mill (sumber: Zulkarnain et.al., 2014)

Gambar 2. 3. Wiley mill (sumber: Colin, 2007)


Gambar 2. 4. Disc mill (sumber: Rangkuti et al., 2012)
Mixing
Mixing adalah proses pencampuran bahan pada mesin pencampur
(mixer). Sunarso dan Christiyanto (2008) menyatakan bahwa bahan
dicampur secara merata dan homogen agar seluruh bagian pakan yang
dihasilkan mempunyai komposisi zat gizi yang merata dan sesuai dengan
formulasi.
Sistematika mesin saat praktikum adalah mesin dihidupkan
kemudian bahan pakan dimasukkan ke mesin melalui hooper atau inlet.
Bahan pakan tersebut kemudian diaduk. Bahan pakan yang telah
tercampur kemudian keluar melalui bagian yang disebut outlet. Waktu
mesin mixer yang digunakan saat praktikum adalah 10 menit. Proporsi
bahan pakan yang digunakan adalah jagung giling 8,88kg, dedak halus
22,19 kg, pollard 15,55 kg, bungkil kedelai 0,86 kg, bungkil kopra 2,02 kg
dan premix 0,5 kg. Hasil mixing ini dipersiapkan untuk pelleting.
Gambar 2.2 Mixer Vertical

Gambar 2.3. Mixer Horizontal


(Sumber: Khurmi, 2003)
Tabel 2.1. Komposisi bahan pakan dalam mixing
Bahan Jumlah (kg)
Jagung giling 8,88
Dedak halus 22,19
Pollard 15,55
Bungkil kedelai 0,86
Bungkil kopra 2,02
Premix 0,5
Pelleting
Pelleting merupakan salah satu proses pengolahan pakan dengan
menggabungkan beberapa bahan pakan sehingga menjadi bentuk yang
kompak melalui proses penekanan. Krisna dan Ginting (2009) menyatakan
bahwa pelleting bertujuan untuk membentuk suatu kesatuan pakan yang
tidak mudah tercecer, selain itu pakan dalam bentuk pellet akan
mengurangi susut nutrien karena seluruh bahan akan terwakili dalam pellet.
Ransum umumnya dibentuk menjadi bentuk fisik lain (pellet) agar tidak ada
ransum yang terbuang saat diberikan pada ternak itik atau ayam, namun
banyak kendala terhadap penggunaan pakan bentuk ini seperti terjadinya
perubahan atau kerusakan bentuk fisik yang disebabkan oleh proses
pembuatan, penyimpanan dan pengangkutan.
Komposisi bahan pakan dalam pelleting saat praktikum disajikan
pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2. Komposisi bahan pakan dalam pelleting
Bahan Jumlah (kg)
Hasil mixing 0,8
Tepung tapioka 0,1
Air hangat Secukupnya
Bahan yang digunakan pada pelleting adalah bahan pakan pakan
hasil mixing sebanyak 0,8kg, tepung tapioka sebanyak 0,1kg dan air hangat
secukupnya. Pemelletan diproses menggunakan mesin pelletizer. Proses
pembuatan pellet dalam hal pencampuran menggunakan metode manual
karena bahan yang digunakan relatif sedikit. Pencampuran pertama yaitu
hasil mixing dengan tepung tapioka karena bentuk fisik dari bahan tersebut
hampir sama. Bahan pakan yang telah tercampur tersebut lalu ditambah
dengan sedikit air panas hingga membentuk adonan yang kalis, setelah
adonan tersebut kalis lalu adonan tersebut dimasukkan kedalam mesin
pelletizer. Krisna dan Ginting (2009) mengatakan bahwa sistem kerja mesin
pencetak sederhana adalah dengan mendorong bahan campuran pakan di
dalam sebuah tabung besi atau baja dengan menggunakan ulir (screw)
menuju cetakan (die) berupa plat berbentuk lingkaran dengan lubang–
lubang berdiameter 2 sampai 3 mm, sehingga pakan akan keluar dari
cetakan tersebut dalam bentuk pellet. Kelemahan sistem ini adalah
diperlukannya tambahan air sebanyak 10 sampai 20% ke dalam campuran
pakan, sehingga diperlukan pengeringan setelah proses pencetakan
tersebut. Faktor yang mempengaruhi kualitas pellet adalah adhesi pellet,
rheologi bahan pakan, formulasi bahan pakan, conditioning, spesifikasi die,
ukuran partikel, dan pendinginan atau pengeringan. Hasil pellet pada saat
praktikum memiliki bentuk yang kompak dan tidak terlalu keras.

