Professional Documents
Culture Documents
Garam Kompleks
Garam-garam yang mengandung ion kompleks dikenal sebagai senyawa
koordinasi atau garam kompleks, misalnya heksamin kobalt (III) klorida,
Co(NH3)6Cl3 dan kalium heksasiano ferrat (III), K3Fe(CN)5. Garam kompleks berbeda
dengan garam rangkap. Pembuatan dari kompleks-kompleks logam biasanya
dilakukan dengan mereaksikan garam-garam dengan molekul-molekul atau ion-ion
tertentu. Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2 namun
hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutan air.
Senyawa yang mengandung ion kompleks (dapat berupa kation kompleks atau
anion kompleks 1. Senyawa tersusun dari ion kompleks atau kation kompleks, dan ion
atau kation kompleks biasa disebut dengan senyawa kompleks (senyawa koordinasi)
atau garam kompleks. Ion kompleks terdiri dari atom pusat (atom logam) dan ligan
yang terikat pada atom pusat melalui ikatan koordinasi, sedangkan garam rangkap
Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap Page 2
KIMIA ANORGANIK III 2014
merupakan bila semua gugus –H dari asam digantikan oleh ion logam tak senama,
atau semua gugus –OH dari basa digantikan oleh ion sisa asam tak senama. (Mulyono,
2005 : 143 & 375).
Dalam larutan air hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru yang
karakteristik dari warna ion kompleks koordinasi 6, [Cu(H2O)6]2-. Jika larutan amonia
ditambahkan ke dalam larutan ion Cu2+, larutan biru berubah menjadi biru tua karena
terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan amonia menurut reaksi:
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 5 NH2 (aq) [Cu(NH3)4]2+ + 5H2O
biru tua
Kebanyakan senyawa Cu (I) sangat mudah teroksida menjadi Cu (II). Namun
oksidasi selanjutnya menjadi Cu (II) adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu2+ yang
dikenal baik dan sejumlah besar garam sebagai anion didapatkan banyak diantaranya
larut dalam air, menambah perbendaharaan kompleks sulfat biru, CuSO4 . 5 H2O yang
paling dikenal. (Anonim, 2010 : 1 ).
Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-
reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (atau molekul)
kompleks terdiri dari satu atom (ion pusat) dan sejumlah ligan yang terikat erat
dengan kompleks yang stabil nampak mengikuti stokiometri yang sangat tertentu,
meskipun ini tak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom
pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan
jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu
atom pusat. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar
atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-
masingnya dapat dihuni satu ligan.
Ligan
Dalam kimia koordinasi, ligan adalah ion atau molekul (gugus fungsional)
yang mengikat atom logam pusat untuk membentuk kompleks koordinasi. Ikatan
antara logam dan ligan umumnya melibatkan sumbangan resmi dari satu atau lebih
pasangan elektron ligan ini. Sifat logam-ligan ikatan kovalen dapat berkisar dari ke
ionik. Selanjutnya, orde ikatan logam-ligan dapat berkisar dari satu sampai tiga. Ligan
dipandang sebagai basis Lewis, meskipun kasus yang jarang diketahui melibatkan
Lewis asam [2] [3] "ligan."
Logam dan metaloid terikat ligan di hampir semua situasi. Ligan dalam
kompleks menentukan reaktivitas atom pusat, termasuk tingkat substitusi ligan, reaksi
dari ligan sendiri, dan redoks. Pemilihan ligan adalah pertimbangan penting dalam
bidang praktis, termasuk bioanorganik dan obat, katalisis homogen, dan kimia
lingkungan.
Ligan diklasifikasikan dalam banyak cara: ukuran (massa) identitas atom
koordinasi (s), dan jumlah elektron yang disumbangkan untuk logam (denticity atau
hapticity). Ukuran ligan ditunjukkan oleh sudut kerucut nya.
Sebuah ligan yang mendonasikan sejumlah genap elektron pada logam
biasanya molekul netral dan ligan ini stabil bahkan tanpa dengan terikat pada logam.
Ligan karben atau karbin merupakan kekecualian. Rumus kimia senyawa
organologam diungkapkan dalam banyak kasus dengan menggunakan kurung siku
seperti untuk senyawa kompleks (Tarro, 1990).
