You are on page 1of 6

A.

Pengertian Tanah Latosol

Bagi planet Bumi, tanah memang bukan merupakan hal yang asing. Karena kerak Bumi
merupakan permukaan yang terdiri dari daratan dan perairan saja. Sementara daratan sendiri
paling banyak berupa tanah. Karena berbagai tempat di Bumi mempunyai karakteristik yang
berbeda- beda, maka adalah yang wajar apabila tanah yang ada di Bumi berbeda- beda pula.
Perbedaan tanah di setiap daerah ini dikarenakan berbagai macam faktor. Adapun salah satu
jenis tanah yang ada adalah tanah latosol. Tanah latosol merupakan tanah yang tidak sulit
untuk kita jumpai di Indonesia.

Tanah latosol atau tanah insepticol merupakan tanah yang mempunyai lapisan solum.
Lapisan solum yang dimiliki oleh tanah latosl ini cenderung tebal dan bahkan sangat tebal.
Lapisan solum tanah ini antara 130 cm hingga 5 meter dan bahkan lebih. Batas horison dari
tanah ini tidaklah begitu terlihat jelas. Untuk informasi yang lebih mendetail mengenai tanah
ini kita akan membahasnya di dalam artikel ini. Artikel ini akan menjelaskan mengenai tanah
latosol dan berbagai informasi mengenai tanah tersebut.

B. Karakteristik Tanah Latosol

Tanah Latosol disebut juga sebagai tanah Inceptisol. Tanah ini mempunyai lapisan
solum tanah yang tebal sampai sangat tebal, yaitu dari 130 cm sampai 5 meter bahkan lebih,
sedangkan batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna dari tanah latosol adalah merah,
coklat sampai kekuning-kuningan. Kandungan bahan organiknya berkisar antara 3-9 % tapi
biasanya sekitar 5% saja. Reaksi tanah berkisar antara, pH 4,5-6,5 yaitu dari asam sampai
agak asam. Tekstur seluruh solum tanah ini umumnya adalah liat, sedangkan strukturnya
remah dengan konsistensi adalah gembur. Dari warna bisa dilihat unsur haranya, semakin
merah biasanya semakin miskin. Pada umumnya kandungan unsur hara ini dari rendah sampai
sedang. Mudah sampai agak sukar merembes air, oleh sebab itu infiltrasi dan perkolasinya
dari agak cepat sampai agak lambat, daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap
erosi.

Tanah Latosol atau Inceptisol


Daerah penyebaran dari tanah latosol atau inceptisol ini yaitu didaerah dengan tipe
iklim Afa-Ama (menurut Koppen), sedangkan menurut Schmidt-Fergusson pada tipe hujan
A, B, dan C dengan curah hujan sebesar 2000-7000 mm/tahun, tanpa atau mempunyai bulan-
bulan kering yang kurang dari 3 bulan. Tanah ini terdapat didaerah abu, tuf dan fan vulkan,
pada ketinggian 10-1000 metaer dari permukaan laut, dengan bentuk wilayah yang berombak,
bergelombang, berbukit hingga bergunung. Daerah penyebarannya terutama di Sumatera dan
sulawesi, tetapi dalam areal yang tidak begitu luas terdapat pula di kalimantan tengah dan
selatan, kep. Maluku, minahasa, jawa barat, jawa tengah, jawa timur, dan bali. Kebanyakan
berasosiasi dengan tanah laterit dan andosol. Secara kasar luasnya kira-kira 16 juta hektare.

Pada umumnya tanah Latosol ini kadar unsur hara dan organiknya cukup rendah,
sedangkan produktivitas tanahnya dari sedang sampai tinggi. Tnah in memerlukan input yang
memadai. Tanaman yang bisa ditanam didaerah ini adalah padi (persawahan), sayur-sayuran
dan buah-buahan, palawija, kemudian kelapa sawit, karet, cengkeh, kopi dan lada.

