You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

Ambliopia berasal dari bahasa yunani, yang berarti penglihatan tumpul


atau pudar (amblus: pudar, ops: mata). Ambliopia adalah suatu keadaan mata
dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai dengan usia dan
intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya. Pada ambliopia
terjadi penurunan tajam pengelihatan unilateral atau bilateral disebabkan karena
kehilangan pengenalan bentuk, interkasi binocular abnormal atau keduanya,
dimana tidak ditemukan kausa organik pada pemeriksaan fisik mata.1,2
Ambliopia dikenal juga dengan istilah “mata malas” (lazy eye),
merupakan suatu permasalahan yang bila dibiarkan akan sangat merugikan
nantinya bagi kehidupan si penderita. Prevalensinya pada anak-anak dan bersifat
seumur hidup. Faktor risiko Ambliopia lebih umum terdapat pada anak-anak yang
prematur, kecil untuk usia kehamilan, mengalami keterlambatan perkembangan,
atau memiliki derajat pertama relatif ambliopia. Faktor Lingkungan, termasuk ibu
yang merokok ibu dan penggunaan narkoba atau alkohol selama kehamilan, telah
dilaporkan terkait dengan peningkatan risiko ambliopia atau strabismus dalam
beberapa penelitian.3
Penatalaksanaan ambliopia dilakukan dengan menghilangkan penyulit dan
mengkoreksi kelainan refraksi. Anak dengan ambliopia atau resiko ambliopia
hendaknya diidentifikasi pada umur dini, dimana prognosis keberhasilan terapi
akan lebih baik. Prognosis juga ditentukan oleh jenis ambliopia dan dalamnya saat
terapi dimulai.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Ambliopia adalah bentuk gangguan penglihatan kortikal yang
didefinisikan secara klinis sebagai pengurangan unilateral atau bilateral dari
ketajaman penglihatan terbaik (BCVA) yang tidak dapat dikaitkan dengan efek
kelainan struktural mata.4 Dari perspektif klinis tradisional, ambliopia
didefinisikan sebagai hilangnya ketajaman visual dari tiga garis atau lebih pada
bagan huruf klinis yang tidak dapat dikoreksi secara optikal dan bukan karena
penyebab patologis yang dapat diamati.5 Ambliopia adalah bentuk gangguan
penglihatan kortikal. Hal ini adalah akibat dari perkembangan visual yang
abnormal di masa kanak-kanak, dapat sekunder untuk proses patologis lain, dan
dapat mengarah pada berkurangnya pengelihatan yang umumnya monokuler dan
permanen.6

2.2 Epidemiologi
Ambliopia umumnya terjadi selama periode sensitif atau kritis, periode ini
dipostulatkan dapat terjadi hingga usia 9 tahun, namun usia yang tepat belum
dapat dipastikan.4,6 Estimasi prevalensi dari studi berbasis populasi pada anak usia
6 hingga 71 bulan berkisar antara 0,7% hingga 1,9%, sedangkan studi berbasis
sekolah pada anak yang lebih tua biasanya melaporkan tingkat yang lebih tinggi
(kisaran: 1,0% hingga 5,5%) tergantung pada populasi yang diteliti dan definisi
yang digunakan. Ambliopia bilateral kurang sering terjadi dibanding ambliopia
unilateral, tetapi proporsi yang dilaporkan bervariasi, dari serendah 5% hingga
41% dari semua kasus amblyopia. Ambliopia unilateral berhubungan dengan
strabismus pada 19% hingga 50% kasus dan dengan anisometropia pada 46%
hingga 79% kasus. Sekitar 50% anak-anak dengan esotropia memiliki amblyopia
di saat diagnosis awal. Kemungkinan ambliopia adalah 1,5 hingga 40 kali lebih
besar ketika terdapat anisometropia dan berkisar 2,7 hingga 18 kali lebih besar
ketika terdapat strabismus.3

2
2.3 Etiologi
Setiap kelainan yang menghambat pembangkitan resolusi tinggi dan
gambar yang sejajar pada retina setiap mata dapat menyebabkan ambliopia.
Anisometropia, strabismus, atau kombinasi faktor-faktor ini (campuran)
bertanggung jawab untuk sebagian besar kasus ambliopia. Ambliopia bilateral
juga bisa terjadi akibat katarak bilateral, gangguan refraksi berat bilateral atau
ptosis bilateral. Tingkat ketajaman visual orang dewasa tercapai sekitar usia 4
tahun, tetapi fungsi visual belum sepenuhnya matang sampai usia remaja.
Pematangan terjadi dengan cepat pada awal masa bayi tetapi melambat saat masa
kanak-kanak. Semakin cepat terjadi gangguan terhadap rangsangan visual,
semakin besar pengaruhnya terhadap penglihatan.6
Pada dasarnya, ambliopia disebabkan karena penghambatan sinyal
neurologis dalam jalur visual mata ambliopia selama perkembangan visual.
Penghambatan ini menghasilkan perubahan anatomi yang terlihat di nukleus
genikulata lateral dan di korteks occipital.4
Suatu kausa ekstraneural yang menyebabkan turunnya tajam pengelihatan
(seperti katarak, astigmat, strabismus atau suatu kelainan refraksi unilateral atau
bilateral yang tidak dikoreksi) merupakan mekanisme pemicu yang
mengakibatkan suatu penurunan fungsi visual pada orang yang sensitif. Beratnya
ambliopia berhubungan dengan lamanya mengalami kurangnya rangsangan untuk
perkembangan pengelihatan makula.2,7

2.4 Faktor Risiko


Faktor risiko ambliopia lebih umum pada anak-anak yang prematur, kecil
untuk usia kehamilan, mengalami keterlambatan perkembangan, atau memiliki
derajat pertama relatif ambliopia. Faktor Lingkungan, termasuk ibu yang merokok
dan penggunaan narkoba atau alkohol selama kehamilan, telah dilaporkan terkait
dengan peningkatan risiko ambliopia atau strabismus dalam beberapa
penelitian.3,8

