You are on page 1of 347

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |i

PROGRAM INOVASI DESA

ii| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Modul Orientasi
Tim Inovasi Kabupaten

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | iii


PROGRAM INOVASI DESA

Modul Orientasi
Tim Inovasi Kabupaten

iv| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

MODUL ORIENTASI
TIM INOVASI KABUPATEN (TIK)
Panduan Orientasi Program Inovasi Desa (PID) untuk
Tim Inovasi Kabupaten

PENGARAH: Eko Putro Sanjoyo (Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia)

PENANGGUNG JAWAB: Taufik Madjid (Dirjen, Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa)

TIM PENULIS: Ludiro Prajoko, Wahjudin Sumpeno, Octaviera Herawati, Lingga kartika
Suyud, khwan Maulana, Lendy Wibowo, Didik Faryanto, Ismail Zainury, Nurulhadi,
Hasan Rofiky, Rusdin M. Nur, Roni Budi Sulistyo, Idham Arsyad, Joko Wiryanu, Nurul
Hadi, Yossy Suparyo, M. Zaeni, Usman Rauf, Susi Maniez, Riza Surya Kusuma, Adang,
Ratih Dewi, Fuad, Borni Kurniawan, Rospita.

REVIEWER:, Muhammad Fachry, Wahyuddin Kessa, Yoseph Lucky

COVER & LAYOUT: Wahjudin Sumpeno

Cetakan Pertama, April 2018

Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740
Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242
Web: www.kemendesa.go.id

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | v


PROGRAM INOVASI DESA

vi| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Daftar Istilah dan Singkatan

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan
masyarakat.
7. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna
mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
8. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara
Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis.
9. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk
menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa
yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat
Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | vii


PROGRAM INOVASI DESA

10. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil keputusan dari Musyawarah
Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara kesepakatan
Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa
dan Kepala Desa.
11. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan
Desa.
12. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
13. Perencanaan pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawarat-
an Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumber daya Desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
Desa.
14. RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan
Desa, arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum dan program dan program
Satuan Kerja Perangkat (OPD) atau lintas OPD, dan program prioritas kewilayahan
disertai dengan rencana kerja.
15. RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk
periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat
rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka
pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan Desa, rencana
kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh
Pemerintah Desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.
16. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari
RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan
pembangunan Daerah.
17. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
18. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan
hak lainnya yang syah.
19. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
20. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai

viii| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,


pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa.
21. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | ix


PROGRAM INOVASI DESA

x| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kata Sambutan
Direkturat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa

Bismillahirrahmanirrahiim
Atas berkat rahmat Alloh SWT, Kami panjatkan puji dan syukur Alhamdulillah yang telah
memberikan kekuatan lahir dan bathin sehingga Modul Pelatihan Program Inovasi Desa
(PID) TA 2018 dapat digunakan sebagai panduan peningkatan kapasitas pemangku
kepentingan Prgram Inovasi Desa baik di tingkat pusat dan daerah.
Modul Pelatihan PID TA 2018 diinisiasi oleh Direktorat Program Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD), Direktur Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi. Program
Inovasi Desa hadir sebagai upaya mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan Dana
Desa dengan memberikan rujukan inovasi pembangunan Desa serta merevitalisasi peran
pendamping dan pelaku lainnya dalam mendukung pembangunan Desa. Melalui
Program Inovasi Desa diharapkan mampu memicu munculnya inovasi dan pertukaran
pengetahuan secara partisipatif. Program Inovasi Desa merupakan salah satu bentuk
dukungan kepada Desa agar lebih efektif dalam menyusun penggunaan Dana Desa
sebagai investasi dalam peningkatan produktifitas dan kesejahteraan masyarakat.
Modul pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas pemangku
kepentingan yang terlibat agar memahami secara filosofis, teknis serta memandu
pendamping dan pelaku lainnya untuk memfasilitasi proses pelaksanaan kegiatan PID.
Jika diperlukan penambahan dan pengayaan terkait topik-topik pembahasan dapat
diskusikan bersama agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Modul Pelatihan PID TA 2018 ini. Semoga Alloh SWT
senantiasa memberkati dan membimbing kita semua. Amien.

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA

Taufik Madjid

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xi


PROGRAM INOVASI DESA

xii| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Daftar Isi

Daftar Istilah vii


Kata Sambutan Direktorat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa xi
Daftar Isi xiii

Pokok Bahasan 1 : Bina Suasana


1.1. Perkenalan 1
1.2. Alur, Proses dan Kontrak Belajar 3

Pokok Bahasan 2: Kebijakan Pembangunan Desa


2.1. Arah kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa 11
2.2. Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa (PID) 15
2.3. Kebijakan Penanganan Stunting 17
2.4. Keterbukaan Informasi Publik dalam Pembangunan Desa 21

Pokok Bahasan 3: Tim Inovasi Kabupaten (TIK)


3.1. Organisasi Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) 27
3.2. Membangun Tim Kerja 29

Pokok Bahasan 4: Fasilitasi Pelaksanaan Kegiatan PPID


4.1. Konsep Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) 35
4.2. Tahapan Fasilitasi Pengelolaan dan Inovasi Desa (TPID) 37
4.3. Menangkap Inovasi (Capturing) 41
4.4. Dokumentasi Inovasi dan Bahan Pembelajaran 45

Pokok Bahasan 5: Fasilitasi Penyelenggaraan Bursa dan Paska


Bursa
5.1. Konsep Bursa Inovasi Desa (BID) 53
5.2. Fasilitasi Bursa Inovasi Desa di Kabupaten 57
5.3. Fasilitasi Paska Bursa Inovasi Desa 73

Pokok Bahasan 6: Fasilitasi Penyedia Peningkatan Kapasitas


Teknis Desa (P2KTD)
6.1. Konsep dan Alur Mekanisme P2KTD 83
6.2. Sosialisasi P2KTD 85
6.3. Identifikasi dan Verifikasi Kebutuhan P2KTD 89
6.4. Tata Cara Penyusunan Direktori P2KTD 97
6.5. Pemanfaatan P2KTD 103

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xiii


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 7: Komunikasi dalam Program Inovasi Desa


7.1. Konsep Komunikasi Program Inovasi Desa (PID) 111
7.2. Strategi Komunikasi di Tingkat Kabupaten/Kota 113

Pokok Bahasan 8: Pembinaan, Pengendalian dan Pelaporan


8.1. Fasilitasi Rapat Koordinasi PID di tingkat Kabupaten/Kota 123
8.2. Pengendalian Kinerja TPID dalam Pelaksanaan Program
Inovasi Desa (PID) 127
8.3. Pelaporan Kinerja Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) 133

Pokok Bahasan 9: Pengelolaan Keuangan dan Pelaporan TIK


9.1. Pengelolaan Dana Dekosentrasi 143
9.2. Pelaporan Kegiatan dan Keuangan TIK 147
9.3. Pengelolaan DOK Inovasi 149

Pokok Bahasan 10: Evaluasi dan Rencana Kerja Tindak Lanjut


(RKTL)
10.1. Evaluasi Penyelenggaraan Orientasi 157
10.2. Penyusunan RKTL 163

Lembar Informasi 171

xiv| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 1
BINA SUASANA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xv


PROGRAM INOVASI DESA

xvi| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


POKOK BAHASAN 1

POKOK BAHASAN
BINA SUASANA

Tujuan:
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Melakukan perkenalan antar peserta latih dan pelatih;
2. Memahami alur proses orientasi dan menyepakati tata tertib
orientasi.

Sub Pokok Bahasan (SPB)


1.1. Perkenalan;

1.2. Alur Proses Orientasi dan Kontrak Belajar.

Waktu
2 JP (90 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |1


PROGRAM INOVASI DESA

2| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 1.1

Perkenalan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. saling mengenal antar peserta;
2. mencairkan suasana latihan.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Permainan.

Media
Lembar permainan

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol.

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Perkenalan
1. Pelatih menawarkan ke peserta latih untuk memfasilitasi perkenalan
dengan permainan “Arah Angin Berhembus”;
2. Permainan ini seluruh peserta membuat lingkaran manusia,
lingkaran ini membentuk kelompok sesuai kata kunci yang
disebutkan pelatih;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 3


PROGRAM INOVASI DESA

Pelatih mengamati segala yang dipakai peserta seperti warna


sepatu, warna baju, warna rambut, kacamata dsb), setelah itu
pelatih menyebutkan kata kunci misalnya:
Angin berhembus ke kacamata, maka peserta yang pakai
kacamata kumpul jadi satu. Pelatih terus akan memberi aba aba angin
berhembus dengan peserta terbagi dalam kelompok. Setelah kelompok
terbagi (sesuai kata kunci yang disebutkan pelatih) untuk saling
berkenalan dengan menyebutkan: nama, lokasi tugas, hoby, dan motivasi
mengikuti latihan.

3. Setelah itu, pelatih menunjuk perwakilan kelompok untuk memperkenal-


kan anggota kelompoknya. Pelatih boleh menunjuk anggota lainnya untuk
mengulang memperkenalkan anggota yang lain.

Kegiatan 2: Memahami Makna Perkenalan


4. Minta beberapa orang peserta mengemukakan makna perkenalan;
5. Berikan penegasan tentang makna perkenalan dalam kaitannya untuk
membangun suasana yang kondusif bagi proses pembelajaran.

4| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 1.2

Alur, Proses dan Kontrak Belajar

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:
1. Memahami tahapan kegiatan dan proses pembelajaranan yang
direncanakan;
2. Menyepakati tata tertib selama kegiatan berlangsung.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan, Tanya jawab, Diskusi kelas.

Media
Media Tayang

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol,

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 5


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian:
Kegiatan 1: Memahami Alur Proses Orientasi
1. Jelaskan tujuan, proses dan hasil dari penjelasan tentang alur dan
proses orientasi TIK dengan menggunakan Media Tayang 1.2.1 Alur
Proses Orientasi;
2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi dan bertanya;
3. Catat dan tegaskan hal-hal penting terkait Alur Proses Orientasi TIK.

Kegiatan 2: Menyepakati Tata Tertib Orientasi.


4. Jelaskan tujuan, proses dan hasil dari penjelasan Tata Tertib kegiatan
Orientasi TIK dengan mengkaitan kegiatan sebelumnya;
5. Selanjutnya Pelatih meminta peserta untuk membentuk Pengurus
kelas;

Pelatih menjelaskan kepada peserta tentang struktur


organisasi kelas beserta tugas masing-masing. Struktur
organisasi kelas yang terdiri dari: Ketua, Sekretaris, dan
Time Keeper/Penegak Disiplin. Struktur ini dibentuk
agar proses pembelajaran berjalan tertib.

6. Dilanjutkan ketua kelas memfasilitasi pembahasan tata tertib/aturan


main kelas yang disepakati oleh peserta;

Kegiatan 3: Menutup Sesi Pembelajaran


7. Akhiri sesi ini dengan menegaskan fungsi tata tertib yang telah
disepakati bagi kelancaran proses orientasi.

6| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 2
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 7


PROGRAM INOVASI DESA

8| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 2

POKOK BAHASAN
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DESA

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami pokok-pokok kebijakan pembangunan dan pemberdaya-
an masyarakat Desa;
2. Memahami pokok-pokok kebijakan Program Inovasi Desa (PID);
3. Memahami peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dalam pelaksanaan
kebijakan penanganan stunting;
4. Memahami isu-isu pokok keterbukaan informasi publik dalam
pembangunan Desa.

Sub Pokok Bahasan


• SPB. 2.1. Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Desa.
• SPB. 2.2. Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa.
• SPB. 2.3. Peran Tim Inovasi Kabupaten dalam Penanganan Stunting.
• SPB. 2.4. Keterbukaan Informasi Publik dalam Pembangunan Desa.

Waktu
4 JP (180 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 9


PROGRAM INOVASI DESA

10| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 2.1

Arah Kebijakan
Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mampu Menjelaskan Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa;
2. Menguraikan Kebijakan Padat karya Tunai dan Penggunaan 30% Dana
Desa untuk upah tenaga Kerja pada kegiatan padat Karya Tunai.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan fasilitator, membaca cepat (speed reading), tanya jawab, diskusi
kelompok dan pemaparan kelompok.

Media
• Media Tayang 2.1.1: Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat;
• Lembar Kerja 2.1.1: Fasilitasi Pelaksanaan Kebijakan Penggunaan Dana
Desa untuk Kegiatan Padat Karya Tunai;
• Lembar Informasi 2.1.1: Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri,
Menteri keuangan, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Tentang
Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan Percepatan Pelaksanaan
Undang-undang Nomer 6 Tahun 2014 Tentang Desa;
• Lembar Informasi 2.1.2: Permendagri 113 tahun 2014 Tentang tentang
pengelolaan keuangan Desa;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 11


PROGRAM INOVASI DESA

• Lembara Informasi 2.1.3: Permendagri 44 Tahun 2016 Tentang


Kewenangan Desa;
• Lembar Informasi 2.1.4: Permendesa 19 tahun 2017 Tahun Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2018;
• Lembar Informasi 2.1.5: Keputusan Menteri Desa PDTT nomor 126
tahun 2017 tentang penetapan desa prioritas sasaran pembangunan
desa, daerah tertinggal, dan transmigrasi;
• Lembar Informasi 2.1.6: Peraturan Menteri Keuangan 225 Tahun 2017
Tentang Perubahan Kedua atas PMK 50/PMK .07/2017 Tentang
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
• Lembar Informasi 2.1.7: Peraturan Menteri Keuangan 226 Tahun 2017
Tentang Perubahan Rincian Dana Desa menurut Kabupaten Kota;
• Lembar Informasi 2.1.8: Panduan Kegiatan Padat Karya tunai dan
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Desa untuk kegiatan Padat Karya
Tunai).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

12| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari sub
pokok bahasan tentang Arah kebijakan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa;
2. Lakukan curah pendapat dengan meminta kepada peserta
menceritakan pengalaman selama ini terkait dengan kebijakan
Pelaksanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
selama ini.
3. Tuliskan point--point dari hasil penjelasan pengalaman peserta sebagai
kesimpulan atas sharing pengalaman (hasil refleksi);
4. Lakukan penegasan terkait hal-hal krusial dalam pelaksanaan kebijakan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat;
5. Buatlah kesimpulan dengan mengkaitkan kegiatan pembelajaran
selanjutnya;

Kegiatan 2: Pelaksanaan Kebijakan Penggunaan Dana Desa untuk


Kegiatan Padat Karya Tunai
6. Lakukan curah pendapat dengan meminta kepada peserta
menceritakan pengalaman selama ini terkait dengan kebijakan Padat
Karya Tunai;
7. Tuliskan point-point dari hasil penjelasan pengalaman peserta sebagai
kesimpulan atas sharing pengalaman (hasil refleksi);
8. Lakukan penegasan terkait hal-hal krusial dalam pelaksanaan kebijakan
Padat Karya Tunai;
9. Akhiri kegiatan ini dengan penegasan dan kesimpulan bersama dari
pembelajaran yang telah dilakukan.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta tentang Pokok-Pokok Kebijakan
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Padat
Karya Tunai dilakukan sebelum pembelajaran dimulai (jika
dimungkinkan pada sesi malam atau istirahat). Hal ini perlu
dipertimbangkan agar tidak mengganggu proses pembelajaran karena
kesibukan membaca lembar informasi yang dibagikan. Dengan demikian
peserta memiliki cukup waktu untuk mempelajari dan memberikan catatan
kritis yang akan disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 13


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 2.1.1

Fasilitasi Pelaksanaan Kebijakan Penggunaan Dana Desa untuk


Kegiatan Padat Karya Tunai

Langkah –Langkah
Fasillitasi
Hasil/Target Hambatan/
No Pelaksanaan Peran TIK
Capaian Tantangan
Kebijakan Padat
Karya Tunai
1.
2.
3.
4.
5.
dst

Catatan:
(1) Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, masing-masing kelompok
dapat memberikan tambahan atau menyesuaikan sesuai kebutuhan;
(2) Matrik di atas digunakan untuk membantu kelompok mendiskusikan pelaksanaan
kebijakan Penggunaan Dana Desa untuk kegiatan Padat karya Tunai;
(3) Hasilnya dituliskan dalam kertas plano atau dalam bentuk slide power point untuk
dipaparkan dalam pleno.

14| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 2.2

Pokok-Pokok Kebijakan
Program Inovasi Desa (PID)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan pokok-
pokok kebijakan Program Inovasi Desa (PID)

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan, membaca cepat (speed reading), tanya jawab, diskusi kelompok
dan pemaparan kelompok.

Media
• Media Tayang 2.2.1: Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa
• Lembar Informasi 2.2.1: Kebijakan Umum Program Inovasi Desa

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 15


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa
(PID)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran tentang Dasar Pemikiran, Tujuan, dan Ruang
Lingkup Program Inovasi Desa (PID);
2. Bagilah kepada peserta bahan bacaan tentang pokok-pokok kebijakan
Program Inovasi Desa untuk dipelajari secara cepat (speed reading);
3. Lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman peserta tentang
kebijakan Program Inovasi Desa (PID) dengan mengajukan pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apakah yang Anda pahami tentang dasar pemikiran, tujuan, dan
hasil Program Inovasi Desa (PID)?
b. Mengapa Program Inovasi Desa (PID) penting bagi Desa?
c. Bagaimana ruang lingkup kegiatan Program Inovasi Desa (PID) di
tingkat Kecamatan?
d. Bagaimana Peran TIK dalam Program Inovasi Desa (PID)?
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan
nya. Pelatih mencatat hal-hal pokok yang berkembang dalam
pembahasan dan menuliskannya dalam kertas plano untuk di
tempelkan di dinding atau fliptchart.

Kegiatan 2: Penutup Sesi Pembelajaran


5. Lakukan pembulatan dan penegasan hal-hal pokok terkait kebijakan
Program Inovasi Desa (PID) termasuk alur mekanisme pelaksanaannya
dengan menggunakan Media Tayang 2.2.1;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta tentang Pokok-Pokok Kebijakan
Program Inovasi Desa (PID) dilakukan sebelum pembelajaran
dimulai (jika dimungkinkan pada sesi malam atau istirahat). Hal
ini perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu proses
pembelajaran karena kesibukan membaca lembar informasi yang
dibagikan. Dengan demikian peserta memiliki cukup waktu untuk
mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan disampaikan pada
saat pembelajaran berlangsung.

16| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 2.3

Kebijakan Penanganan Stunting

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pokok-pokok kebijakan dalam penanganan stanting di
Indonesia;
2. Menjelaskan peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dalam fasilitasi
penanganan stunting di tingkat Kabupaten.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan fasilitator, membaca cepat (speed reading), curah pendapat, dan
pleno.

Media
• Media Tayang 1.3.1: Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dalam
Penanganan Stunting;
• Lembar Informasi 1.3.1: Pokok-Pokok Kebijakan Penanganan Stunting;
• Lembar Informasi 1.3.2: Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting;
• Lembar Informasi 1.3.3: 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi
Anak Kerdil (Stunting)

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 17


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pokok-Pokok Kebijakan Penanganan Stunting
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Pokok-Pokok Kebijakan Penanganan Stunting;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang penanganan stunting di Desa?
b. Mengapa masyarakat Desa perlu memahami isu-isu penting
dalam penanganan stunting?
c. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh Desa dalam
penanganan stunting?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
dalam penanganan stunting di Desa dapat dituliskan di kertas plano
atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai bagian dari penegasan terkait pokok
kebijakan tentang penanganan stunting dengan media yang telah
disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta tentang Kebijakan Penanganan Stunting
yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai (jika
dimungkinkan pada sesi malam atau istirahat). Hal ini perlu
dipertimbangkan agar tidak mengganggu proses pembelajaran
karena kesibukan membaca lembar informasi yang dibagikan. Dengan
demikian peserta memiliki cukup waktu untuk mempelajari dan
memberikan catatan kritis yang akan disampaikan pada saat
pembelajaran berlangsung.

Kegiatan 2: Peran TIK dalam Mendukung Penanganan Stunting


7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang “Peran TIK dalam Mendukung Penanganan
Stunting”;

18| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

8. Berdasarkan isu-isu pokok yang dijelasakan dalam kegiatan


sebelumnya mintalah peserta untuk membahas tentang peran TIK
dalam memfasilitasi penanganan stunting sesuai dengan
kewenangannya, dengan mengajukan pertanyaan pemicu sebagai
berikut:
a. Bagaimana peran TIK di tingkat Kabupaten dalam mendukung
penanganan stunting?
b. Hal-hal apa saja yang perlu menjadi perhatian bagi TIK dalam
mendorong pemangku kepentingan di tingkat Kecamatan dalam
mendukung penanganan stunting?
c. Hambatan/kendala apa saja yang mungkin dihadapi TIK dalam
penanganan stunting?
9. Berikan kesempatan kepada peserta atau untuk memberikan
tanggapan, pendapat dan masukan;
10. Buatlah catatan terkait isu-isu kritis yang berkembang dalam
pembahasan. Hasilnya ditempelkan di kertas plano atau whiteboard;
11. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
menegaskan hal-hal pokok dan peran TIK dalam mendukung
kebijakan pemerintah dalam penanganan stunting.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 19


PROGRAM INOVASI DESA

20| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 2.4

Keterbukaan Informasi Publik dalam


Pembangunan Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan pokok-
pokok kebijakan keterbukaan informasi publik dalam pembangunan desa.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan fasilitator, membaca cepat (speed reading), curah pendapat, dan
pleno.

Media
• Media Tayang 1.3.1: Keterbukaan Informasi Publik dalam Pembangunan
Desa;
• Lembar Informasi 1.3.1: Keterbukaan Informasi Publik dalam Pem-
bangunan Desa.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 21


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan: Pokok-Pokok Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik
dalam Pembangunan Desa
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Pokok-Pokok Kebijakan Keterbukaan Informasi
Publik dalam Pembangunan Desa;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang keterbukaan informasi publik
dalam pembangunan Desa?
b. Mengapa keterbukaan publik perlu dibangun?
c. Bagaimana Desa dalam membangun keterbukaan informasi
publik?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
dalam keterbukaan informasi publik dalam pembangunan Desa dapat
dituliskan di kertas plano atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang pokok-pokok
kebijakan tentang keterbukaan informasi public dalam pembangunan
desa dengan media yang telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta tentang Keterbukaan informasi publik
dalam pembangunan Desa dan referesni terkait. Hal ini
dilakukan sebelum pembelajaran dimulai (jika dimungkinkan
pada sesi malam atau istirahat). Hal ini perlu dipertimbangkan
agar tidak mengganggu proses pembelajaran karena kesibukan membaca
lembar informasi yang dibagikan. Dengan demikian peserta memiliki
cukup waktu untuk mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan
disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung.

22| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 3
TIM INOVASI KABUPATEN (TIK)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 23


PROGRAM INOVASI DESA

24| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 3

POKOK BAHASAN
TIM INOVASI KABUPATEN
(TIK)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami struktur organisasi, tugas, dan tanggungjawab Tim Inovasi
Kabupaten (TIK);
2. Menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dan koordinasi lintas pelaku
PID di tingkat Kabupaten.

Sub Pokok Bahasan


• SPB 3.1: Organisasi Tim Inovasi Kabupaten (TIK);
• SPB 3.2: Membangun Tim Kerja di tingkat Kabupaten.

Waktu
2 JP (90 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 25


PROGRAM INOVASI DESA

26| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 3.1

Organisasi Tim Inovasi Desa (TIK)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang struktur organisasi Tim Inovasi Kabupaten (TIK)
dalam Program Inovasi Desa (PID);
2. Menjelaskan peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dalam pelaksanaan
Program Inovasi Desa (PID) di tingkat Kecamatan.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan, curah pendapat, diskusi kelompok, dan pleno.

Media
• Media Tayang 3.1.1: Organisasi Tim Inovasi Kabupaten (TIK);
• Lembar Informasi 3.1.1: Panduan Teknis Operasional Program Inovasi
Desa (PID) terkait Tugas dan Tanggung Jawab Tim Inovasi Kabupaten
(TIK).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 27


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Struktur Organisasi Tim Inovasi Kabupaten
(TIK)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Struktur Organisasi Tim Inovasi Kabupaten
(TIK) dalam mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) di
tingkat Kabupaten;
2. Mintalah 2 (dua) orang peserta menggambar dan memberikan
penjelasan ringkas struktur beserta posisi dalam struktur organisasi Tim
Inovasi Kabupaten (TIK);
3. Berikan penegasan terkait struktur dan posisi dalam organisasi Tim
Inovasi Kabupaten (TIK);

Kegiatan 2: Memahami Tugas dan Tanggung Jawab Tim Inovasi


Kabupaten (TIK)
4. Selanjutnya pelatih meminta peserta lain menjelaskan tugas dan
tanggung jawab masing-masing sesuai posisinya;
5. Tuliskan tugas dan tanggung jawab yang dijelaskan peserta pada
kertas plano;
6. Minta peserta memeriksa uraian tugas dan tanggung jawab Tim
Inovasi Kabupaten (TIK) sesuai Panduan Teknis Operasional (PTO)
yang telah ditetapkan;
7. Minta salah seorang peserta memberikan pendapatnya terkait tugas
dan tanggung jawab Tim Inovasi Kabupaten (TIK).

Kegiatan 3: Menutup Sesi Pembelajaran


8. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan;
9. Akhiri sesi ini dengan memberikan penegasan secara ringkas terkait
tugas dan tanggung jawab Tim Inovasi Kabupaten (TIK) serta
perannya dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).

28| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 3.2

Membangun Tim Kerja


di Tingkat Kabupaten

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menilai aspek-aspek penting Tim Kerja;
2. Menerapkan aspek-aspek penting dalam membangun Tim Kerja di
tingkat Kabupaten.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Permainan, curah pendapat, dan refleksi diri.

Media
• Media Tayang 3.1.1: Membangun Tim Kerja di Tingkat Kabupaten
• Lembar Permainan 3.1.1: Team Building
• Lembar Informasi 2.1.1: Hubungan Antarpemangku Kepentingan
Program Inovasi Desa.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Menilai Aspek-Aspek Penting Tim Kerja
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Aspek-aspek penting membangun Tim Kerja
dalam mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) di tingkat
Kabupaten;
2. Pandu peserta melakukan permainan dengan mengacu pada Lembar
Petunjuk Permainan 3.2.1;
3. Selanjutnya, pandu peserta mengungkapkan cara/bagaimana mereka
(setiap kelompok) melakukan permainan serta hasilnya (berhasil atau
gagal);
4. Pandu peserta menilai/menarik makna permainan yang telah dilakukan
dalam kaitannya dengan membangun tim kerja;

Kegiatan 2: Menerapkan aspek-aspek penting Tim Kerja


5. Tegaskan kembali berdasarkan refleksi permaianan yang telah
dilakukan tentang aspek-aspek penting dalam membangun Tim Kerja
dengan menuliskannya dalam meta plan dan di tempelkan di papan flip
charta atau di dinding;
6. Minta peserta untuk mengungkapkan cara menerapkan nilai-nilai
tersebut bagi Tim Kerja di tingkat Kabupaten;
7. Buatlah catatan untuk masing-masing aspek tersebut.

Kegiatan 3: Menutup sesi pembelajaran


8. Akhiri sesi ini dengan menegaskan aspek-aspek penting yang
menjamin keberhasilan tim kerja.

30| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 4
FASILITASI PELAKSANAAN
KEGIATAN PENGELOLAAN
PENGETAHUAN DAN
INOVASI DESA (PPID)

Materi Khusus: Pokja PPID

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 31


PROGRAM INOVASI DESA

32| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 4

POKOK BAHASAN
FASILITASI PELAKSANAAN
KEGIATAN PENGELOLAAN
PENGETAHUAN DAN
INOVASI DESA (PPID)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami konsep Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
(PPID);
2. Memfasilitasi Tahapan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
(PPID);
3. Menerapkan teknik penangkapan inovasi (capturing);
4. Menerapkan pendokumentasian Inovasi dan Bahan Pembelajaran;
5. Memfasilitasi kegiatan Bursa Inovasi Desa di tingkat kecamatan dan
replikasidi tingkat Desa.

Sub Pokok Bahasan


• SPB 4.1: Konsep Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
• SPB 4.2: Tahapan Fasilitasi Pengelolaan dan Inovasi Desa (TPID)
• SPB 4.3: Menangkap Inovasi Desa (Capturing)
• SPB 4.2: Dokumentasi Inovasi dan Bahan Pembelajaran

Waktu
10 JP (450 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33


PROGRAM INOVASI DESA

34| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 4.1

Konsep Pengelolaan Pengetahuan dan


Inovasi Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan tentang
konsep pengelolaan pengetahuan dan inovasi Desa (PPID) dalam Program
Inovasi Desa.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan, membaca cepat (speed reading), curah pendapat, dan pleno.

Media
• Media Tayang 4.1.1: Konsep Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa (PPID);
• Lembar Informasi 4.1.1: Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
dalam Program Inovasi Desa (PID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan: Konsep Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Konsep Pengeloaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang Pengelolaan Pengetahuan Dan
Inovasi Desa (PPID)?
b. Mengapa pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa dibutuhkan
dalam pembangunan Desa?
c. Apa kriteria inovasi dalam Program Inovasi Desa (PID)?
d. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh Pokja PPID dalam
melakukan Pengelolaan Pengetahuan Dan Inovasi Desa (PPID)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait pengelolaan pengetahuan dan inovasi Desa dalam mendukung
pembangunan Desa dapat dituliskan di kertas plano atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang pokok-pokok
kebijakan tentang Pengelolaan Pengetahuan Dan Inovasi Desa dengan
media yang telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta (Pokja PPID) tentang Konsep
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dan referesni
terkait. Hal ini dilakukan sebelum pembelajaran dimulai (jika
dimungkinkan pada sesi malam atau istirahat). Hal ini perlu
dipertimbangkan agar tidak mengganggu proses pembelajaran karena
kesibukan membaca lembar informasi yang dibagikan. Dengan demikian
peserta memiliki cukup waktu untuk mempelajari dan memberikan catatan
kritis yang akan disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung.

36| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 4.2

Fasilitasi Tahapan Pengelolaan


Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan mekanisme Pengelolaan Pengetahuan Dan Inovasi Desa
(PPID);
2. Memfasilitasi tahapan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
(PPID) dalam Program Inovasi Desa (PID).

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Pemaparan, curah pendapat, diskusi kelompok, dan pleno.

Media
• Media Tayang 4.2.1: Fasilitasi Tahapan Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa (PPID) di Tingkat Kabupaten;
• Lembar Kerja 4.2.1: Matrik Diskusi Fasilitasi Tahapan PPID di Tingkat
Kabupaten Program Inovasi Desa (PID);
• Lembar Informasi 4.2.1: Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa (PPID) dalam Program Inovasi Desa.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 37


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan1: Mekanisme Pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa di Tingkat Kabupaten
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang mekanisme pelaksanaan Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) di tingkat Kabupaten dengan
mengkaitkan kegiatan belajar sebelumnya;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang mekanisme pelaksanaan PPID di
tingkat Kabupaten?
b. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan PPID di tingkat
Kabupaten?, dan bagaimana peran masing-masing pelaku
tersebut?
c. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh Pokja PPID dalam
mendorong pelibatan pelaku di tingkat Kabupaten?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait mekanisme PPID di tingkat Kabupaten dengan menuliskannya
di kertas plano atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang mekanisme
pelaksanaan PPID di tingkat Kabupaten dengan menggunakan media
yang telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kegiatan 2: Fasilitasi Tahapan PPID di Tingkat Kabupaten


7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Fasilitasi Tahapan Pengelolaan Inovasi dan
Pengetahuan dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa;
8. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok (sesuai kecamatan) untuk
menyusun rencana kegiatan fasilitasi PPID di tingkat Kabupaten,
sebagai panduan gunakan Lembar Kerja 4.2.1;
9. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam
kelompok. Hasilnya ditulis dalam kertas plano dan di tempelkan di
dinding agar dapat diamati oleh peserta lain;
10. Mintalah 1 atau 2 kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno.

38| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

11. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan


pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
12. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi pelatih;
13. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan
tentang fasilitasi tahapan PPID di tingkat Kabupaten dalam
pelaksanaan Program Inovasi Desa yang telah dilakukan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 39


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 4.2.1

Matrik Diskusi Fasilitasi Tahapan PPID di Tingkat Kabupaten


Program Inovasi Desa (PID)

No Tahapan Uraian Pelaku Kendala Solusi


Kegiatan

Catatan:
(1) Buatlah beberapa kolom yang berisi uraian tentang Tahapan Kegiatan Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) di tingkat Kabupaten. Dalam menuliskan
setiap tahapan kegiatan PPID Kelompok dapat menggunakan rujukan Panduan
Teknis Operasional PID terkait mekanisme PPID di tingkat Kabupaten;
(2) Lakukan penelaahan terkait proses fasilitasi yang dilakukan oleh Pokja PPID untuk
masing-masing tahapan tersebut secara rinci;
(3) Tuliskan siapa saja pelaku yang terlibat dalam setiap tahapan tersebut;
(4) Lakukan penelaahan terkait kemungkinan kendala atau hambatan yang dihadapi
TIK dalam setiap tahapan tersebut;
(5) Rumuskan beberapa alternate solusi untukmengatasi hambatan dan kendala
tersebut;
(6) Hasil diskusi kelompok dicatat dan dibahas dalam pleno untuk mengklarifikasi,
mengelompokkan dan menyepakati hasilnya.

40| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 4.3

Menangkap Inovasi (Capturing)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang
lingkup kegiatan menangkap inovasi (Capturing) dalam Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);
2. Praktek menangkap inovasi (Capturing) dalam Program Inovasi Desa
(PID).

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Curah pendapat, praktek menangkap Inovasi (Cupturing), kerja kelompok,
pemaparan dan pleno.

Media
• Media Tayang 4.3.1: Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi
Desa (PPID) di Tingkat Kabupaten;
• Lembar Informasi 4.3.1: Menangkap Inovasi (Capturing) dalam
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 41


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan1: Memahami Konsep Menangkap Inovasi (Capturing) dalam
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Konsep dan Ruang lingkup Kegiatan
Menangkap Inovasi (Capturing) dalam Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa (PPID) di tingkat Kabupetan dengan mengkaitkan
kegiatan belajar sebelumnya;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang konsep menangkap (cupturing)?
b. Mengapa kegiatan menangkap inovasi (capturing) penting
dilakukan?
c. Bagaimana peran Pokja PPID dalam memfasilitasi kegiatan
menangkap inovasi (capturing)?
d. Keahlian apa saja yang dibutuhkan Pokja PPID dalam
memfasilitasi kegiatan menangkap inovasi (capturing)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait proses menangkap inovasi (capturing) dengan menuliskannya
di kertas plano atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang proses menangkap
inovasi (capturing) dalam pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa (PPID) di tingkat Kabupaten dengan menggunakan media
yang telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Melalui materi tayang, pelatih menyampaikan keahlian dasar


yang perlu dimiliki oleh Pokja PPID dalam proses capturing: (a)
komunikasi dan hubungan baik dengan narasumber, (b) pola
pikir investigatif yang bertujuan jelas, (c) mampu bercerita dan
merekam informasi dengan cara yang menarik, (d) memiliki
pengetahuan dasar tentang substansi yang di-capture, (e) memiliki empati
terhadap subyek yang di-capture, dan (f) mampu mengoperasikan
perangkat teknologi sederhana seperti telepon seluler.

42| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kegiatan 2: Praktek Menangkap Inovasi (Capturing) dalam Pengelola-


an Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Fasilitasi Kegiatan Menangkap Inovasi
(Capturing) dalam Pengelolaan Inovasi dan Pengetahuan (PPID);
8. Jelaskan bahwa ada banyak pilihan metode untuk melakukan
capturing yang perlu ditentukan sejak awal di tahap persiapan;
9. Ajak peserta untuk mempelajari Booklet Lembar Kerja Pelatihan PPID
tentang Wawancara, Bahan Bacaan Kiat-Kiat Metode Capturing Inovasi
Desa, dan Bahan Bacaan – Cara Membuat Video;
10. Beri kesempatan kepada peserta untuk bertanya terkait metode
wawancara dan membuat video kepada narasumber.
11. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok (sesuai kecamatan) untuk
melakukan praktek menangkap inovasi (capturing) berdasarkan hasil
identifikasi dan verifikasi inovasi Desa yang telah dilakukan;
12. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam
kelompok. Hasilnya ditulis dalam kertas plano dan di tempelkan di
dinding agar dapat diamati oleh peserta lain;
13. Mintalah beberapa kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam
pleno.
14. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan
pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
15. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi pelatih;
16. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 43


PROGRAM INOVASI DESA

44| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 4.4

Dokumentasi Inovasi dan Bahan


Pembelajaran

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang
lingkup kegiatan dokumentasi inovasi dan bahan pembelajaran dalam
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);
2. Praktek dokumentasi dan bahan pembelajaran dalam Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Curah pendapat, praktek pendokumentasian inovasi Desa, kerja kelompok,
pemaparan dan pleno.

Media
• Media Tayang 4.4.1: Dokumentasi Inovasi dan Bahan Pembelajaran
dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) di Tingkat
Kabupaten;
• Lembar Kerja 4.4.1: Format Struktur Dokumen Inovasi dan Bahan
Pembelajaran;
• Lembar Informasi 4.4.1: Dokumentasi Inovasi dan Bahan Pembelajaran
dalam Pengelolaan Pengetahuan dalam Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa (PPID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 45


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan1: Memahami Konsep dan Ruang Lingkup Dokumentasi
Inovasi dan Bahan Pembelajaran dalam Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa (PPID)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Konsep dan Ruang lingkup Kegiatan
Dokumentasi Inovasi dan Bahan Pembelajaran dalam Program Inovasi
Desa (PID) di tingkat Kabupetan dengan mengkaitkan kegiatan belajar
sebelumnya;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang kegiatan pendokumentasian
inovasi dan bahan pembalajaran?
b. Mengapa kegiatan pendokumentasian inovasi dan bahan
pembalajaran penting dilakukan?
c. Bagaimana peran Pokja PPID dalam kegiatan pendokumentasian
inovasi dan bahan pembalajaran?
d. Keahlian apa saja yang dibutuhkan Pokja PPID dalam
memfasilitasi kegiatan pendokumentasian inovasi dan bahan
pembalajaran?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait kegiatan pendokumentasian inovasi dan bahan pembalajaran
di tingkat Kabupaten dengan menuliskannya di kertas plano atau
whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang pendokumentasian
inovasi dan bahan pembalajaran dalam pelaksanaan Pengelolaan
Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) di tingkat Kabupaten dengan
menggunakan media yang telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kegiatan 2: Praktek Pendokumentasian Inovasi dan Bahan Pembelajar-


an dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
praktek Pendokumentasian Inovasi dan Bahan Pembelajaran dalam
Pengelolaan Inovasi dan Pengetahuan (PPID);

46| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

8. Ajaklah peserta untuk menggunakan lembaran template dokumen


pembelajaran yang terdapat dalam Booklet Lembar Kerja Pelatihan
PPID yang telah dibagikan dan dalam USB;
9. Jelaskan satu per satu bagian template, mulai dari judul hingga kontak
informasi;
10. Melalui media tayang, jelaskan alur dari setiap bagian dan bagaimana
setiap bagian saling mendukung bagian lainnya;
11. Peserta memulai latihan dengan menentukan judul dokumen
pembelajaran;
12. Beri waktu kepada peserta untuk menyepakati judul dari dokumen
pembelajarannya yang akan didiskusikan dalam kelompok, yakni judul
yang menggambarkan inovasi desa secara jelas dan menarik;
13. Bagilah peserta ke dalam kelompok kecil. Tiap kelompok diberi waktu
untuk mengisi format yang sudah disediakan pada lembar kerja
berdasarkan hasil kegiatan sebelumnya.
14. Pelatih memfasilitasi dengan berkeliling ke tiap kelompok untuk
memastikan praktik berjalan sesuai kaidah;
15. Pilihlah satu kelompok dengan hasil pengisian format yang sudah
benar dan satu kelompok dengan hasil pengisian format yang perlu
perbaikan. Mintalah beberapa kelompok untuk memaparkan hasil
kerjanya dalam pleno;
16. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan
pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
17. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi pelatih;
18. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar kerja 4.4.1

Format Struktur Dokumen Inovasi dan Bahan Pembelajaran

Judul :

Ringkasan Umum

Tantangan dan latar belakang masalah

Solusi/inovasi yang dijalankan

Proses/langkah demi langkah penyelesaian masalah/tantangan

Hasil capaian

Pembelajaran

Pendanaan

Rekomendasi

Ilustrasi/Photo

Kontak informasi

48| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 5
FASILITASI PENYELENGGARAAN
BURSA INOVASI DESA (BID)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49


PROGRAM INOVASI DESA

50| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 5

POKOK BAHASAN
FASILITASI PENYELENGGARAAN
BURSA INOVASI DESA (BID)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami konsep Bursa Inovasi Desa (BID);
2. Memfasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID) di Kabupaten;
3. Memfasilitasi Paska Bursa Inovasi Desa (BID).

Sub Pokok Bahasan


• SPB 5.1: Konsep Bursa Inovasi Desa (BID);
• SPB 5.2: Fasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID) di Kabupaten;
• SPB 5.4: Fasilitasi Paska Bursa Inovasi Desa (BID).

Waktu
10 JP (450 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 51


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 5.1

Konsep Bursa Inovasi Desa (BID)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang konsep Bursa Inovasi Desa (BID) dalam Program
Inovasi Desa (PID);
2. Menjelaskan alur Bursa Inovasi Desa (BID).

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Curah pendapat, diskusi kelompok, pemaparan dan pleno.

Media
• Media Tayang 5.1.1: Konsep Bursa Inovasi Desa (BID);
• Lembar Informasi 5.5.1: Panduan Bursa Inovasi Desa (BID) dalam
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

52| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Konsep Bursa Inovasi Desa (BID)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang “Konsep Bursa inovasi Desa (BID) di Tingkat
Kecamatan”;
2. Awali sesi ini dengan melakukan curah pendapat dengan mengajukan
beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang Bursa Inovasi Desa (BID)?
b. Mengapa kegiatan Bursa Inovasi Desa (BID) perlu dilakukan?
c. Apa tujuan dan hasil yang diharapkan dari pelaksanaan Bursa
Inovasi Desa (BID)?
d. Kapan Bursa Inovasi Desa (BID)?
e. Mengapa harus dilakukan pada kurun waktu itu?
f. Siapa pelaksana dan pesertanya?
g. Apakah yang perlu disajikan dalam bursa itu?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait Bursa Inovasi Desa (BID) dengan menuliskannya di kertas plano
atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai bagian dari penegasan terkait Bursa
Inovasi Desa (BID) dengan media yang telah disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kegiatan 2: Alur Bursa Inovasi Desa (BID)


7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang “Alur Tahapan Bursa inovasi Desa (BID) dalam
pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)”;
8. Selanjutnya mintalah peserta untuk menjelaskan secara umum alur
Bursa Inovasi Desa (BID) mencakup:
a. Jendela 1: Berfungsi sebagai pleno yang menjadi pembuka bursa.
Pleno dimaksud menjadi arena penting untuk menyampaikan
penjelasan tentang Bursa Inovasi Desa (BID) dan menekankan
pemahaman peserta tentang peran masing-masing setelah/paska
bursa. Hal-hal yang perlu diperhatikan: (a) Materi yang harus ada
dalam sambutan; (b) Fungsi pemutaran video inovasi; (c) Siapa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 53


PROGRAM INOVASI DESA

yang memberikan penjelasan tentang PID dan BID, dan (d)


penjelasan mekanisme BID.
b. Jendela 2: Terdiri dari ruang-ruang bursa yang mewakili tiap
bidang prioritas. Hal-hal yang perlu diperhatikan: (a) Siapa yang
bertugas di meja konsultasi untuk menjelaskan inovasi-inovasi
yang ditawarkan; (b) Bagaimana membantu pengisian Kartu
Komitmen Replikasi dan Kartu Inovasi Desaku; (c) Menu inovasi;
(d) Fungsi video; (e) Kegiatan dan memfasilitasi kegiatan di
Jendela 2 dan (f) Pelaku yang harus berperan.
c. Jendela 3: Berfungsi sebagai tempat penyerahan Kartu Komitmen
Replikasi dan Kartu Inovasi Desaku. Hal-hal yang perlu
diperhatikan: (a) Rating inovasi yang ada di menu, dan (b) Pelaku
yang bertugas di Jendela 3
9. Selanjutnya, bagi peserta dalam 3 kelompok untuk melakukan simulasi
sebagai pelaku di Jendela 1, Jendela 2, dan Jendela 3;
10. Beri waktu 15 menit kepada tiap kelompok untuk melakukan persiapan
dan berbagi tugas, mengambil materi dan perlengkapan yang
diperlukan tiap kelompok;
11. Beri waktu 30 menit untuk tiap kelompok melakukan simulasi singkat;
12. Fasilitasi peserta melakukan refleksi atas pelaksanaan simulasi sesuai
tugas kelompoknya;
13. Akhiri sesi ini dengan memberikan umpan balik terkait pelaksanaan
simulasi sesuai tugas setiap kelompok.

54| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 55


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 5.2

Fasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID)


di Tingkat Kabupaten

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan isu-isu pokok yang melatar belakangi pentingnya Bursa
Inovasi di Kabupaten;
2. Menjelaskan tugas Tim Inovasi Kabupaten (TIK) khususnya Pokja PPID
dalam penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID).

Waktu
3 JP ( 135 menit)

Metode
Curah pendapat, diskusi kelompok, pemaparan dan pleno.

Media
• Media Tayang 5.2.1: Fasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID) di Kabupaten;
• Lembar Kerja 5.2.1: Matrik Identifkasi Tahapan Fasilitasi Peluncuran
Kegiatan Bursa Inovasi Desa (BID) di Tingkat Kabupaten;
• Lembar Kerja 5.2.2: Daftar Periksa (Check List) Peluncuran Bursa Inovasi
Desa (BID) di Tingkat Kabupaten;
• Lembar Kerja 5.2.3: Skenario Bursa Inovasi Desa (BID) di Tingkat
Kabupaten;
• Lembar Informasi 5.2.1: Panduan Bursa Inovasi Desa (BID) dalam
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian

56| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kegiatan 1: Memahami Isu-Isu Pokok Bursa Inovasi Desa (BID) di


Tingkat Kabupaten
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang “Isu-Isu Pokok Bursa inovasi Desa (BID) di
Tingkat Kabupaten”;
2. Awali sesi ini dengan melakukan curah pendapat dengan mengajukan
beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang Bursa Inovasi Desa (BID) di
Kabupaten?
b. Apa tujuan dan hasil yang diharapkan dari kegiatan Bursa Inovasi
Desa (BID) di Kabupaten?
c. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh Pokja PPID dalam
penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID) di Kabupaten?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok
terkait Peluncuran Bursa Inovasi Desa (BID) di Kabupaten dengan
menuliskannya di kertas plano atau whiteboard;
5. Lakukan pemaparan sebagai bagian dari penegasan terkait Peluncuran
Bursa Inovasi Desa (BID) di Kabupaten dengan media yang telah
disediakan;
6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta (Pokja PPID) tentang Panduan Teknis
Penyelenggara an Bursa Inovasi Desa (BID) yang dilakukan
sebelum pembelajaran dimulai (jika dimungkinkan pada sesi
malam atau istirahat) untuk keperluan simulasi. Hal ini perlu
dipertimbangkan agar tidak mengganggu proses pembelajaran karena
kesibukan membaca lembar informasi yang dibagikan. Dengan demikian
peserta memiliki cukup waktu untuk mempelajari dan memberikan catatan
kritis yang akan disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung.

Kegiatan 2: Peran Pokja PPID dalam Memfasilitasi Bursa Inovasi Desa


(BID) di Kabupaten

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 57


PROGRAM INOVASI DESA

7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari


topik bahasan tentang “Peran Pokja PPID dalam Memfasilitasi Bursa
Inovasi Desa (BID) di Tingkat Kabupaten”;
8. Berdasarkan isu-isu pokok yang dijelaskan dalam kegiatan sebelumnya
mintalah peserta untuk membahas tentang Peran Pokja PPID dalam
memfasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID) di Tingkat Kabupaten sesuai
dengan kewenangannya, dengan mengajukan pertanyaan pemicu
sebagai berikut:
a. Bagaimana peran Pokja PPID dalam memfasilitasi Bursa Inovasi
Desa (BID) di Kabupaten?
b. Hal-hal apa saja yang perlu menjadi perhatian bagi Pokja PPID
dalam mendorong pemangku kepentingan terkait agar terlibat
mensukseskan Bursa Inovasi Desa (BID) di Kabupetan?
c. Hambatan/kendala apa saja yang mungkin dihadapi Pokja PPID
dalam memfasilitasi kegiatan Peluncuran Bursa Inovasi Desa (BID)
di Kabupaten?
9. Berikan kesempatan kepada peserta atau untuk memberikan
tanggapan, pendapat dan masukan;
10. Buatlah catatan terkait isu-isu kritis yang berkembang dalam
pembahasan. Hasilnya ditempelkan di kertas plano atau whiteboard;
11. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan
menegaskan hal-hal pokok dan peran Pokja PPID dalam fasilitasi Bursa
Inovasi Desa (BID) di tingkat Kabupaten.

Kegiatan 3: Tahapan Fasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID) di Tingkat


Kabupaten
12. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang “Tahapan Fasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID) di
Tingkat Kabupaten”;
13. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk mengidentifikasi
tahapan dalam memfasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID) di tingkat
Kabupaten. Hasil diskusi dicatat dalam lembar kerja kelompok 5.2.1;
14. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
mendiskusikannya;
15. Mintalah wakil dari masing-masing kelompok untuk melakukan
presentasi hasil diskusinya.
16. Berikan kesempatan kepada peserta atau kelompok lainnya untuk
menanggapi dan mengkritisi hasil paparan kelompok.
17. Buatlah catatan penting terkait isu-isu yang perlu mendapat perhatian.

58| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

18. Sebelum sesi ditutup, bagikan Lembar Kerja 5.2.2 dan 5.2.3 yang berisi
lembar checklist kegiatan Bursa Inovasi Desa (BID) yang perlu
dilakukan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi/tindak
lanjut termasuk scenario atau jadwal acaranya. Berikan penjelasan
singkat terhadap lembar checklist tersebut.
19. Mintalah peserta mencermati dan membandingkan dengan hasil kerja
yang telah dibuat dan berikan kesempatan untuk bertanya atau
klarifikasi jika ada yang kurang jelas.
20. Lakukan penegasan kembali terhadap isu-isu penting dan kesimpulan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 59


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 5.2.1

Matrik Identifkasi Tahapan Fasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID)


di Tingkat Kabupaten

No. Tahapan Proses Output Penanggung Kendala


Jawab
1. Perencanaan
a.
b.
c.
d.

2. Pelaksanaan
a.
b.
c.
d.

3. Evaluasi dan
Tindak lanjut
a.
b.
c.
d.

60| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar kerja 5.2.2

Daftar Periksa (Check List) Persiapan Bursa Inovasi Desa (BID)


Di Tingkat Kabupaten

No Kegiatan Kebutuhan/Media Koordinasi Jadwal/ Penanggung


Pendukung Pihak waktu Jawab
Terkait
1. Persiapan
Menyusun
kepanitiaan
Menentukan
tanggal, waktu,
tempat
Menyiapkan daftar
undangan, draft
undangan, daftar
hadir
Menyiapkan
undangan untuk
peserta pameran
(bila perlu) dan
P2KTD
Menyusun agenda
dan RAB Peluncuran
Bursa Inovasi Desa
(BID)
Menyiapkan materi
dan peralatan
Mengatur
Kebutuhan ruang
Peluncuran Bursa
Inovasi Desa (BID)
Membuat skenario
mobilisasi peserta
Mengatur
pembagian stand
pameran (bila perlu)
Monitor kesiapan
pencairan dana
Surat koordinasi
Skenario Peluncuran
Bursa Inovasi Desa
(BID) dengan
Kegiatan Bupati

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 61


PROGRAM INOVASI DESA

No Kegiatan Kebutuhan/Media Koordinasi Jadwal/ Penanggung


Pendukung Pihak waktu Jawab
Terkait
Rapat koordinasi
dengan OPD terkait
Rapat koordinasi
dengan TPID
2. Pelaksanaan
Kesiapan materi dan Brosur BID,
peralatan video inovasi, jadwal
BID di tiap
kecamatan
Denah dan Lokasi
Peluncuran Bursa
Inovasi Desa (BID)
Run down acara
secara detil
Koordinasi
pemantapan peran
TAPM saat
mendampingi para
undangan.
Dan lain-lain.
3. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Merekap jumlah
peserta dan siapa
yang hadir
Mencatat masukan
dan tanggapan
peserta terkait
materi Peluncuran
Bursa Inovasi Desa
(BID)
Mencatat respon
terhadap kepuasan
peserta dalam
mengingkuti
kegiatan Peluncuran
Bursa Inovasi Desa
(BID)
Mencatat komitmen
dan tindak lanjut
Peluncuran Bursa
Inovasi Desa (BID)
Dan lain-lain

62| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar kerja 5.2.3

Skenario Bursa Inovasi Desa (BID)


Di Tingkat Kabupaten

NO Aspek Deskripsi Status


kesiapan
1 Nama Kegiatan
2. Tujuan
3. Lokasi
4. Waktu
5. Target
a. Bupati Membuka
secara Resmi
b. Perwakilan OPD
yang Hadir
c. Perwakilan Camat
dan Perwakilan
Kepala Desa
d. Kehadiran Media
e. Dalog Interaktif
dengan Kepala
Desa
6. Bentuk Kegiatan a. Pembukaan
b. Sajian video inovasi
c. Dialog interaktif tentang
pemahaman konsep Bursa
Inovasi Desa (BID)
d. Contoh proses Bursa Inovasi
Desa (BID) di tingkat
Kecamatan
e. Persiapan fasilitasi terkait kartu
Ide dan kartu komitmen
f. Daftar jadwal Bursa Inovasi
Desa (BID) di seluruh
Kecamatan
g. Dll.
7. Media Pendukung
8. Lainnya

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 63


PROGRAM INOVASI DESA

Kegiatan 4: Simulasi Bursa Inovasi Desa (BID) di tingkat Kecamatan


1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang “Simulasi Fasilitasi Bursa Inovasi Desa (BID) di
tingkat Kecamatan”;
2. Jelaskan skenario dan alur penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID)
di tingkat kecamatan sesuai dengan panduan teknis yang telah
ditetapkan;
3. Berilah waktu bagi peserta untuk mendalami Panduan Bursa Inovasi
Desa yang sudah disiapkan;
4. Mintalah 1 orang peserta sebagai koordinator kelas yang akan
mengkoordinasikan seluruh proses simulasi yang akan dilakukan.
Sebagai koordinator, peserta tersebut akan bertugas untuk
memastikan simulasi Bursa Inovasi Desa (BID) berjalan sesuai panduan;
5. Semua peserta mendapatkan peran untuk mensimulasikan fasilitasi
Bursa Inovasi Desa (BID) sesuai dengan panduan teknis. Untuk
keperluan simulasi, peserta dibagi sesuai dengan kebutuhan simulasi
sebagai berikut:

• Sebagai kepala desa • Petugas penerima Kartu


• Sebagai BPD Komitmen dan Kartu IDE
• Tokoh masyarakat • Koordinator Jendela 1
• Sebagai Camat • Koordinator Jendela 2
• Sebagai TPID • Petugas penerima peserta
• Petugas meja konsultasi • Petugas P2KTD
ruang bursa • PLD
• Petugas Pengarah acara • TAPM
• Pendamping Desa

6. Setelah simulasi selesai, mintalah peserta untuk merefleksikan dan


memberikan umpan balik terhadap kegiatan simulasi yang telah
dilakukan;
7. Buatlah catatan dari hasil refleksi yang telah dilakukan;
8. Buatah penegasan dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Bursa Inovasi Desa (BID) merupakan kegiatan
pertukaran pengetahuan dan inovasi antara desa yang memenuhi
kebutuhan desa untuk belajar dan bertukar informatentang
pengalaman pembangunan Desa serta saling menerapkan
inovasi.

64| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

b. Pentingnya Pokja PPID mendorong terjadinya koordinasi antara


TPID dan PD/PLD dalam mempersiapkan desa sebelum
menghadiri BID (identifikasi masalah desa, inovasi yang sudah
dimiliki desa, dan kebutuhan akan masukan untuk perencanaan
desa).
c. Pentingnya peserta mengisi Kartu Komitmen Replikasi dan Kartu
Inovasi Desaku sesuai hasil pra identifikasi yang telah PD/PLD
lakukan, dan menyerahkannya kepada penyelenggara Bursa
Inovasi Desa (BID) untuk ditindaklanjuti realisasinya.
d. Pastikan waktu pelaksanaannya dilakukan sebelum Musrenbang
Desa.
e. Bursa Inovasi Desa (BID) merupakan media yang strategis untuk
mendapatkan dukungan Pemerintah Daerah dalam memperkuat
peran Kabupaten kepada desa untuk peningkatan kualitas RPJM
Desa melalui Musrenbang Desa.
f. Pastikan panitia yang diberi tugas di meja konsultasi memahami
tugasnya sebagai pemberi informasi dan pastikan terjadi interaksi
aktif pada proses bertukar pengalaman inovatif antara tiap meja
konsultas dengan perwakilan desa.
9. Tutuplah sesi ini dengan kesimpulan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 65


PROGRAM INOVASI DESA

66| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 5.3

Fasilitasi Paska Bursa Inovasi Desa (BID)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pentingnya tindak lanjut paska Bursa Inovasi Desa (BID)
sampai pada Musrenbang Desa;
2. Menjelaskan pentingnya fasilitasi terhadap kepala desa dan para pelaku
di desa terkait tindak lanjut pasca Bursa Inovasi Desa (BID);
3. Memberikan rekomendasi dan menindaklanjuti dukungan pada Kepala
Desa untuk dapat merealisasikan Kartu Ide dan Kartu Komitmen.

