You are on page 1of 34

ANALISIS PARAMETER KADAR AIR, ALB ( Asam Lemak Bebas),

KAROTEN, IV( Iodine Value) DAN DOBI ( Deterioration of Bleachability


Index) PADA SAMPEL CPO (Crude Palm Oil) DAN TURUNANNYA

Laporan Praktik Lapangan


di Laboratorium Pengujian
P.T Superintending Company of Indonesia Medan
Jl. Jend. Gatot Subroto Km. 5,5 No. 105, Medan Sumatera Utara 20122

AGUS PRATAMA DAMANIK

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
ANALISIS PARAMETER KADAR AIR, FFA ( Asam Lemak Bebas),
KAROTEN, IV (Iodine Value) DAN DOBI ( Deterioration of Bleachability
Index) PADA SAMPEL CPO (Crude Palm Oil) DAN TURUNANNYA

AGUS PRATAMA DAMANIK

Laporan Praktik Lapangan


Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Judul : Analisis Parameter Kadar Air, ALB( Asam Lemak Bebas), Karoten dan
DOBI (Deterioration of Bleachability Index) pada Sampel CPO (Crude Palm Oil)
dan Turunannya.
Nama : Agus Pratama Damanik
NIM : G84150059

Disetujui oleh

Puspa Julistia Puspita, S.Si., M.Sc. Tiarma Ulina


Pembimbing Utama Pembimbing Lapangan

Diketahui
Ketua Departemen Biokimia

Dr .Syamsul Falah, S. Hut., M.Si.


NIP. 19700503 200501 1 001

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan Praktik
Lapang dengan judul “Analisis Parameter Kadar Air, FFA ( Asam Lemak Bebas),
Karoten Dan Dobi ( Deterioration Of Bleachability Index) Pada Sampel Cpo
(Minyak Sawit Mentah) Dan Turunannya”. Kegiatan Praktik Lapang dilaksanakan
dari tanggal 9 Juli sampai 31 Agustus 2018 di Laboratorium Pengujian P.T
Superintending Company of Indonesia Medan , Jl. Jend. Gatot Subroto Km. 5,5
No. 105, Medan Sumatera Utara
Laporan ini dapat dilaksanakan berkat doa, dukungan, bantuan, bimbingan,
saran dan semangat dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Puspa Julistia Puspita S.Si., M.Sc selaku pembimbing utama, Ibu Tiarma
Ulina selaku pembimbing lapangan, Bapak Roma Doyan Maret Sinurat, Bapak
Boy Tarnama Saragi, Bapak Patra Daimanta Sembiring dan Bapak Dedy Evander
Sunaryo Silitonga selaku analis atas arahan serta kritik dan sarannya dalam
kegiatan Praktik Lapang ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Suyono selaku Laboran laboratorium dan Bu Cindy selaku pegawai
bagian mutu di laboratorium yang telah membantu penulis selama kegiatan
Praktik Lapang. Tak lupa, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh
staf dan karyawan Laboratorium Pengujian P.T Sucofindo Medan, keluarga dan
sahabat yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam mengerjakan
Praktik Lapang . Penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan pihak-
pihak yang membutuhkan tulisan ini demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, September 2018

Agus Pratama Damanik


DAFTAR ISI
PRAKATA iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
KEADAAN UMUM P.T Sucofindo 2
Sejarah dan Perkembangan 2
Visi dan Misi 4
Fasilitas 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Botani Tanaman Kelapa Sawit 4
CPO 5
Iodine Value (IV) 5
Asam Lemak Bebas 6
Kadar Air Minyak 6
Karotenoid 6

DOBI 7

METODE 7
Tempat dan Waktu 7
Alat dan Bahan 7
Prosedur 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Hasil analisis CPO 10
Analisis IV RBDPo 13
SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 17

DAFTAR GAMBAR

7
1 Reaksi Hidrolisa Lemak 6
2 Struktur Beta-karoten 7
3. Persentase Kadar Air Sampel 10
4. Persentase ALB sampel 11
5. Kadar Karoten Sampel 12
6. Nilai IV Sampel 13

DAFTAR TABEL

1 Tabel Ukuran Analisis FFA 9


2 Tabel Range Massa yang Dibutuhkan IV 9
3 Tabel Nilai DOBI 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Struktur organisasi PT Sucofindo 17


2 Diagram alir penelitian 18
3 Perhitungan analisis kadar ALB CPO 19
4 Perhitungan analisis Kadar air CPO 20
5 Perhitungan analisis kadar Karoten CPO 21
6 Perhitungan analisis kadar IV RBDPO 22