3
Tabel 2.1 Keadaan yang dapat menyebabkan ambliopia

2.5 Patofisiologi
Mekanisme neurofisiologi terjadinya ambliopia masih belum jelas sampai
sekarang. Penglihatan manusia mengalami perkembangan sejak bayi. Terdapat
beberapa periode penting untuk mencapai tingkat kematangan pengelihatan.
Periode pertama adalah periode yang paling menentukan, yaitu 6 bulan pertama
kehidupan, periode berikutnya adalah sampai 2 tahun dan sampai 5 tahun. Setelah
5 tahun masih ada perkembangan, tetapi sudah tidak begitu pesat lagi sampai usia
9 tahun. Selama masa ini sistem pengelihatan peka terhadap faktor ambliopagenik
yaitu deprivasi cahaya, kurang fokusnya alat optik dan strabismus.4
Saat lahir, sistem pengelihatan belum sempurna, jadi tajam pengelihatan
adalah satu per tak terhingga. Perkembangan tajam pengelihatan berlangsung
selama bulan pertama kehidupan. Retina, nervus optikus, dan koreksi visual mulai
berkembang pada usia satu minggu. Mielinisasi saraf optik perkembangan korteks
visual dan pertumbuhan badan genikulatum lateral berlangsung selama dua tahun
pertama kehidupan. Fovea yang merupakan bagian dari retina yang paling
sensitive, berkembang sempurna pada usia 4 tahun. Rangsangan pengelihatan
penting untuk perkembangan pengelihatan yang normal. Perkembangan jaras
pengelihatan di sistem saraf pusat membutuhkan otak yang dapat menerima

4
bayangan dengan jelas dan seimbang. Berbagai proses yang dapat mempengaruhi
atau menghambat perkembangan jaras pengelihatan pada otak dapat menimbulkan
ambliopia
Pada amblyopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan
daerah penglihatan perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Periode kritis ini
sesuai dengan perkembangan sistem penglihatan anak yang peka terhadap
masukan abnormal yang diakibatkan oleh rangsangan deprivasi, strabismus atau
kelainan refraksi yang signifikan. Secara umum, periode kritis untuk amblyopia
deprivasi terjadi lebih cepat dibanding strabismus maupun anisometropia. Lebih
lanjut, waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya amblyopia ketika periode kritis
lebih singkat pada rangsang deprivasi dibandingkan strabismus ataupun
anisometropia.4
Periode kritis tersebut adalah:
1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hingga 20/20 (6/6)
yaitu pada saat lahir hingga usia 3-5 tahun
2. Periode yang beresiko (sangat) tinggi untuk terjadinya amblyopia
deprivasi, yaitu di usia beberapa bulan hingga usia 7- 8 tahun
3. Periode dimana kesembuhan amblyopia masih dapat dicapai, yaitu sejak
terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia
dewasa.
Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab amblyopia masih sangat
belum jelas, studi eksperimental menjelaskan Sel pada korteks visual primer
dapat kehilangan kemampuan dalam menanggapi rangsangan pada satu atau
kedua mata, dan sel yang masih responsif fungsinya akhirnya dapat menurun.
Kelainan juga terjadi pada neuron badan genikolatum lateral. Keterlibatan
retina masih belum dapat disimpulkan.4
Penglihatan yang baik harus jernih, bayangan terfokus sama pada kedua
mata. Bila bayangan kabur pada satu mata atau bayangan tersebut tidak sama
pada kedua mata, maka jaras penglihatan tidak dapat berkembang dengan
baik, bahkan dapat memburuk. Bila hal ini terjadi, otak akan “mematikan”

5
mata yang tidak fokus dan orang tersebut akan bergantung pada satu mata
untuk melihat.4

2.5 Klasifikasi
Ambliopia diklasifikasikan dengan hubungannya terhadap satu atau lebih
etiologi yang mendasari sebagai berikut: strabismus, anisometropia atau bentuk
deprivasi. Hampir satu pertiga penderita ambliopia memiliki strabismus, satu
pertiga dengan anisometropia dan satu pertiga sisanya merupakan gabungan
keduanya sedangkan amblyopia deprivasi kejadiannya cukup jarang (insidensi
0.1%).3

Gambar 2.1 Klasifikasi Ambliopia Berdasarkan Penyebab3

Ambliopia Fungsional
Ambliopia dapat terjadi kongenital atau didapat, seperti ambliopia
fungsional, yang terdapat pada pada satu mata, dengan tajam penglihatan yang
kurang tanpa kelainan organik, yang tidak dapat diperbaiki dengan kaca mata.
Anak-anak mempunyai risiko terjadinya ambliopia fungsional ini. Setelah usia
bertambah maka strabismus atau setiap faktor lain yang secara potensial
ambliopiagenik, seperti suatu katarak yang didapat, tidak mungkin menyebabkan
ambliopia. Pada peristiwa suatu defek visual yang didapat setelah usia ini,
walaupun bertahan berbulan-bulan atau bertahun-tahun, visus akan kembali
normal atau hampir normal setelah katarak atau kelainan lain tersebut

6
disingkirkan dan tindakan yang memadai dilakukan terhadap koreksi optikal.
Sampai usia 6 atau 7 tahun anak-anak sensitif terhadap ambliopia fungsional,
tetapi pada usia mereka, ambliopia juga paling sukses berhasil diobati.1
Pada umumnya ambliopia apapun penyebabnya akan cepat berkembang
dengan bertambah mudanya terlihat penyebab. Bila ambliopia tetap tidak diobati
sampai anak berusia 6 sampai 9 tahun, defek visual mungkin tidak dapat
membaik. Batas umur untuk dapat diobati yang tepat untuk ambliopia tidak dapat
ditentukan dengan pasti dan mungkin akibat kurang jelasnya kepastian umur
sensitif.1
Mungkin terdapat variasi individual, usia serangan ambliopia yang tepat
tidak dapat ditentukan dengan pasti pada setiap kasus. Adalah merupakan dalil
utama yang baik untuk menyatakan bahwa seorang anak dengan setiap tingkat
ambliopia fungsional dapat memperoleh kembali visus dengan tingkat paling baik
yang pernah dimiliki pada mula ambliopia yang secara visual matang, asalkan
tindakan pengobatan yang tepat dilakukan atau asalkan ia kehilangan tajam
penglihatan pada mata yang dulunya diunggulkan kepada suatu tingkat di bawah
itu yang sekarang ini mata ambliopik.1
Adalah masuk akal bahwa satu mata ambliopia, tanpa memperdulikan usia
anak, sekurang-kurangnya patut menerima satu usaha tuntas, tanpa perduli bila
pengobatan dimulai. Bila balut-tutup mata beberapa minggu atau beberapa bulan
tidak menghasilkan perbaikan, maka dapat dikatakan terdapat ambliopia yang
tidak dapat membaik. Pengobatan terhadap ambliopia meliputi oklusi (komplit
atau tak komplit, konstan atau intermiten), penalisasi (jauh, dekat, atau
keduaduanya) dan pleoptik. Pengobatan ambliopia yang paling baik dan paling
efektif adalah oklusi mata yang diunggulkan. Tipe pengobatan yang paling sesuai
untuk seorang pasien tertentu tergantung umur pasien, tipe ambliopia, dan derajat
kooperasi yang dapat diharapkan. Pengobatan ambliopia harus dimulai, bila
mungkin, dengan menyingkirkan atau memodifikasi faktor ambliopiagenik. Ini
berarti kaca mata perlu diberikan untuk hipermetropia tinggi bilateral dan untuk
anisometropia sferis 1.0 D dan silinder 1.5 D. Halangan pada media seperti
katarak atau kekeruhan kornea harus disingkirkan dan diberikan koreksi yang

