You are on page 1of 25

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDROMETEOROLOGI TERAPAN
ACARA I
JARING PENGUKURAN HUJAN, PERBAIKAN DATA HUJAN DAN
UJI KONSISTENSI DATA HUJAN
Dosen Pengampu : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si

Oleh:

Nama Mahasiswa : Nining Nur Azizah


NIM : 150722602686
Offering : G 2015
Hari, tanggal : Jumat, 7 September 2018
Asisten : Unsila Tammiya Artawan

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
ACARA I

JARING PENGUKURAN HUJAN , PERBAIKAN DATA HUJAN DAN UJI

KONSISTENSI DATA HUJAN

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menentukan jumlah optimum stasiun hujan di sebagian SWS
Bengawan Solo melalui jaring pengukuran hujan
2. Mahasiswa mampu melakukan pengisian data hujan yang hilang menggunakan
metode rasio normal (Normal ratio method) dan menggunakan metode Resiprok
(Resiprocal method) serta mengetahui perbedaan dari kedua metode tersebut
3. Mahasiswa mampu menentukan uji kosistensi terhadap data hujan menggunakan
metode kurva massa ganda (double mass curve)

II. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat :
1. Alat-alat tulis (pensil, pebghapus, penggaris)
2. Calculator
3. Notebook/PC
2.2 Bahan :
1. Data curah hujan tahunan di sebagian SWS Bengawan Solo
2. Peta stasiun hujan di sebagaian SWS Bengawan Solo
3. Kertas HVS A4

III. DASAR TEORI


Menurut Sri Harto (1986) jaringan pengamatan hidologi (hydrologic network)
pada umumnya dapat diartikan sebagai suatu set stasiun pengukuran yang diatur
sedemikian rupa sehingga besaran veriabel di sembarang titik dalam daerah tersebut
dapat ditetapkan. Jaringan pengamatan diperlukan dalam pengumpulan data karena
dua alasan (Sri Harto, 1986) yaitu :
1. Keingintahuan terhadap fenomena yang terjadi,
2. Variabilitas data yang sangat tinggi memerlukan tambahan secara teratur dan
menerus untuk dapat mengetahui karakter variabel tersebut.
Ketelitian pengukuran hujan dipengaruhi oleh jumlah stasiun hujan dan pola
penyebarannya. Penempatan stasiun hujan yang tepat baik lokasi, jumlah stasiun
hujan, pola penyebarannya akan dapat diperoleh data yang akurat mengenai
kedalaman, penyebaran dan intensitas hujannya (WMO, 2003). Salah satu metode
yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah stasiun hujan adalah metode
statistik. Adapun persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Triatmojo,
2010) :

(1)

(2)

(3)

(4)
Dengan ketentuan :
N = jumlah stasiun hujan; Cv = koefisien variasi hujan didasarkan pada stasiun hujan
yanga ada; E = presentase kesalahan yang diijinkan; p hujan rerata tahunan; 𝑝̅ = hujan
rerata dari n stasiun; n = jumlah stasiun hujan yang ada; dan 𝜎 = Standart deviasi.
Pendugaan parameter hidrologi dengan data curah hujan akan semakin baik jika data
curah hujan tersebut lengkap dan akurat. Dalam praktek lapangan sering dijumpai
data tidak lengkap karena adanya kekosongan/kehilangan data hujan. Penyebab
kekosongan /kehilangan data hujan antara ain kerusakan alat, kelalaian petugas,
penggantian alat, pemindahan lokasi alat, bencana dan pengrusakan. (Setiawan,
2010).
Untuk mengurangi kesalahan analisis karena adanya data yang rusak/hilang, perlu
dilakukan perbaikan data hujan antara lain pengisian data yang hilang dan pengujian
konsistensi data hujan sehingga data hujan dapat digunakan. Metode yang dapat
digunakan dalam pengisian data hujan yang hilang antara lain metode perbandingan
normal (Normal ratio method) dan metode Reciprok (Reciprocal method). Metode
perbandingan normal (Normal ratio method) adalah salah satu metode yang
digunakan untuk mencari data yang hilang pada stasiun hujan, dengan cara
memperhitungkan data curah hujan di stasiun hujan yang berdekatan untuk mencari
data curah hujan yang hilang di stasiun tersebut. Variabel yang diperhitungkan pada
metode ini adalah curah hujan harian di stasiun lain dan jumlah curah hujan tahunan
pada stasiaun lain menggunakan rumus sebagai berikut (Wei and McGuiness, 1973):

