You are on page 1of 15

ACARA V

KESETIMBANGAN KIMIA

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan Praktikum : Mempelajari reaksi kesetimbangan kompleks besi(III) –

tiosianat.
2. Waktu Praktikum : Jumat, 14 November 2014
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, lantai III, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Kesetimbangan kimia adalah keadaan dimana 2 reaksi yang tepat berlawanan
terjadi pada laju reaksi yang sama. Ketika produk terbentuk, produk ini akan kembali
bereaksi membentuk reaktan awalnya. Jika kondisi pada sistem kesetimbangan diubah,
akan terjadi beberapa reaksi berikutnya. Meskipun demikian, sistem tersebut akan segera
mencapai kesetimbangan baru pada sejumlah kondisi yang baru. Prinsip Le Chatelier
menyatakan bahwa jika sebuah aksi diterapkan pada suatu sistemyang berada dalam
kesetimbangan, kesetimbangan itu akan bergeser untuk engurangi aksi yang terjadi. Aksi
adalah suatu yang dikerjakan terhadap sistem. Misalnya peningkatan reaksi suatu reaktan
atau produk akan menyebabkan kesetimbangan itu bergeser dan berusaha untuk
mengurangi konsentrasi zat yang meningkat itu (Goldberg,2004:107).
Tercapainya kesetimbangan kimia bila kecepatan reaksi ke kanan kearah
pembentukan molekul produk telah sama dengan kecepatan reaksi ke kiri kearah
pembentukan molekul reaktan dan konsentrasi reaktan maupun konsentrasi produk tidak
berubah-ubah lagi. Kesetimbangan kimia merupakan proses yang dinamis. Untuk reaksi
reversible seperti berikut ini :
aA + bB cC + dD
jika a,b,c dan d adalah angka koefisien zat-zat yang bereaksi A,B,C dan D maka secara
umum kesetimbangan dinyatakan sebagai:
[C]𝑐 [𝐷]𝑑
K= [𝐴]𝑎 [𝐵]𝑏

Persamaan tersebut adalah rumus rumusan matematik dari hukum aksi massa yang
pembilangnya diperoleh dengan mengalikan konsentrasi produk paa kesetimbangan,
masing-masing dipangkatkan dengan angka koeisiennya, sedangkan penyebut diperoleh
dengan cara yang sama dari reaktan (Purwoko,2006: 171).
Sistem reaksi yang berada dalam kesetimbangan dapat diganggu dari luar
dengan cara mengubah konsentrasi,tekanan atau temperatur sistem. Suatu reaksi yang
berada dalam suatu kesetimbangan dapat diganggu apabila terhadap sistem itu dilakukan
penambahan atau pengurangan salah satu pereaksi atau produk reaksi. Jika suhu dari
sistem raeksi kesetimbangan diubah, maka sistem akan berusaha mereduksi pengaruh
perubahan suhu. Dampak dari perubahan suhu tiak seperti pada perubahan konsentrasi
zat, tetapi akan berdampak pada tetapan kesetimbangan tersebut. Pada sistem yang
melibatkan gas perubahan volume sistem pada suhu tetap menyebabkan tekanan sistem
berubah. Besarnya tekanan berbanding langsung dengan jumlah molekul. Makin banyak
jumlah molekul semakin besar pula tekanan yang terjadi. Peningkatan tekanan
menyebabkan gas-gas berusaha memperkecil jumlah molekul dengan cara menggeser
molekul kearah yang memiliki koefisien reaksi paling kecil (Sunarya,2010:264).
Reaksi kesetimbangan kimia melibatkan zat-zat yang berbeda untuk reaktan dan
produknya. Kesetimbangan dari 2 fase dari zat yang sama dinamakan kesetimbangan
fisis karena perubahan yang terjadi hanyalah proses fisis. Penguapan air didalam wadah
tertutup merupakan contoh kesetimbangan fisis. Persamaan yang menghubungkan
konsentrasi reaktan dan produk pada kesetimbangan yang dinyatakan dalam suatu
kuantitas yang disebut konstanta kesetimbangan. Kesetimbangan dinyatakan sebagai
hasil bagi dengan pembilangnya adalah hasil kali antara konsentrasi-konsentrasi
kesetimbangan produk, masing-masing dipangkatkan dengan koefisien stoikiometrinya
dalam persamaan setara. Kesetimbangan homogen berlaku untuk reaksi yang semua
spesi bereaksinya berada sefase. Kesetimbangan heterogen adalah reaksi reversibel yang
melibatkan reaktan dan produknya yang berbeda. Ada satu aturan umum yang membantu
kita mempediksi kearah mana reaksi kesetimbangan bergerak bila terjadi perubahan
konsentrasi, tekanan, volume dan suhu.aturan ini dikenal sebagai asas Le Chatelier
(Chang,2001:69).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat – Alat Praktikum
a. Gelas kimia 250 ml
b. Gelas ukur 50 ml
c. Kain lap
d. Kertas label
e. Labu takar 25 ml
f. Penggaris 30 cm
g. Pipet gondok 5 ml
h. Pipet gondok 10 ml
i. Pipet tetes
j. Ruber bulb
k. Rak tabung reaksi
l. Spatula
m. Tabung reaksi
n. Tissue
o. Bahan – Bahan Praktikum
p. Aquades (H2O (l) )
q. Butiran Natrium hidropospat (Na2HPO4 (s))
r. Larutan Besi (III) nitrat (Fe(NO3)3) 0,2 M
s. Larutan Kalium tiosianat (KSCN) 0,002 M
t. Larutan Kalium tiosianat (KSCN) pekat

