You are on page 1of 57

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan
sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan
nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001). Penemuan
Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan
penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya
nekrosa sel hati sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis
virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi
gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila dibandingkan dengan
hepatitis virus A. Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati.
Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler),
terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai
terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati, walaupun etiologinya berbeda,
gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel
retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat
menghubungkan daerah porta dengan sentral
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga
perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang
dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan
darah. Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal tempat
kanalikulus biliaris dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk membentuk
saluran empedu baru. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang
berlebihan terutama terdiri atas saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan
yang dikelilingi oleh jaringan parut.

1
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn. MA dengan Diagnosa Medis Sirosis
Hepatis di Ruang Marwah 3 Rumah Sakit Haji Surabaya?

1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisa Asuhan Keperawatan pada Tn. MA dengan Diagnosa Medis
Sirosis Hepatis di Ruang Marwah 3 Rumah Sakit Haji Surabaya.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan konsep penyakit Sirosis Hepatis
2. Anatomi dan Fisiologi Hepar
3. Patofisiologi dan Pathway
4. Gejala dan Tanda Klinis
5. Komplikasi
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Penatalaksanaan Medis
8. Konsep Asuhan Keperawatan
1.4 Manfaat
1.4.1 untuk mahasiswa keperawatan
Sebagai mahasiswa keperawatan laporan seminar ini bisa digunakan untuk sumber
pembelajaran dan pengetahuan untuk melakukan seminar selanjutnya
1.4.2 untuk masyarakat
Sebagai pengetahuan baru untuk mengetahui ciri-ciri orang Sirosis Hepatis di
lingkungannya.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Penyakit
2.1.1. Definisi
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium
terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H, 2002).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi
mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan proses
peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. (Iin Inayah, 2004).

2.1.2. Klasifikasi
Secara klinis chirrosis hati dibagi menjadi:
1. Chirrosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata
2. Chirrosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang jelas.
Chirrosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada
satu tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui
biopsi hati.

Secara morfologi Sherrlock membagi Chirrosis hati bedasarkan besar kecilnya nodul,
yaitu:
a. Makronoduler (Ireguler, multilobuler)
b. Mikronoduler (reguler, monolobuler)
c. Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler.

3
Menurut Gall seorang ahli penyakit hati, membagi penyakit chirrosis hati atas:
a. Chirrosis Postnekrotik, atau sesuai dengan bentuk sirosis makronoduler atau sirosis
toksik atau subcute yellow, atrophy chirrosis yang terbentuk karena banyak terjadi
jaringan nekrose.
b. Nutrisional chirrosis , atau sesuai dengan bentuk sirosis mikronoduler, chirrosis
alkoholik, Laennec´s cirrhosis atau fatty cirrhosis. Chirrosis terjadi sebagai akibat
kekurangan gizi, terutama faktor lipotropik.
c. Chirrosis Post hepatic, chirrosis yang terbentuk sebagai akibat setelah menderita
hepatitis.

Shiff dan Tumen secara morfologi membagi atas:


1. Chirrosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis
2. Chirrosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat
lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Chirrosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal tempat kanalikulus
biliaris dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu
baru. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan terutama
terdiri atas saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh
jaringan parut.

2.1.3. Etiologi
Penyebab Chirrosis Hepatis :
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada dua
penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis adalah:
1. Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab chirrosis
hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965
dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan
yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik
telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk
4
lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila
dibandingkan dengan hepatitis virus A.
2. Zat hepatotoksik atau Alkoholisme.
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis atau
degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati. Zat
hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alcohol. Sirosis hepatis oleh karena
alkoholisme sangat jarang, namun peminum yang bertahun-tahun mungkin dapat
mengarah pada kerusakan parenkim hati.
3. Hemokromatosis
Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan timbulnya
hemokromatosis, yaitu:
a. Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.
b. Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada penderita
dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari Fe, kemungkinan
menyebabkan timbulnya sirosis hati.

2.2 Anatomi dan Fungsi Hati


2.2.1 Anatomi Hati
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di
bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa normal.

Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah.
Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum
falciforme, di inferior oleh fissure dinamakan dengan ligamentum teres dan di posterior
oleh fissure dinamakan dengan ligamentum venosum. . Lobus kanan hati enam kali
lebih b esar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas,
lobus caudatus, dan lobus quadrates. Hati dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang
dinamakan kapsul glisson dan dibungkus peritorium pada sebagian besar keseluruhan
permukaannnya
Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : Vena porta hepatica yang berasal
dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida,
vitamin yang larut dalam air, dan mineral dan Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka
yang kaya akan oksigen.
5
Untuk lebih jelasnya anatomi hati dapat dilihat pada gambar berikut:

2.2.2. Fungsi Hati


Hati selain salah satu organ di badan kita yang terbesar , juga mempunyai fungsi
yang terbanyak. Fungsi dari hati dapat dilihat sebagai organ keseluruhannya dan dapat
dilihat dari sel-sel dalam hati.
A. Fungsi hati sebagai organ keseluruhannya diantaranya ialah;
1. Ikut mengatur keseimbangan cairan dan elekterolit, karena semua cairan dan garam
akan melewati hati sebelum ke jaringan ekstraseluler lainnya.
2. Hati bersifat sebagai spons akan ikut mengatur volume darah, misalnya pada
dekompensasio kordis kanan maka hati akan membesar.
3. Sebagai alat saringan (filter) Semua makanan dan berbagai macam substansia yang
telah diserap oleh intestine akan dialirkan ke organ melalui sistema portal.
B. Fungsi dari sel-serl hati dapat dibagi
1. Fungsi Sel Epitel di antaranya ialah:
a) Sebagai pusat metabolisme di antaranya metabolisme hidrat, arang, protein, lemak,
empedu, Proses metabolisme akan diuraikan sendiri
b) Sebagai alat penyimpan vitamin dan bahan makanan hasil metabolisme. Hati
menyimpan makanan tersebut tidak hanya untuk kepentingannnya sendiri tetapi untuk
organ lainya juga.
c) Sebagai alat sekresi untuk keperluan badan kita: diantaranya akan mengeluarkan
glukosa, protein, factor koagulasi, enzim, empedu.
d) Proses detoksifikasi, dimana berbagai macam toksik baik eksogen maupun endogen
yang masuk ke badan akan mengalami detoksifikasi dengan cara oksidasi, reduksi,
hidrolisa atau konjugasi.
2. Fungsi sel kupfer sebagai sel endotel mempunyai fungsi sebagai sistem retikulo
endothelial.
a) Sel akan menguraikan Hb menjadi bilirubin
b) Membentuk a-globulin dan immune bodies
c) Sebagai alat fagositosis terhadap bakteri dan elemen puskuler atau makromolekuler.

6
2.3 Patofisiologi Dan Pathway
2.3.1. Patofisiologi
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan
ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps
lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa
fibrosa difus dan nodul sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi
sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga
yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah
porta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan
berbagai macam ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik
dan gangguan aliran darah porta, dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian
dapat pula terjadi pada sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya
terjadi peradangan pada nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi
fibrinogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari reversible menjadi
ireversibel bila telah terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah porta dan
parenkim hati. Gambaran septa ini bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan
etiologi hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis
alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan makrofag menghasilkan
limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini
tidak memerlukan peradangan dan nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah
porta menyebar ke parenkim hati.

7
2.3.2. Pathway

Pathway Sirosis Hepatis (Sirosis Hati)

2.4. Gejala Dan Tanda Klinis


2.4.1. Gejala
Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver
yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, badan
lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip
laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada chirrosis terjadi kerusakan hati yang terus

menerus dan terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus.

8
2.4.2. Tanda Klinis
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
a) Adanya ikterus (penguningan) pada penderita chrirosis.
Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia
sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver
sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya
kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan
penyakit
b) Timbulnya asites dan edema pada penderita chirrosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air
menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah
peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema umumnya timbul setelah
timbulnya asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
c) Hati yang membesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati
membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila
ditekan.
d) Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang memetap
di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap
aliran darah melalui hati.

