You are on page 1of 17

ACARA 1

KARBOHIDRAT

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya gugus reduksi
pada karbohidrat, untuk mengetahui pengaruh asam basa pada
karbohidrat (identifikasi karbohidrat), untuk mengetahui adanya gugus
keton(fruktosa) pada karbohidrat sehingga dapat digunakan untuk
membedakan glukosa dan fruktosa, untuk mengidentifikasi karbohidrat
berdasarkan bentuk fisik, untuk mengetahui hasil hidrolisis dengan melihat
adanya gugus reduksi pada karbohidrat, dan untuk mengetahui adanya
gugugs keton pada hasil hidrolisis sakarosa.

Tinjauan Pustaka
Istilah karbohidrat mengacu pada pilihidroksil-aldehida atau
polihidroksil-keton, atau senyawa-senyawa yang diturunkan dari rumus ini.
Senyawa-senyawa tersebut te rmasuk karbohidrat karena mempunyai
rumus Cn(H2O)n. Terdapat dua jenis monosakarida sederhana,yaitu
senyawa polihidrosidik yang mengandung gugus karbonil : aldosa, yang
mengandung gugus aldehida, dan ketosa yang mengandung gugus
keton.Monosakarida sederhana juga dapat digolongkan berdasarkan
jumlah atom karbon yang dikandungnya contohnya : tirosa, tetrosa,
pentose yang masing-masing mengandung tiga, empat, lima atau enam
atom karbon (Kuchel and Ralston, 2006).
Karbohidrat dapat didefinisikan secara kimia sebagai derivate
aldehida atau keton dari alkohol polihidrolik (lebih dari satu gugus OH)
atau senyawa yang menghasilkan derivate - derivat ini pada hidrolisis.
Karbohidrat dapat dibagi atas monosakarida atau gula sederhana yang
berisi tiga sampai sembilan atom karbon contohnya : glukosa, tetraosa,
fruktosa, ribose. Oligosakarida dengan dua sampai eman gabungan unit
monosakarida. Polisakarida atau polimer dari monosakarida (Moore and
Langley, 2008).
Sifat-sifat monosakarida dapat dilhat dari reaksi kimianya. Radikal
formil, radikal karbonil, radikal karboksil memegang peranan penting untuk
menentukan sifat kimia. Sifat kimia tersebut adalah reaksi reduksi, reaksi
oksidasi, reaksi dehidrasi, reaksi pembentukan osazon, reaksi epimerasi.
Karbohidrat diuji dengan uji umum yang berlauku untuk semua karbohidrat
dan uji khusus untuk karbohidrat tertentu. Uji molisch dan uji arton
merupakan uji umum karbohidrat. Uji khusus karbohidrat antara lain uji
terhadap karbohidrat pereduksi, uji khusus untuk pentosa, uji khusus
untuk ketosa (Sumardjo, 2006).
Uji benedict ini untuk mengidentifikasi gula reduksi seperti
gukosa,fuktosa,maltosa, sukrosa. Uji reduksi ini dilakukan dalam
media basa. Gula reduksi dibawah kondisi enediol bentuk basa.
