You are on page 1of 46

7 Prosedur Keselamatan Kerja di Laboratorium

Prosedur keselamatan kerja di laboratorium sangat penting untuk diperhatikan mengingat


hasil penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja dengan intensitas yang
mengkhawatirkan yaitu 9 orang/hari. Keselamatan semua pihak merupakan tanggung jawab
semua pengguna laboratorium. Namun, banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga
tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Laboratorium merupakan
ruangan yang memiliki risiko yang cukup besar. Disana banyak terdapat bahan kimia yang
merupakan bahan mudah meledak, mudah terbakar, beracun, dll. Selain itu terdapat juga benda
mudah pecah dan menggunakan listrik. Maka dari itu, kita harus sangat berhati-hati dalam
menggunakan laboratorium. Berikut adalah prosedur keselamatan kerja di laboratorium.
Langsung saja kita simak yang pertama:

1. Syarat Laboratorium yang Baik

Ruangan laboratorium yang memenuhi standar adalah salah satu faktor untuk menghindari
kecelakaan kerja. Syarat tersebut meliputi kondisi ruangan, susunan ruangan, kelengkapan
peralatan keselamatan, nomor telepon penting (pemadam kebakaran, petugas medis), dll.

Ruangan laboratorium yang memiliki sistem ventilasi yang baik. Proses keluar masuk udara
yang stabil. Sirkulasi udara segar yang masuk ke dalam ruangan. Keduanya harus diperhatikan
dengan baik. Semakin baik sirkulasi udara, maka kondisi laboratorium juga akan sehat. Seperti
halnya rumah, sirkulasi udara berada pada posisi utama dan tidak dapat dikesampingkan begitu
saja.

Ruangan laboratorium harus ditata dengan rapi. Penempatan bahan kimia dan peralatan
percobaan harus ditata dengan rapi supaya memudahkan untuk mencarinya. Bila perlu, berikan
denah dan panduan penempatan bahan kimia di raknya supaya semakin memudahkan untuk
mencari bahan kimia tertentu.

Alat keselamatan kerja harus selalu tersedia dan dalam kondisi yang baik. Terutama kotak P3K
dan alat pemadam api. Berikan juga nomor telepon penting seperti pemadam kebakaran dan
petugas medis supaya saat terjadi kecelakaan yang cukup parah dapat ditangani dengan segera.
Berikan juga lembaran tentang cara penggunaan alat pemadam api dan tata tertib laboratorium.

Laboratorium harus memiliki jalur evakuasi yang baik. Laboratorium setidaknya memiliki dua
pintu keluar dengan jarak yang cukup jauh. Bahan kimia yang berbahaya harus ditempatkan di
rak khusus dan pisahkan dua bahan kimia yang dapat menimbulkan ledakan bila bereaksi.

2. Tata Tertib Keselamatan Kerja

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Dilarang mengambil atau membawa keluar alat-alat serta bahan dalam laboratorium
tanpa seizin petugas laboratorium.
2. Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke laboratorium. Hal ini untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Gunakan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk praktikum yang diberikan.
4. Jangan melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan
kimia, alat-alat, dan cara pemakaiannya.
5. Bertanyalah jika Anda merasa ragu atau tidak mengerti saat melakukan percobaan.
6. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
7. Pakailah jas laboratorium saat bekerja di laboratorium.
8. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye shower,
respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
9. Jika terjadi kerusakan atau kecelakaan, sebaiknya segera melaporkannya ke petugas
laboratorium.
10. Berhati-hatilah bila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen-reagen yang volatil
dan mudah terbakar.
11. Setiap pekerja di laboratorium harus mengetahui cara memberi pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K).
12. Buanglah sampah pada tempatnya.
13. Usahakan untuk tidak sendirian di ruang laboratorium. Supaya bila terjadi kecelakaan
dapat dibantu dengan segera.
14. Jangan bermain-main di dalam ruangan laboratorium.
15. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
16. Dilarang merokok, makan, dan minum di laboratorium.

3. Alat Keselamatan Kerja

Di dalam ruang laboratorium harus sudah tersedia seluruh alat keselamatan kerja supaya saat
terjadi kecelakaan atau darurat, itu bisa diatasi dengan cepat. Berikut adalah alat-alat
keselamatan kerja yang ada di laboratorium. Pastikan semuanya tersedia dan Anda tahu dimana
letaknya.

1. Pemadam kebakaran (hidrant)


2. Eye washer
3. Water shower
4. Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
5. Jas Laboratorium
6. Peralatan pembersih
7. Obat-obatan
8. Kapas
9. Plaster pembalut

4. Simbol Keselamatan Kerja


Gambar diatas adalah simbol-simbol yang umumnya ada di laboratorium. Simbol ini harus
diperhatikan dan dipahami supaya Anda mengetahui bahaya yang ada pada suatu benda atau zat
kimia. Berikut adalah penjelasan simbol-simbol tersebut.

1. Animal hazard adalah bahaya yang berasal dari hewan. Mungkin saja hewan itu beracun
karena telah disuntik bermacam-macam zat hasil eksperimen atau dapat menggigit dan
mencakar Anda.
2. Sharp instrument hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang tajam.
Benda itu jika tidak digunakan dengan benar maka dapat melukai Anda.
3. Heat hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang panas. Tangan Anda akan
kepanasan jika menyentuh benda tersebut dalam keadaan aktif atau menyala.
4. Glassware hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah pecah. BIasanya
berupa gelas kimia.
5. Chemical hazard adalah bahaya yang berasal dari bahan kimia. Bisa saja bahan kimia
itu dapat membuat kulit kita gatal dan iritasi.
6. Electrical hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang mengeluarkan
listrik. Hati-hati dalam menggunakannya supaya tidak tersengat listrik.
7. Eye & face hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang dapat membuat
iritasi pada mata dan wajah. Gunakan masker atau pelindung wajah sebelum
menggunakan bahan tersebut.
8. Fire hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah terbakar. Contohnya
adalah kerosin (minyak tanah) dan spiritus.
9. Biohazard adalah bahaya yang berasal dari bahan biologis. Bahan tersebut bisa dapat
menyebabkan penyakit mematikan seperti AIDS. Contohnya adalah tempat pembuangan
jarum suntik.
10. Laser radiation hazard adalah bahaya yang berasal dari sinar laser.
11. Radioactive hazard adalah bahaya yang berasal dari benda radioaktif. Benda ini dapat
mengeluarkan radiasi dan jika terpapar terlalu lama maka akan menyebabkan kanker.
12. Explosive hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah meledak. Jauhkan
benda tersebut dari api.

5. Cara Memindahkan Bahan Kimia

Sebelum memindahkan bahan kimia, hal yang harus dilakukan adalah mengetahui segala
informasi tentang bahan kimia yang akan digunakan. Seperti cara membawa, bahaya yang
ditimbulkan, dll. Pindahkanlah sesuai kebutuhan dan jangan berlebihan. Bila ada sisa bahan
kimia, jangan dikembalikan ke tempatnya semula karena dapat menyebabkan kontaminasi pada
bahan kimia.

Untuk memindahkan bahan kimia yang berwujud cair, pindahkan dengan menggunakan batang
pengaduk atau pipet tetes. Hindari percikan karena bisa menyebabkan iritasi pada kulit. Jangan
menaruh tutup botol diatas meja supaya tutup botol tidak kotor oleh kotoran di atas meja.

Untuk memindahkan bahan kimia yang berwujud padat, gunakan sendok atau alat lain yang tidak
terbuat dari logam. Hindari menggunakan satu sendok untuk mengambil beberapa jenis zat kimia
supaya terhindar dari kontaminasi.

6. Pembuangan Limbah

Seperti yang kita ketahui bahwa limbah dapat mencemari lingkungan. Maka dari itu, kita perlu
menangani limbah tersebut dengan tepat. Untuk limbah kimia hendaknya dibuang di tempat
khusus karena beberapa jenis zat kimia sangat berbahaya bagi lingkungan. Buang segera limbah
sehabis melakukan percobaan. Sementara limbah lainnya seperti kertas, korek api, dan lainnya
dibuang di tempat sampah. Sebaiknya pisahkan limbah organik dan nonorganik supaya
pengolahan sampahnya lebih mudah.

7. Penanganan Kecelakaan

Kecelakaan saat kerja biasa terjadi walaupun kita telah bekerja dengan hati-hati. Hal yang paling
utama adalah jangan panik dan ikuti prosedur penanganan kecelakaan yang baik dan benar. Cari
bantuan petugas laboratorium untuk membantu Anda. Bila perlu, panggil petugas medis atau
pemadam kebakaran.