8
PENDAHULUAN

Praktik lapang adalah mata kuliah yang diampu dalam program Sarjana
Biokimia Institut Pertanian Bogor . Kegiatan Praktik Lapang merupakan kegiatan
yang melatih mahasiswa dalam menerapkan ilmu terutama ilmu biokimia. Praktik
Lapang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan kelulusan gelar
sarjana sains biokimia dan sarana pengembangan kemampuan mahasiswa dalam
memperluas wawasan mahasiswa mengenai keprofesiannya. Tujuan khusus
praktik lapang ini adalah mengukur beberapa kadar pada bahan CPO( Minyak
Sawit Mentah),yaitu DOBI,karoten,kadar air, FFA dan IV. Praktik Lapang
dilakukan di lembaga penelitian, pengawasan mutu atau perusahaan swasta yang
melibatkan disiplin biokimia dan laboratorium yang relevan. Kegiatan Praktik
Lapang dilakukan di Laboratorium Pengujian Sucofindo Medan. Kegiatan ini
diharapkan dapat menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa dalam
penentuan mutu hasil pertanian, yaitu CPO dan turunannya.
Laboratorium pengujian PT. Sucofindo cabang Medan merupakan tempat
pengujian yang berkaitan dengan hasil pertanian, produk konsumen dan kimia
lingkungan. Perusahaan ini menangani jasa analisis di bidang hasil pertanian,
produk konsumen dan analisis kimia lingkungan. Penulis melakukan kegiatan
Praktik Lapang di PT. Sucofindo cabang Medan untuk pengembangan
keterampilan dan peningkatan wawasan penulis sebagai calon sarjana biokimia.
Salah satu pengujian yang dilakukan ialah menentukan parameter pada CPO dan
turunannya.
Kelapa sawit adalah salah satu komoditas utama yang berkontribusi dalam
perekembangan ekonomi Indonesia. Industri pengolahannya memberikan
kontribusi yang penting dalam menghasilkan devisa dan lapangan pekerjaan.
Minyak kelapa sawit merupakan industri hulu yang sangat penting bagi berbagai
industri lainnya, seperti: makanan, kosmetik, sabun dan cat. Selain itu, upaya
penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar
alternatif telah sedang digalakkan. (Larasati et al 2016). Pemikiran bahwa ekspor
Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil yang memiliki nilai keuntungan yang sangat
besar bagi produsen minyak sawit mentah di Indonesia telah didukung dengan
kapasitas produksi minyak sawit Indonesia yang berada di dalam tingkat produksi
yang besar. Selain itu, permintaan atas minyak sawit dan produk olahan yang
merupakan turunan dari produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil pun terus
meningkat di pasar dunia. Kenaikan harga pada minyak sawit mentah merupakan
sebuah kesempatan yang sangat mengutungkan bagi para pengusaha di Indonesia
sehingga usaha peningkatan produksi kelapa sawit terus digalakkan baik secara
intensifikasi maupun ekstensifikasi. Lapangan kerja yang lebih luas dan
perkembangan industri Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil akan semakin
terdorong menjadi industri yang lebih adaptif dan inovatif. (Larasati et al 2016)
Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil di Indonesia mengalami
kenaikan pada tahun 2013 sekitar 26 juta ton atau naik 1,9% dibanding tahun
2012 , yaitu 26,5 juta ton. Tahun 2014 pun mengalami peningkatan untuk
produksinya dalam kisaran 27,5-28 juta ton. Harga Crude Palm Oil dan produk
turunannya di mampu menembus harga US$ 1.100 per ton di pasar internasional

9
yang berpotensi besar mendongkrak ekspor CPO hingga mencapai US$ 24,2
miliar (BPS 2014).

10
Mutu hasil kelapa sawit yang melewati proses pengolahan sangat ditentukan
oleh bahan bakunya. Pengolahan minyak kelapa sawit sangat membutuhkan mutu
bahan baku yang baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Banyak faktor yang
menyebabkan rendahnya mutu minyak kelapa sawit. Faktor faktornya, taitu sifat
induk pohon, penangan pascapanen serta fase transportasi dan kesalahan dalam
pengolahan.(Depperin 2007). Produk-produk minyak sawit Indonesia telah
dieskpor dalam beberapa bentuk, yaitu CPO, RBDPOil, RBDPOlein,
RBDPStearin, dan dalam bentuk olein super yang hanya diekspor dalam jumlah
sedikit. Mutu minyak sawit Indonesia menyebabkan ekspor minyak sawit
Indonesia mengalami pasang surut. Minyak sawit Indonesia bahkan pernah
dikembalikan, karena minyak sawit kita telah mengalami kontaminasi sehingga
tidak melewati standar yang telah ditentukan. Hal ini menjadi ancaman terhadap
perdagangan minyak sawit Indonesia yang diperburuk dengan adanya persaingan
ekspor minyak sawit dengan Malaysia (Hasibuan 2012). Oleh karena itu, CPO
Indonesia harus melalui beberapa rangkaian penentuan sehingga memiliki mutu
dan karakteristik yang sesuai dengan persyaratan perdagangan internasional untuk
menghindari hal yang sama terjadi lagi.

KEADAAN UMUM P.T Sucofindo

Sejarah dan Perkembangan

Sucofindo merupakan perusahaan patungan antara pemerintah RI


(Republik Indonesia) dengan Society General de Surveillance SA (SGS) yang
bergerak dalam bidang inspeksi. Perusahaan ini didirikan berdasarkan keputusan
Menteri Perekonomian RI pada tanggal 20 September 1956 No 11.460 A/M yang
secara sah secara hokum berdiri pada tanggal 22 oktober 1956 berdasarkaan akta
notaris Arifin St. Arifin nomor 42. Modal pengalaman survei pengkajian,
inspeksi dan pengujian yang dimiliki menjadikan perusahaan Sucofindo menjadi
perusahaan surveyor terbesar di Indonesia. Pelayanan perusaahn ini telah tersebar
di berbagai cabangnya yang ada di Indonesia.

Kegiatan Sucofindo secara resmi beroperasi di Medan diawali dengan


berkerja sama dengan sistem keagenan dengan Bapak Almarhum Teuku Muslimin
Ahmad Muchtar pada tahun 1961. Jasa-jasa yang biasa dilakukan pada masa ini,
yaitu jasa Survey Cargo Superintending and Inspection yang terdiri dari:
1. Pemeriksaan mutu karet, kopi dan tembakau
2. Penimbunan minyak kelapa sawit

Bapak TMA Mochtar dengan pegawainya sebanyak tiga orang yang


berkantor di Jalan kesawan No.72 yang seteusnya bertambah menjadi enam orang.
Perkembangan pekerjaan jasa yang diterima dan penambahan pegawai menjadi 8
orang, maka pada tahun 1966 kantor Sucofindo dipindahkan ke Jalan Ahmad Yani
No 70 yang menyediakan jasa:
1. Pemeriksaan seluruh barang yang dimuat ke yang diageni
oleh Djakarta liyod dan Like lines kapal
2. Pemeriksaan minyak nilam (ASTM)
3.
4. Pemeriksaan mutu karet dan perkebunan
5. Penimbunan sawit

Pada tahun 1967 sesuai dengan dikeluarkannya surat keputusan tiga


Menteri, yaitu Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian dan Menteri
Keuangan yang berisi peryataan bahwa seluruh barang ekspor dan impor
Singapura dan Hongkong diwajibkan untuk diperiksa terlebih dahulu di
Sucofindo. Di akhir tahun 1968, kantor Sucofindo dipindahkan lagi ke Jalan
Geriliya no.14, Polonia Medan dengan jumlah pegawai 17 orang. Penambahan
beberapa jasa analisis laboratorium menyebabkan kantor dipindahkan untuk
ketiga kalinya ke Jalan teuku Umar no 10-D dengan jumlah pegawai 33 orang.
Volume kegiatan yang terus bertambah menjadikan kantor di Jalan Ambon hanya
digunakan sebagai kegiatan operasional saja.