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Curah pendapat, studi kasus, diskusi kelompok, pemaparan dan pleno.

Media
• Media Tayang 5.3.1: Paska Bursa Inovasi Desa (BID);
• Lembar Kerja 5.3.1: Matrik Tindak Lanjut Paska Bursa Inovasi Desa (BID);
• Lembar Kerja 5.3.2: Matrik Diskusi Kajian Kebutuhan Pendampingan
Paska Bursa Inovasi Desa (BID);
• Lembar Informasi 5.3.1: Panduan Bursa Inovasi Desa (BID) dalam
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 67


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Tindak Lanjut Paska Bursa Inovasi Desa (BID)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang “Memahami Tindak Lanjut Paska Bursa inovasi
Desa (BID)”;
2. Minta beberapa orang peserta mengemukakan kembali hasil/output
dari Bursa Inovasi Desa (BID);
3. Berikan penegasan terkait kartu (Inovasi Desaku dan Komitmen
Replikasi) yang dihasilkan dari Bursa Inovasi Desa (BID);
4. Pandulah peserta menemukenali kegiatan tindak lanjut dan para
pelaku yang bertanggungjawab mengawal kegiatan tindak lanjut
pasca Bursa Inovasi Desa (BID) dengan mencatat pada Lembar Kerja
5.4.1;
5. Berikan penegasan terkait tugas dan tanggungjawab pelaku sebagai
berikut:

Pelaku Tanggungjawab dan Tugas


PD dan PLD Mengawal komitmen dari hasil rekapitulasi
Kartu Komitmen Replikasi;
TPID ▪ Merekap Kartu Komitmen Replikasi dan
Kartu Inovasi DEsaku sesuai format
rekapitulasi yang telah disediakan
▪ Memfasilitasi proses replikasi dan
capturing
TIK ▪ Memfasilitasi proses (verifikasi inovasi –
capturing) atas inovasi desa yang
dituliskan dalam Kartu Inovasi Desaku
▪ Mengawal proses replikasi (Tindak lanjut
Komitmen)

Kegiatan 2: Mengawal Hasil Bursa Inovasi Desa (BID)


6. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang “Mengawal Hasil Bursa inovasi Desa (BID)”
dengan mengkaitkan kegiatan belajar sebelumnya;
7. Mintalah peserta dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yang masing-masing
mendiskusikan tema-tema sebagai berikut:
• Kelompok 1: Topik diskusi Memfasilitasi proses menagkap
inovasi Desa (Capturing)
• Kelompok 2: Topik diskusi Mengawal proses replikasi

68| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

8. Bagikan Lembar Kerja 5.4.2., Tugas Tindak Lanjut Paska Bursa Inovasi
Desa (BID) untuk dibahas dalam kelompok;
9. Minta masing-masing kelompok secara bergantian memaparkan hasil
diskusinya;
10. Berikan kesempatan kepada peserta dari kelompok penanggap
memberikan tanggapan atas presentasi dari kelompok yang
mempresentasikan;
11. Akhiri sesi ini dengan menegaskan hal-hal penting sesuai hasil diskusi
kelompok.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 69


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar kerja 5.3.1

Matrik Tindak Lanjut Paska Bursa Inovasi Desa (BID)

No. Tindak Lanjut BID Uraian Kegiatan Pelaku Tugas dan


Tindak Lanjut Tanggung-
jawab

70| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 5.3.2.

Matrik Diskusi Kebutuhan Pendampingan Paska Bursa Inovasi Desa (BID)

NO ASPEK URAIAN KET.


A. Identitas
Nama Desa
PLD Desa
PD
B. Deskripsi
Kartu IDE
Kartu Komitmen
C. Analisis SWOT
Kelebihan
Kelemahan
Peluang
Tantangan
D. Solusi
1.
2.
E. Capaian
F. Rencana Aksi dan Target
Waktu (Sebelum
Musrenbang)
G. Pemantauan dan Penilaian

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 71


PROGRAM INOVASI DESA

72| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 6
FASILITASI PENYEDIA
PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS
DESA (P2KTD)

Materi Khusus: Pokja P2KTD

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 73


PROGRAM INOVASI DESA

74| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 6

POKOK BAHASAN
FASILITASI PENYEDIA PENINGKATAN
KAPASITAS TEKNIS DESA (P2KTD)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami konsep dan alur mekanisme Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa (P2KTD);
2. Memahami peran Pokja P2KTD dalam memfasilitasi kegiatan
sosialisasi, identifikasi dan verifikasi kebutuhan penyedia peningkatan
kapasitas teknis di Desa, penyusunan direktori, pemanfaatan, serta
pemantauan dan pelaporan kegiatan peningkatan kapasitas teknis di
Desa.

Sub Pokok Bahasan


• SPB 6.1: Konsep dan Alur Mekanisme Kegiatan P2KTD;
• SPB 6.2: Sosialisasi P2KTD;
• SPB 6.3: Identifikasi dan Verifikasi Kebutuhan P2KTD;
• SPB 6.4: Penyusunan Direktori P2KTD;
• SPB 6.5: Pemanfaatan P2KTD;
• SPB 6.6. Pemantauan, Pengawasan, dan Pelaporan P2KTD.

Waktu
10 JP (270 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 75


PROGRAM INOVASI DESA

76| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 6.1

Konsep dan Alur Mekenisme


Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
(P2KTD)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan konsep
dan alur Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) dalam
pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID);

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Curah pendapat, pemaparan dan pleno.

Media
• Media Tayang 6.1.1; Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
(P2KTD) dalam Program Inovasi Desa (PID);
• Lembar Informasi 6.1.1: Pedoman Teknis Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) dalam Program Inovasi Desa (PID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 77


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Pentingnya Sosialisasasi P2KTD
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Konsep dan Alur Mekanisme P2KTD dalam
pelaksanaan kegiatan inovasi Desa;
2. Lakukan curah pendapat tentang konsep P2KTD dengan mengajukan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang P2KTD?
b. Mengapa P2KTD di perlukan dalam mendukung inovasi Desa?
c. Bagaimana alur dan mekanisme P2KTD?
d. Apa saja peran TPID dalam memfasilitasi P2KTD di tingkat
kecamatan. P2KTD?;
e. Hambatan apa saja yang mungkin dihadapi Pokja P2KTD dalam
memfasilitasi penyedia kapasitas teknis di Desa?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu, kertas plano atau whiteboard;

Kegiatan 2: Menutup Sesi pembelajaran


5. Berikan penegasan terhadap hal-hal penting terkait potensi dan
masalah yang mungkin muncul, dan akhiri sesi ini.
6. Tutuplah sesi ini dengan kesimpulan.

78| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 6.2

Sosialisasi P2KTD

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan tujuan dan
ruanglingkup sosialisasi Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
(P2KTD) dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID);

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Curah pendapat, pemaparan dan pleno.

Media
• Media Tayang 6.2.1; Sosialisasi Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Desa (P2KTD) dalam Program Inovasi Desa (PID);
• Lembar Informasi 6.2.1: Pedoman Teknis Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) dalam Program Inovasi Desa (PID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 79


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami tujuan dan ruang lingkup sosialisasi Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
subpokok bahasan tentang Konsep dan Alur Mekanisme P2KTD dalam
pelaksanaan kegiatan inovasi Desa;
2. Lakukan curah pendapat tentang konsep P2KTD dengan mengajukan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang kegiatan sosialisasi P2KTD?
b. Mengapa kegiatan soisialisasi P2KTD diperlukan?
c. Apa tujuan sosialisasi P2KTD?
d. Apa saja hasil yang diharapkan dari kegiatan sosialisasi P2KTD?
e. Apa saja Pokja P2KTD dalam memfasilitasi kegiatan sosialisasi?
f. Hambatan apa saja yang mungkin dihadapi oleh Pokja P2KTD
dalam memfasilitasi sosilisasi?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu, kertas plano atau whiteboard;

Kegiatan 2: Mengidentifikasi lingkup materi dan target sasaran


Sosialisasi
5. Mintalah salah satu peserta mengemukakan lingkup materi sosialisasi
P2KTD;
6. Berikan kesempatan beberapa peserta menanggapi;
7. Tegaskan lingkup materi sosialisasi P2KTD;
8. Sesuai lingkup materi sosialisasi di atas, minta peserta menentukan
target sasaran sosialisasi P2KTD.

Kegiatan 3: Mengidentifikasi bentuk kegiatan dan media sosialisasi


yang digunakan
9. Bagikan 1 lembar kerta metaplan kepada setiap peserta dan minta
menuliskan I (satu) contoh bentuk kegiatan dan media sosialisasi
P2KTD yang efektif digunakan;
10. Pandu peserta menentukan bentuk kegiatan dan media sosialisasi
P2KTD berdasarkan pendapat peserta;

80| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

11. Berikan penegasan terhadap hal-hal penting terkait hal-hal kritis yang
mungkin muncul pada saat Pokja P2KTD memfasilitasi kegiatan
sosialisasi di tingkat kabupaten dan akhiri sesi ini.
12. Tutuplah sesi ini dengan kesimpulan.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta terkait Panduan Teknis atau (SOP)
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)
dilakukan sebelum pembelajaran dimulai (jika dimungkinkan
pada sesi malam atau istirahat). Hal ini perlu dipertimbangkan
agar tidak mengganggu proses pembelajaran karena kesibukan membaca
lembar informasi yang dibagikan. Dengan demikian peserta memiliki
cukup waktu untuk mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan
disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 81


PROGRAM INOVASI DESA

82| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 6.3

Identifikasi dan Verifikasi P2KTD

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memfasilitasi kegiatan
identifikasi dan verifikasi kebutuhan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Desa (P2KTD);

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Diskusi, Kerja Kelompok, dan Pleno.

Media
• Media Tayang 6.3.1: “Identifikasi serta Verifikasi P2KTD”;
• Lembar Kerja 6.3.1. Formulir Pendaftaran Profil Lembaga P2KTD;
• Lembar Kerja 6.3.2: Formulir Penilaian Hasil Verifikasi Administratif
P2KTD;
• Lembar Kerja 6.3.3: Panduan Verifikasi Lapangan;
• Lembar kerja 6.3.4: Rekapitulasi Hasil verifikasi P2KTD;
• Lembar Informasi 6.3.1: “Panduan Teknis Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)”.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 83


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Proses Identifikasi dan Verifikasi P2KTD
1. Pelatih menjelaskan tujuan, tahapan dan langkah, dan hasil yang
diharapkan dari pembahasan tentang Identifikasi dan Verifikasi
kebutuhan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD);
2. Awali dengan curah pendapat tentang makna dan hakikat dari proses
identifikasi dan verifikasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kunci sebagai berikut:
a. Apa yang anda pahami tentang proses identifikasi dan verifikasi
P2KTD.
b. Mengapa kriteria dan persyaratan sangat penting bagi identifikasi
dan verifikasi P2KTD?
c. Apakah hal-hal yang diperlukan oleh Pokja P2KTD dalam
memferifikasi kelembagaam dam kualifikasi P2KTD?
3. Gunakan kertas plano untuk mencatat hal-hal pokok yang
dikemukakan peserta;
4. Lakukan penegasan tentang isu-isu krusial terkait proses Identifikasi
dan Verifikasi bagi kebutuhan P2KTD;
5. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan

Kegiatan 2: Mengidentifikasi Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis


Desa (P2KTD)
6. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Mengidentifikasi Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)” dengan mengkaitkan pembelajaran
sebelumnya;
7. Minta beberapa orang peserta menjelaskan bagaimana proses
identifikasi P2KTD dilakukan;
8. Berikan penjelasan tentang proses identifikasi P2KTD;
9. Bagikan Lembar Kerja 6.3.1. Formulir Pendaftaran P2KTD. Minta
peserta mengisi formulir tersebut;
10. Minta peserta mengungkapkan hal-hal yang perlu diklarifikasi;
11. Berikan penjelasan terkait hal-hal yang perlu diklarifikasi dalam
mengisi formulir dimaksud;

84| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kegiatan 3: Memverifikasi Kebutuhan Penyedia Peningkatan Kapasitas


Teknis di Desa
12. Berdasarkan hasil diskusi identifkasi kebutuhan layanan P2KTD,
mintalah kelompok untuk melakukan verifikasi terhadap calon P2KTD;
13. Minta peserta menjelaskan pengertian proses verifikasi P2KTD;
14. Berikan penegasan tentang pengertian proses verifikasi P2KTD;
15. Pandu peserta membahas atau menjelaskan bagaimana proses
verifikasi P2KTD dilakukan;
16. Tegaskan hal-hal penting terkait proses verifikasi P2KTD;
17. Bagikan kepada setiap peserta Lembar Kerja 6.3.2. Formulir Verifikasi
Administratif, Formulir 6.3.3. Form Verifikasi Lapangan, dan Lembar
Kerja 6.3.4. Form Rekapitulasi Hasil Verifikasi P2KTD
18. Mintalah peserta mengisi form-form tersebut;
19. Berikan kesempatan kepada peserta mengemukakan hal-hal yang
perlu diklarifikasi dalam pengisian form yang tersedia;
20. Akhiri sesi ini dengan memberikan penjelasan/penegasan terkait hal-
hal yang perlu diklarifikasi dalam mengisi form verifikasi P2KTD.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 85


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 6.3.1

FORMULIR PENDAFTARAN
PROFIL LEMBAGA P2KTD
(Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan/PSDM/Infrastruktur Desa)

a. Nama lembaga :
b. Alamat Lembaga :
c. Jenis lembaga : Perguruan Tinggi/LSM/Asosiasi Profesi/Perusahaan
d. Badan Hukum :
e. AD/ART :
f. Nama Pengurus :

Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :
Direktur :

g. Bidang Keahlian Lembaga

(Sebutkan bidang keahlian yang dimiliki oleh lembaga dalam bidang kesehatan/
pendidikan/Pengembangan Ekonomi/Infrastruktur desa)
h. Pengalaman lembaga

(Sebutkan pengalaman lembaga Anda dalam 3 tahun terakhir dalam memberikan


layanan kepada Desa: Kegiatan, lokasi, kapan)
i. Jumlah tenaga administrasi dan Tenaga teknis

Jumlah tenaga administrasi :


Jumlah Tenaga Teknis :

j. Kontak Person Lembaga

Nama :
No. HP :

Tanggal,………
Direktur Lembaga

(_____________________)

86| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 6.3.2

Formulir Penilaian Hasil Verifikasi Administratif P2KTD


Bidang : …………………………….……

No Informasi Ya Tidak
1 Legalitas dan domisili Lembaga
a. Lembaga memiliki Badan Hukum yang sah √
b. Lembaga terdaftar pada instansi terkait √
c. Lembaga memiliki AD-ART √
d. Lembaga memiliki kantor yang dapat dihubungi √
2 Pengurus dan tenaga ahli teknis
a. Lembaga memiliki pengurus aktif
b. Lembaga memiliki tenaga pelaksana
c. Lembaga memiliki tenaga ahli teknis
3 Pengalaman Lembaga
a. Lembaga memiliki pengalaman memberikan layanan
teknis
b. Lembaga mendapat pengakuan atas hasil kerjanya

Tim Verifikasi,

____________________

Catatan : Jika salah satu dari item penilaian yang diberi tanda (√) tidak terpenuhi, maka
lembaga tersebut belum layak masuk dalam direktori P2KTD. Tim dapat melakukan
kunjungan lapangan jika dipandang perlu.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 87


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 6.3.3

Panduan Wawancara
VERIFIKASI LAPANGAN
(Jika dipandang perlu)

Nama Responden :
Jabatan dalam Lembaga :
Jenis Kelamin :

No Isu - Pertanyaan Jawaban


A Informasi kelembagaan
(Responden: Pengurus / pelaksana Lembaga)
1 Apakah lembaga merencanakan pindah
kantor dalam 1-2 tahun ini?
2 Apakah lembaga memiliki Tenaga pelaksana
full time?
3 Apakah lembaga memiliki tenaga ahli teknis
sesuai dengan keahlian lembaga?
B Pengakuan atas kualitas layanan lembaga
(Responden: Desa pengguna layanan)-jika perlu
1 Apakah Desa Anda pernah menggunakan
penyedia peningkatan kapasitas teknis dan
untuk kegiatan apa?
2 Apakah kegiatan tersebut diselesaikan
dengan baik oleh P2KTD?
3 Bagaimana penilaian Anda terhadap layanan
teknis yang diberikan?

Tim Verifikasi,

( ____________________ )

88| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 6.3.4.

Rekapitulasi Hasil Verifikasi Calon P2KTD


Bidang : ...................................................

No Nama Alamat Nama Layak Tidak Keterangan


Lembaga Kontak Layak

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 89


PROGRAM INOVASI DESA

90| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 6.4

Tata Cara Penyusunan Direktori


P2KTD

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan maksud, tujuan dan tata cara penyusunan Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD);
2. Menyusun Direktori Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
(P2KTD).

Waktu
2 JP (90 Menit)

Metode
Pemaparan, tanya jawab, studi kasus, dan simulasi.

Media

• Media Tayang 6.4.1: “Tata Cara Penyusunan Direktori P2KTD”;


• Lembar Kerja 6.4.1. Formulir Pendaftaran Profil Lembaga P2KTD;
• Lembar Kerja 6.4.2: Formulir Penilaian Hasil Verifikasi Administratif
P2KTD;
• Lembar Informasi 6.4.1: “Panduan Teknis Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)”.

Alat Bantu
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan proyektor

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 91


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Tujuan, Manfaat dan Ruang Lingkup
Direktori P2KTD
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran tentang “Tujuan, Manfaat, dan Ruang
Lingkup Direktori P2KTD” sebagai acuan Pokja P2KTD dalam
memfasilitasi penyusunan direktori yang aka dimanfaatkan oleh
Desa;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan pertanyaan sebagai
berikut:
• Apakah yang dimaksud dengan Direktori P2KTD
• Apa tujuan disusunnya Direktori P2KTD?
• Apa manfaat Direktori P2KTD bagi Desa?
• Hal-hal apa saja yang perlu dirumuskan dalam Direktori P2KTD?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat
dan gagasannya;
4. Buatlah catatan penting dari hasil curah pendapat yang telah
dilakukan;
5. Lakukan pembulatan dengan menyajikan Media Tayang 6.4.1 yang
telah disediakan.

Kegiatan 2: Tata Cara Penyusunan Direktori P2KTD


6. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari kegiatan
pembelajaran tentang tentang Tata Cara Penyusunan Direktori
P2KTD dengan mengkaitkan kegiatan belajar sebelumnya;
7. Mintalah peserta menjelaskan tata cara penyusunan Direktori
P2KTD;
8. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk menanggapi;
9. Catatlah hal-hal yang berkembang dalam pembahasan;
10. Berikan penegasan tentang proses penyusunan Direktori P2KTD
dengan menayangkan media tayang yang telah disediakan;
11. Selanjutnya, jelaskan kepada peserta struktur Oulline Direktori
P2KTD;
12. Mintalah perserta untuk mengisi form direktori dengan
menggunakan Lembar Kerja 6.4.3;
13. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengisi form dimaksud;

92| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

14. Minta beberapa orang relawan untuk membacakan form direktori


yang telah diisi;
15. Berikan kesempatan kepada peserta menyampaikan hal-hal yang
perlu diklarifikasi dalam mengisi form direktori tersebut;
16. Berikan penegasan terkait hal-hal yang perlu diklarifikasi.
17. Akhiri dengan kesimpulan

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta tentang Tata Cara Penyusunan
Direktori Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
(P2KTD) dalam Program Inovasi Desa (PID) dilakukan
sebelum pembelajaran dimulai (jika dimungkinkan pada sesi
malam atau istirahat). Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak
mengganggu proses pembelajaran karena kesibukan membaca lembar
informasi yang dibagikan. Dengan demikian peserta memiliki cukup
waktu untuk mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan
disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 93


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 6.4.1

Tahapan Penyusunan Direktori P2KTD

No Tahapan Kegiatan Hasil


Penyusunan Direktori
Identifikasi awal
1.
kebutuhan dan
ketersediaan P2KTD
Rekrutment calon
2.
P2KTD
Pelaksanaan
3.
Verifikasi
Penilaian
4.
Kelayakan
Penentuan
5.
Kelayakan
Laporan dan
6.
Penetapan Hasil
Verifikasi
Penyusunan
7.
Direktori P2KTD

94| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 6.4.2

Struktur Outline Direktori P2KTD

Judul
Tim Penyusun
Kata Pengantar
Daftar Isi
A. Latar belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Ruang Lingkup Direktori
D. Pemanfaatan Direktori
E. Daftar profil Penyadia Jasa Layanan Teknis :
1. Nama lembaga
2. Bidang keahlian
3. Alamat lembaga
4. Telepon
5. Fax / email
6. Ketua
7. Nomor Registrasi
8. Penjelasan singkat mengenai profil, keahlian, pengalaman, jenis
pelatihan yang pernah diikuti P2KTD

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 95


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 6.4.3

Contoh Direktori P2KTD

1. Lembaga Kesehatan dan Kesejahteraan Indonesia


Bidang : Pencegahan penyakit menula dan peningkatan
kesehatan masyarakat
Alamat : Jl. Tirtasari Timur Raya no.43, Jakarta
Telepon : 021 - 12345678
Faksmili/email : 021 - 12345679 / LKKI@abcdefg.co.id
Ketua : Iskandar Yamin
No.registrasi : 1234/SB/XX/2000/62 tertanggal 1 Januari 2000

Lembaga Kesehatan dan kesejahteraan Indonesia (LKKI) didirikan pada tahun 1965
dan berkantor pusat di Jakarta. LKKI merupakan organisasi non-pemerintah
bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan.

Dalam kegiatannya, LKKI memusatkan perhatiannya pada peningkatan kesehatan


ibu dan anak, mengurangi ancaman HIV dan Malaria, menyediakan akses terhadap
air bersih dan sanitasi, membantu komunitas yang menjadi korban tsunami Aceh
pada tahun 2004 hingga proses rekonstruksi, serta meningkatkan kesadaran
komunitas lokal terhadap tanggap bencana.

96| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 6.5

Pemanfaatan P2KTD

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan maksud, tujuan dan tata cara pemanfaatan P2KTD;
2. Memfasilitasi pemanfaatan P2KTD di Desa.

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, tanyajawab, studi kasus, kerja kelompok, dan pleno.

Media
• Media Tayang 6.5.1; Pemanfaatan P2KTD dalam Program Inovasi Desa
(PID);
• Lembar Kerja 6.5.1: Matrik Kajian Fasilitasi Desa Dalam Pemanfaatan
P2KTD;
• Lembar Informasi 6.5.1: Pemanfaatan P2KTD dalam Program Inovasi
Desa (PID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 97


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Ruang Lingkup Pemanfaatan P2KTD
1. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari topik
pembelajaran tentang “Ruang Lingkup Pemanfaatan P2KTD” sebagai
acuan Pokja P2KTD untuk memfasilitasi pemanfaatan jasa layanan
teknis di Desa;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan pertanyaan sebagai
berikut:
• Apakah yang menjadi lingkup peran Pokja P2KTD dalam
memfasilitasi kegiatan pemanfaatan P2KTD di Desa?
• Berdasarkan pengalaman Anda, sejauhmana peran Pokja P2KTD
dalam mendorong Desa untuk memanfaatkan P2KTD dalam
mendukung pembangunan Desa?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pendapat dan
gagasannya;
4. Buatlah catatan penting dari hasil curah pendapat yang telah dilakukan;
5. Lakukan pembulatan dengan menyajikan Media Tayang 6.5.1 yang telah
disediakan.

Kegiatan 2: Fasilitasi Desa dalam Pemanfaatan P2KTD


6. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari subpokok
bahasan tentang “Fasilitasi Desa dalam pemanfaatan P2KTD” sebagai
acuan Pokja P2KTD dalam fasilitasi Desa memanfaatkan P2KTD;
7. Lakukan curah pendapat dengan memberikan pertanyaan kepada
peserta sebagai berikut:
• Apakah hal-hal yang harus diperhatikan oleh TPID dalam fasilitasi
Desa memanfaatkan P2KTD?
• Bagaimana proses atau tahapan fasilitasi pemanfaatan P2KTD?
• Apakah hal-hal yang menjadi hambatan dan tantangan dalam
proses fasilitasi tersebut dan bagaimana mengatasinya?
8. Berikan waktu kepada peserta untuk mengungkapkan pendapatnya.
9. Catatlah hal-hal yang penting dari hasil curah pendapat;
10. Selanjutnya mintalah peserta untuk membentuk 3 (tiga) kelompok yang
masing-masing kelompok akan membahas isu-isu atau tema bahasan
sebagai berikut:
• Kelompok 1: Pelaksanaan Kegiatan P2KTD
• Kelompok 2: Orientasi P2KTD

98| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

• Kelompok 3: Pertanggungjawaban P2KTD


11. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
membahas isu-isu tersebut dan mencatat hasil diskusinya dalam
Lembar Kerja Kelompok 6.5.2;
12. Mintalah masing-masing kelompok untuk mempresentasikan dalam
pleno;
13. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapinya;
14. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan;
15. Buatlah pembulatan dan kesimpulan atas hasil kerja kelompok, dan
akhiri sesi ini.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 99


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja Kelompok 5.5.2

Matrik Kajian Fasilitasi Desa Dalam Pemanfaatan P2KTD

No Tahapan Fasilitasi Hasil yang Peran TIK Hambatan/ Solusi


Desa dalam Diharapkan Pokja Tantangan
Pemanfaatan P2KTD
P2KTD
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pelaksanaan P2KTD (Kelompok 1)

Orientasi P2KTD (Kelompok 2)

Pertanggungajwaban Kegiatan P2KTD (Kelompok 3)

100| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 7
KOMUNIKASI DALAM
PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 101


PROGRAM INOVASI DESA

102| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 7

POKOK BAHASAN
KOMUNIKASI DALAM PROGRAM
INOVASI DESA

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami konsep Komunikasi dalam Program Inovasi Desa (PID);
2. Mengembangkan strategi komunikasi Program Inovasi Desa (PID) di
tingkat Kabupaten/Kota.

Sub Pokok Bahasan


1. Konsep Komunikasi dalam Program Inovasi Desa (PID);
2. Strategi Komunikasi Program Inovasi Desa (PID) di Tingkat
Kabupaten/Kota.

Waktu
3 JP (135 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 103


PROGRAM INOVASI DESA

104| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 7.1

Konsep Komunikasi dalam PID

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan konsep
komunikasi dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Curah pendapat, pemaparan, dan pleno.

Media
• Media Tayang 7.1.1; Komunikasi dalam Program Inovasi Desa (PID);
• Lembar Informasi 7.1.1: Komunikasi dan Paradigma Pembangunan.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 105


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan: Konsep Komunikasi dalam Program Inovasi Desa (PID)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Konsep Komunikasi dalam Program Inovasi
Desa (PID);
2. Ajak peserta untuk melakukan curah pendapat dengan pertanyaan
kunci sebagai berikut :
a. Mengapa komunikasi penting dalam pelaksanaan Program
Inovasi Desa (PID)?
b. Pendekatan komunikasi apa yang dipakai?
c. Apa perbedaan paradigma komunikasi modernisme, keter-
gantungan, dan komunikasi partisipatoris?
3. Jelaskan mengenai konsep komunikasi dengan menggunakan media
tayang 7.1.1. Berikan kesempatan peserta untuk bertanya;
4. Ajak peserta untuk berpikir dan menerima mengapa Program Inovasi
Desa (PID) menggunakan paradigma komunikasi partisipatoris;
5. Lakukan penegasan dan kesimpulan.

106| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 7.2

Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan


Program Inovasi Desa (PID) di Tingkat
Kabupaten/Kota

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memetakan pemangku kepentingan sebagai khalayak sasaran dalam
pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID);
2. Menyusun strategi komunikasi Program Inovasi Desa (PID) di tingkat
Kabupaten/Kota.

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Curah pendapat, pemaparan, diskusi kelompok, dan pleno.

Media
• Media Tayang 7.2.1; Strategi Komunikasi dalam Program Inovasi Desa
(PID);
• Lembar Kerja 7.2.1: Matrik Diskusi Analisis Masalah Komunikasi di
tingkat Kabupaten/Kota dalam Program Inovasi Desa (PID);
• Lembar Kerja 7.2.2: Matrik Diskusi Pemetaan Pemangku Kepentingan
Khalayak Sasaran di tingkat Kabupaten/Kota dalam Program Inovasi
Desa (PID);
• Lembar Informasi 7.2.1: Strategi Komunikasi Program Pembangunan.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 107


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memetakan Pemangku Kepentingan sebagai Khalayak
Sasaran
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang Pemetaan Pemangku Kepentingan sebagai
Khalayak Sasaran dalam komunikasi PID di Tingkat Kabupaten/Kota
dengan mengkaitkan pembelajaran sebelumnya;
2. Bagilah peserta dalam 4 – 5 kelompok untuk memetakan pemangku
kepentingan sebagai khalayak sasaran dalam komunikasi PID di
tingkat Kabupaten/Kota;
3. Ajaklah kelompok untuk: (1) melakukan analisis masalah komunikasi
di wilayah dampingan; (2) memetakan pemangku kepentingan dan
menentukan khalayak sasaran. Gunakan Lembar Kerja 7.2.1 dan 7.2.2
sebagai acuan diskusi kelompok. Beri penjelasan cara mengisi matriks
sebelum diskusi kelompok dimulai;
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam
kelompok. Hasilnya ditulis dalam kertas plano dan di tempelkan di
dinding agar dapat diamati oleh peserta lain;
5. Mintalah 1 atau 2 kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno;
6. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan
pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
7. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu sebagai pegangan bagi pelatih;
8. Pada akhir sesi, pelatih bersama peserta memberikan penegasan dan
kesimpulan tentang hasil pemetaan pemangku kepentingan sebagai
khalayak sasaran PID di tingkat Kabupaten/Kota.

Kegiatan 2: Menyusun Strategi Komunikasi PID


9. Beri contoh menyusun strategi komunikasi dengan menggunakan
Lembar Kerja 7.2.3;
10. Ajak peserta untuk menentukan tiga khalayak sasaran dan tujuan
komunikasi untuk masing-masing khalayak berdasarkan hasil analisis
masalah komunikasi dan pemetaan pemangku kepentingan yang
telah dilakukan pada kegiatan sebelumnya. Gunakan Lembar Kerja
7.2.3;
11. Bagilah peserta dalam 3 kelompok untuk menyusun strategi
komunikasi PID di tingkat Kabupaten/Kota, dengan menggunakan

108| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

informasi dasar hasil kajian pemetaan pemangku kepentingan sebagai


khalayak sasaran PID;
12. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam
kelompok. Hasilnya ditulis dalam kertas plano dan di tempelkan di
dinding agar dapat diamati oleh peserta lain;
13. Mintalah setiap kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno;
14. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan
pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;
15. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu sebagai pegangan bagi pelatih;
16. Pada akhir sesi, pelatih bersama peserta memberikan penegasan dan
kesimpulan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 109


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 7.2.1

Matrik Diskusi Analisis Masalah Komunikasi di tingkat Kabupaten/Kota


dalam Program Inovasi Desa (PID)

No Tujuan Program Kondisi saat ini Penyebab


Kesenjangan Kesenjangan
Komunikasi/Informasi Lainnya
(PSP)

110| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 7.2.2

Matrik Diskusi Pemetaan Pemangku Kepentingan Khalayak Sasaran di


Tingkat Kabupaten/Kota dalam Program Inovasi Desa (PID)

No. Lembaga Mandat/ Sumber Informasi yang Potensi/


Kepentingan Informasi Dibutuhkan*) Peluang
yang
Digunakan

*) Berdasarkan kesenjangan PSP pada matrik analisis masalah

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 111


PROGRAM INOVASI DESA

112| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


Materi Khusus: Pokja P2KTD
Materi Khusus: Pokja P2KTD
PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 8
PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN
PELAPORAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 113


PROGRAM INOVASI DESA

114| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 8

POKOK BAHASAN
PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN
PELAPORAN

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat melakukan pembinaan,
pengendalian dan pelaporan TIK dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa
(PID).

Sub Pokok Bahasan


1. Fasilitasi Rapat Koordinasi (Rakor) Program Inovasi Desa (PID) di
tingkat Kabupaten/Kota;
2. Pengendalian Kinerja Pelaku dalam Pelaksanaan Program Inovasi
Desa (PID) di tingkat Kabupaten/Kota;
3. Pelaporan TIK.

Waktu
6 JP (270 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 115


PROGRAM INOVASI DESA

116| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 6.1

Fasilitasi Rapat Koordinasi PID


Di Tingkat Kabupaten/Kota

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep dasar rapat koordinasi Program Inovasi Desa
(PID);
2. Mengkaji hambatan dan tantangan dalam fasilitasi rapat koordinasi
Program Inovasi Desa (PID) di tingkat Kabupaten/Kota.

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, curah pendapat, diskusi kelompok dan pleno.

Media
• Media Tayang 8.1.1; Fasilitasi Rapat Koordinasi Program Inovasi Desa
(PID);
• Lembar Informasi 8.1.1: Panduan Rapat Koordinasi Program Inovasi
Desa (PID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 117


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Kebijakan dan Konsep Dasar Rapat Koordinasi
1. Pelatih menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari
pembahasan tentang “Fasilitasi Rapat Koordinasi Program Inovasi
Desa (PID)” sebagai jalan pengendalian kinerja;
2. Pelatih membuka sesi dengan mengembangkan pertanyaan pembuka
terkait pengalaman memfasilitasi rapat koordinasi, dengan
mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah rapat koordinasi Program Inovasi Desa (PID) (Rakor
Provinsi) sudah sesuai harapan peserta rakor?
b. Apakah rapat koordinasi Program Inovasi Desa (PID) sudah efektif
mencapai tujuan yang telah ditetapkan?
c. Hal hal posistif apa saja yang bisa mendorong rakor berjalan
dengan baik?
d. Bagaimana cara menyelenggarakan rakor Program Inovasi Desa
(PID) yang baik?
3. Berikan kesempatan antar peserta untuk berdiskusi dan catat hal-hal
yang penting dan krusila.
4. Selanjunnya pelatih memaparkan tentang kebijakan rapat koordinasi
mencakup latar belakang, tujuan, dan mekanisme dengan
menggunakan media tayang 8.1.1;
5. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan mengajukan
pendapat terkait hasil paparan yang telah dilakukan;
6. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam tanya jawab.
7. Lakukan pembulatan atau penegasan terkait isu-isu krusial dalam
rapat koordinasi;
8. Buatlah kesimpulan dari hasil pembahasan.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan


bacaan kepada peserta tentang Juknis/SOP Rapat Koordinasi
terkait rapat koordinasi Program Inovasi Desa (PID) dilakukan
sebelum pembelajaran dimulai (jika dimungkinkan pada sesi
malam atau istirahat). Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak
mengganggu proses pembelajaran karena kesibukan membaca lembar
informasi yang dibagikan. Dengan demikian peserta memiliki cukup waktu
untuk mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan disampaikan
pada saat pembelajaran berlangsung.

118| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kegiatan 2: Mengkaji Hambatan dan Tantangan dalam Fasilitasi Rapat


Koordinasi Program Inovasi Desa (PID)
6. Pelatih melanjutkan kegiatan pembelajaran tentang kajian terhadao
hambatan dan tantangan dalam fasilitasi Rapat Koordinasi Program
Inovasi Desa di tingkat Kabupaten/Kota, dengan memberi pengantar
dari kesimpulan dari sessi sebelumnya;
7. Pelatih meminta peserta untuk kembali mempelajari/review desain
rakor dengan Juknis/SOP yang ada di lembar informasi. Minta peserta
untuk mencatat hal-hal yang penting dan krusial;
8. Pelatih selanjutnya mengajak pesert untuk diskusi mendalam dengan
pertanyaan pertanyaan pembuka:
a. Apa tantangan dalam pelaksanaan rakor sesuai dengan rencana
agenda yang disusun (TOR)?
b. Apa hambatan yang mungkin muncul dalam pelaksanaan rapat
koordinasi sesuai desain (TOR)?
c. Bagaimana cara mengatasi hambatan/kendala yang ada?
9. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan mengajukan
pendapat terkait rapat koordinasi dari pengalaman yang telah
dilakukan;
10. Catat point-point penting dari proses diksusi;
11. Lakukan pembulatan atau penegasan terkait isu-isu krusial dalam
rapat koordinasi;
12. Tutuplah dengan membuat kesimpulan dari hasil pembahasan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 119


PROGRAM INOVASI DESA

120| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 8.2

Pengendalian Kinerja TPID dalam


Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan penilaian kinerja Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam
pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID);
2. Mengidentifikasi teknis supervisi Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID)
dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, diskusi kelompok, simulasi penilaian dan supervisi kegiatan
pendampingan PID, dan pleno.

Media
• Media Tayang 8.2.1; Pengendalian Kinerja Tim Pengelola Inovasi Desa
(TPID) dalam Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID);
• Lembar Kerja 8.2.1: Tabel Angket Penilaian Kinerja Tim Pengelola
Inovasi Desa (TPID) dalam Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID);
• Lembar kerja 8.2.2: Matrik Diskusi Analisis Teknik Supervisi Tim
Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam Pelaksanaan Program Inovasi Desa
(PID);
• Lembar Informasi 8.2.1: Penilaian Kinerja Tim Pengelola Inovasi Desa
(TPID).

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 121


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Penilaian Kinerja Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID)
dalam Pelaksana an Program Inovasi Desa (PID)
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
subpokok bahasan tentang Penilaian Kinerja Pendamping Desa
dikaitkan dengan pembelajaran sebelumnya;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang penilaian kinerja Tim Pengelola
Inovasi Desa (TPID) dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa
(PID)?
b. Mengapa TIK perlu melakukan penilaian kinerja Tim Pengelola
Inovasi Desa (TPID) dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa
(PID)?
c. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan
penilaian kinerja Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam
pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang penilaian kinerja
Pendamping Desa dapat dituliskan di kertas plano atau whiteboard;
5. Selanjutnya, pelatih memberikan penegasan dengan menjelaskan
tentang penggunaan tabel angket penilaian kinerja Tim Pengelola
Inovasi Desa (TPID) dalam pelaksaanaan Program Inovasi Desa (PID);
6. Buatlah kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.

Kegiatan 2: Supervisi Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam


Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)
7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran tentang Teknik Supervisi Tim Pengelola Inovasi
Desa (TPID) dikaitkan dengan pembelajaran sebelumnya;
8. Mintalah peserta menginventarisi beberapa teknik yang digunakan
dalam kegiatan supervisi Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID), sebagai
panduan gunakan Lembar Kerja 8.2.2.

122| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Sebelum pembahasan tentang teknik supervisi, pelatih dapat


memberikan bahan bacaan untuk dipelajari atau dengan
memberikan kesempatan kepada peserta melakukan telusur
informasi dari berbagai jurnal, artikel, makalah atau buku
panduan yang pernah dikembangkan oleh lembaga lainnya.
Perlu pengaturan waktu pada saat peserta diminta mempelajari berbagai
rujukan dengan mengumpulkan bahan belajar yang relevan dengan
pembahasan agar proses belajar berjalan secara efektif.

9. Lakukan pembahasan secara bersama-sama untuk menginventarisir


teknik supervisi yang biasa digunakan dalam melakukan pembinaan
dan pengendalian Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam
pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID);
10. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan
dalam kartu, kertas plano atau whiteboard;
11. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan
tentang materi yang telah dibahas dan mengkaitkan dengan topik
selanjutnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 123


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 8.2.1

Tabel Angket Penilaian Kinerja Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID)


Dalam Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

Semester …… (……………. - ……………) Tahun 201…


TPID Kecamatan: Kec./Kab. :

KOMENTAR KHUSUS
KINERJA TPID Nilai
NILAI 1 dan 2
1 Memfasilitasi pelaksanaan tahapan PID -
Berpartisipasi aktif dalam Musyawarah Desa dan
2 -
Kecamatan
Berpartisipasi aktif dalam memfasilitasi Bursa Inovasi
3 -
Desa di tingkat Kecamatan.
Mengawal usulan PID hingga terdanai dalam APB
4 -
Desa
Memfasilitasi desa dalam mengintegrasikan
5 kebutuhan inovasi dalam RPJM Desa, RKP Desa dan -
APB Desa
Memfasilitasi desa dalam pembuatan RAB kegiatan
6 -
PID yang dibiayai dana desa
Memeriksa, mengoreksi dan memvalidasi
7 -
pembukuan kegiatan PID
Bersama PD dan PLD membimbing pelaksanaan PID
8 -
di Desa
Bersama PD dan PLD melakukan cek administrasi
9 desa terkait pelaksanaan PID secara lengkap dan -
benar
Bersama PD dan PLD mendorong replikasi inovasi di
10 -
tingkat desa

KINERJA SUPERVISI
Melakukan kunjungan efektif ke desa-desa dalam
1 -
rangka pelaksanaan PID
Mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan
2 kelembagaan yang ada di tingkat kecamatan dan -
desa terkait pelaksanaan PID
Memfasilitasi peningkatan kapasitas pelaku di tingkat
4 -
Kecamatan dalam pelaksanaan PID
Memberikan bimbingan teknis terkait pelaksanaan
5 -
PID kepada perangkat Desa, PLD dan Kader Desa
Memfasilitasi OJT dan IST kepada PLD, Kader Desa
6 -
dan lembaga terkait

124| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

KOMENTAR KHUSUS
KINERJA TPID Nilai
NILAI 1 dan 2
7 Memastikan replikasi inovasi diterapkan oleh desa -
Melakukan kaderisasi masyarakat desa dalam rangka
8 -
pelaksanaan inovasi Desa
Membantu penanganan masalah terkait Pelaksanaan
9 -
PID di wilayah kerjanya

KINERJA KOORDINASI -
1 Tingkat kehadiran dalam melaksanakan tugas -
Koordinasi/menjalin hubungan baik dengan pelaku
2 -
di tingkat Kecamatan dan Desa
Koordinasi/menjalin hubungan baik dengan
3 -
Pemerintah Kecamatan dan tokoh masyarakat
4 Bisa bekerja sama dalam satu tim kerja yang efektif -
5 Tidak melanggar kode etik sebagai pendamping -

KINERJA ADMINSTRASI
1 Membuat laporan akurat dan tepat waktu -
2 Laporan up date sesuai kondisi lapangan -
Mengirim semua data terkait pelaksanaan PID yang
3 -
diminta supervisor
Melaporkan semua masalah yang timbul terkait
4 pelaksanaan PID di tingkat Kecamatan dan Desa -
serta upaya penanganannya
5 Aktif menulis pengalaman lapangan/Good Practices -

Nilai Rata-rata ###

Tanggal Penilaian :
Tanda tangan penilai : ________________________
ama Jelas Penilai :

Jabatan Penilai :

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 125


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 8.2.2

Matrik Diskusi Analisis Teknik Supervisi


Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam
Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

No. Teknik Tujuan Hasil Proses Kelebihan Kelemahan


Supervisi
yang
digunakan

Catatan:
(1) Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, masing-masing kelompok
dapat memberikan tambahan atau menyesuaikan sesuai kebutuhan;
(2) Hasilnya dicatat dan dipaparkan dalam pleno.

126| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 8.3

Pelaporan Kinerja Pelaksanaan


Program Inovasi Desa (PID)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan prosedur dan mekanisme pelaporan kinerja TIK;
2. Menerapkan pelaporan kinerja dalam rangka pelaksanaan Program
Inovasi Desa (PID).

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Diskusi Kelompok dan Pleno.

Media
• Media Tayang 8.3.1: Pelaporan Pelaksanaan Program Inovasi Desa
(PID);
• Lembar Informasi 8.3.1: Pelaporan Kinerja TIK.

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 127


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Prosedur Pelaporan Kinerja TIK
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang prosedur pelaporan kinerja TIK;
2. Pelatih Pelatih selanjutnya mengajak peserta untuk berdiskusi dengan
pertanyaan pertanyaan pembuka anatara lain :
a. Apa tantangan dalam pelaksanaan laporan kinerja selama ini
sesuai dengan SOP?
b. Apa hambatan yang muncul dalam pelaksanaan laporan kinerja
sesuai desain SOP?
c. Bagaimana cara mengatasi hambatan/kendala yang ada?
d. Hal-hak positif apa saja yang dapat mendorong Laporan Kinerja
terselengara dengan baik?

3. Pelatih mengajak peserta berdiskusi. Pelatih mencatatat hal yang


krusial dan penting, sekaligus memberikan umpan balik kepada
peserta;
4. Selanjutnya pelatih memaparkan Panduan tentang pelaporan kinerja
(SOP terbaru). Bagaimana prosedur, mekanisme pelaporan dan lembar
pelaporan;
5. Pelatih memaparkan Laporan Kemajuan Pelaksanaan Program Inovasi
Desa (PID) dengan menggunakan Lembar Kerja 8.3.1;
6. Lakukan curah pendapat dan penajaman tentang Panduan Pelaporan
kinerja;
7. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan memberikan masukan;
8. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting dapat dituliskan di kertas
plano atau whiteboard;

Kegiatan 2: Pelaporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan PID


9. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang pelaporan kinerja pelaksanaan kegiatan PID;
10. Bagi peserta kedalam kelompok, perkelompok beranggotan 3– 5
orang untuk mendiskusikan tentang pelaporan pelaksanaan kegiatan
PID dengan Diskusi Lembar Kerja Kelompok 8.3.2;
11. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
mendiskusikannya. Hasilnya dituliskan dalam kertas plano untuk
dipaparkan dalam pleno;

128| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

12. Setelah selesai mintalah perwakilan kelompok untuk memaparkan


hasil diskusinya. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi, bertanya dan memberikan masukan;
13. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan setiap kelompok dalam pleno dengan
menuliskan dalam kartu, kertas plano atau whiteboard;
14. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan
tentang materi yang telah dibahas.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 129


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 8.3.1

Laporan Kemajuan Kegiatan PPID


Dalam Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

Kabupaten/Kota : ………………………….

Laporan Kemajuan Kegiatan


Tahun Anggran 2018
Provinsi :
No Tahapan Kegiatan PPID Sudah belum tgl - bln - thn tgl - bln - thn

1. Sosialisasi PID Kab Kab - - s/d - -


Revisi /Pembentukan Tim Inovasi Kabupaten (TIK)-
2. Kab Kab s/d
SK Bupati
a. Pembentukan Pokja PPID Kab Kab - - s/d - -

b. Pembentukan Pokja PJLT Kab Kab - - s/d - -


MOU Satker Dekonsentrasi Provinsi dengan
3. Kab Kab - - s/d - -
TIK/PMD Kab
4. Orientasi Tim Inovasi Kabupaten Kab Kab - - s/d - -

5. Orientasi PLD dan PD Kec Kec - - s/d - -

6. Musyawarah Antar Desa I Kec Kec - - s/d - -


Revisi/Pembentukan Tim Pelaksana Inovasi Desa
7. Kec Kec s/d
(TPID)-SK Camat
8. Revisi/Penetapan RAB Bantuan Pemerintah DOK Kec Kec s/d

9. MOU Satker Dekonsentrasi Provinsi dengan TPID Kec Kec s/d

10 . Surat Penetapan Camat- DOK PPID Kec Kec - - s/d - -

11 . Pencairan DOK 50% (pertama) Kec Kec - - s/d - -

12 . Identifikasi Kartu Komitmen dan Kartu Ide Kec Kec - - s/d - -

13 . Identifikasi Penyedia Jasa Layanan Teknis (PJLT) Kab Kab - - s/d - -

14 . Pelaksanaan Pelatihan TIK Kab Kab - - s/d - -

15 . Pelaksanaan Pelatihan TPID Kec Kec - - s/d - -

16 . Pelaksanaan Pelatihan PJLT Kab Kab s/d

17 . Pelaksanaan Capturing Inovasi Tahap I Kec Kec s/d

18 . Laporan Pertanggungjawaban DOK Tahap I Kec Kec s/d

19 . Pencairan DOK 50% (Kedua) Kec Kec s/d

20 . Peluncuran Bursa Inovasi di Kabupaten Kab Kab s/d

21 . Bursa Inovasi Desa di Kecamatan Kec Kec - - s/d - -

22 . Pelaksanaan Replikasi Inovasi Kec Kec - - s/d - -

23 . Musyawarah Desa Desa Desa - - s/d - -

24 . Penetapan RKPDesa Desa Desa - - s/d - -

25 . Pelaksanaan Capturing Inovasi Tahap II Kec Kec - - s/d - -


26 . Musyawarah antar Desa II Kec Kec - - s/d - -

27 . Laporan Pertanggungjawaban DOK Tahap II Kec Kec - - s/d - -

…………….. ………………….
Koordinator Program Provinsi Yang melaporkan

TA Kabupaten

130| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 8.3.2

Matrik Pelaporan Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

Kabupaten/Kota : ……………………………..……

No Bentuk Laporan Program Kendala/ Rekomendasi Penanggung


(Mingguan, Bulanan, Masalah & Rencana jawab
Semesteran, Tahunan, Tindak
Insidentil ) Lanjut
1 Laporan Program Mingguan
2 Laporan Program Bulanan
3 Laporan Program
Semesteran
4 Laporan Program Tahunan
5 Laporan Program Insidentil

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 131


PROGRAM INOVASI DESA

132| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 9
PENGELOLAAN KEUANGAN TIK

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 133


PROGRAM INOVASI DESA

134| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 9

POKOK BAHASAN
PENGELOLAAN KEUANGAN TIK

Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami ketentuan penggunaan Dana Dekosentrasi;
2. Menyusun laporan Kegiatan dan Keuangan TIK;
3. Pengelolaan DOK Inovasi

Sub Pokok Bahasan


• SPB 9.1: Pengelolaan Dana Dekosentrasi;
• SPB 9.2: Laporan Kegiatan dan Keuangan TIK;
• SPB 9.3: Pengelolaan DOK Inovasi.

Waktu
5 JP (225 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 135


PROGRAM INOVASI DESA

136| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 9.1

Pengelolaan Dana Dekosentrasi

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan ruang lingkup kegiatan Dekonsentrasi;
2. Menjelaskan ketentuan dan mekanisme pencairan dana dekonsentrasi;
3. Menjelaskan mekanisme pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi.

Waktu
2 Jampel (90 Menit)

Metode
Membaca Cepat, Tanya jawab, kerja Kelompok, dan Pemaparan.

Media
• Media Tayang 9.1.1: Pengelolaan Dana Dekosentrasi
• Lembar Kerja 9.1.1: Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi
• Lembar Informasi 9.1.1: SOP Dana Dekonsentrasi

Alat Bantu
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan proyektor

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 137


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami ruang lingkup kegiatan dekonsentrasi
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang ruang lingkup kegiatan dekosentrasi;
2. Minta setiap peserta membaca cepat Juknis Pelaksanaan Kegiatan
Dekonsentrasi;
3. Minta salah seorang peserta menjelaskan ruang lingkup kegiatan
dekonsentrasi;
4. Berikan kesempatan kepada peserta lainnya menambahkan
penjelasan;
5. Buatlah penehasan terkait Komponen Dana Dekonsentrasi;

Kegiatan 2: Memahami ketentuan dan mekanisme pencairan dana


dekonsentrasi
6. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
topik bahasan tentang ketentuan dan mekanisme pencairan dana
dekosentrasi;
7. Selanjutnya, lakukan curah pendapat bersama peserta dengan
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang mekanisme pencairan dana
dekosentrasi?
b. Bagaimana ketentuan dan tata cara pencairan dana
dekosentrasi?
c. Apa hambatan yang mungkin timbul dalam pencairan dana
dekosentrasi?
d. Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?

8. Jaklah semua peserta untuk berpartisipasi dengan merespon


pertanyaan yang diajukan.
9. Catalah hal-hal yang menarik dalam pembahasan dengan mencatat
pada kertas plano sekaligus memberikan umpan balik kepada peserta;
10. Minta salah seorang peserta menjelaskan ketentuan dan mekanisme
pencairan dana dekonsentrasi;
11. Berikan kesempatan peserta lainnya memberikan tanggapan terkait
penjelasan tersebut;
12. Buatlah penegasan terkait ketentuan dan mekanisme pencairan dana
dekonsentrasi.

138| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kegiatan 3: Mekanisme pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi


13. Minta peserta membentuk kelompok sebanyak 5-6 orang per
kelompok untuk mendiskusikan mekanisme pelaksanaan kegiatan
dekosentrasi;
14. Bagikan Lembar Kerja 9.1.1. untuk dirumuskan dalam kelompok;
15. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikan dan
mencatat rumusan hasilnya untuk dipresentasikan dalam pleno;
16. Mintalah satu atau dua kelompok memaparkan hasil kerjanya dalam
pleno;
17. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya, mengkritisi dan
memberikan saran terkait paparan kelompok;
18. Buatlah catatan penting dari hasil pembahasan;
19. Akhir sesi lakukan penegasan dan kesimpulan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 139


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 9.1.1.

Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi

No Kegiatan Uraian Output Pejabat yang Keterangan


Utama Kegiatan Berwenang

140| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 9.2

Pelaporan Kegiatan dan


Keuangan TIK

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelasakan pokok-
pokok kegiatan dan laporan TIK;

Waktu
1 JP (45 Menit)

Metode
Penjelasan, tanya jawab, curah pendapat.

Media
• Media Tayang 9.2.1: Pelaporan Kegiatan dan Keuangan TIK;
• Lembar Informasi 9.2.1: SOP Dana Dekonsentrasi.

Alat Bantu
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan proyektor

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 141


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Pokok-Pokok Laporan Kegiatan dan Laporan
Keuangan TIK
1. Buka dengan salam, jelaskan tujuan dan proses penyajian SPB ini;
2. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan pertanyaan:
• Apakah yang dimaksud dengan pelaporan?
• Apakah materi laporan kegiatan?
• Apakah materi laporan keuangan?
3. Catat jawaban peserta kedalam flipchart yang telah di sediakan;
4. Paparkan dengan menayangkan Media Tayang 9.3.1 Outline Laporan
Kegiatan TIK dan Form-Form Laporan Keuangan TIK;
5. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan tanggapan terkait
penjelasan tersebut;
6. Buatlah catatan terhadap respon yang disampaikan peserta.

Kegiatan 2: Menutup sesi Pembelajaran


7. Berikan penegasan hal-hal penting tetang laporan kegiatan dan
laporan keuangan TIK;
8. Akhiri kegiatan dengan membuat kesimpulan.

142| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 9.3

Pengelolaan DOK Inovasi

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. menjelaskan cakupan kegiatan dan penggunaan DOK Inovasi;
2. menjelaskan persyaratan penerima dan pengelolaan Bantuan
Pemerintah (DOK Inovasi);
3. menyusun instrument verifikasi rencana penggunaan DOK Inovasi;
4. menyusun instrument verifikasi pertanggungjawaban penggunaan
Bantuan Pemerintah (DOK Inovasi).

Waktu
1 JP (45 Menit)

Metode
Penjelasan, tanya jawab, curah pendapat.

Media
• Media Tayang 9.3.1: Pengelolaan DOK Inovasi
• Lembar Informasi 9.1.1: SOP Dana DOK Inovasi

Alat Bantu
Flipt chart, spidol, kertas plano, kertas metaplan, laptop, dan proyektor

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 143


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami cakupan kegiatan dan penggunaan DOK
Inovasi
1. Buka dengan salam dan jelaskan maksud dan tujuan sesi ini dan
proses belajar yang akan di laksanakan;
2. Minta setiap peserta membaca cepat Lembar Informasi 9.3.1
tentang Juknis Bantuan Pemerintah;
3. Persilakan salah satu peserta menjelaskan cakupan kegiatan PPID;
4. Berikan kesempatan kepada peserta lain menambahkan penjelasan;
5. Minta peserta membentuk kelompok (5-6 orang) per kelompok.
Bagikan Lembar Kerja 9.3.1. Penggunaan DOK Inovasi untuk
dikerjakan;
6. Minta salah satu kelompok memaparkan hasil kerjanya;
7. Berikan kesempatan kepada kelompok lainnya menanggapi;
8. Tegaskan hal-hal penting terkait penggunaan DOK Inovasi;

Kegiatan 3: Menjelaskan persyaratan penerima dan pengelolaan


Bantuan Pemerintah (DOK Inovasi)
9. Minta setiap peserta membaca Lembar Informasi 9.3.1 khususnya
tentang persyaratan dan pengelolaan Bantuan Pemerintah (DOK
Inovasi);
10. Minta peserta mengemukakan hal-hal yang belum dipahami atau
perlu diklarifikasi;
11. Berikan penjelasan terkait hal-hal yang perlu diklarifikasi;

Kegiatan 4: Memeriksa kesesuaian rencana penggunaan DOK


Inovasi
12. Minta setiap kelompok menyusun instrument untuk memeriksa
kesesuaian rencana dan dokumen pencairan DOK Inovasi;
13. Minta salah satu kelompok memaparkan hasil kerja kelompoknya;
14. Berikan kesempatan kepada kelompok lain menanggapi;
15. Pandu peserta menyepakati instrumen memverifikasi dokumen
pencairan dan RPD TPID.

144| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kegiatan 5: Menyusun instrument verifikasi pertanggungjawaban


penggunaan DOK Inovasi
16. Minta setiap kelompok menyusun instrument untuk memverifikasi
laporan pertanggungjawaban TPID;
17. Berikan kesempatan kepada salah satu kelompok memaparkan
hasil kerjanya;
18. Berikan kesempatan kepada kelompok lainnya menanggapi;
19. Pandu peserta menyepakati instrument untuk memverifikasi
laporan pertanggungjawaban TPID;
20. Tegaskan kepada peserta bahwa hasil kerja kelompok dapat
dijadikan acuan untuk menyusun instrument yang dibutuhkan
sesuai tugas TIK dan akhiri sesi ini.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 145


PROGRAM INOVASI DESA

146| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Pokok Bahasan 10
EVALUASI ORIENTASI DAN RKTL

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 147


PROGRAM INOVASI DESA

148| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

POKOK BAHASAN 10

POKOK BAHASAN
EVALUASI PELATIHAN DAN RKTL

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memberikan penilaian terhadap penyelenggaraan orientasi TIK;
2. Menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut.

Sub Pokok Bahasan


1. Evaluasi Penyelenggaraan Orientasi TIK;
2. Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL).

Waktu
2 JP (90 menit)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 149


PROGRAM INOVASI DESA

150| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 10.1

Evaluasi Penyelenggaraan Orientasi

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Merangkum kembali pokok-pokok isi materi orientasi TIK mulai SPB
1 hingga SPB 9 dengan benar;
2. Menilai penyelenggaraan kegiatan orientasi TIK di wilayah kerja
masing-masing.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Evaluasi

Media
• Lembar Kerja 10.1.1: Evaluasi Penyelenggaraan Orientasi TIK.
• Lembar Kerja 10.1.2: Evaluasi Materi Orientasi TIK.

Alat Bantu
Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan
WhiteBoard.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 151


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Resume Hasil Pelatihan
1. Sebelum kegiatan dimulai, pelatih atau penyelenggara membagi-
kan lembar penilaian penyelenggaraan kegiatan dan materi
orientasi TIK (Lembar Kerja 10.1.1 dan 10.1.2) kepada peserta untuk
diisi dan dan diserahkan kepada panitia;
2. Setelah mengisi lembar evaluasi pelatihan, selanjutnya pelatihan
menjelaskan kepada peserta tentang tujuan, proses dan hasil dari
penyusunan resume pokok-pokok isi materi orientasi TIK;
3. Pelatih memberikan rangkuman dan menjelaskan tentang:
a. Rangkuman materi dan kaitan materi yang satu dengan yang
lainnya.
b. Tujuan orientasi.
c. Bagan proses orientasi.
d. Penjelasan untuk memenuhi harapan yang belum terpenuhi.
e. Penjelasan hasil evaluasi individu praktek melatih.
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan materi
yang belum jelas;
5. Buatlah pembulatan dan kesimpulan akhir dari keseluruhan materi
orientasi TIK.

Kegiatan 2: Evaluasi Penyelenggaraan Orientasi


6. Mintalah kepada masing-masing peserta untuk curah pendapat
terkait proses penyelenggaraan orientasi TIK dengan mengajukan
beberapa pertanyaan sebagai berikut;
a. Apa yang Anda rasakan setelah Anda mengikuti orientasi ini?
b. Kebutuhan dan kemampuan (pengetahuan, sikap dan
keterampilan) apa saja yang dianggap perlu ditingkatkan untuk
mendukung penyelenggaraan orientasi?
c. Bagaimana upaya Anda sebagai peserta untuk memperbaiki
dan meningkatkannya dan siapa saja yang terlibat di
dalamnya?
7. Catatlah beberapa hal pokok yang dikemukakan oleh peserta
dalam metaplan agar mendapatkan reaksi dari masing-masing
peserta;
8. Selanjutnya paparkan hasil evaluasi penyelenggaraan orientasi TIK
untuk diberikan tanggapannya dari peserta;

152| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

9. Diskusikan hasil reaksi masing-masing peserta terkait hasil evaluasi


tersebut dan buatlah kesepakatan bersama terkait hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan kapasitas pelaku di
tingkat Kabupaten;
10. Lakukan penegasan dan kesimpulan akhir ats keseluruhan proses
penyelenggaraan orientasi TIK yang telah dilaksanakan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 153


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 10.1.1

Evaluasi Penyelenggaraan Orientasi TIK dalam


Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

No Aspek Penilaian Keterangan


Kurang Baik Sangat
Baik
1 Penguasaan Materi
PB 1
PB 2
PB 3
PB 4
2 Tim Pelatih
Kemampuan Fasilitasi
Penguasaan Materi
Kerjasama Tim
3 Dinamika Peserta
Hari 1
Hari 2
Hari 3
4 Sarana dan Prasarana
5 Bahan Orientasi
5 Akomodasi
6 Pelayanan Panitia

154| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 10.1.2

Evaluasi Materi Orientasi TIK dalam


Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

KOMPETENSI
No POKOK BAHASAN SUBPOKOK BAHASAN KET
1 2 3 4
(1) (2) (3) (4) (5)
KELAS UMUM
1. Kebijakan Arah kebijakan Pembangunan
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa
Kebijakan Program Inovasi
Desa (PID)
Kebijakan Penanganan Stunting
Keterbukaan Informasi Publik
dalam Pembangunan Desa
2. Pelaku Program Inovasi Organisasi Tim Pengelola
Desa (PID) di tingkat Inovasi Desa (TPID) di tingkat
Kecamatan Kecamatan
Membangun Tim Kerja
KELAS KHUSUS
3. Fasilitasi Pengelolaan Konsep Pengelolaan
Pengetahuan dan Pengetahuan dan Inovasi Desa
Inovasi Desa (PPID) (PPID)
Tahapan Fasilitasi Pengelolaan
dan Inovasi Desa (TPID)
Menangkap Inovasi (Capturing)
Dokumentasi Inovasi dan
Bahan Pembelajaran
Bursa Inovasi Desa (BID) di
Tingkat Kecamatan
4. Fasilitasi Penyedia Konsep P2KTD
Peningkatan Kapasitas Identifikasi dan Verifikasi
Teknis Desa Kebutuhan Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis
Desa di Desa
Perumusan dan Prioritas
kegiatan P2KTD
Pelaksanaan Kegiatan P2KTD
KELAS UMUM
6. Pengelolaan Keuangan Pengelolaan Dana Dekosentrasi
TIK Pelaporan Kegiatan dan
Keuangan TIK
Pengelolaan DOK Inovasi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 155


PROGRAM INOVASI DESA

156| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

SUB POKOK BAHASAN 10.2

Rencana Kerja Tindak Lanjut

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi kegiatan pokok TIK;
2. Menyusun rencana dan jadwal kerja TIK tahun 2018.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Rencana Kerja Tindak Lanjut.

Media
• Lembar Kerja 10.2.1: Matrik Diskusi Rencana Kerja Tindak Lanjut
(RKTL);
• Lembar Kerja 10.2.1: Format Laporan Pelaksanaan Orientasi.

Alat Bantu
Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan
WhiteBoard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 157


PROGRAM INOVASI DESA

Proses Penyajian
Kegiatan: Mengidentifikasi kegiatan pokok TIK
1. Informasikan kepada peserta agenda pokok PID paska orientasi;
2. Pandu peserta mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pokok yang akan
dilakukan TIK;
3. Pandu peserta menentukan hal-hal pokok yang harus diperhatikan
dalam menyusun RKTL.

Kegiatan 2: Menyusun RKTL


4. Minta peserta membentuk kelompok (5-6 orang per kelompok);
5. Bagikan Lembar Kerja 10.2.1 Form atau Lembar RKTL kepada setiap
kelompok untuk dikerjakan.
6. Minta salah satu kelompok memaparkan RKTL yang telah disusun;
7. Berikan kesempatan kepada peserta kelompok lain untuk
menanggapi.
8. Berikan penegasan terhadap RKTL TIK;
9. dan akhiri sesi dengan penutup.

158| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 10.2.1

Matrik Diskusi: Rencana Kerja Tindak Lanjut

No Kegiatan Pokok Uraian Kegiatan Output PIC Waktu


Pelaksanaan

Catatan:
(1) Tabel ini sebagai acuan umum saja, peserta diskusi dapat memodifikasi sesuai
kebutuhan dengan menambah penjelasan atau aspek kajian lain tentang rencana
tindak lanjut orientasi TIK dalam rangka pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID);
(2) Jelaskan proses atau uraian kegiatan dan hasil yang hendak dicapai di setiap aspek
yang perlu ditindaklanjuti;
(3) Identifikasikan pelaku yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyelenggaraan orientasi di Kabupaten/Kota;
(4) Tetapkan perkiraan waktu masing-masing tahapan yang telah direncanakan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 159


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 10.2.2

Format Laporan Pelaksanaan Orientasi TIK

BAB 1: Pendahuluan
1. Latar Belakang.
2. Maksud dan Tujuan
3. Hasil yang diharapkan
4. Ruang Lingkup Materi
5. Pelaksana
6. Waktu dan tempat

BAB 2: Pelaksanaan Pelatihan


1. Informasi Umum
(a) Peserta: menjelaskan tentang peserta (jumlah, posisi/jabatan,
komposisi dll).
(b) Pelatih: menjelaskan tentang pelatih atau fasilitator (jumlah,
posisi/jabatan, komposisi, Tim Pelatih, dll).
(c) Materi orientasi dan Jam Pelajaran: menjelaskan tentang keluasan
dan kedalam materi orientasi, jam pelajaran, waktu hari pelatihan dan
bobot materi.

2. Proses Pelatihan
(a) Metode: menjelaskan pendekatan/metode yang digunakan dalam
menyampaikan materi orientasi;
(b) Media dan Sumber Belajar: menjelaskan tentang pemanfaatan media
dan sumber belajar pendukung kegiatan orientasi;
(c) Fasilitasi Proses: menyajikan data/informasi mengenai tata urut
penyajian materi dan proses interkasi pembelajaran dan peserta;

(d) Dinamika Pembelajaran: menguraikan hasil analisis tentang kondisi


dan perubahan perilaku dalam setiap tahapan pembelajaran.

BAB 3: Hasil Pelatihan


1. Kehadiran Peserta;
2. Partisipasi Peserta;
3. Capaian Belajar (tingkat pemahaman dan kompetensi peserta).

BAB 4: Permasalahan dan Tantangan


1. Permasalahan;
2. Tantangan.

160| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

BAB 5: Rekomendasi dan Kesimpulan


1. Rekomendasi: memaparkan secara singkat tentang pokok-pokok pikiran
penting berupa, tindak lanjut pasca orientasi, masukan dan saran dalam
rangka perbaikan penyelenggaraan pelatihan sebagai masukan kepada
pemangku kepentingan terkait;
2. Kesimpulan: resume tentang tujuan, proses, hasil dari kegiatan orientasi
yang telah dilaksanakan.

BAB 5: Penutup

Lampiran :
• Jadwal Orientasi
• Hasil Rekapitulasi Evaluasi Peserta
• Hasil Evaluasi Pelaksanaan Orientasi
• Foto dokumentasi Kegiatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 161


PROGRAM INOVASI DESA

162| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Modul Orientasi
Tim Inovasi Kabupaten

Lembar Informasi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 163


PROGRAM INOVASI DESA

164| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 2.1.1

Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa Arah Kebijakan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa

A. Pendahuluan
Pembangunan nasional pada dasarnya adalah upaya pemenuhan keadilan bagi rakyat
Indonesia. Pembangnan dilaksanakan berdasar rencana besar bangsa Indonesia melalui
perencanaan Nasional, Provinsi, Kabupaten dan Desa. Dalam melakukan perencanaan
pembangunan dalam UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) secara legal menjamin aspirasi masyarakat dalam pembangunan dalam
kesatuannya dengan kepentingan politis (keputusan pembangunan yang ditetapkan
oleh legislatif) maupun kepentingan teknokratis (perencanaan pembangunan yang
dirumuskan oleh birokrasi). Aspirasi dan kepentingan masyarakat ini dirumuskan melalui
proses perencanaan partisipatif yang secara legal menjamin kedaulatan rakyat dalam
berbagai program/proyek pembangunan desa.Perencanaan partisipatif yang
terpadukan dengan perencanaan teknokratis dan politis menjadi wujud nyata kerjasama
pembangunan antara masyarakat dan pemerintah.
Untuk pencapain tujuan pembangunan nasional diperlukan arah dan strategi yang
terumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dalam setiap periode
5 tahunan (Periode 2005-2019, 2010-2014 dan sekarang memasuki periode ketiga 2015-
2019). Dari setiap periode RPJM kemudian dalam setiap tahunnya dirumuskan dalam
rencana kerja Pemerintan (RKP)
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2015, tugas Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi adalah menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, pemberdayaan
masyarakat desa, percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam
melaksanakan tugas itu, salah satu fungsi yang dijalankan oleh Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi adalah perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, serta
pemberdayaan masyarakat desa.
Tugas dan fungsi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi salah satunya dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat Desa yang diselaraskan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) ketiga periode 2015-2019 yang merupakan penjabaran

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 165


PROGRAM INOVASI DESA

dari Visi dan Misi Presiden serta agenda Nawacita. Keselarasan agenda pembangunan
nasional dengan pembangunan desa memberi kepastian bagi tercapainya tujuan
pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945.

B. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional


Secara umum arah kebijakan dan strategi pembangunan Desa dan kawasan perdesaan,
termasuk di kawasan perbatasan, daerah tertinggal, kawasan transmigrasi serta
kepulauan dan pulau kecil, sebagai berikut:
1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa termasuk permukiman
transmigrasi sesuai dengan kondisi geografis Desa, melalui strategi:
a. meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana perumahan dan fasilitas
permukiman;
b. meningkatkan ketersediaan tenaga pengajar serta sarana dan prasarana
pendidikan;
c. meningkatkan ketersediaan tenaga medis serta sarana dan prasarana
kesehatan; meningkatkan ketersediaan sarana prasarana perhubungan antar
permukiman ke pusat pelayanan pendidikan, pusat pelayanan kesehatan,
dan pusat kegiatan ekonomi; dan
d. meningkatkan ketersediaan prasarana pengairan, listrik dan telekomunikasi.
2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat
Desa termasuk di permukiman transmigrasi, melalui strategi:
a. fasilitasi pengelolaan BUM Desa serta meningkatkan ketersediaan sarana
prasarana produksi khususnya benih, pupuk, pasca panen, pengolahan
produk pertanian dan perikanan skala rumah tangga desa;
b. fasilitasi, pembinaan, maupun pendampingan dalam pengembangan usaha,
bantuan permodalan/kredit, kesempatan berusaha, pemasaran dan
kewirausahaan; dan
c. meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam pemanfaatan dan
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tepat Guna.
3. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan
pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa termasuk di permukiman
transmigrasi melalui strategi:
a. mengembangkan pendidikan berbasis ketrampilan dan kewirausahaan;
b. memberi pengakuan, penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak-hak
masyarakat adat;
c. mengembangkan kapasitas dan pendampingan kelembagaan kemasyarakat
an desa dan kelembagaan adat secara berkelanjutan;

166| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

d. meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat termasuk perempuan,


anak, pemuda dan penyandang disabilitas melalui fasilitasi, pelatihan, dan
pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring
pembangunan desa;
e. menguatkan kapasitas masyarakat desa dan masyarakat adat dalam
mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam lahan dan perairan, serta
lingkungan hidup desa termasuk desa pesisir secara berkelanjutan; dan
f. meningkatkan partisipasi dan kapasitas tenaga kerja (TKI/TKW) di desa.
4. Pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan
melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi, dan pendampingan dengan strategi:
a. konsolidasi satuan kerja lintas Kementerian/Lembaga;
b. memastikan berbagai perangkat peraturan pelaksanaan UU Desa sejalan
dengan substansi, jiwa, dan semangat UU Desa, termasuk penyusunan PP
Sistem Keuangan Desa;
c. memastikan distribusi Dana Desa dan Alokasi Dana Desa berjalan secara
efektif, berjenjang, dan bertahap;
d. mempersiapkan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
mengoperasionalisasi pengakuan hak-hak masyarakat adat untuk dapat
ditetapkan menjadi desa adat.
5. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Pembangunan Sumber Daya Manusia,
Keberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Desa Penguatan
Pemerintahan Desa dan masyarakat Desa melalui strategi:
a. melengkapi dan mensosialisasikan peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
b. Meningkatkan kapasitas pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa,
dan kader pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring pembangunan desa, pengelolaan keuangan desa serta
pelayanan publik melalui fasilitasi, pelatihan, dan pendampingan;
c. menyiapkan data dan informasi desa yang digunakan sebagai acuan
bersama perencanaan dan pembangunan desa.
6. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup berkelanjutan, serta
penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi melalui
strategi:
a. menjamin pelaksanaan distribusi lahan kepada desa-desa dan distribusi
hak atas tanah bagi petani, buruh lahan, dan nelayan;
b. menata ruang kawasan perdesaan untuk melindungi lahan pertanian dan
menekan alih fungsi lahan produktif dan lahan konservasi;
c. menyiapkan dan melaksanakan kebijakan untuk membebaskan desa dari
kantong-kantong hutan dan perkebunan;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 167


PROGRAM INOVASI DESA

d. menyiapkan kebijakan tentang akses dan hak desa untuk mengelola


sumber daya alam berskala lokal termasuk pengelolaan hutan negara oleh
desa berorientasi keseimbangan lingkungan hidup dan berwawasan
mitigasi bencana untuk meningkatkan produksi pangan dan mewujudkan
ketahanan pangan;
e. menyiapkan dan menjalankan kebijakan-regulasi baru tentang
shareholding antara pemerintah, investor, dan desa dalam pengelolaan
sumber daya alam;
f. menjalankan program-program investasi pembangunan perdesaan
dengan pola shareholding melibatkan desa dan warga desa sebagai
pemegang saham;
g. merehabilitasi kawasan perdesaan yang tercemar dan terkena dampak
bencana khususnya di daerah pesisir dan daerah aliran sungai.
7. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi
untuk mendorong keterkaitan desa-kota dengan strategi:
a. mewujudkan dan mengembangkan sentra produksi, sentra industri
pengolahan hasil pertanian dan perikanan, serta destinasi pariwisata;
b. meningkatkan akses transportasi desa dengan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi lokal/wilayah;
c. mengembangkan kerjasama antar desa, antar daerah, dan antar
pemerintah-swasta termasuk kerjasama pengelolaan BUM Desa, (melalui
pembentukan lembaga BUM Desa Bersama atau kerjasama antar 2 BUM
Desa) dan membangun agribisnis kerakyatan melalui pembangunan bank
khusus untuk pertanian, UMKM, dan Koperasi;
d. membangun sarana bisnis/pusat bisnis di perdesaan;
e. mengembangkan komunitas teknologi informasi dan komunikasi bagi
petani untuk berinteraksi denga pelaku ekonomi lainnya dalam kegiatan
produksi panen, penjualan, distribusi, dan lain-lain.

C. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pemberdayaan Desa


1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa sesuai dengan kondisi geografis
Desa, melalui strategi: menyusun dan memastikan terlaksananya NSPK SPM
Desa (antara lain perumahan, permukiman, pendidikan, kesehatan,
perhubungan antar permukiman ke pusat pelayanan pendidikan, pusat
pelayanan kesehatan, dan pusat kegiatan ekonomi, pengairan, listrik dan
telekomunikasi);
2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat
Desa, melalui strategi: (i) penataan dan penguatan BUM Desa untuk mendukung
ketersediaan sarana prasarana produksi khususnya benih, pupuk, pengolahan
produk pertanian dan perikanan skala rumah tangga desa; (ii) fasilitasi,

168| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

pembinaan, maupun pendampingan dalam pengembangan usaha, bantuan


permodalan/kredit, kesempatan berusaha, pemasaran dan kewirausahaan; dan
(iii) meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam pemanfaatan dan
pengembangan Teknologi Tepat Guna Perdesaan;
3. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan
pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa untuk mendukung
peningkatan karakter jati diri bangsa melalui revolusi mental, dengan strategi:
1) mengembangkan pendidikan berbasis keterampilan dan kewirausahaan;
2) mendorong peran aktif masyarakat dalam pendidikan dan kesehatan;
3) mengembangkan kapasitas dan pendampingan lembaga kemasyarakatan
desa dan lembaga adat secara berkelanjutan;
4) menguatkan partisipasi masyarakat dengan pengarusutamaan gender
termasuk anak, pemuda,lansia dan penyandang disabilitas dalam
pembangunan desa;
5) menguatkan kapasitas masyarakat desa dan masyarakat adat dalam
mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam lahan dan perairan, serta
lingkungan hidup desa termasuk desa pesisir secara berkelanjutan;
6) meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan masyarakat desa
dalam meningkatkan ketahanan ekonomi, sosial, lingkungan keamanan
dan politik; (vii) meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan monitoring pembangunan desa; dan
7) meningkatkan partisipasi dan kapasitas tenaga kerja (TKI/TKW) di desa.
Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Indonesia Tahun 2018 (RKP 2018) terdapat
lima Prioritas pembangunan Wilayah; Pembangunan wilayah Perbatasan dan Daerah
Tertinggal, Percepatan Pembangunan Papua, Pencegahan dan Penanggulangan
Bencana antara lain Kebakaran Hutan, Reformasi Agraria dan Pembangunan Perdesaan.
Untuk Prioritas Pembangunan Desa di fokuskan pada 7(tujuh) Kegiatan Prioritas, yaitu :
Pemenuhan SPM di Desa Termasuk Permukiman Transmigrasi, Penanggulangan
Kemiskinan dan Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Desa, Pengembangan SDM
Pemberdayaan dan Modal Sosial Masyarakat Desa, Penguatan Pemerintahan Desa,
Pengawalan Implementasi Undang - Undang Desa, Pengembangan Ekonomi Kawasan
Perdesaan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Hutan di Desa dan
Kawasan Perdesaan.
Adapun sasaran yang hendak dicapai berupa: Desa tertinggal menjadi desa
berkembang mencapai 4.500 desa, Desa berkembang menjadi desa mandiri mencapai
1.800 desa, Pembangunan ekonomi hulu-hilir dan pengelolaan kawasan perdesaan 39
Kawasan dan Kawasan transmigrasi untuk percepatan menjadi desa berkembang
sebanyak130 Kawasan/65 SP/18 KPB.
Untuk merealisasikan target capaiaan Recana Kerja Pemerintah Tahun 2018
tersebut; Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi telah
Menetapkan Desa Prioritas Sasaran Pembangunan Desa, Pembangunan Daerah

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 169


PROGRAM INOVASI DESA

Tertinggal, dan Transmigrasi sejumlah 17.000 (tujuh belas ribu) melalui surat keputusan
menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan transmigrasi Nomor 126 Tahun 2017
tentang Penetapan Desa Prioritas Sasaran Pembangunan Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi. Penetapan tersebut berdasarkan kategori Desa yang
termasuk dalam wilayah pinggiran, yaitu Desa dalam kawasan perdesaan, perbatasan,
dan daerah tertinggal dengan usaha pokok sektor pertanian dan pelaku usahanya mikro
dan kecil yang berkarakter tradisional sebagaimana dimaksud dalam cita ke-3 Nawa Cita
Kabinet Kerja sebagaimana ditetapkan dalam Buku I angka 6.3 Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
Dalam Kegiatan Prioritas Pengawalan Implementasi Undang - Undang Desa,
Pemerintah telah menerbitkan surat keputusan Bersama 4 menteri, antara Menteri
Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Tentang Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan
Percepatan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tertanggal
Desember 2017 (SKB-4 Menteri). Dalam SKB 4 menteri tersebut telah ditetapkan
beberapa kebijakan, salah satunya berupa Pelaksanaan Padat Karya Tunai di Desa dalam
penggunaan Dana Desa untuk pembangunan.
Padat Karya Tunai di Desa merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat
marginal/miskin yang bersifat produktif berdasarkan pemanfaatan sumber daya alam,
tenaga kerja, dan teknologi lokal dalam rangka mengurangi kemiskinan, meningkatkan
pendapatan dan menurunkan angka stunting.

D. Kebijakan Padat karya Tunai


Adanya berbagai permasalahan dan fakta yang menunjukan ;
1. Masih tingginya Angka Gizi Buruk dan Stunting; berdaarkan ata yang ada Status
gizi masyarakat (37,2% stunting)
2. Masih tingginya Angka Pengangguran; Jumlah penganggur 2,39 juta orang di
perdesaan
3. Masih tingginya Angka Kemiskinan; Jumlah setengah penganggur 6 juta orang di
perdesaan
4. Masih tingginya Tingkat Kesenjangan Pendapatan; Jumlah pekerja tak dibayar
10,58 juta pekerja di perdesaan
5. Tingginya jumlah Desa Tertinggal Penduduk miskin di desa 27,7 juta orang. 10,2
juta orang tinggal di sekitar dan dalam kawasan hutan
6. Dan Terjadinya migrasi dan urbanisasi yang tinggi
Dibutuhkan kebijakan yang tepat untuk menjawab dan mengurangi permasalahan
tersebut diatas. Oleh karenanya Pemerintah telah mengambil kebijakan Kegiatan Padat
karya Tunai yang diharapkan mampu memberikan manfaat dan dampak untuk :
1. Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah

170| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

2. Perluasan kesempatan kerja sementara


3. Penciptaan Upah/ Tambahan Pendapatan
4. Perluasan Akses Pelayanan Dasar
5. Perluasan Mutu Pelayanan Dasar
6. Peningkatan aksesibilitas desa (terbukanya desa terisolir)
Padat Karya Tunai di Desa merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat
marginal/miskin yang bersifat produktif berdasarkan pemanfaatan sumber daya alam,
tenaga kerja, dan teknologi lokal dalam rangka mengurangi kemiskinan, meningkatkan
pendapatan dan menurunkan angka stunting. Untuk melakuan akselerasi pencapaian
dampak yang diharapkan dari program padat karya tunai, seluruh Pemanfaatan Dana
Desa dan berbagai program Kementerian/Lembaga yang ditujukan ke Desa harus
dilakukan dengan model padat karya yang akan mampu menciptakan kesempatan kerja
di Desa dan peningkatan tambahan upah/pendapatan bagi masyarkat desa yang
dilakukan dengan Padat Karya Tunai (cash for work). Swakelola dan Pelaksanaan
program K/L di daerah khususnya desa perlu diarahkan untuk mendukung Padat Karya
Tunai di Desa. Selain itu perlu adanya Peningkatan pelatihan dan pendampingan bagi
desa dalam mengembangkan potensi Desa serta Penyederhanaan sistem pelaporan dan
pertanggungjawaban di Desa.
Jenis Kegiatan
1. Pembangunan dan/atau rehabilitasi sarana prasarana perdesaan sesuai
dengan daftar kewenangan Desa, antara lain: perbaikan alur sungai dan irigasi,
pembangunan dan/atau perbaikan jalan dan jembatan skala Desa, tambatan
perahu.
2. Pemanfaatan lahan untuk meningkatkan produksi, termasuk di kawasan
hutan, antara lain:
a. Pertanian;
b. Perhutanan;
c. Perkebunan;
d. Peternakan; dan
e. Perikanan.
3. Kegiatan produktif lainnya, antara lain:
a. Pariwisata;
b. Ekonomi kreatif, pengembangan potensi ekonomi lokal dengan mendorong
kewirausahaan;
c. Pengelolaan hasil produksi pertanian;
d. Pengelolaan usaha jasa dan industri kecil.

4. Pemberdayaan Masyarakat, antara lain:


a. Pengelolaan sampah;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 171


PROGRAM INOVASI DESA

b. Pengelolaan limbah;
c. Pengelolaan lingkungan pemukiman;
d. Pengembangan energi terbarukan;
e. Penyediaan dan pendistribusian makanan tambahan bagi anak (bayi dan
balita).
5. Kegiatan lainnya Kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan penyelesai-
an pekerjaan fisik bangunan, tetapi mendukung keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan fisik tersebut, misalnya antara lain: mengemudikan kendaraan
pengangkut bahan dan alat kerja

Kelompok Sasaran Tenaga Kerja Padat Karya Tunai


1. Kelompok penganggur, setengah penganggur dan warga miskin.
2. Pencari nafkah utama keluarga.
3. Laki-laki, wanita dan pemuda usia produktif dan bukan anak-anak.
4. Petani/kelompok petani yang mengalami paceklik dan menunggu masa
tanam/panen.
5. Tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan ( diputus hubungan kerja ).

Prinsip-Prinsip Padat Karya Tunai di Desa Tahun 2018


1. Inklusif ; Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa
berdasarkan kebutuhan masyarakat dengan mempertimbangkan ketenagakerjaan
(penganggur, setengah penganggur), masyarakat marginal/miskin, kondisi
geografis, sosial, budaya dan ekonomi, serta mempertahankan daya dukung dan
keseimbangan lingkungan.
2. Partisipatif Dan Gotong Royong ; berdasarkan asas “DARI, OLEH dan UNTUK
masyarakat”. Pemerintah berperan sebagai fasilitator yang mendampingi
pemerintah Desa, BPD dan masyarakat Desa untuk melaksanakan pembangunan
Desa secara partisipatif dan gotong royong.
3. Transparan Dan Akuntabel; Pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai di Desa
dilakukan dengan mengutamakan prinsip transparan dan akuntabel baik secara
moral, teknis, legal maupun administratif kepada semua pihak
4. Efektif; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa harus memiliki dampak positif dan
nyata bagi peningkatan produksi dan produktivitas, upah/pendapatan dan daya
beli masyarakat desa.
5. Swadaya; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan mendorong
keswadayaan dengan berbagai bentuk sumbangan dana, tenaga, material, dan
asset bergerak dan/atau tidak bergerak dari warga desa yang berkecuk
6. Penentuan Upah; Batas Bawah dan Batas Atas Upah/HOK ditentukan berdasarkan
hasil kesepakatan Musyawarah Desa mengacu pada Peraturan Bupati/Walikota.

172| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Adapun Batas Atas Upah/HOK dibawah Upah Minimum Provinsi. Besaran


upah/HOK lebih lanjut akan diatur oleh Peraturan Bupati/Walikota
7. Prioritas; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan mendahulukan
kepentingan sebagian besar masyarakat Desa yang berdampak pada terciptanya
lapangan kerja, teratasinya kesenjangan, dan terentaskannya warga miskin
8. Swakelola; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan secara mandiri oleh
Desa dengan mendayagunakan tenaga kerja, bahan material, serta peralatan dan
teknologi sederhana yang ada di Desa.
9. Keberlanjutan; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa dilaksanakan dengan
memastikan adanya rencana pengelolaan, pemeliharaan, perawatan dan
pelestariannya.
10. Disepakati Dalam Musyawarah Desa; Kegiatan Padat Karya Tunai di Desa
dibahas dan disepakati dalam musyawarah desa yang diselenggarakan
berdasarkan asas kesamaan dan kesetaraan bagi setiap peserta musyawarah Desa
melalui hak bicara, hak berpendapat dan hak bersuara dalam mencapai
kemufakatan bersama
11. Berbasis kewenangan lokal Desa dan Hak asal usul; Kegiatan Padat Karya Tunai
di Desa yang pembiayaannya bersumber dari APB Desaa harus menjadi bagian
dari Daftar Kewenangan Desa berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal
Berskala Desa.
12. Kewenangan yang ditugaskan kepada Desa; . Kegiatan Padat Karya Tunai di
Desa yang pembiayaannya bersumber dari Non APB Desaa diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Prioritas lokasi Padat Karya Tunai di Desa pada tahun 2018 Lokasi Kegiatan padat
Karya Tunai Tahun 2018 adalah 1.000 desa di 100 kabupaten yang diusulkan oleh
Bappenas bersama TNP2K, dan Kemenko PMK.

E. Penggunaan Dana Desa untuk Kegiatan Padat karya Tunai


Dalam kebijakan Kegiatan Padat karya Tunai setiap kementerian mendapat pembagian
peran sesuai Tupoksi dari masing-masing kementerian. Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mendapatkan peran untuk
Menetapkan Juknis penggunaan Dana Desa, Koordinasi Penguatan dan Peran
Pendamping Desa, Monitoring dan Evaluasi Dana Desa untuk Program Padat Karya
Tunai di Desa dan Bimbingan teknis pelaksanaan padat karya tunai di Desa kepada para
pendamping dan pengelola di Desa.
Dalam rangka implementasi Pengggunaan dana desa untuk kegiatan padat karya
tunai tahun 2018 dibutuhkan upaya agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan maksud
dan tujuan yang diharapkan, untuk itu dibtuhkan petunjuk teknis penggunaan dana desa
untuk pelaksanaan kegiatan padat karya tunai tahun 2018. Petunjuk Teknis Penggunaan
Dana Desa Tahun 2018 untuk Padat Karya Tunai ini diharapkan menjadi arah kebijakan
pelaksanaan kegiatan Padat Karya Tunai yang dibiayai dengan Dana Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 173


PROGRAM INOVASI DESA

Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk membiayai pelaksanaan program dan


kegiatan di bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. haruslah
diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan yang bersifat lintas
bidang. antara lain bidang kegiatan produk unggulan Desa atau kawasan perdesaan,
BUM Desa atau BUM Desa Bersama, embung, dan sarana olahraga Desa sesuai dengan
kewenangan Desa; Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri desa nomor 19
tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018.

174| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 2.2.1

Pokok-Pokok Kebijakan Program Inovasi Desa (PID)

A. Latar Belakang
Undang-Undang No 6/2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa), memberikan
berbagai kewenangan kepada Desa antara lain : Kewenangan berdasarkan hak asal usul
dan kewenangan lokal skala Desa. Untuk mendukung kewenangan tersebut agar Desa-
Desa meningkat kemampuannya untuk mengatur dan mengurus kepentingannya
secara efektif guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, negara mengalokasi-
kan Dana Desa melalui APBN setiap tahunnya.
Konsekswensi logis atas kewenanganan tersebut, memunculkan adanya
pendekatan baru dalam pembanguan Desa yang disebut dengan “Desa Membangun”,
disamping pendekatan “Pembangunan Desa”. Namun disadari bahwa kapasitas Desa
dan rendahnya dukungan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pembangunan
dalam perspektif “Desa Membangun”, masih terbatas. Keterbatasan itu dapat dideteksi
pada aras pelaku Pembangunan Desa (kapasitas aparat Pemerintah Desa dan
Masyarakat), kualitas tata kelola Desa dan support system yang mewujud melalui
regulasi dan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang terkait dengan Desa.
Hal itu, pada akhirnya mengakibatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan, pengedalian
dan pemanfaatan kegiatan pembangunan kurang optimal menjadikan lambannya upaya
mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.
Merespon kondisi tersebut dan untuk melaksanakan UU Desa secara konsisten,
Pemerintah melalui Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi ( Kemendesa PDTT ), menyediakan tenaga pendamping profesional, yaitu:
Pendamping Lokal Desa (PLD), Pendamping Desa (PD), sampai Tenaga Ahli (TA) di
tingkat Pusat, untuk memfasilitasi Pemerintah Desa dalam bidang pembangunan dan
Pemberdayaan masyarakat Desa. Pendampingan dan pengelolaan tenaga pendamping
profesional menjadi isu krusial dalam pelaksanaan UU Desa; oleh karenanya penguatan
kapasitas Pendamping Profesional dan efektivitas pengelolaan tenaga pendamping
menjadi agenda strategis Pendampingan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa (P3MD).
Berbagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas terkait isu-isu diatas terus
dilakukan oleh Kemendesa PDTT secara pro aktif ; Salah satunya dengan meluncurkan
Program Inovasi Desa (PID) yang dirancang untuk mendorong penguatan kapasitas
Desa yang diorientasikan untuk memenuhi pencapaian target RPJM Kemendesa PDTT
yang terumuskan dalam kebijakan Program prioritas Menteri Desa PDTT, melalui
peningkatkan produktivitas perdesaan dengan bertumpu pada tiga bidang kegiatan
utama:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 175


PROGRAM INOVASI DESA

1. Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha


masyarakat, maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa
(BUM Desa), Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna
mendinamisasi perekonomian Desa.
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas
perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek
maupun dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang
pendidikan dan kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak
hanya ditilik dari aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga
pengurangan beban biaya, dan hilangnya potensi di masa yang akan datang.
Disamping itu, penekanan isu pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas
SDM ini, juga untuk merangsang sensitivitas Desa terhadap permasalahan krusial
terkait pendidikan dan kesehatan dasar dalam penyelenggaraan pembangunan
Desa, dan
3. Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara
langsung berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang
memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.
Aspek lain yang harus diperhatikan secara serius dalam pengelolaan
pembangunan Desa adalah ketersediaan data yang memadai dan up to date, mengenai
kondisi objektif maupun perkembangan Desa-Desa yang menunjukkan pencapaian
pembangunan Desa. Ketersediaan data sangat penting bagi semua pihak yang
berkepentingan, khususnya bagi Pemerintah dalam merumuskan kebijakan
pembangunan. Pegelolaan data dimaksud dalam skala nasional, dengan kondisi wilayah,
khususnya Desa-Desa di Indonesia yang sangat beragam tentunya memiliki tantangan
dan tingkat kesulitan yang besar; Oleh karenanya Program Inovasi Desa (PID) akan
mendukung dalam upaya penguatan Pendampingan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa (P3MD) dan pengembangan sistem informasi pembangunan Desa.
Hal mendasar dalam rancang bangun PID adalah inovasi/ kebaruan dalam praktik
pembangunan dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini dipetik dari realitas / hasil kerja
Desa-Desa dalam melaksanakan kegiatan pembangunan yang didayagunakan sebagai
pengetahuan untuk ditularkan secara meluas. PID juga memberikan perhatian terhadap
dukungan teknis dari Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa secara professional.
Dua unsur itu dirasa akan memberikan kontribusi signifikan terhadap investasi Desa,
yaitu pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pembangunan yang didanai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), khususnya Dana Desa (DD). Dengan
demikian, PID diharapkan dapat menjawab kebutuhan Desa-Desa terhadap layanan
teknis yang berkualitas dan merangsang munculnya inovasi dalam praktik
pembangunan serta solusi inovatif untuk menggunakan Dana Desa secara tepat dan
seefektif mungkin.

B. Tujuan

176| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kegiatan PID bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan dana desa
dengan memberikan banyak referensi dan inovasi pembangunan desa dalam rangka
mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi perdesaan, serta membangun
kapasitas desa yang berkelanjutan.

C. Sasaran
1. Menguatkan Program Pendampingan yang fokus pada kualitas hasil
2. Memperkuat kualitas pengelolaan program P3MD, Program Inovasi Desa (PID) dan
Pengelolaan Data.
3. Meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan dalam mengelola pembangunan
dan kegiatan produktif yang didanai melalui Dana Desa untuk hal-hal yang bersifat
inovatif.
4. Mendukung peningkatan produktivitas ekonomi desa dan kawasan perdesaan
melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat inovatif

D. Prinsip-Prinsip Pengelolaan
Pengelolaan Program Inovasi Desa (PID) didasarkan pada prinsip-prinsip:
1. Taat hukum;
2. Transparansi;
3. Akuntabilitas;
4. Partisipatif;
5. Kesetaraan Jender.

E. Ruang Lingkup
Secara skematis ruang lingkup Program Inovasi Desa (PID) digambarkan sebagai
berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 177


PROGRAM INOVASI DESA

1. Kegiatan Inovasi dan Pengelolaan Pengetahuan Desa.


Merupakan kegiatan pengelolaan pengetahuan untuk mendorong munculnya inovasi
dalam pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan Desa khususnya terkait dengan
peningkatan kapasitas kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal, peningkatan
kualitas infrastruktur dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia. Pengelolaan
pengetahuan dilakukan secara sistematis, terencana dan partisipatif meliputi proses,
identifikasi, validasi, dokumentasi, pertukaran pengetahuan atau eksposisi dan replikasi.
Kegiatan ini didukung dengan Dana Operasional Kegiatan (DOK) bantuan Pemerintah
pengelolaan pengetahuan inovasi desa.

2. Kegiatan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) adalah organisasi atau lembaga
yang berbadan hukum yang memiliki keahlian tertentu dan diakui secara profesional
serta berkomitmen membantu desa dalam meningkatkan kualitas pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa di bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi
Lokal, Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Infrastruktur. Jenis layanan teknis
yang disediakan P2KTD meliputi tiga bidang kegiatan utama yang tidak dapat diberikan
oleh pendamping profesional dalam mendukung kemandirian desa, antara lain: (1)
Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal, (2) Pengembangan Sumber Daya
Manusia (pelayanan sosial dasar, dan kewirausahaan sosial) dan (3) infrastruktur desa.
P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk dukungan teknis berupa pelatihan,
konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi sesuai dengan kebutuhan Desa,
P2KTD dapat memfasilitasi Desa dalam mengidentifikasi, mengorganisir dan
memanfaatkan jaringan kerja yang mendukung meningkatkan produktivitas dan hasil
guna kegiatan di Desa.

3. Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Desa

178| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Sistem Informasi Pembangunan desa merupakan solusi bagi percepatan pengelolaan,


evaluasi dan Analisa data desa, untuk tujuan percepatan pembangunan desa dan
produktivitas desa berbasis pada pengelolaan data pembangunan desa. Pengelolaan
dan pengembangan sistem informasi pembangunan desa tidak terlepas dengan data
dasar yang selama ini dihasilkan di kementerian desa dan aplikasi pengolah data yang
sudah berjalan di desa. Pengelolaan dan pengendalian data bertujuan untuk
menyediakan model dan platform untuk mendukung pengolahan data program Inovasi
Desa.
Sistem informasi pengelolaan data ditujukan untuk penyediaan data dan informasi
tentang desa dan pengolahan data untuk tujuan penyajian data peningkatan kapasitas
desa, dengan mengolah data-data berdasarkan variable Key Performance Indicator (KPI)
data (target output data) desa yang akan diolah untuk melihat status dan peningkatan
level desa serta melihat secara utuh dampak intervensi program terhadap desa (program
inovasi desa, program pendampingan dan dana desa) terhadap perubahan dan
dinamika partumbuhan desa dalam skala indeks ukur status desa serta perubahan
kondisi desa atas pertumbuhan peluang kerja di desa, pengurangan angka kemiskinan
dan peningkatan pendapatan di tingkat desa.

F. Bidang Kegiatan
Bidang kegiatan Program Inovasi Desa (PID), meliputi:
(1) Pengembangan kewirausahaan, baik pada ranah pengembangan usaha
masyarakat, maupun usaha yang diprakarsai Desa melalui Badan Usaha Milik Desa
(BUM Desa), Badan Usaha Milik antar Desa, Produk unggulan desa guna
mendinamisasi perekonomian Desa;
(2) Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara produktivitas
perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan terjadi dalam jangka pendek
maupun dampak signifikan dalam jangka panjang melalui investasi di bidang
pendidikan dan kesehatan dasar. Produktivitas perdesaan, dengan demikian, tidak
hanya ditilik dari aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga
pengurangan beban biaya, dan hilangnya potensi di masa yang akan datang.
Disamping itu, penekanan isu pelayanan sosial dasar (PSD) dalam konteks kualitas
SDM ini, juga untuk merangsang sensitivitas Desa terhadap permasalahan krusial
terkait pendidikan dan kesehatan dasar dalam penyelenggaraan pembangunan
Desa; dan
(3) Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya yang secara
langsung berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Desa, dan yang
memiliki dampak menguat-rekatkan kohesi sosial masyarakat perdesaan.

G. Daftar Larangan
Hal-hal yang dilarang untuk dilakukan dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)
antara lain:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 179


PROGRAM INOVASI DESA

(1) Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis.
(2) Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang mempekerjakan anak.
(3) Membiayai dan/atau mendukung kegiatan yang berdampak merusak lingkungan
hidup.

180| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 181


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 2.3.1

Pokok-Pokok Kebijakan Penanganan Stunting

A. Stunting Adalah Kondisi Gagal Tumbuh Pada Anak Balita (Bayi Di Bawah Lima
Tahun)
Akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi
lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita
pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang
badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar
baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi
stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-
scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely
stunted).
Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 Juta) anak balita mengalami stunting (Riset
Kesehatan Dasar/Riskesdas 2013) dan di seluruh dunia, Indonesia adalah negara dengan
prevalensi stunting kelima terbesar. Balita/Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang
mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak
menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada
menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar
ketimpangan.
Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja,
sehingga mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross Domestic Products) serta
mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu stunting juga dapat
berkontribusi pada melebarnya kesenjangan/ inequality, sehingga mengurangi 10% dari
total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-generasi.
Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh rumah
tangga/keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena stunting juga dialami oleh
rumah tangga/keluarga yang tidak miskin/yang berada di atas 40 % tingkat
kesejahteraan sosial dan ekonomi. Seperti yang digambarkan dalam grafik dibawah,
kondisi anak stunting juga dialami oleh keluarga/rumah tangga yang tidak miskin.

B. Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor
gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling
menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu

182| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara lebih detil,
beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Praktek pengasuhan yang kurang baik,


Termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada
masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada
menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)
secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas
6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga
dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI,
serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak
terhadap makanan maupun minuman.

2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal


Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal
Care dan pembelajaran dini yang berkualitas.
Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan
bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi
64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta
lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai
serta masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari
3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).

3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.


Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal.Menurut
beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS), komoditas makanan di
Jakarta 94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran
di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura. Terbatasnya akses ke makanan bergizi
di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami
anemia.

4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.


Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di
Indonesia masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga
belum memiliki akses ke air minum bersih. Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan
di atas, telah berkontibusi pada masih tingginya pervalensi stunting di Indonesia dan
oleh karenanya diperlukan rencana intervensi yang komprehensif untuk dapat
mengurangi pervalensi stunting di Indonesia.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 183


PROGRAM INOVASI DESA

C. Kerangka Intervensi Stunting di Indonesia


Pada 2010, gerakan global yang dikenal dengan Scaling-Up Nutrition (SUN) diluncurkan
dengan prinsip dasar bahwa semua penduduk berhak untuk memperoleh akses ke
makanan yang cukup dan bergizi. Pada 2012, Pemerintah Indonesia bergabung dalam
gerakan tersebut melalui perancangan dua kerangka besar Intervensi Stunting. Kerangka
Intervensi Stunting tersebut kemudian diterjemahkan menjadi berbagai macam program
yang dilakukan oleh Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait. Kerangka Intervensi
Stunting yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu

1. Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif.


Kerangka pertama adalah Intervensi Gizi Spesifik. Ini merupakan intervensi yang
ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi
pada 30% penurunan stunting. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya
dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana
hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Kegiatan yang idealnya dilakukan
untuk melaksanakan Intervensi Gizi Spesifik dapat dibagi menjadi beberapa intervensi
utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan balita:

Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Hamil.


Intervensi ini meliputi kegiatan memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil
untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis, mengatasi kekurangan zat besi
dan asam folat, mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu
hamil serta melindungi ibu hamil dari Malaria.

Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan.
Intervensi ini dilakukan melalui beberapa kegiatan yang mendorong inisiasi menyusui
dini/IMD terutama melalui pemberian ASI jolong/colostrum serta mendorong
pemberian ASI Eksklusif.

Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan.
Intervensi ini meliputi kegiatan untuk mendorong penerusan pemberian ASI hingga
anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian, setelah bayi berusia diatas 6 bulan didampingi
oleh pemberian MP-ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi zink,
melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap
malaria, memberikan imunisasi lengkap, serta melakukan pencegahan dan pengobatan
diare. Kerangka Intervensi Stunting yang direncanakan oleh Pemerintah yang kedua
adalah Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui berbagai
kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi
Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak
khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK. Kegiatan terkait

184| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Intervensi Gizi Sensitif dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang umumnya
makro dan dilakukan secara lintas Kementerian dan Lembaga. Ada 12 kegiatan yang
dapat berkontribusi pada penurunan stunting melalui Intervensi Gizi Spesifik sebagai
berikut:
(1) Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih.
(2) Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.
(3) Melakukan fortifikasi bahan pangan.
(4) Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
(5) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
(6) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
(7) Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.
(8) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal.
(9) Memberikan pendidikan gizi masyarakat.
(10) Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja.
(11) Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin.
(12) Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
Kedua kerangka Intervensi Stunting diatas sudah direncanakan dan dilaksanakan
oleh Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari upaya nasional untuk mencegah dan
mengurangi pervalensi stunting.

2. Kebijakan Dan Program Terkait Intervensi Stunting Yang Telah Dilakukan


Terkait upaya untuk mengurangi serta menangani pervalensi stunting, pemerintah di
tingkat nasional kemudian mengeluarkan berbagai kebijakan serta regulasi yang
diharapkan dapat berkontribusi pada pengurangan pervalensi stunting, termasuk
diantaranya:
(1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025 (Pemerintah
melalui program pembangunan nasional ‘Akses Universal Air Minum dan Sanitasi
Tahun 2019’, menetapkan bahwa pada tahun 2019, Indonesia dapat menyediakan
layanan air minum dan sanitasi yang layak bagi 100% rakyat Indonesia).
(2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 (target penurunan
prevalensi stunting menjadi 28% pada 2019).
(3) Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, Bappenas, 2011.
(4) Undang-Undang (UU) No. 36/2009 tentang Kesehatan.
(5) Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif.
(6) Peraturan Presiden (Perpres) No. 42/2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 185


PROGRAM INOVASI DESA

(7) Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang


Pemberian Ais Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia.
(8) Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.15/2013 tentang Tata Cara
Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.
(9) Permenkes No.3/2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
(10) Permenkes No.23/2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi.
(11) Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari
Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK), 2013.
(12) Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK), 2013.
Selain mengeluarkan paket kebijakan dan regulasi, kementerian/lembaga (K/L)
juga sebenarnya telah memiliki program baik terkait intervensi gizi spesifik maupun
intervensi gizi sensitif, yang potensial untuk menurunkan stunting. Intervensi Program
Gizi Spesifik dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) melalui
Gerakan 1.000 Hari Pertama Kegiatan (HPK). Berikut ini adalah identifikasi beberapa
program gizi spesifik yang telah dilakukan oleh pemerintah:
(1) Program terkait Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil, yang dilakukan melalui
beberapa program/kegiatan berikut:
• Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan
energi dan protein kronis
• Program untuk mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat
• Program untuk mengatasi kekurangan iodium
• Pemberian obat cacing untuk menanggulangi kecacingan pada ibu hamil
• Program untuk melindungi ibu hamil dari Malaria.
Jenis kegiatan yang telah dan dapat dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat
nasional maupun di tingkat lokal meliputi pemberian suplementasi besi folat
minimal 90 tablet, memberikan dukungan kepada ibu hamil untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, memberikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT), pemberian makanan tambahan pada ibu hamil, melakukan upaya untuk
penanggulangan cacingan pada ibu hamil, dan memberikan kelambu serta
pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria.
(2) Program yang menyasar Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 bulan termasuk
diantaranya mendorong IMD/Inisiasi Menyusui Dini melalui pemberian ASI
jolong/colostrum dan memastikan edukasi kepada ibu untuk terus memberikan
ASI Eksklusif kepada anak balitanya. Kegiatan terkait termasuk memberikan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD),
promosi menyusui ASI eksklusif (konseling individu dan kelompok), imunisasi
dasar, pantau tumbuh kembang secara rutin setiap bulan, dan penanganan bayi
sakit secara tepat.

186| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

(3) Program Intervensi yang ditujukan dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak
Usia 7-23 bulan:
• mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh
pemberian
• MP-ASI
• menyediakan obat cacing
• menyediakan suplementasi zink
• melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan
• memberikan perlindungan terhadap malaria
• memberikan imunisasi lengkap
• melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
Selain itu, beberapa program lainnya adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Balita Gizi Kurang oleh Kementerian Kesehatan/Kemenkes melalui Puskesmas dan
Posyandu. Program terkait meliputi pembinaan Posyandu dan penyuluhan serta
penyediaan makanan pendukung gizi untuk balita kurang gizi usia 6-59 bulan berbasis
pangan lokal (misalnya melalui Hari Makan Anak/HMA). Anggaran program berasal dari
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) – Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik sebesar
Rp. 200.000.000 per tahun per Puskesmas di daerahnya masing masing.
Terkait dengan intervensi gizi sensitif yang telah dilakukan oleh pemerintah
melalui K/L terkait beberapa diantaranya adalah kegiatan sebagai berikut:
(1) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih melalui program PAMSIMAS
(Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi berbasis Masyarakat). Program PAMSIMAS
dilakukan lintas K/L termasuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas/Kementerian PPN),
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPERA),
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Selain pemerintah pusat, PAMSIMAS juga dilakukan dengan kontribusi dari
pemerintah daerah serta masyakart melalui pelaksanaan beberapa jenis kegiatan
seperti dibawah:
• Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat
• Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sanitasi
yang berkelanjutan
• Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal (pemerintah
daerah maupun masyarakat) dalam penyelenggaraan layanan air minum dan
sanitasi berbasis masyarakat
• Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan
sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.
(2) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi melalui Kebijakan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang pelaksanaanya dilakukan oleh Kementerian

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 187


PROGRAM INOVASI DESA

Kesehatan (Kemenkes) bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat (KemenPUPERA). Kegiatan ini meliputi gerakan peningkatan
gizi/Scaling Up Nutrition (SUN) Movement yang hingga 2015 telah menjangkau
26.417 desa/kelurahan;
(3) Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan (Garam, Terigu, dan Minyak Goreng),
umumnya dilakukan oleh Kementerian Pertanian;
(4) Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB)
melalui dua program:
Program KKBPK (Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga) oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota). Kegiatan yang
dilakukan meliputi:
• Penguatan advokasi dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terkait
Program KKBPK
• Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata
• Peningkatan pemahaman dan kesadaran remaja mengenai kesehatan
reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga
• Penguatan landasan hukum dalam rangka optimalisasi pelaksanaan
pembangunan bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB)
• Penguatan data dan informasi kependudukan, KB dan KS
Program Layanan KB dan Kesehatan Seksual serta Reproduksi (Kespro) oleh LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
(PKBI). Kegiatan yang dilakukan adalah:
• Menyediakan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi yang terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk difabel (seseorang dengan
kemampuan berbeda) dan kelompok marjinal termasuk remaja
• Menyediakan pelayanan penanganan kehamilan tak diinginkan yang
komprehensif yang terjangkau.
• Mengembangkan standar pelayanan yang berkualitas di semua strata
pelayanan, termasuk mekanisme rujukan pelayanan kesehatan seksual dan
reproduksi
• Melakukan studi untuk mengembangkan pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan klien, pengembangan kapasitas dan kualitas provider.
• Mengembangkan program penanganan kesehatan seksual dan reproduksi
pada situasi bencana, konflik dan situasi darurat lainnya.
• Mengembangkan model pelayanan KB dan Kesehatan Produksi (Kespro)
melalui pendekatan pengembangan masyarakat.
(5) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN): Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) telah melakukan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-

188| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Penerima Bantuan Iuran (PBI) berupa pemberian layanan kesehatan kepada


keluarga miskin dan saat ini telah menjangkau sekitar 96 juta individu dari keluarga
miskin dan rentan.
(6) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal) yang dilaksanakan
oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan memberikan layanan kesehatan
kepada ibu hamil dari keluarga/rumah tangga miskin yang belum mendapatkan
JKN-Penerima Bantuan Iuran/PBI.
(7) Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
(8) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal yang dilakukan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Program
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Beberapa kegiatan yang dilakukan berupa:
(9) Perluasan dan peningkatan mutu satuan PAUD.
• Peningkatan jumlah dan mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) PAUD.
• Penguatan orang tua dan masyarakat.
• Penguatan dan pemberdayaan mitra (pemangku kepentingan, stakeholders).
(10) Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat Program Perbaikan Gizi Masyarakat yang
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (melalui Puskesmas dan Posyandu)
Kegiatan yang dilakukan berupa:
• Peningkatan pendidikan gizi.
• Penanggulangan Kurang Energi Protein.
• Menurunkan prevalansi anemia, mengatasi kekurangan zinc dan zat besi,
mengatasi Ganguan
• Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) serta kekurangan Vitamin A
• Perbaikan keadaan zat gizi lebih.
• Peningkatan Survailans Gizi.
• Pemberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
(11) Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi serta Gizi pada
Remaja, berupa Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) termasuk pemberian layanan konseling dan peningkatan kemampuan
remaja dalam menerapkan Pendidikan dan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS).
(12) Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin, misalnya
melalui Program Subsidi Beras Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Raskin/Rastra)
dan Program Keluarga Harapan (PKH) yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial
(Kemensos). Kegiatannya berupa pemberian subsidi untuk mengakses pangan
(beras dan telur) dan pemberian bantuan tunai bersyarat kepada ibu Hamil,
Menyusui dan Balita.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 189


PROGRAM INOVASI DESA

(13) Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi melalui Program Ketahanan Pangan
dan Gizi yang dilaksanakan Lintas K/L yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian
Koperasi, Kemendagri. Kegiatan yang dilakukan berupa:
• Menjamin akses pangan yang memenuhi kebutuhan gizi terutama ibu hamil,
ibu menyusui, dan anak-anak.
• Menjamin pemanfaatan optimal pangan yang tersedia bagi semua golongan
penduduk.
• Memberi perhatian pada petani kecil, nelayan, dan kesetaraan gender.
• Pemberdayaan Ekonomi Mikro bagi Keluarga dengan Bumil KEK (Kurang
Energi Protein).
• Peningkatan Layanan KB.
Berdasarkan identifikasi kebijakan dan program yang seharusnya potensial untuk
membantu mengurangi pervalensi stunting seperti penjelasan diatas, pertanyaan
selanjutnya adalah mengapa hingga saat ini Intervensi Stunting belum efektif dan
prosentase prevalensi stunting masih cukup tinggi di Indonesia? (Berkisar di 37%)
Beberapa hal yang kemungkinan menjadi penyebab belum efektifnya kebijakan
serta program Intervensi Stunting yang ada dan telah dilakukan sebagai berikut:
a. Kebijakan dan regulasi terkait Intervensi Stunting belum secara maksimal dijadikan
landasan bersama untuk menangani stunting, contohnya bisa dilihat pada grafik 2
yang menunjukkan belum maksimalnya fungsi alokasi anggaran kesehatan.
b. Kementerian/Lembaga (K/L) melaksanakan program masing-masing tanpa
koordinasi yang cukup.
c. Program-program Intervensi Stunting yang telah direncanakan belum seluruhnya
dilaksanakan.
d. Program/intervensi yang ada (baik yang bersifat spesifik gizi maupun sensitif gizi)
masih perlu ditingkatkan rancangannya, cakupannya, kualitasnya dan sasarannya.
e. Program yang secara efektif mendorong peningkatan pengetahuan gizi yang baik
dan perubahan perilaku hidup sehat masyarakat belum banyak dilakukan.
f. Program-program berbasis komunitas yang efektif di masa lalu tidak lagi
dijalankan secara maksimal seperti sebelumnya misalnya akses ke Posyandu, PLKB,
kader PKK, Dasawisma, dan lainnya, serta;
g. Pengetahuan dan kapasitas pemerintah baik pusat maupun daerah dalam
menangani stunting perlu ditingkatkan.