Enediol yang tidak stabil membusuk dan menghasilkan campuran aldehid
sebagai pereduksi untuk mereduksi ion Cu ++ menjadi Cu+ sebagai Cu2O
(Shankara, 2008).
Uji selliwanof adalah uji spesifik untuk medeteksi gula kentosa yaitu
fruktosa. Pereaksi selliwanof adalah resorsinol dalam klorida encer.
Pendidihan fruktosa dengan pereaksi selliwanof menghasilkan warna
merah. Dua tahap reaksi yang terdapat dalam reaksi ini yaitu dehidrasi
fruktosa oleh HCl yang ada dalam selliwanof membentuk
hidroksimetilfulfural dan kondensasi hidroksimetilfulfural yang terbentuk
dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna merah (Sumardjo,
2006).
Uji molisch adalah uji umum untuk semua karbohidrat termasuk
monosakarida, disakarida, oligosakarida, polisakarida. Karbohidrat
terdehidrasi oleh H2SO4 menghasilkan fulfural derivative yang akan
membentuk warna ungu ketika ditambah α-naftol dalam alkohol (Dandekar
and Rane, 2004).
Prinsip kerja uji fenilhidrazin adalah ketika fenilhidrazin bereaksi
dengan gula reduksi saat suhu didih,osazon terbentuk. Bereaksi bila
dipanaskan dengan fenilhidrazina berlebih,dan semua karbohidrat akan
membentuk osazon. Masing-masing osazon mempunyai bentuk kristal
dan titik lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat. Hal ini sangat
penting karena dapat digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat dan
merupakan salah satu cara untuk membedakan beberapa monosakarida
(Dandekar and Rane, 2004).
Hidrolisis amilum dengan asam mineral encer akan menghasilkan
molekul-molekul glukosa, namun bila amilum dihidrolisis dengan amilase,
bukan glukosa yang diperoleh melainkan maltosa. Hidrolisis amilum oleh
pengaruh enzim amilse menjadi molekul-molekul maltosa tidak berjalan
spontan, tetapi bertahap dengan hasil berupa dekstrin. Tiga buah dekstrin
yang penting sebagai hasil dari hidrolisis amilum adalah amilodekstrin,
yang dengan iodium memberikan warna ungu, eritrodekstrin, yang dengan
iodium memberikan warna merah, dan akrodekstrin, yang dengan iodium
tidak memberikan warna. Tidak semua amilum dapat diubah menjadi
maltosa oleh pengaruh enzim amylase (Sumardjo,2006).
Aldosa mengandung sebuah gugus aldehida dan ketosa
mengandung sebuah gugus keton. Gula ketosa dan aldehid dapat
dibedakan pada CH2OH yang terikat pada struktur. Jika pada ketosa
senyawa CH2OH terikat pada kedua kutubnya sedangkan pada aldosa
senyawa CH2OH hanya terikat pada satu kutub saja (Kuchel and
Ralston, 2006).
Materi dan Metode

Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tabung
reaksi, penangas air mendidih, pipet, gelas ukur, mikroskop, kertas saring,
cawan porselin, stopwatch, penjepit tabung reaksi, lampu spritus,
pengaduk, drupel plate, dan corong.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain
larutan glukosa, larutan benedict, larutan reagen seliwanoff, aquades,
fruktosa, laktosa, sakarosa, larutan pati, larutan luff encer, selulosa,
furfural, dalam alkohol, H2SO4 pekat, HCl pekat, asam asetat glacial, fenil
hidrazina padat, timol biru, larutan nafthol, sakarida Na 2CO3 bebas air,
arabinosa, maltosa, larutan amilum, larutan yod.

Metode
Daya Mereduksi
Uji Benedict. Disiapkan 3 tabung reaksi, kemudian masing-masing
diisi dengan larutan benedict 3 N. Larutan 1 ml 0.01 M; 0.02 M; 0.04 M
glukosa ditambahkan pada masing-masing tabung. Kemudian semuanya
dipanaskan pada air mendidih selama 10 menit. Perubahannya diamati,
dan dibandingkan kecepatan perubahannya.
Uji Luff. Tabung reaksi sebanyak lima buah disiapkan, tabung
pertama diisi dengan 2 ml 0.02M fruktosa, tabung kedua diisi dengan 2 ml
0.02M fruktosa, tabung ketiga diisi dengan 2 ml 0.02 laktosa, tabung
keempat diisi dengan 2 ml 0.02 M sakarosa dan tabung kelima diisi
dengan 2 ml 0.7 % larutan pati. Kemudian ditambahkan 1ml larutan luff
encer pada masing–masing tabung. Setelah semuanya tercampur dengan
benar dicelupkan ke dalam penangas air mendidih selama 15 menit.
Diamati perubahan dan kecepatan perubahannya.
Pengaruh Asam
Uji Molisch. Disiapkan empat buah tabung reaksi yang diisi
dengan larutan 1 ml 0.02 M glukosa, 1 ml 0.01 M selulosa, 1 ml 0.7 %
larutan pati, 1 ml furfural 0.01 M. Kemudian segera ditambahkan ke dalam
masing–masing tabung dua tetes larutan 5 % naftol dalam alkohol, dan
dicampur dengan baik. Kemudian asam sulfat pekat ditambahkan 3ml
melalui dinding dengan hati – hati, sehingga terjadi dua lapisan. Warna
yang timbul pada perbatasan kedua lapisan tersebut diamati.
Uji Seliwanof. Dua buah tabung reaksi yang masing – masing
berisi 2 ml 0.01 M glukosa dan 2 ml 0.01 M fruktosa, keduanya
ditambahkan 2 ml HCl pekat. Kemudian dididihkan dalam penangas air
selama 30 menit, lalu ditambahkan 0.5 ml larutan selliwanof 0.5 %.
Kemudian perubahan warnanya dicatat.

Pengaruh Alkali
Uji Benedict. Di dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml 0.01 M
glukosa ditambah sedikit larutan Na 2CO3 bebas air. Kemudian dikocok
sampai garam tersebut larut, kemudian dibagi menjadi dua . Kemudian
kedua tabung btersebut dipanaskan di dalam air mendidih selama 30
menit kemudian didinginkan menggunakan air mengalir. Kemudian tabung
1 dan tabung 2 dituangi pereaksi Benedict. Dan kedua tabung tersebut
dibandingkan.

Pembentukan Osazon
Uji Fenilhidrazina. Menyiapkan enam buah tabung. Kemudian tiga
buah tabung masing–masing diisi dengan 5 ml 0.01 M glukosa; 5 ml 0.1 M
fruktosa; 5ml 0.1 M arabinosa, dan ditambahkan sepuluh tetes asam
asetat anhidrida, sedikit fenilhidrizida padat, dan asetat padat (dua kali
jumlah fenilhidrizida). Kemudian dipanaskan sehingga semua padatan
larut, masing – masing tabung disaring dan dimasukkan kedalam tiga
buah tabung yang masih kosong. Kemudian ketiga tabung tersebut
dipanaskan di dalanm penangas air mendidih selama 30 menit.Kristal
yang terbentuk dilihat di bawah mikroskop, kemudian masing–masing
kristal digambar.

Hasil Hidrolisis
Uji Benedict. Larutan sakarosa 5 ml dimasukkan dalam tabung
reaksi, ditambahkan 1 tetes timol merah dan 1-2 tetes HCl encer sampai
warna biru menjadi merah muda. Larutan tersebut dibagi ke dalam dua
bagian. Pada salah satu tabung dididihkan selama 30 menit dan segera
didinginkan.Kedua tabung tersebut dinetralkan dengan 2 % larutan
Na2CO3 sehingga warna kembali menjadi biru. Kedua tabung tersebut diuji
dengan uji Benedict. Hal yang sama dilakukan terhadap laktosa dan
maltosa.
Uji Seliwanoff. Tabung reaksi yang diisi 2 ml larutan sakarosa
ditambah 2 ml HCl pekat, kemudian dididihkan sampai 30 menit dan
didinginkan segera dan ditambah resorsinol 0.5 ml 0.5 %. Kemudian
diamati perubahan warna yang terjadi. Hal yang sama dilakukan pada
maltosa dan laktosa.