Perkembangan Sucofindo selanjutnya, yaitu melakukan diversifikasi usaha


dengan membangun laboratorium, jasa Fumigation and Industrial Hygiene
Service (FIHS), jasa teknik serta jasa Warehousing and freight forwarding. Pada
tahun 1984, PT. Sucofindo mendapat penugasan khusus dari pemerintah sebagai
pemeriksa barang-barang yang akan diekspor. Jasa ini dikenal dengan nama ATE
(Aplikasi Tata Niaga Ekspor). Pekerjaan ini berkantor di Jl. Mengkubumi no.4
Medan yang berada di bangunan kecil di samping Departemen Perdagangan
Sumater Utara di tahun 1998.

Pada tahun 1987, kerjasama keagenan dengan Bapak TMA Mochtar resmi
berakhir melalui surat keputusan direksi (SKD) No 029/org/1987 pada tanggal 11
maret 1987. Sejak tanggal 15 Maret 1987, kegiatan P.T Sucofindo Medan
dikonsolidasi menjadi dua lokasi kantor, yaitu:
1. Jalan Mangkubumi no,1-k Medan yang meliputi kegiatan
JKU, JPS, laboratorium PSDM dan umum serta bagian
akuntansi dan keuangan.
2. Jalan Mangkubumi no 4 medan yang meliputi kegiatan
ATE dan jasa teknik.

Pelaksaan kegiatan di dua kantor tersebut berlangsung hingga tahun 1990


karena P.T Sucofindo Medan memperoleh bangunan di Jalan Jendral Gatot
Subroto km 5,5 Medan. Beberapa renovasi dilakukan untuk menampung semua
kegiatan dan pekerjaan yang terus bertambah besar sehingga bangunan kantor
cabang Medan diresmikan pada tanggal 31 Maret 1991 oleh Gubernul Sumater
Utara, yaitu Bapak Raja Inal Siregar sampai saat ini.
Visi dan Misi

Visi PT. Sucofindo adalah menjadi perusahaan kelas dunia yang kompetitif,
andal dan terpercaya di bidang inspeksi, pengujian, sertifikasi, konsultasi dan
pelatihan. Misi PT. Sucofindo adalah menciptakan nilai eknomi kepada para
pemangku kepentingan terutama pelanggan, pemegang saham dan karyawan
melalui layanan jasa inspeksi, pengujian, sertifikasi, konsultasi serta jasa terkait
lainnya untuk menjamin kepastian berusaha
Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Perusahaan P.T Sucofindo Medan dipimpin oleh seorang kepala cabang
yang dibantu oleh lima kepala bidang, yaitu bidang Inspeksi Teknik, bidang
Inspeksi Umum, bidang Pengujian dan Konsultasi, bidang Penjualan dan
Dukungan Operasi, dan bidang dukungan bisnis serta QSHE dan Risk
management. Bidang Inspeksi Teknik membawahi AEBT,HMPM dan IND.
Kepala bidang inspeksi Umum membawahi sub bidang PIK, LSI KSP, MIN,
BTBR. Kepala bidang Pengujian dan Konsultasi membawahi subbidang Lab
SERCO. Dua kepala bidnag laiinya hanya bertanggungjawab pada bidangnya
sendiri tanpa ada subbidang dibawah mereka. Kepala Sucofindo cabang Medan
juga membawahi Kepala Unit Pelayanan di Belawan dan Lhokseumawe
(Lampiran 1).

Fasilitas

P.T. Sucofindo cabang Medan memiliki satu lab pusat analisis serta kantor
pusat yang menerima jasa inspeksi Teknik dan Inspeksi Umum yang berada di Jl.
Jend. Gatot Subroto Km. 5,5 No. 105, Medan, Sumatera Utara 20122 . Dua Unit
pelayanan yang berada di kecamatan Belawan dan Lhokseumawe. Unit pelayanan
di Belawan hanya menyediakan jasa analisisi terhadap produk CPO dan
turunannya serta solar saja untuk mempercepat proses analisis dan mengurangi
beban analisis untu lab pusat. Unit pelayanan Belawan juga menyediakan jasa
inspeksi umum. Unit pelayanan yang berada di lhokseumawe hanya menerima
jasa inspeksi Teknik sehingga setiap permintaan jasa-jasa lainnya akan dialihkan
ke Kantor pusat yang berada di Medan

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas


Angiospermae, subkelas Monocotyledonae, ordo Palmales, famili Palmae, genus
Elaeis, dan species Elaeis guineensis Jacq. Bentuk luar, tebal cangkang, dan
warna kulit buah merupakan pembeda setiap varietas kelapa yang sangat banyak.
Berdasarkan ketebalan cangkangnya, kelapa sawit dibagi menjadi tiga varietas :
(1) Dura, yaitu kelapa sawit dengan buah bercangkang tebal; (2) Pisifera, yaitu
buah bercangkang tipis; (3) Tenera, yaitu buah memiliki ketebalan cangkang
diantara dura dan psifera (PTPN III 2003).
Kelapa sawit memiliki akar serabut yang terdiri atas akar primer,
sekunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer biasanya tumbuh ke bawah,
sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartier memiliki arah akar yang tumbuh
secara mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan
air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah
atas sampai kedalaman ± 1 meter (Risza 2009).