7
memadai. Bebat mata, dimana anak di bawah satu tahun harus mendapat balut
seluruh waktu (seluruh jam bangun) dimulai segera setelah diagnosis dibuat.
Ambliopia fungsional dapat dimasukkan ke dalam bentuk-bentuk.1

Ambliopia Strabismik
Ambliopia strabismus diduga disebabkan karena kompetisi atau terhambatnya
interaksi antara neuron yang membawa input yang tidak menyatu dari kedua mata,
yang akhirnya akan terjadi dominasi pusat pengelihatan kortikal oleh mata yang
berfiksasi dan lama kelamaan terjadi penurunan respon terhadap input dari mata
yang tidak berfiksasi. Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi oleh pusat
pengelihatan binokular ini tampaknya merupakan faktor utama terjadinya
ambliopia strabismus, namun pengaburan bayangan foveal karena akomodasi
yang tidak sesuai dapat juga menjadi faktor tambahan.1
Ambliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanya juling ke dalam pada
anak sebelum penglihatan tetap. Pada keadaan ini terjadi supresi pada mata
tersebut untuk mencegah gangguan penglihatan (diplopia). Kelainan ini disebut
sebagai ambliopia strabismik dimana kedudukan bola mata tidak sejajar sehingga
hanya satu mata yang diarahkan pada benda yang dilihat. Ambliopia strabismik
ditemukan pada penderita esotropia dan jarang pada mata dengan eksotropia.
Strabismus yang dapat menyebabkan ambliopia adalah : strabismus menifes,
strabismus monokular, strabismus dengan sudut deviasi kecil, strabismus yang
selalu mempunyai sudut deviasi di seluruh arah pandangannya. Fiksasi silang
(menggunakan mata kiri untuk melirik kekanan dan mata kanan untuk melirik
kekiri) merupakan antiuji ambliopia strabismik. Bila kondisi ini terjadi maka tidak
akan terdapat ambliopia.1
Pengobatan. Pada ambliopia strabismik pengobatan ialah dengan menutup
mata yang sehat dan dirujuk pada dokter mata. Ambliopia strabismik dapat pulih
kembali pada usia di bawah 9 tahun dengan menutup total mata yang baik.
Penyulit strabismik ambliopia. Bila mata baru mengalami juling akan terjadi
keluhan diplopia atau penglihatan ganda. Bila berlangsung lama dapat terjadi
korespondensi retina yang abnormal. Korespodensi retina abnormal terjadi bila

8
korteks serebri sudah dapat menyesuaikan diri terhadap 2 titik yang tidak
sekoresponden menjadi satu titik yang sekoresponden. Akibatnya walaupun
kedudukan mata tetap dalam posisi juling tidak didapatkan keluhan dipl0pia atau
melihat ganda. Juling akan sukar diatasi bila mata sudah menjadi ambliopia atau
sudah terjadi korespondensi retina yang abnormal. Pada ambliopia dapat terjadi
ambliopia supresi akibat proses mental dimana bayangan pada satu mata
diabaikan.1

Ambliopia Refraktif (Isometropia dan Anisometropi)


Ambliopia pada mata ametropia atau anisometropia yang tidak dikoreksi
(amibliopia anisometropi) dan mata dengan isoameteropia Seperti pada
hipermetropia dalam, atau miopia berat, atau pada astigmatisme (ambliopia
astigmatik). Ambliopia yang terjadi pada mata dengan kelainan refraksi dalam
yang tidak dikoreksi (ambliopia ametropik) atau terdapatnya kelainan refraksi
antara kedua mata (ambliopia anisometropik). Penglihatan dapat baik setelah
beberapa bulan memakai kaca mata koreksi. Pengobatan adalah dengan menutup
mata yang baik setelah mata yang ambliopia mendapatkan kacamata yang sesuai.1
Ambliopia anisometropik merupakan jenis ambliopia kedua terbanyak
setelah ambliopia strabismus. Ambliopia ini terjadi karena adanya perbedaan
refraksi antara kedua mata yang menyebabkan lama kelamaan bayangan pada satu
retina tidak fokus. Jika bayangan di fovea pada kedua mata berlainan bentuk dan
ukuran yang disebabkan karena kelainan refraksi yang tidak sama antara kiri dan
kanan, maka terjadi rintangan untuk fusi. Ambliopia anisometropia mulai muncul
bila perbedaan hipermetropia kedua mata lebih dari 2 dioptri, sedangkan untuk
mata miopi, ambliopia biasanya terjadi bila perbedaan miopi kedua mata lebih
dari 5 dioptri.1
Ambliopia anisometropik terjadi akibat terdapatnya kelainan refraksi kedua
mata yang berbeda jauh. Akibat anisometropik mata bayangan benda pada kedua
tidak sama besar yang menimbulkan bayangan pada retina secara relatif di luar
fokus dibanding dengan mata lainnya, sehingga mata akan memfokuskan melihat
dengan satu mata. Bayangan yang lebih suram akan di supres, biasanya pada mata