2.5 KOMPLIKASI
Komplikasi chirrosis hati yang dapat terjadi antara lain:
1. Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan berbahaya pada chirrosis
hati adalah perdarahan akibat pecahnya varises esofagus. Sifat perdarahan yang
ditimbulkan ialah muntah darah atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului
rasa nyeri. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku
karena sudah bercampur dengan asam lambung. Penyebab lain adalah tukak lambung
dan tukak duodeni.
2. Koma hepatikum

9
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak, sehingga hati
tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum mempunyai gejala
karakteristik yaitu hilangnya kesadaran penderita. Koma hepatikum dibagi menjadi dua,
yaitu: Pertama koma hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis hati yang
meluas dan fungsi vital terganggu seluruhnya, maka metabolism tidak dapat berjalan
dengan sempurna. Kedua koma hepatikum sekunder, yaitu koma hepatikum yang
timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung, tetapi oleh sebab lain, antara lain
karena perdarahan, akibat terapi terhadap asites, karena obat-obatan dan pengaruh
substansia nitrogen.
3. Ulkus Peptikum
Timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih besar bila dibandingkan
dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan disebutkan diantaranya ialah
timbulnya hiperemi pada mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang menurun pada
mukosa, dan kemungkinan lain ialah timbulnya defisiensi makanan
4. Karsinoma Hepatoselular
Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama pada bentuk
postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler yang akan berubah menjadi
adenomata multiple kemudian berubah menjadi karsinoma yang multiple
5. Infeksi
Setiap penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk juga penderita
sirosis, kondisi badannya menurun. Infeksi yang sering timbul pada penderita sirosis,
diantaranya adalah : peritonitis, bronchopneumonia, pneumonia, tbc paru-paru,
glomeluronefritis kronik, pielonefritis, sistitis, perikarditis, endokarditis, erysipelas
maupun septikemi.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada ikterus.
Pada penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine berkurang ( urine kurang
dari 4 meq/l) menunjukkan kemungkinan telah terjadi syndrome hepatorenal.
b. Tinja

10
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus, ekskresi
pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam usus
akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja berwarna
cokelat atau kehitaman.
c. Darah
Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –kadang dalam
bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin B12 atau karena
splenomegali. Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan gastrointestinal maka
baru akan terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni bersamaan dengan adanya
trombositopeni.
d. Tes Faal Hati
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi penderita yang
sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin menaik, sedangkan
albumin menurun. Pada orang normal tiap hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada
9
orang dengan sirosis hanya dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari. Kadar normal
38
albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL . Jumlah albumin dan globulin yang masing-masing
diukur melalui proses yang disebut elektroforesis protein serum. Perbandingan normal
39
albumin : globulin adalah 2:1 atau lebih. Selain itu, kadar asam empedu juga
termasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk mendeteksi kelainan hati secara dini.
2. Sarana Penunjang Diagnostik
a. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan fototoraks,
splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP)
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan di hati,
termasuk sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit.
Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan irregular, tepi
hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan
permukaan hati yang irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi
dalam batas nomal.
c. Peritoneoskopi (laparoskopi)

11
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan jelas
kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar atau kecil dan
terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya tumpul. Seringkali didapatkan
pembesaran limpa.

2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam.
2. Diet rendah protein (diet hati III protein 1gr/kg BB, 55 gr protein, 2.000 kalori). Bila
ada asites diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (1.000-2000 mg). Bila
proses tidak aktif diperlukan diet tinggi kalori (2.000-3000 kalori) dan tinggi protein
(80-125 gr/hari). Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah protein
dalam makanan dihentikan (diet hati II) untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi
sedikit sesuai toleransi dan kebutuhan tubuh. Pemberian protein yang melebihi
kemampuan pasien atau meningginya hasil metabolisme protein, dalam darah viseral
dapat mengakibatkan timbulnya koma hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang
cukup perlu diperhatikan.
3. Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai obat-obatan yang jelas tidak
hepatotoksik.
4. Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantai
cabang dengan glukosa.
5. Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang makan dan minum bahan yang mengandung
alkohol.

Penatalaksanaan asitesis dan edema adalah :

1. Istirahat dan diet rendah garam. Dengan istirahat dan diet rendah garam (200-500 mg
perhari), kadang-kadang asitesis dan edema telah dapat diatasi. Adakalanya harus
dibantu dengan membatasi jumlah pemasukan cairan selama 24 jam, hanya sampai 1
liter atau kurang.

12
2. Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan diuretik berupa
spironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hari bila
setelah 3 – 4 hari tidak terdapat perubahan.
3. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi
medikamentosa yang intensif), dilakukan terapi parasentesis. Walupun merupakan cara
pengobatan asites yang tergolong kuno dan sempat ditinggalkan karena berbagai
komplikasinya, parasentesis banyak kembali dicoba untuk digunakan. Pada umunya
parasentesis aman apabila disertai dengan infus albumin sebanyak 6 – 8 gr untuk setiap
liter cairan asites. Selain albumin dapat pula digunakan dekstran 70 % Walaupun
demikian untuk mencegah pembentukan asites setelah parasentesis, pengaturan diet
rendah garam dan diuretik biasanya tetap diperlukan.
4. Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat badan 1 kg/hari. Hati-
hati bila cairan terlalu banyak dikeluarkan dalam suatu saat, dapat mencetuskan
ensefalopati hepatik

2.8 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada klien dengan chirrosis hepatis dilakukan mulai dari pengumpulan data
yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat
kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji
pada klien degan chirrosis hepatis :

1. Aktivitas dan istirahat :


kelemahan, kelelahan, terlalu lelah, letargi, penurunan massa otot/tonus.
2. Sirkulasi
Riwayat Gagal jantung koroner kronis, perikarditis, penyakit jantung, reumatik, kanker
(malfungsi hati menimbulkan gagal hati), Distrimia, bunyi jantung ekstra (S3, S4).
3. Eliminasi
Flatus, Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan atau tidak
ada bising usus, Feces warna tanah liat, melena, urin gelap, pekat.
4. Nutrisi
Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat menerima, Mual, muntah,
Penurunan berat badan atau peningkatan cairan penggunaan jaringan, Edema umum
13
pada jaringan, Kulit kering,Turgor buruk, Ikterik, angioma spider, Nafas berbau/fetor
hepatikus, perdarahan gusi.
5. Neurosensori
Orang terdekat dapat melaporkan perubahan keperibadian, penurunan mental,
perubahan mental, bingung halusinasi, koma bicara lambat/tak jelas.
6. Nyeri
Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran atas, Pruritus, Neuritis Perifer, Perilaku berhati-
hati/distraksi, Fokus pada diri sendiri.
7. Respirasi
Dispnea Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, Ekspansi paru terbatas
(asites), Hipoksia.
8. Keamanan
Pruritus, Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), Ikterik, ekimosis, petekia.
Angioma spider/teleangiektasis, eritema palmar.
9. Seksualitas
Gangguan menstruasi/impoten, Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada,
bawah lengan, pubis).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan
2. Perubahan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis
3. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan edema.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status imunologi yang
terganggu
5. Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan gangguan gastrointestinal.
6. Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan mekanisme
pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.
7. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologi (hati yang membesar serta nyeri
tekan dan asites)
8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.
9. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran fungsi hati dan
peningkatan kadar ammonia
14
10. Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan
toraks akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks
C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan NOC NIC Rasional
Intoleransi Tujuan: 1. Tawarkan diet tinggi1. Memberikan kalori bagi
aktivitas Peningkatan energi kalori, tinggi protein tenaga dan protein bagi
berhubungan dan partisipasi (TKTP). proses penyembuhan.
dengan kelelahan dalam aktivitas 2. Berikan suplemen 2. Memberikan nutrien
dan penurunan Kriteria Hasil: vitamin (A, B tambahan.
berat badan · Melaporkan kompleks, C dan K) 3. Menghemat tenaga pasien
peningkatan 3. Motivasi pasien sambil mendorong pasien
kekuatan dan untuk melakukan untuk melakukan latihan
kesehatan pasien. latihan yang dalam batas toleransi
· Merencanakan diselingi istirahat pasien.
aktivitas untuk 4. Motivasi dan bantu 4. Memperbaiki perasaan
memberikan pasien untuk sehat secara umum dan
kesempatan melakukan latihan percaya diri
istirahat yang dengan periode
cukup. waktu yang
· Meningkatkan ditingkatkan secara
aktivitas dan bertahap
latihan bersamaan
dengan
bertambahnya
kekuatan.
· Memperlihatkan
asupan nutrien
yang adekuat dan
menghilangkan
alkohol dari diet.
Perubahan suhu Tujuan: 1. Catat suhu tubuh 1. Memberikan dasar untuk