Bila terkena bahan kimia, bersihkan bagian kulit yang terkena bahan kimia sampai bersih. Kulit
yang terkena jangan digaruk supaya tidak menyebar. Bawa keluar korban dari laboratorium
supaya mendapatkan oksigen. Bila kondisi cukup parah, panggil petugas kesehatan secepatnya.
Bila terjadi kebakaran karena bahan kimia atau korsleting listrik, segera bunyikan alarm tanda
bahaya. Jangan langsung disiram dengan air. Gunakan hidran untuk memadamkan api. Hindari
menghirup asap. Bila kebakaran meluas, segera panggil petugas pemadam kebakaran.

Prosedur Keselamatan Kerja di Laboratorium

Tata Tertib Keselamatan Kerja di Laboratorium kimia dan pengetahuan bahan fisika biologi ppt

Prosedur keselamatan kerja di laboratorium sangatlah utama untuk di perhatikan


namun banyak pekerja yang menyepelekan resiko kerja, hingga tak memakai alat-alat pengaman
meskipun telah ada. Laboratorium adalah ruang yang mempunyai resiko yang cukup besar. Di
sana terdapat banyak bahan kimia yang disebut bahan gampang meledak, gampang terbakar,
beracun, dan lain-lain. Diluar itu ada juga benda gampang pecah serta memakai listrik. Oleh
karena itu, kita mesti sangatlah waspada dalam memakai laboratorium.

Prosedur Keselamatan Kerja di Laboratorium

1. Prasyarat Laboratorium yang Baik

 Mencakup keadaan ruang, susunan ruang, kelengkapan peralatan keselamatan, nomer


telephone utama pemadam kebakaran, petugas medis, dan lain-lain.
 Ruang laboratorium yang mempunyai system ventilasi yang baik. Sistem keluar masuk
aliran udara yang stabil maka keadaan laboratorium akan sehat.
 Ruang laboratorium mesti diatur dengan rapi agar mempermudah untuk mencarinya.
 Alat keselamatan kerja, kotak P3K dan alat pemadam api, senantiasa dalam keadaan yang
baik.
 Laboratorium mesti mempunyai jalur evakuasi sekurang-kurangnya mempunyai dua
pintu keluar dengan jarak yang cukup jauh.
 Bahan kimia yang beresiko harus diletakkan di tempat spesial serta pisahkan dua bahan
kimia yang bisa menyebabkan ledakan apabila bereaksi.

2. Peraturan / Tata Tertib Keselamatan Kerja


Ketentuan umum dalam tata teratur keselamatan kerja yaitu seperti berikut :

 Dilarang mengambil atau membawa keluar alat-alat dan bahan dalam laboratorium tanpa
ada seizin petugas laboratorium.
 Orang yg tidak mempunyai urusan dilarang masuk ke laboratorium. Hal semacam ini
untuk menghindar beberapa hal yg tidak di idamkan.
 Pakai alat serta bahan sesuai sama panduan praktikum yang didapatkan.
 Janganlah lakukan uji coba saat sebelum tahu info tentang bahaya bahan kimia, alat-alat,
serta langkah penggunaannya.
 Bertanyalah bila Anda terasa sangsi atau tak tahu waktu lakukan percobaan.
 Mengetahui seluruhnya type peralatan keselamatan kerja serta letaknya untuk
mempermudah pertolongan waktu berlangsung kecelakaan kerja.
 Gunakanlah jas laboratorium waktu bekerja di laboratorium.
 Mesti tahu langkah penggunaan alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye shower,
respirator, serta alat keselamatan kerja yang lain.
 Bila berlangsung rusaknya atau kecelakaan, baiknya selekasnya melaporkannya ke
petugas laboratorium.
 Berhati-hatilah apabila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen-reagen yang
volatil serta gampang terbakar.
 Tiap-tiap pekerja di laboratorium mesti tahu langkah berikan pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K).
 Buanglah sampah pada tempatnya.
 Upayakan tidak untuk sendirian di ruangan laboratorium. Agar apabila berlangsung
kecelakaan bisa dibantu dengan selekasnya.
 Janganlah bermain-main didalam ruang laboratorium.
 Kerjakan latihan keselamatan kerja dengan cara periodik.
 Dilarang merokok, makan, serta minum di laboratorium.

3. Alat Keselamatan Kerja Harus Tersedia

Prosedur Keselamatan Kerja di Laboratorium harus didukung dengan ketersediaannya alat


keselamatan kerja yaitu

 Pemadam kebakaran (hidrant)


 Eye washer
 Water shower
 Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
 Jas Laboratorium
 Peralatan pembersih
 Obat-obatan
 Kapas
 Plaster pembalut

4. Simbol Keselamatan Kerja di laboratorium


Gambar simbol keselamatan kerja di laboratorium harus di perhatikan serta dipahami agar Anda
tahu bahaya yang ada disuatu benda atau zat kimia tersebut, berikut beberapa penjelasan simbol-
simbol keselamatan kerja di laboratorium.

 Animal hazard yaitu bahaya yang datang dari hewan. Mungkin saja saja hewan itu
beracun lantaran sudah disuntik berbagai macam zat hasil uji coba atau bisa menggigit
serta mencakar Anda.
 Sharp instrument hazard yaitu bahaya yang datang dari benda-benda yang tajam. Benda
itu bila tak dipakai dengan benar jadi bisa melukai Anda.
 Heat hazard yaitu bahaya yang datang dari benda yang panas. Tangan Anda bakal
kepanasan bila menyentuh benda itu dalam situasi aktif atau menyala.
 Glassware hazard yaitu bahaya yang datang dari benda yang gampang pecah. BIasanya
berbentuk gelas kimia.
 Chemical hazard yaitu bahaya yang berasal berbahan kimia. Mungkin bahan kimia itu
bisa bikin kulit kita gatal serta iritasi.
 Electrical hazard yaitu bahaya yang datang dari benda-benda yang keluarkan listrik. Hati-
hati dalam memakainya agar tak tersengat listrik.
 Eye & face hazard yaitu bahaya yang datang dari benda-benda yang bisa bikin iritasi
pada mata serta muka. Pakai masker atau pelindung muka saat sebelum memakai bahan
itu.
 Fire hazard yaitu bahaya yang datang dari benda yang gampang terbakar. Misalnya yaitu
kerosin (minyak tanah) serta spiritus.
 Biohazard yaitu bahaya yang berasal berbahan biologis. Bahan itu dapat bisa
mengakibatkan penyakit membahayakan seperti AIDS. Misalnya yaitu tempat
pembuangan jarum suntik.
 Laser radiation hazard yaitu bahaya yang datang dari cahaya laser.
 Radioactive hazard yaitu bahaya yang datang dari benda radioaktif. Benda ini bisa
keluarkan radiasi apabila terpapar terlampau lama jadi bakal mengakibatkan kanker.
 Explosive hazard yaitu bahaya yang datang dari benda yang gampang meledak. Jauhkan
benda itu dari api.

5. Pengetahuan Bahan Kimia

Prosedur Keselamatan Kerja di Laboratorium perlu memperhatikan pengetahuan jenis dan


macam bahan kimia, bahaya yang diakibatkan, seperti langkah membawa, dan lain-lain.

6. Pembuangan Limbah

Perlu diperhatikan pembuangan limbah kimia sebaiknya dibuang ditempat tertenti


karena sebagian type zat kimia sangatlah beresiko untuk lingkungan. Baiknya pisahkan limbah
organik serta nonorganik agar pemrosesan sampahnya lebih gampang.

7. Perlakuan Kecelakaan

Kecelakaan waktu kerja umum berlangsung meskipun kita sudah bekerja dengan hati-hati. Hal
yang paling penting yaitu janganlah cemas serta ikuti prosedur perlakuan kecelakaan yang baik
serta benar. Mencari pertolongan petugas laboratorium untuk menolong Anda. Jika memang
perlu, panggil petugas medis atau pemadam kebakaran.

Prosedur Keselamatan Kerja di Laboratorium


keselamatan kerja di laboratorium biologi ppt, prosedur keselamatan kerja di laboratorium
biologi, keselamatan kerja laboratorium kimia ppt, prosedur keselamatan kerja di laboratorium,
aturan keselamatan kerja yang paling penting dalam laboratorium adalah, prosedur keselamatan
kerja di lab kimia, simbol simbol di lab biologi, pengertian simbol €, keselamatan kerja di
laboratorium, langkah langkah keselamatan kerja fisika.

4. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh
seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa
Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata
"personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu
memperoteksi si pemakainya. Sebagai contoh, proteksi telinga (hearing protection) yang
melindungi telinga pemakainya dari transmisi kebisingan, masker dengan filter yang menyerap
dan menyaring kontaminasi udara, dan jas laboratorium yang memberikan perlindungan
pemakainya dari kontaminisasi bahan kimia.
APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap, seperti baju yang
menutup seluruh tubuh pemakai yang dilengkapi dengan masker khusus dan alat bantu
pernafasan yang dikenakan dikala menangani tumpahan bahan kimia yang sangat berbahaya.
APD yang sering dipakai a.I., proteksi kepala (mis., helm), proteksi mata dan wajah (mis.,
pelindung muka, kacamata pelindung), respirator (mis., masker dengan filter), pakaian pelindung
(mis., baju atau jas yang tahan terhadap bahan kimia), dan proteksi kaki (mis., sepatu tahan
bahan kimia yang menutupi kaki hingga mata kaki).

1. Perlindungan Mata dan Wajah.

Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus dikenakan
oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud untuk melindungi mata dan
wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan radiasi. Secara
umum perlindungan mata terdiri dari :

 Kacamata pelindung
 Goggle
 Pelindung wajah
 Pelindung mata special (goggle yang menyatu dengan masker khusus untuk melindungi
mata dan wajah dari radiasi dan bahaya laser). Walaupun telah banyak model, jenis, dan
bahan dari perlindungan mata tersebar di pasaran hingga saat ini, Anda tetap harus
berhati-hati dalam memilihnya, karena bisa saja tidak cocok dan tidak cukup aman
melindungi mata dan wajah Anda dari kontaminasi bahan kimia yang berbahaya.
2. Perlindungan Badan

Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, yang dikenal dengan sebutan
jas laboratorium ini, merupakan suatu perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum memasuki
laboratorium. Jas laboratorium yang kerap sekali dikenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia
ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika Anda
menggunakan jas laboratorium, kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi
tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan ukuran badan pemakainya.
Jas laboratorium merupakan pelindung badan Anda dari tumpahan bahan kimia dan
api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium Anda terkontaminasi oleh
tumpahan bahan kimia, lepaslah jas tersebut secepatnya.
Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan Jumpsuits.
Apron sering kali digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang bersifat korosif dan
mengiritasi. Perlengkapan yang berbentuk seperti celemek ini biasanya terbuat dari karet atau
plastik.Untuk apron yang terbuat dari plastik, perlu digarisbawahi, bahwa tidak dikenakan pada
area larutan yang mudah terbakar dan bahan-bahan kimia yang dapat terbakar yang dipicu oleh
elektrik statis, karena apron jenis ini dapat mengakumulasi loncatan listrik statis.
Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk
dipakai pada kondisi beresiko tinggi (mis., ketika menangani bahan kimia yang bersifat
karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak). Baju parasut ini terbuat dari material yang
dapat didaur ulang. Bahan dari peralatan perlindungan badan ini haruslah mampu memberi
perlindungan kepada pekerja laboratorium dari percikan bahan kimia, panas, dingin, uap lembab,
dan radiasi.

3. Pelindungan Tangan

Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting apabila
Anda terpapar bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan menjadi solusi bagi Anda.
Tidak hanya melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya bahan kimia tersebut, sarung
tangan juga dapat memberi perlindungan dari peralatan gelas yang pecan atau rusak, permukaan
benda yang kasar atau tajam, dan material yang panas atau dingin.
Bahan kimia dapat dengan cepat merusak sarung tangan yang Anda pakai jika tidak
dipilih bahannya dengan benar berdasarkan bahan kimia yang ditangani. Selain itu, kriteria yang
lain adalah berdasarkan pada ketebalan dan rata-rata daya tembus atau terobos bahan kimia ke
kulit tangan. Sarung tangan harus secara periodik diganti berdasarkan frekuensi pemakaian dan
permeabilitas bahan kimia yang ditangani. Jenis sarung tangan yang sering dipakai di
laboratorium, diantaranya, terbuat dari bahan karet, kulit dan pengisolasi (asbestos) untuk
temperatur tinggi.
Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan, diantaranya adalah karet butil atau
alam, neoprene, nitril, dan PVC (Polivinil klorida). Semua jenis sarung tangan tersebut dipilih
berdasarkan bahan kimia yang akan ditangani. Sebagai contoh, sarung tangan yang terbuat dari
karet alam baik apabila Anda bekerja dengan Ammonium hidroxida, tetapi tidak baik bila
bekerja dengan Dietil eter.

4. Perlindungan Pernafasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah
lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang dapat
membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan
kimia yang memberikan efek kontaminasi tersebut.
Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang
lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan
pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis perlindungan pernafasan
dilengkapi dengan filter pernafasan yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter
masker tersebut memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang terkontaminasi
lagi, maka filter tersebut harus diganti.
Dari informasi mengenai beberapa APD diatas, maka setiap pengguna bahan kimia
haruslah mengerti pentingnya memakai APD yang sesuai sebelum bekerja dengan bahan kimia.
Selain itu, setiap APD yang dipakai harus sesuai dengan jenis bahan kimia yang ditangani.
Semua hal tersebut tentunya mempunyai dasar, yaitu kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium.
Ungkapan mengatakan bahwa "Lebih baik mencegah daripada mengobati". APD
merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya
akibat bahan kimia. Jadi, tunggu apa lagi. Gunakanlah APD sebelum bekerja dengan bahan
kimia.
1. Cara Pengelolaan Limbah Laboratorium

Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah terhadap kuman
yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah tersebut. Penanganan
limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu :

1. Limbah berbahaya dan beracun, dengan cara :


2. Netralisasi

Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH)2
Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4 atau HCI.

1. b. Pengendapan/sedimentasi, koagulasi dan flokulasi

Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO karena
dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.

1. c. Reduksi-Oksidasi

Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi (redoks)
sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.

1. d. Penukaran ion

Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat diserap oleh
resin anion.

1. 2. Limbah infeksius

Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu

1. a. Metode Desinfeksi

Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan kimia yang
dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak aktif.

1. Metode Pengenceran (Dilution)


dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan kontaminasi terhadap
badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan pendangkalan
terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan
banjir.

1. c. Metode Proses Biologis

dengan menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut akan menimbulkan


dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah.

1. d. Metode Ditanam (Landfill)

Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya dalam tanah.

1. e. Metode Insinerasi (Pembakaran)

Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator senyawa
kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O. Bahan-bahan seperti
mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit, jaringan tubuh, hewan, darah, bahan
kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa dalam bentuk abu yang beratnya 10-30% dari
berat aslinya (tergantung dari jenis limbah).

1. 3. Limbah radioaktif

Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil
mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah
didekontaminasi. Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:

1. a. Bentuk : cair, padat dan gas,


2. b. Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ),
3. c. Tinggi-rendahnya aktifitas
4. d. Panjang-pendeknya waktu paruh,
5. e. Sifat : dapat dibakar atau tidak.

Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :

1. Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses peluruhan,


peguburan dan pembuangan.
2. b. Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti
Badan Tanaga Atom Nasional (BATAN).
1. 4. Limbah umum

Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuat dan
dibakar di insinerator
1. D. Langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah di
laboratorium
2. Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah digunakan,
setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai
untuk pelarut yang telah digunakan) Pelarut organik seperti etanol, aseton, kloroform, dan
dietil eter dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah dan dilakukan destilasi.
3. sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan yang
bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisia bahan kimia. Selain
menghemat bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan.
4. Pembuangan langsung dari laboratorium. Metoda pembuangan langsung ini dapat
diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang
dapat larut dalam air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium.
Untuk bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan,
selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam
berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan
terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
5. Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-
bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan
organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
6. Pembakaran dalan insenerator. Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan
untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang bersifat toksik.
7. Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air.
Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun

1. ENGERTIAN LIMBAH LABORATORIUM

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan
pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun
dan berbahaya).

Limbah Laboratorium adalah buangan yang berasal dari laboratorium. Dalam hal ini khususnya
adalah laboratorium kimia. Limbah ini dapat berasal dari bahan kimia, peralatan untuk pekerjaan
laboratorium dan lain-lain. Limbah laboratorium ini mempunyai resiko berbahaya bagi
lingkungan dan mahluk hidup.

Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari


laboratorium kimia. Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan di laboratorium kimia.
Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik
dari jumlah maupun kualitasnya. Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan
antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi bukan
radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain. Dalam jumlah tertentu dengan
kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau
kehidupan lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan
pada waktu tertentu.

1. B. MACAM-MACAM LIMBAH LABORATORIUM

Berdasarkan wujudnya limbah dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Limbah padat

Limbah padat adalah hasil buangan laboratorium berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal
dari sisa kegiatan laboratorium.