F. Alur Kerja :
1. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat
CuSO4.(NH4)2SO4.6H2O
Garam rangkap
CuSO4(NH4)SO46H2O
Garam kompleks
Cu(NH3)4SO45H2O
- Dikocok
- Diambil masing-masing 1mL larutan
Hasil Pengamatan
G. Hasil Pengamatan :
N
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
o.
homogeny
- Setelah didinginkan pada
suhu kamar: larutan berwarna
biru muda
- Setelah didinginkan pada air
es: larutan berwarna biru
muda dan terdapat Kristal
berwarna biru muda
- Setelah dikeringkan: kristaal
berwarna biru muda
- Berat hasil
- m1 = 1.1948 - 0.4345 =
0.7603 g
- m2 = 1.10903 - 0.4345 =
0.6558 g
- m3 = 1.0502 - 0.4345 =
0.6157 g
2.0318
- berat konstan: =
3
0.6773 𝑔𝑟𝑎𝑚
0.6773
- %hasil = 1.9975 𝑥 100
= 33.4067%
0.8931 𝑔𝑟𝑎𝑚
0.8931
- %hasil = 1.5875 𝑥 100
= 56.2583 %
biru tua
Garam rangkap:
- Tabung 1(garam rangkap +
aquades): larutan berwarna
putih keruh
- Tabung 2 (garam rangkap +
HCl): larutan tidak berwarna
- Tabung 3 (garam rangkap +
NaOH): larutan berwarna
biru muda dan terdapat
endapan berwarna biru muda
Garam kompleks:
- Tabung 1(garam kompleks +
aquades): larutan berwarna
putih keruh dan terdapat
endapan (+) berwarna biru
- Tabung 2 (garam kompleks +
HCl): larutan sedikit
berwarna biru
- Tabung 3 (garam kompleks +
NaOH): larutan tidak
Hasil Pengamatan
Garam kompleks
Garam kompleks +
dipanaskan: padatan menjadi
berwarna hijau
Uji lakmus:
Lakmus merah biru
Lakmus biru biru
Uji HCl: terdapat asap
berwarna putih (++)
Lakmus merah merah
Lakmus biru merah
H. Analisis/Pembahasan :
Karena hasil yang diperoleh dari percobaan < berat teori, maka % hasil yang
didapatkan pun kecil, yaitu hanya sekitar 33.4067%. Persentase Kristal masih < 90%
karena masih banyak Kristal yang belum terbentuk. (Perhitungan pada lampiran).
Adapun reaksi yang terjadi dalam pembuatan garam rangkap adalah:
Kristal yang masih terdapat di atas corong kita cuci dengan campuran
ammonia pekat dan etanol dengan perbandingan voluma sama. Pencucian ini
berfungsi supaya mendapatkan kristal garam kompleks yang murni dan bebas dari
pengotor. Kristal yang diperoleh adalah Cu(NH3)4SO4.5H2O berwarna biru muda.
Kemudian Kristal dikeringkan. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan sisa
air yang terkandung pada Kristal, sehingga diharapkan diperoleh berat Kristal murni.
Pengeringan ini dilakukan sampai diperoleh berat Kristal yang konstan, yaitu apabila
selisih angka terakhir pada desimalnya sama, atau tidak terlalu jauh. Percobaan ini
dilakukan pada hari selasa sehingga dilakukan penimbangan pada hari rabu, kamis
dan jumat (setiap hari). Berat yang diperoleh selama penimbangan yaitu: 0.9045
gram, 0.8896 gram dan 0.8854 gram. Dan diperoleh berat konstan pada hari jumat
yaitu sebesar 0.8931 gram dengan presentase hasil yang diperoleh sebesar 56.2583
%. Menurut teori garam kompleks yang dihasilkan adalah sebesar 1,5875 gram.
Karena hasil yang diperoleh dari percobaan < berat teori, maka % hasil yang
didapatkan pun kecil, yaitu hanya sekitar 33.4067%. Persentase Kristal masih < 90%
karena masih banyak Kristal yang belum terbentuk. (Perhitungan pada lampiran).
