You are on page 1of 7

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ABSES PARAFARING

Maranatha Lumban Batu, Dwi Reno Pawarti

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga /RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PENDAHULUAN adanya suatu proses infeksi bakteri


Abses parafaring merupakan piogenik yang terdapat dibawah
infeksi di bidang THT-KL yang sering jaringan, organ, atau pada ruang-ruang
menimbulkan komplikasi berat, kosong. Abses mempunyai daerah
bahkan dapat sampai menimbulkan pusat yang menonjol yang terjadi
kematian. Komplikasi seperti akibat penumpukan sel dan jaringan
mediastinitis, angina ludovisi, yang mati. Daerah tersebut dilindungi
trombosis vena intra jugularis, oleh netrofil, sedang di sebelah luarnya
perdarahan, udim laring, osteomielitis terdapat pelebaran pembuluh darah
vertebra servikal dan mandibula, serta jaringan parenkim dan fibroblas
pneumonia, erisipelas, gangguan yang berfungsi untuk mempercepat
nervus vagus, meningitis, abses dan proses penyembuhan.3
septikemia, menyebabkan abses Abses parafaring adalah infeksi di
parafaring memerlukan daerah parafaring yang dapat meluas
penatalaksanaan yang cepat dan tepat. dan menyebabkan penimbunan nanah.
1,2 1

Penatalaksanaan abses
parafaring akan lebih sulit jika diikuti Anatomi Ruang Parafaring
oleh faktor penyulit seperti penyakit Ruang parafaring (disebut juga
sistemik dan diabetes melitus, sistem ruang faring lateral, ruang
imunologi yang menurun, pasien faringomaksila, ruang pterigomaksila,
dengan gangguan pernafasan, dan ruang pterigofaring), merupakan ruang
faktor kebersihan rongga mulut. Hal potensial yang termasuk bagian dari
inilah yang akan mempermudah ruang leher dalam yang berbentuk
timbulnya infeksi, memperlama waktu piramida terbalik (Gambar 1), yang
perawatan, dan bila tidak ditangani terbentuk dari multi komponen sistem
dengan baik akan dapat menimbulkan fasia. Batas-batas ruang parafaring
komplikasi yang lebih berat. Untuk itu adalah di inferior oleh kornu minor
sangat diperlukan pengetahuan dalam tulang hyoid, di superior oleh dasar
mendiagnosis, ketrampilan dalam tengkorak, sebelah medial dibatasi
mengintervensi dan pemberian terapi divisi viseral dari lapisan media
pada abses parafaring sehingga (sepanjang otot konstriktor faring) dan
penatalaksanaan abses parafaring dapat fasia otot-otot tensor dan levator veli
dilakukan secara cepat dan tepat.1-3 palatini serta stiloglosus. Batas lateral
Dalam referat ini akan dibahas dipertegas oleh lapisan superfisial yang
mengenai diagnosis dan meliputi mandibula, pterigoideus
penatalaksanaan abses parafaring, medial, dan parotis. Batas posterior
sehingga akan didapatkan hasil yang dibentuk oleh divisi prevertebra dari
efektif dan maksimal. lapisan profunda dan sisi posterior
selubung karotis (tepatnya batas
Definisi postero lateral). Batas anterior
Abses adalah kumpulan nanah merupakan fasia interpterigoideus dan
dalam suatu rongga yang terjadi akibat rafe pterigomandibula. Ruang

25
parafaring ini dapat dibagi-bagi Ruang parafaring berhubungan
menjadi kompartemen-kompartemen dengan ruang retrofaring di bagian
oleh suatu garis yang ditarik dari posteromedial, ruang submandibula di
lamina pterigoid menuju prosesus bagian inferior, dan ruang mastikator
stiloid. 5 di bagian lateral, secara umum, ruang
parafaring merupakan pusat hubungan
dari semua ruang potensial leher
dalam. Kejadian infeksi dalam ruang
parafaring seringkali menyebar ke
ruang-ruang potensial lainnya,
terutama ruang retrofaring dan
selubung karotis. 5-6