1. Limbah cair

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair. Jenis-jenis
limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada:

a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat
diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik

b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA

c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol

d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)

e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN


Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik

f. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA

1. Limbah gas

Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang mengandung
partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut
fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.

Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan lain-lain.
Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan
menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu partikel dan gas.
Ada pula limbah yang disebut dengan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Suatu limbah
digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan
konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan
lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Yang termasuk limbah B3 antara lain
adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa
kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan
pengolahan khusus. Macam-macam limbah B3:

1. Limbah mudah meledak

2. Limbah mudah terbakar

3. Limbah reaktif

4. Limbah beracun

5. Limbah penyebab infeksi

6. Limbah yang bersifat korosif

1. CARA PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM

Setiap limbah mempunyai cara pengolaham tersendiri tergantung dari jenisnya. Berikut adalah
cara pengolahan limbah berdasarkan jenisnya.

1. Pengolahan Limbah Padat

Penimbunan Terbuka

Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka
(open dumping) dan metode sanitary landfill. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan
kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan
sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah
terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah
serta air.

Sanitary Landfill

Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung dan
lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Pada landfill yang lebih modern,
biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa
saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan
sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.

Insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang disebut
insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak
(bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan.

1. Pengolahan Limbah Pada Fasa Cair (Water Phase Treatment)

Sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan berikut:

 Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum


 Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan
 Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di dalam
penggunaannya sehari-hari
 Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang mengakibatkan penyakit
 Tidak terbuka dan harus tertutup
 Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap

Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1. Pengolahan secara Fisika

Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan
secara mudah dengan proses pengendapan.

1. Pengolahan secara Kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel
yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik
beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.

1. Pengolahan secara Biologi

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan
sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan
efisien.

1. Pengolahan Limbah Fasa Gas (Gas Phase Treatment)

Mengontrol Emisi Gas Buang

Emisi gas buang dapat dikurangi dengan mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang
lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.

Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan


 Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak
ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari
cerobong.
 Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam
gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu.
 Membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat,
sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat.
 Dengan pengendap elektrostatik, yaitu menggunakan arus listrik untuk mengionkan
limbah. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif
dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai.

1. Prinsip Pengolahan limbah B3

 Limbah yang tidak saling cocok, disimpan dalam kemasan berbeda.


 Jumlah pengisian volume limbah harus mempertimbangkan terjadinya pengembangan
volume, pembentukan gas atau kenaikan tekanan selama penyimpanan.
 Ganti kemasan yang mengalami kerusakan permanen (korosi atau bocor) dengan
kemasan lain.
 Kemasan yang telah berisi limbah ditandai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan sebagai bagian
pengelolaan limbah.

1. LANGKAH-LANGKAH MENGURANGI LIMBAH LABORATORIUM

Langkah-langkah yang dapat diolakukan untuk mengiurangi limbah dari laboratorium adalah
sebagai brikut.

1. Menggunakan bahan kimia seperlunya


2. Melakukan reaksi kimia yang menghasilkan gas-gas beracun di lemari asam
3. Menggunakan alat dengan hati-hati sehingga tidak timbul kerusakan

Limbah laboratorium adalah limbah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Limbah ini
memiliki sifat khas yang berbeda dengan limbah yang berasal dari kegiatan industri karena
biasanya memiliki keragaman jenis limbah yang sangat tinggi walaupun dari setiap macam
bahan yang dibuang tersebut jumlahnya tidak banyak. Limbah laboratorium dapat berasal dari
berbagai sumber, yaitu:
1. Bahan baku yang sudah kadaluwarsa,
2. Bahan habis pakai, misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai,
3. Produk proses di dalam laboratorium, misalnya sisa spesimen,
4. Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali pakai setelah di autoklaf
Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah terhadap kuman
yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah etrsebut. Penanganan
limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu:
a. limbah B3 (Berbahaya dan Beracun), dengan cara:
1) netralisasi
Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH)2
Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4 atau HCI.
Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai indikator dapat digunakan Phenol Phtalein (PP.). Zat
ini akan berubah pada pH 6-8 sehingga cukup aman digunakan jika pH limbah berkisar antara
6,5-8,5.
2) pengendapan/sedimentasi, koagulasi, dan flokulasi
Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO karena
dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.
3) reduksi-oksidasi
Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi (redoks)
sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.

4) penukaran ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat diserap oleh
resin anion.

b. limbah infeksius, dengan cara:


1) Metode Desinfeksi: penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-
bahan kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak aktif.
2) Metode Pengenceran (Dilution): mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi
yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan
kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat
menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai dan sebagainya
sehingga dapat menimbulkan banjir.
3) Metode Ditanam (Landfill): menimbun limbah dalam tanah.
4) Metode Insinerasi (Pembakaran): memusnahkan limbah dengan cara memasukkan ke dalam
insinerator. Dalam insinerator senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai
CO2 dan H2O.
c. limbah radioaktif
Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil
mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah
didekontaminasi.
Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:
Bentuk : cair, padat dan gas,
Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ),
Tinggi-rendahnya aktifitas
Panjang-pendeknya waktu paruh
Sifat : dapat dibakar atau tidak.
Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :
1) Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses peluruhan, peguburan
dan pembuangan.
2) Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti Badan
Tenaga Atom Nasional (BATAN).

d. limbah umum
Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuat dan
dibakar di insinerator.

beberapa langkah nyata untuk mengurangi limbah di laboratorium adalah:


a. Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah digunakan, setelah
melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai untuk pelarut
yang telah digunakan) Pelarut organik seperti etanol, aseton, kloroform, dan dietil eter
dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah dan dilakukan destilasi.
b. sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan yang bereaksi
secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisia bahan kimia. Selain menghemat
bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan.
c. Pembuangan langsung dari laboratorium. Metoda pembuangan langsung ini dapat
diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat
larut dalam air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan
kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa
dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb,
Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya
dinetralkan dan dibuang.
d. Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-
bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik
tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
e. Pembakaran dalan insenerator. Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan
untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-
senyawa yang bersifat toksik.
f. Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air.
Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.

Pembuangan Bahan Kimia Sisa Pakai Dari Laboratorium


Dari uraian terdahulu (WKA, No. 7, Th. IV, Januari 1989), dapat disimpulkan bahawa secara
prinsip pengolahan dan pembuangan limbah kimia tidaklah terlalu sukar. Sedikit pengetahuan
dan kemauan untuk mengolahnya, akan berarti amat banyak bagi lingkungan. Mungkin inilah
sikap moral yang perlu dipunyai oleh pengelola laboratorium, mengingat orang-orang inilah
yang paling tahu akan bahaya dan pengendalian bahan kimia dari laboratoriumnya.

Sebagai lanjutan tulisan sebelumnya di bawah ini diberikan contoh prosedur untuk mengatasi
tumpahan bahan kimia atau cara pembuangan yang aman. Tumpahan bahan kimia (spills) dapat
mengenai kulit atau pakaian atau sepatu. Secara umum, kontaminasi pada kulit harus segera
dicuci dengan sabun dan dibilas dengan banyak air. Apabila tumpahan tersebut mengenai
pakaian atau sepatu, maka cuci dengan sabun atau dibakar. Juga tumpahan dapat terjadi pada
meja atau lantai, dimana prosedur penanganan banyak berbeda. Pembuangan atau pemusnahan
bahan kumia jumlah banyak (package lots) memerlukan pananganan tersendiri. Pembuangan
langsung akan merusak lingkungan. Dalam menangani pembuangan atau pemusnahan bahan
kimia perlu memakai lat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, pakaian laboratorium atau
pelindung muka.

Untuk ringkasnya prosedur di bawah ini membahas penanganan tumpahan pada meja atau lantai
dan pembuangan/pemusnahan bahan kimia jumlah banyak.

 Halida Asam Organik

Contoh bahan :

Asetil bromida

Asetil klorida

Benzoil klorida

Pembuangan bahan tertumpah

Tutup dengan NaHCO3 dan pindahkan dalam wadah serta tambah dengan air. Biarkan sebentar
dan buang bersama dengan sejumlah air.

Pembuangan/pemusnahan bahan

Campurkan dengan NaHCO3, dalam wadah gelas atau plastik dan tambahkan air dalam jumlah
banyak sambil diaduk. Buang ke dalam bak air diikuti dengan banyak air.
 Senyawa Halida Organik

Contoh bahan :

Alumunium klorida

Asam klorosulfonik

Stanilklorida

Penanganan bahan tertumpah

Tutup dengan NaHCO3 dan pindahkan ke dalam wadah serta tambah dengan air. Biarkan
sebentar dan buang ke dalam bak pembuangan air bersama-sama dengan air jumlah banyak.