Gambar 2.3 Pelletizer


(Sumber: Syahputra, 2009)
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa teknologi pengolahan konsentrat terdiri dari grinding, mixing dan
pelleting. Grinding bertujuan untuk mengurangi ukuran partikel pakan.
Mixing bertujuan untuk menggabungkan beberapa bahan pakan dengan
cara pengadukan bahan dalam pebandingan yang tetap. Pelleting
bertujuan untuk menggabungkan beberapa bahan pakan menjadi bentuk
yang kompak melalui proses penekanan. Hasil pellet pada saat praktikum
memiliki bentuk yang kompak dan tidak terlalu keras.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, E. 2012. Proses Produksi Konsentrat dengan Memperhatikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Berkah Andini Feed, Koperasi
Andini Feed. Koperasi Andini Luhur. Semarang.
Colin, E. D. 2007. Biogeochemistry in Mineral Exploration. The Netherland
Linacre House. New York.
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak
Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta.
Krisna, R dan S. P. Ginting. 2009. Penggunaan solid ex-decanter sebagai
perekat pembuatan pakan komplit berbentuk pelet: evaluasi fisik
pakan komplit berbentuk pelet. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. 480-485.
Khurmi, R.S. (2003). Machine Design. S. Chard Company Ltd. India.
Mariyono dan E. Romjali. 2007. Petunjuk Teknis Teknologi Inovasi Paka
Murah untuk Usaha Pembibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Pasuruan.
Palinggi, N. N., dan L. Samuel. 2010. Substitusi Tepung Bungkil Kedelai
Dengan Tepung Bungkil Kopra Dalam Pakan Ikan Beronang
(Siganus Guttatus). Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Sulawesi Selatan.
Purnomo, M. J. 2013. Optimasi alat penepung gula kristal hasil granulasi
menggunakan mesin hammer mill pada sistem pembuatan gula
semut. Jurusan Teknik Penerbangan STT Adisutjipto. Volume 5.
Nomor 2. Hal 89 – 98.
Rangkuti, P. A., R. Hasbullah., dan K. S. U. Sumariana. 2012. Uji
performansi mesin penepung tipe disc (disc mill) untuk penepungan
juwawut (Setaria Italica (L.) P. Beauvois). AGRITECH. Vol. 32. No.
1.
Sitompul, S. 2004. Analisis asam amino dalam tepung ikan dan bungkil
kedelai. Balai Penelitian Ternak Bogor. Buletin Teknik Pertanian.
Vol. 9. No. 1.
Suarni, dan S. Widowati. 2006. Struktur, komposisi, dan nutrisi jagung.
Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Makassar. 410-
426.
Sunarso dan Christiyanto, M. 2008. Manajemen Pakan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Susanti, S dan E. Marhaeniyanto. 2007. Kecernaan, retensi nitrogen dan
hubungannya dengan produksi susu pada sapi peranakan friesian
holstein (PFH) yang diberi pakan pollard dan bekatul. Fakultas
Peternakan Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Jurnal Protein.
Vol. 15 No. 2.
Syahputra, A. 2009. Rancangan Bangun Alat Pembuat Pakan Ikan Mas
Dan Ikan Lele Bentuk Pelet. Skripsi. Universitas Sumatra Utara.
Zulkarnain, R., S. Slamet dan T. Hidayat. 2014. Perancangan Mesin
Hammer Mill Penghancur Bongkol Jagung Dengan Kapasitas
100kg/Jam Sebagai Pakan Ternak. Universitas Muria Kudus
Gondangmanis. Prosiding SNATIF. Kudus.

You might also like