Dimana :
𝑝𝑥 = hujan yang hilang di stasiun x
𝑝1,𝑝2,𝑝𝑛 = data hujan di stasiun sekitarnya pada periode yang sama
𝑁𝑥 = hujan tahunan di stasiun X
𝑁1,𝑁2,𝑁𝑛 = hujan tahunan di stasiun sekitar X
n = jumlah stasiun hujan di sekitar X
Metode Inversed Square Distance (Resiprocal method) adalah salah satu metode
yang digunakan untuk mencarai data yag hilang. Metode perhitungan yang hampir
sama dengan Metode Normal Ratio yang memperhitungkan jarak stasiun yang
berdekatan untuk memcari data curah hujan yang hilangdi stasiun tersebut. Jika pada
Metode Normal Ratio yang digunakan adalah jumlah curah hujan dalam 1 tahun,
pada metode ini variabel yang digunakan adalah jarak stasiun terdekat dengan stasiun
yang akan dicari data curah hujan yang hilang. Rumus untuk Metode Inversed Square
Distance untuk mencari data curah hujan yang hilang adalah sebagai berikut (Harto,
1993: Ashruri, 2015):

Dimana :
PX = hujan yang diperkirakan (mm)
PA, PB, PC,…, PN = jumlah hujan pada stasiun hujan X (mm)
a,b,c,…n = jarak dari stasiun X ke masing-masing stasiun hujan A, B, C, … N (km)
Uji Konsistensi. Suatu data hujan untuk stasiun tertentu, dimungkinkan sifatnya
tidak konsisten (inconsistent). Data semacam ini tidak dapat langsung dianalisa. Jadi
sebelu data hidrologi tersebut digunakan atau sebagai bahan informasi lebih lanjut,
harus dilakukan pengujian terhadap konsistensinya. Metode –metode yang dapat
dipakai untuk melkukan uji konsistensi antara lain :
a) Kurva massa ganda (double mass curve)
b) Statistik antara lain: Von Neuman Ratio, Cummulative Deviaton, Rescaled
Adjusted Parential Sums, Weighted Adjusted Parential Sums.
Metode pengujian konsistensi yang digunakan antara lain Kurva massa ganda
(double mass curve) dapat iinterpretasikan sebagai berikut : (i) apabila data stasiun
yang diuji konsisten, maka garis yang terbentuk merupakan garis lurus dengan
kemiringan (slope) yang tidak berubah, (ii) apabila garis tersebut menunjukkan
perubahan kemiringan, berarti telah terjadi perubahan sifat data hidrologi (tidak
konsisten)

Gambar 1 Data konsisten dan data tidak konsisten


Gambar 2 Penentuan konsistensi data hujan

IV. LANGKAH KERJA


4.1 Menghitung jumlah stasiun optimum
1. Hitunglah rerata curah hujan tahunan pada setiap stasiun yanga ada pada SWS
Bengawan Solo
2. Tentukan 𝑝̅ dengan cara menghitung rata-rata dari 10 stasiun yang ada pada
SWS Bengawan Solo
3. Tentukan 𝜎 (standart deviasi) menggunakan rumus :