Pembuangan/pemusnahan bahan

Campur dengan NaHCO3 dalam sebuah wadah penguap. Semprot dengan NH4OH 6 M dan aduk
serta tambah es untuk mendinginkan hasil reaksi. Setelah tidak terbentuk uap NH4Cl, tambah air
dan aduk. Netralkan dengan HCl sebelum dibuang bersama-sama air.

 Aldehida

Contoh bahan :

Asetaldehida

Akrolein

Benzaldehida

Kloral

Formaldehida
Furfural

Paraldehida

Penanganan bahan tertumpah

Sedikit :

Absorp pada kertas serap dan uapkan dalam almari asam dan bakar.

Banyak :

Tutup dengan NaHSO3, tambah air dan aduk. Pindahkan ke dalam wadah dan biarkan selama 1
jam. Buang dengan air dalam jumlah banyak.

Pembuangan/pemusnahan bahan

1. Serap dalam adsorbent, bakar secara terbuka atau dalam insenerator.


2. Larutkan dalam aseton atau benzena, bakar dalam insenerator.

 Halida Organuk dan Senyawanya

Contoh bahan :

Aldrin

Klordan

Dieldrin

Lindane

Tetraetillead (TEL)

Vinilkloride
Pembuangan bahan tertumpah

Hindarkan sumber api. Absorpsi ke dalam kertas tissue. Masukkan ke dalam wadah gelas atau
besi. Uapkan dalam almari asam dan bakar. Cuci wadahnya dengan sabun.

Pembuangan/pemusnahan bahan

1. Tuangkan ke dalam NaHCO3atau campuran pasir dengan NaOH (90:10). Aduk baik-baik
dan pindahkan ke dalam insenerator.
2. Larutkan ke dalam pelarut organik mudah terbakar (aseton, Benzena). Bakar dalam
insenerator.

 Asam Organik Tersubstitusi

Contoh bahan :

Asam benzena sulfonat

Asam kloroasetat

Asam trikloroasetat

Asam fluoroasetat

Penanganan bahan tertumpah

Tutup tumpahan bahan dengan NaHCO3. Pindahkan ke dalam wadah dan tambah air. Biarkan
reaksi selesai dan buang ke dalam bak air.

Pembuangan/pemusnahan bahan

1. Tuangkan ke dalam NaHCO3 berlebihan, campur dan tambahkan air. Biarkan 24 jam
setelah itu secara perlahan-lahan buang bersama sejumlah air, atau
2. Tuangkan ke dalam absorbent dalam insenerator. Tutup dengan sisa kayu atau kertas,
siram dengan alkohol bekas dan bakat, atau
3. Larutkan dalam pelarut mudah terbakar atau sisa alkohol, Bakar dam insenerator.

 Amin Aromatik Terhalogenasi dan Senyawa Nitro

Contoh bahan :

Diklorobenzena

Dinitroanilin

Endrin

Metil isotiosianat

Nitrobenzena

Nitrofenol

Penanganan bahan tertumpah

Serap dengan kertas tissue. Uapkan dalam almari asam dan bakar. Tumpahan dalam jumlah
besar dapat diserap dengan pasir + NaHCO3. Campur dengan potongan kertas dan bakar dalam
insenerator.

Pembuangan/pemusnahan

1. Seperti pada tumpahan banyak, atau


2. Dibakar langsung dalam insenerator dengan schrubber, atau
3. Campur dengan pelarut mudah terbakar (alkohol, benzena) dan bakar dalam insenerator.
 Senyawa Amin Aromatik

Contoh bahan :

Anilin

Benzidine (karsinogenik)

Pyridine

Penanganan bahan tertumpah

Sedikit :

Serap dalam kertas tissue atau kertas bekas. Biarkan menguap dalam almari asam dan sisanya
dibakar.

Banyak :

Tutup dengan campuran pasir dan NaOH (90:10). Aduk dan campur dengan potongan-potongan
kertas dan bakar dalam insenerator.

Pembuangan/pemusnahan bahan

1. Dapat dilakukan seperti pada tumpahan banyak.


2. Larutkan dalam pelarut mudah terbakar (alkohol, benzena) dan bakar dalam insenerator.

 Fosfat Organik dan Senyawa Sejenis

Contih bahan :

Malathion

Methyl parathion
Parathion

Tributilposfat

Penanganan bahan tertumpah

Absorp dalam kertas tissue atau kertas bekas dan bakar.

Pembuangan/pemusnahan bahan

1. Bakar langsung ke dalam insenerator setekah dicampurkan dengan pelarut organik yang
mudah terbakar.
2. Campur dengan kertas bekas dan bakar dalam insenerator dengan schrubber alkali.

 Basa Alkali dan Amonia

Contoh bahan :

Amonia anhirat

Kalsium hidroksida

Natrium hidroksida

Penanganan bahan tertumpah

Encerkan dengan air dan netralkan dengan 6 M HCl, serap dengan kain atau pindahkan pada
suatu wadah untuk dibuang.

Pemusnahan
Tuangkan dalam bak dan encerkan dengan air serta netralkan. Buang dalam pembuangan air
biasa.

 Bahan Kimia Oksidator

Contoh bahan :

Ammonium dikromat

Ammonium perklorat

Ammonium persulfat

Asam perklorat

Penanganan bahan tertumpah

Tumpahan zat padat atau cairan ditutup atau dicampur dengan reduktor seperti garam hipo,
bisulfit dan ferosulfat yang ditambahkan sedikit 3 M asam sulfat. Pindahkan dalam suatu wadah
dan netralkan dibuang lewat bak air.

Pembuangan/pemusnahan

Tambah sejumlah larutan pereduksi (hipo, bisulfit atau ferosulfat yang ditambah H2SO4).
Biarkan reaksi selesai dan netralkan dengan NaOH atau HCl. Buang dengan banyak air.

 Bahan Kimia Reduktor

Contoh bahan :

Natrium bisulfit

Natrium nitrit
Natrium Sulfit

Belerang oksida

Pananganan bahan tertumpah

Tutup atau campur dengan NaHCO3. Biarkan reaksi selesai dan pindahkan ke dalam suatu
wadah. Tambahkan kalsium hipoklorit, Ca(OCl)2 perlahan-lahan. Tambah air dan biarkan reaksi
selesai. Encerkan dan netralkan sebelum dibuang ke dalam pembuangan air.

Pembuangan/pemusnahan bahan

Gas (seperti SO2) :

Alirkan ke dalam larutan NaOH atau larutan kalsium hipoklorit

Padat :

Campur dengan NaOH (1:1), tambah air sampai membentuk slury. Tambahkan kalsium
hipoklorit dan air serta biarkan selama 2 jam. Netralkan sebelum dibuang ke dalam pembuangan
air.

 Sianida dan Nitril

Penanganan bahan tertumpah

Sianida :

Serap cairan pada kertas bekas/tissue. Uapkan dalam almari asam dan bakar, atau pindahkan ke
dalam wadah gelas dan basakan dengan NaOH dan aduk. Ke dalam slury tambahkan ferosulfat
berlebih. Setelh satu jam, dibuang ke dalam pembuangan air.

Nitril :

Tambah NaOH berlebih dan Ca(OCl)2 untuk membentuk sianat. Pindahkan ke wadah gelas dan
buang ke dalam pembuangan air setelah satu jam reaksi. Cuci bekas wadah dengan larutan
hipoklorit.
Pembuangan/pemusnahan bahan

Sianida :

Tambahan bahan ke dalam larutan basa dari kalsium hipoklorit berlebih. Biarkan 24 jam dan
buang ke dalam pembuangan air.

Nitril :

Tambahkan ke dalam NaOH-alkohol untuk membentuk sianat, setelah satu jam, uapkan alkohol.
Tambah ke dalam residu sianat sejumlah larutan basa kalsium hipoklorit berlebih. Setelah 24 jam
buang ke dalam pembuangan air.

 Eter

Contoh bahan :

Anisole

Etil eter

Metil eter

Penanganan bahan tertumpah

Tutup permukaan yang terkontaminasi dengan NaOH atau NaHCO3. Campurdan tambahkan air
bila perlu. Pindahkan slurry untuk dinetralkan dan dibuang dalam bak pembuangan air.

Pembuangan/pemusnahan bahan

Bahan berupa cair atau padat dilarutkan ke dalam pelarut organik yang mudah terbakar. Bakar
dalam insenerator.

 Asam Inorganik

Contoh bahan :
Asam klorida

Asam fluorida

Asam nitrat

Asam posfat

Asam sulfat

Penanganan tumpahan

Tutup permukaan yang terkontaminasi dengan NaHCO3 atau campurkan NaOH dan Ca(OH)2
(1:1). Campur dan bila perlu tambah air agar membentuk slurry. Buang slurry tersebut ke dalam
air yang sedang mengalir.

