Professional Documents
Culture Documents
SEMESTER II 2011/2012
MODUL 6
REAKSI OKSIDASI SENYAWA KOMPLEKS Cr(III) DENGAN H2O2
I. Abstrak
Cr(III) dapat dioksidasi menjadi Cr(VI) dengan oksidator H2O2 dalam suasana basa.
Konsentrasi Cr(VI) diukur dengan spektrofotometer pada λ = 370 nm. Absorbansi
yang diperoleh berbeda pada tiap sampel senyawa kompleks Cr(III) karena pengaruh
jenis ligan. Senyawa kompleks Cr(NO3)2.6H2O memiliki absorbansi 0.019 dan
[Cr(III)] = 6.05375 ppm, absorbansi [Cr(ur)6]Cl3.3H2O sebesar 0.015 dan [Cr(III)]
= 9.64125 ppm, absorbansi Cr(acac)3.H2O sebesar 0.001 dan [Cr(III)] = 14.1255
ppm.
II. Pendahuluan
Kromium eksis dalam rentang bilangan oksidasi yang besar, dari -2 hingga +6,
dengan spesi trivalen [Cr(III)] dan heksavalen [Cr(VI) atau kromat] yang umum
ditemukan dalam air, dibandingkan dengan besi atau tembaga. sebagai oksianion,
kromat larut sempurna dalam semua rentang pH. Kromium trivalen [Cr(III)], di sisi
lain, adalah kromium dengan bilangan oksidasi yang paling stabil secara
termodinamika, inert secara kinetika dan toksik rendah secara signifikan.
Meskipun kedua spesi kromium (CrVI dan CrIII) dikarakterisasi dengan perbedaan
kelakuan kimia, bioavailabilitas dan toksisitas, mereka siap diinterkonversi dalam
larutan aqueous. Cr(VI) merupakan oksidator kuat [E0(HCrO4-/Cr3+ = 1,35 VNHE)]
dan bereaksi cepat dengan reduktor (seperti Fe0, Fe2+, S2- dan bahan natural organik)
untuk membentuk Cr(III). Di sisi lain, Cr(III) secara termodinamika stabil dalam
kondisi tereduksi dan dioksidasi menjadi Cr(VI) oleh Mn(III, IV) (hidrat) oksida atau
foto-oksidasi oleh FeOH.
III. Percobaan
Bahan
Larutan standar Cr(VI) 100 ppm
Sampel senyawa kompleks Cr(III) : Cr(acac)3].H2O, [Cr(ur)6]Cl3.3H2O,
Cr(NO3)2.6H2O
NaOH 10% w/v
H2O2 30%
HNO3 4 M
Alat
Spektronik-20
Kuvet
Pemanas listrik
Labu takar 250 mL, 100 mL
Gelas ukur 50 mL
Gelas kimia 100 mL
Pipet tetes
Spatula
Stirrer
Kertas pH universal
Prosedur
Sampel Cr(III) ditimbang 0,15-0,20 gram lalu dilarutkan dalam 8-10 mL HNO3 4 M
dalam gelas kimia 50 mL. Kemudian ditambahkan 10 mL NaOH 10% w/v dan pH
diukur dengan kertas pH universal, lalu ditambahkan NaOH berlebih 25-35 mL.
setelah larutan berwarna kuning, ditambahkan larutan H2O2 30% sebanyak 20-25
tetes demi tetes dan dipanaskan sambil diaduk dengan stirrer hingga semua
gelembung gas habis. Larutan didinginkan hingga suhu ruang, kemudian dituang ke
labu takar 250 mL dan diencerkan dengan aqua dm. Kemudian dipipet 10 mL dan
diencerkan dalam labu 250 mL, lalu diukur absorbansinya. Larutan standar krom
dibuat dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm dan diukur absorbansinya pada 370
nm kemudian dihitung konsentrasi kromium.
Data Pengamatan
Reagen Massa/ Volume/ Kondisi (warna)
Absorbansi
K2Cr2O7 0,247 gram oranye
[Cr(ur)6]Cl3.3H2O hijau
Cr(NO3)2.6H2O hijau
pH 0
0.15
Series1
0.1
0.05 Linear
(Series1)
0
0 2 4 6 8 10 12
konsentrasi (ppm)
Fungsi reagen pada percobaan ini yaitu, HNO3 berfungsi sebagai pelarut, bisa juga
bertindak sebagai oksidator. Larutan NaOH 10% w/v sebagai penyuasana basa, ketika
ditambahkan ke dalam larutan sampel menyebabkan campuran menjadi panas. Hal
tersebut dimungkinkan terjadi reaksi eksoterm. Larutan H2O2 30% sebagai oksidator
untuk mengoksidasi Cr(III) menjadi Cr(VI). K2Cr2O7 untuk membuat larutan standar
Cr(VI) sebagai kurva standar pengukuran absorbansi. Cr(acac)3.H2O,
[Cr(ur)6]Cl3.3H2O, dan Cr(NO3)2.6H2O sebagai sumber sampel Cr(III).
Persamaan reaksi oksidasi Cr(III) menjadi Cr(VI) dengan oksidator H2O2 dalam
suasana basa sebagai berikut
Persamaan reaksi kesetimbangan ion kromat dan dikromat dalam suasana asam
sebagai berikut
Persamaan reaksi kesetimbangan ion kromat dan dikromat dalam suasana basa
Cr2O72- + 2OH- 2CrO42- + H2O ; CrO42- stabil dalam basa
Reaksi oksidasi Cr(III) dengan H2O2 dilakukan dalam suasana basa karena hal
tersebut berhubungan dengan laju dekomposisi H2O2.
H2O2 O2 + H2O
Semakin basa, semakin tinggi laju dekomposisi H2O2. Reaksi oksidasi Cr(III) menjadi
Cr(VI) dengan oksidator H2O2 tidak dapat dilakukan dalam suasana asam karena
H2O2 akan berperan sebagai reduktor. Gas oksigen yang terbentuk mengoksidasi
Cr(III) menjadi Cr(VI). Reaksi redoks dengan hidrogen peroksida secara esensial
non-reversibel karena generasi air dan atau oksigen molekuler.[1]
Reaksi antara Cr(III) dan H2O2 menghasilkan radikal OH melalui reaksi Fenton yang
secara simultan membentuk spesi intermediet Cr(IV) sebagai berikut
Cr(IV) secara langsung menghasilkan radikal OH lain dari H2O2 untuk membentuk
spesi Cr(V)
Kesimpulan :
Urutan pengaruh ligan yang memberikan absorbansi paling besar adalah NO3- > urea
> asetilasetonato.
.
V. Daftar Pustaka
[1] Griend, Douglas A. Vander, Joshua S. Golden, Charles a. Arrington. Kinetics
and Mechanism of Chromate Reduction with Hydrogen Peroxide in Base.
Inorg. Chem. 2002, 41, 7042-7048
[2] Bokare, Alok D., Wonyong Choi. Advanced Oxidation Process Based on the
Cr(III)/Cr(VI) Redox Cycle. Environ. Sci. Technol. 2011, 45, 9332-9338
[3] Housecroft, C. E., Sharpe, A. G, 2008. Inorganic Chemistry. 2rd Ed. Pearson
Education. Halaman 184