Reaksi pembentukan garam kompleks adalah sebagai berikut:
Pengujian yang pertama yaitu seujung spatula kristal garam rangkap (kristal
biru muda) dan garam kompleks (kristal biru tua) masing-masing dilarutkan dalam 4
mL aquades. Kemudian masing-masing diambil 1 mL sebanyak 3 kali. Setelah
ditambah aquades, kristal garam rangkap menjadi larutan berwarna biru muda dan
terdapat endapan biru muda. Sedangkan pada kristal garam kompleks menjadi larutan
berwarna biru tua dan terdapat endapan biru tua. Endapan pada kedua larutan tersebut
merupakamn kristal garam yang tidak larut karena larutan sudah kelewat jenuh.
ion-ion penyusunnya (Cu2+, SO42+, NH4+, H+ dan OH-.). CuSO4 anhidrat merupakan
penyedia atom pusat dan H2O merupakan penyedia ligan. Reaksi yang terjadi adalah:
Lalu ketika garam rangkap ditambah dengan larutan HCl menghasilkan larutan
tidak berwarna. Hal ini karena kristal garam rangkap dapat larut dalam larutan asam.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Pengujian kedua yaitu dengan menggunakan kertas lakmus dan spatula yang
telah dicelup larutan HCl pekat. Kristal garam rangkap dan kompleks masing-masing
dilarutkan dalam 4 mL aquades. Kemudian masing-masing tabung dipanaskan lalu
gas yang keluar diuji dengan kertas lakmus merah dan biru. Selanjutnya tabung yang
masih dipanaskan gasnya diuji lagi dengan spatula yang telah dicelupkan dengan HCl
pekat dan dimasukkan ke dalam tabung tanpa menyentuh larutan. Gas yang keluar
diuji lagi dengan kertas lakmus.
Pada garam rangkap, ketika dipanaskan dan diuji dengan kertas lakmus
diperoleh hasil:
Lakmus merah merah
Lakmus biru merah
Ketika diuji dengan spatula yang telah dicelup HCl dihasilkan gas/asap
berawarna putih (+). Uji kertas lakmus menunjukkan hasil yang sama. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa garam rangkap bersifat asam. Reaksi yang terjadi adalah:
Ketika diuji dengan spatula yang telah dicelup HCl dihasilkan gas/asap
berawarna putih (++). Uji kertas lakmus menunjukkan hasil yang sama. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa garam kompleks bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah:
Pengujian yang ketiga yaitu uji titik leleh. Pada garam rangkap diperoleh titik
leleh sebesar 200oC dan titik leleh garam kompleks: 230oC. Garam kompleks
memiliki titik leleh lebih tinggi daripada dan garam rangkap pada garam garam
komplek terdapat ikatan ionik, sedangkan pada ikatan rangkap hanya terdapat ikatan
kovalen. Seperti pada teori ikatan ionik memiliki titik leleh dan titik didih yang lebih
tinggi daripada ikatan kovalen, sehingga hasil yang peroleh ini sesuai dengan teori
dimana titik leleh garam kompleks lebih besar daripada titik leleh garam rangkap.
I. Kesimpulan :
1. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks tetraamin
tembaga (II) sulfat monohidrat dapat dilakukan dengan cara :
2. Sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garan kompleks tetraamin
tembaga (II) sulfat monohidrat adalah sebagai berikut:
J. Jawaban Pertanyaan :
1. Hitunglah persen hasil dari percobaan 1 dan 2!
Jawab :
a. Pembuatan Garam Rangkap
Berat kertas saring = 0.4345 gram
Berat Kristal
- m1 = 1.1948 - 0.4345 = 0.7603 g
- m2 = 1.10903 - 0.4345 = 0.6558 g
Secara teori
VH2O = 5 mL
m=𝜌xv
m=1x5
m = 5 gram
𝑛 5
n = 𝑀𝑟 = = 0.28
18
Secara teori:
Massa CuSO4.5H2O = mol x Mr
= 0.005 x 249.5
= 1.2475 gram
Garam kompleks
- Cu(NH3)4SO45H2O + H2O[Cu (NH3)4]2+ + SO42- + 6H2O
- Cu(NH3)4SO45H2O + HCl [Cu (NH3)4]Cl
- Cu(NH3)4SO45H2O + NaOH [Cu (NH3)4](OH)2
3. Jelaskan perbedaan sifat antara garam rangkap dan garam kompleks berdasarkan
percobaan 3!