C. Kandungan Tanah Latosol


Tanah sebagai elemen dari Bumi yang keberadaannya sangat penting dan sangat
dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itulah tanah merupakan elemen yang
sangat pokok. Adapun fungsi tanah tidak hanya sebagai pijakan dalam menjalani aktivitas
kehidupan sehari- hari saja, namun masih banyak lagi fungsi atau manfaat dari tanah. Salah
satu manfaat dari tanah adalah untuk bercocok tanam. Agar tumbuh- tumbuhan hidup subur
dengan menancapkan akar mereka di dalam tanah, maka tanah harus mempunyai kandungan-
kandungan yang dapat menyuburkan tanaman. Semua jenis tanah di dunia ini mempunyai
kandungan yang berbeda- beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini juga berlaku untuk
tanah latosol. Tanah latosol atau inceptisol mempunyai kandungan yang berbeda dengan
tanah- tanah yang lainnya. Adapun kandungan yang dimiliki oleh tanah latosol antara lain
adalah sebagai berikut:

 Memiliki solum tanah yang tebal


 Bahan organik rata- rata sebesar 5%
 Unsur hara sedang hingga tinggi

D. Faktor pembentuk tanah


1. Bahan induk
Secara umum, bahan induk pembentuk tanah adalah hasil pelapukan batuan. Bahan
induk dapat dibedakan berdasarkan tingkat pelapukan, kandungan unsur hara, dan ukuran
partikel penyusunnya. Bahan induk juga merupakan salah satu faktor penentu sifat tanah,
contohnya tanah yang berasal dari pelapukan batu pasir akan memiliki sifat berpasir.
Sifat bahan induk mempunyai pengaruh yang sangat menentukan pada sifat-sifat
tanah. Sifat bahan induk yang sangat menonjol pada sifat tanah antara lain adalah tekstur,
komposisi mineralogi, dan tingkat stratifikasi bahan induk. Tanah mungkin terbentuk
langsung lewat pelapukan batuan padu ditempat (tanah residual), saprolit (batuan
terlapuk), atau mungkin juga berkembang dari deposit permukaan (superficial deposits)
yang mungkin telah teralihtempatkan oleh es, air, angin atau gravitasi.
2. Iklim
Iklim merupakan faktor yang dominan dalam pembentukan tanah, terutama dalam
hal ini adalah unsur iklim yang berupa presipitasi dan kelembapan. Contoh pengaruh
iklim terhadap pembentukan dan sifat tanah adalah tanah yang bersifat asam banyak
terdapat di daerah beriklim lembap karena pelapukan yang intensif dan pencucian unsur-
unsur basa seperti kalsium, natrium, magnesium, dan kalium. Suhu dan kelembaban
menyebabkan perbedaan dalam pelapukan (weathering) dan pelindian (leaching). Angin
mendistribusikan pasir dan partikel lainnya terutama di daerah iklim arid. Jumlah,
intensitas, waktu dan macam dari presipitasi mempengaruhi pembentukan tanah.
Perubahan suhu musiman dan harian mempengaruhi kelembeban, aktifitas biologi, laju
reaksi kimia dan tipe vegetasi. Iklim berpengaruh langsung terhadap pembentukan tanah
melalui suhu dan curah hujan, dan secara tidak langsung melalui pengaruhnya atas
vegetasi (organisme) dan berinterkasi dengan bentuk lahan (relief) dalam mempengaruhi
hubungan air dan tanah.

3. Makhluk hidup
Aktivitas hewan dan tumbuhan serta dekomposisi sisa jasad hewan dan tumbuhan
turut mempengaruhi perkembangan tanah. Sebagai contoh, mikroorganisme juga
membantu pembentukan tanah dengan menguraikan materi organik dan melarutkan
mineral. Hewan-hewan penggali lubang yang tinggal di dalam tanah memengaruhi
kondisi penlapisan tanah. Penyebaran flora dan fauna tergantung sebagian besar kepada
iklim, topografi, dan pengaruh bahan induk. Pengaruh organisme sulit dipisahkan dari
pengaruh lainnya. Tetapi, pengaruh vegetasi tampak dalam perbedaan bahan organik
antara hutan dan padang rumput. Pada hutan, input BO terbanyak pada permukaan tanah
(mor humus), sedang pada rumput, penambahan BO juga terjadi pada tanah bawah dan
tercampur dengan bahan mineral tanah (mull humus) oleh aktifitas fauna tanah. Pengaruh
aktifitas manusia atas pembentukan dan perkembangan tanah, misalnya: pembukaan
hutan untuk pertanian dapat menghilangkan humus, input pengapuran dan pupuk
sebaliknya panen mengangkut hara dari dalam tanah serta drainasi dan irigasi yang dapat
merubah kelembaban tanah