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kesetimbangan besi (III) - tiosianat
a. Dimasukkan 10 ml KSCN 0,002 M ke dalam gelas kimia.
b. Ditambahkan 2 tetes larutan Fe(NO3) 0,2 M.
c. Dibagi campuran larutan tersebut ke dalam 4 tabung reaksi.
d. Digunakan tabung rahasia pertama sebagai pembanding.
e. Ditambahkan 1 tetes KSCN pekat ketabung reaksi ke dua.
f. Ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2 M ke tabung reaksi ketiga.
g. Ditambahkkan beberapa butir Na2HPO4 ketabung reaksi keempat.
h. Dibandingkan dan dicatat perubahan yang terjadi.

2. Kesetimbangan besi (III) - tiosianat yang semakin encer


a. Disediakan 5 tabung reaksi bersih dan diberi nomor, dimasukkan masing-masing
5 mL KSCN 0,2 M.
b. Ditambahkan 5 mL larutan Fe(NO3)3 ke tabung reaksi pertama. Digunakan tabung
reaksi pertama sebagai pembanding.
c. Dimasukkan 10 mL Fe(NO3)3 0,2 M dan ditambahkan aquades sampai volumenya
25 mL.
d. Diukur 5 mL larutan ini dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kedua.
e. Diambil sisa larutan 10 mL dan dibuang.
f. Ditambahkan aquades lagi pada labu ukur sampai volumenya menjadi25 mL.
g. Dilakukan pekerjaan yang sama dari (d) sampai (f) untuk tabung reaksi 3,4, dan
5.
h. Dibandingkan warna larutan pada tabung ke dua dengan tabung pertama
(standar).
i. Diukur tinggi masing – masing larutan pada tabung .
j. Dilakukan dengan cara yang sama untuk tabung 3, 4, dan 5.

E. HASIL PENGAMATAN

. PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN


1. Kesetimbangan Besi (III)-tiosianat :

Dimasukkan 10 mL KSCN 0,002


KSCN bening + Fe(NO3)3 berwarna
M kedalam gelas kimia, ditambah 2
jingga.
tetes larutan Fe(NO3)3 0,2 M, dibagi
kedalam 4 tabung reaksi
Warna awal larutan Fe(NO3)3 kuning
Tabung 1 sebagai pembanding
Warna awal larutan KSCN bening
1. Tabung 2 ditambahkan 1 tetes larutan
KSCN pekat
Warna campuran merah pekat
Tabung 3 ditambahkan 3 tetes
Fe(NO3)3 0,2 M
Warna campuran merah
Tabung 4 ditambahkan beberapa butir
Na2HPO4
Warna campuran bening keruh
Dibandingkan warnanya