4. Tentukan Cv (koefisien variasi hujan) menggunakan rumus :

5. Tentukan N optimum menggunakan rumus :

4.2 Menghitung data curah hujan yang hilang menggunakan metode perbandingan
normal
4.2.1 Siapkan data curah hujan tahunan dari stasiun-stasiun yang berada di
sekitar stasiun hujan yang data hujannya hilang sebagai stasiun hujan
pembanding
4.2.2 Carilah jumlah curah hujan perbulan dan pertahunnya pada masing-masing
stasiun pembanding
4.2.3 Hitunglah data curah hujan yang hilang pada stasiun tersebut dengan
menggunakan persamaan metode perbandingan normal
4.3 Menghitung data curah hujan yang hilang menggunakan metode reciprocal
4.3.1 Siapkan data curah hujan tahunan dari stasiun-stasiun terdekat yang berada
di sekitar stasiun hujan yang data hujannya hilang sebagai stasiun hujan
pembanding
4.3.2 Tentukan jarak antara stasiun hujan yang data hujannya hilang dan stasiun
hujan pembanding
4.3.3 Hitunglah data curah hujan yang hilang pada stasiun tersebut dengan
menggunakan persamaan metode recipoal

4.4 Menentukan konsistensi data hujan


4.4.1 Hitunglah hujan tahunan untuk masing–masing stasiun
4.4.2 Hitunglah rata-rata hujan tahunan untuk stasiun pembanding

4.4.3 Hitunglah komulatif hujan tahunan untuk stasiun yang akan diuji

4.4.4 Hitunglah komulatif hujan tahunan untuk stasiun pembanding

4.4.5 Gambarkan dalam bentuk diagram pencar (scatter diagram) antara stasiun
yang akan diuji dan stasiun pembanding, Stasiun yang akan diuji pada
sumbu Y dan stasiun pembanding pada sumbu X.

4.4.6 Lakukan analisa terhadap konsistensi data hujan dengan cara membuat
garis lurus pada diagram pencar dan melakukan analisa menentukan
apakah ada perubaan slope atau tidak pada garis lurus yang dibuat pada
diagram pencar, jika terjadi perubaan slope , maka pada titik setelah
mengalami perubaan perlu adanya koreksi terhadap pencatatan data hujan
dengan cara mengalikan dengan koefisien (K) yang dihitung berdasarkan
perbandingan slope setelah mengalami perubahan (S2) dan Slope sebelum
mengalami perubahan (S1) atau K = S2/S1.
4.4.7 Hitunglah nilai koreksi melalui persamaan menggunakan metode kurva
massa ganda

4.4.8 Hitunglah data hujan hasil koreksi dengan mengalikan nilai koreksi dengan
data hujan asli

V. HASIL PRAKTIKUM
1. Penentuan jumlah stasiun optimum (N)
(Terlampir)
2. a. Pengisian data hujan metode rasio normal (Normal ratio method)
(Terlampir)
b. Pengisian data hujan metode Resiprok (Resiprocal method)
3. Uji konsistensi (Terlampir)
4. Data hujan hasil koreksi (Terlampir)