D. Rekomendasi Rencana Aksi Bersama dan Terobosan untuk Menangani


Stunting
Pada Rapat Terbatas tentang Intervensi Stunting yang dipimpin oleh Wakil Presiden
Republik Indonesia, Jusuf Kalla, selaku Ketua Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

190| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kemiskinan (TNP2K) mengundang jajaran menteri dan kepala lembaga yang memiliki
dan melaksanakan kebijakan dan program sebagai upaya untuk menangani stunting
pada hari Rabu, 12 Juli 2017 (baik secara langsung maupun tidak), diusulkan beberapa
rekomendasi rencana aksi untuk menangani masalah stunting.
Rapat yang dilakukan tersebut bertujuan untuk memetakan masalah stunting serta
merumuskan dan mempertajam langkah-langkah penanganannya untuk kemudian akan
dilaporkan kepada Presiden Republik Indonesia (RI). Presiden RI menaruh perhatian
yang cukup besar terkait isu stunting terutama untuk mencari langkah terobosan dalam
menangani dan mengurangi stunting.
Rekomendasi rencana aksi Intervensi Stunting diusulkan menjadi 5 pilar utama
dengan penjelasan sebagai berikut:

• Pilar 1: Komitmen dan Visi Pimpinan Tertinggi Negara. Pada pilar ini,
dibutuhkan Komitmen dari Presiden/Wakil Presiden untuk mengarahkan K/L
terkait Intervensi Stunting baik di pusat maupun daerah. Selain itu, diperlukan juga
adanya penetapan strategi dan kebijakan, serta target nasional maupun daerah
(baik provinsi maupun kab/kota) dan memanfaatkan Sekretariat Sustainable
Development Goals/SDGs dan Sekretariat TNP2K sebagai lembaga koordinasi dan
pengendalian program program terkait Intervensi Stunting.
• Pilar 2: Kampanye Nasional berfokus pada Peningkatan Pemahaman,
Perubahan Perilaku, Komitmen Politik dan Akuntabilitas. Berdasarkan
pengalaman dan bukti internasional terkait program program yang dapat secara
efektif mengurangi pervalensi stunting, salah satu strategi utama yang perlu segera
dilaksanakan adalah melalui kampanye secara nasional baik melalui media masa,
maupun melalui komunikasi kepada keluarga serta advokasi secara berkelanjutan.
• Pilar 2: Kampanye Nasional berfokus pada Peningkatan Pemahaman,
Perubahan Perilaku, Komitmen Politik dan Akuntabilitas. Berdasarkan
pengalaman dan bukti internasional terkait program program yang dapat secara
efektif mengurangi pervalensi stunting, salah satu strategi utama yang perlu segera
dilaksanakan adalah melalui kampanye secara nasional baik melalui media masa,
maupun melalui komunikasi kepada keluarga serta advokasi secara berkelanjutan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 191


PROGRAM INOVASI DESA

• Pilar 3: Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi Program Nasional, Daerah,


dan Masyarakat.
• Pilar ini bertujuan untuk memperkuat konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi,
serta memperluas cakupan program yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga
(K/L) terkait. Di samping itu, dibutuhkan perbaikan kualitas dari layanan program
yang ada (Puskesmas, Posyandu, PAUD, BPSPAM, PKH dll) terutama dalam
memberikan dukungan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan balita pada 1.000 HPK
serta pemberian insentif dari kinerja program Intervensi Stunting di wilayah sasaran
yang berhasil menurunkan angka stunting di wilayahnya. Terakhir, pilar ini juga
dapat dilakukan dengan memaksimalkan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK)
dan Dana Desa untuk mengarahkan pengeluaran tingkat daerah ke intervensi
prioritas Intervensi Stunting.
• Pilar 4: Mendorong Kebijakan “Food Nutritional Security”. Pilar ini berfokus
untuk (1) mendorong kebijakan yang memastikan akses pangan bergizi, khususnya
di daerah dengan kasus stunting tinggi, (2) melaksanakan rencana fortifikasi bio-
energi, makanan dan pupuk yang komprehensif, (3) pengurangan kontaminasi
pangan, (4) melaksanakan program pemberian makanan tambahan, (5)
mengupayakan investasi melalui Kemitraan dengan dunia usaha, Dana Desa, dan
lain-lain dalam infrastruktur pasar pangan baik ditingkat urban maupun rural.
• Pilar 5: Pemantauan dan Evaluasi. Pilar yang terakhir ini mencakup pemantauan
exposure terhadap kampanye nasional, pemahaman serta perubahan perilaku
sebagai hasil kampanye nasional stunting, pemantauan dan evaluasi secara berkala
untuk memastikan pemberian dan kualitas dari layanan program Intervensi
Stunting, pengukuran dan publikasi secara berkala hasil Intervensi Stunting dan
perkembangan anak setiap tahun untuk akuntabilitas, Result-based planning and
budgeting (penganggaran dan perencanaan berbasis hasil) program pusat dan
daerah, dan pengendalian program-program Intervensi Stunting.

E. Peran Desa dalam Penanganan Stunting

Berdasarkan Pasal 78 ayat (1) Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Desa
menyebutkan bahwa tujuan pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui
pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa,
pengembangan potensi ekonomi lokal serta pemanfaat sumberdaya alam dan
lingkungan berkelanjutan.
Sesuai dengan UU tentang Desa, maka terhadap upaya penanganan stunting yang
sudah menjadi prioritas nasional sangat memungkinkan bagi Desa untuk menyusun
kegiatankegiatan yang relevan dan yang bersifat skala desa melalui APBDes. Rujukan
Belanja Desa untuk penangan stunting diperkuat dengan telah dikeluarkannya
Permendesa No. 19 Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa.

192| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Guna mendorong kegiatan penanganan stunting dalam prioritas perencanaan


pembangunan desa, masyarakat desa harus:
1. Memetakan realitas permasalahan dan potensi penanganan stunting di desa;
2. Meningkatkan wawasan keragaman jenis kegiatan penanganan stunting yang
efektif, inovatif, produktif, dan berkelanjutan;
3. Proaktif dan terlibat dalam tahapan perencanaan pembangunan desa,
memperkuat koordinasi, dan membangun peluang advokasi, dan
4. Mendorong komitmen desa dan penyedia layanan untuk pemenuhan standar
pelayanan sosial dasar yang berkualitas di desa.

(Permendesa, PDTT No. 19 Tahun 2017)


1 Air bersih berskala Desa
2 Sanitasi lingkungan
3 Bantuan insentif Kades Kesehatan/UKBM
4 Pelatihan (peningkatan pengetahuan dan ketrampilan) Kader Kesehatan Masyarakat
5 Transport Kader Kesehatan
6 Perawatan dan/atau pendampingan Ibu Hamil, Ibu Nifas dan Ibu Menyusui
7 Pemantauan pertumbuhan dan penyediaan makanan tambahan/sehat untuk
peningkatan gizi bayi, balita dan anak sekolah
8 Pengadaan, pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pengelolaan dan
pembinaan UKBM (Poskesdes/Polindes, Posbindu, Posyandu dan Pos Kesehatan
lainnya)
9 Penyelenggaraan dan pemberdayaan masyarakat dalam promosi kesehatan dan
gerakan masyarakat hidup sehat
10 Kampanye dan promosi hidup sehat (peningkatan PHBS) guna mencegah penyakit
menular HIV/AIDS, tuberkolosis, hipertensi, diabetes melitus dan gangguan kejiwaan

Contoh Memu Kegiatan Kesehatan

1. Air bersih Berskala Desa


a. Air bersih
b. Fasilitasi pelaksanaan rencana pengamanan air minum (RPAM)
c. Penyediaan sarana teknologi tepat guna (TTG) untuk air bersih
2. Sanitasi Lingkungan
a. Sanitasi yang layak kesehatan
b. Pembangunan sarana MCK (Mandi, Cuci, Kakus), sarana cuci tangan
c. Pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga berbasis masyarakat
d. Sanitasi berbasis masyarakat (misal sanitasi pasar Desa, menghilangan
genangan air, dll)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 193


PROGRAM INOVASI DESA

e. Penyediaan sarana teknologi tepat guna (TTG) untuk sanitasi misal septik
tank terapung – perumahan ditepi sungai
3. Bantuan insentif Kader Kesehatan/UKBM
a. Honor/insentif Kader Desa
b. Honor Kader Kesehatan
c. Pendampingan Kader Kesehatan kepada perempuan untuk mendapatkan
layanan kesehatan
d. Honor instrukrut dalam kelas ibu hamil
4. Pelatihan (peningkatan kapasitas) Kader Kesehatan
a. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kader kesehatan masyarakat
b. Orientasi kader kesehatan yang diselenggarakan Desa
5. Transport Kader Kesehatan Masyarakat
a. Transport kader dalam pelaksanaan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat
b. Transpor petugs/kader ke Posyandu/Pos Lansia
c. Transport kader pendampingan pelaksanaan kunjungan ke rumah
d. Transport pendampingan masyarakat yang ditemukan berisiko dan
berpenyakit Tidak Menular (PTM)
e. Transport Pendampingan pendataan sasaran dan sweeping imunisasi
6. Perawatan dan/atau pendampingan Ibu Hamil, Nifas dan Ibu menyusui
a. Pendampingan ibu hamil, nifas, dan ibu menyusui oleh Kader
b. Pendampingan pendataan Ibu hamil dan balita oleh kader
c. Pelaksanaan pendampingan program perencanaan, persalinan dan
pencegahan komplikasi oleh Kader
7. Pemantauan pertumbuhan dan penyediaan makanan tambahan untuk peningkatan
gizi bayi, balita dan anak sekolah
a. Pemantauan pertumbuhan balita oleh Kader dan penyediaan PMT bagi
bayi, balita dan anak usia sekolah
b. Kunjungan rumah oleh Kader untuk pemantauan pertumbuhan balita
8. Pengadaan, Pembangunan, Pengembangan, Pemeliharaan, pengelolaan, dan
pembinaan UKBM (Poskesdes, Polindes, Posbindu, Posyandu dan Pos Kesehatan
Lainnya)
a. Pengembangan pengelolaan dan pembinaan UKBM
b. Penyediaan sarana prasarana
c. Pengembangan Media KIE
d. Operasional UKBM
e. Pengadaan posbindu kit bagi masyarakat Desa
f. Pengadaan PMT bagi ibu hamil, bayi, balita dan lansia di Posyandu
g. Pengembangan kegiatan promotif dan preventif di Posyandu
9. Penyelenggaraan dan Pemberdaaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan dan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
a. Penyelenggaraan dan pemberdayaan masyarakat dalam promosi kesehatan

194| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

b. Penyediaan sarana prasarana olahraga


c. Pertemuan kader kesehatan
d. Penyuluhan kesehatan yang diselenggarakan oleh Desa
e. Menjadikan rumah ibadah sebagai Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
f. Edukasi kesehatan terkait dengan pencegahan dan deteksi dini
g. Gerakan makan sayur, buah-buahan dan ikan h. Gerakan olahraga bersama
i. Pemanfaatan lahan tidur untuk tanaman obat keluarga (TOGA)
j. Taman stimulasi anak dan lansia k. Lapangan olahraga
10. Kampanye dan Promosi Hidup Sehat (Peningkatan PHBS) guna mencegah Penyakit
Menular Seksual HIV/AIDS, Tuberkulosis, Diabetes Mellitus dan Gangguan Jiwa
a. Peningkatan PHBS
b. Pemantauan kepatuhan minum obat (Tablet tambah darah, obat tuberkolosis,
obat HIV, obat malaria dll) oleh Kader
c. Promosi/penyuluhan melalui penyediaan media Komunikasi, informasi dan
edukasi
d. Aktifitas kreatif yang sehat bagi remaja, pemuda dan kelompok seksual aktif

Daftar Pustaka
Kementerian Desa PDTT (2017). Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting. Jakarta:
Kementerian Desa PDTT Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Desa No. 126 Tahun 2017 tentang Penetapan Desa Prioritas Sasaran
Pembangunan Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Ni Ketut Aryastami dan Ingan Tarigan (2017). Kajian Kebijakan dan Penanggulangan
Masalah Gizi Stunting di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 4,
Desember.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 19
Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa 2018.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (2017) 100 Kabupaten/Kota
Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta: Sekretariat Wakil Presiden
Republik Indonesia

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 195


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 2.4.1

Keterbukaan Informasi Publik dalam Pembangunan Desa

A. Pendahuluan
Hak atas informasi dan dokumen yang ada pada Badan Publik merupakan Hak Azazi
Manusia (HAM) berdasarkan Pasal 19 Deklarasi Umum Hak Azazi Manusia (DUHAM)
tanggal 10 Desember 1948. Hak atas informasi dan dokumen yang ada pada Badan
Publik juga merupakan Hak Konsitusional Warga Negara Indonesia yang diberikan,
dijamin, dan sesuai dengan Pasal 28F Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 hasil Amandemen Kedua.
Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia telah
mengeluarkan Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (KIP) sebagai tindak lanjut dari perintah Pasal 28F UUD NRI 1945 tanggal 30 April
2008 diiringi dengan peraturan pelaksanaanya berupa Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2010 tentang Keterbukaan Informasi Publik. UU 14.2008 mengatur bahwa
berlakunya seluruh ketentuan dalam UU 14/2008 tersebut adalah 2 (dua) tahun
semenjak diundangkan atau tahun 2010.
UU 14/2008 dan PP 61/2010 pada prinsipnya mengatur bagaimana dan apa
kewajiban Badan Publik dalam rangka melayani masyarakat agar dengan cara mudah,
sederhana, cepat, dan berbiaya murah (azas KIP) dapat memperoleh informasi dan
dokumen yang ada pada Badan Publik guna mengembangka diri dan lingkungannya.
Dan juga mengatur bagaimana penyelesaian jika terjadi sengketa informasi antara
masyarakat dengan Badan Publik.
Badan Publik yang dimaksud dalam UU 14/2008 adalah seluruh lembaga yang
berada dibawah cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Juga termasuk
Badan Publik adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), Partai Politik, seluruh lembaga yang mengumpulkan uang dari masyarakat,
seluruh lembaga yang menerima uang dari luar negeri, dan seluruh lembaga yang
sebagian atau seluruh dananya berasal dari Anggaran Pendapat Belanja Negara (APBN)
dan atau dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Kesemua lembaga diatas
diwajibkan oleh UUD NRI 1945 dan UU 14/2008 untuk mengelola seluruh informasi dan
dokumennya agar bisa diakses oleh masyarakat, kecuali informasi dan dokumen yang
dikecualikan setelah melalui uji konsekuensi dan memenuhi syarat sebagai informasi dan
dokumen yang boleh dikecualikan (tertutup) sesuai ketentuan Pasal 17 UU 14/2008.
Tahun 2009 sudah terbentuk Komisi Informasi Pusat (KIP) Republik Indonesia
untuk melaksanakan UU 14/2008, dan saat ini Komisi Informasi Pusat dijalankan oleh 7
(Tujuh) Komisioner periode ketiga (2017-2021). Dan juga sudah terbentuk 30 (Tiga
Puluh) Komisi Informasi Provinsi dan beberapa Komisi Informasi Kabupaten/Kota. Komisi

196| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Informasi wajib dibentuk di tingkat Pusat dan Provinsi dan dapat dibentuk ditingkat
Kabupaten Kota.
Komisi Informasi disemua tigkatan bertanggungjawab untuk memastikan
terselenggaranya Keterbukaan Informasi di semua Badan Publik dan bertanggungjawab
juga untuk memastikan Badan Publik melayani permohonan informasi dan dokumen
dari masyarakat. Komisi Informasi diberi tugas dan wewenang juga untuk menerima,
memeriksa, dan memutus sengketa informasi antara masyarakat dengan Badan Publik
melalui Ajudikasi Nonlitigasi yang didalamnya didahului dengan proses Mediasi. Komisi
Informasi Pusat berwenang untuk menyidangkan sengketa informasi jika sengketa itu
melibatkan Badan Publik tingkat nasional, sementara Komisi Informasi Provinsi dan
Kabupaten/Kota berwenang untuk menyidangkan sengketa informasi antara masyarakat
dengan Badan Publik sesuai tingkatannya. Untuk menjalankan UU 14/2008 Komisi
Informasi pusat mengeluarkan Standar Layanan Informasi dalam bentuk Peraturan
Komisi Informasi (PERKI).

B. Mandat Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa berkaitan Keter-


bukaan Informasi Publik
Dalam Undang-Undang Desa, keterbukaan informasi terdapat dalam beberapa pasal
seperti
Pertama sebagaimana diatur dalam pasal 24, yang menyatakan bahwa asas
penyelenggaraan Pemerintahan Desa salah satunya adalah keterbukaan. Selanjutnya
dinyatakan pada bagian penjelasan bahwa yang dimaksud dengan keterbukaan adalah
asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa
dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kedua pada pasal 26 ayat (4) huruf (f) diatur bahwa dalam menjalankan tugasnya
Kepala Desa berkewajiban untuk melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang
akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi,
korupsi, dan nepotisme. Masih pada pasal dan ayat yang sama, pada huruf (p) diatur
bahwa Kepala Desa juga memiliki kewajiban untuk memberikan informasi kepada
masyarakat Desa.
Ketiga pada pasal 27 huruf (d) diatur bahwa dalam menjalankan hak, tugas,
kewenangan, dan kewajiban Kepala Desa wajib memberikan dan/atau menyebarkan
informasi penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap
akhir tahun anggaran.
Keempat Pasal 68 ayat (1) huruf (a) dinyatakan bahwa masyarakat desa berhak
meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
Kelima pada pasal yang mengatur tentang keterbukaan informasi yaitu pasal 86
ayat (1) dan ayat (5) yang menyatakan bahwa desa berhak mendapatkan akses informasi
melalui sistem informasi desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 197


PROGRAM INOVASI DESA

Kabupaten/Kota dan sistem informasi tersebut dikelola oleh Pemerintah Desa dan dapat
diakses oleh masyarakat desa dan semua pemangku kepentingan.
Dalam peraturan pelaksanaaannya, pada Pasal 127 ayat (2) huruf e Peraturan
Pemerintah tentang Peraturan Pelaksanaan UU Desa juga menyatakan bahwa upaya
pemberdayaan masyarakat Desa dilakukan dengan mengembangkan sistem
transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan
pembangunan desa.

C. Badan Publik Desa


Pemerintahan Desa dengan segala perangkatnya adalah merupakan bagian dari cabang
kekuasaan eksekutif dan karenanya merupakan Badan Publik yang wajib menjalankan
Pemerintahan Desa sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi yang diatur dalam UU
14/2008, dan wajib mengelola informasi dan dokumen sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh Komisi Informasi, serta wajib melayani permintaan informasi daan
dokumen dari masyarakat sesuai dengan UU 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik dan seuruh peraturan pelaksanaanya.
Tidak hanya berhenti pada itu, Pemerintahan Desa harus melibatkan partisipasi
masyarakat mulai dari perencanaan (Musrenbang misalnya), pelaksanaan, sampai
evaluasi dan laporan semua kegiatan dan program yang dijalankan oleh Pemerintah
Desa. Pemerintah Desa juga diminta untuk mengeluarkan Peraturan Desa terkait dengan
Keterbukaan Informasi Desa.
Hal ini diperlukan agar masyarakat Desa bisa memahami dengan baik bagaimana
untuk mendapatkan informasi dan dokumen terkait pelaksanaan Pemerintahan Desa
maupun pelaksanaan program dan kegiatan yang diselenggarakan Pemerintahan Desa,
sebagai bagian integral untuk pengembangan diri dan lingkungan masyarakat Desa.

D. Pendamping Desa
Pendamping Desa dan atau pihak terkait dengan pemberdayaan masyarakat Desa
(Pemerintah Kabupaten danseluruh instansi terkait), pelaksana dari program-program
pemerintah terkait Desa (misal : Program Inovasi Desa) diharapkan menjadi ujung
tombak dalam membangun transparansi di Desa, dalam membangun pengelolaan
informasi yang terbuka di Desa, dalam membangun masyarakat yang melek infomasi di
Desa.
Pendamping Desa diharapkan mampu untuk meyakinkan Pemerintah Desa agar
menyiapkan seluruh perangkat yang dibutuhkan untuk melayani Hak Konstitusional
untuk mendapatkan informasi yang ada di seluruh Badan Publik Desa. Termasuk dan
tidak terbatas pada penyiapan kursi dan meja untuk masyarkat yang ingin menghadiri
Musrenbang misalnya. Termasuk dan tidak terbatas pada mengeluarkan Peraturan Desa
terkait pelayanan informasi bagi masyarkat Desa misalnya. Dan lain sebagainya.

198| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

E. Mekanisme Mendapatkan Informasi


Mekanisme mendapatkan informasi secara sederhana digambarkan dalam Diagram 1
dibawah ini:

Diagram 1 : Mekanisme memperoleh Informasi

F. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Informasi


Mekanisme penyelsaian sengketa Informasi secara sederhana sebagaimana digambar-
kan dalam Diagram 2 dibawah ini

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 199


PROGRAM INOVASI DESA

Diagram 2 : Mekanisme penyelesian sengketa informasi

Sebagai penekanan, sebagaimana disampaikan diatas, kedua diagram ini haruslah


bisa dijalankan sesuai dengan azas dan prinsip-prinsip SEDERHANA, CEPAT, dan
BERBIAYA MURAH. Permohonan Informasi Publik dan Penyelesaian Sengketa Informasi
Publik di Komisi Informasi tidaklah boleh membenani masyarakat diluar kepatutan dan
kewajaran.

G. Penutup
Demikian Lembar Informasi ini disusun dengan sangat sederhana dan ringkas. Besar
harapan Penyusun agar pembaca yang budiman berkenan memandang lembaran ini
sebagai pintu gerbang untuk masuk kedalam perpustakaan, kedalam diskusi-diskusi,
kedalam seminar dan workshop yang tentunya akan lebih memberikan pemahaman
kepada kita semua betapa penting dan strategisnya agenda keterbukaan informasi ini
bagi perkembangan bangsa dan negara kita tercinta kedpan, untuk agenda
pemberdayaan masyarkat Indonesia sehingga makin berdaya.
Bukan hal musthil, hasil kerja kita ini akan membawa negara dan masyarkat
Indonesia selangkah demi selangkah menjadi NEGARA DAN MASYARKAT NOMER SATU
DIDUNIA melalui sebuah karya dan kerja yang mampu mengispirasi banyak orang dan
banyak negara, Allahumma Amien

200| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 201


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Kerja 3.1.1

Organisasi Tim Inovasi Kabupaten (TIK)

A. Tim Inovasi Kabupaten (TIK)


TIK dibentuk oleh Bupati/Walikota untuk melaksanakan kegiatan Inovasi dalam PID di
kabupaten/kota. Pembentukan TIK PID ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota dan berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran. Tim terdiri dari perwakilan
para pemangku kepentingan dari berbagai bidang pembangunan yang mendorong
munculnya inovasi dalam penggunaan di daerah melalui proses pengelolaan
pengetahuan secara sistematis dan terencana, yang meliputi proses identifikasi, validasi,
dokumentasi, serta proses pertukaran pengetahuan dan replikasi.
Tim ini berkedudukan di Kabupaten. Anggota tim dapat terdiri atas perwakilan
institusi yang dipilih/diusulkan oleh instansi terkait dengan mempertimbangkan kualitas
dan kemampuan individu, fasilitator program yang bertugas di lokasi dan/atau wakil
masyarakat yang memiliki ketertarikan dalam pengembangan inovasi dan inovasi desa
dan memiliki akses pada penyimpanan dan penyebaran informasi. Tim dikukuhkan oleh
Kepala Daerah.

B. Tugas Tim Inovasi Kabupaten (TIK)


Secara umum tugas-tugas TIK sebagai berikut:
a. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi penyelenggaraan kegiatan inovasi di
kabupaten/Kota.
b. Melakukan pengendalian pelaksanaan kegiatan Inovasi di Kabupaten/kota.
c. Memberikan dukungan terhadap pengelolaan pertukaran pengetahuan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
d. Melakukan pembinaan terhadap Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa agar
dapat lebih professional dan mandiri serta memperhatikan aspek safeguard.
e. Melakukan proses validasi atas dokumen-dokumen pembelajaran yang sudah
dibuat oleh TPID-TPID. Setelah di validasi selanjutnya dokumen-dokumen
pembelajaran tersebut dimasukkan dalam direktori kegiatan inovasi (sistem
pengelolaan pengetahuan). Direktori kegiatan inovasi inilah yang selanjutnya
disampaikan kepada kecamatan-kecamatan untuk bahan penyelenggaraan Bursa
Inovasi Desa.

C. Susunan TIK
TIK PID terdiri atas Koordinator, dan 2 (dua) Kelompok Kerja, yaitu Kelompok Kerja (Pokja
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa/ Pokja PPID, dan Pokja Penyedia

202| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD). Struktur Organisasi TIK PID tercantum
dalam lampiran 2. Pokja PPID bertugas merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan kegiatan Inovasi melalui pengelolaan pertukaran pengetahuan dan
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Memberikan dukungan agar TPID bekerja dengan baik;
b. Mengidentifikasi, memvalidasi dan memverifikasi inovasi atau inovasi desa agar
sesuai dengan kaidah perundangan atau peraturan yang berlaku dan safeguard;
c. Membantu cara pendokumentasian dan publikasi inovasi desa secara efektif melalui
berbagai media dan saluran/forum yang tersedia;
d. Memfasilitasi eksposisi bursa inovasi di tingkat Kabupaten /Kota;
e. Menjembatani, memberi arahan dan memfasilitasi desa/kecamatan yang berminat
mengadopsi atau mereplikasi inovasi desa dari lokasi lain melalui instrumen
pertukaran pengetahuan yang sesuai; dan
f. Menjalankan percontohan kegiatan inovatif yang disepakati /didanai.
Komposisi Keanggotaan TIK-Pokja PPID:
a. Bappeda
b. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
c. Dinas Kesehatan
d. Dinas Pendidikan dan Olah Raga
e. Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten
f. Wakil masyarakat; LSM, perguruan tinggi, Organisasi Masyarakat yang relevan dan
pihak lain yang kompeten

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 203


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 3.2.1

Hubungan Antar Pihak dalam


Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

A. Latar Belakang
Pengelolaan Program Inovasi Desa (PID) berhubungan dengan para pihak yaitu;
Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kabupaten, dan Desa), Lembaga Donor (Bank Dunia),
Tenaga Ahli, Tenaga Pendamping Profesional, Tim Inovasi Kabupaten, Penyedia
Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD), Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID).
Hubungan ini bersifat kompleks. Keterlibatan para pihak dari berbagai sektor dan
tingkatan, mulai pusat, provinsi, kabupaten hingga kecamatan dan Desa. Pelaku yang
terlibat bervariasi mulai unsur pemerintah, tenaga ahli, tenaga pendamping profesional
dan pelaku masyarakat. Semua saling berinteraksi dan bekerja sama satu sama lain
sesuai dengan kewenangan, ruang lingkup tugas dan tanggung jawab setiap organisasi,
unit kerja dan pelaku dalam melaksanakan program ini.
Diperlukan kejelasan jenis hubungan antar pihak pengelola program yang saling
berinteraksi ataupun komunikasi. Hal ini diperlukan untuk menciptakan harmonisasi
kerja para pihak yang mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Agar
interaksi ataupun kerjasama diantara para pihak tersebut berjalan secara proporsional
dengan alur relasi yang jelas, mudah dipahami, dan menghasilkan output maksimal,
diperlukan Standard Operating Procedures (SOP) Hubungan Antar Pihak (HAP) yang
mengatur lalu lintas kewenangan, tugas, dan tanggung jawab para pihak yang
dimaksudkan.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
SOP HAP disusun dengan maksud untuk menata alur interaksi dan komunikasi yang jelas
antar pihak sesuai dengan posisi, tugas, wewenang, serta tanggung jawab yang ada di
berbagai tingkatan termasuk hubungan dengan pihak lain dalam rangka membangun
sinergi hubungan dan meminimalkan terjadinya konflik para pihak agar pelaksanaan PID
berjalan secara maksimal.

2. Tujuan
Penyusunan SOP HAP bertujuan untuk:
a. mengenali para pihak yang terlibat dalam program ini;
b. mengatur sistem mekanisme hubungan antar pihak;

204| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

c. mengatur jenis hubungan antar pihak;


d. menghindari terjadinya konflik antar pihak;
e. mencegah duplikasi manajemen, dan;
f. mencegah terjadinya penghindaran tugas dan tanggung jawab yang seharusnya
menjadi tugas dan tanggung jawab pihak tertentu.

C. Landasan dan Rujukan


SOP HAP disusun berlandaskan dan merujuk pada regulasi dan dokumen PID:
1. UU 6 Tahun 2014 Tentang Desa
2. UU 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
3. UU 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
4. UU 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
5. PP 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan UU 6 Tahun 2014
6. PP 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas PP 43 Tahun 2014
7. PP 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang Berasal dari APBN
8. PP 22 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas PP 60 Tahun 2014
9. PP 8 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua atas PP 60 Tahun 2014
10. PP 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan dan Pemerintahan
11. PP 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
12. PP 16 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah
13. Perpres 11 Tahun 2015 Tentang Kemendagri
14. Perpres 12 Tahun 2015 Tentang Kemendesa PDTT
15. Permendes 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
16. Permendes 3 Tahun 2015 Tentang Pendamping Desa
17. Permendes 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
18. Permendes Nomor 22 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana
Desa Tahun 2017
19. Permendes 4 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2017
20. Permendes 2 Tahun 2016 Tentang Indeks Data Membangun
21. Permendes 5 Tahun 2016 Tentang Pembangunan Kawasan PerDesaan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 205


PROGRAM INOVASI DESA

22. Permendagri 111 Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Peraturan Desa
23. Permendagri 112 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Desa
24. Permendagri 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa
25. Permendagri 114 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa
26. Permendagri 81 Tahun 2015 Tentang Evaluasi Perkembangan Desa dan Kelurahan
27. Permendagri 82 Tahun 2015 Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Desa
28. Permendagri 83 Tahun 2015 Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian
Perangkat Desa
29. Permendagri 84 Tahun 2015 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Desa
30. Permendagri 1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Aset Desa
31. Permendagri 44 Tahun 2016 Tentang Kewenangan Desa
32. Permendagri 2 Tahun 2017 Tentang Standar Pelayanan Minimal Desa
33. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Tentang Nomor 900/5356/SJ
Nomor 959/KMK.07/2015 49 Tahun 2015 Tentang Percepatan Penyaluran,
Pengelolaan, dan Penggunaan Dana Desa
34. Peraturan Menteri Keuangan 48/PMK.07/2016, Pengelolaan Transfer ke Daerah
dan Dana Desa
35. Peraturan Menteri Keuangan 49/PMK.07/2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian,
Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa
36. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.PER/05/M.PAN/
03/2008 Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
37. Keputusan Menteri Desa Tentang Pedoman Umum PID dengan Lampiran:
a. Pedum PID
b. Daftar Lokasi Alokasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)
c. Daftar Lokasi Alokasi Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)
d. Panduan Key Performance Indicator (KPI)
38. Surat Edaran Dirjen PPMD Berkenaan dengan Keputusan Menteri Desa PDTT
Tentang Pedoman Umum PID termasuk lampiran-lampirannya.

D. Para Pihak
Para pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan PID adalah
a. Pemerintah

206| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

a. Kemendesa PDTT
b. Kementerian PPN/Bappenas
c. Kemendagri
d. Kemenkeu
e. BPKP
b. Bank Dunia
c. Satuan Kerja (Satker)
a. Satker Pusat
b. Satker Provinsi
c. Satker Kabupaten/Kota
d. Tenaga Ahli (TA)
a. TA Pusat
b. TA Provinsi
e. Tenaga Pendamping Profesional
f. Tim Inovasi Kabupaten (TIK)
g. Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)
h. Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID)

E. Jenis Hubungan
Pentingnya memahami jenis hubungan antar pihak dimaksudkan untuk memandu
interaksi ataupun komunikasi di antara pihak-pihak pengelola program. Secara umum,
penjelasan ini digunakan untuk menciptakan harmonisasi kerja para pihak yang
mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Harmonisasi hubungan ini
dilakukan melalui pemahaman terhadap hubungan tugas dan tanggungjawab para
pihak. Hubungan ini dapat dilakukan secara formal tertulis dan memiliki kekuatan
hukum, dan atau dengan cara lain yang dianggap efektif. Penggunaan berbagai jenis
hubungan yang ada di bawah ini sangat tergantung pada aspek dan masalah yang
dihadapi. Jenis-jenis hubungan para pihak mencakup:
1. Hubungan instruktif adalah hubungan yang dimaknai sebagai hubungan antar
pihak dimana kedudukan pihak yang satu lebih tinggi dari pihak lainnya dalam
kerangka kesatuan kerja. Dalam hal ini pihak yang lebih tinggi memiliki hak untuk
memberikan perintah tugas dan atau membuat keputusan untuk dilaksanakan dan
dipatuhi oleh pihak di bawahnya.
2. Hubungan koordinatif adalah hubungan yang berkaitan dengan penyampaian
seluruh informasi yang diperlukan dari satu pihak kepada pihak lain lain agar
terjadi singkronisasi kegiatan. Secara umum, setiap pihak baik pada tingkat yang
lebih tinggi ataupun yang setara dapat menggunakan jenis hubungan ini.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 207


PROGRAM INOVASI DESA

3. Hubungan konsultatif adalah suatu hubungan untuk mendapatkan masukan,


nasihat dan pendapat terhadap pihak di atasnya atau yang setara yang dianggap
mempunyai pengalaman dan pemahaman yang lebih baik tentang aspek dan atau
masalah pelaksanaan program sehingga perlu dipertimbangkan.
4. Hubungan pembinaan/pembimbingan adalah hubungan antara satu pihak
terhadap pihak lain dalam rangka peningkatan kualitas kinerja yang bersangkutan
dalam rangka pengelolaan dan pelaksanaan program.
5. Hubungan pengawasan/pemeriksaan adalah hubungan antara satu pihak
terhadap yang berada di bawahnya dalam rangka pengendalian, pengawasan dan
pemeriksaan/audit pelaksanaan program.
6. Hubungan pelaporan adalah hubungan pemberian informasi dari bawah ke atas.
Jenis pelaporan dapat bersifat standar rutin bulanan dan atau kontekstual sesuai
dengan tahapan pelaksanan program.

F. Ruang Lingkup dan Sistematika


Ruang Lingkup SOP HAP meliputi penjelasan mengenai hubungan para pihak pihak
dalam pelaksanaan PID dengan sistematika sebagai berikut:
1. Pendahuluan
2. Maksud dan Tujuan
3. Landasan dan Rujukan
4. Para Pihak
5. Jenis Hubungan
6. Ruang Lingkup dan Sistematika
7. Hubungan Pemerintah dengan Bank Dunia
8. Hubungan Antar Pemerintah (Kementerian/Lembaga)
a. Kemendesa PDTT
b. Kemenkeu
c. Kementerian PPN/Bappenas
d. Kemendagri
e. BPKP
9. Hubungan Antar Satuan Kerja (Satker)
a. Satker Pusat
b. Satker Provinsi
c. Satker Kabupaten
10. Hubungan Satker dengan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendamping Profesional

208| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

11. Hubungan Antar Tenaga Ahli dan Tenaga Pendamping Profesional


a. Tenaga Ahli Pusat
b. Tenaga Ahli Provinsi
c. Tenaga Pendamping Profesional

G. Hubungan Pemerintah dengan Bank Dunia


a. Kemenkeu untuk dan atas nama Pemerintah melakukan perikatan perjanjian
pinjaman dengan Bank Dunia;
b. Bappenas bekerjasama dengan Bank Dunia dalam kaitan fungsi perumusan
kebijakan, pemikiran strategis, koordinasi dan administrasi dalam rangka
penyiapan dan pelaksanaan PID;
c. Kemendesa PDTT sebagai executing agency bekerjasama dengan Bank Dunia
dalam rangka penyiapan dan pelaksanaan PID;
d. Kemendagri melakukan pembinaan terhadap Pemerintah Desa bekerja sama
dengan Bank Dunia dalam rangka penyiapan dan pelaksanaan PID;
e. BPKP sebagai Auditor Negara melakukan audit keuangan PID sesuai kesepakatan
dengan Bank Dunia;
f. Kemendesa PDTT dan Bank Dunia secara bersama-sama atau sendiri-sendiri
melakukan pengawasan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PID;
g. Kemendesa PDTT dan Bank Dunia melakukan penyempurnaan kebijakan PID
sesuai kebutuhan dan kesepakatan bersama.

H. Hubungan antar Pemerintah (Kementerian/Lembaga)


a. Melaksanakan koordinasi secara rutin melalui pertemuan, rapat, monitoring
bersama termasuk membangun sistem pertukaran informasi program dari satu
pihak kepada pihak lain lain agar terjadi singkronisasi kegiatan;
b. Membangun konsultasi bersama termasuk dalam hal memberikan dan
memperoleh masukan, nasihat dan pendapat terhadap pihak lain yang dianggap
mempunyai pengalaman dan pemahaman yang lebih baik tentang program
sebagai bahan kebijakan;
c. Menyelenggarakan kegiatan bersama berupa kerjasama kegiatan, pelatihan,
ekspose atau pagelaran, workshop termasuk mengikutsertakan para pihak terkait
dalam rangka meningkatkan bobot dan kualitas kegiatan program.
I. Hubungan antar Satuan Kerja (Satker) Pusat
a. Melaksanakan koordinasi tingkat pusat secara rutin melalui pertemuan, rapat,
monitoring bersama termasuk membangun sistem pertukaran informasi program
dari satu pihak kepada pihak lain lain agar terjadi singkronisasi kegiatan;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 209


PROGRAM INOVASI DESA

d. Membangun konsultasi bersama tingkat pusat termasuk dalam hal memberikan


dan memperoleh masukan, nasihat dan pendapat terhadap pihak lain yang
dianggap mempunyai pengalaman dan pemahaman yang lebih baik tentang
program sebagai bahan kebijakan.
b. Menyelenggarakan kegiatan bersama di pusat maupun di daerah berupa
kerjasama kegiatan, pelatihan, ekspose atau pagelaran, workshop termasuk
mengikutsertakan para pihak terkait dalam rangka meningkatkan bobot dan
kualitas kegiatan program.

J. Hubungan antar Satker Provinsi


a. Melaksanakan koordinasi tingkat provinsi secara rutin melalui pertemuan, rapat,
monitoring bersama termasuk membangun sistem pertukaran informasi program
dari satu pihak kepada pihak lain lain agar terjadi singkronisasi kegiatan;
b. Membangun konsultasi bersama tingkat provinsi termasuk dalam hal memberikan
dan memperoleh masukan, nasihat dan pendapat terhadap pihak lain yang
dianggap mempunyai pengalaman dan pemahaman yang lebih baik tentang
program sebagai bahan kebijakan;
c. Menyelenggarakan kegiatan bersama di provinsi maupun di kabupaten/kota
berupa kerjasama kegiatan, pelatihan, ekspose atau pagelaran, workshop termasuk
mengikutsertakan para pihak terkait dalam rangka meningkatkan bobot dan
kualitas kegiatan program.

K. Hubungan Satker dengan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendamping Profesional


a. Melakukan kontrak kerja Tenaga Ahli dan Tenaga Pendamping Profesional;
b. Melakukan pembayaran gaji atau honorarium dan tunjangan operasional lain;
c. Melakukan evaluasi kinerja;
d. Meminta dan menerima laporan;
e. Melakukan pembinaan;
f. Memberikan pengarahan, petunjuk, perintah terkait pelaksanaan tugas;
g. Meminta penjelasan, klarifikasi atas pelaksanaan dan permasalahan tugas;
h. Menerima pertanyaaan, klarifikasi atas pelaksanaan dan permasalahan tugas;
i. Menerima pengaduan dan melakukan tindak lanjut penyelesaian masalah;
j. Memberikan asistensi atau bantuan terkait koordinasi lintas dinas dan sektor;
k. Melakukan pemeriksaan tugas-tugas;
l. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran dan penyimpangan.

210| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

L. Hubungan antar Tenaga Ahli (TA) Pusat


a. TA PID Pusat dan TA P3MD Pusat membangun sistem koordinasi kerja termasuk
mewujudkan sistem pertukaran informasi program yang diperlukan dari satu
pihak kepada pihak lain lain agar terjadi singkronisasi antar kegiatan dan dalam
rangka pertukaran inovasi dan pengetahuan program;
b. TA PID Pusat dan TA P3MD Pusat menginisiasi forum pertemuan termasuk dalam
hal memberikan dan memperoleh masukan, nasihat dan pendapat terhadap pihak
lain yang dianggap mempunyai pengalaman dan pemahaman yang lebih baik
tentang aspek dan atau masalah sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan
program;
c. TA PID Pusat dan TA P3MD Pusat mendukung terselenggaranya kegiatan bersama
antar program di pusat maupun di daerah berupa kerjasama kegiatan, pelatihan,
ekspose atau pagelaran, workshop termasuk mengikutsertakan para pihak terkait
dalam rangka meningkatkan bobot dan kualitas kegiatan program.

M. Hubungan antar Tenaga Ahli (TA) Provinsi


a. TA PID Provinsi dan TA P3MD Provinsi membangun sistem koordinasi kerja
termasuk mewujudkan sistem pertukaran informasi program yang diperlukan dari
satu pihak kepada pihak lain lain agar terjadi singkronisasi antar kegiatan dan
dalam rangka pertukaran inovasi dan pengetahuan program;
b. TA PID Provinsi dan TA P3MD Provinsi menginisiasi forum pertemuan termasuk
dalam hal memberikan dan memperoleh masukan, nasihat dan pendapat terhadap
pihak lain yang dianggap mempunyai pengalaman dan pemahaman yang lebih
baik tentang aspek dan atau masalah sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan
program;
c. TA PID Provinsi dan TA P3MD Provinsi mendukung terselenggaranya kegiatan
bersama antar program di pusat maupun di daerah berupa kerjasama kegiatan,
pelatihan, ekspose atau pagelaran, workshop termasuk mengikutsertakan para
pihak terkait dalam rangka meningkatkan bobot dan kualitas kegiatan program.

N. Hubungan antar Tenaga Pendamping Profesional Kabupaten


a. Tenaga Pendamping Profesional Kabupaten P3MD membangun sistem koordinasi
kerja termasuk mewujudkan sistem pertukaran informasi program yang diperlukan
dari satu pihak kepada pihak lain lain agar terjadi singkronisasi antar kegiatan dan
dalam rangka pertukaran inovasi dan pengetahuan program;
b. Tenaga Pendamping Profesional Kabupaten P3MD menginisiasi forum pertemuan
termasuk dalam hal memberikan dan memperoleh masukan, nasihat dan
pendapat terhadap pihak lain yang dianggap mempunyai pengalaman dan
pemahaman yang lebih baik tentang aspek dan atau masalah sebagai bahan
pertimbangan pelaksanaan program;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 211


PROGRAM INOVASI DESA

c. Tenaga Pendamping Profesional Kabupaten P3MD mendukung terselenggaranya


kegiatan bersama antar program di pusat maupun di daerah berupa kerjasama
kegiatan, pelatihan, ekspose atau pagelaran, workshop termasuk mengikutserta-
kan para pihak terkait dalam rangka meningkatkan bobot dan kualitas kegiatan
program.

O. Penutup
Tugas dan tanggung jawab serta ruang lingkup kewenangan yang lebih rinci untuk para
pihak terkait telah dirumuskan dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) dan Terms of
Reference (TOR). SOP HAP ini diharapkan menjadi pegangan (aturan main) hubungan
kerja sama para pihak. SOP HAP diharapkan menyelaraskan alur interaksi dan
komunikasi di antara pelaksana program yang terkait dengan tugas dan kewenangan
para pihak dimaksud agar tidak terjadi konflik. Dengan demikian, pengendalian kinerja
program dapat berjalan lebih sinergis, efisien dan efektif.

212| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 213


PROGRAM INOVASI DESA

214| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 4.1.1

Konsep Pertukaran Pengetahuan Inovasi Desa (PPID)

Pertukaran Pengetahuan Inovasi Desa (PPID) hadir sebagai upaya untuk mendorong
peningkatan kualitas pemanfaatan dana desa yang lebih berkualitas, efektif, efesien
dengan memberikan banyak contoh-contoh inovasi pada proses Perencanaan
Pembangunan Desa. PPID juga hadir untuk meperkuat peran pendamping dengan
referensi-referensi pada proses perencanaan pembangunan di desa. Dengan demikian,
maka PPID dapat disebut sebagai berbagi pengetahuan (knowledge sharing) dan atau
transfer pengetahuan (knowledge transfer).

A. Berbagi pengetahuan
Berbagi pengetahuan (knowledge sharing) didefinisikan sebagai sebuah pertukaran
pengetahuan antar dua individu; satu orang yang mengkomunikasikan pengetahuan,
sedangkan seorang lainnya mengasimilasi pengetahuan tersebut (Jacobson, 2006).
Fokus utama dari knowledge sharing dari masing-masing individu yaitu mampu
menjelaskan, dan mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain, kelompok, dan
khususnya kepada organisasi. Knowledge sharing dapat terjadi diantara individu, di
dalam dan diantara tim, antara unit organisasi, dan antara organisasi (Glassop, 2002).
Definisi diatas diperluas lagi dengan pernyataan bahwa knowledge sharing
merupakan proses dimana individu secara kolektif memperbaiki sebuah pemikiran,
gagasan, atau saran sesuai dengan petunjuk dari pengalaman individu (West dan Mayer,
1997). Sedangkan Ireland, Hitt dan Vaidyanath (2002) mendefinisikannya sebagai proses
mengembangkan, mentransfer, mengintegrasikan dan menggunakan pengetahuan
secara efektif dan efisien. Hooff dan Ridder (2004) memberikan pemahaman
mengenai knowledge sharing sebagai proses dimana para individu secara mutual
mempertukarkan pengetahuan mereka (baik pengetahuan tacit dan explisit), dan
akhirnya secara terpadu dapat menciptakan pengetahuan baru.
Jadi knowledge sharing merupakan suatu proses saling berbagi pengetahuan baik
antar individu, maupun kepada organisasi, untuk menciptakan tujuan bersama bagi
organisasi yang ingin menggunakan aset pengetahuan mereka untuk mencapai
keunggulan kompetitif. Knowledge sharing bisa berupa pengetahuan:
• Pengetahuan tacit merupakan pengetahuan yang masih tersembunyi, yang masih
belum dibagikan kepada orang lain, dan
• Pengetahuan eksplisit merupakan pengetahuan dimana pengetahuan tersebut
sudah dibagi, dikomunikasikan, dan diketahui oleh orang lain.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 215


PROGRAM INOVASI DESA

B. Transfer pengetahuan
Transfet pengetahuan (knowledge transfer) adalah proses memindahkan pengetahuan
dari individu yang disebut sebagai sumber pengetahuan (kontributor pengetahuan) ke
penerima pengetahuan, yang nantinya pengetahuaan tersebut akan digunakan sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima pengetahuan. Tujuan utama dari knowledge
transfer adalah:
• Penerima pengetahuan memiliki pemahaman kognitif, dalam arti memperoleh
pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai,
maupun mengkomunikasikan pengetahuan tersebut;
• Penerima pengetahuan memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan,
• Penerima pengetahuan dapat menerapkan atau mereplikasi pengetahuan.

Transfer pengetahuan berfokus pada modal struktural dan transformasi


pengetahuan individu kepada suatu organisasi, yang dibangun ke dalam proses, produk,
dan jasa. Sebenarnya, pengetahuan tidak dapat dibagi. Karena pengetahuan memiliki
konteks tersendiri, dimana penerima menafsirkannya dalam latar belakang masing-
masing yang berbeda-beda pula. Terdapat beberapa kelemahan dalam transfer
pengetahuan, yaitu misalnya kesalahan pada berbagai faktor eksternal, seperti masalah
dalam berkomunikasi, bahasa, salah penafsiran, teknologi dan teknik yang digunakan.
Transfer pengetahuan sangat penting. Karena setiap pendekatan yang dilakukan
untuk memecahkan masalah atau keterampilan yang akan diciptakan kembali, dan
membutuhkan pengetahuan yang diperlukan. Memang, tidak berlebihan untuk
mengatakan bahwa transfer pengetahuan adalah proses yang paling mendasar dari
sebuah peradaban. Tentu saja, karena transfer pengetahuan merupakan fokus utama
dari sebuah pembelajaran, yang sangat penting untuk kemajuan bersama suatu
organisasi. Transfer pengetahuan adalah komunikasi pengetahuan dari sumber
sehingga dipelajari dan diterapkan oleh penerima (Argote, 1999; Darr & Kurtzberg,
2000). Sumber dan penerima dapat berupa individu, kelompok, tim atau organisasi.
Beberapa faktor yang terkait dengn transfer knowledge, yaitu:
• Dari mana knowledge di transfer;
• Media apa yang digunakan dalam transfer knowledge, dan
• Dimana proses transfer knowledge dilakukan.

Perbedaan mendasar mengenai knowledge sharing dan knowledge transfer, yaitu:


knowledge sharing lebih mengacu pada berbagi pengetahuan dengan individu maupun
organisasi, sedangkan knowledge sharing hanya sebatas berbagi pengetahuan
mengenai sesuatu hal yang kita ketahui saja, misalnya seperti diskusi antar
teman. Knowledge transfer lebih mengacu pada pemindahan pengetahuan, dimana
seseorang yang memberikan pengetahuan tersebut mempunyai keahlian khusus dalam
bidang yang sudah ia kuasai (expert). Pada dasarnya knowledge sharing dan knowledge
transfer sebenarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memberikan manfaat bagi
individu maupun organisasi. Berbagi pengetahuan dianggap sebagai proses penting

216| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

dalam manajemen pengetahuan. Berger dan Luckmann (Berger 1966)1 menyebutkan


ada 3 momen dalam proses membangun pengetahuan dalam organisasi, yaitu:
• Eksternalisasi pengetahuan adalah proses di mana terjadi pertukaran pengetahuan
personal, sehingga pengetahuan dikomunikasikan di antara anggota.
• Obyektifikasi pengetahuan adalah proses di mana pengetahuan menjadi realitas
obyektif, sehingga pengetahuan tersebut diakui organisasi (komunitas).
• Internalisasi pengetahuan adalah proses di mana pengetahuan yang ter-
obyektifikasi tersebut digunakan oleh personal dalam rangka sosialisasi mereka.
Internalisasi pengetahuan dilakukan melalui kegiatan pencarian dan menemukan
kembali pengetahuan yang tersimpan dalam organisasi.
Inovasi dihasilkan dari kombinasi pengetahuan personal, pengetahuan yang dishare
oleh kelompok, dan pengetahuan organisasi. Ketiga proses tersebut juga menggambar-
kan tiga tipe sharing pengetahuan yang diusulkan Marleen Huysman dan Dirk de Wit
(Husyman 2003)2, yaitu: knowledge exchange, knowledge retrieval, dan knowledge
creation.

Daftar Pustaka
Schwartz, David G. 2006, Encyclopedia of Knowledge Management, London: Idea Group
http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=809:kno
wledge-sharing&catid=25:industri&Itemid=14
http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=813:kno
wledge-transfer&catid=25:industri&Itemid=14

1 Berger, P., and T. Luckmann. 1966. The Social Construction of Knowledge. London: Penguin.
2
Huysman, M. and Wit, D., 2003. A Critical Evaluation of Knowledge Management Practices.
Sharing Expertise – Beyond Knowledge Management, MIT Press.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 217


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 4.2.1

Tahapan Pengelolaan Pengetahuan dan


Inovasi Desa (PPID)

A. Latar Belakang
Banyak kegiatan inovatif di desa yang dapat menjadi inspirasi pembangunan bagi desa
lain yang selama ini belum terdokumentasi dan dikelola secara sistematis dengan baik
sebagai bahan pembelajaran untuk peningkatan kualitas pembangunan di desa. PPID
dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan dana desa dengan
memberikan contoh kegiatan inovasi desa melalui pendokumentasian dan penyebarluas
an kegiatan inovasi pembangunan desa.
Tahapan PPID tahun 2018 didasarkan atas hasil pelaksanaan tahapan yang telah
dilaksanakan pada tahun 2017. Alur tahapan pelaksanaan PPID terdiri atas 2 tingkatan
yaitu: (1). kegiatan di tingkat kabupaten yang dilakukan oleh TIK, dan (2) kegiatan di
tingkat kecamatan dan Desa yang dilakukan oleh TPID.

B. Orientasi dan Persiapan


TAPM, PD dan PLD bersama TIK dan TPID (jika sudah terbentuk) melakukan orientasi
dan evaluasi atas pelaksanaan PID tahun 2017 sebagai langkah persiapan pelaksanaan
tahun 2018. Langkah-langkah fasilitasi yang dilakukan adalah:
1. Melakukan pertemuan dengan TIK atau TPID untuk mempersiapkan rencana
pelaksanaan kegiatan tahun 2018 (jika sudah terbentuk). Jika belum terbentuk
segera difasilitasi pembentukan TIK dan mengadakan MAD-1 untuk pembentukan
TPID.
2. Pada lokasi yang sudah menyelenggarakan Bursa Inovasi Desa (BID) perlu
memastikan sejauhmana tindak lanjut kartu komitmen untuk replikasi telah
dimasukkan dalam APB Desa tahun 2018. Bersama TIK-Pokja PPID menyiapkan dan
mengelompokkan kartu-kartu Ide hasil BID sebagai dokumen yang akan
diverifikasi kelayakan inovatifnya oleh TIK dan akan dikembalikan kepada TPID
untuk dilakukan proses “capturing” / pendokumentasian.
3. Mengidentifikasi dan menyusun direktori keberadaan P2KTD.

C. Musyawarah Antar Desa (MAD)-1


TAPM Kabupaten/Kota bersama PD dan PLD serta TPID (bagi yang sudah terbentuk)
memfasilitasi pelaksanaan MAD-1 melalui koordinasi dengan Camat. MAD-1 merupakan

218| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

forum di tingkat kecamatan yang yang dihadiri oleh maksimal 6 orang perwakilan desa,
yaitu Kepala Desa, Unsur BPD, tokoh masyarakat, dan keterwakilan perempuan minimal
2 orang). MAD 1 juga melibatkan perwakilan UPTD tingkat kecamatan yang relevan
seperti Puskesmas, UPTD Pendidikan, PU kecamatan, dan lain-lain.