9
yang lebih ametropik. Beda refraksi yang besar antara kedua mata menyebabkan
terbentuknya bayangan kabur pada satu mata. Ambliopia yang terjadi akibat
ketidak mampuan mata berfusi, akibat terdapatnya perbedaan refraksi antara
kedua mata, astigmat unilateral yang mengakibatkan bayangan benda menjadi
kabur. Ambliopia anisometropik terjadi bila terdapat perbedaan yang berat
kelainan refraksi kedua mata, lihat ambliopia refraktif.1
Ambliopia yang terjadi akibat perbedaan refraksi kedua mata yang terlalu
besar atau lebih dari 2.5 dioptri, mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan
binokular tunggal, demikian pula terjadi pada unilateral astigmatisme sehingga
bayangan menjadi kabur. Pada mata sferis maka dapat tidak terjadi bila mata yang
lebih berat minusnya dipakai untuk melihat dekat sedang yang normal dipakai
untuk melihat jauh (terjadi melihat alternatif).1
Pengobatan. Pengobatannya dengan memberikan kaca mata hasil pemeriksaan
refraksi secara objektif disertai penutupan mata yang baik. Penyulit. Bila fusi tepi
kuat maka tidak terjadi strabismus menifes, sebab itu sering tidak terditeksi
sampai ada pemeriksaan tajam penglihatan di sekolah. Bila fusi tepi tidak kuat
maka dapat terjadi strabismus manifes, dalam hal ini terdapat mikrotropia atau
sindrom monohksasional.1
Ambliopia Isometropia terjadi akibat kelainan refraksi tinggi yang tidak
dikoreksi, yang ukurannya hampir sama pada mata kanan dan mata kiri, yang
walaupun telah dikoreksi dengan baik, tidak langsung memberikan hasil
pengelihatan normal. Tajam pengelihatan membaik sesudah koreksi lensa dipakai
pada suatu periode waktu, biasanya beberapa bulan. Pada ambliopia isometropia,
hilangnya pengelihatan dapat diatasi dengan terapi pengelihatan karena interaksi
abnormal binokular bukan merupakan faktor penyebab. Mekanismenya hanya
karena akibat bayangan retina yang kabur saja.1

Ambliopia Deprivasi Stimulus


Ambliopia deprivasi stimulus terjadi paling sering karena katarak kongenital
dan merupakan ambliopia yang memiliki respon paling buruk terhadap terapi.

10
Ambliopia yang terjadi biasanya unilateral. Semakin dini terdeteksi, semakin
cepat pemberian terapi, maka semakin baik prognosisnya.1

Ambliopia Jenis Lain


Ambliopia Ametropik. Mata dengan hipermetropia dan astigmat sering
memperlihatkan ambliOpia akibat mata tanpa akomodasi tidak pernah melihat
objek dengan baik dan jelas. Ambliopia ametropik, menurunnya tajam
penglihatan mata dengan kelainan refraksi berat yang tidak dikoreksi (biasanya
hipermetropia atau astigmat). Perbaikan tajam penglihatan dapat terjadi beberapa
bulan setelah kaca mata dipergunakan. Pada kedua mata tidak mencapai tajam
penglihatan 5/5, biasanya penderita hipermetropia tinggi (+ 7.0 D) atau astigmat
tinggi (3.0 D) karena penderita tidak pernah melihat bayangan jelas. Dibutuhkan
waktu untuk mengatasi ambliopia sangat lama sesudah koreksi tajam penglihatan
terbaik. Pengobatan. Pengobatan ambliopia ametropik ialah dengan memberikan
kaca mata hasil pemeriksaan refraksi secara objektif.1
Ambliopia eks anopsia. Ambliopia akibat penglihatan terganggu pada
saat perkembangan penglihatan bayi. Dahulu ambliopia ini diduga karena juling,
pada saat ini ambliopia eks anopsia diduga disebabkan supresi atau suatu proses
aktif dari otak untuk menekan kesadaran melihat. Ambliopia eks anopsia dapat
terjadi akibat adanya katarak kongenital. Ambliopia ini bila mulai terjadi sesudah
berumur 4 tahun maka tajam penglihatan tidak akan kurang dari 20/200,
sedangkan bila terjadi pada usia kurang dari 4 tahun maka tajam penglihatan dapat
lebih buruk.1
Ambliopia akibat mata tidak dipergunakan dengan baik. Biasanya
mengenai satu mata yang disertai dengan juling ke dalam atau penglihatan yang
sangat buruk. Menurunnya penglihatan pada satu mata akibat hilangnya
kemampuan melihat bentuk setelah fiksasi sentral tidak dipergunakan (akibat
katarak, kekeruhan kornea dan ptosis). Ambliopia eksanopsia diduga disebabkan
supresi atau suatu proses aktif dari otak untuk menekan kesadaran melihat.
Menurunnya penglihatan pada suatu mata akibat hilangnya kemampuan bentuk
setelah fiksasi sentral. Kelainan ini dapat terjadi pada mata bayi dengan katarak,

11
ptosis, ataupun kekeruhan kornea sejak lahir atau terlambat diatasi. Pengobatan.
Pengobatan dengan menutup mata yang sehat dilakukan setelah mata yang sakit
dibersihkan kekeruhan media penglihatannya. Katarak kongenital dapat
menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.1
Ambliopia Intoksikasi. lntoksikasi yang disebabkan pemakaian
tembakau, alkohol. Timah atau bahan toksis lainnya dapat mengakibatkan
ambliopia. Biasanya terjadi neuritis optik toksik akibat keracunan disertai terdapat
tanda-tanda lapang pandangan yang berubah-rubah. Hilangnya tajam penglihatan
sentral bilateral, yang diduga akibat keracunan metilalkohol, yang dapat juga
terjadi akibat gizi buruk.1
Ambliopia Histeria. Ambliopia yang terjadi akibat adanya histeria yang
dapat mengenal satu mata, akan tetapi lebih sering mengenai kedua mata. Pada
pemeriksaan didapatkan lapang pandangan yang menciut konsentris dan yang
lebih karakteristik adalah gambaran seperti spiral selama dilakukan pemeriksaan
lapang pandangan. Kadang-kadang disertai dengan gejala rangsangan lainnya
seperti blefarospasme, memejamkan mata, dan Iakrimasi. Reaksi pupil normal
dengan gejala lainnya yang tidak nyata.1
Ambliopia organik. Ambliopia dengan kelainan organik yang dapat
menerangkan sebab tajam penglihatan kurang (tidak memenuhi kriteria ambliopia
secara murni). Ambliopia terjadi akibat kerusakan fovea kongenital sehingga
mengganggu penderita. Ambliopia organik bersifat tidak reversibel.1

