You are on page 1of 24

BAB I

STATUS PASIEN

Nama : Ny. Suryanti


Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Uepai
No. RM : 03 60 93

I. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri Kepala

Anamnese Terpimpin :

Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala yang dirasakan sejak ± 4 hari sebelum

masuk rumah sakit dan dirasakan semakin memberat sejak ± 1 hari sebelum masuk

rumah sakit. Nyeri kepala dirasakan seperti “nyut-nyut”. Nyeri dirasakan terus menerus

dikedua sisi kepala dan nyeri yang paling berat dirasakan didaerah belakang kepala,

pasien juga merasakan sedikit pusing seperti berputar saat kepala mengalami perubahan

posisi, leher terasa tegang (+). Tidak ada fotophobia dan fonophobia. Pasien tidak

demam, mual (+) namun tidak sampai muntah. Batuk (-) pilek (-). Nyeri uluhati (-). BAB

dan BAK dalam batas normal. Pasien juga mengeluhkan kesulitan tidur sejak bebeapa

hari sebelum masuk tidur.

Riwayat keluhan yang sama sebelumnya: disangkal pasien

Riwayat trauma : (-)

Riwayat pengobatan sebelumnya (-)

Riwayat penyakit lain : kolesterol (+), DM (-), Hipertensi (-)

1
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-)

II. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan umum
- Kesan : Sakit sedang
- Kesadaran: E4M6V5=15
- Gizi : baik
Tanda-tanda vital
Tensi : 110/70mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 37,0ºC
Pernapasan : 24x/menit
Status Generalis
Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterus (-), sianosis (-)
Leher : Massa tumor (-), pembesaran kelenjar (-)
Thorax :
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor, kanan = kiri
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, Bunyi tambahan Ronkhi -/-,
Wheezing -/-
Jantung : Ictus cordis tidak tampak, Ictus cordis tidak teraba bunyi jantung
S1/S2 reguler, apex displaced
Abdomen :
Inspeksi : datar, ikut gerak nafas
Auskultasi : peristaltic (+), kesan normal
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+) massa tumor (-) nyeri tekan (-)
Perkusi : tympani

Status neurologis
Nervus cranialis
1. N.I (olfaktorius) : dalam batas normal
2. N.II (Optikus) : OD OS
a) Ketajaman penglihatan : 6/6 6/6
b) Lapangan penglihatan : normal normal
c) Funduskopi : tidak dilakukan tidak dilakukan

2
3. N.III (Okulomotorius), N.IV (Trochlearis), N.VI (Abdusens) :
a) Celah kelopak mata
- Ptosis D dbn S dbn
- Exoftalmus D dbn S dbn
b) Ptosis bola mata D dbn S dbn
c) Pupil
- Ukuran/bentuk D 2,5 mm/bulat S 2,5 mm/bulat
- Isokor/anisokor D (isokor) S (isokor)
- RCL/RCTL D (+) S (+)
- Refleks Akomodasi D (+) S (+)
d) Gerakan bola mata
- Parese ke arah D dbn S dbn
- Nistagmus D dbn S dbn
4. N.V (Trigeminus) :
a) Sensibilitas :
i. N.V.1 : dbn
ii. N.V.2 : dbn
iii. N.V.3 : dbn
b) Motorik :
c) Istirahat/menggigit : dbn
d) Refleks dagu/maseter : dbn
e) Refleks kornea : dbn
5. N.VII (Facialis)
Pengecap 2/3 lidah bagian depan : dbn

Motorik M. Frontalis M.Orbikularis okuli M.Orbikularis oris


Istirahat dbn dbn Dbn
Mimik dbn dbn Dbn
6. N.VIII (Vestibulotroklearis) :
a. Pendengaran : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Tes rinne/weber : tidak dilakukan pemeriksaan

3
c. Fungsi vestibularis : tidak dilakukan pemeriksaan
7. N.IX (Glossopharyngeus), N.X (Vagus) :
a. Refleks telan/muntah : dbn
b. Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : dbn
c. Suara : dbn
d. Takikardi/bradikardi : dbn
8. N.XI (Accesorius) :
a. Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : dbn
b. Angkat bahu : dbn
9. N.XII (Hypoglossus) :
a. Deviasi lidah : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Fasciculasi : tidak dilakukan pemeriksaan
c. Atrofi : tidak dilakukan pemeriksaan
d. Tremor : tidak dilakukan pemeriksaan
e. Ataxia : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas :
Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Pergerakan N N N N
Kekuatan N N N N
Tonus N N N N
Bentuk otot N N N N