CPO (Crude Palm Oil)

Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati
diproduksi dari bagian mesocarp pada buah kelapa sawit. Minyak sawit memiliki
karakteristik warna merah yang disebabkan oleh kandungan beta-karotennya
yang tinggi. Minyak sawit memiliki perbedaaan dengan minyak inti kelapa
sawit (palm kernel oil) yang merupakan jenis minyak dihasilkan dari inti buah
yang sama. Minyak kelapa sawit berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan
dari inti buah kelapa (Cocos nucifera). Perbedaannya terletak pada warna minyak
inti sawit yang tidak berwarna merah karena tidak memiliki kandungan
karotenoid. Minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%,
dan minyak kelapa 86%.
Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) merupakan jenis produk minyak
kelapa sawit mentah yang diperoleh dari hasil ekstraksi dengan melakukan proses
pengempaan daging buah yang belum mengalami pemurnian. Minyak sawit
biasanya digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, industri
kimia, dan industri pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit 90% dimanfaatkan
sebagai bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, pengganti lemak kakao
dan untuk kebutuhan industri roti. Sisa 10% dari minyak sawit lainnya digunakan
untuk industri oleokimia yang menghasilkan asam lemak, fatty alcohol, gliserol,
dan metil ester serta surfaktan (Pamani 2014).

Iodine Value (IV)

Nilai yodium merupakan tingkat ketidakjenuhan atau keberadaan ikatan


rangkap pada minyak atau lemak. Semakin besar bilangan iod, maka derajat
ketidakjenuhan semakin tinggi. Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan
lemak mampu menyerap sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh.
Bilangan iod dalam setiap asam lemak berbeda, contohnya pada asam lemak tak
jenuh jenis linolenat bisa mencapai 273,7, pada linoleat bilangan iodinnya bisa
mencapai 181,1 dan untuk oleat bilangan iodinnya mencapai 89,9. Penyerapan iod
bebas oleh minyak sangat lambat, maka perlu dipakai larutan aktif yang
mengandung senyawa iod yang tidak stabil, antara lain persenyawaan iod dengan
klor atau brom. Metode menentukan bilangan iod dari suatu minyak dilakukan
titrasi iodometri dengan 4 cara yaitu, cara Wijs, Hanus, Kaufmann dan Von Hubl
(Nugraheni 2010).
Asam Lemak Bebas (ALB)

Asam lemak bebas adalah asam yang terkonversi menjadi bentuk bebas
pada hidrolisis lemak. Konsentrasi Asam lemak bebas yang tinggi dalam minyak
sawit sangat merugikan karena akan menunjukkan rendemen minyak turun yang
mempengaruhi kualitas minyak sawit. Kenaikan kasar ALB ditentukan mulai dari
saat tandan dipanen sampai tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan
oleh reaksi hidrolisa pada minyak.Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah
gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat oleh beberapa factor , yitu panas,
air, keasaman dan katalis. Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin
banyak kadar ALB yang terbentuk (Mangoensoekarjo 2003).

Gambar 1 Reaksi Hidrolisa Lemak

Kadar Air Minyak

Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dalam suatu minyak
yang menentukan mutu minyak. Semakin rendah kadar air, maka kualitas minyak
tersebut semakin baik yang diakibatkan oleh keberadaan air dalam minyak yang
dapat memicu reaksi hidrolisis yang menyebabkan penurunan mutu minyak.
Kadar air tinggi pada proses produksi maupun peralatan dapat meingkatkan kadar
asam lemak bebas. Untuk menghindari hal tersebut, diusahakan agar selalu kering
atau kadar air yang seminimum mungkin (Sumarna 2014 ).

Karotenoid

Karotenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, jingga, atau
merah jingga , yang ditemukan pada tumbuhan, kulit, cangkang / kerangka luar
(eksoskeleton) hewan air serta hasil laut lainnya seperti moluska (calm, oyster, scallop),
crustacea (lobster, kepiting, udang) dan ikan (salmon, trout, sea beam, kakap merah dan
tuna). Karotenoid juga banyak ditemukan pada kelompok bakteri, jamur, ganggang dan
tanaman hijau. (Desiana 2000). Pigmen karotenoid mempunyai struktur alifatik atau
alisiklik biasanya disusun oleh delapan unit isoprena yang mana kedua gugus metil pada
posisi dekat pada molekul pusat, terletak pada posisi C1 dan C6, sedangkan gugus metil
lainnya terletak pada posisi C1 dan C5 dan diantaranya terdapat ikatan ganda
terkonjugasi. Semua senyawa karotenoid mengandung minimal empat gugus metil dan
ada ikatan ganda terkonjugasi diantara gugus metil tersebut.Ikatan ganda terkonjugasi
dalam ikatan
karotenoid menandakan adanya gugus kromofora yang menimbulkan warna pada
karotenoid. Semakin banyak ikatan ganda terkonjugasi, maka makin pekat warna pada
karotenoid tersebut yang mengarah ke warna merah (Herianto 2009).

Karotenoid bisa berfungsi ganda, yaitu sebagai antioksidan dan sumber


vitamin A bagi tubuh. Minyak goreng sawit yang beredar di pasaran telah
mengalami proses pemurnian. dan pemucatan, sehingga kandungan karotenoidnya
telah turun dengan tajam. Maka dari itu, kadar karoten menentukan kualitas
metode pemurnian yang berpengaruh pada kualitas CPO tersebut (Istianingrum et
al 2012).