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara 1 mengenai jaring pengukuran hujan dan perbaikan data
hujan pada daerah sebagian DAS Bengawan Solo, praktikan menentukan jumlah
stasiun optimum menggunakan metode statistik serta melakukan pengisisan data
hujan yang hilang kemudian di uji konsistensi menggunakan analisis kurva massa
berganda.
Penentuan N optimum dilakukan dengan menghitung rumus koefisien variasi
hujan berdasarkan rumus turunan yang ada pada lampiran hasil praktikum. Langkah
pertama yang dilakukan praktikan adalah menghitung hujan rerata dari ke-10 stasiun
yang ada. Kemudian menghitung standard deviasi berdasaekan rumus yang tersedia
untuk mencari koevisien variasi. Setelah koefisien variasi ditemukan, kemudian
memasukkan kedalam rumus N optimum. Yaitu nilai Cv (koefisisen variasi) dibagi
persentase kesalahan yang di ijinkan lalu dikuadratkan.
Penentuan N optimum bertujuan untuk mementukan jumlah optimum stasiun
penakar hujan pada DAS Bengawan Solo. Berdasarkan hasil penentuan N optimum
diperoleh nilai N optimum sebesar 9 yang artinya untuk meperoleh data curah hujan
yang representatif di SWS Bengawan Solo maka idealnya di daerah tersebut dibangun
9 stasiun penakar hujan. Sedangkan pada peta sebaran stasiun penakar hujan di SWS
bengawan Solo terdapat 10 stasiun penakar hujan yang tersebar di daerah SWS
Bengawan Solo dan terdiri dari stasiun jejeruk, stasiun purwantoro, stasiun madiun,
stasiun wonogiri dam, stasiun ngrambe, stasiun wonogiri, stasiun ngawi, stasiun
pabelan, stasiun tawangmangu, dan stasiun kalijambe. Berdasarkan jumlah optimum
dan letaknya, stasiun yang paling ideal adalah stasiun jejeruk, stasiun purwantoro,
stasiun madiun, stasiun ngrambe, stasiun wonogiri, stasiun ngawi, stasiun pabelan,
stasiun tawangmangu, dan stasiun kalijambe. Sedangkan stasiun wonogiri Dam
merupakan stasiun yang letaknya masih bisa diwakili oleh Stasiun Wonogiri.
Sesuai dengan yang dikemukakan Harto (1993) dalam perencanaan jaringan
stasiun penakar yaitu jumlah stasiun yang diperlukan serta dimana stasiun tersebut
akan di pasang menjadi bahan pertimbangan. Pertimbangan dalam menentukan
jumlah optimum dilakukan dengan cara seperti yang telah dilakukan praktikan pada
acara ini. Sedangkan dimana stasiun tersebut akan dipasang masih belum dilakukan
pada acara praktikum ini.
Berdasarkan hasil perhitungan, telah diketahui bahwa SWS Bengawan Solo
memiliki jumlah stasiun yang lebih dari cukup. Karena jumlah N optimum berjumlah
9 stasiun sedangkan Stasiun yang tersedia adalah 10 stasiun sehingga jumlah stasiun
penakar hujan lebih dari cukup. Namun, penetapan jaringan stasiun hujan tidak hanya
terbatas pada penetapan jumlah stasiun yang dibutuhkan dalam suatu daerah.
Perbedaan jumlah dan pola penyebaran stasiun yang digunakan dalam
memperkirakan besar hujan yang terjadi pada suatu daerah akan memberikan
perbedaan dalam besaran hujan yang didapatkan dan mempengaruhi ketelitian
penentuan hujan rata-rata. Maka untuk mengetahui apakah data besaran hujan yang
dihasilkan pada SWS Bengawan Solo telah representatif atau belum perlu dilakukan
evaluasi terkait pola sebaran stasiun penakar hujan di SWS Bengawan Solo.
Perbaikan data hujan praktikan melakukan perbaikan data pada sasiun hujan
jejeruk dalam jangka waktu 25 tahun yaitu dari tahun 1975 hngga 1999 yang
dilakukan menggunakan dua metode, yaitu metode perbandingan normal (Normal
ratio method) dan metode Reciprok (Reciprocal method) serta pengujian kosistensi
data menggunakan kurva massa ganda (double mass curve). Perbaikan data hujan
dengan melakukan pengisian data hujan dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahan
pada data hujan yang akan digunakan akibat berkurangnya jumlah stasiun yang
disebabkan tidak tercatatnya data hujan.
Pada stasiun jejeruk terdapat 35 data hujan yang hilang dalam kurun waktu 25
tahun yaitu pada Januari (1975, 1982 dan 1989), Februari (1976, 1983, dan 1990),
Maret (1977, 1984dan 1991), April (1978, 1985, 1992), Mei (1979, 1986, dan 1993),
Juni (1980, 1987 dan 1994), Juli (1981, 1988 dan 1995), Agustus (1982, 1989 dan
1996), September (1983, 1990 dan 1997), Oktober (1984, 1991 dan 1998), November
(1985, 1992 dan 1999), Desember (1986 dan 1993). Bersdasarkan pengisian data
hujan menggunakan metode perbandingan normal (Normal ratio method) diperoleh
rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2656,1 mm/tahun dalam kurun waktu 25 tahun.
Sedangkan pada pengisian data hujan menggunakan metode Reciprok (Reciprocal
method) diperoleh rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2676,62 mm/tahun.
Berdasarkan hasil tersebut, telah diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata
curah hujan tahunan dalam kurun 25 tahun menggunakan metode perbandingan
normal dengan metode resiprok. Metode resiprok memiliki hujan rata-rata yang lebih
tinggi dibandingkan dengan metode perbandingan normal. Namun, perbedaan
tersebut tidak signifikan karena hanya beda 20,5 mm/tahun. Perbedaan tersebut
terjadi karena pada metode perbandingan normal (Normal ratio method) tidak
mempertimbangkan faktor jarak atntar stasiun terdekat sedangkan metode Resiprok
memperhitungkan jarak stasiun terdekat. Berdasarkan perbedaan hasil tersebut dapat
diketahui pula bahwa metode Reciprok (Reciprocal method) lebih akurat
dibandingkan dengan pengisian data hujan menggunakan metode perbandingan
normal (Normal ratio method).
Uji konsistensi data hujan dilakukan setelah dilakukan pengisian data hujan yang
kosong kemudian dilakukan dengan menarik garis lurus pada kurva Stasiun Jejeruk
yang sudah dibuat menggunakan Microsoft Excel. Apabila ketika ditarik garis lurus
masih terdapat kemencengan menunjukkan bahwa data tersebut tidak konsisten.
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan sifat data
hidrologi. Berdasarkan pengujian konsistensi data hujan yang telah dilakukan
praktikan, Stasiun Jejeruk memiliki data yang tidak konsisten karena masih terdapat
kemencengan ketika dilakukan penarikan garis lurus. Sehingga data curah hujan dari
stasiun jejeruk perlu dikoreksi agar dapat digunakan untuk analisis hidrologi lain.
Berdasarkan perhitungan koreksi data hujan diperoleh nilai H sebesar 1,1975 untuk
metode resiprok, 1,222 untuk metode normal. Besarnya nilai rata-rata curah hujan
tahunan pada stasiun jejeruk sebelum di koreksi adalah 2.235,17 mm/tahun
sedangkan setelah dilakukan korekso data besarnya rata-rata curah hujan tahunan
pada stasiun jejeruk adalah 2.676,62 mm/tahun. Tedapat selisih 441,45 mm antara
sebelum dan sesudah koreksi. Besarnya selisih tersebut akan memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap analisis data hidrologi apabila penggunaan data hujan
dilakukan tanpa perbaikan data hujan.