Refleks fisiologis : dbn


Refleks patologik :
Ekstremitas atas :-
Ekstremitas bawah :-

4
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah rutin
Hasil Lab:
 WBC 8,5
 RBC 4,41
 HGB 12,7
 PLT 257
b. Kimia darah
 Cholesterol total = 224mg/dl
 Trigliserida = 220 mg/dl

IV. DIAGNOSA
Tension type headache (TTH)
V. DIAGNOSA BANDING
1. Cluster type headache
2. Migraine
VI. TERAPI
Medikamentosa:
IVFD RL 16 tpm
Ketorolac 1 amp/12j/iv
Ranitidine 1 amp/12j/iv
Unalium tab 5mg 2x1tab
Simvastatin 20mg 0-0-1
Aplrazolam 0,5mg 0-0-1
Paracetamol 450 mg
Amitriptilin 6,25 mg 3 dd 1 caps
Diazepam 1 mg
VII. PROGNOSA
Qua ad vitam : bonam
Qua ad sanationam : bonam

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi

Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh

tegangnya otot pada wajah, leher atau kulit kepala. Disebut juga muscle-contraction

headache. TTH merupakan sakit kepala yang paling sering terjadi.3,4

TTH ini timbul karena adanya kontraksi yang terus menerus dari otot-otot kepala,

wajah, kuduk dan bahu. Kontraksi yang terus menerus ini akan menimbulkan nyeri otot

yang di “referred” ke kepala (“muscle contraction headache”). “Muscle contraction” ini

timbul oleh karena adanya ketegangan jiwa anxietas, tension, atau depresi).5

Nyeri kepala itu akan dirasakan oleh si penderita sebagai suatu ikat kepala yang

terlalu menekan. Kepalanya dirasakan berat oleh si penderita, terutama di waktu pagi

hari. Bila penderita dipijat oleh istri atau suaminya, maka nyeri kepala itu dirasakannya

berkurang.5

b. Penyebab

Otot wajah, leher dan kulit kepala menjadi tegang karena:3

 Anxietas atau stress

 Bertahan pada satu posisi dalam waktu lama

 Injury, seperti kecelakaan mobil

 Depresi

Nyeri kepala juga dapat dipicu oleh:3

 Tidur yang terlalu sedikt atau terlalu banyak

 Makan yang terlalu sedikt atau terlalu banyak

6
 Minum alkohol berlebihan

 Bekerja keras indoor atau outdoor

 Kondisi medis tertentu

c. Epidemiologi6,7

1. Frekuensi : Di Amerika Serikat, TTH merupakan sindrom nyeri kepala

primer yang paling sering

2. Internasional : Rasmussen et al melaporkan prevalensi seumur hidup TTH 69%

laki-laki dan 88% perempuan pada populasi Danish. Pasien memiliki pengalaman

lebih dari satu sindrom nyeri kepala primer. Pada satu studi oleh Ulrich et al,

prevalensi 1 tahun TTH adalah sama diantara individu dengan dan tanpa

migraine.

3. Jenis Kelamin : Perempuan lebih sering daripada laki-laki. Ratio TTH perempuan

dan laki-laki sekitar 1,4:1. Pada Chronic type tension headache 1,9:1.

4. Usia : TTH dapat terjadi pada semua usia, tetapi onset remaja hingga

dewasa muda lebih sering.

d. Patofisiologi Tension Type Headache8

Pada penderita TTH didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan yang

bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif dari otot

perikranial yang menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya nyeri kepala dan nyeri

yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat insersinya.

TTH adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress, dan miofasial

lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya yang menstimuli

perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi supraspinal pain, kemudian

7
berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-masing individu mempunyai sifat self

limiting yang berbeda-beda dalam hal intensitas nyeri kepalanya.

Pengukuran tekanan palpasi terhadap otot perikranial dilakukan dengan alat

palporneter (yang diketemukan oleh Atkins, 1992) sehingga dapat mendapatkan skor

nyeri tekan terhadap otot tersebut.

Langemark & Olesen tahun 1987 (yang dikutip oleh Bendtsen) telah

menemukan metode palpasi manual untuk penelitian nyeri kepala dengan cara palpasi

secara cepat bilateral dengan cara memutar jari ke 2 dan ke 3 ke otot yang diperiksa,

nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan skor Total Tenderness Scoring system. Yaitu

suatu sistem skor dengan 4 point penilaian kombinasi antara reaksibehaviour dengan

reaksi verbal dari penderita.