DOBI (Deterioration of Bleachability Index)


DOBI atau deterioration of bleachability of index adalah penurunan daya
pemucatan akibat rusaknya karotenoid dalam buah. Rusaknya karotenoid
disebabkan oleh suhu tinggi yang berasal dari proses oksidasi yang terjadi sejak
panen. Rendahnya nilai DOBI dapat diakibatkan proses oksidasi yang terjadi
sejak panen Proses oksidasi akan terbentuk akibat tandan buah segar yang
mengalami proses transportasi sebelum disimpan dan diolah. Selain itu, proses-
proses seperti ekstraksi dan pemurnian yang menggunakan suhu tinggi dapat
menyebabkan rusak karotenoid sehingga nilai DOBI rendah. Maka dari itu,
sejumlah industri minyak sawit menghindari rendahnya nilai DOBI pada produk
minyak terutama pada minyak sawit kasar (CPO) (Pahan 2008).

METODE

Tempat dan Waktu

Praktik Lapang dimulai pada tanggal 9 Juli 2018 sampai 31 Agustus 2018
dengan jam kerja selama 9 jam dari pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB di Jl.
Jend. GatotSubroto Km. 5,5 No. 105, Medan Sumatera Utara 20122

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah cawan petri, neraca analitik, oven, desikator,
spatula, Water Bath, Erlenmyer mulut besar 250 mL, buret 25 mL, gelas ukur 100
mL, statif dan klem, Erlenmeyer asah 500 mL, pipet volume 25mL, Buret 50 mL,
gelas beker 100mL, pompa hisap, gelas beker 30 mL, labu ukur 50 dan 100 mL,
pipet volume 25 mL, spektrofotometer, labu ukur 25 mL, gelas kimia 30 mL.
Bahan yang digunakan adalah CPO, Larutan standar NaOH 0,25 N, Alkohol
netral panas,Indikator Fenolftalein, larutan asam asetat: sikloheksana 1:1, larutan Wijs,
akuades, sikloheksana
Prosedur

Preparasi Sampel
Preparasi sampel dimulai dengan memanaskan CPO pada waterbath untuk
mencairkan sampel CPO dengan suhu tidak melebihi 10oC titik leleh sampel.

Analisis Kadar Air


Sampel secara hati-hati dihomogenkan sehingga air terdisttribusi secara
merata untuk menjaga aie yang terkandung dalam contoh sampel berbentuk cair
atau lunak. Sebanyak 5 gram sampel CPO yang telah disiapkan, dimasukan ke
dalam kotak timbang yang sudah diketahui beratnya yang telah dikeringkan telah
didinginkan dengan desikator. Sampel kemudian dikeringkan di dalam oven pada
suhu 130o±1o C selama 30 menit. Setelah kering, sampel dipindahkan dari oven
lalu didinginkan pada suhu ruangan di desikator. Lalu, sampel ditimbang di
neraca analitik sampai didapatkan bobot konstan. Ulangi langkah pngeringan
samai selisih berat tidak lebih dari 0.05% setiap periode pengeringan. Kadar air
dihitung dengan persamaan:
Kadar air (%) = x 100%
Keterangan:
a = berat cawan petri dengan sampel setelah pemanasan (g)
b = berat cawan petri dengan sampel sebelum pemanasan (g)
w = berat sampel (g)

Analisis ALB
Sampel ditimbang sesuai tabel 1 di dalam labu Erlenmeyer. Sampel
ditambahkan alkohol netral panas sesuai tabel 1. Kemudian, sampel ditambahkan
2 mL indikator PP sebelum dipanaskan di waterbath sampai sampel larut. Setelah
larut, sampel dititrasi dengan larutan standar NaOH dengan konsentrasi sesuai
Tabel 1 sampai menunjukkan warna merah jambu yang tetap demham intensitas
yang sama seperti pada saat menteralkan alcohol setelah penambahan contoh.
Warna harus bertahan selama 30 detik. Volume NaOH yang terpakai harus
dicatat. Kadar ALB dihitung dengan persamaan
Kadar ALB (%) = x 100%
Keterangan:
V = volume penitaran NaOH (mL)
N = Normalitas NaOH (ML)
W = berat sampel (g)
Faktor = Laurat (20,0)
Oleat (28,2)
Palmitat (25,6)
Tabel 1 ukuran analisis ALB
Range FFA (%) Berat Contoh mL alcohol Normalitas Naoh
0,00-0,2 56,4±0,2 50 0,1 N
0,2-1,0 28,2±0,2 50 0,1 N
1,0-30,00 7,05±0,05 75 0,25N
30,0-50,0 7,05±0,05 100 0,25-1,0 N
50,0-100,0 3,525±0,05 100 1,0 N

Analisis Bilangan Iodine


Sampel ditimbang sesuai tabel 2 kedalam Erlenmeyer asah. Sampel dilarutkan
dengan 15 mL larutan asam asetat: sikloheksana 1:1, lalu ditambahkan 25 ml
larutan Wijs. Selanjutnya, sampel disimpan ditempat gelap selama 1 jam untuk
mempercepat reaksi bagi IV<150 dan dua jam untuk IV>150. Setelah satu jam,
sampel ditambahkan 20 mL larutan KI 10% dan 100 mL akuades. Larutan
Natrium Tiosulfat 0,1 N ditirasi hingga warna kuning gading, lalu ditambahkan 1-
2 ml larutan pati sampai terbentuk warna gelap. Larutan tersebut dititrasi lagi
dengan Natrium Tiosulfat sampai warna biru hilang. Lakukan penitaran terhadap
blangko. Catat volume titrasi sekaligus volume titrasi blangko. Bilangan Iodin
dapat dihitung dengan persamaan:
Bilangan Iodine =
Keterangan:
S = volume penitaran sampel (mL)
B = volume penitaran blangko (mL)

N = Normalitas Natrium Tiosulfat (ML)


W = berat sampel (g)
Tabel 2 ukuran analisis IV
Iodin Value Berat Contoh
Expected
<5 3,000
5-20 1,000
21-50 0,400
51-100 0,200
101-150 0,130
151-200 0,100