Pembuangan/pemusnahan bahan

Tambahkan ke dalam sejumlah besar campuran NaOH dan Ca(OH)2. Buang campuran tersebut
ke dalam air yang sedang mengalir.

Penanganan Sampah Laboratorium

Sampah/limbah laboratorium :
- sampah kimia
- sampah biologi
- sampah plastik
- sampah yang lain

1. Sampah Kimia
Aturan Pembuangan sampah kimia :
— Tidak boleh dibuang di saluran pembuangan air :
- pelarut-pelarut organik
- logam berat
- sianida, sulfida
- bahan-bahan padat
— Sampah –sampah kimia yang berbahaya harus ditempatkan pada wadah yang diberi label
— Sampah radioaktif harus mendapat penanganan khusus, demikian juga bahan bersifat
karsinogenik.

Catatan :
— Sampah-sampah yang sangat berbahaya biasanya diubah (dioksidasi, direduksi, dinetralisasi,
dll) menjadi bahan yang kurang berbahaya sebelum ditempatkan dalam wadah-wadah
pembuangan.
— Alkali kuat harus dinetralisir sebelum dibuang, sedangkan asam kuat harus dinetralkan dengan
sodium bikarbonat sebelum dibuang

Bahan Karsinogenik :
— Bahaya : beresiko tumor dan kanker pada seseorang.
— Penyimpanan :
- bahan tsb dipesan sebanyak yang diperlukan saja
- wadah penyimpan harus aman betul
- semua wadah harus berlabel jelas dan disimpan dlm almari yang aman berventilassi
— Penanganan : bagian tubuh yang terkena dengan zat tersebut harus segera dicuci dengan air
dingin selama + 5 menit
— Pembuangan ;
ü limbah karsinogenik dibuang dalam wadah berlabel dan tertutup serta terpisah dari bahan kimia
lainnya
ü dibuang secara bertahap, jangan menunggu hingga jumlahnya banyak
ü bahan karsinogenik cair ditempatkan maksimal separo dari kapasisas volume tempat pembuangan

2. Limbah Biologi
— Membakar sampah botani dan zoologi merupakan jalan terbaik utk meyakinkan bahwa bahan-
bahan busuk tsb tidak beresiko membahayakn kesehatan
— Preparat biologi, stains, fixative dan clearing agents kemungkinan besar toksik shg tidak boleh
dibuang ke sistem drainase umum
— Sampah harus ditempatkan pada wadah tertutup dan diberi label
— Sampah yang mengandung mikroorganisme harus di autoklave terlebih dahulu
— Sampah biologi dan mikrobiologi dlm jumlah besar sebaiknya dimusnahkan dlm incenerator
3. Sampah Plastik :
— Jangan dibakar, kecuali dalam alat pembakar khusus.
— Sampah plastik jangan dikubur, sebaiknya dibuang pada wadah khusus pembuangan plastik

4. Sampah-sampah lain :
— Sampah kertas dibuang dlm wadah khusus untuk kertas dan sebaiknya dibakar dalam satu tempat
pembakaran
— Sampah-sampah yang tajam (mata pisau, syringe, jarum) harus ditempatkan dalam kotak khusus
dan tidak boleh dicampur dengan sampah lainnya.

penanganan Zat Kimia di Laboratorium

Penggunaan bahan kimia merupakan hal penting bagi laboratorium. Sifat B-3 dari bahan kimia
seperti mudah meledak, toksik, korosif, mudah terbakar dan merusak lingkungan, dapat
menimbulkan kecelakaan atau gangguan kesehatan. Hal ini menuntut pekerja Laboratorium
untuk dapat mengelola penggunaan dan penyimpanan bahan kimia secara baik sesuai dengan
karakteristiknya.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan kimia di laboratorium:
1. Aman
Karena alat dan bahan laboratorium relative mahal maka alat disimpan untuk menghindairi
pencurian dan kerusakan. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan
sehingga fungsinya tidak akan berkurang.
2. Mudah dicari
Untuk memudahkan pencarian alat dan bahan, perlu diberi tanda/kode dengan menggunakan
label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci).
3. Mudah diambil
Penyimpanan alat dan bahan membutuhkan ruang penyimpanan seperti lemari, rak dan laci yang
ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.

Selain prinsip di atas, hal - hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan dan penataan bahan
kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple
hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder
(secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan
informasi resiko bahaya (hazard information). Dan dalam penyimpanan bahan – bahan kimia
yang juga harus diperhatikan diantaranya adalah wujud zat, konsentrasi zat, bahaya dari zat,
label, kepekaan zat terhadap cahaya, dan kemudahan zat tersebut menguap.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis akan lebih tepat apabila
bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat
kebahayaannya. Penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium di dasarkan pada wujud dari
zat tersebut (padat, cair dan gas), sifat-sifat zat (Asam dan basa), sifat bahaya zat (korosif, mudah
terbakar, racun dll), seberapa sering zat tersebut digunakan.
Cara menyimpan bahan-bahan kimia sama hanya dengan menyimpan alat-alat laboratorium, sifat
masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti :
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastic sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastic.
3. Bahan yang dapat berubah apabila terkena matahari langsung harus disimpan daam botol
gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup.
4. Bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dapat disimpan dalam
botol berwarna bening.
5. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi symbol karakteristik masing-masing bahan
7. Sebaiknya bahan disimpan dalam botol induk yang berukuran besar.

Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yang baik adalah di ruangan khusus, tidak
bercampur dengan tempat kegiatan praktikum berjalan. Kelembaban ruangan harus benar-benar
diperhatikan untuk mencegah agar bahan tidak mudah rusak. Tempat penyimpanan bahan cair
seperti asam, kloroform sebaiknya di simpan di lemari asam, sedangkan untuk bahan yang tidak
berbahaya dapat disimpan dalam lemari tersendiri.
Syarat-syarat penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium.
1. Bahan mudah terbakar
Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika terkena udara, terkena
benda panas, terkena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Bunga api dapat
menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organik dapat dibagi
menjadi 3 golongan:
a. Cairan yang terbakar di bawah temperatur -40 C, misalnya karbon disulfida, eter, benzena,
aseton.
b. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -40 C – 210 C, misalnya etanol dan
methanol
c. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 210 C – 93,50 C, misalnya kerosin (minyak
lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
· Temperatur dingin dan berventilasi,
· Tersedia alat pemadam kebakaran,
· Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok.

2. Bahan mudah meledak


Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “explosive“ (E) dapat meledak dengan
pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen
atmosferik. Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin,
TNT.
Syarat penyimpanan:
· Ruangan dingin dan berventilasi
· Jauhkan dari panas dan api
· Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

3. Bahan beracun
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “very toxic (T+)” dan “toxic (F)” dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi
sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak
dengan kulit. Contoh: kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene, atripin, sublimat,
persenyawaan sianida, arsen, dan gas karbon monoksida dari aliran gas.
Syarat penyimpanan:
· Ruangan dingin dan berventilasi
· Jauh dari bahaya kebakaran
· Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
· Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
· Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang
dipergunakan

4. Bahan korosif
Bahan dan formulasi dengan notasi “corrosive (C)” adalah merusak jaringan hidup. Contoh
asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-
zat beracun.
Syarat penyimpanan :
· Ruangan dingin dan berventilasi
· Wadah tertutup dan beretiket
· Dipisahkan dari zat-zat beracun

5. Bahan Oksidator
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ”oxidizing (O)“ biasanya tidak
mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah dapat menimbulkan ledakan dahsyat,
terutama peroksida. Contoh: Chlorat, Perklorat, Bromat, Peroksida, Asam Nitrat, Kalium Nitrat,
Kalium Permanganat, Bromin, Klorin, Fluorin, dan Iodin yang mudah bereaksi dengan Oksigen
(dalam kondisi tertentu).
Syarat penyimpanan :
· Temperatur ruangan dingin dan berventilasi
· Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
· Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor

6. Bahan reaktif terhadap air


Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida.
Syarat penyimpanan :
· Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
· Jauh dari sumber nyala api atau panas
· Bangunan kedap air
· Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

7. Bahan reaktif terhadap asam


Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar atau beracun,
contoh: natrium, hidrida, sianida.