Polisakarida
Uji Hidrolisis amilum. Larutan 1 % amilum sebanyak 10 ml
dicampurkan dengan 2ml 3M larutan HCl. Tabung yang berisi campuran
ditempatkan diatas pemanas air mendidih. Setiap 3 menit diambil setetes
untuk diujikan dengan yod. Pengambilan dihentikan bila hasil uji telah
negative. Waktu dicatat dan perubahan warna tetes kemudian larutan
tersebut dinetralkan dengan Na2CO3 dan larutan ini diuji dengan uji
benedict.
Hasil dan Pembahasan

Daya Mereduksi
Uji benedict. Berdasarkan uji biuret yang dilakukan didapat hasil
seperti pada table 1. berikut ini :
Tabel 1. Hasil uji benedict
Larutan Hasil
Glukosa 0,01 M Terdapat sedikit endapan merah bata (+)
Glukosa 0,02 M Endapan merah bata lebih banyak (+)
Glukosa 0,04 M Banyak terdapat endapan merah bata (+)
Endapan merah bata glukosa 0,04 M > 0,02 M > 0,01 M. Urutan
perubahan warna paling cepat terjadi pada glukosa 0,04M > 0,02M >
0,01M. Semakin tinggi konsentrasi yang terdapat pada glukosa maka
semakin banyak endapan yang dihasilkan dan semakin cepat perubahan
warna yang terjadi. Prinsip kerja pada benedict adalah larutan benedict
yang mengandung Cu++ yang dapat direduksi oleh gugus pereduksi
menjadi Cu+ membentuk endapan merah bata (Cu 2O). Cu2O diperoleh
dari CuSO4  Cu2+ + SO42-. Reaksi Benedict didasarkan pada
kemampuan suatu gula untuk mereduksi reagen Benedict. Dalam hal ini,
gugus aldehid akan diubah menjadi tautomer enol-nya oleh Na-karbonat
sehingga menjadi lebih reaktif dan mereduksi Cu 2+ dari CuSO4 menjadi
Cu+ yang akan membentuk Cu(OH). Bersamaan dengan hal ini, gula
tersebut juga akan teroksidasi pada gugus aldehid nya menjadi asam
karboksilat atau sering juga disebut sebagai asam aldonat (Hart, 2003).
Uji luff. Berdasarkan uji luff yang dilakukan didapat hasil seperti
pada table 2. berikut ini :
Tabel 2. Hasil uji luff
Larutan Hasil
Fruktosa 0,02 M Terdapat endapan merah bata (+)
Glukosa 0,02 M Terdapat endapan merah bata (+)
Laktosa 0,02 M Terdapat endapan merah bata (+)
Sakarosa 0,02 M Tidak terdapat endapan merah bata (-)
Amilum 0,02 M Tidak terdapat endapan merah bata (-)
Kecepatan perubahan warna yang terjadi adalah
fruktosa>glukosa>laktosa>sakarosa>amilum. Prinsip kerja pada uji luff
adalah larutan luff yang mengandung Cu ++ di reduksi oleh gugus
pereduksi menjadi Cu+ membentuk Cu2O (endapan merah bata).
Menurut Soedarmo (1990), Glukosa dan laktosa mengalami
perubahan warna dari biru menjadi merah bata dengan permukaan atas
berwarna coklat pada glukosa, dan laktosa berwarna merah bata. Amilum,
kanji, dan sukrosa tidak menunjukkan perubahan warna. Larutan glukosa
dan laktosa merupakan gula pereduksi karena terbentuknya hasil reaksi
berupa Cu2O (Cupru oksida). Gugus aldehida atau keton bebas akan
mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis. Hal ini dikarenakan ujung
pereduksi ujungnya aldehid mampu mereduksi senyawa pengoksidasi.
Sedangkan laktosa merupakan gugus disakarida yang menghasilkan D-
galaktosa dan D-glukosa. Laktosa memiliki gugus OH glikosidik yang

berpotensi bebas pada residu gula glukosa, sehingga laktosa bersifat


mereduksi. Amilum, sukrosa, dan kanji tidak menunjukkan perubahan,
dengan demikian tidak bersifat pereduksi karena pada sukrosa tidak
memiliki gugus OH glikosidik dan atom karbon kedua anomernya yaitu

yang terdapat pada glukosa dan fruktosa berikatan satu dengan yang
lainnya. sehingga tidak bersifat mereduksi.