Pada penelitian Bendtsen tahun 1996 terhadap penderita chronic tension type

headache (yang dikutip oleh Bendtsen) ternyata otot yang mempunyai nilai Local

tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus, insersi otot leher dan otot

sternocleidomastoid. Nyeri tekan otot perikranial secara signifikan berkorelasi dengan

intensitas maupun frekwensi serangan tension type headache kronik. Belum diketahui

secara jelas apakah nyeri tekan otot tersebut mendahului atau sebab akibat daripada nyeri

kepala, atau nyeri kepala yang timbul dahulu baru timbul nyeri tekan otot. Pada migren

dapat juga terjadi nyeri tekan otot, akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan intensitas

maupun frekwensi serangan migren.

Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga struktur

fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi oleh serabut

kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan serabut tebal yang

8
bermyelin (Aα dan Aβ) dalam keadaan normal mengantarkan sensasi yang ringan / tidak

merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan inocuous event, seperti misalnya proses

iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi terangsang dan timbul proses

sensitisasi serabut Aα dan serabut C yang berperan menambah rasa nyeri tekan pada

tension type headache.

Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan

leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam tension

type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle contraction headache.

Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian yang menggunakan EMG

(elektromiografi) pada penderita tension type headache ternyata hanya menunjukkan

sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun

terjadi kenaikan aktifitas otot maka akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri.

Peninggian aktifitas otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala.

Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial trigger

point yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada semua otot)

Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin (dilepas dari platelet), bradikinin

(dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan Kalium (yang dilepas dari sel

otot), SP dan CGRP dari aferens otot berperan sebagai stimulant sensitisasi terhadap

nosiseptor otot skelet. Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat ini adalah peran

miofascial terhadap timbulnya tension type headache.

Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap

nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi otot

sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain inhibitory activity,

9
dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif amat berperan terhadap

timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua nilai ambang pressure pain

detection, thermal & electrical detection stimuli akan menurun di sefalik maupun

ekstrasefalik.

Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus (87%),

exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life time depresi

pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai adanya defisit kadar

serotonin dan noradrenalin di otaknya.

Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa kecepatan

biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan dengan wanita. Dengan

bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti bahwa angka kejadian depresi pada

wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria.

e. Gambaran Klinis6,7

1. Anamnesa

Onset nyeri dari TTH dapat memberikan gambaran seperti berdenyut dan

terkadang seperti gambaran klinis dari migren. Kombinasi dari migren dan TTH

dapat memberikan durasi nyeri yang lebih lama, menetap dan lebih berat.

a) HIS (The International Headache Society) kriteria diagnostik dari TTH

adalah 2 dari 4 point di bawah ini :

i. Ditekan atau seperti di ikat

ii. Lokasi Frontal-occipital

iii. Bilateral – intensitas yang ringan atau sedang

iv. Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik

10
b) Anamnesa pada TTH sering ditemukan:

i. Durasi 30 menit sampai 7 hari

ii. Tidak ada mual muntah (kadang terjadi anorexia)

iii. Photophobia dan phonophobia

iv. Minimal 10 kali muncul sakit kepala dalam sekali serangan; dan

serangan sakit kepala terjadi lebih dari 180 kali per tahun

v. Bilateral dan occipitonuchal atau nyeri bifrontal

vi. Dengan gambaran nyeri seperti "fullness," "tightness/squeezing,"

"pressure," or "bandlike/viselike"

vii. Kadang disertai stress emosional dan rasa cemas berlebihan

viii. Insomnia

ix. Setelah serangan kadang perasaan seperti keatas ataupun ke bawah

x. Otot tegang dan seperti terikat pada region leher, occipital serta frontal

xi. Terdapat pada 75% pasien yang mengalami nyeri kepala kronis selama 5

tahun

xii. Sulit berkonsentrasi

xiii. Tidak ada gejala prodormal

c) Onset nyeri kepala yang baru pada pasien usia muda dapat dipikirkan

penyebabnya adalah TTH

f. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik sulit ditemukan penyebab dari nyeri kepala dari TTH.