15
tubuh: Pemeliharaan suhu secara teratur. deteksi hati dan evaluasi
hipertermia tubuh yang normal 2. Motivasi asupan intervensi.
berhubungan Kriteria Hasil: cairan 2. Memperbaiki kehilangan
dengan proses· Melaporkan suhu3. Lakukan kompres cairan akibat perspirasi
inflamasi pada tubuh yang normal dingin atau kantong serta febris dan
sirosis dan tidak es untuk meningkatkan tingkat
terdapatnya gejala menurunkan kenyamanan pasien.
menggigil atau kenaikan suhu tubuh.3. Menurunkan panas
perspirasi. 4. Berikan antibiotik melalui proses konduksi
· Memperlihatkan seperti yang serta evaporasi, dan
asupan cairan yang diresepkan. meningkatkan tingkat
adekuat. 5. Hindari kontak kenyaman pasien.
dengan infeksi. 4. Meningkatkan
6. Jaga agar pasien konsentrasi antibiotik
dapat beristirahat serum yang tepat untuk
sementara suhu mengatasi infeksi.
tubuhnya tinggi. 5. Meminimalkan resiko
peningkatan infeksi, suhu
tubuh serta laju metabolik.
6. Mengurangi laju
metabolik.
Gangguan Tujuan: 1. Batasi natrium 1. Meminimalkan
integritas kulit Memperbaiki seperti yang pembentukan edema.
yang integritas kulit dan diresepkan. 2. Jaringan dan kulit yang
berhubungan proteksi jaringan
2. Berikan perhatian edematus mengganggu
dengan yang mengalami dan perawatan yang suplai nutrien dan sangat
pembentukan edema. cermat pada kulit. rentan terhadap tekanan
edema. Kriteria Hasil: 3. Balik dan ubah serta trauma.
· Memperlihatkan posisi pasien dengan 3. Meminimalkan tekanan
turgor kulit yang sering. yang lama dan
normal pada
4. Timbang berat meningkatkan mobilisasi
ekstremitas dan badan dan catat edema.

16
batang tubun. asupan serta 4. Memungkinkan perkiraan
· Tidak haluaran cairan status cairan dan
memperlihatkan setiap hari. pemantauan terhadap
luka pada kulit. 5. Lakukan latihan adanya retensi serta
· Memperlihatkan gerak secara pasif, kehilangan cairan dengan
jaringan yang tinggikan cara yang paling baik.
normal tanpa gejala ekstremitas 5. Meningkatkan mobilisasi
eritema, perubahan edematus. edema.
warna atau
6. Letakkan bantalan 6. Melindungi tonjolan
peningkatan suhu busa yang kecil tulang dan meminimalkan
di daerah tonjolan dibawah tumit, trauma jika dilakukan
tulang. maleolus dan dengan benar.
· Mengubah posisi tonjolan tulang
dengan sering. lainnya.

Gangguan Tujuan: 1. Observasi dan catat 1. Memberikan dasar untuk


integritas kulit Memperbaiki derajat ikterus pada deteksi perubahan dan
berhubungan integritas kulit dan kulit dan sklera. evaluasi intervensi.
dengan ikterus meminimalkan 2. Lakukan perawatan 2. Mencegah kekeringan
dan status iritasi kulit yang sering pada kulit dan meminimalkan
imunologi yang Kriteria Hasil: kulit, mandi tanpa pruritus.
terganggu · Memperlihatkan menggunakan sabun 3. Mencegah ekskoriasi kulit
kulit yang utuh dan melakukan akibat garukan.
tanpa terlihat luka masase dengan
atau infeksi. losion pelembut
· Melaporkan tidak (emolien).
adanya pruritus. 3. Jaga agar kuku
· Memperlihatkan pasien selalu pendek.
pengurangan gejala
ikterus pada kulit
dan sklera.
· Menggunakan

17
emolien dan
menghindari
pemakaian sabun
dalam menjaga
higiene sehari-hari.
Perubahan status Tujuan: Perbaikan1. Motivasi pasien 1. Motivasi sangat penting
nutrisi, kurang status nutrisi untuk makan bagi penderita anoreksia
dari kebutuhan Kriteria Hasil: makanan dan dan gangguan
tubuh · Memperlihatkan suplemen makanan. gastrointestinal.
berhubungan asupan makanan2. Tawarkan makan 2. Makanan dengan porsi
dengan anoreksia yang tinggi kalori, makanan dengan kecil dan sering lebih
dan gangguan tinggi protein porsi sedikit tapi ditolerir oleh penderita
gastrointestinal. dengan jumlah sering. anoreksia.
memadai. 3. Hidangkan makanan3.Meningkatkan selera makan
· Mengenali yang menimbulkan dan rasa sehat.
makanan dan selera dan menarik 4. Menghilangkan makanan
minuman yang dalam penyajiannya. dengan “kalori kosong”
bergizi dan4. Pantang alkohol. dan menghindari iritasi
diperbolehkan 5. Pelihara higiene oral lambung oleh alkohol.
dalam diet. sebelum makan. 5. Mengurangi citarasa yang
· Bertambah berat6. Pasang ice collar tidak enak dan
tanpa untuk mengatasi merangsang selera makan.
memperlihatkan mual. 6. Dapat mengurangi
penambahan edema7. Berikan obat yang frekuensi mual.
dan pembentukan diresepkan untuk 7. Mengurangi gejala
asites. mengatasi mual, gastrointestinal dan
· Mengenali dasar muntah, diare atau perasaan tidak enak pada
pemikiran mengapa konstipasi. perut yang mengurangi
pasien harus makan8. Motivasi selera makan dan
sedikit-sedikit tapi peningkatan asupan keinginan terhadap
sering. cairan dan latihan makanan.
· Melaporkan jika pasien 8. Meningkatkan pola

18
peningkatan selera melaporkan defekasi yang normal dan
makan dan rasa konstipasi. mengurangi rasa tidakenak
sehat. 9. Amati gejala yang serta distensi pada
· Menyisihkan membuktikan abdomen.
alkohol dari dalam adanya perdarahan 9. Mendeteksi komplikasi
diet. gastrointestinal. gastrointestinal yang
· Turut serta dalam serius.
upaya memelihara
higiene oral
sebelum makan dan
menghadapi mual.
· Menggunakna obat
kelainan
gastrointestinal
seperti yang
diresepkan.
· Melaporkan fungsi
gastrointestinal
yang normal
dengan defekasi
yang teratur.
· Mengenali gejala
yang dapat
dilaporkan: melena,
pendarahan yang
nyata.
Resiko cedera Tujuan: 1. Amati setiap feses1. Memungkinkan deteksi
berhubungan Pengurangan resiko yang dieksresikan perdarahan dalam traktus
dengan hipertensi cedera untuk memeriksa gastrointestinal.
portal, perubahan Kriteria Hasil: warna, konsistensi 2. Dapat menunjukkan
mekanisme · Tidak dan jumlahnya. tanda-tanda dini
pembekuan dan memperlihatkan 2. Waspadai gejala perdarahan dan syok.