VII. KESIMPULAN

1. Penentuan N optimum dilakukan dengan menghitung rumus koefisien variasi


hujan berdasarkan rumus turunan yang ada pada lampiran hasil praktikum.
2. Pengisian data hujan yang kosong dilakukan dengan dua metode yaitu metode
perbandingan normal dan metode tesiprok. Keduanya memiliki rumus yang
berbeda sebagaimana rumus yang tercantum dalam dasar teori diatas.
Perbedaan kedua metode tersebut adalah apabila metode resiprok
menggunakan perbandingan jarak sedangkan metode perbandingan normal
menggunakan tanpa mempertimbangkan jarak stasiun terdekat.
3. Uji konsistensi data hujan dilakukan setelah dilakukan pengisian data hujan
yang kosong kemudian dilakukan dengan menarik garis lurus pada kurva
Stasiun Jejeruk yang sudah dibuat menggunakan Microsoft Excel. Apabila
ketika ditarik garis lurus masih terdapat kemencengan menunjukkan bahwa
data tersebut tidak konsisten.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Setiawan, Ery. 2016 . Uji Validasi Dan Perbaikan Data Hujan Serta Korelasinya
Terhadap Data Debit AWLR. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik Universitas
Mataram. (Online).
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/298628643?extension=pdf&
ft=1505868883&lt=1505872493&user_id=328905881&uahk=nOEMpAPH6rO1k
ZHLMfVI6cnrC-I Diakses pada 21-09-2017.
Wei, T. C., McGuiness, J. L., 1973. Reciprocal distance squared, a computer technique
for estimating area precipitation. Technical Report ARS-Nc-8. US Agricultural
Research Service, North CentralRegion, Ohio.
Lampiran Acara 1