Pengaruh Asam
Uji Molisch. Berdasarkan uji molish yang dilakukan didapat hasil
seperti pada tabel 3. berikut ini :
Tabel 3. Hasil uji molisch
Larutan Hasil
Glukosa 0,02 M Terdapat endapan merah bata (+)
Selulosa 0,02 M Terdapat endapan merah bata (+)
Amilum 0,7 % Terdapat endapan merah bata (+)
Furfural 0,01 M Tidak terdapat endapan merah bata (-)
Monosakarida apabila dipanaskan dengan asam kuat pekat akan
menghasilkan furfural yang merupakan reaksi dehidrasi dan membentuk
senyawa yang berwarna apabila bereaksi dengan R.Molisch. Furfural
seharusnya memiliki cincin ungu yang paling banyak,tetapi saat
percobaan, furfural tidak menghasilkan endapan ungu. Hal ini bisa terjadi
karena kesalahan langkah kerja yang dilakukan.
Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi/pelepasan
molukel air dari suatu senyawa. Pentosa hampir secara kuantitatif
semuanya terdehidrasi menjadi furfural. Heksosa menghasilkan
hidroksimetilfurfural. Karena furfural dan derivatnya ini membentuk
senyawa berwarna, reaksi ini bisa digunakan untuk uji karbohidrat
(Pudjiadi, 1994).
Uji selliwanof. Berdasarkan uji selliwanof yang dilakukan didapat
hasil seperti pada tabel 4. berikut ini :
Tabel 4. Hasil uji selliwanof
Larutan Hasil
Glukosa 0,01 M Warna berubah menjadi kuning
Fruktosa 0,01 M Warna berubah menjadi coklat kuning
Fruktosa yang mempunyai gugus keton beraksi positif ketika diuji
selliwanof dan glukosa bereaksi negatif karena didalam glukosa tidak
terkandung gugus keton, sehingga dapat dibedakan antara larutan
glukosa dan fruktosa. Monosakarida apabila dipanaskan dengan asam
kuat akan menghasilkan furfural yang merupakan rekasi dehidrasi dan
membentuk senyawa yang berwarna apabila bereaksi dengan R.
Selliwanof. Menurut Soendoro (1995), Pada uji Seliwanof ketosa
terdeteksi pada zat uji Fruktosa dengan terbentuknya warna jingga; yaitu
karena terbentuknya resorsinol.

Pembentukan Osazon
Uji Fenilhidrazina. Berdasarkan uji fenilhidrazina yang dilakukan
didapat hasil seperti pada tabel 5. berikut ini :
Tabel 5. Hasil uji fenilhidrazina
Larutan Hasil
Glukosa 0,01 M Larut, berwarna kuning, kristal runcing lurus.
Fruktosa 0,01 M Larut, warna kuning keruh, kristal runcing membelok
Arabinosa 0,03 M Larut, berwarna kuning emas, kristal runcing seperti
daun.
Kristal-kristal yang tampak ketika diuji osazon menunjukkan
perbedaan fisik antara glukosa, fruktosa, arabinosa. Karena sifat
osazon yang mudah mengkristal dan tidak larut dalam air. Tabung
Pada reaksi monosakarida dengan fenilhidrazin, terjadi dua tahap
reaksi yaitu pembentukan fenilhidrazon dan selanjutnya pembentukan
kristal osazon. Kristal osazon dari masing-masing monosakarida
memiliki ciri dan struktur fisik yang berbeda-beda, sehingga
berdasarkan reaksi ini, sebuah sampel monosakarida dapat
diidentifikasi (Pratiwi dkk, 2005).