Jawab :
Perbandingan Beberapa Sifat Garam Rangkap dan Garam Kompleks
Garam rangkap Garam Kompleks
Pengenceran dengan CuSO4(NH4)2SO4.6H2O + Cu(NH3)4SO4.H2O + H2O
aquades H2O Cu2+ + 2SO42- + [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2H2O
2NH4+ + 6H+ + 6OH-
Pengenceran dengan Tingkat kelarutan rendah Tingkat kelarutan tinggi
HCl dalam asam dalam asam
Pengenceran dengan Tingkat kelarutan tinggi Tingkat kelarutan rendah
NaOH dalam basa dalam basa
Ketka dipanaskan Tidak bau Menimbulkan bau amoniak
Uji gas dengan Bersifat asam (Kertas Bersifat basa (Kertas lakmus
lakmus lakmus biru jadi merah) merah jadi biru)
Uji spatula yang Tidak ada asap Ada asap putih
dicelupkan dalam
HCl pekat
Titik leleh 2400C 2700C
4. Berapakah titik leleh garam rangkap dan garam kompleks hasil sintesis anda?
Bandingkan dengan titik leleh garam rangkap dan garam kompleks secara teori!
Jika berbeda apakah sebabnya? Jelaskan!
Jawab :
Garam rangkap : 200oC
Garam kompleks : 230oC
Hal ini terbukti sesuai dengan teori bahwa secara teori titik leleh garam
kompleks lebih besar daripada titik leleh garam rangkap. Karena ikatan kovalen
koordinasi pada garam kompleks lebih kuat dibandingkan dengan ikatan ionik
pada garam rangkap.
K. Daftar Pustaka :
Amaria, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III, Surabaya : Unesa
Press.
Arifin. 2010. Penuntun Kimia Anorganik II. Kendari : Universitas Haluoleo.
Cotton, Wilkinson, 1989. Kimia Anorganik Dasar I. Jakarta : Universitas Indonesia.
Day, Underwood, A. L. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Firdaus, Ikhsan. 2009. Pengertian Senyawa Kompleks. http://www.chem-is-try.org.
(Diakses pada 15 November 2014).
Saito, Tarro. 1990. Kimia Anorganik. Tokyo : Permission Of Iwanami Shorter
Publisheis.
Syabatini, Annisa. 2009. Pembuatan Garam Kompleks Dan Garam Rangkap.
http://annisanfushie.wordpress.com. (Diakses pada 15 November 2014).
Svehla, G. 1979. Vogel: Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta
: PT. Media Kalman Pustaka.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
a. Pembuatan Garam Rangkap
Berat kertas saring = 0.4345 gram
Berat Kristal
- m1 = 1.1948 - 0.4345 = 0.7603 g
- m2 = 1.10903 - 0.4345 = 0.6558 g
- m3 = 1.0502 - 0.4345 = 0.6157 g
2.0318
- berat konstan: = 0.6773 𝑔𝑟𝑎𝑚
3
Secara teori
VH2O = 5 mL
m=𝜌xv
m=1x5
m = 5 gram
𝑛 5
n = 𝑀𝑟 = = 0.28
18
Secara teori:
Massa CuSO4.5H2O = mol x Mr
= 0.005 x 249.5
= 1.2475 gram
LAMPIRAN GAMBAR
1. Pembuatan Garam Kompleks Kupri Ammonium Sulfat CuSO4(NH4)2SO4
Dari kiri, Garam + H2O + H2O Dari Garam + H2O + HCl Dari
1. Kristal garam kompleks kiri, kiri,
+ 4 ml aquades 1. Garam rangkap 1. Garam rangkap
2. Kristal garam rangkap + 2. Garam kompleks 2. Garam kompleks
4 ml aquades
Garam + H2O + NaOH Garam kompleks uji kertas lakmus (bersifat basa):
Dari kiri, Lakmus merah biru
1. Garam kompleks Lakmus biru tetap biru
2. Garam rangkap
Garam rangkap uji kertas lakmus (bersifat asam): Uji HCl pada garam
Lakmus merah tetap merah kompleks
Lakmus biru merah
Uji HCl pada garam Uji titik leleh pada garam Uji titik leleh pada garam
rangkap kompleks rangkap