1. Penentuan Stasiun Optimum

Diketahui =
Ṕ2 =(183,4^2)+( 134,6^2)+( 282,25^2)+( 197,7^2)+( 235,6^2)+( 201,4^2)+( 379,1^2)+(
231,7^2)+(
213,5^2)+( 211,0^2)
(Ṕ)2 = 227,072
= 51562,28
ᶑ = [10/9(3.867,38)]1/2
= (1,11 x 3.867,38)1/2
= 4296,651/2
= 65,54
Cv = 100 x 65,54
227,07
= 28,86
Dicari = Jumlah stasiun optimum
N = (Cv/E)2
N = (28,86/10)2
= 2,882
= 8,33
=9
2. Lampiran Perbaikan Data Hujan Metode Log Normal

Stasiun Jejeruk
Stasiun (mm/th )
0
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jumlah
2557 82,7 553 104 213 256 195 8 25 36 236 153 211 2072,664
2578 51 482,2 104 213 256 195 8 25 36 236 153 211 1970,183
2789 84 553 92,2 213 256 195 8 25 36 236 153 211 2062,213
2849 112 553 104 179,9 256 195 8 25 36 236 153 211 2068,919
2708 227 553 104 213 266,5 195 8 25 36 236 153 211 2227,459
2589 404 553 104 213 256 141,9 8 25 36 236 153 211 2340,919
2537 245 553 104 213 256 195 10,0 25 36 236 153 211 2236,974
2566 152,4526 553 104 213 256 195 8 15,4 36 236 153 211 2132,865
2508 329 1834,575 104 213 256 195 8 25 25,7 236 153 211 3590,302
2508 5 553 93,41 213 256 195 8 25 36 185,7 153 211 1934,099
2508 42 553 104 183,41 256 195 8 25 36 236 134,0 211 1983,462
2508 51 553 104 213 196,2 195 8 25 36 236 153 180,4 1950,584
2515 0 553 104 213 256 160,7 8 25 36 236 153 211 1955,722
2569 2 553 104 213 256 195 6,07 25 36 236 153 211 1990,068
2783 162,1 553 104 213 256 195 8 28,0 36 236 153 211 2155,108
2705 79 481,0 104 213 256 195 8 25 27,366 236 153 211 1988,405
2852 352 553 82,6 213 256 195 8 25 36 169,809 153 211 2254,374
2795 291 553 104 212,6 256 195 8 25 36 236 139,381 211 2267,025
2815 398 553 104 213 200,5 195 8 25 36 236 153 189,62 2311,072
2549 380 553 104 213 256 133,9 8 25 36 236 153 211 2308,885
2563 225 553 104 213 256 195 7,35 25 36 236 153 211 2214,352
2511 365 553 104 213 256 195 8 26,2 36 236 153 211 2356,192
2636 2 553 104 213 256 195 8 25 21,168 236 153 211 1977,168
2597 0 553 104 213 256 195 8 25 36 238,192 153 211 1992,192
2809 0 533 104 239 256 195 8 25 36 236 155,6 211 1998,583
65904 4041,249 14943,8 2556,2 5288 6295,12 4726,53 199,4 619,6 866,26 5785,69 3795,01 5222,99 54339,79
3644 12146 2288 4712 5632 4290 176 550 792 5192 3366 4853