Gambar 1. Ilustrasi bentuk ruang


parafaring 4

Kompartemen anterior
(Gambar 2) berisi arteri maksilaris
interna, nervus alveolaris inferior,
nervus lingualis, dan nervus
aurikulotemporalis. Infeksi yang Gambar 3. Ruang parafaring 4
terjadi pada kompartemen ini ditandai Ruang parapharyngeal (Gambar 3)
adanya trismus. Kompartemen dibagi atas:
posterior berisi selubung karotis (arteri Pre styloid : Medial—fossa tonsilaris
karotis, vena jugularis interna, dan Lateral—pterygoid
nervus vagus), nervus glosofaringeal, medial
nervus hipoglosus, persyarafan Kandungan lemak,
simpatis, dan pembuluh limfe. Nervus jaringan penghubung, kelenjar
asesorius juga berada dalam limfe
kompartemen ini, tetapi seringkali Post styloid : Selubung karotis
terlindungi dari proses infeksi yang Nervus IX, X, XII
terjadi dalam kompartemen posterior.
4,5
Patogenesis
Abses parafaring dimulai dari
infeksi jaringan lunak pada daerah
kepala dan leher. Infeksi ini dapat
meluas dari salah satu ruang potensial
leher dalam, yang kemudian mengenai
parafaring. Suatu infeksi bakteri di
ruang parafaring dapat terjadi melalui
beberapa cara 1-2,5 :
1. Bakteri menyebar dari suatu
infeksi di bagian tubuh yang lain
misalnya melalui saluran vaskuler
Gambar 2.Penampang leher pada level menyebabkan terjadinya
tulang hyoid 4 endoplebitis atau trombosis atau
melalui saluran limfatik sehingga

26
menyebabkan terjadinya supurasi sedangkan pada tahun 1990 dimana
kelenjar limfe servikal profunda. telah ditemukan pemakaian antibiotik
Infeksi di bagian tubuh yang lain yang lebih maju dan pemeriksaan
seperti pada tonsilitis, faringitis penunjang yang lebih modern, angka
akut, adenoiditis, perluasan kematiannya menurun hingga 40 %. 4
peritonsiler abses, infeksi gigi
molar pada pencabutan gigi molar Mikrobiologi
bawah, tindakan endoskopi per Pada abses parafaring di
oral yang kasar, perluasan infeksi dapatkan spektrum kuman yang cukup
glandula parotis atau pada luas. Sebagian besar abses disebabkan
timpano-mastoiditis kronis melalui oleh campuran kuman aerob dan
abses Bezold. anaerob. Kuman patogen yang sering
2. Bakteri masuk ke bawah kulit dijumpai adalah kelompok genus
akibat adanya luka atau trauma Streptococci misalnya Streptococcus
tindakan seperti esofagoskopi atau haemoliticus, Staphilococcus aureus
bronkoskopi; tertelan benda asing; dan Haemophilus influenzae.
tusukan jarum yang tidak steril di Terkadang dijumpai pula kelompok
leher pada pencandu morfin. Coliform dan Pseudomonas
3. Lymphadenitis, peradangan pada aeroginosa. Infeksi anaerob biasanya
kelenjar limfe itu sendiri. timbul dari flora normal yang berada
dipermukaan mukosa yang dalam
Prevalensi keadaan normal kuman-kuman anaerob
Prevalensi atau angka kejadian tersebut berada dalam mulut. Infeksi
abses parafaring tidak dapat ditentukan atau kelainan gigi seperti karies gigi
secara tepat, namun menurut hasil dan pembentukan kantong-kantong
penelitian yang dilakukan di Amerika pada periodontal menimbulkan infeksi
Serikat, ditemukan negara maju lebih yang lebih didominasi oleh kuman
rendah angka morbiditasnya dibanding anaerob. Kuman anaerob tersebut
negara berkembang, hal ini disebabkan cenderung berkumpul di celah-celah
karena penanganan abses parafaring gigi, salah satu kuman anaerob yang
yang lebih cepat, alat-alat medis yang sering dijumpai adalah Bacteriodes sp.
lebih modern, perkembangan antibiotik Adanya kuman anaerob harus dicurigai
yang lebih maju, protokol penanganan bila didapatkan pus yang berbau
dan tehnik operasi yang lebih baik. busuk. Keberadaan kuman anaerob
Pada penelitian yang dilakukan oleh dapat diketahui secara klinis dan
para ahli Amerika Serikat dikatakan radiologis. Secara klinis nanah dari
dari 117 anak yang menderita abses infeksi kuman anaerob digambarkan
leher dalam yang diteliti selama kurun sebagai “ a pedicular putrid, odicus,
waktu 6 tahun ditemukan infeksi foul smelling, actually stinking,
peritonsil (49 %); infeksi retrofaring sickening and nauseating type of
(22%); infeksi submandibular (14%); purulent discharge “. Selain itu adanya
infeksi bukalis (11%); infeksi krepitasi dan pembentukan gas yang
parafaring (2%), dan infeksi ruang terlihat sebagai gambaran udara dalam
kanina (2%).5 pemeriksaan radiologi juga
Peneliti lain mengatakan angka menunjukkan adanya kuman anaerob.
2,7-,9
kematian yang disebabkan karena
adanya infeksi pada leher dalam yang
disertai dengan komplikasi Diagnosis
mediastinitis pada periode tahun 1960 Untuk menegakkan diagnosis
sampai dengan tahun 1980 dilaporkan abses parafaring diperlukan anamnesis
angka kematian sebanyak 42,8 %., yang cermat, pemeriksaan fisik,