19
gangguan dalam adanya perdarahan ansietas, rasa penuh3. Mendeteksi tanda dini
proses yang nyata dari pada epigastrium, yang membuktikan adanya
detoksifikasi traktus kelemahan dan perdarahan.
obat. gastrointestinal. kegelisahan. 4. Menunjukkan perubahan
· Tidak
3. Periksa setiap feses pada mekanisme
memperlihatkan dan muntahan untuk pembekuan darah.
adanya mendeteksi darah 5. Memberikan dasar dan
kegelisahan, rasa yang tersembunyi. bukti adanya hipovolemia
penuh pada
4. Amati manifestasi dan syok.
epigastrium dan hemoragi: ekimosis,6. Meminimalkan resiko
indikator lain yang epitaksis, petekie perdarahan dan mengejan.
menunjukkan dan perdarahan gusi.
7. Memudahkan insersi
hemoragi serta
5. Catat tanda-tanda kateter kontraumatik untuk
syok. vital dengan interval mengatasi perdarahan
· Memperlihatkan waktu tertentu. dengan segera pada pasien
hasil pemeriksaan
6. Jaga agar pasien yang cemas dan melawan.
yang negatif untuk tenang dan 8. Memungkinkan deteksi
perdarahan membatasi reaksi transfusi (resiko ini
tersembunyi aktivitasnya. akan meningkat dengan
gastrointestinal. 7. Bantu dokter dalam pelaksanaan lebih dari satu
· Bebas dari daerah- memasang kateter kali transfusi yang
daerah yang untuk tamponade diperlukan untuk
mengalami balon esofagus. mengatasi perdarahan aktif
ekimosis atau
8. Lakukan observasi dari varises esofagus)
pembentukan selama transfusi 9. Membantu mengevaluasi
hematom. darah dilaksanakan. taraf perdarahan dan
· Memperlihatkan
9. Ukur dan catat kehilangan darah.
tanda-tanda vital sifat, waktu serta 10. Mengurangi resiko
yang normal. jumlah muntahan. aspirasi isi lambung dan
· Mempertahankan
10. Pertahankan pasien meminimalkan resiko
istirahat dalam dalam keadaan puasa trauma lebih lanjut pada
keadaan tenang jika diperlukan. esofagus dan lambung.

20
ketika terjadi
11. Berikan vitamin K 11. Meningkatkan pembekuan
perdarahan aktif. seperti yang dengan memberikan
· Mengenali rasional diresepkan. vitamin larut lemak yang
untuk melakukan
12. Dampingi pasien diperlukan untuk
transfusi darah dan secara terus menerus mekanisme pembekuan
tindakan guna selama episode darah.
mengatasi perdarahan. 12. Menenangkan pasien yang
perdarahan. 13. Tawarkan minuman merasa cemas dan
· Melakukan dingin lewat mulut memungkinkan
tindakan untuk ketika perdarahan pemantauan serta deteksi
mencegah trauma teratasi (bila terhadap kebutuhan pasien
(misalnya, diinstruksikan). selanjutnya.
menggunakan sikat
14. Lakukan tindakan 13. Mengurangi resiko
gigi yang lunak, untuk mencegah perdarahan lebih lanjut
membuang ingus trauma : dengan meningkatkan
secara perlahan-a. Mempertahankan vasokontriksi pembuluh
lahan, menghindari lingkungan yang darah esofagus dan
terbentur serta aman. lambung.
terjatuh, b. Mendorong pasien14. Meningkatkan keamanan
menghindari untuk membuang pasien.
mengejan pada saat ingus secara a. Mengurangi resiko trauma
defekasi). perlahan-lahan. dan perdarahan dengan
· Tidak mengalamic. Menyediakan sikat menghindari cedera,
efek samping gigi yang lunak dan terjatuh, terpotong, dll.
pemberian obat. menghindari b. Mengurangi resiko
· Menggunakan penggunaan tusuk epistaksis sekunder akibat
semua obat seperti gigi. trauma dan penurunan
yang diresepkan. d. Mendorong pembekuan darah.
· Mengenali rasional konsumsi makanan c. Mencegah trauma pada
untuk melakukan dengan kandungan mukosa oral sementara
tindakan penjagaan vitamin C yang higiene oral yang baik
dengan tinggi. ditingkatkan.

21
menggunakan e. Melakukan kompresd. Meningkatkan proses
semua obat. dingin jika penyembuhan
diperlukan. e. Mengurangi perdarahan
f. Mencatat lokasi ke dalam jaringan dengan
tempat perdarahan. meningkatkan
g. Menggunakan vasokontriksi lokal.
jarum kecil ketika f. Memungkinkan deteksi
melakukan tempat perdarahan yang
penyuntikan. baru dan pemantauan
15. Berikan obat dengan tempat perdarahan
hati-hati; pantau efek sebelumnya.
samping pemberian g. Meminimalkan
obat. perambesan dan
kehilangan darah akibat
penyuntikan yang berkali-
kali.
15. Mengurangi resiko efek
samping yang terjadi
sekunder karena
ketidakmampuan hati yang
rusak untuk melakukan
detoksifikasi
(memetabolisasi) obat
secara normal.
Nyeri kronis Tujuan: 1. Pertahankan tirah 1. Mengurangi kebutuhan
berhubungan Peningkatan rasa baring ketika pasien metabolik dan melindungi
dengan agen kenyamanan mengalami hati.
injuri biologi Kriteria Hasil: gangguan rasa 2. Mengurangi iritabilitas
(hati yang· Mempertahankan nyaman pada traktus gastrointestinal dan
membesar serta tirah baring dan abdomen. nyeri serta gangguan rasa
nyeri tekan dan mengurangi 2. Berikan nyaman pada abdomen.
asites) aktivitas ketika antipasmodik dan 3. Memberikan dasar untuk

22
nyeri terasa. sedatif seperti yang mendeteksi lebih lanjut
· Menggunakan diresepkan. kemunduran keadaan
antipasmodik dan3. Kurangi asupan pasien dan untuk
sedatif sesuai natrium dan cairan mengevaluasi intervensi.
indikasi dan resep jika diinstruksikan. 4. Meminimalkan
yang diberikan. pembentukan asites lebih
· Melaporkan lanjut.
pengurangan rasa
nyeri dan gangguan
rasa nyaman pada
abdomen.
· Melaporkan rasa
nyeri dan gangguan
rasa nyaman jika
terasa.
· Mengurangi
asupan natrium dan
cairan sesuai
kebutuhan hingga
tingkat yang
diinstruksikan
untuk mengatasi
asites.
· Merasakan
pengurangan rasa
nyeri.
· Memperlihatkan
pengurangan rasa
nyeri.
· Memperlihatkan
pengurangan
lingkar perut dan

23
perubahan berat
badan yang sesuai.
Kelebihan Tujuan: Pemulihan1. Batasi asupan 1. Meminimalkan
volume cairan kepada volume natrium dan cairan pembentukan asites dan
berhubungan cairan yang normal jika diinstruksikan. edema.
dengan asites dan Kriteria Hasil: 2. Berikan diuretik, 2. Meningkatkan ekskresi
pembentukan · Mengikuti diet suplemen kalium cairan lewat ginjal dan
edema. rendah natrium dan dan protein seperti mempertahankan
pembatasan cairan yang keseimbangan cairan serta
seperti yang dipreskripsikan. elektrolit yang normal.
diinstruksikan. 3. Catat asupan dan 3. Menilai efektivitas terapi
· Menggunakan haluaran cairan. dan kecukupan asupan
diuretik, suplemen4. Ukur dan catat cairan.
kalium dan protein lingkar perut setiap 4. Memantau perubahan
sesuai indikasi hari. pada pembentukan asites
tanpa mengalami5. Jelaskan rasional dan penumpukan cairan.
efek samping. pembatasan natrium5. Meningkatkan
· Memperlihatkan dan cairan. pemahaman dan kerjasama
peningkatan pasien dalam menjalani
haluaran urine. dan melaksanakan
· Memperlihatkan pembatasan cairan.
pengecilan lingkar
perut.
· Mengidentifikasi
rasional
pembatasan
natrium dan cairan.
Perubahan proses Tujuan: Perbaikan 1. Batasi protein 1. Mengurangi sumber
berpikir status mental makanan seperti amonia (makanan sumber
berhubungan Kriteria Hasil: yang diresepkan. protein).
dengan · - Memperlihatkan 2. Berikan makanan 2. Meningkatkan asupan
kemunduran perbaikan status sumber karbohidrat karbohidrat yang adekuat