3. Lampiran Uji Konsistensi Data Hujan Metode Log Normal

Purwantoro Madiun Ngrambe Tawangmangu Jejeruk CH rata-rata Kumulatif rata-rata Kumulatif Jejeruk
2201 1616 3387 4550 2072,7 2938,5 2938,5 2072,7
2157 1643 3425 2448 1970,2 2418,25 5356,75 4042,8
2157 1627 3625 1789 2062,2 2299,5 7656,25 6105,1
2320 1614 3726 3257 2068,9 2729,25 10385,5 8174,0
2402 1653 3729 3410 2227,5 2798,5 13184 10401,4
2330 1779 3613 2433 2340,9 2538,75 15722,75 12742,4
2745 1966 3668 2867 2237,0 2811,5 18534,25 14979,3
2515 1849 3495 2494 2132,9 2588,25 21122,5 17112,2
2250 1791 3669 3251 3590,3 2740,25 23862,75 20702,5
2445 2082 3505 3486 1934,1 2879,5 26742,25 22636,6
2193 1828 3453 3322 1983,5 2699 29441,25 24620,1
2247 1594 3402 3403 1950,6 2661,5 32102,75 26570,6
2158 1574 3385 2926 1955,7 2510,75 34613,5 28526,4
2164 1574 3645 3386 1990,1 2692,25 37305,75 30516,4
2160 1619 3649 3221 2155,1 2662,25 39968 32671,5
2164 1657 3559 2930 1988,4 2577,5 42545,5 34659,9
2342 1696 3731 2902 2254,4 2667,75 45213,25 36914,3
2579 1862 3753 3583 2267,0 2944,25 48157,5 39181,3
2289 1786 3579 2657 2311,1 2577,75 50735,25 41492,4
2414 1845 3713 2345 2308,9 2579,25 53314,5 43801,3
2386 1725 3638 3776 2214,4 2881,25 56195,75 46015,7
2383 1798 3627 2909 2356,2 2679,25 58875 48371,8
2414 1597 3497 2274 1977,2 2445,5 61320,5 50349,0
2263 1575 3433 3378 1992,2 2662,25 63982,75 52341,2
2380 1575 3422 4007 1998,6 2846 66828,75 54339,8

80000

70000

60000

50000

40000 Kumulatif rata-rata


Kumulatif Jejeruk
30000

20000

10000

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25

Rumus =
Y2-Y1
X2-x1
66.818,75-10.385,5 = 56.443,25
54.339,8 – 8.174, 0 = 46.165,8
=56.443,25/46.165,8
= 1,222
4. Data Hujan Stasiun Jejeruk Setelah dikoreksi

Tahun Jejeruk Koreksi


1975 2072,7 2532,8
1976 1970,2 2407,6
1977 2062,2 2520,0
1978 2068,9 2528,2
1979 2227,5 2722,0
1980 2340,9 2860,6
1981 2237,0 2733,6
1982 2132,9 2606,4
1983 3590,3 4387,3
1984 1934,1 2363,5
1985 1983,5 2423,8
1986 1950,6 2383,6
1987 1955,7 2389,9
1988 1990,1 2431,9
1989 2155,1 2633,5
1990 1988,4 2429,8
1991 2254,4 2754,8
1992 2267,0 2770,3
1993 2311,1 2824,1
1994 2308,9 2821,5
1995 2214,4 2705,9
1996 2356,2 2879,3
1997 1977,2 2416,1
1998 1992,2 2434,5
1999 1998,6 2442,3

Kumulatif rata-rata Koreksi


2938,5 2532,80
5356,75 4940,36
7656,25 7460,38
10385,5 9988,60
13184 12710,56
15722,75 15571,16
18534,25 18304,74
21122,5 20911,10
23862,75 25298,45
26742,25 27661,92
29441,25 30085,71
32102,75 32469,32
34613,5 34859,22
37305,75 37291,08
39968 39924,62
42545,5 42354,45
45213,25 45109,30
48157,5 47879,60
50735,25 50703,73
53314,5 53525,19
56195,75 56231,13
58875 59110,39
61320,5 61526,49
63982,75 63960,95
66828,75 66403,22

5. Kurva Massa Berganda Data Hujan Stasiun Jejeruk Setelah di Koreksi

80000

70000

60000

50000

40000 Kumulatif rata-rata


Koreksi
30000

20000

10000

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Kumulatif Jejeruk
60000.0

50000.0

40000.0

30000.0
Kumulatif Jejeruk

20000.0

10000.0

0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Lampiran Perbaikan Data Hujan Metode Resiprok