Tujuan MAD-1:
1. Sosialisasi konsep PID dan penggunaan Bantuan Pemerintah PPID, termasuk
kebutuhan Desa akan jasa layanan teknis;
2. Diseminasi informasi kegiatan-kegiatan inovasi yang sudah teridentifikasi
sebelumnya, baik yang ada di lokasi dampingan maupun tempat lain;
3. Pembentukan TPID (bagi yang belum atau ada pergantian pengurus). Pengurus
TPID disyahkan oleh Camat;
4. Kesepakatan pokok-pokok kegiatan yang akan dibiayai melalui dana operasional
kegiatan (Kebijakan umum penggunaan dana diatur dalam Petunjuk Teknis
Penggunaan DOK PPID).
2. Rapat TPID
Rapat TPID dilakukan untuk menyusun proposal dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) penggunaan Bantuan Pemerintah PPID. Sebelum merumuskan kegiatan dan
RAB, TPID mendapatkan pelatihan terlebih dahulu dari TAPM Kabupaten/Kota dan
atau PD. TPID mengadakan pertemuan untuk menyusun detail proposal kegiatan
dan RAB berdasarkan hasil keputusan MAD. Selanjutnya Camat menerbitkan Surat
Penetapan Camat (SPC) yang berdasarkan Berita Acara MAD dan hasil rapat
perumusan kegiatan.

D. Pencairan dan Penyaluran Dana


1. Pencairan dan Penyaluran Dana Bantuan Pemerintah PPID Mekanisme pencairan
dan penyaluran Dana Bantuan Pemerintah PPID, secara umum diatur sebagai
berikut:
a. TPID menyusun dan mengajukan proposal yang disertai RAB penggunaan
dana Bantuan Pemerintah PPID kepada TIK untuk diverifikasi sebelum dikirim
kepada Satker Provinsi;
b. TIK melakukan verifikasi atas kelengkapan dokumen-dokumen pencairan
yang diajukan oleh TPID, dan setelah dinyatakan lengkap dilanjutkan kepada
Satker Provinsi untuk proses pencairan dana tahap I;
c. Satker Provinsi melakukan verifikasi, dan setelah kelengkapan administrasi
dinyatakan lengkap, maka dilakukan penerbitan SPM kepada KPPN;
d. KPPN setelah menerima SPM dari satker Provinsi akan melakukan
pengecekan administrasi dan selanjutnya KPPN menerbitkan SP2D untuk
meminta bank operasional membayar kepada rekening TPID;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 219


PROGRAM INOVASI DESA

e. Setelah bank operasional mentransfer dana ke Rekening TPID, maka tidak


lebih dari 7 hari kerja, dana tersebut harus dibelanjakan sesuai proposal dan
RAB yang telah diajukan;
f. Pengajuan pencairan dana tahap II oleh TPID hanya dapat dilakukan apabila
penggunaan dana dari tahap I (50%) telah mencapai minimal 90%. Pengajuan
pencairan dana tahap II wajib dilampiri dengan Laporan Penggunaan Dana
(LPD) tahap I dan Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap II.
Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme pencairan dan penyaluran dana Bantuan
Pemerintah PPID diatur melalui Petunjuk Teknis Bantuan Pemerinth PPID Tahun
Anggaran 2018.
3. Dana Operasional TIK
Pada TA 2018 TIK mendapatkan dana operasional dan administrasi kegiatan untuk
menunjang proses kegiatan dari PPID. Tata cara pengajuan pencairan dan
penyaluran serta penggunaan Dana Operasional TIK dimaksud, akan diatur lebih
lanjut melalui Petunjuk Teknis Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018.

E. Identifikasi Inovasi
Identifikasi inovasi dilakukan untuk memetakan kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan
di masyarakat dan desa pada bidang infrastruktur, pengembangan sumber daya
manusia, serta kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal berdasarkan kriteria
yang termasuk dalam kategori inovatif. Identifikasi dibedakan pada dua kategori lokasi
berdasarkan pelaksanaan PID tahun 2017, yaitu:
1. Lokasi yang sudah tersedia Kartu Ide melalui Bursa Inovasi Desa pada tahun
sebelumnya
Pada lokasi ini identifikasi inovasi didasarkan atas kartu ide yang sudah tersedia,
yaitu dengan mengumpulkan seluruh kartu ide hasil bursa dan mengelompokkan
ide-ide tersebut ke dalam 3 bidang, yaitu bidang infrastruktur, kewirausahaan dan
pengembangan ekonomi lokal, serta pengembangan sumber daya manusia.
Tahapan ini dilakukan oleh Pokja PPID pada TIK dengan difasilitasi oleh TAPM.
Pengelompokan dilakukan melalui pemilahan ide inovasi mana saja yang
memenuhi kriteria kategori inovatif.
2. Lokasi yang belum tersedia Kartu Ide atau yang belum melakukan Bursa Inovasi
Desa
Pada lokasi ini, TPID terutama yang menangani bidang PPID dengan dibantu
difasilitasi oleh PD, melakukan identifikasi ke desa-desa atas beberapa kegiatan di
bidang infrastruktur, kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal, serta
pengembangan sumber daya manusia, yang sudah dilakukan dan dinilai
berpotensi sebagai kegiatan yang inovatif sesuai kriteria. Kegiatan ini dilakukan
dengan melakukan kunjungan ke desa-desa dan melakukan pengamatan dan
wawancara dengan pelaku-pelaku pembangunan desa dan pemberdayaan
masyarakat. Kegiatan ini dilakukan setelah TPID mendapatkan pelatihan terlebih

220| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

dahulu tentang PID dan memahami apa saja kriteria kegiatan yang dinilai sebagai
kegiatan inovatif.

F. Identifikasi Kebutuhan P2KTD


TPID bidang P2KTD melakukan proses identifikasi ke desa-desa tentang apa saja
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan melalui APB Desa yang memerlukan jasa layanan
teknis di 3 bidang yaitu infrastruktur, kewirausahaan/pengembangan ekonomi lokal, dan
pengembangan sumber daya manusia.
Kegiatan-kegiatan yang membutuhkan P2KTD adalah kegiatan yang tidak bisa
dilaksanakan oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) maupun oleh tenaga
Tenaga Pendamping Profesional karena membutuhkan keahlian khusus. Hasil
identifikasi kebutuhan P2KTD dikelompokkan sebagai berikut:
Pelaksanaan identifkasi Kebutuhan P2KTD secara lebih detail dapat dilihat pada BAB IV
tentang Kegiatan P2KTD.

G. Verifikasi Inovasi oleh Pokja PPID - TIK


Pokja PPID-TIK, setelah mendapatkan hasil identifikasi kegiatan dari Kartu Ide atau TPID
selanjutnya melakukan proses verifikasi apakah kegiatan-kegiatan tersebut masuk
dalam kriteria inovatif atau tidak. Hasil verifikasi berupa rekomendasi kelayakan sebagai
kegiatan inovatif yang bisa dilanjutkan proses berikutnya, yaitu capturing atau
pendokumentasian kegiatan inovasi. Verifikasi merujuk pada kriteria kegiatan inovatif
sebagaimana yang sudah disebutkan dalam Bab I Ketentuan Dasar. Rekomendasi
kelayakan ini ditujukan kepada TPID.

H. Verifikasi Kebutuhan P2KTD oleh Pokja P2KTD- TIK


Verifikasi kebutuhan P2KTD dimaksudkan untuk menilai kelayakan terhadap usulan
kegiatan yang diajukan oleh TPID terhadap desa-desa yang membutuhkan layanan
P2KTD. Verifikasi dilakukan oleh Pokja P2KTD-TIK berdasarkan hasil identifikasi
kebutuhan layanan P2KTD. Hasil verifikasi yang dilakukan disampaikan kepada TPID
berupa daftar usulan kegiatan yang layak untuk mendapat dukungan layanan teknis
serta P2KTD yang sesuai dengan kebutuhan Desa.

I. Perumusan dan Prioritas Kegiatan P2KTD


Hasil verifikasi kebutuhan P2KTD yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan
berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh P2KTD. Prioritas
kegiatan yang akan mendapat layanan P2KTD ditetapkan dalam rapat TPID sesuai
dengan kriteria yang telah dirumuskan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 221


PROGRAM INOVASI DESA

J. Pendokumentasian Inovasi
TPID terutama bidang PPID, dengan didukung oleh PD dan PLD melakukan proses
pendokumentasian kegiatan yang telah diverifikasi oleh TIK dan direkomendasikan
sebagai kegiatan inovatif yang bisa dilakukan capturing.
1. Proses “capturing”
Hasil identifikasi dari masing-masing desa terutama yang masuk kriteria kegiatan
inovatif dan direkomendasikan oleh TIK, selanjutnya didokumentasikan dalam
bentuk media visual/ video, album photo, artikel/tulisan dan media cetak lainnya.
TIK dan TPID akan diberi pelatihan terkait metode capturing terlebih dahulu
sebelum proses capturing dilakukan.
2. Penyusunan Dokumen Pembelajaran
Hasil capturing yang sudah dilakukan, selanjutnya dilakukan proses analisa sesuai
dengan kearifan lokal untuk disusun sebagai dokumen pembelajaran atas praktik
cerdas di wilayah lokasi sasaran. Dokumen pembelajaran tersebut menjelaskan
petunjuk dan proses langkah demi langkah terhadap praktik cerdas atau inovasi
yang telah terjadi.

K. Verifikasi Dokumen Pembelajaran dan Sistem Pengelolaan Pengetahuan


Pokja PPID-TIK selanjutnya melakukan proses verifikasi atas dokumen-dokumen
pembelajaran yang sudah dibuat oleh TPID-TPID. Setelah verifikasi, dokumen-dokumen
pembelajaran tersebut dimasukkan dalam wadah atau platform, kegiatan inovasi (sistem
pengelolaan pengetahuan) berbasis web yang dapat diakses oleh seluruh desa secara
luas. Platform kegiatan inovasi inilah yang selanjutnya disampaikan kepada kecamatan-
kecamatan untuk dipilih sebagai bahan penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID).

L. Peluncuran Bursa Inovasi Desa di Kabupaten/Kota


Kegiatan ini merupakan pertemuan untuk meluncurkan akan adanya Bursa Inovasi Desa
(BID) yang akan diselenggarakan di setiap kecamatan.

M. Bursa Inovasi Desa di Kecamatan


Sebelum penyelenggaraan BID di kecamatan, desa sudah menyiapkan data-data sebagai
berikut:
1. Bidang Sumber Daya Manusia:
a. Ibu Hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK), yaitu ibu hamil yang
memiliki ukuran lingkar lengan atas (LILA) di bawah standar kesehatan ibu
hamil;
b. Bayi atau Balita yang jarang dibawa ke posyandu, yaitu bayi atau balita yang
tidak pernah dibawa ke Posyandu berturut-turut dalam 3 bulan terakhir;

222| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

c. Bayi atau Balita yang berat badanya masih di bawah garis merah (indikasi gizi
buruk atau gizi kurang) pada Kartu Menuju Sehat (KMS);
d. Anak usia SD dan SMP yang tidak bersekolah, yaitu anak yang pada saat
pendataan berusia minimum 8 tahun dan maksimal 14 tahun tidak bersekolah
SD atau SMP, termasuk mereka yang masuk kategori berkebutuhan khusus;
e. Anak usia SD atau SMP (8 s/d 14 tahun) yang putus sekolah, termasuk yang
berkebutuhan khusus.
f. Tingkat pendidikan pelaku pengembangan usaha ekonomi desa
g. Anak usia 3 s/d 6 tahun yang tidak terdaftar di PAUD
h. Jumlah pengangguran di Desa
i. Tingkat urbanisasi masyarakat
2. Bidang Infrastruktur:
a. Akses masyarakat dalam mendapatkan listrik (prosentase masyarakat
menggunakan listrik)
b. Akses masyarakat dalam mendapatkan air bersih (prosentase masyarakat
menggunakan air bersih)
c. Akses masyarakat dalam sanitasi (prosentase penggunaan jamban atau MCK)
d. Akses masyarakat dalam irigasi pertanian dan perikanan
e. Akses masyarakat terhadap ruang public dan sarana olah raga
f. Akses prasarana terhadap perekonomian desa
g. Akses komunikasi dan informasi Desa
h. Keberadaan perumahan yang tidak layak huni (Jumlah rumah tidak layak huni)
3. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal
a. Data potensi unggulan Desa
b. Data kegiatan BUMDesa
c. Data kelompok usaha ekonomi masyarakat dan kewirausahaan
d. Akses masyarakat ke lembaga keuangan
Alur pelaksanaan Bursa Inovasi Desa adalah sebagai berikut:
a. TPID menggelar rapat untuk persiapan penyelenggaraan bursa inovasi desa;
b. Dalam rapat persiapan ini, akan disiapkan dokumen pembelajaran kegiatan inovasi
yang telah direkomendasikan oleh TIK. Dokumen pembelajaran ini dalam bentuk
video dan atau tulisan atas kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat yang telah dilakukan, di bidang pengembangan ekonomi lokal,
sumberdaya manusia dan prasarana infrastruktur;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 223


PROGRAM INOVASI DESA

c. Lokasi yang belum menyelenggarakan BID, dokumen pembelajaran yang


digunakan sebagai rujukan adalah sebanyak 50 inovasi yang telah disiapkan dan
diverifikasi sesuai kriteria inovatif.
Penyelenggaraan BID dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk:
a. Memberikan masukan/ide terhadap perencanaan pembangunan desa;
b. Membagi kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan dalam bentuk video
maupun tulisan;
c. Membangun komitmen desa untuk melakukan adaptasi inovasi;
d. Membagi informasi direktori P2KTD
Hasil dari BID adalah: Kartu Komitmen sebagai wujud keseriusan desa untuk
melakukan replikasi dan Kartu Ide untuk menyampaikan bahwa di desa-desa mereka
juga terdapat kegiatan yang inovatif namun belum terdokumentasikan. TPID akan
mendata daftar usulan dari Kartu Komitmen dan Kartu Ide untuk ditindaklanjuti. Lebih
lanjut tentang BID dapat dilihat dalam Panduan Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa.

N. Proses Capturing Kartu Ide Hasil Bursa Inovasi Desa


Dari Kartu Ide hasil BID selanjutnya dilakukan proses capturing atau pendokumentasian
kegiatan inovasi mengikuti alur sebagaimana disampaikan di atas. Proses capturing
menggunakan metode dan format yang akan dilatihkan kepada TIK dan TPID
sebagaimana disebutkan di atas. Capturing dilakukan terhadap inovasi yang merupakan
hasil rekapitulasi ide inovasi yang diusulkan Desa dalam Kartu Ide dari BID dan telah
diverifikasi sebagai inovatif oleh TIK.

O. Proses Replikasi Inovasi melalui Forum Desa


Dari Kartu komitmen yang sudah ditandatangani Kepala Desa selanjutnya difasilitasi
kegiatan yang akan direplikasi untuk dimasukkan dalam APB Desa melalui forum Desa.
Forum ini dilakukan melalui proses perencanaan desa secara reguler sebagai media
untuk pengarusutamaan replikasi program-program inovasi dalam APB Desa.
Pengarusutamaan dilakukan melalui proses pengelolaan inovasi dan peningkatan
kapasitas pelaku masyarakat dan Desa dan diharapkan kegiatan replikasi dapat
dilakukan pada tahun berikutnya.
Contoh: Beberapa instrumen dasar untuk memfasilitasi pertukaran inovasi desa
yang dapat dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan replikasi:

Kelompok Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan


Belajar minat untuk saling belajar satu dengan lain, misalkan sebulan
sekali atau sesuai kesepakatan

224| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Konferensi Mengirim perwakilan desa/daerah untuk menghadiri pertemuan


dimana sejumlah besar peserta datang bersama-sama untuk
berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang topik/
tema khusus, terutama pengetahuan yang dimiliki desa/daerah
atau yang mungkin dibutuhkan desa/ daerah.

Kunjungan Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari


pakar sebuah desa/ kabupaten/ organisasi penyedia pengetahuan ke
sebuah desa/ kabupaten/ organisasi yang membutuhkannya untuk
menilai kondisi riil saat ini dan memberikan bimbingan dalam
penyelesaian masalah atau tantangan yang dihadapi

Dialog Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki


Pengetahuan pengetahuan dengan pihak yang membutuhkan (agen perubahan)
guna menggali akar masalah dan membuka wawasan hingga
menghasilkan sebuah tindakan atau hasil nyata

Studi tur Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu atau
group, ke satu atau lebih desa/ kecamatan/ kabupaten atau
tempat-tempat di kecamatan/ kabupaten yang sama, dengan
tujuan untuk mempelajari dan mendalami hal/ bidang khusus
secara langsung dari sumbernya, misalkan bagaimana satu hal
dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil

Tandem Menggandeng desa/ lembaga dengan potensi sama, namun lebih


matang dan berpengalaman, untuk bermitra guna menghasilkan
sesuatu yang menguntungkan kedua belah pihak

Workshop Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan


sebuah isu atau permasalahan dengan cara bekerjasama. Dapat
dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi

P. Pelaksanaan Kegiatan P2KTD


Setelah ada prioritas kegiatan pemberian Jasa layanan teknis, selanjutnya dilakukan
proses pelaksanaan kegiatan P2KTD.

Q. Musyawarah Antar Desa (MAD)-2


TIPD menyampaikan laporan pertanggung jawaban dan penggunaan Dana Bantuan
Pemerintah PPID melalui MAD II-2. Laporan pertanggungjawaban selanjutnya
disampaikan kepada TIK yang ditembuskan kepada Satker Provinsi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 225


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 4.2.2

Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan


Inovasi Desa (PPID) di Tingkat Kecamatan

A. Pendahuluan
Pada umumnya pengelolaan pengetahuan diarahkan untuk tujuan organisasional
seperti peningkatan kinerja, memacu inovasi, mempertahankan atau mengembangkan
keuntungan komparatif, serta berbagi informasi dan pengetahuan dalam organisasi.
Intinya adalah bahwa jika pengetahuan orang-orang dalam organisasi, baik secara
perseorangan maupun bersama-sama merupakan modal suatu organisasi, maka
sebaiknya pengetahuan itu dikelola dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di sejumlah lokasi, banyak pengetahuan
dan kegiatan inovatif yang telah dilakukan atas inisiatif masyarakat, Pemerintah Desa
maupun Kabupaten dalam menjawab sebuah tantangan atau dalam menjalankan
kegiatan pembangunan. Pertukaran pengetahuan dan pembelajaran antar-desa
maupun dengan kabupaten pun telah terjadi. Inisiatif tersebut dilakukan berdasarkan
kebutuhan masyarakat dan mendapat dukungan dari berbagai program.
Meski demikian, seiring berhentinya sebuah program, tidak sedikit inisiatif yang
hilang. Untuk itu, perlu ada sistem pengelolaan inisiatif yang memiliki nilai-nilai inovasi.
Selain untuk menjamin keberlanjutan inisiatif tersebut, pengelolaan yang baik dapat
memungkinkan pihak lain mengakses informasi terkait inisiatif atau inovasi tersebut,
menjadikan inspirasi atau bahkan rujukan bagi penyelesaian masalah mereka atau
pengayaan kegiatan pembangunan yang lebih efektif dan inovatif.

226| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

B. Pengertian
Pengelolaan pengetahuan adalah upaya yang sadar dan sengaja untuk mengelola
informasi dan pengetahuan sebagai aset, menjaga keberlanjutan keberadaan
pengetahuan itu dalam kehidupan masyarakat di Desa, termasuk didalamnya upaya
mengembangkan dan menangkap (knowledge generation dan knowledge capture)
pengetahuan, pembelajaran dan pengalihan pengetahuan (knowledge transfer), serta
pemanfaatan pengetahuan itu. Upaya itu mencakup pula identifikasi tacit
knowledge (pengetahuan tersirat), yang kerakali tidak diketahui si pembawa
pengetahuan sendiri, untuk menjadikannya pengetahuan yang tersurat (explicit
knowledge) agar dapat didokumentasikan dan diteruskan kepada pihak lainnya.
Inovasi tidak sama dengan praktik cerdas (best practice). Inovasi disini merujuk
pada cara atau pendekatan yang berbeda dari biasanya (apakah itu cara baru atau cara
yang dikembangkan dari yang sudah ada sebelumnya) yang ditempuh oleh (kelompok)
masyarakat atau instansi, dalam menjawab suatu masalah/tantangan yang dihadapi atau
dalam mengerjakan sesuatu, aplikatif dan terbukti berhasil.

C. Kriteria
Kriteria Inovasi adalah segala bentuk inisiatif atau “gebrakan” dari masyarakat,
kelompok, satuan kerja, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
keberlanjutan pembangunan sebagai akibat dari intervensi Program Inovasi Desa
maupun aktivitas lainnya. Kriteria yang ditetapkan sebagai berikut:
a. Sangat Dibutuhkan (ada permintaan) di masyarakat
b. Terdefinisi dengan baik
c. Dapat direkam
d. Dapat/layak untuk dibagikan
e. Dapat diulang dan dikembangkan
f. Relevan.

D. Katagori
Kategori inovasi Desa sebagai berikut:
a. Kegiatan pembangunan di bidang pengembangan ekonomi lokal dan
kewirausahaan, pengembangan sumber daya Manusia, dan infrastruktur Desa
yang memberi manfaat secara luas bagi masyarakat dan diketahui oleh
masyarakat;
b. Upaya yang berhasil mendorong terwujudnya kegiatan pembangunan berkualitas,
serta mendorong partisipasi dan kegotongroyongan masyarakat dalam
pembangunan;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 227


PROGRAM INOVASI DESA

c. Kegiatan pengembangan sistem yang berdampak terhadap peningkatan ekonomi


dan sosial budaya;
d. Kegiatan pembangunan yang memiliki nilai keunikan karena mengadopsi unsur
budaya/potensi lokal dan pemanfaatan yang lebih luas serta memiliki nilai
keberlanjutan;
e. Kegiatan yang mempunyai sifat kebaruan atau penggabungan unsur baru dengan
yang sudah ada dan memberikan perubahan yang signifikan dari cara-cara
sebelumnya dan memiliki nilai keberlanjutan;
f. Kegiatan pembangunan yang dikembangkan dengan menyesuaikan terhadap
kondisi geografis, keberadaan sumberdaya dan fasilitas yang tersedia.

E. Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan


Model pengelolaan inovasi di tingkat Kecamatan merupakan serangkaian kegiatan
pengelolaan inovasi mencakup diseminasi dan sosialisasi yang melibatkan pemangku
kepentingan serta dilaksanakan di tingkat Kecamatan. Tujuan pengelolaan inovasi di
Kecamatan, yaitu:
a. Melanjutkan dan mengembangkan upaya inovatif yang lahir dari masyarakat
dalam mendorong kemandirian Desa melalui penggunaan Dana Desa secara
efektif dan inovatif;
b. Mendokumentasikan praktik cerdas yang memiliki muatan inovasi dari setiap desa
yang akan menjadi aset Kecamatan;
c. Menyediakan media pembelajaran atau forum pertukaran inovasi di tingkat
kecamatan untuk kemajuan bersama.
Dalam mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa PID), akan dilakukan
pembentukan Tim Inovasi Kecamatan yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
melalui Camat dengan melibatkan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan dibantu
Pendamping Desa. Secara umum, langkah-langkah yang ditempuh dalam mengelola
inovasi di tingkat Kecamatan, sebagai berikut:
(1) Pengidentifikasian dan pemilihan inisiatif yang bermuatan inovasi dari desa-desa;
(2) Pendokumentasian secara sederhana dari inisiatif atau kegiatan-kegiatan inovatif
di desa-desa, dalam berbagai bentuk yang memungkinkan. Bisa dalam bentuk
tulisan, gambar, video, maupun audio;
(3) Pengemasan inovasi sesuai tema menjadi materi sosialisasi dan komunikasi
sederhana;
(4) Penyimpanan dokumen pembelajaran dalam tempat/ruangan tertentu;
(5) Penyebaran dokumen pembelajaran ke desa melalui berbagai saluran komunikasi
(Lihat Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi) dan/atau melalui forum pertemuan
masyarakat antar-desa

228| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

(6) Penentuan minimal satu inovasi per kecamatan untuk diajukan, diverivikasi dan
dikelola oleh Tim Inovasi Kabupaten/Kota.

1. Bursa Inovasi Desa di Kecamatan


Sebelum penyelenggaraan BID di kecamatan, desa sudah menyiapkan data-data sebagai
berikut:

Bidang Sumber Daya Manusia:


(1) Ibu Hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK), yaitu ibu hamil yang
memiliki ukuran lingkar lengan atas (LILA) di bawah standar kesehatan ibu hamil;
(2) Bayi atau Balita yang jarang dibawa ke posyandu, yaitu bayi atau balita yang tidak
pernah dibawa ke Posyandu berturut-turut dalam 3 bulan terakhir;
(3) Bayi atau Balita yang berat badanya masih di bawah garis merah (indikasi gizi
buruk atau gizi kurang) pada Kartu Menuju Sehat (KMS);
(4) Anak usia SD dan SMP yang tidak bersekolah, yaitu anak yang pada saat
pendataan berusia minimum 8 tahun dan maksimal 14 tahun tidak bersekolah SD
atau SMP, termasuk mereka yang masuk kategori berkebutuhan khusus;
(5) Anak usia SD atau SMP (8 s/d 14 tahun) yang putus sekolah, termasuk yang
berkebutuhan khusus.
(6) Tingkat pendidikan pelaku pengembangan usaha ekonomi desa
(7) Anak usia 3 s/d 6 tahun yang tidak terdaftar di PAUD
(8) Jumlah pengangguran di Desa
(9) Tingkat urbanisasi masyarakat

Bidang Infrastruktur
(1) Akses masyarakat dalam mendapatkan listrik (prosentase masyarakat mengguna-
kan listrik)
(2) Akses masyarakat dalam mendapatkan air bersih (prosentase masyarakat
menggunakan air bersih)
(3) Akses masyarakat dalam sanitasi (prosentase penggunaan jamban atau MCK)
(4) Akses masyarakat dalam irigasi pertanian dan perikanan
(5) Akses masyarakat terhadap ruang public dan sarana olah raga
(6) Akses prasarana terhadap perekonomian desa
(7) Akses komunikasi dan informasi Desa
(8) Keberadaan perumahan yang tidak layak huni (Jumlah rumah tidak layak huni)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 229


PROGRAM INOVASI DESA

Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal


(1) Data potensi unggulan Desa
(2) Data kegiatan BUMDesa
(3) Data kelompok usaha ekonomi masyarakat dan kewirausahaan
(4) Akses masyarakat ke lembaga keuangan
Alur pelaksanaan Bursa Inovasi Desa adalah sebagai berikut:
(1) TPID menggelar rapat untuk persiapan penyelenggaraan bursa inovasi desa;
(2) Dalam rapat persiapan ini, akan disiapkan dokumen pembelajaran kegiatan inovasi
yang telah direkomendasikan oleh TIK. Dokumen pembelajaran ini dalam bentuk
video dan atau tulisan atas kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat yang telah dilakukan, di bidang pengembangan ekonomi lokal,
sumberdaya manusia dan prasarana infrastruktur;
(3) Lokasi yang belum menyelenggarakan BID, dokumen pembelajaran yang
digunakan sebagai rujukan adalah sebanyak 50 inovasi yang telah disiapkan dan
diverifikasi sesuai kriteria inovatif.
Penyelenggaraan BID dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk:
(1) Memberikan masukan/ide terhadap perencanaan pembangunan desa;
(2) Membagi kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan dalam bentuk video
maupun tulisan;
(3) Membangun komitmen desa untuk melakukan adaptasi inovasi;
(4) Membagi informasi direktori P2KTD

Hasil dari BID berupa Kartu Komitmen sebagai wujud keseriusan Desa untuk
melakukan replikasi. Kartu Ide juga menjelasakan bahwa terdapat terdapat kegiatan
yang inovasi yang telah dilaksanakan, namun belum terdokumentasikan. TPID akan
melakukan pendataan dalam bentuk daftar usulan dari Kartu Komitmen dan Kartu Ide
untuk ditindaklanjuti. Lebih lanjut tentang BID dapat dilihat dalam Panduan
Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa.

230| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Contoh Kartu Komitmen dan Kartu Ide

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 231


Contoh Format Rekapitulasi Kartu Komitmen dan Kartu Ide

Rekapitulasi Kartu Komitmen Rekapitulasi Kartu Ide Kebutuhan


Realisasi Jasa
Tgl.
No Provinsi Kabupaten Bursa A Bursa B di APBDes Bursa A Bursa B Layanan Ket
Pelaksanaan
2018 Teknis
Kewirausahaa (PJLT)
Infrastruktur Kewirausahaan SDM Infrastruktur SDM
n
PROGRAM INOVASI DESA

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (9) (10) (11) (12)

232| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

2. Proses Menangkap Inovasi (Capturing) Kartu Ide Hasil Bursa Inovasi Desa
Dari Kartu Ide hasil BID selanjutnya dilakukan proses capturing atau pendokumentasian
kegiatan inovasi mengikuti alur sebagaimana disampaikan di atas. Proses capturing
menggunakan metode dan format yang akan dilatihkan kepada TIK dan TPID
sebagaimana disebutkan di atas. Capturing dilakukan terhadap inovasi yang merupakan
hasil rekapitulasi ide inovasi yang diusulkan Desa dalam Kartu Ide dari BID dan telah
diverifikasi sebagai inovatif oleh TIK.

3. Proses Replikasi Inovasi melalui Forum Desa


Dari Kartu komitmen yang sudah ditandatangani Kepala Desa selanjutnya difasilitasi
kegiatan yang akan direplikasi untuk dimasukkan dalam APBDes melalui forum Desa.
Forum ini dilakukan melalui proses perencanaan desa secara reguler sebagai media
untuk pengarusutamaan replikasi program-program inovasi dalam APBDes.
Pengarusutamaan dilakukan melalui proses pengelolaan inovasi dan peningkatan
kapasitas pelaku masyarakat dan Desa dan diharapkan kegiatan replikasi dapat
dilakukan pada tahun berikutnya.

F. Instrumen Kegiatan Belajar


Berikut ini ditampilkan beberapa instrumen dasar kegiatan peningkatan kapasitas Desa
yang dapat dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan dalam memfasilitasi
mereplikasi inovasi.

Kelompok Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan minat


Belajar untuk saling belajar satu dengan lain, misalkan sebulan sekali atau
sesuai kesepakatan
Konferensi Mengirim perwakilan desa/ daerah untuk menghadiri pertemuan
dimana sejumlah besar peserta datang bersama-sama untuk
berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang topik/
tema khusus, terutama pengetahuan yang dimiliki desa/ daerah
atau yang mungkin dibutuhkan desa/ daerah.
Kunjungan Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari
pakar sebuah desa/ kabupaten/ organisasi penyedia pengetahuan ke
sebuah desa/ kabupaten/ organisasi yang membutuhkannya untuk
menilai kondisi riil saat ini dan memberikan bimbingan dalam
penyelesaian masalah atau tantangan yang dihadapi
Bincang Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki
Pengetahuan pengetahuan dengan pihak yang membutuhkan (agen perubahan)
guna menggali akar masalah dan membuka wawasan hingga
menghasilkan sebuah tindakan atau hasil nyata
Study tour Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu atau
group, ke satu atau lebih desa/ kecamatan/ kabupaten atau
tempat-tempat di kecamatan/ kabupaten yang sama, dengan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 233


PROGRAM INOVASI DESA

tujuan untuk mempelajari dan mendalami hal/ bidang khusus


secara langsung dari sumbernya, misalkan bagaimana satu hal
dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil
Tandem Menggandeng desa/ lembaga dengan potensi sama, namun lebih
matang dan berpengalaman, untuk bermitra guna menghasilkan
sesuatu yang menguntungkan kedua belah pihak
Workshop Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan
sebuah isu atau permasalahan dengan cara bekerjasama. Dapat
dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi

G. Media
Berikut ini diberikan beberapa contoh media yang data digunakan sebagai sarana
sosialisasi, promosi, publikasi dan pelatihan di Desa yang dapat digunakan sesuai
kebutuhan dalam memfasilitasi kegiatan inovasi Desa.
1) Baliho/backwall 9) Buletin
2) Backdrop 10) Website
3) Spanduk 11) Cerita bergambar
4) Banner 12) Infografik
5) Brosur/flier 13) Videografik/animasi/dokumenter
6) Poster 14) Buku Pembelajaran
7) Press release 15) Dll
8) Infokit

Kegiatan sosialisasi, promosi atau publikasi yang dapat dilakukan diantaranya:


(1) Penyebaran informasi dan materi/dokumen inovasi melalui berbagai saluran
komunikasi, sosialisasi/promosi/publikasi antar-desa dan kabupaten, baik yang
dimiliki sendiri maupun dimiliki pihak lain melalui jalinan kerjasama (Lihat
Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi;
(2) Pembuatan dan mengiriman press release kegiatan ke media massa;
(3) Penyelenggaraan jumpa pers terkait kegiatan tertentu;
(4) Pemasangan baliho, spanduk, banner, poster, umbul-umbul kegiatan;
(5) Pendistribusian soft copy dan hardcopy dokumentasi inovasi ke berbagai pihak;
(6) Kontribusi konten atau pengisian acara di media massa lokasl: talkshow, running
text, dll;
(7) Kerjasama peliputan kegiatan dengan media local;
(8) Penayangan dokumen inovasi pada website dan media tayang lain;
(9) Kerjasama sosialisasi, promosi, publikasi dengan berbagai instansi;
(10) Media field visit –mengundang media atau pihak tertentu ke salah satu desa
innovator, dan lain-lain.

234| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 235


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 4.3.1

Metode Menangkap Inovasi (Capturing) dalam


Program Inovasi Desa (PID)

A. Pendahuluan
Pengetahuan eksperiensial dan pembelajaran bisa ditangkap dengan berbagai metode.
Memilih metode akan bergantung pada kebijakan organisasi, ketersediaan anggaran
dan alat pendukung, selera individu, dan keterampilan penangkap pengetahuan. Dua
jenis kegiatan untuk menangkap pengalaman operasional dan pembelajaran: yang
dilakukan oleh individu dan yang dilakukan berkelompok. Kegiatan menangkap inovasi
(capturing) dapat dilakukan secara langsung, namun bisa juga dilakukan secara online.
Beberapa kegiatan menangkap inovasi (capturing), seperti ruang kerja bersama
dan wiki, menggabungkan penangkapan dengan berbagi pengetahuan, sehingga
pengetahuan didokumentasikan dan dibagikan pada waktu yang sama. Disamping itu,
kegiatan tersbeut menuntut kemampuan atau keterampilan khusus serta persiapan yang
cukup matang untuk memperoleh hasil yang baik.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menagkap inovasi (capturing)
diantaranya: (1) Wawancara; (2) Bercerita; (3) Observasi; (4) Blog; (5) Kajian
pascapelaksanaan; (6) FGD/Kelompok diskusi terfokus; (7) Wiki; (8) Ruang Kerja Bersama;
(8) Webinar; (9) Forum online; dan (10) Komunitas praktisi

B. Wawancara
Cara tercepat untuk mencari tahu pengetahuan seseorang adalah dengan bertanya
langsung kepadanya. Wawancara adalah metode yang paling sering digunakan untuk
menggali pengetahuan. Pewawancara mengajukan pertanyaan untuk menemukan fakta
dan opini yang terkait dengan pengalaman. Wawancara empat-mata yang terstruktur
dan terencana akan membantu memberikan informasi seputar observasi, pengetahuan
tentang latar belakang, sikap, dan kepercayaan seputar pengalaman tertentu. Untuk
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya, pewawancara perlu melakukan persiapan total,
idealnya menyusun daftar pertanyaan secara cermat berdasarkan urutan tertentu,
terutama jika ada lebih dari satu orang yang akan diwawancarai secara berurutan
tentang kejadian yang sama. Daftar pertanyaan menjamin setiap peserta mendapatkan
pertanyaan yang sama dengan cara yang kurang lebih sama sehingga mengurangi bias.
Wawancara juga bisa dilakukan secara tertulis di kertas, dengan perekam suara,
atau dengan kamera video. Wawancara lazimnya dilakukan tatap muka, meskipun
wawancara melalui telepon atau konferensi video juga bisa dilakukan di era digital ini,
terutama bila narasumber dan pewawancara tidak bisa melakukan pertemuan atau
sebagai tindak lanjut atas wawancara yang telah dilakukan.

236| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

1. Tahapan Wawancara
Wawancara terdiri atas empat tahap: pengaturan, persiapan, wawancara, dan
rekonstruksi.
(1) Pengaturan
Proses wawancara yang mulus mensyaratkan pengaturan logistik dan komunikasi yang
cukup canggih.
(1) Buat perjanjian dengan target yang akan diwawancara dan jelaskan tujuannya.
(2) Jika ada beberapa orang yang harus diwawancarai, wawancarai sang pelaku utama
terakhir kali.
(3) Susun jadwal wawancara dan pesan tempat yang tenang dengan gangguan
minimal.
(4) Kirim undangan dengan perincian wawancara (tempat, waktu, topik, durasi, dan
lain-lain).
(5) Telepon responden sehari sebelum wawancara untuk mengingatkan dan
mengkonfirmasi-kan janji.

(2) Persiapan
Cara memandu wawancara dan mengajukan pertanyaan berdampak besar bagi kualitas
informasi yang akan diperoleh. Berikut beberapa kiat yang dapat disiasati:
• Awali persiapan sebaik-baiknya sebelum hari wawancara.
• Tentukan hal yang Anda ingin dapatkan dari wawancara.
• Tentukan target terwawancara Anda dan pertimbangkan matang-matang alasan
memilihnya.
• Tentukan jenis wawancaranya (survei, mendalam, terpandu, atau percakapan).
• Pelajari peristiwa, fakta, atau pengalaman sebisa mungkin sebelum wawancara.
• Susun pengantar yang tepat untuk disampaikan ketika wawancara dimulai.
• Susun daftar topik yang merinci topik sekaligus pertanyaan spesifik yang ingin
Anda ajukan sepanjang wawancara. Topik-topik ini bisa berkaitan dengan perilaku,
opini atau nilai, perasaan, pengetahuan, indera (semua yang dilihat, didengar,
diamati, dan lain-lain), latar belakang baku atau pertanyaan demografis.
• Dalam menjaga spontanitas, pewawancara jangan membocorkan pertanyaan
kepada terwawancara sebelum wawancara dimulai.
• Pastikan semua persoalan yang ingin digali informasinya telah tercakup.
• Gunakan pertanyaan 5W-1H (apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, dan
bagaimana) sebagai panduan ketika membuat daftar pertanyaan dan sepanjang
jalannya wawancara.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 237


PROGRAM INOVASI DESA

• Uji pertanyaan wawancara untuk mengetahui terpenuhi/tidaknya tujuan yang telah


ditetapkan.
• Akhiri desain wawancara dengan pertanyaan atau komentar pamungkas, tindak
lanjut, dan lain-lain.
• Pilih teknologi penangkapan yang tepat (tulisan, lisan, audio, atau rekaman video).
• Jika menggunakan peralatan rekam, setel, dan ujilah terlebih dahulu.

(3) Pelaksanaan Wawancara


Inti dari wawancara yang baik adalah membuat lawan bicara Anda merasa nyaman
terlebih dahulu, barulah kemudian mengajaknya terlibat aktif dan larut dalam
percakapan.
• Sambut responden dengan hangat, perkenalkan diri Anda, dan awali percakapan
santai untuk membangun suasana yang enak. Buat responden merasa nyaman.
- Jelaskan langkah-langkah sepanjang proses wawancara:
- Surat sepakat (informed consent)
- Sesi wawancara
- Menjawab pertanyaan mereka
- Insentif atau imbalan atas sesi wawancara
- Penjelasan tentang cara Anda menggunakan hasil-hasil wawancara.
• Idealnya, dapatkan surat sepakat secara lisan untuk saat ini dengan perekam yang
sudah dinyalakan, atau secara tertulis
• Sampaikan panjang dan tingkat perincian jawaban yang diharapkan. Jika
menggunakan perekam, minta terwawancara untuk menyampaikan inti
jawabannya pada menit-menit awal, diikuti dengan penjabaran lebih lanjut
bilamana perlu.
• Awali dengan membahas semua pertanyaan atau topik dan jangan ragu-ragu
untuk mengajukan pertanyaan susulan atau pertanyaan yang muncul atas jawaban
yang diberikan demi mendapat pencerahan lebih dalam seputar topik, kasus, atau
pengalaman.
• Ajukan pertanyaan-pertanyaan pendek tetapi relevan. Beri waktu terwawancara
untuk berpikir dan menjawab. Biarkan terwawancara menjelaskan peristiwa yang
terjadi dengan kata-katanya sendiri.
• Jadilah pendengar yang baik.
• Jaga kontak mata dan amati bahasa tubuh. Amati dan catat perilaku responden
Anda berikut sisi kontekstual wawancara, dan tetap buat notula meskipun Anda
menggunakan peralatan audiovisual. Anda hanya perlu mencatat kata-kata atau
poin kunci dan menjabarkannya setelah wawancara usai.

238| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

• Campur pertanyaan "berat" dengan pertanyaan "ringan", dan campur juga


pertanyaan berdasarkan fakta dengan pertanyaan berdasarkan skenario.
• Usahakan tetap netral.
• Pikirkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan.
• Gunakan struktur wawancara yang sudah Anda susun (5W-1H) dan ajukan
perincian pertanyaannya: seberapa lama, seberapa banyak, untuk apa, dengan
siapa, dan lain-lain.
• Gali pelajaran-pelajaran pribadi yang diambil oleh terwawancara.
• Beri kesempatan terwawancara untuk mengajukan pertanyaan.
• Ucapkan terima kasih kepada responden Anda.
• Catat semua materi tambahan yang perlu Anda himpun, dengan mempertimbang-
kan jawaban responden (gambar, foto, statistika, data, informasi dari pakar lain,
dan lain-lain).
• Kembangkan catatan Anda segera setelah masing-masing wawancara (sebaiknya
dalam waktu 24 jam).

(4) Rekonstruksi
Setelah wawancara, tuangkan informasinya ke dalam format tertentu--mungkin berupa
dokumen atau presentasi yang menggambarkan pemahaman dari wawancara--yang
nantinya dapat Anda bagikan dan gunakan dalam proses memformat.
• Segera setelah wawancara, baca ulang catatan Anda sepanjang wawancara dan
rangkum pikiran serta pertimbangan Anda, meskipun Anda juga menggunakan
perekam. Jika tidak, ingatan Anda akan hilang, bahkan selang satu hari sekalipun,
dan beberapa catatan penting bisa saja kehilangan maknanya.
• Buat transkrip wawancara.
• Buat laporan wawancara. Jika Anda melakukan beberapa wawancara (yang
memang dianjurkan), Anda dapat menggunakan laporan wawancara pertama ini
sebagai sarana pembanding dan pembeda hasil-hasil Anda.
• Rangkum temuan dalam bentuk poin-poin kunci dan gunakan kutipan untuk
menggambarkan dan mendukung temuan Anda.

2. Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan terbesar wawancara terletak pada dalamnya rincian yang bisa diperoleh.
Terwawancara dapat menghadirkan gambaran peristiwa secara hidup sehingga
memberikan pandangan pertama peristiwanya kepada pewawancara. Pewawancara
dapat menyesuaikan pertanyaan dengan responden agar bisa memancing contoh atau
penjelasan yang lebih banyak lagi. Wawancara dapat membantu menangkap latar
belakang, akar permasalahan, dan aneka faktor yang mempengaruhi, di samping

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 239


PROGRAM INOVASI DESA

menjelaskan hal yang terjadi dalam peristiwa tertentu. Wawancara juga dapat
memberikan pemahaman tentang interpretasi, persepsi, pikiran, dan perasaan
responden, yang bisa saja terungkap lewat isyarat-isyarat sosial semisal intonasi dan
bahasa tubuh.
Kelemahan wawancara diantaranya pada saat merekrut orang dan membuat
perjanjian untuk wawancara bisa jadi terasa berat. Dibutuhkan tempat dan waktu yang
sesuai dan mungkin juga harus mengatur banyak jadwal. Pewawancara bisa saja lupa
mengajukan pertanyaan pokok, atau jawaban mungkin memicu pertanyaan-pertanyaan
baru nantinya. Namun sekali wawancaranya sudah selesai, tentunya sulit untuk
menindaklanjuti topik yang tertinggal. Kadang-kadang segunung informasi berhasil
dikumpulkan, yang ujung-ujungnya membuat pengolahan data sangat menyita waktu.

3. Situasi khusus: Wawancara akhir tugas


Ketika karyawan meninggalkan organisasi, manajer mengadakan wawancara ketika
karyawan keluar agar terbantu dalam menilai hal-hal yang membutuhkan peningkatan
atau perubahan, mengurangi hilangnya pengetahuan akibat kepergian karyawan, dan
membantu para karyawan baru agar mereka tidak harus "membuang-buang waktu
menciptakan sesuatu yang sudah ada."
Pertanyaan-pertanyaan khas dalam wawancara ketika karyawan keluar:
• Apakah pelajaran terpenting yang Anda ambil dari pengalaman profesional dengan
klien? Dengan rekan kerja? Dengan pihak manajemen?
• Apakah keberhasilan/kegagalan terbesar Anda dalam organisasi dan apa
alasannya?
• Apakah satu-satunya rekomendasi terpenting yang akan Anda berikan kepada
pihak manajemen? Kepada rekan kerja? Kepada penerus Anda?
• Sudikah Anda membuat anekdot yang memberikan pencerahan penting bagi
karyawan saat ini atau karyawan baru kami?
• Jika Anda mampu membuat satu perubahan, seperti apakah bentuknya?
• Apakah tindakan prioritas yang perlu segera diambil oleh penerus Anda dan apa
nasihat Anda terhadap tindakan-tindakan tersebut?
• Apa saja aset atau pengaturan organisasi saat ini yang perlu dijaga?
• Apa saja alat, referensi pengetahuan, dan hubungan terpenting bagi Anda dalam
menunaikan tugas? Apa saja yang masih luput atau belum ada?

C. Storytelling (Bercerita)
Bercerita merupakan salah satu metode penelitian dan cara yang efektif untuk berbagi
informasi dan membangun pemahaman. Dalam mencari solusi, storytelling dapat
menjadi alat untuk menciptakan suatu desain kerja sama sehingga membuka
kesempatan bagi para pelaku mencari solusi atas suatu masalah. Bercerita semakin

240| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

sering digunakan oleh organisasi untuk berbagi dan menginterpretasikan pengalaman


dalam konteks sosial. Dari perspektif pendengar, memahami dan mengingat
pengetahuan itu lebih mudah ketika tersaji dalam bentuk cerita, terutama bila
disampaikan oleh narasumbernya langsung. Selain itu, bercerita dapat melengkapi
pemikiran analitis--seorang narasumber mungkin tidak menyadari nilai pengalaman
dirinya sebelum dia menceritakannya. Mungkin pernah mendengar TED Talks atau
melihat video-videonya di YouTube? TED Talks umumnya menyajikan narasumber-
narasumber yang menceritakan kembali pengalamannya, dari nol hingga sukses, jatuh-
bangunnya. Cara mereka bercerita menggugah pendengar hingga bisa menjadi inspirasi
dan memotivasi. Beberapa proses yang digunakan dalam teknik bercerita sebagai
berikut:

1. Riset Naratif
(1) Domain: identifikasi isu/masalah yang berfokus pada isu personal atau sosial
(2) Demografi: identifikasi individu yang memiliki cerita yang dapat dikumpulkan
melalui wawancara, pendokumentasian, observasi, dll.
(3) Membangun cerita: berikut adalah langkah-langkah dalam membangun sebuah
cerita
• Berbagi cerita pribadi seseorang;
• Tambahkan cerita dari jurnal atau photo, dsb;
• Ceritakan kembali dalam suatu forum dan sempurnakan berdasarkan input
dari pendengar;
• Kemas kembali cerita berdasarkan langkah-langkah sebelumnya dan
informasi tambahan yang telah diperolah;
• Simulasikan sebuah cerita dalam kelompok sehingga peserta dapat melihat
sendiri cerita yang telah dibuatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
memasangkan peserta yang membuat sebuah cerita dari gabungan
keduanya, lalu digabungkan dengan pasangan lainnya hingga menghasilkan
sebuah cerita kelompok.
(4) Pencatatan: menceritakan kembali kisah-kisah ke dalam urutan kronologis,
termasuk komponen konteks dan penekanan pada tema-tema khusus (contoh:
TED Talks);
(5) Analisis: tematik/analisa konten (menyortir konten ke dalam pola/kategori); analisa
diskors (review terhadap bahasa yang digunakan); analisa struktural (analisa
terhadap struktur cerita untuk menelusuri pengalaman). Dalam proses analisa,
selalu cek kembali kepada narasumber untuk memastikan bahwa interpretasi cerita
tetap akurat.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 241


PROGRAM INOVASI DESA

2. Desain Storytelling
Ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam mengembangkan cerita sehingga
menghasilkan kisah yang bagus dan bagaimana seorang desainer/periset dapat
membantu prosesnya. Berikut beberapa elemen cerita yang dapat digunakan:
• Tokoh-tokoh yang dijelaskan sehingga pembaca/pendengar berempati kepada-
nya;
• Seting yang kaya dan sarat konteks;
• Memiliki tujuan tentang apa yang ingin dihasilkan dan mengapa;
• Ada sebab-akibat; dan
• Ada hambatan, masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan.

3. Teknik bercerita
Jika Anda sedang bercerita, ingatlah saran-saran berikut untuk melahirkan pengetahuan
yang bernilai:
• Tentukan pesan inti dari cerita Anda.
• Bangun suasana yang kondusif untuk bercerita.
• Bangun ceritanya berdasarkan pengalaman Anda sendiri: gunakan kata-kata kunci
bilamana perlu untuk memandu cerita dan menjaganya agar tetap terarah.
• Awali dengan memberikan konteks yang diperlukan, dan akhiri dengan pelajaran
yang bisa diambil dan saran, jika ada.
• Amati pendengar saat bercerita.

4. Kiat mendengar cerita


• Tunjukkan minat dan rasa ingin tahu Anda.
• Simak dengan cermat--bersikaplah menerima/berempati, penuh pengertian, dan
tanggap.
• Biarkan ceritanya menghanyutkan Anda--jangan menyela dan tahan pertanyaan
hingga usai.

D. Observasi
Semua mungkin mengenal nama Sherlock Holmes, pernah membaca bukunya atau
menonton filmnya. Bagi yang pernah membaca seri bukunya, tentu sangat mengagumi
keahlian Sherlock Holmes dalam mengamati jejak-jejak atau petunjuk yang akhirnya
membantu menyelesaikan kasus pembunuhan. Tentunya kita tidak akan mengamati
sebuah kasus pembunuhan, tetapi hal yang akan kita bahas adalah bagaimana kita dapat

242| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

melakukan observasi secara rinci terhadap kegiatan di desa seperti Sherlock Holmes
mengamati petunjuk suatu kasus.
Banyak pengetahuan dapat diperoleh murni dengan mengamati seorang
pakar/narasumber yang sedang mengerjakan tugasnya karena observasi memberikan
penjelasan umum tentang kepakaran atau pengalaman khusus mereka yang dapat kita
lihat langsung. Observasi dapat menumbuhkan pemahaman dasar tentang
pengetahuan yang sedang terjadi sekaligus hambatan atau persoalan lainnya.
Idealnya observasi berlangsung di lingkungan kerja sang pakar/narasumber, atau
di desa tempat sang narasumber tinggal dan bekerja bila dalam konteks PID, sehingga
pengamat dapat melihat kegiatan yang sebenarnya secara langsung. Namun tidak
semua pengalaman yang relevan, seperti kecelakaan atau peristiwa tak terduga, apalagi
yang telah terjadi, dapat diamati. Metodologi observasi bervariasi tergantung pada
subyek observasi, peran yang dilakukan oleh pengamat (partisipatif atau pasif), dan
metode perekaman (tulisan, foto, audio, video). Dalam observasi, biasanya tidak ada
percakapan dengan narasumber yang sedang diamati. Di bawah ini dijelasakan tujuh
fenomena kegiatan yang dapat diobservasi:

Fenomena Contoh
Perilaku atau kegiatan - Pola gerakan pekerja di sebuah pabrik
manusia - Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan
role-play atau wawancara dalam FGD dari balik
kaca; pengamat melihat interaksi antara para
pelaku dan mendengarkan percakapan yang terjadi
- Kegiatan fisik (pola kerja, menonton TV)
Perilaku lisan Pernyataan yang dibuat oleh pelancong yang hendak
mengantri masuk pesawat; sikap dalam sebuah
percakapan di salah satu ruang kantor
Perilaku ekspresif Ekspresi wajah, nada bicara, dan bentuk bahasa tubuh
lainnya; sikap bicara yang berekspresi seperti nada
bicara atau raut wajah
Hubungan tata ruang / Jarak tempuh kantor manajer ke kantor direktur;
spasial hubungan dan lokasi ruang; jarak fisik antara rekan kerja
atau pola lalu lintas
Pola temporal Berapa lama pekerja melakukan tugasnya; waktu yang
digunakan untuk berbelanja atau menyelesaikan tugas
Obyek-obyek fisik Berapa banyak kerja didaur ulang oleh staf kantor;
inventarisasi barang
Catatan lisan dan gambar Berapa banyak ilustrasi muncul di buku pelatihan; isi
catatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 243


PROGRAM INOVASI DESA

Kelebihan dan kelemahan observasi sebagai berikut:


• Kelebihan observasi: Observasi tanpa menyela atau nonpartisipatoris tidak banyak
mengganggu praktik pakar/narasumber dan dapat memberikan pemahaman
tentang fakta, aturan, dan strategi yang ditempuh oleh pakar/narasumber,
termasuk yang tidak disadari olehnya.
• Kelemahan observasi: Sering kali sulit untuk tetap netral dan objektif saat
menganalisis observasi. Selain itu, interpretasi bisa jadi menyita waktu lantaran
jumlah data yang terkumpul. Fenomena kognitif seperti sikap, motivasi, harapan,
niat, dan preferensi, tidak dapat diobservasi. Selain itu, observasi terbatas pada
waktu yang singkat. Observasi yang dilakukan dalam beberapa hari atau minggu
akan memakan biaya yang besar dan sulit dilakukan.

E. Blog
Blog adalah situs web yang dibuat oleh perorangan atau kelompok dan dapat diakses
publik maupun anggota komunitas tertutup. Blog terdiri atas kontribusi teks ("kiriman
blog") oleh orang atau kelompok yang membuat situs tersebut; blog berfungsi layaknya
buku harian, yang memungkinkan pemilik blog menuliskan pengalamannya secara
informal, sekaligus berfungsi sebagai saluran komunikasi langsung (tanpa suntingan)
dengan khalayak.
Kelebihan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:
(1) Pembuatan dan penggunaan blog cukup mudah, bahkan bagi orang-orang yang
tidak terlalu paham teknologi digital sekalipun.
(2) Blog biasanya tidak menelan biaya sepeser pun.
(3) Publikasi kiriman blog biasanya bersifat kilat karena blog tidak memiliki penerbit
atau pengurus konten (meskipun pembuat blog dapat memantau komentar
pembaca untuk menilai kepantasannya atau sekalian melarangnya).
(4) Blog memuat teks, gambar, video, dan tautan ke halaman web atau blog lain.
(5) Blog mudah diperbarui.
(6) Blog mudah diakses, asalkan ada koneksi internet.
(7) Blog mendorong bercerita sebagai sarana bagi transfer pengetahuan.
(8) Pembaca dapat memberikan masukan, dengan begitu bisa berinteraksi dengan
pemilik blog.
Sedangkan kelemahan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:
(1) Blog bisa bias atau mengandung ketidakakuratan.
(2) Menulis blog bisa jadi memakan banyak waktu.
(3) Pengunjung bisa saja memberikan komentar yang tidak pantas.
(4) Pemilik blog tidak mempromosikan keberadaan blognya secara luas, sehingga
membuat pembaca blog tidak sebesar atau seberagam yang seharusnya.

244| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

F. Kajian Pascapelaksanaan
Kajian pascapelaksanaan (after-action review/AAR) dilakukan oleh moderator dengan
sebuah tim segera setelah ia mengalami pekerjaan atau peristiwa. Target akhirnya
adalah memberi kesempatan anggota tim untuk bercermin dari tindakan yang diambil
agar mereka bisa melakukannya dengan lebih baik kemudian hari.
AAR idealnya dilakukan tidak lama setelah kejadian. Pada momen tersebut,
ingatan masih segar dan autentik (artinya, belum tersaring oleh interpretasi atau
penilaian susulan) dan orang-orang yang ikut terlibat dalam pengalaman tersebut masih
ada. AAR lazimnya dilakukan secara tatap-muka, namun juga dapat dilakukan secara
virtual.
Seorang moderator memimpin tinjauan, dengan mengajukan pertanyaan semisal:
• Apa saja yang direncanakan? Apa yang seharusnya terjadi?
• Apakah kejadian sebenarnya berbeda dari yang direncanakan? Di sini yang
dikehendaki adalah fakta, bukan penilaian.
• Mengapa terjadi perbedaan?
• Apakah hal-hal yang berjalan baik dan alasannya?
• Apa yang dapat diperbaiki dan bagaimana? Apa yang bisa dilakukan secara
berbeda pada masa datang?
Keunikan AAR berupa kesempatan yang ada untuk memperoleh pengetahuan
kualitatif tepercaya pada saat masih segar-segarnya. Kunci kesuksesan AAR terletak
pada penyelenggaraan diskusi terbuka yang membuat semua orang paham bahwa
target akhir AAR adalah untuk mempelajari dan memecahkan masalah, bukan
menyalahkan. Oleh karena itu, AAR dilakukan tanpa satu pun penonton. Para peserta
harus merasa bebas berinteraksi dan mengekspresikan diri tanpa memandang jenjang
formal.
Orang sering mencatat diskusi AAR ke dalam flip chart sepanjang tinjauan, baru
kemudian mengolah catatan menjadi objek pembelajaran dan pencerahan bagi orang
lain di dalam organisasi atau tempat lain.