4. Topografi
Topografi atau bentuk medan memengaruhi pembentukan tanah terkait dengan
keberadaan air dan suhu. Sebagai contoh, tanah yang terbentuk pada wilayah dengan
kelerengan curam memiliki lapisan atas yang tipis karena banyak terbawa oleh air
limpasan permukaan.
5. Waktu
Faktor waktu berpengaruh terhadap tingkat perkembangan tanah. Sebagai contoh,
dalam kondisi ideal lapisan tanah umumnya terbentuk dalam kurun waktu 200 tahun.
Tanah-tanah monogenetik (monogenetic soils) adalah tanah yang terbentuk dibawah
pengaruh seperangkat (one set) faktor pembentuk tanah untuk suatu periode tertentu.
Tanah yang terbentuk oleh lebih dari satu set faktor disebut juga tanah poligenetik. Tanah
yang sangat tua terbentuk pada lapukan batuan padu (granit, basalt) dimana batuan tsb
terbentuk lebih dari 500 juta tahun yang lalu (Paleozoikum). Tanah semacam ini dapat
dijumpai di Afrika dan Australia.

E. Proses pembentuk tanah

1. Pelapukan

Tahap pertama pembentukan tanah adalah proses pelapukan, dimana batuan


yang ada di permukaan bumi ini akan mengalami pelapukan namun tidak merubah
susunan kimianya. Faktor yang mengakibatkan pelapukan ini diantaranya, sinar
matahari, hujan, dan suhu yang ekstrim. Kemudian adanya interaksi antara batuan
dengan hidrosfer dan atmosfer akan terjadi pelapukan secara kimiawi. Dengan
demikian, batuan akan menjadi stabil dan rapuh sehingga mudah ditumbuhi lumut.
Batuan yang berada di permukaan bumi karena pengaruh iklim lambat laun
mengalami proses pelapukan menjadi remahan-remahan kecil. Proses pelapukan
sendiri sebetulnya melibatkan banyak faktor lain, sehingga ia dikelompokan menjadi
3 jenis, yaitu pelapukan kimiawi, pelapukan fisik, dan pelapukan biologi.

a. Pelapukan kimiawi sangat dipengaruhi oleh hujan asam yang sering terjadi di
awal proses terbentuknya bumi. Asam yang dihasilkan dari kondensasi metana,
sulfur, dan klorida dan terbawa ke dalam hujan bersifat sangat korosif, sehingga
dapat mengikis batuan-batuan tersebut secara kimia. Hujan asam ini terjadi sangat
sering, sehingga pelapukan dapat terjadi hingga batuan-batuan yang letaknya lebih
dalam.
b. Pelapukan fisik dipengaruhi oleh perubahan iklim dan cuaca yang terjadi dengan
sangat ekstrim. Perubahan suhu secara drastis membuat ikatan batuan menjadi
lapuk dan mudah mengalami cracking (pemecahan). Perlu diketahui bahwa,
dalam pelapukan fisik, struktur kimia dari batuan tidak berubah sama sekali, oleh
karena itu mineral yang terkandung dari hasil pelapukan tetap sama.
c. Pelapukan biologi umumnya tidak terjadi saat awal proses pembentukan tanah.
Jenis pelapukan ini berlangsung secara terus menerus setelah tanah terbentuk dan
siap digunakan sebagai media hidup beragam jenis hewan dan tumbuhan mikro.
Bisa dikatakan bahwa pelapukan biologi adalah pelapukan penyempurna dari
sifat-sifat tanah yang nantinya terbentuk.
2. Pelunakan