27
radiologi, laboratorium dan aspirasi pemeriksaan darah didapatkan
pus dengan jarum besar untuk peningkatan jumlah leukosit.
pemeriksaan kultur dan tes kepekaan Pemeriksaan penunjang lain yang
kuman. diperlukan adalah pemeriksaan
radiologi, berupa pemeriksaan foto
Anamnesis leher AP/lateral dalam kondisi soft
Pada anamnesis pasien dengan tissue, foto toraks, USG leher dan pada
abses parafaring didapatkan riwayat kasus tertentu dilakukan pemeriksaan
demam, pembengkakan dan nyeri pada CT-scan leher. 1,2,5,7,10
daerah infeksi terutama di daerah
parafaring, regio tiroid dan regio Penatalaksanaan
submandibular. Keluhan nyeri Penatalaksanaan abses
biasanya akan semakin hebat ketika parafaring harus dilakukan di rumah
pasien sedang menoleh atau sedang sakit dengan tujuan memperbaiki
menggerakkan leher. Pada beberapa keadaan umum dan untuk
pasien didapatkan riwayat sakit gigi penatalaksanaan lebih lanjut. Sebagai
atau riwayat tertelan benda asing. dasar penatalaksanaan dari abses
Keluhan lain didapatkan sulit menelan parafaring yang perlu diperhatikan
selama beberapa hari, trismus bahkan adalah : 5-7,11
sampai sesak nafas. 1-5,10
Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya tergantung dari Preoperatif
lokasi infeksi yang terjadi, akan tetapi Yang paling penting untuk
secara umum dapat dijumpai diperhatikan sebelum dilakukan
pembengkakan pada dinding faring pembedahan ialah keadaan umum
lateral terutama dibelakang arkus pasien, tidak adanya sumbatan jalan
posterior. Tonsil terdorong ke medial nafas, resusitasi cairan dan keadaan
atau kearah anterior. Terjadi gangguan metabolik, pemberian antibiotik.
terutama pada saraf kranial N IX, X Persiapan preoperatif meliputi: 5
dan XII. Selain itu sering didapatkan
karies dentis dan trismus yaitu 1. Melindungi jalan nafas dengan cara:
terbatasnya gerakan membuka mulut a. Observasi adanya sumbatan jalan
akibat perluasan infeksi yang nafas. Pada kasus yang sangat
menimbulkan spasme iritatif pada m sulit, dimana ditemukan adanya
pterigoideus internus. 1-5,10 sumbatan jalan nafas akibat
pembengkakan dinding faring,
Pemeriksaan Penunjang dan mencegah terjadinya aspirasi
Pemeriksaan kultur kuman dan abses, dapat dilakukan nasal
test kepekaan antibiotika perlu endotracheal intubation.
dilakukan sebelum penderita mendapat b. Pada keadaan sesak yang sangat
antibiotika. Sebelum bahan diambil hebat, dapat segera dilakukan
dilakukan dekontaminasi dengan trakeostomi.
antiseptik topikal. Pengambilan pus 2. Melakukan kultur pus dan darah
dari abses parafaring yang paling tepat untuk mengetahui jenis kuman, dan
adalah dengan aspirasi memakai jarum menentukan jenis antibiotik yang
besar yang steril. Bahan pemeriksaan sesuai.
tersebut harus segera dikirimkan ke 3. Memantau keadaan elektrolit dan
laboratorium. Bila memungkinkan metabolik dari tubuh.
dapat ditanam terlebih dahulu pada 4. Pemberian antibiotik parenteral
media transport, baru kemudian dalam dosis tinggi perlu segera
dikirimkan ke laboratorium. Pada diberikan, sambil menunggu hasil

