Professional Documents
Culture Documents
TinjauanPustaka :
Garam adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang dalam kehidupan
sehari-hari banyak digunakan sebagai bahan tambahan bumbu pada makanan,
sebagai pengawet makanan seperti ikan asin, sawi asin, asinan buah-buahan, dan
dasar pembuatan senyawa kimia (NaOH, Na2SO4, NaHCO3, Na2CO3). Setiap
manusia pada umumnya mengkonsumsi garam dengan jumlahnya berbeda-beda
tergantung kebiasaan masing-masing individu. Oleh karena itu, penambahan
iodium pada produk garam merupakan cara yang sangat efektif dalam menutupi
kekurangan tubuh manusia akan kebutuhan iodium. Untuk menunjang program
pemerintah dibidang kesehatan masyarakat, setiap produsen garam diwajibkan
menambahkan iodium pada produk garamnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli kesehatan, orang yang
kekurangan iodium dalam konsumsi makanannya dapat mengalami penyakit
gondok. Sedang pada anak-anak dapat menyebabkan pertumbuhan yang
terhambat. Oleh karena itu kekurangan iodium pada masyarakat diharapkan tidak
ada lagi bila semua garam yang diproduksi sudah mengandung iodium.
Garam beriodium merupakan istilah yang biasa digunakan untuk garam
yang telah difortifikasi (ditambah) dengan iodium. Di Indonesia, iodium
ditambahkan dalam garam sebagai zat aditif atau suplemen dalam bentuk kalium
iodat (KIO3).
Alatdan Bahan :
Alat Bahan
- Beaker glass - Sampel garam dapur “Gyuri”
- Erlenmeyer 2 buah - Tisu
- Buret, Statif dan Klem - Aquadest
- Pipet volume 5.0 ml - Baku primer (KBrO3)
- Bulb - Baku sekuder (Na.tiosulfat
- Pipet ukur 1 ml 0.005 N)
- Pipet ukur 2 ml 2 buah - H2SO4 4N
- Pipet ukur 5 ml - KI 10 %
- Pipet ukur 10 ml - Indikator amilum 1 %
- Corong - As. Fosfat 85 %
- Neraca analitik - Kristal KI
- Sendok tanduk 2 buah - Kertas penutup
- Gelas ukur
Cara Kerja :
Hasil pengamatan :
A. Standarisasi
B. Blanko
Data :
Standarisasi
= 27.835 g/mol
V = 0.1 L
Vdipipet = 5.0 ml
Penetapan Kadar
Sampel
B sampel = 25.05 g
Vtitrasi = 6.0 ml
BE KOI3 = 35.67 g/mol
Perhitungan :
Standarisasi
1) Baku primer
𝐵
NKBrO3 =
𝐵𝐸 × 𝑉
0.0120 g
= g
27.835 × 0.1 L
mol
= 0.0043 N
N2 = 0.0033 N
𝑔
( 6.0 𝑚𝑙 × 0.0033 𝑁) × 35.67 ×1000
𝑚𝑜𝑙
=
25.05 𝑔𝑟𝑎𝑚
706.266
= ppm
25.05
= 28.1942 ppm
Pembahasan :
Penelitian mengenai kadar kalium iodat (KIO3) pada garam dapur dilakukan
karena garam merupakan bahan tambahan makanan yang digunakan oleh
masyarakat sebagai penyedap rasa. Selain itu garam dapur juga merupakan salah
satu zat gizi yang berperan dalam pembentukan hormon tiroid yang sangat
diperlukan untuk perkembangan fisik dan mental manusia. Organ utama yang
mengambil/menyerap iodium adalah kelenjar tiroid yang kira-kira 33% sedangkan
sisanya 67% dikeluarkan melalui urin dan feses. Sesuai degan peraturan yang
telah ditetapkan oleh SNI 01-3556-2000 bahwa kadar kalium iodat (KIO3) yang
terdapat pada garam beriodium adalah sebesar 30-80 ppm.
Berdasarkan hasil analisis kadar kalium iodat (KIO3) pada sampel garam
dapur merk Gyuri menunjukkan bahwa kadar kalium iodat (KIO3) yang terdapat
dalam garam tersebut adalah 28,1942 ppm. Dari hasil tersebut, diketahui bahwa
garam yang diperiksa tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Standar
Nasional Indonesia (SNI 01-3556-200) yang menetapkan bahwa didalam suatu
produk garam dapur harus mempunyai kadar kalium iodat (KIO3) sebesar 30-80
ppm.