Hasil Hidrolisis
Uji benedict. Berdasarkan uji benedict yang dilakukan didapat
hasil seperti pada tabel 6. berikut ini :
Tabel 6. Hasil uji benedict
Larutan Hasil
Maltosa yang Warna menjadi coklat dan endapan lebih sedikit.
dipanaskan
Maltosa tidak Warna menjadi coklat dan endapan lebih banyak.
dipanaskan
Laktosa yang Warna menjadi coklat seperti merah bata.
dipanaskan
Laktosa yang tidak Warna menjadi coklat dan lebih pekat.
dipanaskan
Larutan maltosa warna berubah menjadi coklat dan endapan yang
ditimbulkan lebih banyak karena terdapat glukosa yang menghidrolisis
gugus reduksi ketika dipanaskan. Pemanasan dapat mempercepat proses
hidrolisis sehingga semakin cepat terhidrolisis akan semakin cepat
terbentuk endapan. Maltosa tidak dipanaskan terdapat sedikit endapan
coklat karena tidak megalami proses hidrolisis. Laktosa akan
menghasilkan warna merah tua menunjukkan adanya gugus reduksi dari
hidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa melalui pemanasan
Larutan yang tidak mengalami pemanasan tidak terdapat endapan merah
bata karena tidak terjadi proses yang menghidrolisis gugus reduksi,
namun pada percoban ini, maltosa dan laktosa yang dipanaskan terdapat
endapan merah bata yang lebih sedikit terjadi karena pemanasan pada
larutan tidak merata sehingga tidak semua gugus reduksi yang terdapat
pada larutan tersebut mengalami hidrolisis. Larutan-larutan yang
basa, bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus keton dan
aldehid bebas dalam karbohidrat akan terbentuk kupro oksida (CU 2O).
Endapan coklat berasal dari R. Benedict yang terdiri dari C USO4 dan
NA2CO3. CUSO4CU2+ + SO42- , kemudian CU2+ akan menjadi CU+, lalu
CU+ akan mengikat NA2CO3 yang menghasilkan warna merah bata
(Thenawijaya, 1990).
Uji selliwanof. Berdasarkan uji selliwanof yang dilakukan didapat
hasil seperti pada tabel 7. berikut ini :
Tabel 7. Hasil uji selliwanof
Reaksi Hasil
Sukrosa berwarna coklat bening,ada endapan coklat
kecil-kecil (+)
Maltosa Berwarna merah bening taapa endapan (-)
Laktosa berwarna merah lebih muda taapa endapan(-)
Uji selliwanof pada sukrosa (+) karena sukrosa mengandung gugus
keton. Uji selliwanof pada maltosa negative karena maltose tidak
mempunyai gugus keton. Uji selliwanof pada laktosa (-) karena tidak
mempunyai gugus keton. Terjadi hidrolisis oleh HCl menjadi hidroksilmetil
furfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan
menghasikan warna merah pada larutannya. Sukrosa dihidrolisis oleh HCl
pekat menjadi fruktosa dan glukosa. Kemudian fruktosa yang termasuk
gugus keton dibuat coklat oleh R.Selliwanof. Sebelum terhidrolisis sukrosa
uji selliwanofnya (-) karena tidak dapat mereduksi. Karena urutan rantai C
ke-1 gugus aldehid dari glukosa bergandengan dengan urutan rantai C ke-
2 gugus keton dari fruktosa. Karena ada HCL pekat maka
gandengan/ikatan ini putus. Sehingga uji selliwanofnya (+). Maltosa
setelah dihidrolisis oleh HCl pekat menjadi 2 mol glukosa. Sedangkan
glukosa termasuk gugus aldehid bukan keton sehingga R.Selliwanof tidak
dapat membuat coklat maltosa. Laktosa setelah dihidrolisis oleh HCl pekat
menjadi galaktosa dan glukosa sedangkan glukosa termasuk gugus
aldehid bukan keton. Sehingga R.Selliwanof tidak dapat membuat coklat
laktosa (Pudjiadi, 1994).