Syarat penyimpanan:
· Ruangan dingin dan berventilasi
· Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
· Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-kantong
hidrogen
· Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja

8. Gas bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.
Syarat penyimpanan:
· Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
· Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
· Jauh dari api dan panas
· Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya waktu
penyimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk peroksida
jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin besar jumlah
peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang sering
menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter tidak
boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus
dihabiskan selama enam bulan. Dan juga bahan – bahan kimia lainnya yang memiliki sifat
khasnya masing- masing yang harus diperhatikan oleh pengelola laboratorium.
Selain penanganan untuk bahan – bahan kimia yang belum dipergunakan, maka penanganan
untuk proses pembuangan limbah laboratorium juga tak kalah pentingnya untuk diperhatikan.
Secara umum, metoda pembuangan limbah laboratorium terbagi atas empat metoda.
1. Pembuangan langsung dari laboratorium.
Metoda pembuangan langsung ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut
dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalamj air dibuang langsung melalui bak
pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa
harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang
mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya
harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
2. Pembakaran terbuka.
Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya
rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat yang aman
dan jauh dari pemukiman penduduk.
3. Pembakaran dalam insenerator.
Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik yang jika
dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik.
4. Dikubur didalam tanah
Dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air. Metoda ini dapat diterapkan
untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.

PENANGANAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA


27 Mar

Setiap kegiatan penangnan Bahan Kimia Berbahaya didalamnya sudah pasti terkandung resiko
bahaya potensial yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan dampak kerugian yang serius. Baik
dari sisi materi, moril dan social jika tidak ditangani secara serius sesuai dengan prosedur K3.
Untuk itu dipandang perlu adanya penerapan K3 yang harus dilaksanakan dengan seksama dan
terpadu oleh Unit-unit kerja yang terlibat langsung dalam penangnanan Bahan Kimia Berbahaya
di tempat kerja. Penerapan K3 yang dimaksud adalah meliputi : Perencanaan, Pelaksanaan,
Perbaikan/Pembinaan dan Penanggulangan yang bersifat darurat ( emergency ). Maksud dan
tujuannya adalah :

1. Mencegah/menekan sekecil mungkin terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti


Kebakaran, Keracunan, Peledakan, Penyakit akibat Kerja dan hal-hal lain yang dapat merugikan
Perusahaan, Karyawan, Masyarakat dan Lingkungan.

2. Meningkatkan kwalitas Suber Daya Manusia atau Pekerja dibidang K3 khususnya bagi
pekerja yang langsung terlibat dalam penanganan langsung terhadap Bahan Kimia Berbahaya
tersebut.

Untuk itu perlu kiranya dibuat Standarisasi K3 guna untuk dipahami dan dilaksanakan secara
sungguh-sungguh oleh semua Pekerja yang terkait dalam setiap tahapan kegiatan penanganan
Bahan Kimia Berbahaya sebagai berikut :

A. PROSES PENGADAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA

Petunjuk Pelaksanaan K3 :

1. Setiap pembelian/pengadaan bahan kimia berbahaya harus dicantumkan dengan jelas di dalam
lebar PP/PO tentang kelengkapan informasi bahan berupa :

a. Labeling

b. Informasi dampak Bahaya

c. Informasi P3K , APD

2. Spesifikasi mutu kemasan/wadah harus tertulis dengan jelas dalam lembaran PP/PO dengan
memperhatikan Keamanan, Ketahan, Efektifitas dan Efisiensi. Khusus dalam hal Botol/Bejana
Bertekanan, harus dicantumkan WARNA yang disesuaikan dengan jenis/golongan Gas. Dalam
hal ini bisa berpedoman pada Standart Internasional ” Global Harmoni Syetem / GHS atau
NFPA, UN, UMO,EEC dlsb ).
3. Setiap wadah Bahan Kimia Berbahaya harus dilengkapi dengan TANDA RESIKO BAHAYA
serta tindakan Pencegahan dan Penanggulangannya.

4. User /Pejabat yang mengajukan pembelian Bahan Kimia Berbahaya berkewajiban melengkapi
syarat-syarat K3. Bila spesifikasi dan syarat K3 yang dimaksud sudah cukup lengkap dan
memenuhi standart K3, maka pengajuan pembelian dapat diproses dan direalisasikan
pengadaannya.

B. BONGKAR MUAT BAHAN KIMIA BERBAHAYA

Petunjuk Pelaksanaan K3 :

1. Sebelum melaksanakan kegiatan bongkar muat Bahan Kimia Berbahaya, Pengawas setempat
harus menyiapkan kelengkapan administrasi sebagai berikut :

a. Daftar bahan yang akan dibongkar

b. Prosedur kerja dan Perijinan

c. Daftar pekerja/buruh serta penanggung jawab

2. Perencanaan dan tindakan-tindakan K3 harus dilaksanakan sebaik-baiknya sebelum dan


sesudah mwelaksanakan bongkar muat.

3. Yakinkan bahwa para pekerja sudah mengetahui bahaya-bahaya yang ada serta cara-cara
pencegahan dan penanggulangannya dengan cara memberikan Pengarahan dan penyuluhan K3
oleh pengawas setempat, terutama bagi para pekerja baru.

4. Sarana pelindung Diri, Alat Pemadam yang sesuai dan perlengkapan P3K harus disiapkan
secukupnya dan digunakan sebagai mana mestinya.

5. Pengawas buruh berkewajiban memberikan pembinaan perbaikan kepada setiap pekerja bila
mengetahui atau menemui adanya penyimpangan/pelanggaran peraturan K3 yang telah
diberlakukan.

6. Pemasangan Rambu-rambu K3 meliputi Peringatan bahaya sesuai jenis, golongan Bahan


Kimia harus dipasang dengan jelas, mudah dibaca, dimengerti dan terlihat oleh pekerja.
7. Setiap pekerja harus menghindari perbuatan/tindakan yang tidak aman seperti :

a. Merokok ditempat yg terlarang

b. Tidak memakai APD yang disyaratkan

c. Mngerjakan pekerjaan yang bukan wewenang/dibidangnya

d. Bersendau gurau 5. Menolak perintah atasan dlsb.

8. Setiap kecelakaan, Kebakaran, Peledakan termasuk kondisi berbahaya yang tidak mungkin
dapat diatasi sendiri, haruslah dilaporkan secepatnya kepada atasan. Berikanlah keterangan yang
benar kepada petugas Investigasi guna memudahkan pengambilan langkah-langkah perbaikan
selanjutnya agar kasus yang sama tidak terulang kembali

9. P3K harus dilakukan dengan benar oleh yang berpengalaman kepada pekerja yang mengalami
kecelakaan. Segera hubungi Dokter atau tim medis guna perawatan selanjutnya.

C. PENYIMPANAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA

Petunjuk Pelaksanaan K3 :

1. Gudang tempat penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya harus dibuat sedemikian rupa hingga
aman dari pengaruh Alam dan Lingkungan sekitarnya :

a. Memiliki system sirkulasi udara dan ventilasi yang cukup baik.

b. Suhu di dalam ruangan dapat terjaga konstan dan aman setiap saat.

c. Aman dari berbagai gangguan biologis ( Tikus, Rayap dll ).


2. Tata letak dan pengaturan penempatan bahan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :

a. Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari adanya bahaya reaktivitas.

b. Penyusunan agar tidak melebihi batas maksimum yang dianjurkan manufactur untuk
menghindari roboh ( ambruk ) hingga tidak mengakibatkan kerusakan dan mudah pembongkaran
serta kelihatan rapi.

c. Lorong agar tetap terjaga dan tidak terhalang oleh benda apapun, jika perlu buatkan garis
pembatas lintasan alat angkat dan angkut.

d. Khusus bahan dalam wadah silinder/tabung gas bertekanan agar ditempatkan pada tempat
yang teduh, tidak lembab dan aman dari sumber panas seperti ( listrik, api terbuka dll ).

3. Program House Keeping harus dilaksanakan secara periodic dan berkesinambungan yang
meliputi : Kebersihan, Kerapihan dan Keselamatan.

4. Sarana K3 haruslah disiapkan dan digunakan sebagaimana mestinya.

5. Seiap pekerja yang tidak berkepentingan dilarang memasuki gudang penyimpanan Bahan
Kimia Berbahaya dan setiap pekerja yang memasuki gudang harus memakai APD yang
disyaratkan.

6. Inspeksi K3 oleh pekerja gudang harus dilaksanakan secara teratur/periodic yang meliputi
pemeriksaan seluruh kondisi lingkungan, bahan, peralatan dan system. Segera amankan/laporkan
jika menemukan kondisi tidak aman kepada atasan.

7. Pada setiap penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya harus dilengkapi dengan LABELING (
Label isi, safety, resiko bahaya ) beserta uraian singkat Pencegahan, Penanggulangan dan
Petolongan Pertama.

8. Petugas gudang harus dilengkapi buku petunjuk/pedoman K3 yang berkaitan dengan


Penyimpanan BKB.