24
fungsi hati dan mental. dalam porsi kecil untuk memenuhi
peningkatan · - Memperlihatkan tapi sering. kebutuhan energi dan
kadar amonia. kadar amonia 3. Berikan “mempertahankan” protein
serum dalam batas- perlindungan terhadap proses
batas yang normal. terhadap infeksi. pemecahannya untuk
· - Memiliki 4. Pertahankan menghasilkan tenaga.
orientasi terhadap lingkungan agar 3. Memperkecil resiko
waktu, tempat dan tetap hangat dan terjadinya peningkatan
orang. bebas dari angin. kebutuhan metabolik lebih
· - Melaporkan 5. Pasang bantalan lanjut.
pola tidur yang pada penghalang di 4. Meminimalkan gejala
normal. samping tempat menggigil karena akan
· Menunjukkan tidur. meningkatkan kebutuhan
perhatian terhadap 6. Batasi pengunjung. metabolik.
kejadian dan 7. Lakukan 5. Memberikan
aktivitas di pengawasan perlindungan kepada
lingkungannya. keperawatan yang pasien jika terjadi koma
· Memperlihatkan cermat untuk hepatik dan serangan
rentang perhatian memastikan kejang.
yang normal. keamanan pasien. 6. Meminimalkan aktivitas
· Mengikuti dan 8. Hindari pemakaian pasien dan kebutuhan
turut serta dalam preparat opiat dan metaboliknya.
percakapan secara barbiturat. 7. Melakukan pemantauan
tepat. 9. Bangunkan dengan ketat terhadap gejala yang
· Melaporkan interval. baru terjadi dan
kontinensia fekal meminimalkan trauma
dan urin. pada pasien yang
· Tidak mengalami mengalami gejala konfusi.
kejang. 8. Mencegah penyamaran
gejala koma hepatik dan
mencegah overdosis obat
yang terjadi sekunder

25
akibat penurunan
kemampuan hati yang
rusak untuk
memetabolisme preparat
narkotik dan barbiturat.
9. Memberikan stimulasi
kepada pasien dan
kesempatan untuk
mengamati tingkat
kesadaran pasien.
Pola napas yang Tujuan: Perbaikan1. Tinggalkan bagian1. Mengurangi tekanan
tidak efektif status pernapasan kepala tempat tidur. abdominal pada diafragma
berhubungan KriteriaHasil: 2. Hemat tenaga dan memungkinkan
dengan asites dan· Mengalami pasien. pengembangan toraks dan
restriksi perbaikan status3. Ubah posisi ekspansi paru yang
pengembangan pernapasan. dengan interval. maksimal.
toraks akibat· Melaporkan4. Bantu pasien 2. Mengurangi kebutuhan
aistes, distensi pengurangan gejala dalam menjalani metabolik dan oksigen
abdomen serta sesak napas. parasentesis atau pasien.
adanya cairan· Melaporkan torakosentesis. 3. Meningkatkan ekspansi
dalam rongga peningkatan tenaga
a. Berikan dukungan (pengembangan) dan
toraks dan rasa sehat. dan pertahankan oksigenasi pada semua
· Memperlihatkan posisi selama bagian paru).
frekuensi respirasi menjalani prosedur. 4. Parasentesis dan
yang normal (12-
b. Mencatat jumlah torakosentesis (yang
18/menit) tanpa dan sifat cairan yang dilakukan untuk
terdengarnya suara diaspirasi. mengeluarkan cairan dari
pernapasan c. Melakukan rongga toraks) merupakan
tambahan. observasi terhadap tindakan yang menakutkan
· Memperlihatkan bukti terjadinya bagi pasien. Bantu pasien
pengembangan batuk, peningkatan agar bekerja sama dalam
toraks yang penuh dispnu atau menjalani prosedur ini

26
tanpa gejala frekuensi denyut dengan meminimalkan
pernapasan nadi. resiko dan gangguan rasa
dangkal. nyaman.
· Memperlihatkan a. Menghasilkan catatan
gas darah yang tentang cairan yang
normal. dikeluarkan dan indikasi
· Tidak mengalami keterbatasan
gejala konfusi atau pengembangan paru oleh
sianosis. cairan.
b. Menunjukkan iritasi
rongga pleura dan bukti
adanya gangguan fungsi
respirasi oleh
pneumotoraks atau
hemotoraks (penumpukan
udara atau darah dalam
rongga pleura).

27
BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. M. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Surabaya
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
No. RM : 71714xxx
3.2 Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama :
pasien mengatakan perut terasa penuh dan nyeri pada perut
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan sebelum dirawat di RSU Haji, pasien pernah dirawat di RS dr.
Soetomo 3 tahun yanng lalu karena sakit liver. Dan pada 2 bulan yang lalu pasien
menderita Hepatitis B + asites.
Pada tanggal 9 november 2016 pukul 09.30 wib pasien masuk ke IGD rumah
sakit umum haji Surabaya
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengatakan sebelum dirawat di RSU Haji, pasien pernah dirawat di RS dr.
Soetomo 3 tahun yanng lalu karena sakit liver. Dan pada 2 bulan yang lalu pasien
menderita Hepatitis B + asites.
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan pada riwayat keluarga tidak ada yang memiliki penyakit
yang sama dengan pasien .

28
Genogram :

42

Riwayat Alergi :
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap apapun (makanan, obat,
benda, dll).
3.3 Observasi dan Pemeriksaan Fisik
a) ROS
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,4oC
Nadi : 86 x/menit RR : 20x/menit
TB : 170 cm BBSMRS : 45 kg
BBMRS : 51 kg
b) Pernafasan
Bentuk dada : normochest Pergerakan dada : simetris
Otot bantu nafas : tidak terlihat
Irama nafas : regular
Pola nafas : vesicular
Suara nafas : normal
Sputum : tidak ada Warna : tidak ada
Sianosis : tidak ada
MK : Tidak ada Masalah Keperawatan
c) Kardiovaskular dan limfatik
29
Ictus cordis : ICS 4 midclavikula dekstra
Nyeri dada : tidak ada
Irama jantung : Reguler
Bunyi jantung : s1/s2 tunggal
CRT : < 2 detik
Akral : hangat, kering, merah
Edema : ada
Jelaskan : pada ekstermitas bawah
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
MK : kelebihan volume cairan
d) Persarafan
GCS eye : 4 verbal : 5 motorik : 6 total : 15
Reflek fisiologi : bisep +/+ trisep +/+ patella +/+ aciles +/+
Reflek patologis : kaku kuduk (-) brudzinki 1&2 (-)
Nervus Kranial I : pasien mampu mencium bau
Nervus Kranial II : pasien mampu membaca dengan jarak 30 cm
Nervus Kranial III : pasien mampu menggerakkan bola mata
Nervus Kranial IV : pasien mampu menggerakkan bola mata
Nervus Kranial V : pasien dapat merasakan rangsangan
Nervus Kranial VI : pasien mampu menggerakkan bola mata
Nervus Kranial VII : pasien mampu mengerutkan dahi
Nervus Kranial VIII : tidak ada laterasi dikedua telinga
Nervus Kranial IX : pasien mampu menelan
Nervus Kranial X : pasien mampu menelan
Nervus Kranial XI : otot bantu nafas tidak terlihat
Nervus Kranial XII : pasien mampu menjulurkan lidah
Paralisis : (-)
Penciuman :
- Bentuk hidung : simetris
- Septum : ditengah
- Gangguan/ kelainan : tidak ada
- Polip : tidak ada
30
Wajah & penglihatan :
- Mata : simetris - Kelainan : tidak ada
- Pupil : isokhor - Reflek cahaya : +/+ 2mm
- Konjungtiva : tidak anemis
- Sclera : tidak ikterik
- Lapang pandang : kesegala arah
Pendengaran :
- Telinga : simetris - Kelainan : tidak ada
- Kebersihan : bersih
- Gangguan : tidak ada - Alat bantu : tidak ada
Lidah :
- Kebersihan : bersih - uvula : ditengah
- Kesulitan telan : tidak ada
MK : tidak ada masalah keperawwatan
e) Perkemihan
Kandung kemih : tidak tegang Nyeri tekan : Tidak Ada
Eliminasi uri SMRS
- Frekuensi : 4x/ hari
- Jumlah : 1400cc
- Warna : kuning jernih
Eliminasi uri MRS
- Frekuensi : 2x/ hari - Alat bantu : tidak ada
- Jumlah : 700cc
- Warna : kuning pekat
Gangguan : tidak ada
MK : kelebihan volume cairan
f) Pencernaan
Mulut : bersih, membrane mukosa lembab
Gigi/ gigi palsu : 30/ tidak ada
Faring : tidak ada peradangan
Diit makan & minum SMRS : pasien makan 3x sehari dan banyak minum.
Diit RS :
- Diit : TIM, RL 1900 kkal - Frekuensi :3x/hari
31
- Nafsu makan : tidak nafsu
- Muntah : (-) - Mual : (-)
- Jenis : Nasi TIM - NGT : (-)
- Porsi : ¼ porsi
- Frekuensi minum
Jumlah : 600cc/ hari Jenis : air mineral
Abdomen :
- Bentuk perut : cembung
- Kelainan andomen : ascites
- Hepar & lien : tidak teraba
- Nyeri abdomen : ada nyeri
- Skala : 5 (1-10) nyeri hilang timbul saat ditekan, nyeri
seperti di tusuk-tusuk
Rectum dan anus : tidak ada benjolan yang mencurigakan
- Eliminasi alvi SMRS :
Frekuensi : 1x/ hari Warna : kuning
Konsistensi : lunak
- Eliminasi alvi MRS :
Frekuensi :tidak bisa bab Warna : (-)
Konsistensi : (-) Colostomi : tidak ada
MK : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Nyeri akut
g) Musculoskeletal & Integumen
Rambut, kulit kepala : hitam, sedikit kotor, tidak ada benjolan
Warna kulit : kecoklatan
Turgor kulit : tidak elastis dan kencang
ROM : terbatas, pada ekstremitas bawah
Kekuatan otot : Tangan kanan : 5555 Tangan kiri :5555
Kaki kanan : 5555 Kaki Kiri :5555