Analisis Karotenoid
Sampel CPO yang telah disiapkan ditimbang 0.5-1 gram ke dalam gelas
beker. Selanjutnya, dilarutkan dengan larutan sikloheksana dalam labu ukur 100
mL sampai tanda tera. Sampel pada labu ukur diambil 25 mL untuk dipindahkan
ke labu ukur 50 mL yang akan dilarutkan lagi dengan sikloheksana hingga tanda
tera. Sampel diambil lagi dan dimasukkan ke dalam kuvet yang sudah dibersihkan
dengan larutan sikloheksana. Kuvet yang berisi sampel dimasukkan ke dalam
spektrofotometri untuk dihitung absorbansinya setelah menghitung absorbansi
blanko berupa sikloheksana pada panjang gelombang 445 nm. Nilai
absorbansi dicatat. Kadar karoten dapat dihitung dengan persamaan:
Kadar Karoten =
Keterangan:
As = Absorbansi sampel (mL)
Ab = Absorbansi blangko
W = berat sampel (g)

Analisis DOBI
Sebanyak ±0,1g ditimbang di neraca analitik yang akan dilarutkan dengan
sikloheksana pada labu 25 mL sampai tanda tera. Sampel dimasukkan ke dalam
kuvet yang sudah dibersihkan dengan larutan sikloheksana. Kuvet yang berisi
sampel dimasukkan ke dalam spektrofotometri untuk dihitung absorbansinya
setelah menghitung absorbansi blanko berupa sikloheksana sebagai pelarut pada
panjang gelombang 269 dan 446 nm. Baca nilai DOBI pada spektrofotometri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Produk CPO


Kadar air merupakan berat yang hilang dari sampel setelah mengalami
pemanasan. Umumnya, air dalam minyak berjumlah kecil. Keberadaanya
diakibatkan perlakuan di pabrik serta penimbunan CPO. Air juga berfungsi
sebagai bahan penolong pada ekstraksi minyak, baik dalam bentuk cair maupun
dalam bentuk uap. (Ketaren 2008).
0.25
0.209
0.2
% kadar air

0.15
0.1139
0.1 0.0959

0.05
0
CPO 1 CPO 2 CPO 3

Gambar 3. Persentase kadar air sampel


Menurut BSN (2006), standar kadar air untuk produk CPO, yaitu
maksimum bernilai 0.5% dari berat CPO. Berdasarkan gambar 3, kadar air pada
sampel CPO dalam keadaan baik karena masih dibawah standar dengan nilai
0.209%, 0,1139%, dan 0,0959% sehingga kualitas sampel CPO yang dianalisis
dalam kualitas baik untuk parameter kadar air.
5.8 5.7867
5.75
5.7

% ALB
5.65 5.6258 5.6114
5.6
5.55
5.5
CPO 1 CPO 2 CPO 3

Gambar 4. Persentase kadar ALB sampel

Enzim yang berperan dalam kadar ALB adalah enzim Lipase. Enzim ini
secara alami terkandung di dalam kelapa sawit. Semakin matang buah sawit,
maka aktivitas enzim lipase semakin meningkat yang berakibat pada peningkatan
kadar ALB di minyak. Selain faktor kematangan buah, durasi waktu antara
pemanenan buah hingga pengolahan juga mempengaruhi kandungan ALB pada
minyak sehingga buah yang sudah dipanen harus segera diolah untuk menghindari
terjadinya peningkatan kandungan ALB pada CPO. Selain itu, pengeringan buah
sawit pada suhu 66.8 °C selama 12.8 jam sebelum ekstraksi dapat mengurangi
kandungan ALB pada CPO (Tan et al. 2009). Hasil analisis 3 sampel CPO
menunjukkan bahwa kandungan ALB CPO pada ketiga sampel berkisar dari
angka 5.6-5.7%. Kandungan ALB tertinggi terdapat pada sampel CPO 0.98
sedangkan kandungan asam lemak terendah terdapat pada sampel CPO 112.2.
Menurut BSN (2006), standar kandungan ALB-nya ditetapkan maksimal 5%.
Kandungan ALB ketiga sampel CPO tidak dalam kualitas baik karena semuanya
berada diatas 5%, Perbedaan kandungan ALB pada sampel CPO tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kondisi kematangan buah sawit saat
dipanen, efektivitas pengolahan, dan lama waktu penimbunan.
Proses lanjutan CPO menjadi produk pangan harus purifikasi secara
rafinasi yang menghasilkan refined bleached deodorized palm (RBDP) oil
(Tarmizi. 2008). RBDPOil mengandung fraksi cair (olein) dan fraksi padat
(stearin). Kedua fraksi dapat dipisahkan secara fraksinasi dan umumnya dilakukan
cara kering dengan tahapan proses kristalisasi dan filtrasi (Hasibuan et al 2009).
500 459.12

kadar karoten (ppm)


450
400
350 324.5
300
250
200
150
100
50
0
CPO 1 CPO 2

Gambar 5. Kadar Karoten Sampel

Kandungan karotenoid di dalam minyak sawit berbeda menurut varietas


dan diduga juga berbeda menurut kematangan buah. Kandungan Beta-karoten
CPO dari varietas Tenera berkisar antara 500–700 ppm, sedangkan varietas Dura
yang berasal dari Nigeria berkisar antara 800–1600 ppm. Karena kandungan yang
cukup tinggi itu, maka perlu dilakukan ditingkatkan pemanfaatan betakaroten
sebagai pro vitamin A yang sangat diperlukan untuk kesehatan( Priatni 2017).
Berdasarkan gambar 6, kandungan karoten yang tercantum pada dua sampel
berada di angka 459,12 ppm dan 324,5 ppm. Data ini menunjukkan bahwa kadar
karoten yang berada dalam kedua sampel tidak melewati standar minimum yang
diterapkan pada standar CODEX dengan nilai minimum 500 ppm (CODEX
1999).
DOBI merupakan salah satu parameter mutu CPO untuk mengukur tingkat
kerusakan minyak yang disebabkan oleh oksidasi, nilai DOBI rendah
mengindikasikan naiknya kandungan produk oksidasi sekunder (Ng dalam Jusoh et al.,
2013) . CPO yang memiliki nilai DOBI sebesar 2,2 dapat dikategorikan bermutu baik
(Hasibuan 2016). Penurunan nilai DOBI di PKS diakibatkan oleh pemanasan yang
berlebihan dan proses pengutipan kembali minyak (recovery) dari limbah di PKS yang
dicampur ke dalam CPO mutu baik (Hasibuan dan Ramadona, 2012). Proses ini akan
menyebabkan senyawa karoten terdegradasi dan menyebabkan nilai DOBI menjadi
rendah. Menurut Hasibuan (2016), bahwa kadar karoten memiliki korelasi searah dan
kuat terhadap DOBI, artinya jika kadar karoten tinggi maka nilai DOBI juga tinggi.
Tabel 3. Nilai DOBI Sampel
Nama sampel Nilai DOBI
S 104 2.18
S 098 0.84
S 112 0.83