2. Kesetimbangan Besi (III)-tiosianat


yang semakin encer :
2. a. Tinggi tabung ke-1 = 7,2 cm
a. Kedalam 5 tabung reaksi
dimasukkan masing-masing 5 mL
KSCN 0,002 M, tabung 1
ditambahkan 5 mL Fe(NO3)3 0,2
M sebagai standar, diukur
tingginya.

b. 10 mL Fe(NO3)3 0,2 M + 15 mL
aquades agar volume 25 mL. 5 mL
dari larutan ini dimasukkan dalam
tabung reaksi 2. 10 mL Fe(NO3)3
0,2 M sisa ditambahkan 15 mL
aquades agar volume 25 mL lagi 5
mL dimasukkan kedalam tabung
3. 10 mL Fe(NO3)3 0,2 M sisa
ditambahkan 15 mL aquades agar
volume 25 mL lagi 5 mL
dimasukkan kedalam tabung 4. 10
mL Fe(NO3)3 0,2 M sisa + 15 mL
aquades agar volume 25 mL lagi 5
mL dimasukkan kedalam tabung
Perbandingan I
5.
Tinggi larutan pada tabung 1 = 5,9 cm.
c. Dibandingkan tabung 2 dengan Perbandingan II
tabung 1 sampai intensitas Tinggi larutan pada tabung 1 = 2,4 cm.
warnanya sama dengan Perbandingan III
mengambil larutan pada tabung 1 Tinggi larutan pada tabung 1 = 0,9 cm.
sedikit demi sedikit, diukur tinggi Perbandingan IVTinggi larutan pada
larutan tabung 1. Dibandingkan tabung 1 = 0,3 cm.
tabung 3 dengan tabung 1 sampai
intensitas warnanya sama dengan
mengambil larutan pada tabung 1
sedikit demi sedikit, diukur tinggi
larutan 1. Dibandingkan tabung 4
dengan tabung 1 sampai intensitas
warnanya sama dengan
mengambil larutan pada tabung 1
sedikit demi sedikit, diukur tinggi
larutan tabung 1. Dibandingkan
tabung 5 dengan tabung sampai
intensitas warnanya sama dengan
mengambil larutan pada tabung 1
sedikit demi sedikit, diukur tinggi
larutan tabung 1.

ANALISIS DATA
1. Percobaan Pertama

Kesetimbangan Besi (III) Tiosianat


a. Fe(NO3)3 dan KsCN dalam bentuk ion
Fe(NO3)3 (aq) + 𝑆𝐶𝑁 − (aq) Fe(SCN)2+ (aq) + 2 NO3- (aq) + KNO3(aq)
b. Pada tabung 1 dianggap terbentuk FeSCN2+
Fe3+(aq) + SCN- (aq) Fe SCN2+ (aq)
Jika:
 Tabung I standar : Jingga
 Tabung II + KSCN Pekat : Merah pekat
 Tabung III + Fe(NO3) : Merah
 Tabung IV + NaHPO4 : Bening keruh

Persamaan reaksi pada tabung IV


Fe SCN2+ (aq) + Na2HPO4(s) FePO4(s) + HSCN(aq) + 2Na+(aq)
2. Percobaan Kedua
a. Perbandingan tinggi tabung
𝑇𝑠𝑡
 Ti = 𝑇2
5,9
= 7,2

= 0,81944 cm
𝑇𝑠𝑡
 T2 = 𝑇3
2,4
= 7,2
= 0,33333 cm
𝑇𝑠𝑡
 T3 = 𝑇4
0,9
= 7,2

= 0,125 cm
𝑇𝑠𝑡
 T4 = 𝑇5
0,3
= 7,2

= 0,04167 cm
b. Menghitung konsentrasi FeSCN2+
[FeSCN2+] = T x kosentrasi standar
Data :
Kosentrasi Fe3+(aq) = 0,2 M
Volume Fe3+(aq) = 5 mL
Kosentrasi SCN2+ = 0,002 M
Volume SCN2+ = 5 mL
 N Fe3+ = m.v
= 0,2 . 5 ml
= 1 mmol
 nSCN- = m.v
= 0,002 . 5 ml
= 0,01 mmol
Fe3+ (aq) + SCN-(aq) FeSCN2 +(aq)
Mula-mula: 1 0,01 _
Reaksi : 0,01 0,01 0,01
Setimbang : 0,99 - 0,01