Tulang : tidak ada kelainan/ fraktur


Kelainan jaringan : tidak ada

32
Lain lain : kedua ekstermitas bawah edema, pasien
kesulitan berjalan
MK : Intoleransi aktifitas
h) Endokrin
Thyroid : tidak ada pembesaran thyroid
Hiperglikemi : tidak ada
Hipoglikemi : tidak ada
MK : Tidak ada masalah keperawatan.

i) Kemampuan Perawatan Diri

SMRS MRS Skor

Mandi 1 3 1 : mandiri
Berpakaian/dandan 1 3 2 : alat bantu
3 : dibantu orang lain dan
alat
Toleting/eliminasi 1 3 4 : tergantung/ tidak
mampu

Mobilitas tempat tidur 1 3


Berpindah 1 3
Berjalan 1 3
Naik tangga 1
Berbelanja 1
Memasak 1
Pemeliharaan rumah 1
Alat bantu berupa : Dibantu Keluarga
MK : Intoleransi Aktivitas
j) Personal Hygiene
Mandi SMRS : 2x/ hari Mandi MRS : 2x/ hari (seka)
Keramas :2 hari sekali Keramas : belum pernah
Ganti pakaian : 2x/ hari Ganti pakaian : 1 x sehari
Menyikat gigi : 2x/ hari Menyikat : 1 x/hari
33
Memotong kuku : 1x/minggu Memotong kuku: 1x/minggu
MK : Tidak ada Malasah keperawatan
k). Istirahat Tidur
Istrirahat Tiddur SMRS: Tidur 8 jam per hari
Istirahat Tidur MRS : tidur malam pukul 22.00-05.30 Wib
Kualitas Tidur: pasien mengatakan tidurnya nyenyak
MK: Tidak Ada Masalah Keperawatan.
k) Kognitif Perseptual Psikososiospiritual
Persepsi terhadap sehat sakit : pasien mengatakan sakit adalah cobaan dari yang maha
kuasa, sedangkan sehat adalah bebas dari prnyakit.
Konsep diri :
Citra diri : pasien menyadari keadaan sekaarang tidak seperti dulu lagi saat masih sehat dan bebas
beraktivitas
Ideal diri: pasien mengatakan ingin cepat sembuh agar dapat beraktivitas seperti dahulu
Harga diri: pasien merasa cemas
Fungsi diri: pasien merasa fungsi dirinya sebagai seorang ayah sekarang sedikit berkurang karna
sakit
Identitas diri: pasien seorang ayah berusia 42 tahun.
Kemampuan adaptasi terhadap masalah :
Ansietas : tidak ada
Aktivitas sehari-hari : pasien berkerja, selama di RS pasien istirahat total
Rekreasi : bercanda dengan istrinya
Olahraga : -
System pendukung : keluarga
Hubungan dengan orang lain : baik
Kegiatan ibadah : membaca sholawat setiap hari
MK : Intoleransi Aktivias
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
2 november 2016
HBV DNA terdeteksi 5,32 x10^5 IU/ml
9 november 2016
USG : Ascites
34
12 november 2016
Hb: 10,1 g/dl normal : 12,8-16,5 g/dl
Leukosit : 6,890 /mm^3 normal : 4500-13.500/mm^3
Hematokrit : 29,7 % normal : 33-45%
Trombosit : 151.000/mm^3 normal : 150.000-440.000 /mm^3
Tanggal 13 november 2016
Acites Normal
Kalium 3,1 mmol/L 3,6-5,0 mmol/L
Natrium 228 mmol/L 136-145 mmol/L
Chlaride 93 mmol/L 96-106 mmol/L
Photo
Thorax AP

3.5 Penatalaksanaan
Injeksi : Komposisi Indikasi
1. Injeksi cefotaxime 3x2 gr ceftaxime sodium  Infeksi saluran pernafasan
 Infeksi pada teling
 Infeksi adominal
 Infeksi kulit, jaringan lunak

2. injeksi omeprazol 2x40 Serbuk isoilisasi  Untuk mengobati tukak lambung


gr
3. Ondansentron 3x 4  Untuk mual dan muntah

4. Kalnex 3x 500 mg Tranexamic Acid  Untuk edema angioneurotik


herediter

5. Vit K 3x 1amp

6. Foursemide 2x1 amp Furosemide  Untuk edema jantung, ginjal, hati


 Edema perifer karena obstruksi
mekanisme

Oral Komposisi Indikasi

35
1. Curcuma 3x1 tab Ekstrak curcuma Membantu memeliara kesehatan
xanthorhizo fungsi hati

2. Chlorpramzine 3x50mg Omeprazole  Terapi shcizovernia


 Mengilangkan kegelisahan

36
3.6 Analisa Data

No Data Subyektif Etiologi Problem

1. Ds: Agen cedera biologis Nyeri Akut


(infeksi): serosis
P: pasien mengatakan nyeri
hepatis
karena perut semakin
membesar

Q: nyeri hilang timbul saat Nyeri akut


ditekan

R: di bagian perut

S: dengan skala 5 dari skala


(1-10)

Do: pasien tampak gelisah,


pasien tampak memegang
perut yang nyeri dan pasien
tampak meringis

2. Ds: pasien mengatakan Edema pada Intoleransi aktivitas


badan terasa lemas dan ekstermitas bawah
dibantu dalam segala hal
mulai dari makan, BAB,
BAK dan berpindah. Imobilitas

Do: pasien tampak lemas,


kesulitan dalam bergerak.
Intoleransi aktivitas
ROM terbatas pada
ekstermitas bawah : edema.
Pasien bed rest di tempat
tidur.

37
3. Ds: pasien mengatakan tidak Ascites Ketidak seimbangan nutrisi
nafsu makan karena perut kurang dari kebuutuhan
terasa penuh tuubuh
Tidak nafsu makan
Do:

a. BB SMRS : 45 kg
BB MRS : 51 kg Ketidak seimbangan
TB : 171 kg nutrisi kurang dari
IMT : 17,6 (BB kurang) kebuutuhan tuubuh
b. Hb = 10,1 g/dl
Kalium = 3,1 mmol/L
Natrium = 2,28 mmol/L
Chlorida = 93 mmol/L
c. Pasien tampak kurus, lemas,
asites, pasien habis ¼ porsi
makan, pasien anemis,
ikterik.
d. Nasi tim, RL 1900 kkal.