1) Vital sign normal

2) Pemeriksaan neurologis normal

11
3) Otot tegang dan nyeri pada daerah perikranial atau leher (tidak selalu)

4) Nyeri pada penekanan arteri temporalis dan daerah trigger zone (tidak selalu)
5)
Nyeri bertambah dengan fleksi leher dan pergangan dari otot leher

g. Diagnosis6,9

Diagnosis Primer

 Dua dari point di bawah ini :

o Nyeri bilateral

o nyeri seperti di tekan

o nyeri ringan atau sedang

o nyeri tidak berhubungan dengan aktivitas fisik

 Satu atau lebih dari gejala di bawah ini :

o Sensitif terhadap cahaya

o Sensitif terhadap suara

 Terkadang tidak disertai gejala :

o Nausea

o Vomitus

12
 Durasi nyeri 30 menit – 7 hari

Diagnosis Subdivisi

 Episodic (<15 hari/bulan) atau kronis (>15 hari/bulan selama > 6 bulan),

Dalam menegakan diagnosis tidak semua gejala dan pemeriksaan fisik di

dapatkan kelainan, yang penting adalah keriteria dari IHS. Kadang nyeri kepala

TTH ini tidak berdiri sendiri, tapi juga sering disertai dengan nyeri kepala tipe

yang lain (migren).

h. Diagnosis Banding6,9

Differential diagnostic considerations in tension-type headache

Primary diagnosis
Nonvascular: Tension-type
Vascular: Migraine or cluster

Secondary (organic) diagnosis


Vascular disorders
Subarachnoid hemorrhage
Subdural hematoma
Unruptured arteriovenous malformation or aneurysm
Ischemic cerebrovascular disease
Temporal arteritis
Arterial hypertension
Cerebral venous thrombosis

Nonvascular intracranial disorders


Benign intracranial hypertension
Intracranial hypotension after lumbar puncture
Intracranial neoplasm
Intracranial infection or meningitis

13
Substances that act as triggers
Medications (eg, nitrates, over-the-counter drugs)
Foods (eg, monosodium glutamate, alcohol)
Exposures (eg, carbon monoxide)
Rebound (eg, caffeine, analgesic, ergot)

Metabolic disorders
Hypoxia (eg, chronic obstructive pulmonary disease, sleep apnea)
Hypercapnia
Hypoglycemia

Abnormalities of extracranial structures


Eyes (eg, glaucoma, refractive errors)
Ears and sinuses (eg, infectious sinusitis, barosinusitis)
Teeth and jaws (eg, temporomandibular joint disorder)
Skull (eg, Paget's disease, multiple myeloma)
Neck (eg, spondylosis, cervical disk disease)

i. Pemeriksaan Penunjang6

Laboratorium

 Diagnosis tension headache adalah dari klinis. Seperti nyeri kepala primer

lainnya, tidak ada test diagnostik spesifik untuk tension headache.

Studi Imaging

 Studi neuroimaging penting untuk mengesampingkan penyebab sekunder

nyeri kepala, termasuk neoplasma dan cerebral hemorrhage.

 MRI imaging menunjukkan struktur cerebral yang detail dan khususnya dalam

mengevaluasi fossa posterior

 CT scan dengan kontras merupakan alternatif lain tetapi lebih rendah daripada

MRI dalam memperlihatkan struktur fosa posterior.

 Indikasi neuroimaging jika nyeri kepala atipikal atau berhubungan dengan

abnormalitas pada pemeriksaan neurologis.

14
j. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik (psikoterapi), fisiologik (relaksasi)

dan farmakologik (analgesik, sedativa dan minor transquilizers). Dalam praktek,

diperlukan penjelasan yang cukup mengenai latar belakang munculnya nyeri agar

penderita mengerti tentang permasalahan yang selama ini kurang atau tidak disadarinya.

Penjelasan tentang berbagai macam pemeriksaan tambahan yang perlu dan yang tidak

perlu akan sangat bermanfaat bagi penderita.1

Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen atau NSAID lain yang sangat

membantu, tetapi hanya untuk waktu yang singkat. Tension headache memberi respon

terbaik terhadap penggunaan hati-hati salah satu dari beberapa obat yang mengurangi

kecemasan atau depresi, ketika gejala terakhir timbul.10

Beberapa pasien memberi respon terhadap ancillary measure seperti massase,

meditasi dan teknik biofeedback. Pengobatan analgesik yang lebih kuat sebaiknya

dihindari. Raski melaporkan berhasilnya terapi dengan calcium channel blocker,

phenelzine atau cyproheptadine. Ergotamin dan propanolol tidak efektif kecuali jika

terdapat gejala migren dan tension headache. Teknik relaksasi sangat menolong pasien

bagaimana cara menghadapi anxietas dan stress.10

Penanganan

 Istirahat dengan tenang, ruangan gelap hingga gejala berkurang dan hilang.