POLISAKARIDA
Uji hidrolisis Amilum. Berdasarkan uji hidrolisis amilum yang
dilakukan didapat hasil seperti pada tabel 8. berikut ini :
Tabel 8. Hasil uji hidrolisis amilum
Menit Warna
3 menit ke 1 Biru
9 menit ke 3 Biru
12 menit ke 4 Biru
15 menit ke 5 Ungu
18 menit ke 6 Ungu
21 menit ke 7 Ungu
24 menit ke 8 Merah
27 menit ke 9 Merah
30 menit ke 10 Agak merah
33 menit ke 11 Agak bening

Larutan yang berwarna biru ketika diuji Yod masih berada pada

tahap amilum sehingga hidrolisis amilum tidak terjadi. Larutan yang

berwarna agak bening ketika menit ke-33 saat uji Yod menunjukkan

bahwa hidrolisis sedang terjadi, tahap ini berada pada tahan menuju

akrodekstin karena masih terdapat warna, jika larutan tidak berwarna atau

sama dengan control maka terjadi hidrolisis pada larutan. Prinsip kerja

pada uji hidrolisis amilum adalah iodium dengan amilum dapat

membentuk ikatan kompleks yang bewarna biru. Amilosa dalam air akan
membentuk dapat menyerap Iod menyebabkan warna biru. Bila amilum

ditambahkan dengan HCL dan larutan Iod , amilum akan terhidrolisa.

Lewat tahap-tahap :

Amilo + iod  biru

Amilodekstrin + iod  ungu

Eritrodekstrin + iod  merah

Akrodekstrin + iod  tidak berwarna

Maltosa + iod  tidak berwarna

Glukosa + iod  tidak berwarna

(Soedarmo, 1990).
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


didalam karbohidrat terdapat senyawa yang memiliki gugus reduksi
berupa gugus aldehid dan keton yang dapat menghidrolisis senyawa lain
yang diidentifikasi dengan berbagai percobaan antara lain uji benedict, uji
luff, uji molisch, uji fenilhidrazina, uji hidrolisis amilum. Uji selliwanof
digunakan untuk mengidentifikasi gugus keton pada karbohidrat kita dapat
membedakan antara glukosa dengan fruktosa, serta mengetahui bentuk
fisik dari glukosa, fruktosa, dan arabinosa dengan uji osazon.
Daftar Pustaka

Dandekar, R. 2004. Practicals and Viva in Medical Biochemictry.


Elsevier.Delhi.
Hart, H., Craine, L.E., Hart, D.J. 2003. Kimia Organik: Suatu Kuliah
Singkat. Erlangga.Jakarta.
Kuchel, P., Ralston, B.G. 2002. Schaum’s Easy Outlines Biokimia.
Erlangga.Jakarta.
Moore, J.T., Langley, R. 2008. Biochemistry For Dummies. Indianapolis.
Indiana.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. University Indonesia Press.
Jakarta.
Pratiwi dkk. 2005. Asistensi dan Petunjuk Praktikum Biokimia.
Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi UGM. Jogjakarta.
Shankara, S. 2008. Laboratory Manual for Practical Biochemistry. Jaypee.
Delhi.
Soedarmo. M., Aisjah G., Abdul, M., H. Mansjur, K. Eman, B. Maria, and
Sulistiyani. 1990. Biokimia. Pusat Antar Universitas IPB. Bogor.
Soendoro. 1995. Prinsip-Prinsip Biokimia. Edisi 2. Erlangga. Jakarta.
Sumardjo,D. 2006. Pengantar Kimia. Buku kedokteran EGC. Jakarta.
Thenawijaya, M. 1990. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA I
KARBOHIDRAT

di susun oleh :
Kelompok VIII
1. Nancy Eka Putri PT / 06199
2. Ahdiyat Ismail PT / 06201
3. Nur Azizah PT / 06204
4. Muhammad Titiyan PT / 06205

Asisten : Dianestu Putra

LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI


JURUSAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012

You might also like