𝑛
 [FeSCN2+]0 = 𝑉
0,01
= 10

= 0,001 M
= 10-3 M
 [FeSCN2+]1 = TI x [FeSCN2+]0
= 0,81944 x 10-3
= 0,00081944 M
= 0,00082 M
 [FeSCN2+]2 = T2 x [FeSCN2+]0
= 0,33333 x 10-3
= 0,00033333 M
= 0,00033 M
 [FeSCN2+]3 = T3× [FeSCN2+]0
=0,125 10-3
= 0,000125 M
= 0,00012 M
 [FeSCN2+ ] =T4 [FeSCN2+]0
= 0,04167 × 10-3
= 0,00004167 M
= 0,00004 M

c. Perhitungan Konsentrasi Fe3+ mula-mula


 Pengeceran 1.

M1.V1 = M2.V2
𝑀1 𝑉1
M2 =
𝑉2
0,2×10
M2 =
25
M2 = 0,08 M
 Pengeceran 2

M 2 . V2 = M3.V3
𝑀2 𝑉2
M3 =
𝑉3

𝑜,𝑜8 𝑥 10
=
25
=0,032 M
 Pengeceran 3

M3 .V3 =M4 .V4

M4 =
=

=0,0128 M
 Pengeceran 4

M4.V4 =M5 .V5

M5 =

=0,00512 M
d. Perhitungan Konsentrasi Fe3+ setimbang
[Fe3+] = [Fe 3+] mula-mula Fe SCN2+] setimbang

 [Fe3+]stb1 = M2 - [Fe SCN2+]


= 0,08 M - 0,00082
=0,07918 M
 [Fe 3+]stb2 = M3 - [Fe SCN2+]

= 0,032 M – 0,00033
= 0,03167 M
 [Fe3+]stb3 = M4 - [Fe SCN2+]
= 0,0128 M 0,00012
=0,01268 M
 [Fe3+]stb4 = M5 - [Fe SCN2+]

= 0,00512 M −0,00004
=0,00508 M
e. Perhitungan Konsentrasi SCN- setimbang
[SCN-] stb = [SCN-] mula-mula [FeSCN2+] setimbang

[SCN-] stb1 = 0,002 0,00082


= 0,00118 M
[SCN-] stb2 = 0,002−0,00033
= 0,00167 M
[SCN-] stb3 = 0,002 0,00012
= 0,00188 M
[SCN-] stb4 = 0,002 −0,0004
= 0,00196 M.
f. Ka = [Fe3+] [FeSCN2+] [SCN-]
 Ka1 = [Fe3+]1 [FeSCN2+]1 [SCN-]1
= 0,07918 × 0,00082 × 0,00118
=7,66146×10-8 M
 Ka2 = [Fe3+]2 [FeSCN2+]2 [SCN-]2
= 0,03167 × 0,00033 × 0,00167
=1,74533× 10-8 M
 Ka3 = [Fe3+]3 [FeSCN2+]3 [SCN-]3
= 0,01268 × 0,00012 × 0,00118
= 2,86061 × 10-8 M
 Ka4 = [Fe3+]4 [FeSCN2+]4 [SCN-]4

= 0,00508 × 0,00004 × 0,00196


= 3,98272 × 10-10 M
g. Kb = [Fe3+] [FeSCN2+]
[SCN-]
[0,07918] [0,00082]
 Kb1 = [0,00118]

= 0,05502 M

[0,03167] [0,00033]
 Kb 2 = 0,00167]

= 0,00625 M

[0,01268] [0,00012]
 Kb3 = [0,00188]

= 0,00081 M

[0,00508] [0,00004]
 Kb4 = [0,00916]
= 0,0001 M

h. KC = [ FeSCN2+]
[Fe3+] [SCN-]
[0,00082]
 KC1 = [0,07918] [0,00118]

= 8,77639 M

[0,00033]
 KC2 = [0,03167] [0,00167]