4. Ds : pasien mengatakan Gangguan Kelebihan volume cairan


perutnya terasa keras dan mekanisme regulasi
penuh

Do : Ascites dan edema pada


Ascites + edema
kedua kaki. Derajat edema =
3 dengan kedalaman 5 mm (
waktu kembali 7 detik)
Kelebihan volume
turgor kulit tidak elastis.
cairan

38
3.7 Prioritas Masalah

Tanggal
No. Masalah Keperawatan Paraf
Ditemukan Teratasi
1. Nyeri Akut 14-11-2016

2. Kelebihan volume cairan 14-11-2016

3. Ketidak seimbangan nutrisi 14-11-2016


kurang dari kebutuhan tubuh

4. Intoleransi aktivitas 14-11-2016

39
3.8 PERENCANAAN

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWA DAN
TAN KRITERIA
HASIL

1. Nyeri akut b.d Setelah O: Manajemen 1. mempersiapkan


agen cedera dilakukan medikasi (siapkan membersihkan,
biologis : SH tindakan Obat apa saja yang memberikan dan
keperawatan akan diberikan pada mengevaluasi
selama pasien, dan pantau keefektifan obat resep
Nyeri akut dirumah sakit reaksi Obat) dan obat bebas
diharapkan
2. memfasilitasi
M: Manajemen nyeri
nyeri akut
(lakukan manajemen penggunaan obat obat
berkurang
nyeri Non resep atau obat bebas
Kriteria Hasil farmakologis dengan secara aman dan efektif
1. Kepuasan menarik nafas dalam3. meringankan atau
klien tentang dari hidung dan mengurangi nyeri
tingkat mengeluarkannya sampai pada tingkat
persepsi dari mulut, dan kenyamanan yang dapat
positif ajarkan tehnik diterima oleh pasien.
terhadap relaksasi dengan
4. menggunakan agen
kemudahan membayang kan
farmakologis untuk
fisik dan sesuatu yang
mengurangi atau
psikologis membuat pasien
menghilangkan nyeri.
senang)
2. Tingkat
keparahan E: Pemberian
nyeri bisa medikasi
dilaporkan
(edukasikan
kepasien untuk
selalu menggunakan
40
tehnik manajemen
nyeri jika terjadi
kekambuhan)

K: Kolaborasi
pemberian analgesic

(Pemberian obat anti


nyeri antrain 500mg
melali IV)

2. Kelebihan O:catat batas tanda 1.indikator


volume cairan vital:berat perbandingan
b.d gangguan temperature,nadiresp perubahan sebelum dan
mekanisme irasi,dan tekanan sesudah dialysis
regulasi darah
2.informasi terkai
Acites dan M: menjelaskan hemodialisis
edema prosedur
3.identifikasi tanda
hemodialisa dan
gejala pasien yang perlu
tujuannya
penanganan yang cepat
Kelebihan
E:ajarkan pasien
volume cairan 4.melakukan dialisa
memonitor diri
untuk mengurangi
sendiri tanda dan
kelebihan cairan pada
gejala yang
pasien
memerlukan
pengobatan medis

3. Intoleransi Setelah O: Manajemen alam1. memberi rasa


aktivitas dilakukan perasaan keamanan, stabilisasi,
berhubungan tindakan pemulihan, dan
(berikan motivasi
dengan keperawatan pemeliharaan pasien
kepasien agar tidak
imobilisasi. selama 3x24 yang mengalami
mengalami depresi)
jam disfungsi alam perasaan

41
diharapkan M: Bantuan baik depresi maupun
intoleransi perawatan diri peningkatan alam
dapat perasaan
(bantu pasien untukk
berkurang
menyiapkan 2. bantu individu untuk
Kriteria Hasil personal hygine) melakukan AKS

1. Ketahanan, E: Peningaktan tidur3. menfasilitasi siklus


kapasitas tidur atau bangun yang
(berikan edukasi ke
untuk teratur.
pasien untuk lebih
menyelesaika 4. memberikan anjuran
banyak istirahat
n aktivitas tentang dan bantuan
yang cukup)
dalam aktivitas fisik,
2. Tingkat
K: Terapi aktivitas kognitif, social, dan
kelelahan,
(berikan terapi spiritual yang spesifik
keparahan
aktivitas fisik pasien untuk meningkatkan
kelelahan
untuk beraktivitas rentang, frekuensi, atau
umum
ringan) durasi aktivitas individu
berkepanjang
atau kelompok.
an yang di
observasi dan
dilaporkan

3. Toleransi
aktivitas,
respon
fisiologis
terhadap
gerakan yang
menghabiska
n energy
dalam
aktivitas

42
sehari-hari.

4 Ketidak O:1. kaji frekuensi 1.penting mengetahuai


seimbangan mual,durasi,tingkat karakteristik mual dan
nutrisi keparahan,faktor faktor-faktor yang
frekuensi ,prepitasi menyebabkan mual
yang menyebabkan
2.makan sedikit demi
mual
sedikit dapat
2.anjurkan pasien meningkatkan intake
makan sedikit demi nutrisi
tapi sering
3.makanan dalam
3.anjurkan pasien kondisi hangat dapat
untuk makan bubur menurunkan rasa mual
yang hangat sehingga intake nutrisi
dapat di tingkatkan
4.kolaborasi
pemberian terapi 4.anti piretik dapat di
antipiretik gunakan sebagai terapi
armakologis dalam
manajemen mual

43
3.9 TINDAKAN KEPERAWATAN

NO TANGG TINDAKAN PAR TAN EVALUASI (SOAP) PAR


AL KEPERAWATAN AF GGA AF
DX
L
DAN
DAN
JAM
JAM

1,2,3, 15 15 DX 1 :
4 novembe nove
Observasi TTV S: px mengatakan perut
r mber
nyeri dengan Skala 5,nyeri
2016/puk TD 120/80 Mmhg 2016/
seperti di tusuk-tusuk,nyeri
ul 05.30 pukul
N:80x/menit hilang timbul saat di tekan
WIB 06.00
S:36 C WIB. O: pasien tampak gelisah,
pasien tampak memegang
RR :20x/menit
perut yang nyeri dan pasien
1,2,3,
Periksa darah tampak meringis
4
SGOT :247 normal Observasi:
<40 u/l
TD:120/80 Mm/hg
SGPT :61 normal
N:80x/menit
<4 u/l
S:36 C
Albumin :2,5 normal
3,8-5,5 g/dl RR:20x/menit
1,2,3,4
Memberi diit pasien A:masalah teratasi
Nasi TIM RL 1900 kkal
P: intervensi keperawatan di
Ganti cairan infus lanjutkan 1,2,3,4
asering
DX 2
07.00 HE manajemen nyeri
S: px mengatakan perutnya

44
Observasi TTV terasa keras dan penuh

TD:110/80mm/hg O: px tampak mascites dan


edema pada kedua kaki
08.00 N:80
derajat edema 3 dengan
09.00 S:36 C kedalaman 5mm (waktu
kembali 7 detik), turgor
RR:20
kulit kencang dan tidak
Memberi diit pasien elastis

11.20 Observasi : A:masalah belum teratasi

TD :12/80 P:intervensi di lanjutkan


1,2,3,4
N:80
DX 3
S:36
S: px mengatakan tidak
RR: 20
nafsu makan karena perut
Menginjeksi pasien terasa penuh

12.00 Inj.cefotaxime 3x1 O: BB SMRS : 45 kg

Inj. Omeprazol 2x1 BB MRS : 51 kg


TB : 170 kg
Inj.kalnex 3x500
IMT : 17,6 (BB
Inj,vit k 3x1 kurang)
Hb = 10,1 g/dl
p/o ch lor pramazine
Kalium = 3,1 mmol/L
3x50mg
Natrium = 2,28 mmol/L
Chlorida = 93 mmol/L
21.00
SGOT :247 normal <40
u/l
SGPT :61 normal <4 u/l
Albumin :2,5 normal 3,8-

45
5,5 g/dl
Pasien tampak kurus, lemas,
asites, pasien habis ¼ porsi
makan, pasien anemis,
ikterik.
Diit: Nasi tim, RL 1900 kkal

A:masalah belum teratasi

P:intervensi di lanjutkan
1,2,3,4

DX4

S:px mengatakan badan


terasa lemas di bantu dalam
segala hal mulai dari makan
,bak,bab &berpndah

O: Ascites dan edema pada


kedua kaki. Derajat edema =
3 dengan kedalam 5 mm (
waktu kembali 7 detik)
turgor kulit tidak elastis.