Batuan yang sudah mengalami pelapukan akan mudah dimasuki air dan udara,
keduanya merembes mesuk ke dalam batuan yang mengakibatkan pelapukan di
dalam batuan. Pada proses ini makhluk hidup akan mulai tumbuh pada lapisan
permukaan batuan tersebut karena didukung oleh air dan udara.
3. Penumbuhan

Pada tahap ini, batuan mulai ditumbuhi rumput dan tumbuhan kecil yang
akarnya mesuk kedalam batuan dan secara perlahan akan menghacurkan batuan
tersebut. Proses ini dinamakan pelapukan biologis. Lama kelamaan batuan akan
hancur dan menjadi unsur mineral pembentuk tanah.

4. Penyuburan

Tahap terakhir ini batuan yang mengalami pelapukan akan mulai subur akibat
bercampur dengan bahan-bahan organik seperti, dedaunan dan bangkai hewan. Pada
saat ini batuan sudah berubah menjadi tanah subur dan dapat ditumbuhi oleh berbagai
jenis tumbuhan. Namun, dari batuan induk untuk menjadi tanah memerlukan waktu
yang sangat lama. Dari tahap satu ke tahap lainnya memerlukan waktu bertahun-
tahun. Membentuk tanah setebal 30 cm saja membutuhkan waktu kurang lebih 100
tahun.
F. Proses terbentuknya tanah latosol
 Bahan pembentuknya berasal dari batuan keras yang belum mengalami pelapukan
secara sempurna.
 Jenis tanah ini merupakan tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil.
 Tanah berbatu-batu.
 Batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras.
 Tekstur tanah beraneka ragam dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak
berstruktur.
 Terdapat kandungan batu, kerikil, dan kesuburannya bervariasi.
 Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim.

Batuan Beku
Batuan beku atau batuan vulkanik terbentuk oleh magma yang berasal dari letusan
gunung berapi, batuan beku atau batuan vulkanik terdiri dari meneral yang tinggi dan
banyak mengandung unsur hara tanaman. Di Indonesia batuan vulkanik memegang
peranan yang lebih penting, hal ini di sebabkan karena gunung berap[i tersebar mana-mana,
dan karena letesan gunung berapi yang menghasilkan batuan vulkanik yang menyebabkan
kesuburan tanah. Selain atas dasar terjadinya batuan vulkanik juga dapat dibagi atas dasar
kandungan kadar Si O2 nya menjadi tiga golongan, yaitu, batuan asam yang berkadar Si
O2 lebih dari 65%, batuan intermedier yang kadar Si o2 antar 52% s/d 65% dan batuan basis
yang berkadar Si O2 kurang dari 52%.

Batuan Sedimen
Batuan endapan terjadi karena proses pengendapan bahan yang diangkut oleh air atau
udara dalam waktu yang lama. Ciri untuk membedakan batuan endapan dan batuan
lainnya yaitu, batuan endapan biasanya berlapis, mengandung jasad (fosil) atau
bekasnya dan adanya keseragaman yangnyata dari bagian-bagian berbentuk bulat yang
menyusun.
Adanya lapisan dalam batuan ini disebabkan karena timbunan lapisan pengendapan
yang masing-masing berbeda bahan, tekstur, warna dan tebalnya. Perbedaan ini terutama
di sebabkan oleh karena perbedaan waktu pengendapan dan bahan yang
diendapkannya.jika bahan yang diendapkannya seragam maka ciri akan terlihat kurang
jelas. Batuan endapan dari bahan-bahan yang diendapkan dari hasil pecahan batuan yang
telah ada sebelumnya. Proses pelapukan batuan endapan dapat terjadi melalui gerakan
bumi, seperti gempa bumi, patahan,timbulan,bahkan lipatan, dan tekanan akibat
temperartur, juga bisa diakibatkan oleh tenaga mahkluk hidup saeperti akar dan hewan,
maupun gaya kimia yang di sebabkan oleh gaya kimia seperti CO2, O2 asam organik dan
sebagainya.

You might also like