2.6 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis bergantung pada apakah ambliopia adalah unilateral
atau bilateral. Kehilangan penglihatan sepihak pada seorang anak mungkin tidak
diperhatikan oleh orang tua kecuali ada kondisi yang terlihat seperti strabismus.
Variabilitas gangguan kesejajaran okular sering terjadi pada bayi baru lahir, tetapi
setiap gangguan yang menetap di luar usia 3 bulan memerlukan penilaian lebih
lanjut. Kehilangan penglihatan bilateral dapat hadir dengan nystagmus, tidak
adanya "kontak mata," atau keterlambatan perkembangan pengelihatan atau

12
motorik. Kegagalan mencapai pencapaian perkembangan visual harus mendorong
dilakukannya penilaian lebih lanjut.6
Anak-anak dengan ambliopia jarang sekali dapat menjelaskan gejala dan
bahkan terlihat sehat. Anak-anak ini mungkin mengedipkan mata, menutup satu
mata dengan tangan, atau mempunyai satu mata yang tidak melihat arah yang
sama dengan mata yang lainnya, semuanya dapat menunjukkan masalah bahwa
memerlukan pemeriksaan. Jika salah satu mata melihat baik dan yang lain tidak
maka anak mengimbangi penglihatannya dengan baik.2
Terdapat beberapa tanda pada mata dengan ambliopia, seperti:
 Berkurang penglihatan satu mata
 Menurunnya tajam penglihatan terutama pada Fenomena Crowding
 Hilangnya sensitivitas kontras Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik
 Adanya anisokoria
 Tidak mempengaruhi penglihatan warna
 Biasanya daya akomodasi menurun
 ERG dan EEG penderita ambliopia selalu normal yang berarti tidak
terdapat kelainan organik pada retina maupun korteks serebri.
Pencegahan terhadap ambliopia ialah pada anak berusia kurang 5 tahun perlu
pemeriksaan tajam penglihatan terutama bila memperlihatkan tanda-tanda juling. 1

2.7 Diagnosis
Evaluasi awal seorang anak yang dicurigai memiliki ambliopia termasuk
evaluasi mata yang komprehensif, dengan memperhatikan faktor risiko ambliopia
seperti strabismus, anisometropia, riwayat keluarga positif untuk strabismus atau
ambliopia, dan adanya opasitas media atau cacat struktural.3
Anamnesis
Meskipun riwayat umumnya mencakup item berikut, komposisi yang tepat
dapat bervariasi dengan masalah dan kebutuhan anak :
 Keluhan utama dan alasan untuk melakukan pemeriksaan mata
 Masalah mata saat ini

13
 Riwayat mata, termasuk masalah mata sebelumnya, penyakit, diagnosis,
dan perawatan
 Riwayat sistemik, berat badan lahir, usia kehamilan, riwayat pranatal dan
perinatal yang mungkin terkait (misalnya alkohol, tembakau, dan
penggunaan obat selama kehamilan), rawat inap dan operasi di masa lalu,
serta kesehatan dan perkembangan umum, termasuk adanya keterlambatan
perkembangan atau kelumpuhan serebral
 Obat dan alergi saat ini
 Riwayat keluarga kondisi okular dan kondisi sistemik yang relevan
 Review Pemeriksaan Sistemik3
Pemeriksaan
Pada amblyopia yang penting untuk di periksa adalah bagaimana fusi dari
kedua mata. Fusi ditentukan oleh fungsi sensoris dari retina yaitu bagaimana
retina menyatukan bayangan dari mata kanan dan kiri sehingga menjadi 1
bayangan di otak, dan fungsi motoris yaitu bagaimana refleks pergerakan bola
mata untuk mendapatkan binocular fusion. Dengan kata lain pemeriksaan yang
dilakukan adalah untuk menilai adanya deviasi bola mata atau tidak.7

1. Ketajaman penglihatan (Sensoris)

Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat
dan mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Penderita
ambliopia sulit untuk mengidentifikasi huruf yang tersusun linear (sebaris)
dibandingkan dengan huruf yang terisolasi, maka dapat kita lakukan dengan
meletakkan balok disekitar huruf tunggal. Hal ini disebut ”Crowding
Phenomenon”.1,8

Terkadang mata ambliopia dengan tajam penglihatan 20/20 (6/6) pada huruf
isolasi dapat turun hingga 20/100 (6/30) bila ada interaksi bentuk (countour
interaction). Perbedaan yang besar ini terkadang muncul juga sewaktu pasien
yang sedang diobati kontrol, dimana tajam penglihatannya jauh lebih baik pada

14
huruf isolasi daripada huruf linear. Oleh karena itu, amblyopia belum dikatakan
sembuh hingga tajam penglihatan linear kembali normal.1,8

Menentukan tajam penglihatan mata ambliopia pada anak adalah pemeriksaan


yang paling penting. Walaupun untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang dapat
dipercaya sulit pada pasien anak – anak, tapi untungnya penatalaksanaan
amblyopia sangat efektif dan efisien pada anak – anak. Anak yang sudah
mengetahui huruf balok dapat di tes dengan karta Snellen standar. Untuk
Nonverbal Snellen, yang banyak digunakan adalah tes ”E” dan tes ”HOTV”. Tes
lain adalah dengan simbol LEA.Bentuk ini mudah bagi anak usia ± 1 tahun
(todler), dan mirip dengan konfigurasi huruf Snellen. Caranya sama dengan tes
HOTV.1,8

2. Tes WFDT (Worth Four Dot test) = fungsi stereoscopy

Gambar 2.2 WFDT test1,8

Tes ini adalah tes yang dilakukan untuk menilai fungsi stereoscopy dari
seseorang. Sehingga dari pemeriksaan ini akan dapat mengetahui apakah ada
gangguan fusi dari mata, diplopia dan apabila adanya supresi salah satu mata
sehingga yang akan digunakan untuk melihat hanyalah 1 mata saja. 1,8

3. Cover and Uncover Test: menentukan adanya heterotropia atau


heteroforia.