Berdasarkan tabel diatas, data nilai dobi pada kelima sampel berada dalam
kisaran 0,84-2,18. S104 memiliki nilai yang paling baik dari semua sampel dan
lolos kualifikasi untuk dikatakan baik menurut Hasibuan (2012). Namun, keempat
sampel diatas menunjukkan hasil yang kurang baik karena berada dibawah nilai 2.
62,000 61,642
61,000

Iodine Value
60,000
59,035
59,000 58,276
58,000
57,000
56,000
RBDPO 1 RBDPO 2 RBDPO 3

Gambar 6. Nilai Iodin Sampel

Analisis IV pada Produk RBDPo

Berdasarkan gambar 5, hasil menunjukkan bahwa bilangan iod pada


RBDPo lebih Bilangan iod RBDPOlein berkisar 58,276- 61,641 dengan nilai yang
paling kecil mampu memenuhi spesifikasi yang ditetapkan pada SNI 01-0018-
2006 yaitu minimum 56 (BSN 2006). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sampel
RBDPo yang dianalisi melewati kualitas yang baik.
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kegiatan Praktik Lapang yang telah dilakukan di PT. Sucofindo Medan


memberikan pengalaman dan pbanyak pelajaran dalam melakukan kerja nyata
terutama dalam bidang Biokimia. Selain itu, kegiatan ini memberikan gambaran
tentang atmosfer dunia kerja bila kita lulus menjadi sarjana Biokimia.
Hasil analisis dari berbagai macam sampel CPO dan turunannya
menunjukkan bahwa kualitas produk-produk CPO yang telah dianalisi yang
menjadi salah satu komoditas utama Indonesia masih dalam kualitas kurang baik.
Hal ini ditunjukkan dengan tidak terlewatinya beberapa parameter yang sudah
ditentukan untuk menentukan mutu CPO tersebu. Dari lima parameter, hanya
kadar air dan IV yang melewati standar uji sehingga perlu dilakukan kembali
rekonstruksi pengolahan agar mencapai kualitas mutu yang lebih baik.

Saran

PT. Sucofindo memperhatikan kuota peserta magang yang dibutuhkan


sehingga tidak terjadi kekosongan kegiatan yang dilakukan oleh analis dan
praktikan. Selain itu, perlu adanya analisis berkelanjutan terhadap kontaminasi
mikrobiologi untuk analisis produk pertanian lainnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. Badan Pusat
Satistik Indonesia..
Badan Standarisasi Nasional Indonesia, (2006). Minyak Kelapa Sawit
Mentah.(CPO) (SNI 01-2901-2006). Jakarta: Departemen Perdagangan.
CODEX STAN 210-1999.1999. Codex Standard for Named Vegetabel Oils.
Rome(IT): CODEX STAN 210.
Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Tentang Minyak Kelapa
Sawit Departemen Perindustrian Jakarta Selatan .[Internet]. (Diunduh
2017 Agu
2007)..Tersedia.pada.http:/www.depperin.go.id/paketInformasi/kelapasawi
t/Minyak%20Kelapa %20sawit.pdf.
Desiana. 2000. Ekstraksi Pigmen Karotenoid dari Limbah Udang Windu.[Skripsi]
Bogor(ID). Institut Pertanian Bogor.
Hasibuan HA.2012. Kajian mutu dan karakteristik minyak sawit indonesia serta
produk fraksinasinya. Jurnal Standardisasi. 14(1):13-21.
Hasibuan HA, Siahaan D, Rivani M, Panjaitan F. 2009. Minyak Sawit dan
Minyak Inti Sawit Sebagai Bahan Baku Formulasi Plastic Fat dan
Specialty Fat. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit ;2009 Mei 28-30,
Jakarta Convention Center,Indonesia. Jakarta (ID); 295 – 305.
Hasibuan HA. 2016. Deterioration of bleachability index pada crude palm oil:
bahan review dan usulan untuk SNI 01-2901-2006. J Stand. 18(1): 25-34.
Hasibuan HA dan Ramadona. 2012. Monitoring kadar asam lemak bebas (ALB),
kadar karoten dan DOBI pada CPO bervariasi ALB selama penyimpanan.
Warta P
Herianto, Limantara L. 2008. Produksi karotenoid oleh khamir Rhodotorula sp.
Eksplanasi. 4(7):1-3.
Istianingrum, Suryasatriya, Trihandaru MM. 2012. Pengukuran kandungan
provitamin A dari CPO (crude palm oil) menggunakan spektrofotometer
UV-Vis dan spektroskopi Nir (near infrared). Prosiding Seminar Nasional
Sains Dan Pendidikan Sains VII UKSW; 2012 Sep 22-23 ; Salatiga ,
Indonesia. Salatiga(ID). Universitas Kristen Satya Wacana.
Jusoh JM, Rashid NA, dan Omar Z. 2013. Effect of sterilization process on
deterioration of bleachability index (DOBI) of crude palm oil (CPO)
extracted from different degree of oil palm ripeness. Int J Biosci, Biochem
Bioinfor. 3(4): 322-327
Ketaren S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta(ID) :
Universitas Indonesia Press.

