You are on page 1of 2

Alur Cerita dan Plot

Serba-serbi alur cerita dan plot


Salah satu unsur terpenting dalam sebuah cerita adalah alur. Ibarat sebuah kapal,
maka alur adalah mesin yang berfungsi untuk menjalankan kapal tersebut. Jika tidak ada
mesin, kapal tidak akan bisa berjalan. Begitu pun dengan alur, cerita tidak akan bisa
“berjalan” jika tidak terdapat alur di dalamnya. Nantinya, alur akan membuat seorang penulis
bisa mengatur struktur plot dan konflik dalam cerita.
Alur adalah urut-urutan kejadian dalam sebuah cerita. Alur mengatur jalannya cerita
hingga menjadikan cerita itu bernalar. Dalam sebuah cerita, alur harus bersifat detail dan
kompleks. Detail, yang berarti dalam menentukan alur, seorang penulis harus betul-betul
memikirkan agar cerita dapat berjalan dan tidak menimbulkan pertanyaan bagi pembaca.
Sedangkan, kompleks artinya alur yang ada harus mencakup keseluruhan cerita, tidak boleh
ada bagian dari cerita yang inkoheren.
Jenis-jenis alur dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu, alur maju, alur mundur, dan alur
sorot balik. Sebelum kita masuk ke dalam pengertian dari masing-masing alur, terlebih
dahulu kita harus tahu bahwa alur mempunyai tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan tersebut
adalah perkenalan, pembeberan mula, konflik, klimaks, anti klimaks, penyelesaian. Tahapan-
tahapan inilah yang nanti akan membentuk alur. Proses pembentukkannya tinggal membolak-
balikkan tahapan-tahapan yang ada. Tahapan-tahapan itu bisa dikatakan sebagai aturan baku
yang akan mempermudah kita dalam menjalankan sebuah cerita.
Alur maju atau biasa juga disebut alur lurus. Alur ini mempunyai tahapan yang lurus
mulai dari perkenalan, pembeberan mula, konflik, klimaks, antiklimaks, penyelasaian.
Biasanya penulis-penulis yang menggunakan alur ini adalah penulis-penulis pemula. Dengan
menulis menggunakan alur ini, akan terbangun kebiasaan menulis bagi mereka karena
penggunaan alur ini tidak terlalu sulit. Dan alur ini kebanyakan digunakan terhadap cerita-
cerita yang mudah untuk dicerna, seperti cerita-cerita untuk anak-anak. Tetapi, bukan berarti
alur ini tidak bisa digunakan untuk cerita-cerita serius, seperti roman, drama, dll.
Alur mundur/sorot balik adalah alur yang memulai cerita dengan penyelesaian. Alur
ini lebih sering kita temui pada cerita-cerita yang menggunakan setting waktu di masa
lampau. Seorang penulis yang menggunakan alur ini harus pintar dalam menyusun cerita agar
cerita tidak membingungkan pembaca. Tips bagi Anda yang ingin menggunakan alur ini
dalam cerita adalah buatlah penyelesaian yang sederhana tapi bermakna dalam cerita Anda.
Lalu, berikan gambaran yang jelas pada penyelesaian cerita tentang keseluruhan cerita.
Contoh dibawah ini mungkin bisa memberikan ilustrasi kepada Anda:
“ Aku sekarang berdiri disini. Dengan memakai baju Toga. Aku sedikit merasa
sombong dengan diriku karena akhirnya bisa kutunjukkan pada dunia, “ Aku akan
diwisuda”. Ku masih ingat dahulu bagaimana perjuanganku di kampus ini. Bahkan
kuhabiskan 5,5 tahun berada disini. Wisuda yang tidak normal bagi kebanyakan mahasiswa.
Berjalan-jalan lagi, pikiranku tentang bagaimana aku dahulu memulai langkahku di
kampus ini, kampus yang banyak dibanggakan. Disinilah ku memulai
langkahku... “
(Dikutip dari cerpen, Wisuda Kebanggaanku, karya Fachrino Zulyamansyah)
Kutipan cerpen diatas bisa memberikan gambaran yang jelas kepada kita bagaimana
si pelaku atau tokoh akan bercerita tentang perjuangannya di kampus dan akhirnya bisa lulus.
Kutipan diatas berada pada bagian awal cerita, tapi dimulai dengan penyelesaiaan. Inilah
yang disebut dengan alur mundur/sorot balik.
Sedangkan yang terakhir adalah alur campuran. Alur ini adalah alur yang diawali
dengan klimaks, kemudian melihat lagi masa lampau dan diakhiri dengan penyelesaian. Alur
ini jarang sekali dgunakan oleh penulis karena sulit dipahami. Tapi, kalau kita mengerti trik-
trik atau cara mengatur plot cerita, kita akan mudah menggunakannya. Ini adalah contoh
penggalan cerpen yang menggunakan alur campuran.
“ Pagi ini, aku terbangun dari lelapku. Tak ayal, aku masih melihat tanganku tertusuk
infus, masih terbaring di tempat tidur yang bisa naik dan turun secara otomatis, semua
tampak serba putih di sekelilingku. Aku masih berada disini. Di tempat orang-orang sakit.
Masih terlintas dalm pikiranku ihwal apa yang menyebabkan aku berada disini. Rasa
menyesal itu pun seketika hadir kembali. Mengingat kebodohan-kebodohan apa saja yang
telah kulakukan dahulu.
Padahal, tak bosan-bosannya orang tuaku, keluargaku, bahkan teman-temanku
dahulu menasehatiku untuk menjauhi perbuatan-perbuatan kotor itu. Akhirnya sekarang ku
pun hanya bisa terbaring lemah disini. Betapa bodohnya aku yang dulu percaya begitu saja
dengan perkataan mereka. Mereka memaksaku melakukan ini, melakukan itu tanpa berpikir
panjang dampaknya bagiku. Sungguh bodohnya aku saat itu. “
(Dikutip dari cerpen, Aku yang Terbaring Lemah, karya Fachrino Zulyamansyah)
Setelah kita mengetahui dengan jelas alur apa yang akan kita gunakan, kita bisa
langsung mengatur plot. Plot merupakan cara bagaimana cerita itu bisa berjalan dan
dimengerti. Intinya, plot merupakan pengembangan dari alur yang kita gunakan. Mengatur
struktur plot dapat kita lakukan saat proses penulisan berjalan. Oleh karena itu, jika kita ingin
tahu plot itu sperti apa, kita harus mempraktekkannya dalam penulisan.
“Menulislah, maka Ia akan melihat apa yang kau tulis”.

You might also like