= 6, 32949 M
[0,00012]
 KC3 = [0,01268] [0,00188]

= 5,06586 M

[0,00004]
 KC4 = [0,00508] [0,00196]

= 4,01735 M
i. Tabel Analog

3+
[SCN-] [FeSCN2+]
No. [Fe ] (M) Ka (M) Kb (M) Kc (M)
(M) (M)

1 0,07918 0,00118 0,00082 7,66146x10-8 0,05502 8,77639

2 0,03167 0,00167 0,00033 1,74533x10-8 0,00625 6,23949

3 0,01268 0,00188 0,00012 2,86061x10-9 0,00081 5,06586

4 0,00508 0,00196 0,00004 3,98272x10-10 0,0001 4,01735


G. PEMBAHASAN
Kesetimbangan kimia adalah keadaan dimana 2 reaksi yang tepat berlawanan
terjadi pada laju reaksi yang sama. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari reaksi
kesetimbangan kompleks besi (III)-tiosianat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan kimia, yaitu pengaruh konsentrasi, volume, tekanan, suhu dan katalisator.
Pengaruh konsentrasi, jika salah satu pereaksi atau reaktan diruas kiri diperbesar maka
kesetimbangan akan bergeser keruas kanan atau hasil reaktan, sebaliknya jika produk
diperbesar maka kesetimbangan akan bergeseer kerua kiri atau kearah reaktan. Jika salah
satu reaktan diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser kekiri atau reaktan dan
apabila produk diperkecil maka akan bergeser kekanan atau produk. Pengaruh volume,
jika volume diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser kearah yang jumlah
molekulnya terbanyak atau ruas yang jumlah angka koefisiennya terbanyak. Jika
keduanya sama maka tidak akan menggeser kesetimbangan.
Pengaruh tekanan jika tekanan diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser
kearah reaksi yang jumlah molekulnya terkecil, jika teknan diperkecil maka
kesetimbangan akan bergeser kearah yang jumlah angka koefisien besar. Jika koefisien
ruas kiri maupun kanan sama maka tidak akan terjadi perubahan kesetimbangan.
Pengaruh suhu, jika suhu dinaikkan maka reaki sistem menurunkan suhu dengan cara
menggeser kesetimbangan kearah pihak yang menyerap kalor (endoterm), jika suhu
diturunkan maka kesetimbangan akan bergeser kearah pihak yang melepas kalor
(eksoterm). Pengaruh katalisator, dalam reaksi kesetimbangan pengaruh katalisator
adalah mempercepat terjadinya raksi sehingga reaksi maju dan baliknya sama-sama kuat.
Percobaan pertama, kesetimbangan besi (III)- toisianat yang direaksikan dengan
menggunakan 10 ml KSCN 0,002 M dan Fe(NO3)3 0,2 M sebanyak 2 tetes. Persamaan
reaksinya adalah :
Fe3+(aq) + SCN-(aq) FeSCN2+(aq)
Warna campuran KSCN / Fe(NO3)3 adalah jingga. Pad percobaan ini campuran larutan
tersebutdibagi dalam 4 tabung reaksi diman tabung reaksi pertama sebagai acuan untuk
membandingkan campuran larutan 2, 3 dan 4. Kesetimbangan dapat dilihat secara
objektif dari perubahan- perubahan warna yang terjadi setelah ditambahkan larutan
berbeda. Pada tabung pertama didapatkan hasil campuran berwarna jingga, hal ini
disebabkan karen warna yang terdapat pada Fe(NO3)3 mempengaruhi larutan sehingga
berwarna jingga.
Pada tabung kedua FeSCN2+ ditambahkan dengan KSCN pekat sehingga warna
campurannya menjadi merah pekat. Hal ini disebabkan karena pembentukan kompleks
kation FeSCN2+. Perubahan warna tersebut sesuai dengan asas Le Cathelier yang
menyatakan bahwa ” bila pada suatu sistem keseimbangan dilakukan aksi maka sistem
akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil
mungkin “. Dan jika dibandingkan dengan tabung pertama, tabung kedua lebih pekat.
Pada tabung ketiga FeSCN2+ ditambahkan dengan Fe(NO3)3 sehingga warna