28
kultur kuman penyebab. Pemilihan dalam selubung karotis, insisi
jenis antibiotik biasanya yang dapat dilanjutkan vertikal dari
membunuh semua jenis kuman baik pertengahan insisi horizontal ke
gram negatif atau gram positif, bawah di depan
ataupun kuman aerob maupun m.sternokleidomastoideus (cara
anaerob. Penggunaan injeksi Mosher). Insisi abses yang kecil,
Penicillin Procain dan terbatas, atau uniloculated dapat
Metronidazole sering menjadi dibantu dengan menggunakan
pilihan. Bila penderita alergi image.
terhadap golongan Penicilin dapat
diberikan Eritromicin, Clindamycin
atau Cephalosporin. Kombinasi
salah satu obat tersebut dengan
Amynoglikosida dapat memberikan
perlawanan terhadap kuman gram
negatif Enterobacilli dan
Pseudomonas aeroginosa dengan
baik. Para ahli mengatakan
pemberian antibiotik parenteral
dengan spektrum luas diberikan
sebagai terapi pilihan, bila pada saat
48 jam post drainase pus tidak
didapatkan perubahan. Pemberian
antibiotik parenteral dapat diberikan
sampai dengan 48 jam bebas panas,
kemudian dilanjutkan dengan
pemberian antibiotik per oral.
Pada kasus abses parafaring yang
ringan, dimana pus hanya sedikit
dan tidak disertai dengan gangguan
sistem pernafasan, pemberian
antibiotik dapat diberikan tanpa Gambar 4. Insisi abses parafaring 6
dilakukan pembedahan. a. Standar insisi pada saat
eksplorasi di daerah
Durante operatif parafaring
Selama pembedahan perlu diperhatikan b. Pendekatan yang dilakukan
ukuran abses, banyaknya pus, lokasi di daerah parafaring bagian
abses, dan struktur anatomi dari leher. 5 posterior

1. Insisi abses dapat melalui intraoral


maupun ekstraoral. Insisi ekstraoral
(Gambar 4) dilakukan dengan
meletakkan 2 jari di bawah dan
sejajar mandibula. Secara tumpul
eksplorasi dilanjutkan dari batas
anterior m.sternokleidomastoideus
ke arah atas belakang menyusuri
bagian medial mandibula dan
m.pterigoid interna mencapai ruang
parafaring dengan terabanya
prosesus stiloid. Bila nanah terdapat