G. Focused Group Discussion (FGD)/Kelompok Diskusi Terfokus


FGD bisa menjadi metode efektif untuk merekam dan mengevaluasi pengalaman serta
persepsi dari target-target narasumber/pakar. Dalam FGD, ada seorang moderator yang
berpengalaman yang dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing
tanggapan dari peserta. FGD terdiri atas pakar dan pemangku kepentingan lain yang
sudah atau siap terlibat dalam pengalaman tertentu; diskusi kelompok mereka bisa
melahirkan banyak informasi dan pemahaman. Pengaturan kelompok memungkinkan
para peserta untuk menanggapi sekaligus saling membangun saran atau komentar
masing-masing. FGD juga bisa digunakan untuk peristiwa yang sudah lalu dan dirasa
perlu diadakan sesegera mungkin agar dapat memperoleh masukan untuk membantu
para praktisi menyusun prosedur dan rencana baru untuk keberlanjutannya. FGD

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 245


PROGRAM INOVASI DESA

biasanya diadakan secara tatap muka, namun kadang-kadang perlu dilakukan juga
melalui telepon atau konferensi video.
FGD biasanya digunakan ketika suatu permasalahan memerlukan pemahaman
yang lebih dalam dibanding survei biasa. Dalam melakukan capturing terhadap inovasi
desa, FGD dapat digunakan untuk mengkonfirmasi informasi yang telah dikumpulkan.
FGD memberikan nilai tambah terhadap pengetahuan yang telah diperoleh, atau
terhadap pertanyaan “apa” dan “bagaimana” dari suatu pengetahuan. Sebuah survei
dapat memberikan informasi bahwa mayoritas masyarakat menyukai kegiatan A. Tetapi
sebuah FGD dapat memberikan tambahan informasi tentang mengapa masyarakat
tersebut menyukai kegiatan A atau bahkan ternyata menyukai kegiatan lain.

1. Persiapan
Tingkat persiapan Anda akan banyak menentukan nilai dari hasil-hasil FGD. Jika Anda
telah menyusun rencana pelaksanaan FGD tersebut dengan anggota tim yang telah
Anda tentukan, termasuk untuk tindak lanjutnya, Kesuksesan FGD ditentukan oleh
tujuan yang jelas, melibatkan peserta yang dipilih secara cermat, dan mengikuti sederet
pertanyaan dan topik yang sudah disiapkan. FGD idealnya didukung oleh satu atau dua
moderator dan seorang pengamat yang bertugas membuat catatan atau merekam
jalannya diskusi serta hasilnya. Jika dikehendaki dan tersedia, gunakan peralatan audio
atau video untuk merekam diskusi FGD. Untuk memperoleh manfaat maksimal dari FGD,
pertimbangkan masing-masing aspek berikut secara cermat.
(1) Tujuan. Tentukan hal-hal yang ingin dicatat.
(2) Partisipasi.
• Tetapkan besarnya kelompok (idealnya 10 peserta) dan undang peserta (1-2
minggu sebelum sesi kelompok terfokus).
• Tetapkan komposisi FGD Anda (beragam/seragam).
• Jumlah undangan dapat dilebihi untuk mengantisipasi pembatalan kehadiran.
• Pertimbangkan keseimbangan kehadiran antara pria dan wanita, peserta
dengan variasi usia yang jauh, maupun hirarki jabatan.
(3) Penetapan waktu dan tempat.
• Susun jadwal untuk FGD dan pesan tempat.
• Telepon masing-masing peserta sehari sebelum FGD sebagai pengingat dan
konfirmasi.
• Durasi FGD idealnya antara 60 – 90 menit untuk mendapatkan hasil diskusi
yang optimal.
(4) Topik
• Susun daftar topik yang ingin dibahas sepanjang FGD.

246| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

• Untuk sesi 1,5 jam, rencanakan untuk mengajukan 5 atau 6 (atau tidak lebih
dari 10) pertanyaan yang jawabannya bisa memberikan pemahaman tentang
tujuan yang hendak Anda raih.
• Buat daftar pertanyaan dengan singkat agar mudah dimengerti karena
pertanyaan tidak untuk dibagikan kepada peserta.
• Pastikan topik dan pertanyaan harus dijawab dengan penjelasan, tidak hanya
dengan jawaban “Ya” atau “Tidak.” Gunakan kata tanya “Mengapa” dan
“Bagaimana” untuk menjaring jawaban yang lebih lengkap dari peserta.
Contoh pertanyaan:
Seberapa kenal Anda dengan program ini?
Seberapa sering Anda terlibat dalam program ini?
Apa yang Anda sukai dari program ini?
Apa yang paling Anda sukai dan tidak sukai dari kegiatan A? Kegiatan B?
Apa yang memengaruhi Anda untuk hadir atau tidak hadir dalam suatu
kegiatan?
Apakah ada hal lain yang ingin Anda sampaikan tentang program ini?
(5) Fasilitasi. Rekrut dua moderator, salah satunya bertugas membuat notulensi.
Sebagai pilihan, rekrut seorang pengamat atau staf dari tim Anda untuk membuat
notulensi agar kedua moderator lebih terfokus pada interaksi dari FGD. Pastikan
bahwa moderator dapat bersikap netral, mampu menjaring informasi dari peserta
yang sulit berbicara atau malu, sanggup menangani peserta yang dominan, dapat
merangkum pernyataan peserta yang kurang jelas atau panjang, dan bisa bersikap
spontan bila diperlukan.
(6) Teknologi. Jika menggunakan perekam, setel dan ujilah terlebih dahulu sebelum
FGD dimulai serta persiapkan dukungan teknis untuk mengantisipasi kesalahan
fungsi.
(7) Logistik. Atur perabotan di ruangan, termasuk flip chart atau papan tulis; pasang
papan nama; siapkan makanan ringan.

2. Pelaksanaan FGD
FGD Anda harus terjaga penggunaan waktunya agar mengikuti jadwal yang sudah
ditetapkan berikut alokasi waktu untuk memperkenalkan topik, peserta, dan metodologi.
Moderator dan (jika ada) notulen saling bekerja sama untuk memastikan pembahasan
semua pertanyaan, agar diskusi tetap terfokus pada topik, semua peserta bisa turut
serta, dan jadwal diikuti dengan baik. Target akhir FGD adalah untuk mengumpulkan
informasi yang bermanfaat, sehingga penting sekali agar peserta merasa opininya
dihargai. Berikut ini langkah-langkah kunci bagi moderator:
(1) Jika menggunakan perekam, awali perekaman persis pada saat peserta tiba.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 247


PROGRAM INOVASI DESA

(2) Seperti diuraikan sebelumnya untuk sesi wawancara, sambutlah peserta dengan
baik, perkenalkan diri Anda berikut moderator dan pengamat/notulen jika sudah
hadir. Awali dengan komentar-komentar santai untuk menciptakan suasana yang
kondusif dan buat peserta merasa senyaman mungkin.
(3) Moderator memberikan penjelasan umum tentang topik, pemanfaatan hasil-hasil
dari FGD, dan menggarisbawahi tidak diperkenankan adanya pencantuman nama
dalam laporan akhir meskipun FGD tersebut direkam.
(4) Pastikan semua peserta telah menandatangani formulir surat kesepakatan
(informed consent).
(5) Moderator menjelaskan aturan-aturan dasar sesi, seperti suarakan opini, jangan
saling menyela, matikan ponsel, dan sebagainya.
(6) Moderator meminta semua peserta untuk memperkenalkan diri lalu mulai
mengajukan pertanyaan terkait tujuan FGD.
(7) Berikan waktu secukupnya kepada masing-masing peserta untuk memberi
tanggapan sebelum membuka diskusi kelompok tentang satu pertanyaan atau
topik. Penting sekali bagi moderator untuk menyimak beragam sudut pandang
peserta.
(8) Satu staf yang ditunjuk membuat catatan, mencermati waktu, dan memeriksa
bilamana semua topik sudah terbahas.
(9) Jika sebuah topik atau persoalan memicu diskusi tak terduga, kiranya tidak
masalah membiarkan peserta memberikan tanggapan sepanjang topiknya
berkaitan erat dengan tujuan akhir FGD.
(10) Pada akhir acara, moderator merangkum poin-poin utama yang dilontarkan oleh
peserta, meminta konfirmasi bahwa rangkumannya akurat, dan mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak atas keterlibatan mereka.
(11) Moderator memberikan insentif dan/atau imbalan.
(12) Setelah peserta meninggalkan tempat, moderator dan notulen perlu langsung
meluangkan waktu untuk membahas dan mendalami poin-poin yang telah
dibahas dalam FGD agar masih segar dalam ingatan.

3. Analisis
Sebagaimana kebanyakan metode penangkapan pengetahuan lainnya, kumpulkan dan
tinjau semua materi yang dibuat oleh FGD sesegera mungkin, idealnya pada hari yang
sama. Target akhirnya adalah untuk melahirkan sebuah analisis FGD yang bisa dibagikan
dengan para rekan kerja yang tidak ikut hadir. Pemahaman yang diperoleh dari analisis
ini harus jelas dan didukung oleh rekaman atau catatan yang dibuat sepanjang acara.
Berikut ini beberapa langkah yang perlu diambil:
(1) Jika acaranya direkam secara elektronis, tinjau rekaman dan catatan Anda.
Transkrip utuh rekaman bisa memberikan rujukan bagi tinjauan berikutnya.

248| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

(2) Dalam laporan, bandingkan dan bedakan hasilnya berdasarkan kategori FGD
individu jika kategorinya merupakan bagian dari satu rangkaian. Secara khusus
FGD akan sangat membantu jika pelaksanaannya lebih dari satu. Kemampuan
untuk membandingkan dan membedakan hasil bisa berfungsi sebagai konfirmasi
atas pemahaman yang sepintas lalu tampak keliru. Namun demikian, hal ini
bergantung pula pada anggaran dan waktu yang tersedia.
(3) Gunakan kutipan dari rekaman FGD untuk menjelaskan temuan-temuan Anda.

H. Wiki
Wiki adalah halaman web internal atau eksternal yang memungkinkan orang bekerja
bersama-sama pada dokumen atau kumpulan dokumen yang sama melalui peramban
web. Wiki bisa menjadi sarana yang efektif untuk menangkap pengetahuan secara
bersama-sama dengan orang lain. Peserta dapat menyunting teks, menambahkan
gambar dan media, serta membuat tautan antarlaman. Aksesibilitas wiki bisa dibatasi.
Kelebihan metode Wiki dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Sebagian besar orang dapat membuat dan menyunting konten wiki dengan
bimbingan ala kadarnya.
(2) Publikasi di wiki lazimnya bersifat kilat karena wiki tidak memiliki penerbit atau
pengurus konten.
(3) Akses ke dokumen rahasia bisa dibatasi meskipun tetap mengizinkan kelompok
terdaftar untuk membuat dan menyuntingnya.
(4) Pengguna dapat mengerjakan dokumen yang sama tanpa memandang lokasinya.
(5) Perangkat lunak wiki memungkinkan kembali ke penulisan ulang artikel
sebelumnya.
(6) Sebagian wiki menyediakan artikel wiki versi cetak.
(7) Banyak aplikasi wiki hadir sebagai perangkat lunak gratis sumber-terbuka (open-
source).
Sedangkan kelemahan metode Wiki dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Wiki perlu dikelola agar dapat menjaga kualitas konten sesuai keinginan.
(2) Wiki juga perlu dikelola agar bisa menjaga keteraturan isinya, terutama ketika situs
wiki menjadi sangat besar.

I. Ruang Kerja Bersama


Ruang Kerja Bersama, juga disebut ruang kerja atau perangkat kelompok, merujuk pada
perangkat lunak berbasis-web yang memungkinkan kerja sama kelompok secara lebih
terperinci atau terstruktur daripada wiki. Pengguna dapat mengobrol, menulis pesan,
memberikan catatan, dan mengirim gambar, serta video. Sebagian ruang kerja bersama
berpusat pada dokumen, artinya para pengguna mengunggah dokumen mereka

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 249


PROGRAM INOVASI DESA

masing-masing yang lantas dapat dikomentari, diberi catatan, atau didiskusikan secara
online oleh pengguna lain.
Kelebihan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi (capturing),
diantaranya:
(1) Kini sudah banyak hadir ruang kerja bersama yang berbeda, dengan fungsionalitas
yang sangat bervariasi.
(2) Sebagian besar ruang kerja bersama dapat dikonfigurasi sesuai dengan
fungsionalitas yang dikehendaki pengguna, dan fungsi-fungsi baru bisa
ditambahkan bilamana perlu.
(3) Interaksi antarorang dengan jenis dan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda
bisa sangat bermanfaat bagi organisasi; ruang kerja bersama dapat menjadi
wahana bagi transfer pengetahuan secara sistematis.
(4) Ruang kerja bersama memungkinkan penyimpanan jangka panjang objek-objek
pengetahuan dalam bentuk dokumen, diskusi, dan catatan yang langsung datang
dari peserta.
Sedangkan kelemahan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi
(capturing), diantaranya:
(1) Ruang kerja bersama tidak terlalu ramah pengguna.
(2) Ruang kerja bersama sering kali mensyaratkan pengenalan diri agak dalam dan
tingkat literasi digital dasar.
(3) Peserta dengan kemampuan komunikasi atau kecakapan bahasa asing yang
rendah sering kali merasa tersisih dan bisa memilih keluar.
(4) Ruang kerja bersama mensyaratkan moderasi aktif, yang bisa menghalangi
sebagian peserta.

J. Webinar
Perangkat konferensi berbasis-web memungkinkan banyak peserta untuk berbagi
kombinasi sajian video, audio, dan teks secara bersamaan tanpa memandang lokasi
mereka (sepanjang ada koneksi internet). Webinar luas digunakan untuk pertemuan,
diskusi, presentasi, perkuliahan, dan acara pelatihan.
Kelebihan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Peralatan konferensi sering berdasarkan prinsip "tampil-dan-bicaralah". Peralatan
konferensi tidak banyak menuntut kapasitas atau upaya dari peserta, yang
membuatnya mudah sekali diakses.
(2) Peralatan konferensi cocok dengan gaya belajar yang berbeda-beda (aural, visual,
teksual).
(3) Peralatan konferensi memudahkan kerja sama waktu nyata lintas jarak jauh.

250| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

(4) Peralatan konferensi bisa menjadi pengganti bagi pertemuan tatap muka,
sehingga menghemat biaya.
(5) Peralatan konferensi menjadikan pertukaran pikiran berlangsung lebih akrab
daripada konferensi fisik.
Sedangkan kelemahan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing)
diantaranya:
(1) Sebagian besar layanan konferensi web mahal biayanya. Layanan gratis biasanya
terbatas dari segi fungsionalitas atau kapasitasnya.
(2) Layanan gratis mensyaratkan koneksi internet yang baik dan perangkat keras
khusus.
(3) Kualitasnya sangat bervariasi bergantung pada koneksi internetnya. Gangguan
bisa muncul tanpa diduga.

K. Forum Online
Forum online memungkinkan komunitas terlibat aktif dalam diskusi. Dimana setiap
orang dapat berinteraksi dan berbagi infomasi melalui perangkat internet dan media
online untuk mendiskusikan suatu topik atau isu-isu yang menarik bagi anggota forum.
Kelebihan metode Forum Online dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:
(1) Forum online membolehkan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Forum online dapat
diakses sewaktu-waktu dan dari mana pun sepanjang ada koneksi internet.
(2) Forum online memungkinkan pengguna mengekspresikan diri secara bebas
dalam diskusi tersasar. Forum online mendorong kesetaraan antarpengguna
karena setiap pesan berbobot sama.
(3) Forum online mendorong penyampaian pandangan dan opini yang berbeda-beda
terhadap topik yang sudah ditetapkan lebih dulu.
(4) Forum online bisa menampilkan diskusi berkualitas tinggi karena pengguna
memiliki waktu untuk merenung dan meneliti topik/komentar yang tengah
dibahas.
(5) Forum online bisa mengarah kepada pembentukan komunitas online yang berusia
lama di seputar topik-topik yang menjadi minat peserta.
Sedangkan kelemahan metode Forum Online dalam menangkap inovasi
(capturing), diantaranya:
(1) Forum publik dan tanpa moderasi itu rawan penyalahgunaan.
(2) Forum online sangat bergantung teks sehingga tidak terlalu cocok untuk audio
dan video.
(3) Para penutur bahasa bahasa asing bisa merasa kurang nyaman untuk ikut serta
dalam diskusi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 251


PROGRAM INOVASI DESA

(4) Forum online sering sangat bergantung pada moderator atau kontributor tertentu.
Moderator atau narasumber mungkin harus bekerja keras untuk menjaga
keterlibatan aktif peserta dalam diskusi.

L. Komunitas Praktis
Komunitas praktisi (CoP) mengelola praktisi atau pakar di wilayah tertentu. Komunitas
praktisi memberikan kesempatan untuk mendokumentasikan pengetahuan lewat proses
bertukar pengalaman antarorang yang sama-sama memiliki minat serupa. Peserta
terlibat aktif satu sama lain di dalam proses pembelajaran kolektif teman sebaya. Untuk
mendukung pembuatan dan berbagi pengetahuan, komunitas praktisi idealnya disusun
berdasarkan target akhir belajar. Komunitas praktisi sering memfasilitasi beragam
interaksi berbagi pengetahuan, seperti obrolan, forum, diskusi, dan konferensi.
Interaksinya bisa dilakukan online atau tatap muka.
Kelebihan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap inovasi (capturing),
diantaranya:
(1) Komunitas praktisi menyediakan ruang berkumpul berdasarkan kesamaan minat
atau kepakaran.
(2) Komunitas praktisi online memungkinkan anggota untuk membaca, mengajukan,
dan menerima nasihat serta masukan dari komunitas berdasarkan pertanyaan yang
dikirimkan.
(3) Tergantung tingkat partisipasinya, dari yang menerima bulat-bulat hingga sangat
interaktif, para peserta bisa memperoleh pengetahuan dan kecakapan dari
anggota komunitas yang lebih berpengalaman.
(4) Komunitas praktisi bermanfaat bagi pemula, yang antusias untuk belajar dari rekan
kerja berpengalaman, namun belajar dengan rekan sebaya antarspesialis juga bisa
terjadi.
(5) Komunitas praktisi memungkinkan keterlibatan peserta sesuai dengan waktu dan
tempat yang lebih disukai.
(6) Komunitas praktisi menjaga sumber daya, ide, dan diskusi sehingga bisa
melahirkan arsip kepakaran di bidang teknik tertentu.
(7) Pengetahuan kelompok membantu menopang para praktisi profesional secara
perorangan, yang sering melahirkan rasa sekomunitas.
Sedangkan kelemahan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap inovasi
(capturing), diantaranya:
(1) Jika komunitas dibangun secara online, aspek teknologi bisa menjadi kendala bagi
peserta yang kurang melek digital.
(2) Perlu upaya gigih untuk membangun rasa sekomunitas yang efektif bagi
komunitas praktisi online. Kurangnya isyarat visual dan emosional, misalnya
bahasa tubuh, bisa menyulitkan upaya mendorong interaksi yang penuh makna.

252| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

(3) Pengguna bisa merasa tersisih atau tersingkir jika tanpa membangun komunitas
atau moderasi yang proaktif.
(4) Peserta bisa merasa kewalahan jika tidak melebur secara hati-hati ke dalam
komunitas, atau tetap pasif akibat kurangnya stimulasi.
(5) Komunitas praktisi bisa saja mensyaratkan moderasi intensif agar bisa saling
menghubungkan antara pencari pengetahuan dengan kontributor.
(6) Komunitas praktisi bisa berkembang terlalu cepat atau berubah haluan sedemikian
rupa sehingga tidak bisa diikuti oleh anggota, yang menimbulkan penurunan
tajam aktivitas.

Daftar Pustaka
1. https://faculty1.coloradocollege.edu/~afenn/web/EC303_8_04/FALL07/READINGS
/Observation.pdf
2. https://blog.socialcops.com/academy/resources/conduct-successful-focus-
group-discussion/
3. https://www.chsalliance.org/files/files/Resources/Tools-and-guidance/Belfrage-
and-Wigley_Guidelines-for-Focus-Group-Discussions.pdf

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 253


PROGRAM INOVASI DESA

254| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 4.4.1

Pendokumentasian dan Mengemas Inovasi Desa (Capturing)


dalam Program Inovasi Desa (PID)

A. Pendahuluan
Program Inovasi Desa (PID) mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas
pembangunan desa melalui strategi pertukaran pengetahuan dan inovasi yang dikenal
dengan Pengelolaan Pengetuan dan Inovasi Desa (PPID). Program ini memberikan
peluang kesempatan kepada masyarakat untuk belajar dari kegiatan inovasi yang
dilakukan oleh berbagai pihak melalui pemanfaatan dokumen pembelajaran sesuai
dengan karakteristik pengguna dan daya jangkau informasi agar mudah dilakukan
replikasi. Dalam pelaksanaan PID, para pelaku di tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan
akan membantu proses pengelolaan pertukaran pengetahuan dan inovasi desa dalam
bentuk sajian informasi telusur dan pemanfaatan media sebagai bahan pembelajaran
penting bagi masyarakat. Koleksi informasi berupa pengetahuan, pengalaman dan
praktek inovasi akan dikemas dan dikeleksi dengan mempertimbangkan jenis dokumen,
sistem telusur, hingga layanan pemanfaatan dokumen sesuai dengan karakteristik
pengguna. Desa diharapkan dapat mengakses koleksi dokumen pembelajaran yang
telah dikemas sesuai dengan karakteristik pengguna yang lebih spesifik baik dalam
bentuk tulisan, artikel, publikasi buku, laporan teknik, prosiding, audio-visual, e-book,
presentasi, dan sejenisnya.
Pada tahap awal, kemasan dokumen inovasi lebih diarahkan agar dapat
dumanfaatkan secara tertutup (close access system) khususnya diaerah yanh tidak
memiliki akses internet, meskipun ada beberapa layanan informasi di daerah yang
menggunakan sistem layanan terbuka (open access system). Masyarakat desa sebagai
pemanfaat langsung (actual user) dari inovasi yang dikebangkan membutuhkan
informasi seputar kegiatan inovasi yang dilakukan oleh desa atau lembaga lainnya. Oleh
karena itu hasil inovasi sebagai bahan pertukaran iinformasi pembelajaran perlu dikemas
dalam bentuk yang mudal diakses. Koleksi dokumen pembelajaran yang telah dihasilkan
dari serangkaian prosedur validasi yang dilakukan sejatinya diperuntukkan untuk
masyarakat luas khususnya di Desa agar dapat dijadikan bahan replikasi dan adaptasi
inovasi.
Namun kerapkali kemasan informasi yang disajikan justru menyulitkan pengguna
dalam mendapatkan dan memanfaatkannya. Hal ini disebabkan informasi tidak disajikan
dalam bentuk dan jenis kemasan yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan, lebih
bersifat akademis, kurang populis, sulit dipahami, dan sulit dioperasikan. Dalam
mengemas pesan atau bahan pembelajaran perlu dilihat dari aspek tujuan penyajian,
karekteristik materi, dan kemudahan mengakses dokumen. Beraneka ragam informasi
setiap tahun akan bertambah di setiap desa. Berbagai jenis dokumen inovasi terus
menerus bertambah dan perlu segera dikelola, diolah, disebarkan guna kepentingan
masyarakat. Banyaknya dokumen inovasi bukan tidka mungkin akan mengakibatkan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 255


PROGRAM INOVASI DESA

pengguna kesulitan dalam memilih dan mendapatkan informasi yang relevan,


menyeluruh serta up to date.
Pusat belajar masyarakat di daerah atau di desa akan menjadi penopang dan
penyedia informasi terkait dokumen pembelajaran inovasi yang menuntut kecepatan
layanan dan kelengakapan koleksi bagi pengguna. Berbagai inovasi di layanan
pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa banyak digunakan. Pendamping juga
dituntut kreatif dalam memberikan berbagai informasi layanan bagi masyarakat dalam
mengakses dokumen pembelajaran inovasi desa dengan berbagai kemasan yang
menarik, mudah, cepat dan murah.
Salah satu usaha mendayagunakan informasi bagi kepentingan pengguna adalah
melalui kemasan informasi. Lebih lanjut dibawah ini penulis mencoba menjelaskan
pengertian pengemasan informasi, tujuan, bentuk, dan manfaatnya.

B. Pengemasan Inovasi Desa


Pengemasan informasi adalah kegiatan yang dimulai dari menyeleksi berbagai informasi
dari sumber yang berbeda, mendata informasi yang relevan, menganalisis, mensintesa,
dan menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai. Informasi yang
dikemas kembali memberi kemudahan dalam penyebaran informasi dan temu kembali
informasi. Beberapa literature mengungkapkan bahwa pengemasan tidak hanya
terbatas pada informasi namun juga pada dokumentasi.
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang
menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai.
Kemas ulang informasi dalam bahasa Inggris adalah repackaging information . Istilah
lain kemas ulang infomasi adalah pengemasan informasi. Beberapa literatur
mengungkapkan bahwa pengemasan tidak hanya terbatas pada iformasi namun juga
pada dokumentasinya. Pada prosesnya, kemas ulang informasi mencakup kegiatan
sebelum proses dan pada saat pengemasan. Kualitas pengemasan tidak dilihat pada
peningkatan nilai isi informasinya, melainkan pada sisi pemanfaatannya. Kemas ulang
informasi merupakan kegiatan penataan ulang yang dimulai dari menyeleksi berbagai
informasi dari sumber yang berbeda, mendata informasi yang relevan, menganalisis,
mensintesa, dan menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna
(Mulida Djamarin, 2016).

C. Tujuan Pengemasan Inovasi Desa


Tujuan pengemasan informasi untuk memperoleh/mendapatkan informasi, menemukan
kembali informasi kembali, mengevaluasi, serta memberikan penafsiran. Melalui
pengemasan informasi, pengguna akan berhemat dalam hal waktu, tenaga serta biaya.
Dengan berkembangnya teknologi informasi bidang perpustakaan, dokumentasi dan
informasi, saat ini pengemasan informasi jauh lebih bervariasi.
Agada (1995) dalam Mulida Djamarin (2016) tujuan kemas ulang informasi adalah
untuk menempatkan, menemukan kembali, mengevaluasi, menginterpretasikan dan

256| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

mengemas informasi tentang subjek tertentu dalam rangka efektifitas dan efisiensi
waktu, tenaga, biaya yang semua diperuntukkan bagi pengguna. Merujuk beberapa
literatur terkait tujuan kemas informasi inovasi dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Memudahkan untuk memperoleh dan mendapatkan informasi atau dokumen
pembelajaran inovasi desa;
(2) Mempercepat penelusuran dan penemuan kembali informasi dan dokumen
pembelajaran inovasi desa;
(3) Mengevaluasi dan memberikan penafsiran seberapa jauh tingkat pemanfaatannya;
(4) Memberikan kepuasan kepada pemakai;
(5) Mengawetkan koleksi, khususnya jika dikemas dari bentuk tercetak ke bentuk
digital;
(6) Memudahkan pengelola pengetahuan dan inovasi desa mengatur koleksi yang
semakin bertambah banyak;
(7) Menghemat ruang dan rak untuk menyimpan koleksi tercetak;
(8) Memudahkan penelusuran informasi setelah dientri dalam pangkalan data;
(9) Mudah dibawa dan ditransfer dalam jejaring sistem informasi dan media lainnya
untuk sharing dan transfer pengetahuan maupun pengalaman;
Berbagai kemasan informasi dibuat sesuai dengan kebutuhan informasi bagi
pemakai khususnya masyarakat desa. Kemasan informasi inovasi dapat dikemas dalam
bentuk seperti: Brosur, Newsletter, Majalah Kesiagaan Informasi, Majalah Abstrak dan
Indeks, Bibliografi, Karangan Baru, Presentasi Lisan, disajikan dalam web, Tinjauan
Perkembangan Inovasi, Tinjauan Literatur, Monografi, Prosiding Konferensi, Laporan
Teknis, Laporan Bisnis atau Laporan Manajemen, Buku Panduan, Direktori, Katalog,
Majalah Primer Media dengar pandang.

D. Tahapan Pengemasan Inovasi Desa


Pada prosesnya, pengemasan informasi mencakup kegiatan sebelum proses/re-
processing dan kemasan (packaging). Sebelum membuat kemasan informasi, perlu
diketahui langkah-langkah dalam proses pengemasan informasi, yaitu:
1. Menyeleksi dan menetapkan topik dari kemasan yang akan dibuat dan informasi
yang akan dicakup. Menurut Kothler, untuk menentukan topik, perlu dikumpulkan
berbagai masukan dan ide-ide yang biasanya berasal dari: konsumen/pemakai
produk dan jasa (prosentasi paling banyak), ilmuwan, pesaing, karyawan, saluran
pemasaran, manajemen puncak atau pengambil kebijakan. Kontribusi subyek atau
topik yang disampaikan peneliti sebagai upaya agar pengemasan informasi
tersebut tepat, sasaran dan tepat guna;
2. Menentukan strategi dalam mencari informasi. Kegiatan ini meliputi: menentukan
jenis informasi yang dibutuhkan, dan jenis sumber informasi yang dapat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 257


PROGRAM INOVASI DESA

membantu menemukan informasi yang dibutuhkan. Informasi bisa didapat dari


koleksi yang kita miliki, maupun pencarian literature di luar;
3. Menentukan lokasi informasi dan cara mengakses. Kegiatan ini meliputi:
menggunakan katalog perpustakaan, menggunakan indeks majalah, mencari
informasi di internet, CD-ROM. Mengemas informasi;
4. Mengevaluasi produk yang dibuat, dan mengevaluasi proses pembuatannya.
Distribusi kemasan informasi Untuk membuat suatu kemasan informasi yang baik,
harus didukung oleh informasi penting yang cukup atau memadai.
Lebih rinci tahapan pengemasan informasi atau dokumen pembelajaran inovasi
menurut Mulida Djamarin (2016) sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan pengguna. Kebutuhan pengguna dapat diketahui melalui
wawancara dengan pengguna maupun pihak terkait, pengamatan langsung di
lapangan, serta mempelajari laporan atau dokumen yang ada. Dengan mengetahui
kebutuhan pengguna maka tujuan pengemasan informasi akan lebih tepat
sasaran;
2. Pengumpulan informasi serta pemilihan sumber informasi. Berdasarkan hasil
identifikasi kebutuhan pengguna, selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi
yang relevan. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain
perpustakaan, diskusi dengan pakar/ahli, dan internet. Namun demikian,
pengemas informasi perlu memperhatikan sumber informasi tersebut. Pemilihan
sumber informasi penting untuk menjamin kebenaran informasi yang
dikumpulkan. Untuk informasi tentang inovasi teknologi pertanian, pengemas
informasi dapat mengakses lembaga-lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan
sumber lain yang relevan. Informasi yang bersumber dari kearifan lokal dapat pula
dimanfaatkan bila relevan;
3. Pengemasan informasi. Kemampuan pengemas informasi sangat menentukan nilai
guna kemasan informasi yang dihasilkan. Oleh karena itu, pengemas informasi
perlu memahami materi yang akan dikemas, bentuk kemasan, serta cara
mengemasnya. Seyogianya, pengemas informasi adalah orang yang ahli di
bidangnya. Mengemas kembali informasi dengan cara mensintesa ke dalam
bentuk/format kemasan informasi sesuai dengan kebutuhan pemakai. Namun,
pengemasan dapat pula dilakukan oleh bukan ahlinya bekerja sama dengan yang
ahli di bidangnya;
4. Menentukan sasaran audience, bentuk kemasan, dan membuat time schedule
serta merancang biaya;
5. Menentukan strategi dalam mencari jenis sumber informasi yang dapat membantu
menemukan informasi yang dibutuhkan. .Menentukan lokasi informasi dan
bagaimana cara mengaksesnya apakah menggunakan katalog perpustakaan,
indeks, internet, maupun CD-ROM;
6. Menetapkan cara dan sistem penyebarluasan kemasan informasi yang sudah jadi;

258| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

7. Mentransfer informasi dalam bentuk tercetak (printed out) maupun basis data baik
ke disket, CD-R/RW, CD-ROM, flash disk/USB untuk keperluan penyebaran kepada
masyarakat luas;
8. Mendistribusikan, menyebarkan, mendiseminasikan, memasarkan kemasan
informasi dengan cara promosi maupun pendidikan pemakai. Menyampaikan
kemasan informasi berupa paket maupun lembar informasi kepada pengguna.Hal
ini bisa dilakukan baik secara langsung (face to face, door to door), telepon, via
surat/pos, email, faksimil maupun media lainnya.;
9. Evaluasi produk dan proses pembuatannya. Evaluasi terhadap kemasan informasi
bertujuan untuk mengetahui manfaat informasi bagi pengguna serta efektivitas
media yang digunakan. Evaluasi terhadap proses pembuatan juga penting,
terutama berkaitan dengan efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Evaluasi kegiatan
kemas ulang informasi. Dilakukan secara terus menerus, dan berkelanjutan dalam
suatu periode tertentu untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan
sudah tercapai dan memenuhi target.

E. Bentuk Pengemasan Inovasi Desa


Berbagai hasil dari pengalaman dapat dikemas dalam beragam bentuk dokumen
pembelajaran yang memungkinkan setiap orang dapat mengaksesnya baik dalam offline
maupun online. Tidak saja pengemasan inovasi dilakukan secara tercetak namun dapat
dilakukan secara digital. Seperti CD Teknologi Pencerdasan bangsa buatan kantor
menristek, mengemas informasi Teknologi Tepat Guna, Kliping Elektronik buatan
Perpustakaan ITB mengemas informasi surat kabar dan majalah Cybermedia, dan yang
sedang tren saat ini Digital Library yang mempublikasikan Local Content. Kemudian
munculah istilah e-book untuk buku elektronik; e-Journal untuk majalah elektronik ; e-
Klip untuk kliping elektronik.
Secara khusus, bentuk pengemasan pengetahuan dan inovasi desa dapat
mengikuti kaidah pendokumentasian informasi diantaranyya berupa bibliografi, sari,
multimedia, brosur/leaflet, news letter:

Bibliografi
Bibliografi (dari bahasa Yunani βιβλιογραφία, bibliographia, secara harfiah "penulisan
buku"), sebagai sebuah praktik, adalah buku studi akademis seperti fisik, benda-benda
budaya, dalam pengertian ini, juga dikenal sebagai bibliology (dari bahasa Yunani-
λογία,-logia) . Secara keseluruhan, bibliografi tidak peduli dengan isi buku-buku sastra,
melainkan lebih kepada "bookness" buku.
Sebuah bibliografi, produk dari praktik bibliografi, adalah daftar sistematis buku
dan karya-karya lain seperti artikel jurnal. Bibliografi berkisar dari "karya dikutip" daftar
di akhir buku dan artikel untuk menyelesaikan, publikasi independen. Sebagai karya-
karya yang terpisah, mereka mungkin dalam volume terikat seperti yang ditunjukkan di
sebelah kanan, atau terkomputerisasi database bibliografis. Sebuah katalog

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 259


PROGRAM INOVASI DESA

perpustakaan, meskipun tidak disebut sebagai bibliografi, adalah bibliografis di alam.


Bibliografi karya hampir selalu dianggap sebagai sumber tersier.
Biasanya bibliografi diterbitkan oleh perpustakaan atau badan penerbit dengan
tujuan untuk disebarkan kepada perpustakaan lain sebagai bahan rujukan bagi pencari
informasi baik secara tercetak atau terekam. Jenis bibliografi ada dua macam yakni
bibliografi umum dan khusus.

Sari Karangan
Sari karangan, biasanya memuat keterangan seperti latar belakang, tujuan, sasaran,
metode, kesimpulan dan saran yang terdapat pada dokumen aslinya. Jenis sari karangan
yang dibuat bisa sari karangan indikatif maupun sari karangan informatif. Bentuk ringkas
dari karangan yang masih memperlihatkan sosok dasar dari aslinya. Inti tidak
meninggalkan urutan dasar yang melandasinya. Dengan kata lain memangkas hal-hal
yang lebih kecil yang meliputi gagasan utama bacaan, kerangka dasar masih tampak
jelas. Ringkasan merupakan bentuk penyajian karangan atau peristiwa yang panjang
dalam bentuk yang singkat dan efektif. Ringkasan adalah sari karangan tanpa hiasan.
Ringkasan itu dapat merupakan ringkasan sebuah buku, bab, ataupun artikel. Fungsi
sebuah ringkasan adalah memahami atau mengetahui sebuah buku atau karangan.
Dengan membuat ringkasan, kita mempelajari cara seseorang menyusun pikirannya
dalam gagasan-gagasan yang diatur dari gagasan yang besar menuju gagasan
penunjang, melalui ringkasan kita dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan penulis.

Multi Media
Satu lagi inovasi dalam bidang pendokumentasian informasi yaitu multi media.
Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan
teks, suara, gambar, animasi, audio dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi
(link) sehingga pengguna dapat melakukan navigasi, berinteraksi, berkarya dan
berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia informatika. Selain dari
dunia informatika, multimedia juga diadopsi oleh dunia game, dan juga untuk
membuat website.
Pada awalnya multimedia hanya mencakup media yang menjadi konsumsi indra
penglihatan (gambar diam, teks, gambar gerak video, dan gambar gerak rekaan/
animasi), dan konsumsi indra pendengaran (suara) dan juga berupa ( berwujud). Dalam
perkembangannya multimedia mencakup juga kinetik (gerak) dan bau yang merupakan
konsumsi indra penciuman. Multimedia mulai memasukkan unsur kinetik sejak
diaplikasikan pada pertunjukan film 3D yang digabungkan dengan gerakan pada kursi
tempat duduk penonton. Kinetik, dan film 3 dimensi membangkitkan sense realistis.
Media pandang dengar ini dapat berupa company profile, program pendidikan
pemakai serta media promosi jasa layanan teknis. Sasaran pengguna pada bentuk
pengemasan multi media umumnya adalah kelompok. Misalnya apabila ada pameran
jasa layanan teknis (P2KTD), pengunjung disuguhkan beragam informasi mengenai jasa
layanan teknis serta cara mengaksesnya. Demikian juga dalam pengelolaan

260| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

pengetahuan dan inovasi pembanguan desa dapat menggunakan multi media sebagai
sarana program pendidikan dan pelatihan bagi pemakai (user education program).
Multimedia dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di
dunia pendidikan, multimedia digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam kelas
maupun secara sendiri-sendiri atau otodidak. Di dunia bisnis, multimedia digunakan
sebagai media profil perusahaan, profil produk, bahkan sebagai media kios
informasi dan pelatihan dalam sistem e-learning.

Brosur/leaflet
Leaflet atau brosur banyak dibuat oleh berbagai lembaga untuk memperkenalkan hasil
produk atu jasa yang dapat diberikan kepada pengguna. Bagi perpustakaan pembuatan
Leaflet atau brosur khususnya dapat dimanfaatkan untuk penyebaran informasi
mengenai beberapa hal seperti pedoman perpustakaan, daftar bacaan tertentu, koleksi
khusus produk setempat, bahan arsip, pengenalan terhadap minat/studi, kegiatan atau
peristiwa di lingkungan sekitar. Suatu unit atau pusat informasi harus selalu menerbitkan
brosur dan leaflet.
Brosur promosi bertujuan mengumumkan keberadaan unit kerja tersebut, tujuan
dan program-programnya, layanannya dan informasi lain yang berkaitan. Brosur bisa
juga membuat kuesiner ringkas mengenai perolehan advis, tanggapan dan minat
masyarakat informasi. Umpan balik akan menandakan respon dari pengguna. Brosur
ditulis secara ringkas dan jelas dengan penyajian yang menarik. Brosur informatif
bermanfaat untuk memperkenalkan dan mempromosikan topik/subyek yang dicakup
suatu unit informasi. Bahasa yang digunakan dalam brosur sebaiknya sederhana, dan
mudah dipahami masyarakat.
Leaflet diterbitkan untuk memberitahukan adanya terbitan baru. Harus dijelaskan
secara ringkas mengenai isinya, ukuran, harga dan cara memperolehnya. Bila terbitan
jumlahnya banyak dapat diterbitkan brosur kumulatif yang memberikan rincian semua
terbitan.
Langkah-langkah pembuatan Leaflet atau brosur yaitu:
1. Pemilihan dan penetapan subyek;
2. Menentukan format yang akan digunakan;
3. Buat desain;
4. Proses cetak;
5. Distribusi dan sebarluaskan.

Newsletters
Newsletter merupakan terbitan yang penting karena lebih fleksibel dalam hal topik yang
dicakupnya dan bentuk isi atau kandungannya. Terbitan ini dimaksudkan untuk
memberikan berbagai jenis informasi yang tidak dimuat dalam terbitan lain dari pusat
informasi. Newsletter biasanya berisi aktivitas pusat informasi itu sendiri, berita proyek

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 261


PROGRAM INOVASI DESA

yang sedang berjalan, laporan pertemuan yang baru selesai diselenggarakan, bisa
ditambah publikasi terbaru peneliti, info buku dan jurnal baru.

Tabel. Jenis Kemasan berdasarkan Status Pemakai

Status Pemakai Jenis kemasan Jasa Kemasan


Pengetahuan dan Inovasi
Peneliti/Dosen/Akademisi Penyebaran Informasi • Fokus Informasi
Terseleksi Indonesia sesuai bidang
• Info Ristek
• Info HaKI
• Tinjauan literatur
Kesiagaan Informasi • Informasi Kilat
(Current Awarnness • Buletin Info Kilat
Services) • Kumpulan Abstrak
• Database suatu bidang
Pengambil Kebijakan Ringkasan Eksekutif • Info Riset dan Teknologi
• Ringkasan Eksekutif
Industri kecil dan Brosur atau Pamflet • Pohon Industri
Menengah • Panduan Usaha
• Info Teknologi Tepat
Guna (TTG)
• Kliping
• Majalah Usaha
Industri besar Proposal pabrik • Studi kelayakan bisnis
• Studi AMDAL
Pendidikan dan Pelatihan Dokumen pembelajaran • Studi TNA
• Artikel ilmiah
• Multimedia
• Panduan dan modul

F. Aspek Komersial Pengemasan Inovasi Desa


Bukan hal yang mustahil bahwa pemanfaatan informasi pembangunan desa mulai
menyentuh aspek-aspek komersialisasi layanan. Perubahan paradigma bahwa unit atau
pusat informasi saat ini bukan hanya sebagai tempat penyimpanan koleksi yang pasif,
namun juga bisa menjadi pusat informasi yang aktif dan dinamis serta mampu
menghasilkan produk yang menjual.
Perlu disadari bahwa unit atau pusat informasi layanan masyarakat merupakan unit
kerja yang banyak membutuhkan biaya (cost centre). Namun kucuran dana untuk
perpustakaan nyaris tidak ada. Atas dasar hal tersebut maka perpustakaan harus
mengubah posisinya dari cost centre menjadi profit centre. Perubahan paradigma

262| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

tersebut memacu dan menjadi tantangan perpustakaan untuk lebih kreatif dan inovatif
dalam upaya menjadi profit centre.
Perlu dipikirkan dalam menerapkan komersialisasi informasi pembangunan desa
terkait dengan layanan inovasi hendaknya dipilah layanan mana yang akan
dikomersialisasikan dan yang mana yang tidak. Hal-hal yang menjadi kepentingan
publik secara umum perlu dibebaskan dari aspek komersial termasuk untuk kepentingan
pembelajaran dan peningkatan kapasitas masyarakat desa. Beberapa hal yangdapat
dikomersialkan terutama untuk kepentingan pembiayaan operasional layanan unit atau
pusat layanan informasi diantaranya; inter unit information loan (pinjam antar unit
informasi), penelusuran terpasang (on-line), layanan referensi, bibliografi, salinan bahan
(fotocopi), layan antar bahan koleksi dan jasa kesiagaan informasi.
Sudarmini dan Mansjur (2001) menyatakan tujuh elemen atau unsur yang
menunjang keberhasilan pemasaran di bidang komersial dapat pula dimanfaatkan untuk
kegiatan pertukaran pengetahuan dan inovasi atau pusat informasi. Tujuh unsur
tersebut yaitu: (1) product (termasuk jasa penyediaan informasi juga jasa informasi
terbaru); (2) price (informasi ditentukan harganya); (3) place (informasi yang ditawarkan
harus selalu tersedia di perpustakaan atau dimanapun dan selalu siap dibutuhkan); (4)
promotion (pameran koleksi baru, brosur perpustakaan, penyebaran bibliografi, abstrak,
daftar judul artikel majalah dan informasi terseleksi); (5) process (informasi perlu diolah
agar pengguna dapat memperolehnya dengan mudah bila membutuhkan; (6) people
(sumber daya manusia merupakan unsure kekuatan dalam pemasaran, baik ia pemberi
informasi, pengguna sesuai segmennya maupun orang lain yang terlibat didalamnya);
(7) physical evidence (produk yang dipasarkan harus bersifat kasat mata, dalam hal ini
dituliskan, dicetak, direkam dan diterbitkan sehingga manfaatnya dapat dirasakan).
Hal yang perlu ditekankan dalam menerapkan sistem perpustakaan yang
komersial pihak pengelola perpustakaan perlu memperhatikan aspek-aspek penting,
seperti; bentuk permintaan pemakai yang sering diminta, sistem keamanan informasi
pribadi anggotanya, kecanggihan sistem automasi perpustakaan, hingga studi
kelayakan kepuasan pemakai (lebih pada user studies).
Pengemasan informasi berpotensi mendatangkan fulus bagi perpustakaan.
Berbagai bentuk kemasan tidak saja memudahkan pengguna dalam memperoleh
informasi tetapi juga menjadi nilai tambah bagi perpustakaan. Mengubah image bahwa
perpustakaan hanya menyediakan informasi tanpa mampu mengemasnya menjadi
menarik. Mempercantik kemasan informasi yang akan disajikan, akan menarik pengguna
dalam memanfaatkan informasi di dalamnya. Tidak cukup sampai disitu, jika orang
bilang, jangan melihat sesuatu dari kulit luarnya saja, itu berlaku pula dalam hal layanan
pengemasan informasi. Bahwa informasi yang terkandung didalamnyapun harus betul-
betul berbobot, tepat sasaran dan pengguna tidak akan merasa kecewa karenanya.

Daftar Pustaka
Mulida Djamarin (2016). Pengemasan Informasi. Universitas Negeri Padang. UPT
Perpustakaan, Padang

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 263


PROGRAM INOVASI DESA

Sankarto, Bambang S. (2008). Pedoman/Pengemasan Informasi. Pusat Perpustakaan


dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian.
Sri Hartinal (2015) Kemas Ulang Informasi (Information Repackaging). Disampaikan pada
Pelatihan Pengenalan Kemas Ulang Informasi pada UPT BIT – Bandung 27-28
Juli 2005.
http://p4tkmatematika.org/file/INFO%20UNIT/Unit%20Perpustakaan/kemas%20Ulang
%20Informasi%202013_41.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengemasan
http://yudhim.blogspot.co.id/2008/01/pengemasan‐dan‐pemasaran-informasi.html
(diunduh tgl. 7 April 2016)
https://fpdp.wordpress.com/e‐learning/kiat‐penelusuran/ (diunduh tgl 4 April 2016.

264| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 5.1.1

Panduan Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID)

A. Pendahuluan
Bursa Inovasi Desa (BID) merupakan sebuah forum penyebaran dan pertukaran inisiatif
atau inovasi masyarakat yang berkembang di desa-desa. Kegiatan BID dapat
diselenggaran di tingkat Kabupaten/Kota sebagai kegiatan peluncuran untuk
mendukung pelaksanaan inovasi Desa dan di tingkat Kecamatan sebagai wahana
pertukaran pengetahuan dan inovasi Desa. BID merupakan bagian tak terpisahkan dari
Model Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) mulai dari tinggjat
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa.
Perlu ditekankan bahwa BID merupakan media belajar bagi Desa untuk
memperoleh informasi dan kegiatan inovasi yang dapat mendukung pembangunan
Desa. BID bukan ajang pertukaran “jual-beli” cara-cara atau solusi yang telah dinilai
inovatif, terutama terkait kegiatan pembangunan Desa. BID bukan juga kegiatan
pameran barang tapi ide-ide kreatif dalam pembangunan Desa. BID dilaksanakan untuk
membantu Desa dalam meningkatkan kualiatas pembangunan melalui pertukaran
pengetahuan kegiatan yang inovatif untuk memberi inspirasi dan alternatif pilihan
kegiatan bagi pembangunan Desa.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud diselenggarakannya BID untuk menjembatani kebutuhan Pemerintah Desa akan
solusi bagi penyelesaian masalah, serta inisiatif atau alternatif kegiatan pembangunan
desa dalam rangka penggunaan Dana Desa yang lebih efektif dan inovatif. Sedangkan
tujuan diselnggarakan BID sebagai berikut:
1. Mendiseminasikan informasi pokok terkait Program Inovasi Desa (PID) dan Hibah
Dana Desa;
2. Menginformasikan rencana kegiatan penyelenggaraan Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa kepada pemangku kepentingan di tingkat Kabupaten/Kota,
Kecamatan dan Desa;
3. Menginformasikan pelaku yang terlibat dalam Pengelolaan Pengetahuan dan
Inovasi Desa di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa
4. Memperkenalkan inisiatif atau inovasi masyarakat yang berkembang di Desa
dalam menyelesaikan masalah dan mendukung peningkatan kualitas
pembangunan.
5. Menjaring komitmen Pemerintah Desa untuk mengadopsi atau mereplikasi inisiatif
atau inovasi yang diperoleh dalam BID.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 265


PROGRAM INOVASI DESA

C. Hasil yang Diharapkan


1. Terdiseminasikan informasi penitng terkait Program Inovasi Desa (PID);
2. Terdesiminasikan rencana kegiatan penyelenggaraan Pengelolaan Pengetahuan
dan Inovasi Desa (PPID) dan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD
kepada pemangku kepentingan di tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa;
3. Terbangunnya dukungan dan kerjasama dari pemangku kepentingan baik
pemerintah, pemerintah daerah dan Desa dalam penyelenggaraan Bursa Inovasi
Desa (BID) di tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan;
4. Tersedianya dokumen pembelajaran tentang inisiatif atau inovasi masyarakat yang
berkembang di Desa dalam menyelesaikan masalah dan mendukung peningkatan
kualitas pembangunan.
5. Terbangunnya komitemen Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa dalam
mengadopsi dan mereplikasi kegiatan Inovasi Desa.

D. Waktu Pelaksanaan
BID sebaiknya dilaksanakan sebelum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
(Musrenbang Desa) atau pengesahan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (RKP Desa
dan APB Desa). Agar Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa dapat mewujudkan
komitmennya dalam bentuk kebijakan dan dukungan pembiayaan melalui APBD dan
APB Desa.

E. Ruang Lingkup Pelaksanaan


1. Peluncuran Bursa Inovasi Desa (BID) di Tingkat Kabupaten/Kota

BID di tingkat Kabupaten/Kota diselenggarakan dalam rangka mendorong dukungan


Pemerintah Daaerah dalam penyelenggraan kegiatan BID di tingkat Kecamatan.
Peluncuran BID di tingkat Kabupaten/Kota merupakan kegiatan yang membuka secara
formal dan mengantarkan rangkaian pelaksanaan BID di seluruh kecamatan, serta
memberikan ruang bagi pemangku kepentigan yang lebih luas dengan mengundang
pelaku di tingkat Kecamatan dan Desa sebagai diseminasi, pertukaran pengalaman dan
pembelajaran inovasi desa antar Kecamatan.

2. Pelaksanaan Bursa Inovasi Desa (BID) di Tingkat Kecamatan


Penyelenggaraan BID di tingkat Kecamatan diharapkan dapat memberikan keleluasaan
bagi Desa dalam lingkup kecamatan untuk melakukan pertukaran inovasi desa dan
membangun komitmen desa dalam replikasi. Secara teknis BID di tingkat Kecamatan
diselenggarakan di lokasi kecamatan yang memadai untuk menampung jumlah peserta
yang akan diundang. Pelaksanaan BID dibagi dalam beberapa ruang, antara lain:
• Ruang Pleno untuk menampung seluruh peserta;

266| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

• Ruang Bursa A (Infrastruktur dan Kewirausahaan/Ekonomi) untuk menampung


minimal 50% peserta, dengan beberapa sudut untuk display inovasi;
• Ruang Bursa B (Sumberdaya manusia) untuk menampung minimal 50% peserta,
dengan beberapa sudut untuk display inovasi;
• Setiap ruang bursa dilengkapi 3-5 meja konsultasi.

F. Peserta
Peserta yang hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan BID yaitu:
• Perwakilan Desa: Tiga orang per desa (pihak yang dapat memberikan keputusan
atau komitmen), minimal Kepala Desa dan BPD sebagai penanggung jawab
penyelenggaraan pembangunan desa.
• Camat untuk sebagai pembina penyelenggaraan BID di tingkat kecamatan
• Kepala Daerah/ Bupati (untuk pembukaan)
• Kepala Dinas PMD Kabupaten
• Perwakilan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa
• Pihak lain sebagai pemantau

G. Penyelenggara dan Pemandu


Penyelenggara dan pemandu Peluncuran Bursa Inovasi Desa (BID) di tingkat
Kabupaten/Kota adalah Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID). Penyelenggara BID di tingkat
Kecamatan adalah Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID). Proses fasilitasi BID di tingkat
Kecamatan dilaksanakan oleh TPID dibantu TIK-PID dan pendamping profesional
(TAPM, PD dan PLD).

H. Metode
Penyelenggaraan BID menggunakan pendekatan bursa atau expose/pertukaran
gagasan dan inovasi desa, pemaparan, pengamatan, unit belajar (learning unit) atau
jendela bursa, multi media, bimbingan serta konsultasi.

I. Materi
• Panduan Teknis Operasional Program Inovasi Desa (PID)
• Panduan Teknis Operasional Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa
• Panduan Teknis Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID)
• Daftar inovasi Desa, dll.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 267


PROGRAM INOVASI DESA

J. Media dan Alat Pendukung


• Daftar hadir
• Agenda
• Peta Alur Kegiatan Bursa Inovasi
• Poster dan Brosur Inovasi
• Daftar Inovasi per bidang (Infrastruktur, Kewirausahaan/Ekonomi, Sumberdaya
Manusia)
• Daftar Inovasi per Ruang Bursa (Ruang Bursa A, Bursa B)
• Video tentang PID dan pembelajaran inovasi Desa
• Kartu untuk penjaringan Komitmen (Kartu Komitmen) yang dibuat sedemikian
rupa sehingga menjadi dua bagian yang dapat disobek: 1 untuk Panitia dan 1
untuk desa
• Kartu untuk penjaringan ide-ide (Kartu IDE)
• Sertifikat
• Stempel PID Kabupaten di meja konsultasi
• Stiker (pemilihan inovasi terbaik) di meja konsultasi
• Alat bantu lain: sound system, projector/in focus, screen, laptop
• Kamera untuk dokumentasi foto bersama seluruh kepala desa

K. Tahapan Kegiatan

Persiapan : (1) Tim Inovasi kabupaten melakukan sosialisasi dan koordinasi


dengan OPD tekait mengenai rencana Bursa;
(2) Penyusunan Kepanitiaan;
(3) Penentuan Tanggal, waktu dan tempat penyelenggaraan
Bursa Inovas Desa (BID);
(4) Menyiapkan undangan, daftar undangan dan daftar hadir
undangan;
(5) Menyiapkan undangan untuk peserta pameran (jika
diperlukan);
(6) Penyusunan Agenda Bursa Inovasi Desa (BID;
(7) Penghitungan RAB Logistik yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID);
(8) Penyiapan materi dan alat yang dibutuhkan;
(9) Pengaturan pembagian ruangan Bursa Inovasi Desa (BID);
(10) Pengaturan pembangian stand untuk pameran (jika perlu);
(11) Skenario mobilisasi peserta.

268| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Proses : Peserta mengisi daftar hadir dan diberikan Agenda Kegiatan,


salinan dokumen pembelajaran dan video, Kartu Komitmen, Kartu
IDE.
Jendela Pertama (Pleno – Penjelasan Umum)
(1) Seluruh peserta memasuki ruang pleno
(2) Panitia menyampaikan secara singkat Agenda Kegiatan
(3) Pembukaan
(4) Foto Bersama seluruh peserta
(5) Pemandu yang ditunjuk oleh Tim Pengelola Inovasi Desa
(TPID) sebagai panitia menyampaikan informasi-informasi
pokok terkait: PID, PPID, Mekanisme Bursa/ alur belanja di
dua ruang Bursa yang berbeda (Bursa A dan Bursa B) serta
menu inovasi yang disajikan, Penggunaan Kartu Komitmen
dan Kartu IDE, Pemberian rating untuk inovasi terbaik dan
diminati, serta Pengambilan Sertifikat dan Foto.
(6) Peserta dipersilakan menuju “Jendela Kedua” untuk
“berbelanja” inovasi dan melakukan konsultasi di setiap
ruang Bursa yang dibuka secara parallel
(7) Jendela Kedua (Belanja di Bursa A dan/atau Bursa B)
• Panitia mengarahkan peserta untuk berbelanja di Ruang
Bursa A dan juga ruang Bursa B
• Di setiap ruang bursa, pemandu yang ditunjuk oleh TPID
menyampaikan: (a) Mekanisme belanja inovasi dan (b)
Sekilas menu inovasi yang tersedia di ruang Bursa A atau
Bursa B
• Penayangan video-video inovasi
• Tanya jawab
• Peserta menuliskan inovasi-inovasi (minimal 1 inovasi)
yang diminati dan kebutuhan-kebutuhan dalam
mereplikasinya pada Kartu Komitmen
• Peserta menyampaikan informasi inovasi lain yang
diketahui telah dilakukan di desanya namun belum
tersedia di Bursa, dan menuliskannya di Kartu IDE
• Peserta melakukan konsultasi di meja konsultasi yang
disiapkan guna menggali informasi lebih dalam mengenai
inovasi yang diminati dari menu yang disediakan dan
kebutuhan untuk replikasi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 269


PROGRAM INOVASI DESA

• Peserta melengkapi Kartu Komitmen dengan inovasi yang


diminatinya untuk direplikasi di desanya
• Panitia di meja konsultasi akan memberikan stempel
sesuai Ruang Bursa pada kartu Komitmen
• Peserta diberikan satu stiker dan dipersilakan memberi
rating inovasi yang diminatinya pada display yang
disediakan, dan peserta dipersilakan menuju ke “Jendela
Ketiga”
(8) Jendela Ketiga (Komitmen)
• Peserta menyerahkan Kartu Komitmen dan Kartu IDE
kepada panitia untuk ditukarkan dengan Sertifikat
Komitmen Replikasi dan Foto
• Panitia mengumpulkan dan mendata Kartu Komitmen,
Kartu IDE, dan Inovasi yang diminati peserta

Hal-hal yang : (1) Pastikan kehadiran perwakilan seluruh Desa untuk mengikuti
harus Bursa Inovasi
diperhatikan (2) Persiapkan secara baik dan lengkap media atau alat serta
materi (dibuat dalam ppt yang menarik atau ditulis pada
kertas besar dengan desain menarik)
(3) Atur setiap ruang/ bursa dengan baik sehingga memungkin-
kan peserta berinteraksi dengan baik dan merasa nyaman.
Pastikan setiap ruangan Pleno, Bursa A dan Bursa B,
Penukaran Kartu Komitmen diberi tanda petunjuk yang jelas

(4) Hindari hal–hal yang bersifat dominasi terhadap proses


pertemuan dari dan oleh siapapun juga
(5) Fasilitator jangan memaksakan diri untuk menjawab
pertanyaan yang belum diketahui persis kepastiannya,
apalagi yang berkaitan dengan kebijakan PID/VIG
(6) Dokumentasikan secara baik proses dan hasil Bursa Inovasi
(7) Pastikan setiap wakil Desa sudah memahami betul tentang
konsep PID/PPID dan Tujuan Bursa Inovasi, serta memberi-
kan Komitmen untuk replikasi
(8) Hindari penggunaan bahasa asing atau singkatan-singkatan,
pergunakan bahasa dan kebiasaan lokal
(9) Mempersiakan jalur komunikasi pasca bursa untuk
pertanyaan lanjutan dari pihak desa.

270| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kepanitiaan • Pembina
:
• Penanggung jawab
• Koordinator Bursa Inovasi
• Bagian Umum (Perlengkapan, Perizinan, Tempat dan Alat)
• Bagian Korespondensi (Undangan, Koordinasi, Konfirmasi)
• Bagian Substansi (penyiapan materi)
• PIC Registrasi peserta/undangan
• PIC Protokol & Pembukaan
• PIC Pleno
• PIC Ruang Bursa A
• PIC Ruang Bursa B
• PIC Konsultan untuk meja‐meja konsultasi
• PIC Pameran (jika perlu)
• PIC Ruang Penukaran Kartu Komitmen
• Bagian Konsumsi
• Bagian dokumentasi
Display : (1) Luar Ruang:
• Daftar Inovasi desa per Bidang – @3 rangkap (Plano)
• Spanduk Kegiatan
• Denah Alur dan Petunjuk ruangan (plano)
• Poster inovasi desa ‐ @3 rangkap
(2) Dalam Ruang Bursa:
• Daftar inovasi desa per Ruang Bursa – 3 rangkap (plano)
• Daftar inovasi desa untuk diberikan rating oleh peserta
• Brosur inovasi desa
• Daftar P2KTD (direktori)
• Displai Inovasi desa (bila perlu)
• Penayangan video inovasi desa
• Nama setiap ruangan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 271


PROGRAM INOVASI DESA

272| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 6.1.1

Konsep Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa


(P2KTD)

A. Dasar Pemikiran
Program Inovasi Desa merupakan salah satu upaya Kemendesa PPDT dalam
mempercepat penanggulangan kemiskinan di Desa melalui pemanfaatan dana desa
secara lebih berkualitas dengan strategi pengembangan kapasitas desa secara berke-
lanjutan khususnya dalam bidang pengembangan sumber daya manusia,
pengembangan sumber daya manusia: Pelayanan Sosial Dasar , serta Infrastruktur Desa.
Dana Desa menumbuhkan kebutuhan jasa layanan teknis yang beragam yang
tidak dapat dipenuhi oleh OPD terkait dan pemangku kepentingan professional.
Sementara itu, Desa memiliki keterbatasan dalam mengakses Penyedia Peningkatan
Kapasitas Teknis Desa professional yang berasal dari lembaga swadaya masyarakat,
Universitas, Asosiasi profesi dan perusahaan. Kondisi tersebut mendorong kebutuhan
pasar akan jasa layanan teknis dalam mendukung pembangunan desa. Di sisi lain,
lembaga Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa yang professional belum
memanfaatkan peluang jasa layanan ini karena keterbatasan informasi serta kurangnya
dukungan dari pemangku kepentingan terkait.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendekatkan kebutuhan desa dengan
pihak Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa dan menjamin tersedianya jasa
layanan yang berkualitas diperlukan sistem layanan yang dapat diakses dengan mudah
oleh desa. Oleh karena itu, jasa layanan teknis yang sudah ada perlu diorganisir dan
diperkuat kapasitasnya agar dapat memberikan pelayanan secara lebih berkualitas dan
berkelanjutan sesuai kebutuhan Desa. Desa diharapkan memiliki pilihan untuk
mendapatkan jasa layanan teknis yang berkualitas dalam mendukung pelaksanaan
pembangunan Desa.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495). (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 273


PROGRAM INOVASI DESA

Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2010 tentang Komite Inovasi
Nasional(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 97);
4. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Dan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 03 Tahun 2012, Nomor: 36
Tahun 2012 Tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah(Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 484);
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2012 Tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 338).
6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 161);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemangku kepentinganan Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 160);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2018 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 1359).

C. Maksud dan Tujuan


Penyedia Jasa Pelayanan Teknis (P2KTD) dimaksudkan untuk membantu desa
mewujudkan kegiatan inovasi desa yang membutuhkan keahlian teknis tertentu dalam
meningkatkan kualitas pembangunan Desa, di bidang pengembangan ekonomi lokal
dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia, serta infrastruktur Desa.
Secara khusus tujuan P2KTD, yaitu:
1. Mewujudkan kegiatan pembangunan desa yang inovatif dan lebih berkualitas.
2. Membantu pemerintah daerah dalam menyediakan layanan teknis yang
dibutuhkan desa.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kader pemberdayaan masyarakat desa.

D. Pengertian
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) dalam Program Inovasi Desa
adalah lembaga profesional yang menyediakan jasa keahlian teknis tertentu di bidang

274| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya


Manusia, dan Infrastruktur Desa. P2KTD bersifat mendukung pendampingan teknis yang
dilakukan oleh OPD kabupaten/kota dan tenaga Pendamping Profesional.
E. Kedudukan dan Lokasi
P2KTD berkedudukan di Kabupaten/kota, diorganisir oleh Tim Inovasi Kabupaten/kota
untuk memberikan pelayanan teknis pembangunan desa dalam bidang pengembangan
ekonomi lokal dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusia, dan
infrastruktur desa serta terdaftar dalam direktori P2KTD kabupaten/kota. Keberadaaan
P2KTD diharapkan dapat mempercepat pencapaian target RPJMN 2015-2019 dan
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus. Lokasi P2KTD di 33 provinsi dan 434
kabupaten/kota, dan ditetapkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi.

F. Target Capaian
Dalam rangka mendukung Program Inovasi Desa (PID) perlu disediakan 2.604 P2KTD
meliputi bidang Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, pengembangan
sumber daya manusia, dan infrastruktur desa yang diharapkan dapat mendampingi
14,000 desa.

G. Prinsip-Prinsip
Dalam menjalankan perannya, P2KTD bekerja atas dasar prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1. Profesional, memberikan pelayanan teknis berkualitas teknis sesuai standar
safeguard dan peraturan yang berlaku.
2. Tanggungjawab Sosial, pelayanan didasarkan atas komitmen menumbuhkan
kewirausahaan sosial (sosial entrepreneurship);
3. Inklusi Sosial (Social Inclusion), menghormati kesetaraan, berpihakan pada
perempuan, berkebutuhan khusus, dan mendorong kohesi sosial;
4. Ramah Lingkungan, mendorong penerapan teknologi yang tepat guna dan ramah
lingkungan;
5. Tata kelola, Jasa layanan yang diberikan harus bersifat transparan, partisipatif, dan
akuntabel.

H. Ruang Lingkup
Jenis layanan teknis yang disediakan P2KTD meliputi tiga bidang kegiatan utama dalam
mendukung kegiatan inovasi desa yang tidak dapat diberikan oleh pendamping
profesional dalam mendukung kemandirian desa. Bidang kegiatan dimaksud terdiri dari:
(1) Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, (2) Pengembangan Sumber Daya
Manusia, serta (3) Infrastruktur Desa. P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk
dukungan teknis berupa pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, dan studi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 275


PROGRAM INOVASI DESA

sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa. Layanan P2KTD dapat diberikan dalam tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan evaluasi.

1. Layanan Jasa Teknis Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan


Jasa layanan teknis kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal disesuaikan
dengan kebutuhan dan karekteristik desa dalam pendukung pengembangan Produk
Unggulan Desa (Prudes) dan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (prukades) serta
BUM Desa atau BUM Desa Bersama. Bentuk layanan teknis pengembangan ekonomi
lokal dan kewirausahaan dapat berupa analisis dan identifikasi sumberdaya lokal, analisis
keberlanjutan usaha, pengembangan SDM dan kelembagaan, pengembangan produksi,
dan mata rantai usaha (market chain) yang dikelola secara mandiri, serta pengelolaan
keuangan mikro.

2. Layanan Jasa Teknis Pelayanan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Jasa layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia yang diberikan P2KTD
disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan SDM khususnya layanan sosial dasar
(antara lain: PAUD, Posyandu, dan kegiatan lain yang menjadi kewenangan lokal berskala
desa) dan kewirausahaan sosial.
Wirausahawan Sosial adalah individu yang memberikan solusi inovatif untuk
menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat Desa dengan menawarkan ide-ide
kreatif berorientasi bisnis. Misalnya: pengelolaan sampah, pengelolaan air bersih,
pemanfaatan biogas, dan produk daur ulang, dan Desa Wisata.
Bentuk kegiatan layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia dapat
berupa pelatihan dan bimbingan untuk mendorong kemandirianDesa dalam
memberikan pelayanan sosial dasar yang berkualitas (seperti: Posyandu Mandiri,
Pengelolaan PAUD), serta menumbuhkan kewirausahaan sosial di Desa.

3. Layanan Jasa Teknis Infrastruktur Desa


Jasa layanan teknis yang diberikan P2KTD mencakup semua jenis sarana prasarana skala
desa dan antardesa yang memiliki dampak ekonomi. Prioritas layanan jasa teknis
infrastruktur Desa diarahkan untuk mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa yang
meliputi:
a. Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaaan sarana prasarana Embung
Desa untuk kebutuhan air rumah tangga, irigasi, dan kebutuhan air lainnya yang
mendukung ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi;
b. Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaan Sarana Olah Raga di Desa
yang mendukung peningkatan ekonomi dan ikatan sosial;

276| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

c. Jasa layanan teknis pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana lainnya


yang memiliki dampak ekonomi besar, seperti: jalan, jembatan, pasar desa,
pengelolaan air bersih.

I. Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan P2KTD di dalam Program Inovasi Desa meliputi: (1) sosialisasi di
Provinsi dan Kabupaten, (2) Pembentukan Pokja P2KTD, (3) Pelatihan Pokja P2KTD-TIK
(4) Penyusunan direktori P2KTD, (5) Pemanfaatan P2KTD.

Alur Mekanisme Kegiatan P2KTD

1. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dilakukan untuk memperkenalkan arti penting keberadaan P2KTD
kepada OPD Provinsi dan Kabupaten, calon-calon potensial P2KTD maupun kepada
Desa sebagai calon pengguna jasa layanan teknis. Secara khusus, kegiatan sosialisasi ini
bertujuan untuk: (a) mensosialisasikan program PID, (b) menginfomasikan adanya
kebutuhan pasar jasa layanan teknis kepada lembaga penyedia jasa professional (LSM,
Perusahaan, lembaga penelitian, Universitas dan perusahaan, (c) menginfomasikan
kepada desa mengenai keberadaaan jasa layanan teknis untuk meningkatkan kualitas
perencananaan dan pelaksanaan pembangunan desa.

a. Sosialisasi di provinsi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 277


PROGRAM INOVASI DESA

Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di provinsi dan akan difasilitasi oleh Satker Propinsi
dengan dibantu oleh tenaga ahli provinsi. Peserta sosialisasi terdiri dari OPD terkait dan
calon P2KTD dari provinsi dan kabupaten.
b. Sosialisasi di Kabupaten/kota
Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan di kabupaten/kota dan akan difasilitasi oleh Tim
Inovasi Kabupaten (TIK) dengan dibantu oleh tenaga ahli kabupaten. Peserta sosialisasi
terdiri dari OPD terkait, Camat, TPID, kepala desa dan BPD, perguruan tinggi, LSM,
organisasi profesi, organisasi sosial dan pihak swasta.

2. Pembentukan Pokja P2KTD - TIK


Pokja P2KTD dapat terdiri dari perwakilan OPD (Dinas PMD/Bappeda), OPD Teknis,
Asosiasi Profesi terkait. Susunan Pokja P2KTD Tim Inovasi Kabupaten terdiri dari :
a. Ketua Pokja: OPD yang membidangi bidang pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa
b. Koordinator bidang peningkatan ekonomi lokal dan kewirausahaan: OPD yang
membidangi bidang pengembangan ekonomi dan kewirausahaan, dan dibantu
oleh maksimal 2 orang anggota dari unsur perwakilan asosiasi dunia
usaha/perbankan.
c. Koordinator bidang PSDM: OPD yang membidangi bidang pendidikan atau
kesehatan, dan dibantu maksimal 3 orang anggota dari unsur OPD
Pendidikan/Kesehatan, asosiasi PAUD, Tim penggerak Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) Kabupaten/Kota
d. Koordinator bidang Infrastruktur Desa: OPD yeng membidangi bidang dinas
pekerjaan umum, dan dibantu maksimal 3 orang anggota dari unsur asosiasi jasa
konstruksi, asosiasi profesi pemberdayaan masyarakat dan perwakilan dewan
inovasi sejauh tersedia di tingkat kabupaten.

3. Pelatihan Pokja P2KTD – TIK


Pelatihan bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada Pokja P2KTD-TIK dalam
melaksanakan tugasnya. Pelatihan dilaksanakan di provinsi selama 3 hari efektif. Peserta
pelatihan terdiri dari 3 orang anggota P2KTD yang mewakili bidang Kewirausahaan dan
Pengembangan ekonomi Lokal, Pengembangan SDM dan Infrastruktur serta 2 – 3 orang
TA yang bertugas memfasilitasi pelaksanaan kegiatan P2KTD.

4. Penyusunan Direktori P2KTD


Inventarisasi dan verifikasi penyusunan direktori P2KTD
Pokja P2KTD dengan dibantu Tenaga Ahli Kabupaten P3MD/PID akan melakukan
inventarisasi ketersediaan P2KTD untuk mendukung pembangunan dan pemberdayaan
Desa dalam bidang: pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan/pengembangan

278| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

sumber daya manusia/infrastruktur. Hasil inventarisasi digunakan untuk menentukan


P2KTD potensial yang akan diundang untuk mengikuti verifikasi P2KTD.
Pelaksanaan verifikasi bertujuan untuk memilih P2KTD yang akan ditetapkan
dalam direktori P2KTD. Pelaksanaan verifikasi dilakukan terhadap aspek lembaga dan
aspek keahlian teknis dengan cara pemeriksaan profil lembaga P2KTD maupun
kunjungan lapangan. Pelaksanaan Verifikasi untuk 3 jenis bidang P2KTD dilaksanakan
oleh masing-masing bidang Pokja P2KTD sesuai tugas dan tanggungjawabnya.
Hasil verifikasi P2KTD yang memenuhi kriteria disusun dalam bentuk direktori sesuai
dengan 3 bidang kegiatan oleh masing-masing bidang Pokja P2KTD. Selanjutnya daftar
tersebut disahkan oleh BPMD Kabupaten.

Penyusunan dan Publikasi Direktori P2KTD


Direktori P2KTD adalah koleksi rujukan yang memuat nama-nama atau organisasi
penyedia layanan teknis yang disusun secara sistematis yang dilengkapi dengan alamat,
kompetensi atau keahlian, pengalaman organisasi, kegiatan dan data lainnya yang
bermanfaat sebagai infomasi bagi desa. Direktori P2KTD meliputi bidang layanan P2KTD
yaitu : Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, Peningkatan Sumber Daya
Manusia dan Infrastruktur Desa. Penyusunan direktori dilakukan oleh Pokja P2KTD
bersama TA Kabupaten untuk dicetak dan dipublikasikan oleh Satker Dekonsentrasi
Provinsi. .

5. Pemanfaatan P2KTD
Identifikasi Kebutuhan P2KTD ke Desa-Desa (TPID)
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kegiatan Desa yang membutuhkan
Jasa layanan teknis. Identifikasi dilakukan oleh TPID yang menangani kegiatan P2KTD
dengan mengecek APB Desa 2017 khususnya untuk bidang kegiatan ekonomi lokal dan
kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Infrastruktur. Kegiatan
yang membutuhkan P2KTD adalah kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan oleh Kader
Pembangunan Desa maupun oleh tenaga Pendamping profesional karena
membutuhkan keahlian khusus. Kegiatan jasa layanan teknis yang dapat diberikan oleh
P2KTD meliputi pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, studi kelayakan dan
pengembangan jejaring sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa.

Verifikasi Kebutuhan P2KTD dalam APB Desa


Verifikasi kebutuhan P2KTD dimaksudkan untuk menilai kelayakan terhadap usulan
kegiatan yang diajukan oleh TPID terhadap desa-desa membutuhkan layanan P2KTD.
Verifikasi dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan
layanan P2KTD. Hasil verifikasi yang dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD disampaikan
kepada TPID berupa daftar usulan kegiatan yang layak untuk mendapat dukungan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 279


PROGRAM INOVASI DESA

layanan teknis serta P2KTD yang direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan Desa. Jika
P2KTD yang dibutuhkan tidak tersedia dalam direktori, maka TIK dapat
merekomendasikan P2KTD dari luar wilayah kerjanya.
Perumusan dan Prioritas Kegiatan P2KTD
Hasil verifikasi kebutuhan P2KTD yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan
berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh P2KTD. Prioritas
kegiatan yang akan mendapat layanan P2KTD ditetapkan dalam rapat TPID dengan
kriteria sebagai berikut: (a) Desa berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan replikasi;
(b) kegiatan inovasi yang selaras dengan kebijakan pemerintah; (c) kegiatan yang
memiliki dampak langsung terhadap masyarakat; (d) kegiatan yang pelaksanaannya
melibatkan masyarakat; (e) mendukung prioritas layanan sosial dasar khususnya PAUD
dan Posyandu.
Pelaksanaan Kegiatan P2KTD
Berdasarkan kontrak kerjasama dengan TPID, P2KTD akan mulai melakukan kegiatan
persiapan, pelaksanaan bimbingan, capaian hasil kegiatan dalam memberikan layanan
teknis kepada desa. Dalam menjalankan tugasnya P2KTD wajib mendorong pelibatan
masyarakat dan mempersiapkan kader desa untuk keberlanjutan kegiatan
pembangunan.
Orientasi P2KTD
Orientasi P2KTD bertujuan untuk mempersiapkan P2KTD dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan ketentuan program inovasi desa. Penyelenggaraan orientasi dilaksanakan
di provinsi. Peserta orientasi P2KTD terdiri dari maksimal 6 orang per kabupaten yang
mewakili 6 P2KTD. Pemilihan peserta orientasi dilakukan oleh TIK- Pokja P2KTD
berdasarkan usulan TPID dengan mempertimbangkan jasa layanan teknis yang paling
banyak dibutuhkan oleh desa dalam skala kabupaten.
Pertanggungjawaban kegiatan P2KTD
P2KTD wajib menyusun laporan hasil kegiatan dan disampaikan kepada TPID dengan
tembusan pada desa-desa penerima jasa layanan. Laporan pertanggungjawaban terdiri
dari laporan kemajuan kegiatan dan hasil jasa layanan teknis P2KTD. Selain itu TPID
selaku pengelola dana operasional P2KTD pada DOK PPID wajib menyusun laporan hasil
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana dalam forum musyawarah antar desa
(MAD) dengan tembusan kepada TIK.

280| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 6.2.1

Fasilitasi Pemanfaatan
Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)

A. Latar Belakang
Pemanfaatan P2KTD merupakan serangkaian kegiatan pendayagunaan keahlian yang
dimiliki oleh P2KTD dalam mendorong inovasi dan peningkatan kualitas pembangunan
Desa. Bentuk pemanfaatan P2KTD hampir sama dengan pola kerjasama Desa dengan
pihak ketiga dalam mendampingi masyarakat desa. Dimana pihak ketiga dalam hal ini
P2KTD memberikan layanan dan bimbingan teknis kepada Desa secara bervariasi,
diantaranya, advokasi, peningkatan kapasitas, pendidikan, pembangunan infrastuktur,
dan masih banyak aktifitas lain.
Dalam kerangka dukungan P2KTD melalui pola kerjasama Desa dengan pihak
ketiga baik dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan inovasi yang tidak dapat
dilakukan sevara mandiri oleh Desa dan pendamping. Pemanfaatan P2KTD dilakukan
dalam rangka membantu desa. Selama ini desa dipandang sebagai pihak yang ‘lemah’.
Terlalu lamanya dibiarkan dan urusannya dipercayakan kepada pihak lain, maka desa
sulit untuk berdaya. Desa menjadi obyek yang harus selalu dibantu.
Para pegiat desa, akademisi, atau LSM, baik yang berasal dari atau luar desa,
melakukan upaya guna memandirikan desa. Desa didorong untuk menjadi entitas yang
kuat dalam berbagai hal. Kerjasama dan kerja bersama yang dilakukan mendapat
apresiasi masyarakat. Mereka antusias menyambut baik uluran tangan para pihak itu.
Dalam bidang yang lain, pihak swasta pun ikut andil. Mereka dapat memberikan
bantuan berupa uang dan atau barang yang dibutuhkan oleh masyarakat secara
langsung. Bentuk-bentuk kepedulian ini sedikit banyak membuka mata kita, bahwa desa
perlu dikuatkan.
Terbitnya UU Desa diharapkan mampu memperkuat desa. Modal sosial di desa
yang selama ini menjadi andalan, bisa lebih optimal. Tidak menutup kemungkinan pada
saatnya nanti, desa lah yang akan memberikan bantuan kepada pihak lain. Saat desa
sejahtera, negara akan makmur. Persoalan-persoalan sosial yang terjadi bukan tidak
mungkin akan teratasi oleh desa.

B. Ruang Lingkup Pemanfaatan Jasa Layanan P2KTD


Ruang lingkup pemanfaatan layanan teknis yang disediakan P2KTD meliputi tiga bidang
kegiatan utama dalam mendukung kegiatan inovasi desa yang tidak dapat diberikan
oleh pendamping profesional. Bidang kegiatan dimaksud terdiri dari: (1)
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan, (2) Pengembangan Sumber Daya
Manusia, serta (3) Infrastruktur Desa. P2KTD memberikan pelayanan dalam bentuk

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 281


PROGRAM INOVASI DESA

dukungan teknis berupa pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, studi


kelayakan dan pengembangan jejaring sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa. Layanan
P2KTD dapat diberikan dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan
evaluasi.

1. Layanan Jasa Teknis Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kewirausahaan


Pemanfaatan jasa layanan teknis kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal
didasarkan kebutuhan dan karakteristik Desa dalam pendukung pengembangan Produk
Unggulan Desa (Prudes) dan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (prukades) serta
BUM Desa atau BUM Desa Bersama. Kegiatan pemanfaatan P2KTD dalam
pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan dapat berupa layanan teknis dan
bimbingan terkait analisis dan identifikasi sumberdaya lokal, analisis keberlanjutan
usaha, pengembangan SDM dan kelembagaan, pengembangan produksi, dan mata
rantai usaha (market chain) yang dikelola secara mandiri, serta pengelolaan keuangan
mikro.

2. Layanan Jasa Teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia


Pemanfaatan jasa layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia yang diberikan
P2KTD didasakran kebutuhan pengembangan layanan sosial dasar (antara lain: PAUD,
Posyandu, dan kegiatan lain yang menjadi kewenangan lokal berskala desa) dan
kewirausahaan sosial. Wirausahawan Sosial adalah individu yang memberikan solusi
inovatif untuk menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat Desa dengan
menawarkan ide-ide kreatif berorientasi bisnis. Misalnya: pengelolaan sampah,
pengelolaan air bersih, pemanfaatan biogas, dan produk daur ulang, dan desa wisata.
Bentuk kegiatan layanan teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia dapat berupa
pelatihan dan bimbingan untuk mendorong kemandirian Desa dalam memberikan
pelayanan sosial dasar yang berkualitas (seperti: Posyandu Mandiri, Pengelolaan PAUD),
serta menumbuhkan kewirausahaan sosial di desa.

3. Layanan Jasa Teknis Infrastruktur Desa


Jasa layanan teknis yang diberikan P2KTD mencakup semua jenis sarana prasarana skala
desa dan antardesa yang memiliki dampak ekonomi. Prioritas layanan jasa teknis
infrastruktur Desa diarahkan untuk mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa yang
meliputi:
(1) Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaaan sarana prasarana Embung
Desa untuk kebutuhan air rumah tangga, irigasi, dan kebutuhan air lainnya yang
mendukung ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi;
(2) Jasa layanan teknis pengembangan dan pemeliharaan Sarana Olah Raga di Desa
yang mendukung peningkatan ekonomi dan ikatan sosial;

282| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

(3) Jasa layanan teknis pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana lainnya
yang memiliki dampak ekonomi besar, seperti : jalan, jembatan, pasar desa,
pengelolaan air bersih.

C. Pemangku Kepentingan yang Terlibat dalam Fasilitasi P2KTD


1. Satker Dekonsentrasi P3MD/PID Provinsi
Satker Dekonsentrasi P3MD/PID dalam Program Inovasi Desa memiliki tugas dan
tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Mensosialisasikan P2KTD.
(b) Menyelenggarakan orientasi P2KTD.
(c) Menyelenggarakan orientasi Pokja P2KTD.
(d) Mengkoordinasikan kegiatan pembinaan dan pengendalian P2KTD.
(e) Melaporkan kegiatan orientasi dan layanan teknis P2KTD.
(f) Melaporkan seluruh kegiatan yang terkait dengan penggunaan dana
dekonsentrasi P2KTD.

2. Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah kabupaten/kota melalui OPD terkait memiliki tugas dan tanggungjawab
sebagai berikut:
(a) Memfasilitasi pembentukan Pokja P2KTD;
(b) Melakukan sosialisasi P2KTD;
(c) Memberikan dukungan regulasi untuk keberlanjutan P2KTD;
(d) Menyelenggarakan rapat koordinasi P2KTD;
(e) Melakukan pembinaan dan pengendalian kepada P2KTD dalam memberikan
layanan teknis kepada desa;
(f) Melaporkan kegiatan P2KTD ke provinsi.

3. Pokja P2KTD
Pokja P2KTD merupakan struktur dibawah Tim Inovasi Kabupaten yang dibentuk oleh
pemerintah kabupaten/kota untuk mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa.
Pokja P2KTD terdiri dari OPD terkait dan mempunyai tugas sebagai berikut:
(a) Melaksanakan identifikasi dan verifikasi P2KTD untuk kebutuhan direktori yang
meliputi: kriteria, pengumuman dan pendaftaran calon P2KTD. Kriteria P2KTD
meliputi aspek legalitas, kapasitas teknis dan ketersediaan tenaga, serta
pengalaman.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 283


PROGRAM INOVASI DESA

(b) Mempersiapkan penyusunan direktori P2KTD per bidang kegiatan secara off-line
dan on-line.
• Melakukan verifikasi dan rekomendasi atas usulan TPID terhadap
kebutuhan desa akan jasa layanan teknis.
• Memberikan rekomendasi kepada Satker Provinsi untuk peserta pelatihan.
• Melakukan updating direktori P2KTD.
• Melakukan koordinasi dan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan
P2KTD.

4. Tenaga Ahli PID Provinsi

Tenaga ahli PID Provinsi untuk peningkatan kapasitas program Inovasi Desa memiliki
tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Mengkoordinasikan identifikasi,verifikasi, dan publikasi direktori P2KTD.
(b) Membantu tugas-tugas Satker Dekonsentrasi Provinsi terutama dalam kegiatan
sosialisasi, publikasi P2KTD dan pelatihan.
(c) Melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap TAPM dalam seluruh proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan P2KTD.
(d) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap progress dan hasil pelaksanaan
kegiatan P2KTD .
(e) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD

5. Tenaga Ahli Pemberdayaa Masyarakat (TAPM)


TAPM yang memfasilitasi P2KTD terdiri dari TA Infrastruktur, TA Pelayanan Sosial Dasar
dan TA Pengembangan Ekonomi Desa. TAPM tersebut memiliki tugas dan
tanggungjawab sebagai berikut:
(a) Melakukan koordinasi dengan Pemda Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan PID
temasuk pembentukan Pokja P2KTD Tim Inovasi Kabupaten, dan orientasi kepada
Pokja P2KTD;
(b) Membantu Tim Inovasi Kabupaten (TIK) khususnya Pokja P2KTD dalam kegiatan
sosialisasi, seleksi P2KTD, orientasi dan rapat koordinasi P2KTD;
(c) Mengidentifikasi kebutuhan dan ketersediaan P2KTD sesuai bidang layanan teknis.
(d) Memfasilitasi penyusunan Direktori P2KTD;
(e) Memastikan layanan jasa P2KTD sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Desa;
(f) Melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap PD dan PLD terkait dengan
P2KTD;

284| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

(g) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap progress dan hasil pengembangan
kapasitas P2KTD termasuk penyediaan data dan informasi terkait P2KTD;
(h) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD.

6. Pendamping Desa (PD) dan Pendamping Lokal Desa (PLD)

Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa memiliki tugas dan tanggungjawab
sebagai berikut:
(a) Memfasilitasi kegiatan sosialisasi P2KTD di Kecamatan dan Desa;
(b) Memfasilitasi TPID dalam proses identifikasi, perumusan dan prioritas, serta
penetapan P2KTD sesuai kebutuhan Desa;
(c) Memfasilitasi forum Musyawarah Desa untuk pertanggungjawaban hasil kerja
P2KTD;
(d) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan P2KTD.

D. Tahapan Pemanfaatan P2KTD


Pemanfaatan P2KTD dilakukan oleh Desa melalui pentahapan sebagai berikut: (1)
identifikasi kebutuhan P2KTD yang dilakukan oleh TPID; (2) verifikasi kebutuhan P2KTD
dalam APB Desa; (3) perumusan dan prioritas kegiatan P2KTD; (4) pelaksanaan kegiatan
P2KTD; (5) orientasi P2KTD; (6) pertanggungjawaban P2KTD.

1. Identifikasi Kebutuhan P2KTD di Desa (TPID)


Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kegiatan Desa yang membutuhkan
Jasa layanan teknis. Identifikasi dilakukan oleh TPID yang menangani kegiatan P2KTD
dengan mengecek APB Desa 2017 khususnya untuk bidang kegiatan ekonomi lokal dan
kewirausahaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Infrastruktur. Kegiatan
yang membutuhkan P2KTD adalah kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan oleh Kader
Pembangunan Desa maupun oleh tenaga Pendamping profesional karena
membutuhkan keahlian khusus. Kegiatan jasa layanan teknis yang dapat diberikan oleh
P2KTD meliputi pelatihan, konsultasi, bimbingan teknis, mentoring, studi kelayakan dan
pengembangan jejaring sesuai dengan kebutuhan inovasi Desa.

2. Verifikasi Kebutuhan P2KTD dalam APB Desa


Verifikasi kebutuhan P2KTD dimaksudkan untuk menilai kelayakan terhadap usulan
kegiatan yang diajukan oleh TPID terhadap desa-desa membutuhkan layanan P2KTD.
Verifikasi dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan
layanan P2KTD. Hasil verifikasi yang dilakukan oleh TIK-Pokja P2KTD disampaikan
kepada TPID berupa daftar usulan kegiatan yang layak untuk mendapat dukungan
layanan teknis serta P2KTD yang direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan Desa. Jika

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 285


PROGRAM INOVASI DESA

P2KTD yang dibutuhkan tidak tersedia dalam direktori, maka TIK dapat
merekomendasikan P2KTD dari luar wilayah kerjanya.

3. Perumusan dan Prioritas Kegiatan P2KTD


Hasil verifikasi kebutuhan P2KTD yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan
berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh P2KTD. Prioritas
kegiatan yang akan mendapat layanan P2KTD ditetapkan dalam rapat TPID dengan
kriteria sebagai berikut: (a) Desa berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan replikasi;
(b) kegiatan inovasi yang selaras dengan kebijakan pemerintah; (c) kegiatan yang
memiliki dampak langsung terhadap masyarakat; (d) kegiatan yang pelaksanaannya
melibatkan masyarakat; (e) mendukung prioritas layanan sosial dasar khususnya PAUD
dan Posyandu.

4. Pelaksanaan Kegiatan P2KTD


Berdasarkan kontrak kerjasama dengan TPID, P2KTD akan mulai melakukan kegiatan
persiapan, pelaksanaan bimbingan, capaian hasil kegiatan dalam memberikan layanan
teknis kepada desa. Dalam menjalankan tugasnya P2KTD wajib mendorong pelibatan
masyarakat dan mempersiapkan kader desa untuk keberlanjutan kegiatan
pembangunan.

5. Orientasi P2KTD
Orientasi P2KTD bertujuan untuk mempersiapkan P2KTD dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan ketentuan program inovasi desa. Penyelenggaraan orientasi dilaksanakan
di provinsi. Peserta orientasi P2KTD terdiri dari maksimal 6 orang per kabupaten yang
mewakili 6 P2KTD. Pemilihan peserta orientasi dilakukan oleh TIK- Pokja P2KTD
berdasarkan usulan TPID dengan mempertimbangkan jasa layanan teknis yang paling
banyak dibutuhkan oleh desa dalam skala kabupaten.

6. Pertanggungjawaban kegiatan P2KTD


P2KTD wajib menyusun laporan hasil kegiatan dan disampaikan kepada TPID dengan
tembusan pada desa-desa penerima jasa layanan. Laporan pertanggungjawaban terdiri
dari laporan kemajuan kegiatan dan hasil jasa layanan teknis P2KTD. Selain itu TPID
selaku pengelola dana operasional P2KTD pada DOK PPID wajib menyusun laporan hasil
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana dalam forum musyawarah antar desa
(MAD) dengan tembusan kepada TIK.

286| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 287
Contoh Pengisian Formulir Usulan Kegiatan yang Membutuhkan Layanan

Daftar Usulan Kegiatan Yang Membutuhkan PJLT


TA …………
Desa :SEKARSARI
Sekarsari
Kecamatan : DEPOK
Kabupaten : SLEMAN
Jenis layanan Ketersediaan
Biaya dalam Ketersediaan
No Usulan Kegiatan Lokasi Tujuan Kegiatan Penerima manfaat teknis yang SDM lokal yang
APBdes Calon Kader
dibutuhkan memiliki keahlian
PROGRAM INOVASI DESA

Meningkatkan
1 Peningkatan kapasitas guru PAUD Dsn. Sukajaya profesionalitas guru 5 orang guru PAUD Pelatihan Rp.7,500,000,- 2 orang tidak ada
PAUD
Bimbingan teknis dan
Tersedianya listrik belum ada, tapi PP tidak mempunyai
2 Pembangunan tenaga mikro hidro Dsn. Sukamakmur 50 kepala keluarga pendampingan Rp.75,000,000,-
dusun akan disediakan keahlian
pemeliharaan
……………., …………………………………………
Teknis di Desa

Kepala Desa
(____________________________)
PROGRAM INOVASI DESA

Contoh Pengisian Formulir Rekapitulasi Usulan dan Penilaian Kegiatan


Desa yang membutuhkan P2KTD

Rekapitulasi Usulan dan Penilaian Kegiatan Desa Yang Membutuhkan PJLT


TA …………
Kecamatan DEPOK
Kabupaten SLEMAN

Jenis layanan Ketersediaan Hasil


Biaya dalam Ketersediaan
No Nama Desa Usulan Kegiatan Tujuan Kegiatan Penerima manfaat teknis yang SDM lokal yang Penilaian
APBdes (Rp.) Kader
dibutuhkan memiliki keahlian (layak/tidak)

meningkatkan
1 Sekarsari Peningkatan kapasitas guru PAUD profesionalitas guru 5 orang guru PAUD Pelatihan 2.500.000,- 2 orang tidak ada layak
PAUD

Bimbingan teknis
Tersedianya listrik belum ada, tapi PP tidak mempunyai
2 Sekarsari Pembangunan tenaga mikro hidro 50 kepala keluarga dan pendampingan 75.000.000,- layak
dusun akan disediakan keahlian
pemeliharaan

Agar lingkungan yang


lebih nyaman dan
Pengelolaan sampah desa berbasis PP tidak mempunyai
3 Makmurjaya meningkatkan 10 orang Pelatihan 25.000.000 1 orang layak
masyarakat keahlian
pendapatan
masyarakat

Meningkatkan
kemampuan
perangkat desa dalam Bimbingan teknis PP mempunyai
4 Sukaringin Peningkatan kapasitas bagi perangkat desa 3 orang perangkat desa 10.000.000 belum ada tidak
membuat laporan dan pendampingan keahlian
pertanggungjawaban
keuangan

Pembuatan sumur ada 1 tenaga ahli di


5 Meranti Pembuatan sumur bor Penyediaan air bersih 4 kepala keluarga 30.000.000 1 orang tidak
bor desa

Peningkatan kapasitas perajin tas blok Meningkatkan nilai ada 1 tenaga ahli di
6 Karangrejo 20 orang Pelatihan 20.000.000 3 orang layak
ransel jual desa

Menciptakan
lingkungan yang lebih
Peningkatan kapasitas pengelolaan sampah nyaman dan Konsultasi,
7 Karangrejo 5 orang 35.000.000 1 orang SDM lokal tidak ada layak
desa menigkatkan pendampingan
pendapatan
masyarakat

Menyediakan rumah Bimbingan teknis


8 Beringin Rehab rumah sehat 3 orang 75.000.000 belum ada SDM lokal ada tidak
layak huni dan pendampingan

Meningkatkan
Peningkatan distribusi penjualan produk Pengembangan PP dan SMD lokal tdk
9 Triwarno produksi dan 15 orang 30.000.000 belum ada layak
kuningan jejaring ada
pendapatan

Mengurangi SDM dan PP tidak


10 Warnawarni Pengadaaan sarana biopori 10 kepala keluarga Bimbingan teknis 10.000.000 2 orang layak
genangan air ada

……………., …………………………………………

Tim Pengelola Inovasi Desa

(________________________________)

288| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Contoh Pengisian Tabel Rekomendasi P2KTD

Tabel Rekomendasi Kebutuhan PJLT


TPID Kecamatan : DEPOK

PJLT yang
No Kegiatan Lokasi Jenis layanan Jumlah Dana Hasil Verifikasi
direkomendasikan
1 Peningkatan guru PAUD Sekarsari Pelatihan 2,500,000 layak Himpaudi

Bimbingan teknis dan


2 Pembangunan mikro hidro Sekarsari pendampingan 75,000,000 layak PT.Griya lestari
pemeliharaan

Pengelolaan sampah
3 Makmurjaya Pelatihan 25,000,000 layak LSM Pesona Alam
berbasisi masyarakat

Peningkatan kapasitas
4 Karangrejo Pelatihan 20,000,000 layak LSM Bintang gading
perajin tas blok ransel

Peningkatan kapasitas Konsultasi,


5 Karangrejo 35,000,000 layak LSM Adikarya Abadi
pengelolaan sampah desa pendampingan

Peningkatan distribusi
6 penjualan produk Triwarno Pengembangan jejaring 30,000,000 layak Bina Kreatif
kuningan

7 Pengadaan sarana biopori Warnawarni Bimbingan teknis 10,000,000 layak Banguncipta

Tim Inovasi Kabupaten ………


Kelompok Kerja PJLT

Ketua Sekretaris

(____________________) ( ________________________ )

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 289


PROGRAM INOVASI DESA

Contoh Pengisian

Hasil Perumusan dan Prioritas Pemanfaatan PJLT

Kecamatan : DEPOK
Kabupaten : SLEMAN
Kriteria Prioritas Usulan

Selaras Layanan
No Kegiatan Lokasi Komitmen Manfaat Partisipasi Nilai Ranking
kebijakan Sosial
Replikasi Masyarakat Masyarakat
Pemerintah Dasar

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Peningkatan guru
1 Sekarsari ٤ 4 4 4 4 20 1
PAUD
Pembangunan mikro
2 Sekarsari 4 1 4 3 1 13 5
hidro
Pengelolaan sampah
3 Makmurjaya 3 3 4 3 1 14 4
berbasis masyarakat
Peningkatan kapasitas
4 Karangrejo 4 4 4 3 1 16 3
perajin tas blok ransel
Peningkatan kapasitas
5 pengelolaan sampah Karangrejo 2 3 3 2 1 11 7
desa
Peningkatan distribusi
6 penjualan produk Triwarno 3 3 3 3 1 12 6
kuningan
Pengadaan sarana
7 Warnawarni 4 4 4 4 3 19 2
biopori

Hasil Perangkingan Prioritas Kegiatan PJLT:

1. Peningkatan kapasitas guru PAUD


2. Pengadaaan sarana biopori
3. Peningkatan kapasitas perajin tas blok ransel
4. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat
5. Pembangunan mikro hidro
6. Peningkatan distribusi penjualan produk kuningan
7. Peningkatan pengelolaan sampah desa

Tim Pengelola Inovasi Desa


Ketua

(_______________________)

290| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 7.1.1

Komunikasi dan Paradigma Pembangunan

Pembangunan dilaksanakan mengacu pada paradigma yang menjadi landasannya.


Berbagai Paradigma yang dianut oleh berbagai Negara untuk menjalankan proses
pembangunan berimplikasi pada pola komunikasi yang dikembangkannya. Di Indonesia,
implementasi pembangunan pernah dicoba dengan berbagai paradigma seiring dengan
pergantian era kepemimpinan nasional, seperti Paradigma Modernisme, Paradigma
Ketergantungan dan Paradigma Partisipatoris.

A. Pola Komunikasi dalam Paradigma Modernisme


Dalam paradigma ini, pembangunan dimaknai sebagai modernisasi yang mengedepan-
kan pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi, urbanisasi, pemanfaatan teknologi
padat modal dan perencanaan terpusat (sentralistik). Dalam paradigma ini, kemiskinan
dipersepsikan secara kultural. Penyebab berbagai keterbelakangan masyarakat adalah
sistem sosial budaya yang tidak mendukung. Beberapa argumentasinya menyatakan
bahwa tradisionalitas masyarakat dinilai sebagai faktor pembentuk kepribadian
masyarakat menjadi lemah, malas, santai dan demotivasi. Sebuah fenomena yang
kontraproduktif dengan cita-cita yang diinginkan pemerintah. Oleh sebab itu budaya
semacam ini harus diubah dan “dibongkar habis” melalui pendekatan pembangunan
top-down (atas-bawah, atau pusat-daerah/ pinggiran). Pola komunikasi yang
dikembangkanpun bersifat Satu Arah untuk menunjang tercapainya orientasi
pembangunan yang diputuskan sepihak oleh pemerintah. Masyarakat diposisikan
sebagai obyek yang harus diubah cara pandang, mentalitas dan perilakunya agar dapat
dengan mudah digerakkan sesuai tujuan yang diinginkan.
Kelemahan pola komunikasi satu arah:
• Tujuan komunikasi hanya menjadi milik si pemberi pesan (penyelenggara
program)
• Penerima pesan hanyalah obyek yang tidak merasa memiliki dan berkepentingan
untuk berkomunikasi
• Terjadi mobilisasi sosial dalam sebagai konsekuensi penyelenggaraan
pembangunan yang didesain secara terpusat
• Komunikasi yang dialogis tidak terjadi karena tidak ada kesetaraan hubungan
antara pemberi pesan dengan penerima pesan
• Relasi pemberi pesan dengan penerima pesan memperlihatkan hubungan antara
pihak penguasa dengan yang dikuasai (hegemonik) sehingga pesan yang
disampaikan lebih berfungsi sebagai alat legitimasi kekuasaan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 291


PROGRAM INOVASI DESA

• Pola Komunikasi searah cenderung menyeragamkan padahal komunikasi selalu


berbeda di setiap tempat, sebagaimana perbedaan komunikasi antara masyarakat
agraris dengan masyarakat pesisir.

B. Paradigma Ketergantungan
Paradigma Modernisme dalam pembangunan menciptakan ketergantungan yang besar
dari negaranegara miskin terhadap negara-negara kaya (adidaya) sebagai produsen
teknologi. Penerapan kebijakan modernisasi secara sistematis telah mengubah sistem
sosial budaya masyarakat lokal yang berakibat pada tergerogotinya modal sosial.
Kerjasama (kohesivitas) dan saling percaya (mutual trust) telah tergantikan dengan
individualistis, lunturnya solidaritas, maupun kompetisi yang tidak sehat.
Dalam paradigma ketergantungan kadang-kadang terjadi pola komunikasi yang
partisipatif, namun dominasi para stakeholders untuk terlibat dalam proses
pembangunan masih mengemuka. Peran aktif stakeholders ditujukan lebih pada
justifikasi agar hasil pembangunan terkelola dengan baik dan berkelanjutan bukan untuk
memberdayakan masyarakat. Namun tidak semuanya berjalan demikian, karena
pemerintah kemudian menyadari dan menjalankan pola komunikasi dua arah dan searah
secara bersamaan. Media komunikasi dipakai dalam mendidik dan melatih masyarakat
namun sepenuhnya dibawah kontrol pemerintah.

C. Paradigma Partisipatoris
Bermasalahnya implementasi pembangunan yang berorientasi modernisme dan
ketergantungan menyadarkan semua pihak untuk membenahi kembali sistem sosial
yang carut marut. Proses pembangunan berbasis komunitas mulai dikembangkan
dikawal oleh organisasi-organisasi non pemerintah. Modal sosial ditumbuhkan kembali
melalui penguatan solidaritas, kerjasama dan kepercayaan. Pemberdayaan masyarakat
dilakukan melalui penguatan institusi komunitas (Community-based Organization) dan
partisipasi masyarakat ditumbuhkan.
Komunikasi dalam paradigma partisipatoris memposisikan seluruh stakeholders
untuk terlibat dalam seluruh tahap pembangunan. Komunikasi berlangsung dua arah
(dialogis) bahkan dalam perkembangannya berlanjut multi arah. Tujuan komunikasi
bukan untuk mempromosikan gagasan agar publik tertarik tetapi untuk menggalang
partisipasi masyarakat seluas-luasnya. Orientasinya adalah berbagi pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman dalam mengidentifikasi masalah, menganalisisi potensi
dan merumuskan problem solving melalui perancangan program.
Modal sosial diletakkan sebagai motor penggerak pelaksanaan pembangunan
termasuk program penanggulangan kemiskinan. Ikatan sosial yang kokoh hanya dapat
dibangun oleh jaringan sosial yang mengakar. Modal sosial dibentuk melalui
kebersamaan (kolektivitas) dan solidaritas antar individu. Selain menumbuhkan saling
percaya antar anggota komunitas (Putnam dalam Shoemake, 2006) keadaan ini juga
membangkitkan kepercayaan berbagai pihak luar kepada komunitas tersebut.
Komunikasi sangat berperan dalam mengorganisasikan empati atau sekedar

292| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

mengintensifkan keakraban komunitas. Pada waktunya nanti, komunitas berpeluang


membangun jaringan eksternal dengan berbagai pihak terkait dalam mengakses
sumberdaya luar agar semakin mendorong pengembangan potensi internalnya.
Produktivitas sosial adalah salah satu tujuan komunitas bermodal sosial (Partha
Dasgupta and Ismail Serageldin, 2000: 3).
Masyarakat yang tidak memiliki jaringan kerjasama akan kesulitan memperoleh
kesetaraan dan kehilangan kesempatan untuk menjadi masyarakat kompetitif. Modal
sosial adalah keharusan imperatif yang mesti dimiliki oleh masyarakat yang
menginginkan kehidupan demokratis sejalan dengan perkembangan kesejahteraan
kehidupannya (Budi Rajab, 2005). Pembangunan yang mengedepankan aspek
kemanfaatan strategis membangkitkan modal sosial sebagai sarananya. Masyarakat Sipil
(Civil Society) yang dicita-citakan Dahrendorf itu sekarang mulai mendapatkan
pengakuan dari negara dan menjadi penopang pembangunan.
Pembangunan yang diabdikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tidak
dapat dilepaskan dari motivasi, paradigma, etika kerja dan nilai-nilai hidup yang
mendasarinya. Sehingga target meningkatnya pengetahuan, keahlian dan faktor-faktor
ekonomis, tidak bermakna apa-apa jika tidak berpulang pada kemaslahatan manusia
(Soedjatmoko, Pembangunan Berdimensi Manusia, 1983).
Kesejahteraan yang dimaksud digali dan dielaborasi dari oleh dan untuk
masyarakat. Memposisikan masyarakat sebagai subyek pembangunan adalah proses
mengembalikan manusia sebagai subyek (humanisasi). Setiap warga negara memiliki
hak untuk berinteraksi dan menentukan kehidupannya sendiri bersama komunitasnya.
Negara melalui stakeholdersnya menghormati otoritas tersebut karena kondisi ini
menghidupkan suasana demokrasi. Komunikasi di dalamnya berlangsung partisipatif
dan dialogis. Teknik dan media yang digunakan multi arah. Mendengar dan berbicara
menjadi sama pentingnya. Semua pihak berperan sebagai subyek yang memiliki
persepsi, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk selalu dibagi dan
dipertukarkan (knowledge sharing) dalam proses pengambilan keputusan. Jika
keberlanjutan pola interaksi ini mampu dipertahankan maka akan muncul beragam
orisinalitas prakarsa komunitas yang digagas dan dikelola secara mandiri untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Paradigma partisipatoris mengedepankan proses
komunikasi yang dialogis. Komunikasi benar-benar ditujukan untuk mencapai saling
percaya dan konsensus antar para stakeholders. Berikut ini perbedaan masing-masing
pola komunikasi dalam Paradigma Pembangunan.

Tabel 1 Pola Komunikasi Yang digunakan dalam berbagai Paradigma


Komunikasi

PARADIGMA KOMUNIKASI
ASPEK
Modernisme Ketergantungan Partisipatoris
Nilai Media untuk Media untuk Dialog adalah esensi dari proses
penyebarluasan mencapai komunikasi. Media digunakan
keswadayaan sebagai alat bantu untuk

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 293


PROGRAM INOVASI DESA

PARADIGMA KOMUNIKASI
ASPEK
Modernisme Ketergantungan Partisipatoris
kemajuan, sikap dan proses-proses dialog bersama
perilaku modern stakeholders.
Tujuan Menyebarluaskan Mendidik dan Berbagi persepsi, pengetahuan
informasi pada melatih masyarakat dan pengalaman untuk
khalayak luas menyusun rencana tindakan
(diseminasi) bersama dalam mencapai
perubahan
Model Satu Arah Satu Arah dan Dua Dua arah dan multi arah (dialog
Komunikasi arah dan saling belajar)
Pelaku • Subjek • Subjek : • Semua pemangku
Komunikasi :Kelompok yang Kelompok kepentingan adalah subjek .
mempunyai yang • Objek : relaitas kehidupan
pengetahuan mempunyai • Pola hubungan : setara,
dan kekuasaan pengetahuan Fasilitator – warga belajar
• Objek : (pelatih,
masyarakat penyuluh dll)
sasaran • Objek :
masyarakat
sasaran
• Pola hubungan
: guru dan
murid
Hasil • Pelaku memperoleh pengetahuan dari • Memberdayakan
masyarakat • Peningkatan pengetahuan
• Tidak memberdayakan dan perubahan sikap dan
• Penyelesaian masalah semata untuk perilaku yang didasarkan
kegiatan komunikasi-informasi tanpa pada kesadaran kritis dan
melibatkan komunitas berkelanjutan
• Bertumpu pada keahlian pihak luar • Pertukaran informasi semua
• Tindakan komunitas bukan didasarkan pemangku kepentingan
pada kesadaran kritis tetapi karena • Rencana bersama para
keterpaksaan dan tidak berkelanjutan pemangku kepentingan
yang memuat kegiatan
untuk menangani masalah
bersama sekaligus juga
program/kegiatan untuk
informasi, komunikasi, dan
pengelolaan pengetahuan
• Mengupayakan
transformasi pengetahuan,
keterampilan dan
kemampuan dari pihak lain
terhadap komunitas melalui
proses saling memahami
yang dikembangkan dalam
kegiatan komunikasi,
informasi, dan pengelolaan

294| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

PARADIGMA KOMUNIKASI
ASPEK
Modernisme Ketergantungan Partisipatoris
pengetahuan untuk
menyelesaikan masalah

Komunikasi partisipatoris lambat laun melahirkan solidaritas di level masyarakat


dan kepercayaan para pemangku kepentingan. Kepedulian dan kohesivitas yang diasah
terus menerus dan ditradisikan melalui rutinitas pertemuan dikenal sebagai modal sosial.
Orientasi pembangunan yang mengarusutamakan komunikasi partisipatoris dalam
penanggulangan kemiskinan diharapkan mampu merangsang tumbuh berkembangnya
komunitas-komunitas semacam ini. Komunitas-komunitas yang memiliki modal sosial
yang kuat akan mendorong tercapainya pembangunan yang partisipatif, efektif dan
demokratis.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 295


PROGRAM INOVASI DESA

296| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 7.2.1

Strategi Komunikasi Program Pembangunan

A. Pendahuluan

Tujuan utama komunikasi program pembangunan adalah meningkatkan pengetahuan


dan mengubah sikap dan perilaku para pemangku kepentingan yang berkaitan dengan
isu tertentu yang ingin dipecahkan. Artinya proses, teknik dan media komunikasi yang
digunakan harus mampu memfasilitasi para pemangku kepentingan dalam : (1)
memahami situasi dan kondisi; (2) menyelesaikan konflik; (3) membangun konsensus;
(4) merencanakan aksi untuk perubahan dan keberlanjutan; (5) memiliki pengetahuan
dan keterampilan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat dan; (6)
memperbaiki efektivitas kelembagaan.
Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi
(communication planning) dan manajemen (communication management) untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata
bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan
kondisi (Effendi, 1981:84). Suatu proyek harus mendefinisikan sebelumnya mengenai
apa dan untuk siapa informasi dimaksud dan bagaimana penerima seharusnya
menerjemahkannya dalam komunikasi dan tindakan.
Cara terbaik mencapai ini adalah melalui suatu strategi komunikasi yang sistematis
dan menyeluruh. Penggunaan komunikasi secara sistematis sangat penting, bukan
hanya implementasi proyek, tapi juga penetapan kebijakan/program yang dibentuk
untuk meningkatkan partisipasi dalam dukungannya terhadap pembangunan
berkelanjutan. Komunikasi adalah proses dua arah dimana kombinasi alur informasi dan
pengalaman “dari atas” dan “dari bawah” untuk menganalisis suatu keadaan,
menentukan karakteristik kelompok strategis, serta persoalan kunci yang harus
ditangani untuk mendapatkan gabungan terbaik dari instrumen kebijakan. Undang-
undang yang dibuat dengan seksama, insentif ekonomis, atau solusi teknologi tidak
akan berfungsi sebelum masyarakat terkait diinformasikan, ditanyakan pendapatnya,
dan akhirnya mendapatkan kepemilikan atas perubahan dan intervensi yang dimulai
untuk menangani persoalan yang ditangani.
Secara umum strategi komunikasi dilakukan melalui tahapan/langkah analisis
masalah, merumuskan tujuan komunikasi, merancang pesan kunci, menentukan saluran,
metode, dan media komunikasi, Merencanakan Kegiatan Pengembangan Media,
Produksi dan Ujicoba Media, penggunaan media, Monitoring dan Sistem Pengelolaan
Informasi, dan Evaluasi dan Analisa Masalah

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 297


PROGRAM INOVASI DESA

B. Analisis Masalah

Strategi komunikasi yang baik diawali dari pemahaman terhadap masalah yang ingin
dipecahkan oleh program yang disebabkan oleh masalah komunikasi, konteks wilayah
sasaran dan khalayak yang akan diubah pengetahuan, sikap dan perilakunya. Oleh
karena itu dasar untuk menyusun strategi komunikasi adalah: (1) analisis situasi; (2)
analisis masalah komunikasi/informasi dan; (3) analisis khalayak.
Analisis situasi diperlukan untuk melihat gambaran karakteristik wilayah layanan
program seperti kondisi sosial ekonomi, sosial budaya, pola komunikasi dan media yang
biasa digunakan.cAnalisis masalah dibutuhkan untuk mengetahui permasalahan
komunikasi berkaitan dengan isu-isu pembangunan yang ingin dipecahkan oleh
program. Dalam analisis masalah harus dilakukan kajian apakah permasalahan
pembangunan yang ada diakibatkan oleh kesenjangan komunikasi/informasi atau
kesenjangan lainnya.
Analisis khalayak dilakukan untuk mengetahui karakteristik khalayak sasaran
berkaitan dengan pengetahuan, sikap, perilaku dan juga kepentingan terhadap
informasi yang akan dikomunikasikan. Penentuan khalayak sasaran didasarkan kepada
identifikasi pemangku kepentingan dalam isu-isu yang diusung oleh program.
Pemangku kepentingan adalah grup atau individu yang dapat terkena dampak dari
capaian suatu program, proyek, atau lembaga (Freeman, 1984, p.vi). Mengacu pada
definisi ini, pemangku kepentingan termasuk mereka yang terkena efek langsung
maupun tidak dari pelaksanaan kegiatan atau program; mereka yang berpartisipasi
dalam implementasi suatu program; dan mereka yang memiliki kepentingan terhadap
suatu program serta kemampuan untuk memengaruhi dan membuat keputusan terkait
pelaksanaan suatu program.
Setelah pemetaan stakeholder dilakukan, elaborasi lebih lanjut diperlukan untuk
mengetahui tingkat kepentingan dan power, terkait dengan isu atau program. Diagram
berikut menggambarkan tingkat kepentingan dan power, serta metode pelibatan yang
dibutuhkan.

298| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

“Kepentingan” atau ”interest” adalah sejauh mana stakeholders terkena dampak


dari implementasi program, dan bagaiman tingkat kepentingan dan perhatiannya
terhadap program. Sedangkan “kuasa” atau “power” adalah pengaruh yang dimiliki
stakeholders terhadap program maupun kebijakan, serta seberapa jauh mereka dapat
membantu pencapaian program atau perubahan yang diharapkan. Hasil dari analisis ini
akan bermanfaat untuk menetapkan metode yang paling tepat untuk pelibatan mereka
dalam program.
Stakeholders dengan tingkat kepentingan dan kuasa yang tinggi perlu untuk
dilibatkan dalam kegiatan program secara intensif. Stakeholders dengan tingkat
kepentingan tinggi tapi kuasa rendah, perlu untuk terus diinformasikan mengenai
implementasi program. Stakeholders dengan tingkat kuasa tinggi namun kepentingan
rendah, perlu dijaga kepuasannya terhadap informasi yang diberikan oleh program. Dan
terakhir, stakeholders dengan tingkat kepentingan dan kuasa rendah, perlu untuk terus
dimonitor kebutuhan informasi dan komunikasinya

C. Perumusan Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi bisa merupakan tujuan jangka panjang (3-5 th) maupun tujuan
jangka pendek (1-2 th) yang disebut juga sebagai tujuan strategis. Tujuan strategis
memiliki karakteristik antara lain: hasil yang akan dicapai dirasakan banyak orang, dapat
mengatasi persoalan mendesak, dan berdampak luas. Tujuan komunikasi diarahkan
untuk mencapai suatu perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku yang diharapkan
oleh program dari kondisi awal yang sudah diidentifikasi dalam analisis masalah. Demi
efesiensi dan efektivitas, tujuan komunikasi harus dirumuskan dengan jelas. Program
harus memiliki tujuan komunikasi yang dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu,
dimana hasilnya dapat diamati dan diukur. Tujuan komunikasi inilah yang akan menjadi
acuan dalam pengembangan pesan dan penentuan saluran serta media pendukung.

D. Merancang Pesan Kunci

Tujuan komunikasi diturunkan ke dalam pesan-pesan khusus untuk setiap khalayak


sasaran. Pesan yang akan disampaikan bisa jadi umum untuk semua khalayak, akan
tetapi ada pesan-pesan untuk khalayak sasaran tertentu disesuaikan dengan tugas,
peran dan fungsi mereka dalam pembangunan desa. Berdasarkan peran-peran yang
sudah diidentifikasi pada pemetaan khalayak sasaran, maka bisa dirumuskan jenis pesan
yang bersifat informasional yaitu yang berisi informasi lengkap yang terdiri dari fakta
dan teori; pesan yang bersifat motivasional yaitu yang membujuk dan berisi informasi
analitis, sebab – akibat dan; pesan yang bersifat instruksional yang terdiri dari langkah-
langkah dan apa akibatnya jika tidak mengikuti langkah-langkah tersebut.
Pesan yang disampaikan idealnya harus memenuhi prinsip AIDA, yaitu bisa
memberikan perhatian (attention) , menarik (interest), membangkitkan keinginan
(desire), dan menghasilkan tindakan (action). Pesan yang efektif harus dapat
menyelesaikan 4 masalah, yaitu bagaimana, apa, dimana, dan siapa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 299


PROGRAM INOVASI DESA

E. Menentukan Saluran, Metode, dan Media Komunikasi

Saluran, metode, dan media komunikasi didasarkan kepada karakteristik pesan, khalayak
sasaran, ketersediaan biaya, dan ketersediaan fasilitas tid pendukung. Media film tentu
tidak tepat guna bagi khlayak di wilayah yang tidak ada energi listrik dan/atau kelompok
tunarungu. Dalam menentukan saluran dan media komunikasi yang akan digunakan
juga harus dipertimbangkan kelemahan dan kelebihan masing-masing media.

F. Merencanakan Kegiatan Pengembangan Media

Program memiliki kepentingan atas terpenuhinya jadwal penyelesaian pekerjaan, karena


tujuan yang ingin dicapai oleh program juga memiliki target waktu. Dengan adanya
strategi komunikasi, pelaksana program akan dengan mudah melakukan perencanaan
kegiatan pengembangan media. Apabila media-media komunikasi dibutuhkan pada
saat yang bersamaan atau pun berdekatan, program harus yakin bahwa kegiatan
pengembangan media dapat selesai pada saat yang telah dijadwalkan.

G. Produksi dan Ujicoba Media

Pengembangan Media sebagai kegiatan teknis, harus dilakukan berdasarkan kepada


acuan-acuan yang telah dikembangkan sebelumnya. Dalam tahap ini, semua hasil
kegiatan pada tahap sebelumnya, dibutuhkan untuk pengembangan media. Produksi
dan Ujicoba Media adalah tahapan dimana suatu media dikembangkan mulai dari
pengembangan pesan-pesan utama, pengembangan naskah, pengembangan
visualisasi, penataan letak, ujicoba pencetakan dan penggandaan media dilakukan di
dalamnya.

H. Penggunaan Media

Media yang telah selesai dikembangkan, akan sia-sia jika tidak digunakan sesuai dengan
tujuan pengembangannya dan strategi komunikasi yang telah dikembangkan. Program
harus dapat menjamin bahwa media yang telah dikembangkan digunakan sebagai
peruntukannya, apabila menginginkan tercapainya tujuan komunikasi. Pengguna media
biasanya bukanlah orang-orang yang mengembangkan media. Karenanya, program
perlu mengembangkan suatu panduan penggunaan media dan latihan penggunaannya
untuk menjamin berjalannya strategi komunikasi dan terjadinya komunikasi dengan
menggunakan media itu sendiri.

I. Monitoring dan Sistem Pengelolaan Informasi

Kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukan sesuai strategi komunikasi yang dikem-


bangkan, belum tentu dapat mencapai tujuan komunikasi yang telah ditetapkan. Sedetil
apapun dan secermat apapun perencanaan yang dikembangkan, selalu saja diperlukan
adanya penyesuaian-penyesuaian. Untuk dapat menjamin tercapainya tujuan

300| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

komunikasi, Program harus melakukan pemantauan atas kegiatan-kegiatan komunikasi


yang dilakukan sambil terus mengamati perubahan-perubahan yang terjadi. Adanya
perubahan situasi, dapat saja mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kegiatan
komunikasi. Tanpa adanya mekanisme pemantauan dan pengelolaan informasi,
Program akan mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam
waktu singkat. Program dituntut untuk dapat mengembangkan mekanisme pengelolaan
informasi dan mekanisme pemantauan, agar penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi di lapangan dapat diketahui sesegera mungkin untuk dapat dilakukan
pengambilan keputusan penyesuaian.

J. Evaluasi dan Analisa Masalah

Evaluasi merupakan kegiatan pengukuran secara sistematis yang dilakukan oleh


Program, untuk menilai sejauh mana keberhasilan program dalam mencapai tujuannya.
Evaluasi secara keseluruhan juga akan mencakup evaluasi terhadap kajian di bidang
kegiatan komunikasi. Dalam hal ini, biasanya pertanyaan-pertanyaan evaluasi diarahkan
untuk mengetahui apakah kelompok sasaran/khalayak telah terjangkau oleh program;
apakah terdapat perubahan pada kelompok sasaran/khalayak (pengetahuan, sikap atau
pun perilaku); sejauh mana perubahan terjadi; mengapa terjadi atau tidak terjadi
perubahan dan sebagainya.
Secara alami, program tidak akan mungkin memecahkan semua masalah yang ada
pada suatu kelompok sasaran di suatu wilayah dalam satu waktu. Permasalahan yang
belum terpecahkan akan dikaji ulang dan dicoba dicarikan jalan keluarnya. Jika
permasalahan berhasil dipecahkan, akan muncul permasalahan lainnya yang menjadi
penting untuk dipecahkan. Program akan bergerak maju, untuk memecahkan masalah-
masalah berikutnya. Pada tahap ini, kegiatan evaluasi sebenarnya merupakan bagian
dari kegiatan Analisa Program / Masalah (tahap pertama) untuk program berikutnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 301


PROGRAM INOVASI DESA

302| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 8.1.1

Panduan Rapat Koordinasi


Program Inovasi Desa (PID)

A. Pendahuluan
Program Inovasi Desa (PID) hadir sebagai upaya mendorong peningkatan kualitas
pemanfaatan Dana Desa (DD) dengan memberikan rujukan inovasi pembangunan Desa
serta merevitalisasi peran pendamping dalam pengembangan potensi ekonomi lokal
dan kewirausahaan, pengembangan sumber daya manusai serta infrastruktur Desa.
Melalui Program Inovasi Desa (PID) diharapkan mampu memicu munculnya inovasi dan
pertukaran pengetahuan secara partisipatif. Program Inovasi Desa (PID) merupakan
salah satu bentuk dukungan kepada Desa agar lebih efektif dalam menyusun
penggunaan DD sebagai investasi dalam peningkatan produktifitas dan kesejahteraan
masyarakat.
Tujuan PID adalah 1) Pengarusutamaan kegiatan-kegiatan inovasi yang dapat
mendorong efektivitas penggunaan atau investasi dana di Desa menuju peningkatan
produktivitas Desa melalui proses pengelolaan pengetahuan secara sistematis,
terencana dan partisipatif; 2) Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan dan
pengelolaan program. Proses pengelolaan pengetahuan secara sistematis meliputi
proses identifikasi inovasi, validasi, dokumentasi, proses pertukaran pengetahuan atau
eksposisi dan replikasi. Melalui proses ini diharapkan adanya bursa pengetahuan dan
inovasi desa pembangunan perdesaan
Program Inovasi desa dalam pelaksanaannya pasti membutuhkan perangkat
koordinasi yang efektif untuk menunjang efektivitas gerak serta peran antar bagian di
dalamnya. Koordinasi dalam Program Inovasi Desa (PID) telah menjadin agenda rutin
yang dituangkan dalam rencana kerja pada setiap tingkatan mulai dari desa sampai
dengan nasional, dan menjadi sangat penting karena dalam rapat koordinasi diharapkan
terjadi kesinambungan yang sinergis antar pihak untuk keberlangsungan kegiatan baik
aspek keproyekan maupun keprogramannya. Pada momen rapat koordinasi tersebut
terutama juga dimanfaatkan untuk mengungkap permasalahan-permasalahan yang
dihadapi sekaligus mencari upaya penyelesaiannya, pemenuhan kebutuhan peningkatan
kapasitas bagi pelaku – pelaku program dan penyampaian informasi program terkini.
Khusus pelaksanaan koordinasi di tingkat Kabupaten, Tim Inovasi Kabupaten (TIK)
disediakan alokasi khusus Dana rakor TIK di tingkat Kabupaten. Dalam pelaksanaanya
TIK dan Tenaga Ahli Kabupaten bertanggungjawab terhadap kualitas penyelenggaraan
rapat koordinasi dimaksud. Tenaga Ahli Kabupaten bertanggungjawab terhadap
substansi forum rapat koordinasi Kabupaten dengan mendasarkan pada situasi kondisi
pelaksanaan program di lapangan. Rapat koordinasi dirancang untuk dapat
dimanfaatkan menjadi wahana refleksi dan evaluasi terhadap kinerja program, mengi-

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 303


PROGRAM INOVASI DESA

dentifikasi berbagai masalah yang dihadapi, memetakan berbagai kekuatan dan


kelemahan, merumuskan isu-isu utama, serta menetapkan langkah-langkah strategis
untuk dapat diimplementasikan di kabupaten maupun kecamatan secara operasional.

B. Tema Rakor
Rapat koordinasi TIK tingkat Kabupaten merupakan rapat kordinasi tematik yang
merefleksikan semangat dan tujuan yang hendak dicapai sehingga tercermin dalam
agenda pokok yang akan dibahas/dilakukan dalam rapat tersebut. Tema dibahas dan
disusun pada pertemuan persiapan rapat koordinasi TIK yang melibatkan tenaga ahli
Kabupaten dan TIK Kabupaten

C. Materi
Materi dan pokok bahasan rapat koordinasi mendasarkan pada tema rapat koordinasi
serta pemenuhan kebutuhan peningkatan kinerja Program Inovasi Desa (PID) berkaitan
dengan progres dan situasi kondisi pelaksanaan Program Inovasi desa.

D. Tujuan
Secara umum rapat koordinasi adalah
1. Pembinaan dan Pengendalian pelaksanaan seluruh tahapan kegiatan Program
Inovasi desa;
2. Penyampaian Laporan Program secara Rutin dan Berkala;
3. Mengkonsolidasikan/mengkoordinasikan jajaran fungsional dengan struktural
dalam sebuah forum sehingga muncul sinergisitas dalam pelaksanaan Program
inovasi Desa di Kabupaten, Kecamatan dan Desa;
4. Menyampaikan informasi kebijakan program sekaligus merumuskan langkah
secara konkrit pelaksanaan kebijakan Program Inovasi Desa;
5. Membahas kemajuan dan pencapaian target kegiatan;
6. Menyampaikan hasil supervisi dan monitoring pelaksanaan kegiatan program;
7. Meningkatkan kapasitas Tim Inovasi desa, Tenaga Ahli Kabupaten, pendamping
Desa, dan Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID).

E. Hasil yang Diharapkan


1. Dirumuskannya risalah hasil rapat yang disepakati bersama yang dapat dijadikan
sebagai acuan untuk pelaksanaan kegiatan program sampai dengan periode rapat
koordinasi berikutnya;

304| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

2. Dihasilkan panduan-panduan teknis yang secara operasional dapat membantu


Pendmaping Desa maupun pelaku program lainnya dalam melaksanakan Program
Inovasi Desa;
3. Tersampaikannya umpan balik pelaksanaan kegiatan di Kecamatan dan hasil
supervisi-monitoring oleh Kabupatensecara tertulis;
4. Modul, panduan dan kebijakan dapat dideseminasikan kepada Pendamping desa/
TIK kabupaten serta dipastikan mekanisme deliveri lanjutannya pada tingkatan di
bawahnya;
5. In service training sebagai bagian dari proses capacity building dapat dilakukan
oleh Tenaga Ahli Kabupaten/TIK Kabupaten kepada Pendamping Desa dan TPID;
6. Terjalinnya komunikasi yang harmonis antara jajaran struktural dengan fungsional
dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa.

F. Agenda Rakor TIK-PID


Agenda Wajib
Agenda wajib yang harus dilaksanakan pada setiap pelaksanaan rakor provinsi meliputi:
1. Materi Capacity Building;
2. Materi menyangkut spesialisasi Tenaga ahli Kabupaten;
3. Agenda khusus untuk Tim inovasi desa;
4. Laporan Program, Evaluasi capaian RKTL dan target capaian hasil rekomendasi
rakor sebelumnya;
5. Evaluasi capaian KPI Program Inovasi desa;
6. Penanganan masalah dan kendala-kendala pelaksanaan Program Inovasi Desa
(PID);
7. Evaluasi pendampingan desa terkait pembangunan desa;
8. Evaluasi dana desa dan data Pembangunan Desa.

Agenda Tambahan
1. Rakor TIK terbuka untuk membahas agenda tambahan sesuai dengan kebutuhan
lokal yang dinilai perlu pembahasan khusus.
2. Agenda tambahan juga bisa digunakan untuk menghadirkan nara sumber
eksternal yang relevan dengan kebutuhan dari berbagai unsur praktisi, perguruan
tinggi, GOI, NGO, dan lain-lain.

G. Teknis Pelaksanaan
Agar pelaksanaan rakor berjalan baik, efektif dan efesien, maka perlu dilakukan berbagai
persiapan oleh TIK bersama Tim TA Kabupaten, adapun beberapa hal yang perlu
dipersiapkan minimal meliputi:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 305


PROGRAM INOVASI DESA

(1) TA Kabupaten melakukan koordinasi dengan TIK guna menyusun rencana


pelaksanaan rakor TIK untuk jangka 1 tahun kedepan dan selanjutnya TA
Kabupaten melaporkan rencana pelaksanaan rakor TIK tersebut kepada TIK paling
lambat pada akhir bulan Januari, selanjutnya TA Kabupaten menyampaikan jadwal
rakor TIK, kepada Koordinator provinsi;
(2) Pembahasan dan penyusunan draft agenda rakor dilakukan oleh Koordinator TA
Kab bersama seluruh Tenaga kahli Kabupaten provinsi, minimal 15 hari sebelum
jadwal rakor TIK dilaksanakan;
(3) Apabila jadwal rakor TIK mengalami perubahan dari rencana tahunan, maka TA
Kab bersama TIK membahas dan menyepakati perubahan jadwal tersebut minimal
12 hari sebelum pelaksanaan rakor TIK;
(4) TA Kab wajib menyampaikan informasi perubahan jadwal pelaksanaan Rakor TIK;
(5) TA Kab menyampaikan jadwal pelaksanaan rakor TIK dan materi rakor TIK kepada
PPK Dekonsentrasi dan Korprov, minimal 7 hari sebelum pelaksanaan rakor TIK;
(6) TIK kabupaten dibantu oleh TA kabupaten menyiapkan tempat penyelenggaraan
rakor TIK yang dapat menampung jumlah peserta rakor TIK;
(7) TIK kabupaten dibantu oleh TA Kab menyampaikan undangan yang dilengkapi
dengan Agenda Rakor serta dokumen/data/laporan yang harus diabawa oleh
peserta, atau yang harus disampaikan/dikirim oleh peserta ke Kabupaten, sebelum
pelaksanaan rakor (bila diperlukan) selambat-lambatnya 3 hari sebelum
pelaksanaan rakor TIK;
(8) TA Kabupaten menyiapkan modul dan rencana penyajian materi pembahasan
serta media fasilitasi rakor oleh TA Kabupaten;
(9) Penyampaian Undangan kepada para nara sumber (jika diperlukan).

H. Pendekatan dan Metode


Dalam setiap pembahasan materi rapat akan dilakukan pendekatan yang terpadu antara
Pembelajaran Orang Dewasa (POD) dengan berbagai pendekatan yang relevan melalui
proses diskusi, pemaparan, penugasan, maupun kombinasi dari ketiganya. Setiap materi
yang outputnya berupa rumusan implementatif dipertimbangkan dengan
mengembangkan pendekatan pengembangan potensi pelaku dan pendamping
Program Inovasi Desa (PID). Teknis dan metode lainnya dapat digunakan untuk
pelaksanaan rapat koordinasikan dengan memperhatikan tujuan dan capaian rapat
koordinasi TIK.

I. Fasilitas Yang Diperlukan Dalam Penyelenggaraan Rakor


1. Ruang pembukaan dan penutupan yang bisa memuat seluruh peserta rapat dan
perlengkapannya, setting kursi berbentuk theater sekaligus digunakan untuk
materi umum;

306| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

2. Ruang berkapasitas 20 – 30 orang yang memungkinkan terjadinnya dinamisasi


peserta rapat dengan setting tempat duduk berbentuk U atau chevron, sesuai
kebutuhan;
3. LCD untuk tiap kelas pisah;
4. Flipchart untuk kelas pisah;
5. Kertas Plano dan Metaplan secukupnya;
6. Spidol warna sesuai kebutuhan;
7. Spidol besar sesuai kebutuhan;
8. Konsumsi dan snack untuk peserta Rakor;
9. Spanduk luar maupun background untuk pembukaan dan penutupan yang di
dalamnya memuat tema rapat koordinasi Kabupaten pada setiap periode rapat
koordinasi.

J. Peserta
Peserta rapat koordinasi TIK untuk pelaksanaan Program Inovasi desa adalah ;
1. Tim Inovasi kabupaten;
2. Camat/Kasi PMD atau nama lain;
3. Tim Pelaksana Inovasi desa;
4. TA Kabupaten;
5. Pendamping Desa;
6. Pendamping Lokal Desa;
7. Dan pihak lain yang dibutuhkan;
Jumlah tiap peserta di atas menyesuaikan dengan ketentuan anggaran yang tersedia.

K. Nara Sumber dan Fasilitator


Dalam pelaksanaan rapat koordinasi TIK dapat mengundang narasumber eksternal yang
relevan dengan tema dan pokok bahasan rapat koordinasi.

L. Pengendali Rapat Koordinasi/Person In Charge


Dalam rangka menjamin pelaksanaan rapat koordinasi dapat berlangsung secara tertib
dan teratur sehingga optimal dalam pencapaian tujuannya maka perlu dikendalikan
pelaksanaanya oleh seorang penanggungjawab kegiatan. Yang bersangkutan
berkewajiban mengendalikan waktu, kesiapan moderator, narasumber serta panitia
pada saat rapat berlangsung.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 307


PROGRAM INOVASI DESA

M. Jadwal dan Kisi-Kisi


Jadwal:
(1) Jadwal rapat koordinasi tingkat kabupaten sebagai rangkaian kegiatan yang
menampilkan pokok bahasan, narasumber, fasilitator, waktu pelaksanaan serta
penanggung jawab kegiatan;
(2) Jadwal rapat koordinasi disusun melalui pembahasan yang melibatkan TA
Kabupaten dan TIK;
(3) Jadwal rapat koordinasi beserta kisi-kisi bahasan rapat merupakan bagian dari
undangan dari satuan kerja provinsi yang dikirimkan selambat-lambatnya 3 hari
sebelum pelaksanaan kegiatan.

Kisi-kisi:
(1) Kisi-kisi adalah panduan bagi peserta dan narasumber,berupa matriks yang
mendeskripsikan pokok bahasan, tujuan, sasaran, metode serta penanggungjawab
materinya guna mempermudah peserta/narasumber menyiapkan diri mengikuti
rapat koordinasi;
(2) Kisi-kisi bersama agenda rapat merupakan bagian dari undangan dari TIK yang
dikirimkan selambat-lambatnya 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.

N. Risalah
Setiap penyelenggaraan rapat koordinasi TIK wajib disusun hasil rumusan akhir,
rekomendasi serta kesepakatan forum yang dibacakan di depan peserta dan disepakati
bersama. Dokumen ini selanjutnya dikirim ke seluruh Kecamatan, dan pada awal
pelaksanaan rapat berikutnya direview dan dievaluasi sejauh mana rekomendasi serta
kesepakatan tersebut ditindaklanjuti di lapangan.

O. Penyelenggara
Penyelenggara rapat koordinasi TIK adalah TIK yang melekat pada instansi Dinas
pemberdayaan masyarakat Kabupaten/nama lain bersama tenaga Ahli Kabupaten.

P. Pembiayaan
Rapat Koordinasi TIK ini didanai sepenuhnya melalui DIPA Dekonsentrasi

Q. Pelaporan
1. Laporan pertanggungjawaban keuangan disusun oleh TIK Kabupaten
2. Laporan pelaksanaan kegiatan dan hasil-hasil pembahasannya disusun oleh TA
Kabupaten

308| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

R. Penutup dan Lampiran


Hal-hal yang belum diatur dalam Panduan Pelaksanaan Rakor TIK ini, ditentukan
bersama oleh TIK dan TA Kabupaten/Kota, sesuai ketentuan yang ada dan dokumen-
dokumen program resmi lainnya. Lampiran sebagai bagian dalam panduan ini sebagai
berikut:
1. Format Kisi – kisi Rapat Koordinasi TIK
2. Format Agenda rapat koordinasi Provinsi
3. Risalah dan Rekomendasi Rakor TIK
4. Laporan Rapat Koordinasi TIK

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 309


PROGRAM INOVASI DESA

310| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 9.1.1

Pengelolaan Dana Dekosentrasi


(Operasional TIK)

A. Pencairan Dana Operasional Kabupaten

Pada tahun 2018 Tim Inovasi Kabupaten mendapatkan dana operasional dan
administrasi kegiatan dalam menunjang proses kegiatan dari PPID, untuk tata cara
proses pengajuan dan pencairan dana dari Satker dekon ke TIK akan dibuat SOP secara
tersendiri. Dibawah ini adalah alur pencairan dan pengajuan dana TIK.

Alur Pencairan dan Pengajuan Dana Operasional TIK

Satker Pusat /
Kemendesa
Satker Prov / DIPA, Juknis Dekon, Program SOP,
Juknis Penggunaan Dana Block Grant
BPMD Ditjen PPMD
Provinsi

SPM

KPPN
SP2D
Pengajuan Dana BANK

Transfer
Kabupaten

BANK

Tim Inovasi Kabupaten

Keterangan :
Garis Dokumen
Garis Dana

Secara khusus pencairan dan pengajuan dana operasioanal TIK akan dibahas dalam
Petunjuk Teknis Dana Dekonsentrasi.

B. Pencairan Dana Kegiatan

Persyaratan
(1) Pencairan dana dapat diproses apabila Perjanjian Kerja Sama telah ditandatangani
oleh kedua belah pihak, yaitu antara Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 311


PROGRAM INOVASI DESA

Kabupaten (atas nama Tim Inovasi Kabupaten) dengan Satker Dekonsentrasi


Propinsi.
(2) Guna menampung kegiatan TIK, maka TIK diwajibkan untuk membuka rekening
atas nama TIK Kabupaten dan apabila tidak memungkinkan atas nama TIK maka,
rekening dibuka dengan atas nama salah satu anggota TIK dengan terlebih dahulu
membuat surat pernyataan bahwa rekening tersebut digunakan untuk
menampung kegiatan TIK dengan diketahui dan ditandatangani oleh seluruh
anggota TIK.
(3) Rekening tersebut tidak boleh dicampur dengan kegiatan diluar kegiatan
Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa.
(4) Untuk honor tenaga pendukung (administrasi) diwajibkan membuka rekening atas
nama pribadi penerima honor tenaga pendukung (administrasi), dan akan
ditransfer langsung melalui Satker Dekonsentrasi, dengan terlebih dahulu
menandatangi kontrak kerja dengan PPK Satker Dekonsentrasi.

Penyusunan RAB
TIK wajib menyusun Rencana Anggaran Belanja (RAB) masing masing kegiatan sesuai
pagu anggaran yang dialokasikan oleh Satker Dekonsentrasi selama satu tahun
anggaran.
RAB meliputi kegiatan sebagai berikut :
(1) Operasional Kantor TIK
(2) Monitoring dan Evaluasi
(3) Rapat koordinasi

C. Metode Pencairan

Setelah dokumen lengkap dan benar yang meliputi Perjanjian Kerja Sama, Nomor
Rekening, dan RAB Kegiatan, Satker Dekonsentrasi akan mencairkan tahap pertama
sebesar 50% dari total pagu anggaran, pencairan tahap kedua sebesar 40% dengan
syarat pencairan tahap pertama telah dipertanggungjawabkan minimal 90% dari
pencairan tahap pertama, dan tahap ketiga sebesar 10% dapat dicairkan setelah tahap
kedua telah dipertanggungjawabkan minimal 90% dari pencairan tahap kedua. Tahap
ketiga wajib dipertanggungjawabkan sebelum tanggal 15 Desember 2018.

Persyaratan Pengajuan Pencairan Dana

Tahap Besaran Persyaratan


I 50 % 1. Perjanjian Kerja Sama
2. Nomor Rekening TIK
3. RAB Kegiatan
4. RPD TAHAP I

312| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

II 40 % 1. Pertanggungjawaban (LPD) minimal 90% dari


pencairan tahap pertama 50 %,
2. RPD TAHAP II
III 10 % 1. Pertanggungjawaban minimal 90% dari
pencairan tahap kedua 40%.
2. RPD TAHAP III

Tahap III wajib dipertanggungjawabkan sebelum tanggal 15 Desember 2018.

D. Rincian Penggunaan Dana Dekosentrasi


1. Operasional Kantor TIK
Dalam menjalankan operasional TIK, perlu dukungan berupa belanja bahan keperluan
kantor, pembiayaan bersifat at cost (sesuai dengan kwitansi dan bermaterai sesuai aturan
yang berlaku), kegiatan meliputi:
• Alat Tulis Kantor
• Penggandaan bahan (foto copi, jilid, cetak)
• Konsumsi (untuk rapat kecil, konsumsi harian)
• Surat menyurat
• Dll (yang termasuk belanja bahan)

2. Monitoring dan Evaluasi


Dalam melaksanaan fungsi penataan administrasi berkenaan dengan kegiatan-kegiatan
program inovasi desa, yang khususnya berhubungan dengan pelaksanaan DOK PPID
yang dilaksanakan oleh TPID, maka Tim Inovasi Kabupaten perlu memonitoring kegiatan
yang dilaksanakan oleh TPID. Pelaksanaan DOK PPID harus dimonitor secara terus-
menerus, dan oleh karena itu laporan menjadi bagian penting dari supervisi. Petugas
memonitoring mengumpulkan data dan informasi tentang perkembangan pelaksanaan
program inovasi desa secara periodik.
a. Metode Pembiayaan. Pengeluaran biaya monitoring dan evaluasi adalah ad cost
(sesuai dengan kwitansi) dengan perpedoman pada regulasi yang berlaku. Bila
tidak terdapat bukti tiket maka menggunakan media Daftar Pengeluaran Riel (DPR)
dengan ditandatangani diatas materai 6.000, dan diketahui oleh Koordinator TIK.
b. Penggunaan. Penggunaan biaya monitoring dan evaluasi untuk:
• Memonitoring dan evaluasi dapat dilkasanakan bersama Tenaga Ahli
Kabupaten dalam rangka pelaksanaan Program Inovasi Desa oleh TPID
• Sebagai biaya perjalanan dinas dalam mengikuti rapat koordinasi yang
dilaksanakan oleh propinsi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 313


PROGRAM INOVASI DESA

3. Rapat Koordinasi Tim Inovasi Kabupaten


Jenis Pembiayaan yang dapat dibiayakan meliputi
a. Biaya Paket Fullboard;
b. ATK dan Seminar kit;
c. Honor Panitia;
d. Honor Narasumber;
e. Transport Panitia dan Peserta;
Pengeluaran berdasarkan regulasi yang berlaku dan bersifat ad cost, untuk pengeluaran
transport yang tidak dapat dibuktikan dengan tiket dapat dibayarkan dengan membuat
Daftar Pengeluaran Riel (DPR) dengan ditandatangani diatas materai 6.000 dan diketahui
oleh ketua panitia.

314| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 9.2.1

Pelaporan Kegiatan dan Keuangan TIK

Sesuai dengan Pelimpahan dan Penugasan Urusan Pemerintahan Lingkup Ditjen


Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa tahun 2018, pertanggungjawaban
dan pelaporan dekonsentrasi meliputi laporan manajerial dan laporan akuntabilitas.

A. Laporan Manajerial
Kepala OPD pelaksana dekonsentrasi wajib menyusun laporan manajerial, yang memuat:
1. perkembangan realisasi penyerapan dana;
2. pencapaian target keluaran;
3. kendala yang dihadapi; dan
4. saran tindaklanjut.

B. Laporan Akuntabilitas
Kuasa Pengguna Anggaran dana dekonsentrasi wajib menyusun laporan akuntabilitas.
Laporan akuntabilitas memuat laporan keuangan dan laporan barang milik negara.
1. Laporan Keuangan, disusun mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Peraturan Direktur Jenderal Nomor PER-57/PB/2013 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, yang terdiri dari:
(a) Neraca; (b) Laporan Realisasi Anggaran (LRA); dan (c) Catatan Atas Laporan
Keuangan (CALK). Laporan Realisasi disusun oleh Kuasa Pengguna Anggaran
sesuai Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) yang mengacu
pada “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
270/PMK.05/2014 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis
Akrual pada Pemerintah Pusat” (dan peraturan pelaksanaan lainnya). Periode
Laporan keuangan terdiri dari laporan Bulanan (rekonsiliasi), Triwulan, Semester
dan Tahunan dan dilampiri Aplikasi Data Komputer (ADK dan Backup data), Surat
Perintah Membayar (SPM) dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).
2. Laporan Barang, mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang mengatur
penatausahaan Barang Milik Negara khususnya yang bersumber dari DIPA Mata
Anggaran Kegiatan (MAK) Belanja Modal kedalam Sistem Akuntansi Barang Milik
Negara (SABMN). Periode pelaporan aset terdiri dari Laporan Semester I dan
Laporan Tahunan. Pengelola dana Dekonsentrasi wajib menyampaikan laporan
bulanan SAIBA berupa soft copy (Arsip Data Komputer) yang terdiri dari SAK dan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 315


PROGRAM INOVASI DESA

SIMAK-BMN paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dilakukannya rekonsiliasi dengan


KPPN setempat dan ke Kantor Pusat Eselon I Ditjen PMD dan untuk laporan
semesteran wajib disertakan hardcopy laporan semesteran.
Penyampaian Laporan SAIBA ke Kantor Pusat Direktorat Jenderal PPMD dialamatkan ke:
1. Bagian Keuangan, Sekretariat Direktorat Jenderal PPMD Jln. TMP Kalibata Nomor
17 Jakarta Selatan 12740 Telp.021 7989924 Fax. 021 7974488 atau
2. Melalui email:
saikemendes@gmail.com; seknaspmd@gmail.com;
seknas.pmd.anggaran@gmail.com; evkindekon@kemendesa.go.id;
monevlapkinppmd@gmail.com;
Gubernur menyampaikan laporan tahunan pelaksanaan dekonsentrasi lingkup
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi kepada Menteri Desa, PDT dan
Transmigrasi c.q Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
dengan tembusan kepada Bappeda.

C. Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Pemerintah (DOK Inovasi)


1. TPID melalui TIK menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan
pemerintah PPID kepada Satker P3MD Provinsi paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja setelah kegiatan selesai, yang meliputi:

a. Laporan jumlah dana yang diterima, dipergunakan dan sisa;

b. Pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai dilaksanakan disertai bukti-bukti


pengeluaran yang sah;

c. Berita Acara Serah Terima (BAST), (format lampiran 1.6);

2. TIK melakukan verifikasi terhadap laporan pertanggung jawaban TPID, apabila


hasil verifikasi telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
173/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga, maka pengajuan permohonan
pencairan dana dari TPID akan diteruskan ke PPK Satker P3MD, dan apabila tidak
sesuai dikembalikan kepada TPID untuk disempurnakan atau dilengkapi.

3. Apabila terdapat sisa dana, penerima bantuan wajib menyetor ke rekening Kas
Negara paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah laporan pertanggungjawaban
selesai dan bukti setor wajib disampaikan ke PPK Satker P3MD Propinsi melalui
TIK;

4. Format Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud nomor 3, (format


lampiran 1.7);

316| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

5. Dokumen pertanggung jawaban Bantuan Pemerintah PPID dikelola dan diarsipkan


di Satker P3MD Provinsi sebagai bahan audit baik internal oleh APIP maupun pihak
eksternal, sedangkan copi disimpan di TPID dan TIK.

D. Sanksi
Sanksi adalah salah satu bentuk pemberlakuan kondisi yang dikarenakan adanya
pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan dalam Program
InovasiDesa, khususnya pada Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa.Sanksi
bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak terkait dalam
pengelolaan program. Sanksi dapat berupa:
1. Sanksi program dengan pemberhentian bantuan apabila menyalahi prinsip-prinsip
dan menyalahgunakan dana atau wewenang;
2. Sanksi hukum yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku bagi yang melakukan penyalahgunaan dana dan wewenang.

E. Ketentuan Perpajakan
Transaksi yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan bantuan pemerintah PPID
dikeluarkan oleh TPID dipungut pajak menurut jenis yang diatur dalam peraturan
perpajakan. Sedangkan transfer dana bantuan pemerintah PPID dari Satker
Dekonsentrasi ke rekening TPID pajak tidak dipungut dan/atau ditanggung oleh
pemerintah sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2001 tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1995 Tentang Bea Masuk, Bea Masuk
Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai, Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Dan Pajak
Penghasilan Dalam Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah Yang Dibiayai Dengan
Hibah Atau Dana Pinjaman Luar Negeri, antara lain menyatakan bahwa PPN dan Pajak
Penghasilan tidak dipungut dan/atau ditanggung oleh Pemerintah.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 317


PROGRAM INOVASI DESA

RENCANA PENGGUNAAN DANA (RPD) TAHAP 1,TAHAP 2 dan TAHAP 3


DOK PID 2018

Tim Inovasi Kabupaten


Kabupaten :
Propinsi :
Alokasi :

No Kegiatan Volume Kegiatan Harga Satuan Total Biaya Keterangan

1 2 3 4 5 6

1 Operasional Kantor TIK 1 ls


Alat Tulis Kantor
Penggandaan bahan (foto copi, jilid,
cetak)
Konsumsi (untuk rapat kecil, konsumsi
harian)
Surat menyurat
dll (yang termasuk belanja bahan)
Total Keseluruhan

……………………….., …………………………... 2018


Di buat oleh,
Tim Inovasi Kabupaten
Kabupaten …………………………….
Ketua TIK Bendahara TIK

( ……………………………….. ) ( ………………………………………... )

318| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

LAPORAN RELISASI PENGGUNAAN DANA (LPD) TAHAP 1,TAHAP 2 dan TAHAP 3


DOK PID 2018

Tim Inovasi Kabupaten


Kabupaten :
Propinsi :
Alokasi :

Rencana Realisasi
No Kegiatan Volume Kegiatan Harga Satuan Penggunaan Penggunaan Keterangan
Dana ( RPD ) (LPD)
1 2 3 4 5 6

1 Operasional Kantor TIK 1 ls


Alat Tulis Kantor
Penggandaan bahan (foto copi, jilid,
cetak)
Konsumsi (untuk rapat kecil, konsumsi
harian)
Surat menyurat
dll (yang termasuk belanja bahan)
Total Keseluruhan

……………………….., …………………………... 2018


Di buat oleh,
Tim Inovasi Kabupaten
Kabupaten …………………………….
Ketua TIK Bendahara TIK

( ……………………………….. ) ( ………………………………………... )

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 319


PROGRAM INOVASI DESA

RENCANA PENGGUNAAN DANA BIAYA (RPD) TAHAP I dan Tahap II


DOK PID 2018

Tim Pelaksana Inovasi Desa


Kecamatan :
Kabupaten :
Propinsi :
Alokasi DOK :

No Kegiatan Volume Kegiatan Harga Satuan Total Biaya Keterangan

1 2 3 4 5 6

1 Bursa Inovasi Desa di Kecamatan ( 10% ) 1 ls


a Transportasi perwakilan desa (maks
4 org/desa )
b Biaya-biaya event Bursa :
Sewa tempat
sewa stand
konsumsi
peralatan
percetakan
dll

c Pelaporan bursa
2 Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi di Desa dan Kecamatan (50%)
Total Keseluruhan

……………………….., …………………………... 2018


Di buat oleh,
Tim Pelaksana Inovasi Desa TPID
Kecamatan …………………………….
Ketua Bendahara

( ……………………………….. ) ( ………………………………………... )

320| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

LAPORAN REALISASI PENGGUNAAN DANA BIAYA (LPD) TAHAP I dan TAHAP II


DOK PID 2018

Tim Pelaksana Inovasi Desa


Kecamatan :
Kabupaten :
Propinsi :
Alokasi DOK :

Rencana Realisasi
No Kegiatan Volume Kegiatan Harga Satuan Penggunaan Penggunaan Keterangan
Dana ( RPD ) Dana (LPD)
1 2 3 4 5 6 7

1 Bursa Inovasi Desa di Kecamatan ( 10% ) 1 ls


a Transportasi perwakilan desa (maks
4 org/desa )
b Biaya-biaya event Bursa :
Sewa tempat
sewa stand
konsumsi
peralatan
percetakan
dll
c Pelaporan bursa

Total Keseluruhan

……………………….., …………………………... 2018


Di buat oleh,
Tim Pelaksana Inovasi Desa TPID
Kecamatan …………………………….
Ketua Bendahara

( ……………………………….. ) ( ………………………………………... )

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 321


PROGRAM INOVASI DESA
BUKU KAS UMUM
Dana Operasional Kegiatan (DOK) PPID
Kecamatan : Bulan :..................................2018
Kabupaten :
Provinsi

PEMASUKAN PENGELUARAN
No. Tgl. Transaksi Uraian Transaksi No. Bukti Transaksi Tarik dari Penerimaan Setoran Pengembalian SALDO
Bursa Inovasi Operasional Kegiatan
Rek. Pajak Pajak ke Rek.
1 2 3 4 5 7 9 10 11 12 14
Saldo Awal/Total Transaksi s.d. Bulan Lalu 0
15
16
17

322| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


22
25
27
28
29
30
PROGRAM INOVASI DESA

Total Transaksi Bulan Ini 0 0 0 0 0 0


Total Transaksi Kumulatif 0 0 0 0 0 0 0

Kecamatan..........................................2018

Disetujui Oleh, Dibuat Oleh,

...................................... ......................................
Ketua TPID Bendahara TPID
PROGRAM INOVASI DESA

PROGRAM INOVASI DESA (PID)


BUKU BANK DOK PPID
TAHUN ANGGARAN 2018

Kecamatan :...................... Bulan :


Kabupaten :..................... Bank Cabang :
Provinsi Rekening No :

PEMASUKAN PENGELUARAN
TANGGAL BUKTI
No. URAIAN TRANSAKSI TRANSFER BUNGA BANK PENARIKAN PAJAK BIAYA SALDO
TRANSAKSI TRANSAKSI
(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) ADMINISTRASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Saldo Awal/Total Transaksi
0 0 0 0 0 0
s.d bulan lalu

TOTAL TRANSAKSI BULAN INI 0 0 0 0 0


TOTAL TRANSAKSI KUMULATIF 0 0 0 0 0

Kecamatan................................, 2017

Disetujui Oleh, Dibuat Oleh,

.................................. ..................................
Ketua TPID Bendahara TPID

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 323


PROGRAM INOVASI DESA

Lembar Informasi 9.3.1

Pengelolaan Bantuan Pemerintah


(DOK INOVASI)

A. Sumber Pendanaan Bantuan Pemerintah


Pendanaan Bantuan Pemerintah PPID berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang bersumber dari pinjaman luar negeri IBRD 8217-ID, sebagaimana
dituangkan melalui DIPA Dekonsentrasi Ditjen PPMD pada Satuan Kerja P3MD Provinsi
pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi dan atau dengan sebutan lain.

B. Pengelolaan Kegiatan
1. Pengelola dan penanggungjawab bantuan pemerintah PPID adalah Satuan Kerja
(Satker) P3MD Provinsi pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Provinsi
atau dengan sebutan lainnya yang sekaligus sebagai pengelola kegiatan
dekonsentrasi Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(P3MD);
2. Bantuan pemerintah PPID disalurkan kepada TPID di kecamatan berdasarkan
Perjanjian Kerjasama (format lampiran I.3)
3. Sebelum pencairan dan penyaluran bantuan pemerintah, tahapan yang dilakukan
adalah:
• Pemerintah kabupaten/kota melalui Camat dengan dibantu oleh Tenaga Ahli
PID dan P3MD Kabupaten/Kota memfasilitasi pembentukan TPID dengan
berpedoman pada PTO PPID yang diterbitkan oleh Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi;
• Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker P3MD Provinsi melakukan seleksi
penerima bantuan pemerintah PPID berdasarkan kriteria/persyaratan yang
telah ditetapkandi dalam Pedoman Umum PID dan PTO PPID, dengan dibantu
oleh TIK;
• Berdasarkan hasil seleksi, PPK Satker P3MD Provinsi menetapkan Surat
Keputusan penerima bantuan pemerintah yang selanjutnya disahkan oleh KPA
Satker P3MD Provinsi (format lampiran I.2);
• Surat keputusan penerima bantuan pemerintah menjadi dasar pemberian
Bantuan Pemerintah PPID;
• PPK Satker P3MD Provinsi melakukan perjanjian kerjasama dengan penerima
Bantuan PemerintahPPID yaitu TPID, yang difasiltiasi oleh Dinas PMD
Kabupaten/Kota sebagai koordinator TIK dan dibantu oleh anggota TIK
lainnya..

324| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

C. Pencairan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah


1. TPID melakukan rapat/musyawarah menyusun rencana pengeluaran dana bantuan
pemerintah PPID, yang dituangkan dalam bentuk proposal dan Rencana
Pengeluaran Dana PPID (RPD-PPID)
2. TPID mengajukan permohonan pencairan dana kepada PPK Satker P3MD Provinsi
melalui Dinas PMD Kabupaten/Kota sebagi koordinator TIK, dengan dilampiri:
• Proposal dan RPD – PPID
• Kwitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima
bantuan;
• Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB),
3. TIK memverifikasi dokumen permohonan pencairan dana dari TPID, dan apabila
hasil verifikasi telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
173/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah
pada Kementerian Negara/Lembaga, maka pengajuan permohonan pencairan
dana dari TPID akan diteruskan ke PPK Satker P3MD, dan apabila tidak/belum
sesuai dikembalikan kepada TPID untuk disempurnakan atau dilengkapi.
4. PPK Satker P3MD Provinsi melakukan pengujian ulang dokumen permohonan
pencairan dana yang diajukan oleh TPID;
5. PPK Satker P3MD Provinsi mengesahkan kuitansi bukti penerimaan uang serta
menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pencairan dana secara
bertahap setelah pengujian telah sesuai dengan regulasi yang berlaku. Tahapan
pencairan bantuan pemerintah PPID dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu:
• Tahap I sebesar maksimal 50% (proses pencairan tahap 1 harus melampirkan
proposal kegiatan dan RAB)
• Tahap II sebesar maksimal 50% dapat dilakukan dengan ketentuan
penggunaan dana tahap I telah mencapai 90%.(untuk pencairan tahap kedua
harus melampirkan Laporan Penggunaan Dana (LPD) dan Rencana
Penggunaan Dana (RPD))
6. Apabila hasil pengujian tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku, PPK Satker
P3MD Provinsi menyampaikan informasi kepada penerima bantuan melalui TIK
untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen;
7. SPP disampaikan kepada PP-SPM dengan mekanisme pembayaran secara
bertahap, dengan dilampiri RPD– PPID, Perjanjian Kerjasama yang telah
ditandatangi penerima bantuan dan PPK Satker P3MD Provinsi serta kuitansi bukti
penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan dan disahkan
oleh PPK Satker P3MD Provinsi;
8. PP-SPM selanjutnya melakukan proses pencairan dana ke KPPN sesuai mekanisme
pencairan dana dekonsentrasi;
9. Berdasarkan SPM yang diterima dari PP-SPM Satker P3MD Provinsi, KPPN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 325


PROGRAM INOVASI DESA

menerbitkan SP2D LS ke Bank Operasional KPPN;


10. Bank operasional KPPN melakukan transfer dana ke rekening TPID;
11. Maksimal 5 (lima) hari kerja setelah dana diterima,. TPID harus segera melaksana-
kan kegiatan.

1. Syarat Pengajuan Pencairan

Tahab Besaran Persyaratan


I 50 % 1. Proposal kegiatan dengan lampiran:
(Maksimal) ▪ Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Detail
▪ Rencana Penggunaan Dana ( RPD )
▪ Kwitansi Bukti Penerimaan
▪ Surat Pernyatan Tanggung Jawab Belanja ( SPTB )
▪ Foto Copy Rekening TPID
▪ Foto Copy NPWP TPID
▪ Foto Copy SK TPID
▪ Foto Copy SK TIK – PID
▪ Foto Copy MOU DPMD Provinsi dan DPMD
Kabupaten
▪ Foto Copy SPC DOK TPID
▪ Foto Copy Kesepkatan Kerja sama PPK DPMD
Provinsi dengan TPID
▪ Surat Perjanjian Pendanaan ( SP2 )
2. RAB
II 50 % 1. Pertanggungjawaban penggunaan dana tahap I telah
mencapai 90%.
2. Melampirkan Laporan Penggunaan Dana (LPD)
3. Rencana Penggunaan Dana tahap II (RPD II)
4. Rincian Penggunaan DOK

2. Rincian Penggunaan DOK Inovasi


Penggunaan Bantuan Operasional Kegiatan sesuai dengan PTO tentang PPID
(1) Kegiatan Bursa Inovasi Desa dilaksanakan di kecamatan dengan alokasi maksimal
10% dari seluruh alokasi DOK TPID, yang digunakan untuk:
• Transportasi perwakilan desa dari desa menuju kecamatan. Perwakilan desa
dimaksud maksimal 4 orang per desa, dengan catatan jumlah perwakilan
masyarakat dapat ditambahkan sesuai kecukupan pembiayaan yang tersedia,
namun akan lebih baik biaya transportasi ini desa juga memberikan subsidi
dari utusan perwakilan desa;

326| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

• Biaya penyelenggaraan event Bursa Inovasi Desa yang meliputi sewa tempat,
sewa stand, konsumsi, peralatan, dan kebutuhan teknis lain untuk kelancaran
penyelenggaraan event;
• Pelaksanaan Bursa Inovasi Desa di kecamatan dapat dilaksanakan beberapa
kali dalam satu tahun, sesuai dengan kecukupan pembiayaan yang tersedia,
yang perlu menjadi perhatian utama kegiatan Bursa Inovasi Desa ini
dilaksanakan sebelum Desa melakukan kegiatan Musrenbangdes;
• Biaya percetakan, peralatan-peralatan kelengkapan Bursa Inovasi dan
pelaporan dalam pelaksanaan kegiatan Bursa Inovasi;
(2) Kegiatan dalam rangka proses pengelolaan pengetahuan dan inovasi di desa dan
kecamatan dialokasikan total sebesar 50% dari total dana DOK PPID yang dapat
digunakan untuk adapun rinciannya sebagai berikut:
• Dokumentasi atau melakukan cupturing merupakan kegiatan
pendokumentasian hasil identifikasi yang masuk kriteria kegiatan inovatif ke
dalam bentuk media visual, album photo, artikel/tulisan dan media cetak
lainnya, pada tahun 2018 capturing dilakukan 2 kali yaitu hasil identivikasi
dan kartu ide yang direkomendasi oleh TIK atas persetujuan dari TA Provinsi,
dan Capturing setelah ada Bursa Inovasi di Tahun 2018, oleh karena itu
dialokasikan sebesar 25 % dari dana alokasi DOK
• Pelatihan TPID dilakukan di Kabupaten dalam upaya penguatan kapasitas
yang pesertanya adalah 2 orang TPID dan satu orang PLD selama 3 hari
efektiv, panitia pelatihan adalah TPID bersama-sama dengan TAPM
Kabupaten, TIK dan PD adapun besaran dana yang digunakan sebesar 10%
dari dana alokasi DOK, biaya ini sudah termasuk transportasi dan akomodasi
peserta.
• Replikasi, adalah proses mengawal kartu komitmen sampai kegiatan dapat
masuk dalam RAPBDesa, kegiatan replikasi ini meliputi, tukar informasi, uji
silang, mendatangkan narasumber, kunjungan lapangan dll. Adapun besaran
dari replikasi ini sebesar 15% dari dana alokasi kegiatan.
(3) Kegiatan Penunjang dalam kelancaran kegiatan PPID yaitu berupa biaya
operasional dan administrasi sebesar 15% dari total dana DOK PPID
• Musyawarah Antar Desa (MAD), merupakan forum di tingkat kecamatan
untuk merencanakan kegiatan inovasi dan pengelolaan pengetahuan desa
sebesar 3 % dari alokasi DOK
• Monitoring dan evaluasi sebesar 5% dari alokasi DOK
• Administrasi dan Pelaporan TPID 7 % dari alokasi DOK.
(4) Kegiatan untuk pembiayaan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD)
dalam upaya mendukung desa untuk mencapai replikasi dari kartu komitmen
sampai proses pelaksanaan kegiatan dialokasikan sebesar 25% dari seluruh alokasi
TPID, setiap lembaga P2KTD besar alokasi biaya maksimal Rp. 6 - 7 Juta rupiah per
desa didasar atas kesulitan dampingan. Oleh karena itu TPID akan melakukan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 327


PROGRAM INOVASI DESA

perjanjian dengan P2KTD dalam upaya melakukan kegiatan di desa-desa. Desa-


desa yang mendapatkan bantuan P2KTD atas rekomendasi dan ditetapkan oleh
TPID.

Contoh Rincian Penggunaan DOK Inovasi


1 Bursa Inovasi Desa di Kecamatan ( 10% )
a Transportasi perwakilan desa (maks
4 org/desa )
b Biaya-biaya event Bursa :
Sewa tempat
sewa stand
konsumsi
peralatan
percetakan
dll
c Pelaporan bursa
2 Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi di Desa dan Kecamatan (50%)

2.1. Capturing ( 25% )


hasil identifikasi dan kartu ide 2017
transport identifikasi dan
pelaksanaan capturing
Sewa kamera/video shooting
dll
Capturing setelah BID 2018
transport identifikasi dan
pelaksanaan capturing
Sewa kamera/video shooting
dll
2.2. Pelatihan TPID (10%)
transport peserta
konsumsi
materi
Pelaporan pelatihan
dll
2.3. Replikasi (15%)
kunjungan lapangan/mendatang-
kan narasumber/uji silang/tukar
informasi (rincian dana disesuaikan

328| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

kebutuhan replikasi yang dipilih )

3 Operasional dan Administrasi ( 15% )


3.1. MAD ( 3% )
MAD 1
konsumsi
pelaporan
dll
MAD 2
konsumsi
pelaporan
dll
3.2. Monitoring dan evaluasi ( 5% )
transport
Pelaporan
dll
3.3. Administrasi dan Pelaporan TPID ( 7 % )
Sew laptop
Sewa printer
pembelian atk
dll
4 Pembiayaan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) ( 25% )
Sesuai kebutuhan desa yang
memerlukan P2KTD

3. Sanksi
Sanksi adalah salah satu bentuk pemberlakuan kondisi yang dikarenakan adanya
pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan dalam Program Inovas
iDesa, khususnya pada Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa.Sanksi bertujuan
untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak terkait dalam pengelolaan
program. Sanksi dapat berupa:
(1) Sanksi program dengan pemberhentian bantuan apabila menyalahi prinsip-prinsip
dan menyalahgunakan dana atau wewenang;
(2) Sanksi hukum yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku bagi yang melakukan penyalahgunaan dana dan wewenang.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 329


PROGRAM INOVASI DESA

330| Modul Orientasi Tim Inovasi Kabupaten


PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 331

You might also like