You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi tinea disebabkan oleh dermatofita dan diklasifikasikan berdasarkan


tempat terinfeksinya. Infeksi yang paling umum pada anak prapubertas adalah
tinea corporis dan tinea capitis, sedangkan pada remaja dan orang dewasa lebih
sering terkena tinea cruris, tinea pedis, dan tinea unguium (onikomikosis).
Infeksi tinea sendiri masih sering salah terdiagnosis karena dapat menunjukkan
lesi kulit yang identik dengan penyakit kulit lainnya.1
Tinea capitis (TC) adalah infeksi parasit pada rambut, kulit kepala, alis dan
bulu mata. Hal ini sering terlihat pada kulit kepala yang berkaitan dengan jamur
dermatofit (Trichophyton dan Microsporum) dan lebih sering terjadi pada anak-
anak. Epidemiologi TC di seluruh dunia bervariasi; Trichophyton tonsurans
adalah agen TC yang paling sering ditemukan di Amerika, Eropa, dan Afrika,
diikuti oleh Microsporum canis, yang merupakan agen umum di negara-negara
Mediterania. Pembawa dermatofit yang paling sering adalah kucing, anjing, dan
kelinci.2
Berdasarkan usia, balita dan anak usia sekolah (6 hingga 10 tahun)
merupakan yang paling sering terkena TC. Di Amerika Serikat, TC jauh lebih
banyak ditemukan pada populasi kulit hitam daripada kulit putih. Etiologinya
bervariasi dari satu negara ke negara lain, dan dari satu wilayah ke wilayah lain.
Di Amerika Serikat, dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat infeksi jamur
dan tingkat kolonisasi masing-masing sebesar 4% dan 12,7% di antara anak-
anak berkulit hitam. Di Amerika Utara dan Tengah, 90% dari kasus tinea capitis
disebabkan oleh T. Tonsurans, dan jarang disebabkan M. canis. Di Eropa, TC
paling banyak disebabkan oleh M. audouinii, M. canis, T. violaceum.
Sedangkan di Asia penyebab paling banyak adalah T. violaceum dan M. canis,
dan di Afrika disebabkan oleh T. violaceum, T. schoenleinii, dan M. canis.3
Tinea capitis merupakan infeksi jamur keratinophilic yang memiliki
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan, dan dibagi menjadi tiga
kelompok besar menurut habitatnya yakni geofilik, zoofilik, dan antropofilik.

1
Secara manifestasi klinis tinea capitis dapat digolongkan menjadi tipe alopecic
(noninflamasi) dan inflamasi. Tipe alopecic menyebabkan munculnya area
alopecia, biasanya berbentuk bulat disertai rasa gatal, dan rambut
terfragmentasi. Tipe alopecic dapat dibagi lagi menjadi dua pola: microsporosis,
dimana jumlah lesi klinisnya sedikit, tetapi diameter lesinya besar dan biasanya
disebabkan oleh dermatofit dari genus Microsporum sp. Sedangkan pada
trichophytosis, lesi alopecianya multipel dan kecil, dan disebabkan oleh agen
dari genus Trichophyton sp.4,5
Pada tinea capitis yang inflamasi dapat dibagi lagi menjadi supuratif
(kerion celsi) dan favus. Pada kerion celsi, manifestasi klinisnya berupa plak
berskuama dan proses peradangan lokal yang intens disertai edema, rubor dan
discharge purulent. Favus ditandai dengan massa berwarna kuning, disertai
krusta yang cekung (scutula atau godet), dengan bau urin tikus. Etiologinya
sering dikaitkan dengan adanya T. schoenleinii.6
Pada laporan kasus ini, akan dibahas mengenai tinea kapitis tipe kerion
yang terjadi pada anak-anak di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Provinsi NTB.

You might also like