 Konsumsi obat nyeri seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen.

 Pijat leher, bahu dan punggung. Letakkan heat, an ice pack, or a cold washcloth

pada area yang nyeri.

15
 Segera ke dokter bila:

o Sakit kepala yang lebih sakit dari biasanya

o Muntah berulang.

o Numbness or tingling wajah, lengan atau kaki.

o Lengan dan kaki lemah.

o Perubahan visual yang tidak segera hilang

k. Terapi Farmakologik:

Drugs effective in the treatment of tension type headache11

Drug Trade name Dosage


Nonsteroidal Anti Inflammatory Agents
Acetaminophen Tylenol, generic 650 mg PO q4-6h
Aspirin Generic 650 mg PO q4-6h
Diclofenac Cataflam, generic 50-100 mg q4-6h (max
200mg/dl)
Ibuprofen Advil, Motrin, Nuprin, 400 mg PO q3-4h
generic
Naproxen sodium Aleve, Anaprox, generic 220-550 mg bid
Combination Analgesics
Acetaminophen, 325 mg, plus Phrenilin, generic 1-2 tablets; max 6 per day
butalbital, 50 mg

Acetaminophen, 650 mg, plus Phrenilin Forte 1 tablet; max 6 per day
butalbital, 50 mg

Acetaminophen, 325 mg, plus Fiocert; Esgic, generic 1-2 tablets; max 6 per day
butalbital, 50 mg, plus caffeine, 40
mg

Acetaminophen, 500 mg, plus Esgic-plus 1-2 tablets; max 6 per day
butalbital, 50 mg, plus caffeine, 40
mg

Acetaminophen, 325 mg, plus Fiorinal 1-2 tablets; max 6 per day
butalbital, 50 mg, plus caffeine, 40
mg

16
Prophylactic Medications
Amitriptyline Elavil, generic 10-50 mg at bedtime
Doxepin Sinequan, generic 10-75 mg at bedtime
Nortriptyline Pamelor, generic 25-75 mg at bedtime

l. Terapi non-farmakologik9

 Regulasi lifestyle

o mengatur dan tidur yang cukup

o makan terapi dan diet yang baik

o mengetahui dan menghindari makanan yang dapat memicu nyeri kepala

berolahraga teratur (seperti aerobik)

 Hindari Stres

o Menghindari lingkungan sosial yang dapat menyebabkan stress

o Meditasi

o melakukan hobi, rekreasi

o relaksasi otot (dengan latihan-latihan)

o psikoterapi

 Fisioterapi

o panas, dingin, ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulation (tens)

o Pijat dan traksi leher

o peregangan otot-otot leher

 Manipulasi osteopathic atau chiropractic

 Terapi alternatif

o Akupuntur

o Acupressure

17
o Therapeutic touch

o Aromatherapy (contoh : peppermint, green apple)

salep topikal (contoh : salicylic acid, piroxicam [Feldene], ketoprofen [Orudis,

Oruvail])

m. Prognosis

TTH merupakan nyeri kepala yang selalu kambuh, akan tetapi nyeri kepala

ini tidak berbahaya. Terapinya hanya bersifat simptomatis tetapi kadang juga dapat

hilang total. TTH dapat sembuh sempurna bila penyebabnya di hilangkan. Pengunaan

obat TTH yang lama dapat menyebabkan nyeri kepala bertambah berat atau rebound

headache.12

18
19
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien dengan nama Ny. S usia 38 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala. Pasien

didiagnosa dengan Tension Type Headache. Berikut adalah pembahasan mengenai

perbandingan antara teori dan fakta yang terjadi pada perjalanan penyakit pasien tersebut.

Anamnesa

Fakta Teori

 Nyeri kepala dirasakan sejak 4 hari Anamnesa pada TTH sering ditemukan:

sebelum masuk rumah sakit. memberat o Durasi 30 menit sampai 7 hari

sejak ± 1 hari sebelum masuk rumah o TTH dapat memberikan gambaran seperti

sakit berdenyut dan terkadang seperti gambaran

 Nyeri dirasakan seperti nyut-nyut klinis dari migren

 Nyeri dirasakan terus menerus pada o Bilateral dan occipital atau nyeri bifrontal

kedua sisi kepala dan lebih berat pada o Otot tegang dan seperti terikat pada region

bagian belakang kepala leher, occipital serta frontal

 leher terasa tegang o Tidak ada mual muntah (kadang terjadi

 Tidak ada muntah, namun ada mual dan anorexia)

penurunan nafsu makan o Photophobia dan phonophobia

o Insomnia
 Tidak ada fotophobia ataupun
o Kadang disertai stress emosional dan rasa
fonophobia
cemas berlebihan
 kesulitan tidur sejak bebeapa hari

sebelum masuk tidur.