Kebutuhan iodium sehari-hari sekitar 1-2 μg/Kg berat badan. Akan tetapi
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1998) menganjurkan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) untuk iodium sebagai berikut:
Daftar Pustaka :
Eulis Nani R, 2013, “Penentuan Kadar KIO3 dalam Garam Dapur”, Sekolah
Tinggi Analis Bakti Asih: Bandung
Muhammad Akhiruddin, 2011, “Analisis Kadar Kalium Iodat (Kio3) dalam
Garam Dapur dengan Menggunakan Metode Iodometri yang Beredar Di
Pasar Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu ”, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau: Pekanbaru
Tinjauan Pustaka :
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan
efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk
melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Status
vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C
harian, kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta adanya penyakit tertentu
Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi asupan vitamin C karena bahan
makanan sumber serat dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin C
(Monalisa Karinda, 2013).
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan
rumus empiris C6H8O6 (berat molekul = 176,12 g/mol). Kegunaan Vitamin C
adalah sebagai antioksidan dan berfungsi penting dalam pembentukan kolagen,
membantu penyerapan zat besi, serta membantu memelihara pembuluh kapiler,
tulang, dan gigi. Konsumsi dosis normal Vitamin C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C
banyak terkandung pada buah dan sayuran segar.
Kadar vitamin C dalam larutan dapat diukur menggunakan titrasi redoks
iodimetri, dengan menggunakan larutan indikator kanji (starch) yaitu dengan
menambahkan sedikit demi sedikit larutan iodin (I2) yang diketahui molaritasnya
sampai mencapai titik keseimbangan yang ditandai dengan perubahan warna
larutan menjadi biru pekat.
Alatdan Bahan :
Alat Bahan
- Beaker glass 2 buah - Sampel minuman “ Buavita
- Erlenmeyer 3 buah Orange”
- Buret, Statif dan Klem 2 buah - Tisu
- Pipet volume 5.0 ml - Aquadest
- Bulb - Baku primer (KBrO3)
- Pipet tetes - Baku sekuder (Na.tiosulfat
- Pipet ukur 0.5 ml 0.005 N)
- Pipet ukur 1 ml - Larutan baku Iodium 0.0 1 N
- Pipet ukur 5 ml - H2SO4 4N
- Pipet ukur 10 ml - KI 10 %
- Corong 2 buah - Indikator amilum 1 %
- Neraca analitik - HCl 1 : 1
- Gelas ukur
Cara Kerja :
Hasil pengamatan :
D. Standarisasi
5.0 ml Kalium bromat + 5.0 ml As.sulfat 4 N + Menitrasi dengan Na.
0.1 N + 50 ml aquadest 10 ml KI 10 %, tutup tiosulfat sampai
kuning jerami
+ 1 ml amilum 1%
Menitrasi kembali sampai
warna biru tepat hilang
E. Blanko
25.0 ml aquadest + 25.0 + 15 ml KI 20 % + Menitrasi dengan Na.
ml Luff school, didihkan H2SO4 4 N, tutup tiosulfat sampai kuning
10 menit, dinginkan jerami
Data :
Standarisasi Na.tiosulfat
Standarisasi iodium
Vtitrasi = 6.0 ml
Penetapan Kadar
Sampel
B sampel = 5.07 g
= 5070 mg
Vtitrasi = 4.8 ml
BE = 88.06 g/mol
Perhitungan :
Standarisasi Na.tiosulfat
1) Baku primer
𝐵
NKBrO3 =
𝐵𝐸 × 𝑉
0.0120 g
= g
27.835 × 0.1 L
mol
= 0.0043 N
N2 = 0.0033 N
Standarisasi Iodium
N Iodium
V1 × N1 = V2 𝐶 N2
5.0 ml × 0.0033 N = 6.0 ml × N
5.0 ml ×0.0033 N
N2 =
6.0 ml
N2 = 0.0027 N
( 𝑉 × 𝑁) 𝑖𝑜𝑑 × 𝐵𝐸 × 100 %
Kadar Vit.C (%) =
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑔
( 4.8 𝑚𝑙 × 0.0027 𝑁) × 88.06 × 100 %
𝑚𝑜𝑙
=
5070 𝑚𝑔
351.88776
= %
25.055070
= 0.0694 %
= 0.07 %
N Na.tiosulfat = 0.0033 N
N iodium = 0.0027 N
Pembahasan :
Daftar Pustaka :