9. Setiap Pekerja dilarang makan dan minum ditempat penyimpanan Bahan Kimia Beracun.

10. Tindakan P3K harus dilakukan oleh yang berpengalaman. Segera hubungi dokter/tim medis
atau bawa korban ke Rumah Sakit untuk mendapatka perawatan lebih lanjut.

D. PENGANGKUTAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA


Petunjuk Pelaksanaan K3 :

1. Sebelum melaksanakan pekerjaaan pengangkutan Bahan Kimia Berbahaya, Pengawas/atasan


berkewajiban menyampaikan informasi K3 serta resiko bahaya yang ada pada setiap pekerja.

2. Hanya pekerja yang sudah mengerti tugas dan tanggung jawab serta adanya rekomendasi dari
atasannya dibenerkan menangani pekerjaan pengangkutan Bahan Kimia Berbahaya.

3. Upaya prefentif, Pencegahan harus tetap dilakukan secara teratur berupa pemeriksaan
kelayakan peralatan kerja, kondisi muatan dan kondisi fisik pekerja sebelum melaksanakan
pekerjaan tersebut.

4. Menaikkan dan menurunkan Bahan Kimia Berbahaya harus dilakukan dengan hati-hati, jika
perlu buatkan bantalan karet/kayu.

5. Perlengkapan K3 ( APD, APAR, P3K ) harus tersedia dalam kondisi siap pakai di lokasi kerja.

6. Kapasitas angkut alat angkat dan angkut tidak diperbolehkan melebihi kapasitas yang ada dan
tidak boleh menghalangi pandangan penegmudi/sopir.

7. Pengemudi harus mengikuti peraturan lalu lintas yang ada dengan selalu hati-hati dan
waspada. Hindari tindakan tidak aman dan tetap disiplin dalam mengemudikan kendaraan.

8. Jika kontak dengan Bahan Kimia Berbahaya, segera lakukan pertolongan pertama pada si
korban dengan benar. Hubungi dokter/tim medis untuk penanganan selanjutnya.

9. Tanda labeling peringatan bahaya berupa tulisan, kode sesuai dengan resiko bahaya yang ada
harus terpasang dengan jelas di depan muatan, samping kiri dan kanan, belakang muatan.

E. PENGGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA


Petunjuk Pelaksanaan K3 :

1. Sebelum menggunakan Bahan Kimia Berbahaya harus diketahui terlebih dahulu informasi
bahayanya baik dari segi Kebakaran, Kesehatan, Rekatifitas, Keracunan, Korosif dan Peledakan
) serta cara-cara pencegahan dan penanggulangannya.

2. Perencanaan dan penerapan K3 harus dilakukan dengan sebaik-baiknya pada setiap pekerjaan
penggunaan Bahan Kimia Berbahaya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. APD ( Alat Pelindung Diri ) yang sesuai dengan factor resiko bahayanya, APAR dan P3K
harus disiapkan secukupnya dan digunakan sebagai mana mestinya.

b. Kondisi kerja, lingkungan sudah dinyatakan aman oleh pihak yang berwenang ( Safety ).

c. Peralatan kerja harus layak pakai.

d. Methode kerja/cara pelaksanaan kerja sudah aman dan efektif.

e. Kelengkapan administrasi sudah dipersiapkan ( perijinan angkut, perintah kerja, daftar pekerja
dsb ).

3. Selama berlangsungnya kegiatan penggunaan Bahan Kimia Berbahaya hindari tindakan yang
tidak aman. Usahakan bekerja sesuai dengan SOP.

4. Bila pekerjaan tersebut belum selesai dan pelaksanaannya diatur secara shift maka, setiap
serah terima tugas dan tanggung jawab harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Situasi dan
kondisi kerja menyeluruh harus dilaporkan dengan jelas terutama kondisi kerja yang kurang
aman dan perlu penanganan yang intensif.
5. Bila pekerjaan telah selesai, amankan dan bersihkan alat-alat kerja, lingkungan kerja, wadah
sisa-sisa bahan dsb agar segera dibersihkan sampai betul-betul kondisi keseluruhan sudah aman.

6. Lakukan tindakan P3K dengan segera jika terjadi kecelakaan hubungi tim medis/dokter untuk
penanganan lebih lanjut.

F. PEMBUANGAN LIMBAH B3

Guna mendukung usaha dalam menciptakan lingkungan yang bebas dari polusi, polutan dari
limbah Bahan Kimia Berbahaya, dimana limbah tersebut diupayakan tidak akan merugikan
masyarakat luas. Maka petunjuk pembuangan limbah dibawah ini harus diketahui dan
dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh seluruh pekerja :

Petunjuk Pelaksanaan K3 :

1. Setiap limbah baik itu karena rusak, purging, kadaluarsa, maupun sisa hasil proses yang tidak
digunakan lagi harus dibuang pada saluran khusus yang telah disiapkan untuk itu.

2. Jika limbah Bahan Kimia tersebut ASAM dan BASA yang berbahaya harus dinetralkan
terlebih dahulu sebelum dibuang, sedangkan untuk zat-zat logam berbahaya harus diendapkan
dahulu hingga buangan betul-betul aman tidak melebihi NAB.

3. Limbah berupa hasil sisa GAS yang mudah terbakar dalam jumlah besar harus dibakar dengan
cara yang terkendali dilakukan di Buningpit.

4. Semua wadah/kemasan bekas Bahan Kimia Berbahaya harus dibakar/ditanam sesuai petunjuk
pejabat yang berwenang untuk itu.

5. Membuang limbah berbahaya dengan cara manual harus menggunakan APD yang sesuai.
Hati-hati terhadap bahaya percikan, jatuh, terpeleset, tersiram dlsb.

Dengan memperhatikan JUKLAK penanganan Bahan Kimia Berbahaya diatas diharapkan segala
kegiatan yang melibatkan pekerja dalam menangani Bahan kimia Berbahaya bisa terhindar dari
Kecelakaan, Peledakan dan Penyakit akibat kerja.
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung B3. Sedangkan sesuai definisi pada Undang Undang 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak
lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan
baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan
khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik
berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,
bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk
limbah B3

Identifikasi Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) berdasarkan jenis, sumber dan
karakteristiknya

Jenis limbah B3 menurut jenisnya meliputi :

1. Limbah B3 Jenis Padatan


2. Limbah B3 Jenis Cairan
3. Limbah B3 Jenis Gas
4. Limbah B3 Jenis Partikel yang tidak terdefinisi

Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :

1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;


2. Limbah B3 dari sumber spesifik;
3. Limbah B3 dari bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Karakteristik limbah B3

 Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25 °C, 760
mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
 Limbah mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat
sebagai berikut :
o Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume
dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari60 °C (140 OF) akan menyala apabila
terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara
760 mmHg.
o Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (25
C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan,
penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar
dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
o Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar .
o Merupakan limbah pengoksidasi.
 Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi
manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk ke dalam tubuh melalui pemafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun
untuk identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mu tu konsentrasi TCLP (Toxicity
Characteristic Leaching Procedure) pencemar organik dan anorganik dalam limbah.
Apabila limbah mengandung salah satu pencemar yang terdapat, dengan konsentrasi
sama atau lebih besar dari nilai dalam Lampiran II tersebut, maka limbah tersebut
merupakan limbah B3. Bila nilai ambang batas zat pencemar tidak terdapat pada
Lampiran II tersebut maka dilakukan uji toksikologi.
 Limbah yang menyebabkan infeksi. Bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan
dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya
yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular .Limbah ini berbahaya karena
mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja,
pembersih jalan, dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah
 Limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai
berikut :
o Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
o Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 °C.
o Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama
atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa.
 Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-
sifat sebagai berikut :
o Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan.
o Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air
o Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,
menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.
o Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2
dan 12,5 dapat menghasi1kan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
o Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar
(25 C, 760 mmHg).
o Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen
atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

Kegiatan Pengelolaan limbah B3

Kegiatan Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan dan pengolahan serta penimbunan
hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan tersebut terkait beberapa pihak yang
masing-masing merupakan mata rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :

 Reduksi Limbah B3 : Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan
mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan
 Penyimpanan Limbah B3 : kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh
penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun
limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara
 Pengumpulan Limbah B3 : kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah
B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat
dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3
 Pengangkutan Limbah B3 : kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau
dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/ atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau
ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3
 Pemanfaatan Limbah B3 : kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan
kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3
menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan
kesehatan manusia
 Pengolahan Limbah B3 : proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah
B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun
 Penimbunan Limbah B3 : kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu fasilitas
penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
hidup

Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas. maka mata rantai siklus perjalanan
limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah
limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah B3
dikendalikan dengan system manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan system manifest
dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam
proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan lingkungan.

You might also like