15
Gambar 2.3 Cover and Uncover Test

Prinsipnya adalah dengan menutup mata yang sakit dan mata yang sehat. Hal
ini digunakan untuk melihat adanya tropia ataupun trofia yang tidak kelihatan jika
menggunakan kedua mata ataupun melihat mata yang mengalami tropia jika
hanya menggunakan mata yang sakit tersebut apakah tetap mengalami tropia atau
tidak. Sehingga dengan kata lain ingin melihat fungsi fiksasi mata. 1,8

4. Tes Hirscberg: untuk mengukur derajat tropia, pemeriksaan reflek cahaya


dari senter pada pupil.

Cara :

a. Penderita melihat lurus ke depan.


b. Letakkan sebuah senter pada jarak 12 inci (kira-kira 30 cm) cm di depan
setinggi kedua mata pederita.
c. Perhatika reflek cahaya dari permukaan kornea penderita.
d. Keterangan:
- Bila letak di pinggir pupil maka deviasinya 15 derajat.
- Bila diantara pinggir pupil dan limbus deviasinya 30 derajat.
- Bila letaknya di limbus deviasinya 45 derajat.

16
Gambar 2.4 Tes Hirscberg
5. Tes Krimsky: mengukur sudut deviasi dengan meletakkan ditengah cahaya
refleks kornea dengan prisma sampai reflek cahaya terletak disentral
kornea.

Gambar 2.5 Tes Krimsky

Kriteria Diagnosis
Amblyopia didiagnosis ketika defisit yang signifikan dalam ketajaman
visual (umumnya 2 baris dari grafik huruf) tetap ada meskipun koreksi kelainan
yang mendasari. Reaksi pupil dan pemeriksaan fundus dan saraf optik harus
normal. Seorang anak yang visinya tidak segera dipulihkan oleh resep kacamata
yang akurat dan tidak memiliki faktor ambliogenik yang jelas membutuhkan

17
penyelidikan lebih lanjut untuk menyingkirkan kemungkinan patologi okular atau
neurologis lainnya (seperti hipoplasia saraf optik).6
Diagnosis ambliopia membutuhkan deteksi defisit ketajaman visual dan
identifikasi kemungkinan penyebabnya. Amblyopia tanpa adanya strabismus,
kesalahan refraksi yang tidak sama, opasitas media, atau kelainan struktural
jarang. Pencarian yang hati-hati untuk diagnosis alternatif dengan kehilangan
penglihatan terkait harus dilakukan jika penyebab yang jelas tidak ada.3

Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Ambliopia3

2.8 Penatalaksanaan
Ambliopia merupakan kelainan yang reversibel dan akibatnya tergantung
pada saat mulai dan lamanya. Saat yang sangat rentan adalah bayi pada umur 6
bulan pertama dan ambliopia tidak akan terjadi sesudah usia lebih dari 5 tahun.
Ambliopia bila diketahui dini dapat dicegah sehingga tidak menjadi permanen.
Perbaikan dapat dilakukan bila penglihatan masih dalam perkembangannya. Bila
ambliopia ini ditemukan pada usia di bawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan
latihan untuk perbaikan penglihatan.1
Pengobatan dapat dengan :

18
 Untuk memulihkan kembali ambliopia pada seorang pasien muda, harus
dilakukan suatu pengobatan antisupresi aktif menyingkirkan faktor
ambliopiagenik.
 Oklusi mata yang sehat
 Penalisasi dekat, mata ambliopia dibiasakan melihat dekat dengan
memberi lensa + 2,5 D sedang mata yang baik diberi atropin.
 Penalisasi jauh dimana mata yang ambliopia dipaksa melihat jauh dengan
memberi atropin pada mata yang baik serta diberi lensa + 2,50.
 Latihan ortoptik bila terjadi juling.
 Pencegahan terhadap ambliopia ialah pada anak berusia kurang 5 tahun
perlu pemeriksaan tajam penglihatan terutama bila memperlihatkan tanda-
tanda juling.1

Preventif
Skrining visual penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi amblyopia. Semakin dini kelainan refraktif dan strabismus yang
secara klinis terdeteksi dan diobati secara signifikan, semakin besar kemungkinan
mencegah ambliopia. 3
Anak-anak dengan faktor risiko ambliopia harus memiliki setidaknya satu
pemeriksaan mata komprehensif, umumnya ketika faktor risiko diidentifikasi.
Faktor risiko ambliopia termasuk uveitis; ptosis; usia kehamilan kurang dari 30
minggu; berat lahir kurang dari 1500 gram; tertunda pematangan visual atau
etiologi neurolgis yang tidak jelas, cerebral palsy; sindrom dengan keterlibatan
okular, seperti sindrom Down; dan riwayat keluarga ambliopia, strabismus,
katarak masa kanak-kanak, atau glaukoma masa kanak-kanak.3
Pilihan Terapi
Tingkat keberhasilan terapi ambliopia menurun semakin dengan
bertambahnya usia. Prognosis untuk mencapai penglihatan normal pada mata
ambliopia tergantung pada banyak faktor, termasuk usia onset; penyebab,
keparahan, dan durasi ambliopia; riwayat dan respon terhadap pengobatan
sebelumnya, kepatuhan terhadap anjuran pengobatan dan kondisi penyerta.3