20
Pemeriksaan fisik

Fakta Teori

Pemeriksaan umum Pada pemeriksaan fisik sulit ditemukan penyebab


- Kesan : Sakit sedang
dari nyeri kepala dari TTH.
- Kesadaran: E4M6V5=15
 Vital sign normal
- Gizi : baik
Tanda-tanda vital  Pemeriksaan neurologis normal
Tensi : 110/70mmHg
 Otot tegang dan nyeri pada daerah perikranial
Nadi : 88x/menit
atau leher (tidak selalu)
Suhu : 37,0ºC
Pernapasan : 24x/menit  Nyeri pada penekanan arteri temporalis dan

daerah trigger zone (tidak selalu)

Pemeriksaan Penunjang

Fakta Teori

Darah rutin  Diagnosis tension headache adalah dari klinis.


Hasil Lab:
Seperti nyeri kepala primer lainnya, tidak ada
 WBC 8,5
test diagnostik spesifik untuk tension headache.
 RBC 4,41
 HGB 12,7
 Indikasi neuroimaging jika nyeri kepala
 PLT 257
Kimia darah atipikal atau berhubungan dengan abnormalitas
 Cholesterol total = 224mg/dl
pada pemeriksaan neurologis.

 Trigliserida = 220 mg/dl

21
Penatalaksanaan

Fakta Teori

IVFD RL 16 tpm  Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik


Ketorolac 1 amp/12j/iv (psikoterapi), fisiologik (relaksasi) dan
Ranitidine 1 amp/12j/iv farmakologik (analgesik, sedativa dan minor
Unalium tab 5mg 2x1tab transquilizers).
Simvastatin 20mg 0-0-1  Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen
Aplrazolam 0,5mg 0-0-1 atau NSAID lain yang sangat membantu, tetapi
Paracetamol 450 mg hanya untuk waktu yang singkat
Amitriptilin 6,25 mg 3 dd 1 caps
Diazepam 1 mg

Prognosa

Fakta Teori

Dubia ad bonam TTH merupakan nyeri kepala yang selalu kambuh,


akan tetapi nyeri kepala ini tidak berbahaya. TTH
dapat sembuh sempurna bila penyebabnya di
hilangkan

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono. Buku ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Jakarta: Gajah Mada University Press; 2005: pp. 285-8
2. World Health Organization. Headache Disorder. (Online) 2004. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs277/en/ (Accessed: 07 Juli 2011)
3. Adult Health Advisor. Tension Headache. University of Michigan Health System.
McKesson Corporation. (Online) 2005. Available from: http://www.med umich edu
(Accessed: 07 Juli 2011)
4. Friedman H. Problem Oriented Medical Diagosis. Sixth edition. USA: Little, Brown
and Company; 1996: pp. 398-9.
5. Ngoerah G. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Syaraf. Denpasar: Airlangga University Press;
1990: pp. 203.
6. Singh MK. Muscle Contraction Tension Headache. Department of Neurology, Pain
Management, Medical College of Pennsylvania, Hahnemann University. (Online) 2007.
Available from: http://www.emedicine.com (Accessed: 07 Juli 2011)
7. Gilroy J. Basic Neurology. Third edition. USA: McGraw Hill companies; 2000: pp. 124-
138
8. Sjahrir H. Mekanisme Terjadinya Nyeri Kepala Primer dan Prospek
Pengobatannya. USU Digital Library. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara; 2004.
9. Mueller L. Tension-type, The Forgotten Headache How to Recognize This Common
but Undertreated Condition. Postgraduate Medicine, Vol. III No. 4. (Online) 2002.
Available from: http://www.postgradmed.com/issues/2002/04_02/mueller.htm
(Accessed: 07 Juli 2011)
10. Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology seventh edition. USA: McGraw-Hill;
2001: pp. 175-181
11. Hauser SL. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. USA: McGraw Hill; 2006: pp.
57
12. National Headache Foundation. Tension Type Headache, The Complete Guide to
Headache. (Online) 2005. Available from:

23
http://www.headaches.org/consumer/educationalmodules/completeguide/tensiontype.htm
l). (Accessed: 07 Juli 2011)

24

You might also like