larutan tersebut berubah menjadi merah atau lebih pekat dari tabung pertama, namun
tidak lebih pekat daari tanung kedua. Hal ini dikarenakan warna kuning pada Fe(NO3)3
mempengaruhi warna larutan FeSCN2+ . pada tabung terakhir warna larutan menjadi
bening namun sedikit keruh, hal ini dikarenakan Na2HPO4 yang bercanpur dengan KSCN
akan terjadi reaksi pertukaran unsur yang berikatan (sesuai dengan biloksnya). Ion PO43-
mengikat ion yang lain, sementara diketahui bahwa ion PO43- sukar larut dalam air
sehingga pada campuran larutan menjadi bening namun ada keruh.
Percobaan kedua dilakukan untuk menentukan kesetimbangan besi(III)-
tiosianat yang semakin encer. Pengenceran adalah pengurangan rasio zat terlarut didalam
larutan akibat penambahan pelarut atau berkurangnya konsentrasi zat terlarut didalam
larutan akibat penambahan zat pelarut. Untuk menentukan larutan pada percobaan ini
dilakukan dengan berdasarkan kepekatan warnanya dengan larutan pembanding serta
ketebalan atau tinggi larutan dengan mengurangi tetes demi tetes larutan pada tabung
standar seehingga diperoleh warna yang sama pada kedua larutan yang dibandingkan.
Pada percobaan kedua ini dimasukkan 5 ml Fe(NO3)3 ke dalam tabung yang
berisi 5 ml KSCN 0,002 M dan tabung ini digunakan sebagai standar. Kemudian
dilarutkan 10 ml KSCN didalam labu ukurdan ditambah air sampai volumenya menjadi
25 ml, penambahan dilakukan secara berulang sampai 5 kali. Sehingga didapatkan warna
yang berbeda pada setiap tabung reaksi. Tingkat kepekatan warna dari tabung 1 s/d 5
semakin berkurang, diman pada tabung pertama (standar) didapat warna yang paling
pekat. Hal ini terjadi karena adanya pengenceran pad suatu larutan yang terus menerus
sehingga konsentrasi warna dari larutan tersebut akan berkurang. Untuk mmendapatkan
konsentrasi larutan yang sama maka vollume didalam tabung standar (tabung 1)
dikurangi sampai didapatkan warna yang sama dengan tabung 2,3,4 dan 5 sehingga
tercapai kesetimbangan.
Pada kesetimbangan kimia ada beberapa ketetapan yaitu Ka,Kb dan Kc. Ka
merupakan ketetapan pada asam, Kb merupakan ketetapan pada basa dan Kc merupakan
ketetapan kesetimbangan sistem noraml. Ka dan Kb adalah pada reaksi kesetimbangan
asam – basa. Contohnya pada perasamaan reaksi praktikum ini:
Fe3+(aq) + SCN-(aq) FeSCN2+(aq)
Rumus Ka dari persamaan tersebut adalah :
Ka = [Fe3+][ FeSCN2+][ SCN-]
Rumus Kbnya adalah :
[𝐹𝑒 3+ ][FeSCN2+ ]
Kb = [𝑆𝐶𝑁 − ]

Rumus Kcnya adalah :


[FeSCN2+ ]
Kc = [𝐹𝑒 3+][𝑆𝐶𝑁−]

H. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dari praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa penentuan konsentrasi
dan kesetimbangan besi (III)- tiosianat dapat ditentukan melalui media warna
dengan menyamakan warna pada ng standar. Kesetimbangan dipengaruhi oleh
konsentrasi [Fe3+], [SCN-] dan [FeSCN] dan apabila dilakukan pengenceran pada larutan
maka konsentasinya semakin kecil. Dari hasil perhitungan dan hasil percobaan dapat
dilihat pada tabel analisis data bahwa nilai Ka, Kb dan Kc nya semakin kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond.2005.Kimia Dasar Jilid 2.Jakarta: Erlangga.
Goldberg, David E. 2004. Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.
Purwoko, Agus A. 2006. Kimia Dasar 1.Mataram: University Press.
Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar 1. Bandung: Yrama Widya.

You might also like