29
Komplikasi
Banyak hal yang dapat menjadi
penyebab komplikasi dari abses
parafaring, diantaranya adalah terapi
yang tidak tepat, dan tidak adekuat,
keterlambatan diagnosis dan
penatalaksanaan terapi abses
parafaring. Komplikasi yang dapat
Gambar 5. Abses parafaring 4 terjadi diantaranya adalah sumbatan
jalan nafas akibat dari pendesakan
Insisi intraoral (Gambar 5) trakea, aspirasi dari pus, bisa secara
dilakukan pada dinding parafaring. spontan maupun pada saat
Dengan memakai klem arteri memasukkan pipa endotrakea,
eksplorasi dilakukan menembus komplikasi pembuluh darah misalnya
m.konstriktor faring superior ke trombosis vena intra jularis, ruptur
dalam ruang parafaring anterior. arteri karotis, mediastinitis, defisit
Insisi intraoral dilakukan bila perlu neurologi, sepsis, fasiitis nekrotik
dan sebagai terapi tambahan leher, dan osteomielitis 1,3,5-8
terhadap insisi ekstraoral.2,11 Prognosis
Pasien yang mendapat
2. Aspirasi dengan jarum besar penanganan yang cepat dan tepat akan
Aspirasi dengan jarum dapat memperoleh kesembuhan yang lebih
dilakukan pada keadaan ukuran cepat dan berhasil baik, sedang pasien
abses yang kecil dan letak abses yang terlambat mendapat penanganan
parafaring yang mudah untuk dapat mengalami komplikasi yang
dicapai atau bila keadaan umum lebih berat dan waktu penyembuhan
pasien tidak mendukung untuk yang lebih lama.5
dilakukan anestesi umum. Dalam
melakukan aspirasi dengan jarum RINGKASAN
besar dapat dipakai CT-scan Abses parafaring adalah suatu
ataupun USG sebagai penuntun. infeksi yang sering menimbulkan
Aspirasi dengan jarum juga dipakai komplikasi yang berat dan bila tidak
sebagai langkah awal sebelum ditangani secara tepat tidak jarang
dilakukan tindakan pembedahan, dapat menimbulkan kematian.
terutama untuk pengambilan kultur Penyakit sistemik, sistem imun yang
kuman.5 kurang baik, serta faktor higienis
rongga mulut sering kali
3. Postoperatif mempeRSUDlit penatalaksanaan abses
Sesudah operasi yang perlu parafaring. Untuk itu ketepatan dalam
dimonitor adalah tanda-tanda diagnosis, penatalaksanaan abses
respon terhadap terapi, kultur dan parafaring yang baik sangat diperlukan
sensitifitas kuman terhadap untuk mendapatkan hasil yang
antibiotik, ada tidaknya tanda-tanda memuaskan. Penatalaksanaan abses
sumbatan jalan nafas, dan ada parafaring dapat dilakukan dengan cara
tidaknya komplikasi dari abses pembedahan ataupun tanpa
parafaring. 5 pembedahan.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Ballenger JJ. Leher, orofaring dan 7. Adam GL. Penyakit-penyakit


nasofaring. Dalam: Ballenger JJ, nasofaring dan orofaring. Dalam:
ed. Penyakit Telinga, Hidung, Adam GL,Boies LR Jr, Higler P,
Tenggorok, Kepala dan Leher. ed. Boies Buku Ajar Penyakit
Jilid 1. Edisi 13. Alih bahasa: Staf THT. Alih bahasa: Wijaya C.
Ahli Bag THT RSCM-FKUI. Jakarta: EGC; 1994: 320-55.
Jakarta: Binarupa Aksara; 1994: 8. Wahyono, Samodra E, Setiajit B.
295-304. Abses parafaring studi
2. Gadre AK, Gadre KC. Infections retrospektif pada 7 penderita.
of the deep spaces of the neck. In: Dalam: Zainudin Z, Syam A,
Bailey BJ ed. Head & Neck Aminoedin I, Fadil M, Hutapea E,
Surgery Otolaryngology 3th ed. ed. Kumpulan Naskah Ilmiah
Vol 1.Philadelphia: Lippincott Tahunan PERHATI. Bukittinggi;
Williams & Wilkins co; 2001: 1993:609-22.
665-82. 9. Rigante D, Spanu T, Nanni L,
3. Abcess. Available at: Tornesello A, Sanguinetti M.
URL:http://www.humpath.com Deep neck infection complicating
2004. Accessed May 12, 2007. lymphadenitis caused by
4. Rosen EJ, Bailey BJ. Deep neck Streptococcus intermedius in an
spaces and infections. Available immunocompetent child.
at: Available at:
URL:http://www.utmb.edu/otoref/ URL:http://www.biomedcentral.c
Grnds/Deep-neck-spaces-2002- om/1471-2334/6/61/prepup.
04-slides.pdf. Accessed April 30, Accessed May 13,2007.
2007. 10. Pedlar J. Spreading infection.
5. Marcincuk MC. Deep neck Available at:
infections. 2005. Available at: URL:http://www.fleshandbones.c
URL:http://www.emedicine.com/ om/readingroom/pdf/111.pdf.
ent/topic 669.htm-ggk. Accessed Accessed May 13, 2007.
Mei 13, 2007. 11. Fachruddin D, Abses leher dalam.
6. Shumrick KA, Sheaft SA. Deep Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
neck infections. In: Paparella, ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Shumrick, Gluckman, Meyerhoff, Telinga Hidung Tenggorok
eds. Otolaryngology. 3 rd ed. Kepala Leher. Edisi 5 Jakarta:
Philadelphia: WB Sounders Co; Balai Penerbit FKUI; 2001: 185-
1991: 2545-52. 89.

31

You might also like