19
Beberapa strategi telah digunakan untuk meningkatkan ketajaman visual
pada ambliopia. Yang pertama adalah dengan mengoreksi penyebab gangguan
visual. Yang kedua adalah mengoreksi kelainan refraksi yang cenderung
menyebabkan ketajaman visual berkurang. Yang ketiga adalah mempromosikan
penggunaan mata ambliopia dengan menutup mata normal. Meskipun tidak selalu
dapat dicapai, tujuan pengobatan adalah ketajaman visual yang sama antara kedua
mata. Terapi yang disarankan harus didasarkan pada usia anak, ketajaman visual,
dan kepatuhan serta tanggapan terhadap perawatan sebelumnya serta status fisik,
sosial, dan psikologis anak. Pilihan terapi untuk ambliopia diantaranya sebagai
berikut:3
Koreksi Optikal
Pengobatan kelainan refraksi secara tunggal, merupakan langkah awal
dalam merawat anak-anak usia 0 hingga 17 tahun dengan ambliopia. Koreksi
kelainan refraksi selama 18 minggu dapat meningkatkan ketajaman visual pada
mata ambliopik di dua atau lebih garis, pada setidaknya dua pertiga anak-anak
berusia 3 hingga 7 tahun yang memiliki ambliopia anisometropik yang tidak
diobati. Sebuah penelitian pada anak-anak berusia 7 hingga 17 tahun menemukan
bahwa ambliopia mengalami peningkatan dua atau lebih garis dengan koreksi
optik saja pada sekitar seperempat anak-anak. Dalam satu penelitian, ketajaman
visual anak-anak yang memiliki ambliopia refraktif bilateral meningkat secara
substansial dengan koreksi refraktif. Bahkan anak-anak yang memiliki strabismus
saat memakai kacamata mengalami peningkatan substansial pada mata ambliopia
dengan koreksi optik saja.3
Secara umum, kacamata ditoleransi dengan baik oleh anak-anak, terutama
ketika ada peningkatan fungsi visual. Mendapatkan kecocokan yang akurat dan
mempertahankan penyesuaian yang tepat memudahkan penerimaan terhadap
penggunaan kacamata. Frame single-piece yang fleksibel dengan tali kepala
berguna pada bayi dan anak kecil; tali, kabel, dan engsel sangat membantu dalam
menjaga kacamata pada anak-anak usia dini yang aktif. Lensa tahan-dampak
memberikan keamanan yang lebih besar dan lebih baik untuk anak-anak, terutama
jika mereka ambliopik.3

20
Terapi Optikal
Perubahan koreksi refraktif pada mata ambliopik, yang umumnya kabur
untuk pengelihatan jarak jauh, dengan cara penambahan lensa sferis plus 1.00
hingga 3.00 dioptri telah digunakan untuk menangani amblyopia. Namun,
efektivitas teknik ini sangat bervariasi dan belum dievaluasi pada uji coba klinis
acak.3
Patching
Patching adalah pilihan yang tepat untuk pengobatan pada anak-anak yang
tidak membaik dengan kacamata saja atau yang mengalami perbaikan yang tidak
sempurna. Peningkatan ketajaman visual dengan patching kemungkinan terkait
dengan penurunan terkait sinyal saraf dari mata lainnya atau yang nonambliopik,
seperti yang ditunjukkan oleh rekaman dari korteks visual pada hewan percobaan.
Patching paling baik dilakukan dengan menerapkan patch perekat buram
langsung ke kulit di sekitar mata sesama. Kacamata yang ditentukan dikenakan di
atas tempelan. Tambalan kain yang dipasang pada bingkai kacamata merupakan
alternatif yang kurang disukai karena anak-anak dapat dengan mudah melihat
sekeliling kain.3,10
Sebuah uji klinis acak menemukan bahwa 6 jam patching harian yang
diresepkan, menghasilkan peningkatan ketajaman visual yang mirip dengan terapi
oklusi yang diresepkan untuk semua kecuali dengan 1 jam terjaga ketika
mengobati ambliopia berat (20/100 to 20/400) pada anak usia kurang dari 7 tahun.
Pada anak dengan amblyopia moderat ((20/40 to 20/80) terapi inisial berupa
pachting harian selama 2 jam menghasilkan peningkatan ketajaman visual yang
sama besarnya dengan peningkatan yang dihasilkan patching harian selama 6 jam.
Manfaat pengobatan yang dicapai dengan metode ini tampaknya stabil sampai
setidaknya usia 15 tahun.3,10
Anak yang diterapi menggunakan patching memungkinkan berkembang
ambliopi oklusi. Strabismus dapat pertama kali teramati atau perburukan selama
proses patching, namun proporsi jumlah anak yang sama mengalami perbaikan
pada strabismus. Iritasi kulit ringan dari proses perlekatan umum dijumpai pada
patching (41 % dari total yang diterapi mengguakan patching) dan iritasi bersifat

21
moderat atau berat pada 6 % nya, namun dapat diminimalisir dengan penggantian
menggunakan patch yang berbeda atau dengan penggunaan lotion kulit pada area
yang teriritasi ketika anak tidak menggunakan patch. Orang tua/pengasuh perlu
diedukasi bahwa anak yang menggunakan patch harus diawasi untuk mencegah
hal yang tidak diinginkan. Sebagai tambahan, bahkan jika orang tua dan anak
berkomitmen pada terapi tetap dapat timbul kesulitan yang berkaitan dengan
metode ini.3
Metode ini harus dipertimbangkan bagi anak-anak dan remaja, khususnya
jika mereka sebelumnya belum pernah diterapi. Patching sebagai terapi awal
setelah koreksi refraktif harus dipertimbangkan untuk anak-anak dengan
ambliopia moderat (20/40 to 20/80) dengan dosis yang ditentukan 2 jam dari
patching harian atau disertai atropin di akhir pekan.3
Terapi Farmakologi
Pengobatan farmakologi yang menghasilkan efek sikloplegi mata
nonambliopia adalah pilihan yang tepat untuk pengobatan pada anak-anak yang
tidak membaik dengan kacamata saja. Terapi farmakologi dapat digunakan untuk
mengobati ambliopia, dan ini bekerja paling baik ketika mata nonambliopik
mengalami hiperopia. Sikloplegik secara optik mengurangi fokus mata
nonambliopia, yang paling sering dengan menggunakan larutan atropin 1%.
Teknik ini juga dapat dipertimbangkan terhadap nistagmus laten, kegagalan
oklusi, atau untuk terapi pemeliharaan. Larutan tetes mata atropin 1% yang
diberikan pada mata nonambliopik adalah metode pengobatan yang efektif untuk
ambliopia ringan sampai sedang pada anak-anak usia 3 sampai 15 tahun, dan telah
terdapat angka beberapa keberhasilan pada ambliopia yang lebih buruk dari 20/80.
Manfaat yang dicapai dari pengobatan farmakologis pada ambliopia karena
strabismus, anisometropia, atau keduanya, tampak stabil sampai usia 15 tahun.3,9
Terapi farmakologi telah diresepkan menggunakan berbagai skema dosis
untuk mata yang non ambliopik. Secara tradisional, dosis harian digunakan dan
telah terbukti seefektif patching untuk pengobatan awal. Atropin 1% diberikan
pada dua hari berturut-turut per minggu selama 4 bulan sama efektifnya dengan
atropin sekali sehari 1% untuk amblyopia moderat, diterapi selama 4 bulan.