CH Bulanan Stasiun Jejeruk

Stasiun (mm/th )
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jumlah
1975 257,6157 553 104 213 256 195 8 25 36 236 153 211 2247,6
1976 51 403,2133 104 213 256 195 8 25 36 236 153 211 1891,2
1977 84 553 359,0452 213 256 195 8 25 36 236 153 211 2329,0
1978 112 553 104 399,9442 256 195 8 25 36 236 153 211 2288,9
1979 227 553 104 213 354,8527 195 8 25 36 236 153 211 2315,8
1980 404 553 104 213 256 151,3845 8 25 36 236 153 211 2350,3
1981 245 553 104 213 256 195 47,9199 25 36 236 153 211 2274
1982 413,3334 553 104 213 256 195 8 14,47451 36 236 153 211 2392,8
1983 329 376,2241 104 213 256 195 8 25 16,57407 236 153 211 2122,7
1984 5 553 440,2335 213 256 195 8 25 36 156,6808 153 211 2251,9
1985 42 553 104 427,8145 256 195 8 25 36 236 321,5683 211 2415,3
1986 51 553 104 213 244,4905 195 8 25 36 236 153 221,5106 2040,0
1987 0 553 104 213 256 163,2817 8 25 36 236 153 211 1958,2
1988 2 553 104 213 256 195 21,9644 25 36 236 153 211 2005,9
1989 323,1745 553 104 213 256 195 8 72,40822 36 236 153 211 2360,5
1990 79 323,1391 104 213 256 195 8 25 19,75313 236 153 211 1822,8
1991 352 553 359,503 213 256 195 8 25 36 109,0348 153 211 2470,5
1992 291 553 104 460,7272 256 195 8 25 36 236 271,9591 211 2647,6
1993 398 553 104 213 268,2956 195 8 25 36 236 153 310,4129 2499,7
1994 380 553 104 213 256 148,6038 8 25 36 236 153 211 2323,6
1995 225 553 104 213 256 195 40,08002 25 36 236 153 211 2247
1996 365 553 104 213 256 195 8 50,37859 36 236 153 211 2380,3
1997 2 553 104 213 256 195 8 25 7,21889 236 153 211 1963,2
1998 0 553 104 213 256 195 8 25 36 204,2929 153 211 1958,2
1999 0 533 104 239 256 195 8 25 36 236 477,3593 211 2320,3
METODE RESIPROK
Kurva Massa Berganda Data Hujan Stasiun Jejeruk Sebelum di Koreksi (Menggunakan Metode Resiprok)

80000

70000

60000

50000

40000 Kumulatif rata2 CH Tahunan


Kumulatif jejeruk
30000

20000

10000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425

Y2-Y1

X2-x1

55879,47 – 8756,82 = 47122,65

66819– 10385,5 = 56433,5

=47122,65/56433,5

= 1,197587609
Lampiran Data Hujan Jejeruk setelah dikoreksi

Data hujan St. Jejeruk setelah dikoreksi


Tahun Jejeruk
1975 2247,62 2691,52
1976 1891,21 2264,73
1977 2329,05 2789,03
1978 2288,94 2741,01
1979 2315,85 2773,23
1980 2350,38 2814,59
1981 2274,92 2724,22
1982 2392,81 2865,39
1983 2122,80 2542,05
1984 2251,91 2696,67
1985 2415,38 2892,42
1986 2040,00 2442,90
1987 1958,28 2345,04
1988 2005,96 2402,14
1989 2360,58 2826,80
1990 1822,89 2182,91
1991 2470,54 2958,47
1992 2647,69 3170,60
1993 2499,71 2993,40
1994 2323,60 2782,52
1995 2247,08 2690,88
1996 2380,38 2850,50
1997 1963,22 2350,95
1998 1958,29 2345,06
1999 2320,36 2778,63
Kurva Massa Berganda Data Hujan Stasiun Jejeruk Setelah di Koreksi (Menggunakan Metode Resiprok)

80000

70000

60000

50000

40000 Kumulatif rata2 CH Tahunan


Kumulatif Jejeruk Koreksi
30000

20000

10000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

You might also like