28
Larasati N, Chasanah S. Machmudah S , Winardi S. 2016 . Studi analisa ekonomi
pabrik CPO (crude palm oil) dan PKO (palm kernel oil) dari buah kelapa
sawit. Jurnal Teknik ITS. 5(2):212-215.
Mangoensoekarjo S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta(ID)
: Universitas Gadjah Mada Press.
Nugraheni DT. 2010. Analisis penurunan bilangan iod terhadap pengulangan
penggorengan minyak kelapa dengan metode titrasi iodometri. [Skripsi].
Pekanbaru (ID): Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pamani A. 2014. Pengaruh waktu sulfonasi dalam pembuatan surfaktan MES
(methyl ester sulfonate) berbasis minyak kelapa sawit kasar (CPO).
[Laporan Akhir]. Palembang(ID): Politeknik Sriwijaya.
Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Bogor(ID): Penebar Swadaya.
PTPN III. 2003. Vademicum Budidaya Kelapa Sawit. Medan(ID) : Perkebunan
Nusantara III.
Risza S. 2009. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Sumarna D. 2014. Studi metode pengolahan minyak sawit merah (red palm oil)
dari crude palm oil (CPO). Prosiding Seminar Nasional Kimia 2014 HKI-
Kaltim ; 2014 Apr 26 ; Samarinda, Indonesia. Samarinda (ID). Universitas
Mulawarman.
Tan C.H., M. H. Ghazali, A. Kuntom., C. P. Tan, A. A. Arifin. 2009. Extraction
and Physicochemical Properties of Low Free Fatty Acid Crude Palm Oil. J
Food Chemistry 113: 645-650.
Tarmizi AHA.,Lin SW, Kuntom A. (2008). Development of Palm Based
Reference Materials for the Quantification of Fatty Acids Composition. J.
Oleo Science. 57 (5) :275-285.

29
30
Lampiran 2 Diagram alir penelitian

CPO

Preparasi Sampel

Analisis Kadar Air Analisis Karoten Analisis DOBI Analisis ALB

Perhitungan

RBDPo

Preparasi Sampel

Analisis IV

Perhitungan

31
Lampiran 3 Hasil pengukuran kadar asam lemak bebas CPO
Sampel Volume Berat N NaOH Kadar
NaOH(mL) Sampel (g) (mL) ALB(%)
CPO 1 0.2457
6.6 7.0824 5.8614
(1)
CPO 1 0.2457
6.4 7.0013 5.7497
(2)
CPO 1 0.2457
6.4 7.0020 5.7491
(3)
Rerata ± 5.7867±0
SD .0646
CPO 2
6.25 7.0016
0.2476 5.6581
(1)
CPO 2
6.25 7.0044
0.2476 5.6558
(2)
CPO 2
6.15 7.0065
0.2476 5.5637
(3)
Rerata ± 0.2476 5.6258
SD ± 0.0538
CPO 3
6.25 7.0010
0.2476 5.6586
(1)
CPO 3
6.15 7.0070
0.2476 5.5633
(2)
CPO
6.25 7.0599
0.2476 5.6114
(3)
Rerata ± 5.611
SD ±0.0476

Kadar ALB(%) = x 100% = x 100% =5.5633%


Keterangan:
V = volume penitaran NaOH (mL)
N = Normalitas NaOH (ML)
W = berat sampel (g)
Faktor = Laurat (20,0)
Oleat (28,2)
Palmitat (25,6)

32
Lampiran 4 Hasil pengukuran kadar air CPO

Nama Cawan Cawan Berat Kadar


sampel sebelum di -oven sebelum di - Sampel Air (%)
oven (g)
CPO 1
102.9245 102.9135 5.0075 0.2196
(1)
CPO 1
106.3958 106.3835 5.0059 0.2457
(2)
CPO 1
84.2416 84.2335 5.0058 0.1618
(3)
Rerata ± 0.2090
SD ± 0.0429
CPO 2
(1)
108.9170 108.9110 5.0018 0.1199
CPO 2
(2)
83.4003 78.3937 5.0032 0.1319
CPO 2
(3)
104.9267 104.9219 5.0008 0.0959
Rerata ± 0.1139
SD ± 0.0254
CPO 3
109.1291 109.1252 5.0019 0.0779
(1)
CPO 3
92.9170 92.9131 5.0054 0.0779
(2)
CPO
104.7469 104.7434 5.0004 0.0699
(3)
Rerata ± 0.0752
SD ±0.0046

Kadar air (%) = x 100% = x 100% = 0.0779%


Keterangan:
a = berat cawan petri dengan sampel setelah pemanasan (g)
b = berat cawan petri dengan sampel sebelum pemanasan (g)
w = berat sampel (g)

33
Lampiran 5 Hasil pengukuran kadar karoten CPO

Nama Absorbansi Absorban Berat Kadar


Sampel sampel si Blanko Sampel (g) Karoten(ppm)
CPO 1 0.146 -0.072 0.5020 459,12
CPO 2 0.232 -0.072 0.5072 324.50

Kadar Karoten = =
= = 459,12
Keterangan:
As = Absorbansi sampel (mL)
Ab = Absorbansi blangko
W = berat sampel (g)

Lampiran 6 Hasil pengukuran IV RBDPo

Volume Volume Berat Normalitas Iodine


Sampel
penitaran penitaran Sampel Na2S203 Value
blangko sampel (g)
RBDPO 1 45,90 36.25 0.2076
0.1045 61,642

RBDPO 2 45.90 36.20 0.2179


0.1045 59,035

RBDPO 3 45.90 36.9 0.2048


0.1045 58,276

Bilangan Iodine = = = 61.642


Keterangan:
S = volume penitaran sampel (mL)
B = volume penitaran blangko (mL)
N = Normalitas Natrium Tiosulfat (ML)
W = berat sampel (g)

34

You might also like