22
Peningkatan sederhana hingga 4,5 baris dari dosis dua kali seminggu telah
dilaporkan untuk anak-anak pada usia 3 hingga 12 tahun dengan ambliopia berat.
Mungkin ada manfaat kecil yang diperoleh dengan menambahkan terapi atropin
dengan lensa plano pada mata non ambliopik yang hiperopia pada anak-anak yang
telah berhenti membaik dengan atropin 1%.3,9
Filter Bangerter (Translusen)
Filter ini adalah pilihan yang tepat untuk pengobatan pada anak-anak
dengan ambliopia ringan yang tidak membaik dengan kacamata saja. Metode ini
adalah pilihan untuk amblopia ringan sampai sedang adalah filter Bangerter
(Ryser Optik AG), yang merupakan filter tembus cahaya yang melekat pada lensa
kacamata mata non ambliopik. Filter ini sebagian besar digunakan sebagai terapi
pemeliharaan setelah terapi awal dengan patching atau atropin. Efektivitas filter
sebagai pengobatan primer untuk ambliopia dibandingkan dengan patching 2 jam
per hari adalah subjek dari uji coba terkontrol secara acak dimanan rata-rata,
kelompok dengan metode patching dan filter memiliki perbaikan yang sama
dalam ketajaman visual untuk ambliopia moderat.3
Pembedahan
Pembedahan untuk mengobati penyebab ambliopia dapat diindikasikan
ketika penyebab amblyopia dapat dikaitkan dengan kekeruhan media okular,
seperti katarak, nonclearing vitreous opacity dan kekeruhan kornea atau
blepharoptosis, yang cukup parah untuk mencegah keberhasilan terapi ambliopia
tanpa koreksi bedah. Meskipun operasi strabismus dapat memfasilitasi
manajemen ambliopia pada kasus-kasus tertentu, biasanya tidak menghilangkan
kebutuhan untuk terapi ambliopia.3
Kekeruhan pada segmen posterior akibat perdarahan atau debris inflamasi
dapat menghasilkan ambliopia deprivasi dan memerlukan vitrektomi. Jika
subluksasi lensa yang jernih menyebabkan penurunan fokus optikal yang
signifikan yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak,
mungkin diperlukan lensektomi dengan rehabilitasi optik berikutnya.3
Peran bedah refraktif dalam mengobati ambliopia anisometropik masih
kontroversial. Penelitian telah menunjukkan bahwa keratektomi fotorefraktif

23
dapat dilakukan dengan aman untuk anak-anak dengan ambliopia anisometropik
yang tidak patuh dengan koreksi refraktif. Ketajaman visual terbaik dan stereopsis
meningkat, bahkan pada anak dengan usia lebih tua. Keratektomi fotorefraktif dan
prosedur refraktif lainnya mungkin memiliki peran di masa depan dalam
pengelolaan ambliopia pada anak-anak tertentu yang gagal dalam pengobatan
konvensional.3
2.10 Prognosis
Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah
terapi oklusi pertama. Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus
normal dapat tercapai. Hal ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan
usia. Hanya kesembuhan parsial yang dapat dicapai bila usia lebih dari 10 tahun.
Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan amblyopia adalah sebagai berikut.2,3
 Jenis Amblyopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan
kelainan organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan amblyopia
strabismik prognosisnya paling baik.
 Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka
prognosis semakin baik.
 Dalamnya amblyopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam
penglihatan awal pada mata amblyopia, maka prognosisnya juga semakin
baik2

24
BAB III
KESIMPULAN

Ambliopia adalah berkurangnya tajam penglihatan yang terjadi karena


tidak normalnya perkembangan visus yang dialami sejak usia dini, yaitu sejak
lahir hingga usia 9 tahun. Kepekaan perkembangan yang abnormal dari visus
terutama terjadi pada usia beberapa bulan dan semakin menurun sesudahnya,
dapat mengenai 1 atau 2 mata, pada umumnya disebabkan oleh pengenalan yang
kurang terhadap bayang-bayang detail terfokus. Penyebab ambliopia adalah
strabismus, gangguan refraksi (anisometropia) tinggi, kelainan fiksasi, kekeruhan
pada media lintasan visual dan ambliopia toksik. Gejala klinik pada anak biasanya
jarang dan biasanya pada anak gejalanya berupa mengedipkan mata, menutup
mata dengan satu tangan atau mempunyai satu mata yang tidak melihat arah yang
sama dengan mata yang lainnya. Diagnosis berupa dari anamnesis baik
dan pemeriksaan fisik berupa ketajaman penglihatan, menentukan fiksasi,
visuskopi. Penatalaksanaan seperti pengangkatan katarak, koreksi refraksi, oklusi
dan degredasi optikal harus dilakukan secepatnya karena prognosis semakin baik
bila ditangani dengan cepat dan tepat.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke Empat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. hal 249-258
2. Siregar NH. Ambliopia. Medan : Departemen Ilmu Kesehatan Mata.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2009.
3. American Academy of Ophthalmology. Preferred practice pattern:
amblyopia. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology;
2012.
4. Vagge A, Nelson LB. Ambliopia Updates: New Treatments. Kluwers
Health Incorporation Journal. 2016; 27: 1-7
5. Levin LA, Albert DM. Ocular Disease Mechanisms and Management.
London: Saunders Elsevier. 2010. Hal 444-53.
6. Jefferis JM, Connor AJ, Clarke MP. Amblyopia. British Medical Journal.
2015; 351:1-9.
7. Riordan P-Eva, Whitcher JP. Vaughan & Ausbury : Oftalmologi Umum
Edisi 17. Jakarta: EGC. 2008
8. Koo EB, Gilbert AL, Veen DK. Treatment of Amblyopia and Amblyopia
Risk Factors Based on Current Evidence. Seminar in Opthalmology. 2016:
14;1-7
9. Pediatric Eye Disease Investigator Group. A randomized trial of atropine
vs. patching for treatment of moderate amblyopia in children. Arch
Ophthalmol 2002;120(3):268-78.
10. Pediatric Eye Disease Investigator Group Writing Committee. A
randomized trial comparing Bangerter filters and patching for the
treatment of moderate amblyopia in children. Ophthalmology
2010;117(5):998-1004

26

You might also like