-Bak px : 750ml

-Makan ¼ porsi

-Px bed rest

A:masalah belum teratasi

P:intervensi di lanjutkan
1,2,3,4

1,2,3, 16 16 DX 1
Novemb Nove
46
4 er 2016 Obsevasi mber S:meringis,px tampak
2016/ memegang perut yang nyeri
07.00 TD:120/70
Pukul
O: pasien tampak gelisah,
N:80 14.00
pasien tampak memegang
WIB
S:36 perut yang nyeri dan pasien
tampak meringis
RR:20
Observasi:
08.00 Memberi diit px
TD:120/70 Mm/hg
1,2,3, Injeksi cefotaxime 3x1
4 N:80x/menit
Inj.omeprazol 2x1
S:36 C
Inj.vit k 3x1
RR:20x/menit
12.00 Obsevasi
A:masalah belum teratasi
TD:110/80
P:intervensi keperawatan di
N:80
lanjutkan 1,2,3,4
S:36
DX2
RR:20
S: px mengatakan perutnya
terasa keras dan penuh

O: px tampak ascites dan


edema pada kedua kaki
derajat edema 3 dengan
kedalaman 5mm (waktu
kembali 7 detik), turgor
kulit kencang dan tidak
elastis

A:masalah belum teratasi

P:intervensi di lanjutkan
47
1,2,3,4

DX 3

S: px mengatakan tidak
nafsu makan karena perut
terasa penuh

O: BB SMRS : 45 kg

BB MRS : 51 kg
TB : 171 kg
IMT : 17,6 (BB
kurang)
Hb = 10,1 g/dl
Kalium = 3,1 mmol/L
Natrium = 2,28 mmol/L
Chlorida = 93 mmol/L
SGOT :247 normal <40
u/l
SGPT :61 normal <4 u/l
Albumin :2,5 normal 3,8-
5,5 g/dl
Pasien tampak kurus, lemas,
asites, pasien habis ¼ porsi
makan, pasien anemis,
ikterik.

Diit :Nasi tim, RL 1900 kkal

A:masalah belum teratasi

P:intervensi di lanjutkan
a1,2,3,4

DX4

48
S:px mengatakan badan
terasa lemas di bantu dalam
segala hal mulai dari makan
,bak,bab &berpindah

O: Ascites dan edema pada


kedua kaki. Derajat edema =
3 dengan kedalam 5 mm (
waktu kembali 7 detik)
turgor kulit tidak elastis.

-Bak px : 700ml

-Makan ¼ porsi

-Px bed rest

A:masalah teratasi

P:intervensi d lanjutkan
1,2,3,4

1,2,3, 17 Obsevasi 17 DX 1
4 Novemb Nove
TD:110/90 S:px mengatakan nyeri
er 2016 mber
berkurang skala 3
N:80
07.00 2016/
O: pasien tampak gelisah,
S:36 Pukul
pasien tampak memegang
14.00
RR:20 perut yang nyeri dan pasien
WIB
tampak meringis
Memberi diit px
Observasi:
Injeksi cefotaxime 3x1
TD:110/90 Mmhg
Inj.omeprazol 2x1
N:80x/menit
Inj.vit k 3x1

49
Inj.ondan centron 3x1 S:36 C

Inj.furosemide RR:20X/menit

As.tranexamat A:masalah teratasi sebagian

Obsevasi P:masalah intervensi


keperawatan di lanjutkan
TD:110/80
2,3,4
N:80
A:masalah teratasi
S:36
P:intervensi di lanjutkan
RR:20 ,2,3,4

DX2

S: px mengatakan perutnya
terasa keras dan penuh

O: px tampak mascites dan


edema pada kedua kaki
derajat edema 3 dengan
kedalaman 5mm (waktu
kembali 7 detik), turgor
kulit kencang dan tidak
elastis

A:masalah belum teratasi

P:intervensi di lanjutkan
1,2,3,4

DX 3

S: px mengatakan tidak
nafsu makan karena perut
terasa penuh

50
O: BB SMRS : 45 kg

BB MRS : 51 kg
TB : 171 kg
IMT : 17,6 (BB
kurang)
Hb = 10,1 g/dl
Kalium = 3,1 mmol/L
Natrium = 2,28 mmol/L
Chlorida = 93 mmol/L
SGOT :247 normal <40
u/l
SGPT :61 normal <4 u/l
Albumin :2,5 normal 3,8-
5,5 g/dl

Pasien tampak kurus, lemas,


asites, pasien habis ¼ porsi
makan, pasien anemis,
ikterik.

Nasi tim, RL 1900 kkal

A:masalah belum teratasi

P:intervensi di lanjutkan
a1,2,3,4

DX4

S:px mengatakan badan


terasa lemas di bantu dalam
segala hal mulai dari makan
,bak,bab &berpindah

O: Ascites dan edema pada


51
kedua kaki. Derajat edema =
3 dengan kedalam 5 mm (
waktu kembali 7 detik)
turgor kulit tidak elastis.

-Bak px : 700ml

-Makan ¼ porsi

-Px bed rest

A:masalah teratasi

P:intervensi d lanjutkan
1,2,3,4

1,2,3, 18 Obsevasi 18 DX 1
4 Novemb Nove
er 2016 TD:110/80 mber S:px mengatakan nyeri
2016 berkurang skala 3
N:80
13.00
O: pasien tampak gelisah,
S:36
pasien tampak memegang
RR:20 perut yang nyeri dan pasien
tampak meringis
Memberi diit px
Observasi:
Injeksi cefotaxime 3x1
TD:110/80 Mmhg
Inj.omeprazol 2x1
N:80x/menit
Inj.vit k 3x1
S:36 C
Propanolol 40 mg
RR:20X/menit
Aldacton 10-0
A:masalah teratasi sebagian
Segivo 1x1
P: intervensi keperawatan di
Obsevasi

52
TD:110/80 lanjutkan 2,3,4

N:80 DX2

S:36 S: px mengatakan cairan


dalam perut berkurang
RR:20
karena selesai disedot

O: ascites px tampak
berkurang namun tetap
edema pada kedua kai
dengan derajat edema 3
kedalaman 5mm (waktu
kembali 7 detik), turgor
kulit kencang dan tidak
elastis

A:masalah teratasi sebagian

P:intervensi di lanjutkan
2,3,4

DX 3

S: px mengatakan nafsu
makan bertambah

O: BB SMRS : 45 kg

BB MRS : 51 kg
TB : 171 kg
IMT : 17,6 (BB
kurang)
Hb = 10,1 g/dl
Kalium = 3,1 mmol/L
Natrium = 2,28 mmol/L
Chlorida = 93 mmol/L
53
SGOT :247 normal <40
u/l
SGPT :61 normal <4 u/l
Albumin :2,5 normal 3,8-
5,5 g/dl

Pasien tampak kurus, lemas,


asites, pasien habis ½ porsi
makan, pasien anemis,
ikterik.

Nasi tim, RL 1900 kkal

A:masalah teratasi sebagian

P:intervensi di lanjutkan
2,3,4

DX4

S:px mengatakan badan


terasa lemas di bantu dalam
segala hal mulai dari makan
,bak,bab &berpindah

O: Ascites dan edema pada


kedua kaki. Derajat edema =
3 dengan kedalam 5 mm (
waktu kembali 7 detik)
turgor kulit tidak elastis.

-Bak px : 700ml

-Makan ¼ porsi

-Px bed rest

54
A:masalah belum teratasi

P:intervensi d lanjutkan
1,2,3,4

55
BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Saluran pencernan adalah bagian tubuh yang sering mendapat keluhan saat
mengonsumsi makanan.saluran cerna ini berfungsi untuk menyerap nutrisi
dalam makanan dan megeluarkan bagian makanan yang tidak diserap oleh
tubuh.saat saluran cerna tidak dapat bekerja dengan optimal, maka akan
terjadi gangguan pada sistem pencernaan.
Serosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorik
arsitek yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul
regenerasi itu dapat berukuran kecil (mikronoktular) sdan besar
(makronoktular) sirosis dapat mengganggu sirkulasi darah intra hepatik, dan
pada kasus yang sangat lembut, menyebabkan kegagalan fungdi hati yang
secara bertahap (Price dan Wilson, 2002).
4.2 SARAN
1. Dengan mengetahui gejala-gejala awal sirosis hepatis kita dapat
mengantisipasi dari awal jika terjadi tanda-tanda gangguan sistem
pencernaan pada pasien ataupun orang terdekat kita.
2. Dengan mengetahui penyebab-penyebab serosis hepatis maka kita
dapat mencegah lebih awal sebelum terjadinya penyakit yang lebih
parah

56
DAFTAR PUSTAKA

Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 2006, Nursing Interventions


Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby
Year-Book, St. Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification
2001-2002, NANDA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2.
(Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Soeparman. (2004). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Taylor. M Cyntia. 2013. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Jakarta
: EGC

57

You might also like