You are on page 1of 18

I.

Konsep Penyakit Alzheimer

Cara kerja otak:


Otak bekerja sama dengan organ tubuh kita lainnya sehingga tubuh kita bisa bekerja sesuai
perintahnya. Otak dan Sumsum tulang belakang membentuk sistem saraf pusat, kedua sistem ini
bekerja sama untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan tubuh. Saat anda berpikir keras
cerebrum (hemisfer) berfungsi untuk mengingatnya, menganalisa, sehingga muncul ide-ide
kreatif (hemisfer kanan).Untuk logika dan bicara di gunakan hemisfer kiri.Batang otak berfungsi
untuk kebutuhan-kebutuhan dasar dari organ tubuh seperti mengatur denyut jantung, bernapas,
sistem pencernaan, sirkulasi darah dan merasakan kapan kita terbangun maupun tertidur.

Anatomi otak manusia:


1. Batang otak terletak di bagian bawah otak berfungsi untuk sistem kendali tubuh seperti
bernapas, denyut jantung, tidur dan tekanan darah.
2. Serebelum merupakan bagian kedua terbesar yang berfungsi untuk mengkoordinasi
pergerakan otot dan mengontrol keseimbangan.
3. Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang berfungsi untuk berpikir, berbicara,
mengingat, menerima sensor dan pergerakan. serebrum di bagi atas empat bagian yang
masing-masing mempunyai tugas khusus.
4. Frontal lobe terletak di belakang kepala berfungsi untuk berpikir, belajar, emosi dan
pergerakan.
5. Occipital lobe berfungsi untuk memproses objek atau untuk penglihatan.
6. Pariental lobe terletak di bagian atas otak yang berfungsi untuk merasakan sensai pada
tubuh seperti sentuhan, temperatur dan rasa sakit.
7. Temporal lobe berfungsi untuk memproses suara yang masuk dan juga daya ingat.
8. Left hemisphere (hemisfer kiri) atau lebih di kenal dengan otak kiri berfungsi untuk
berhitung, analisa dan bahasa.
9. Right hemisphere (otak kanan) berfungsi untuk menghsilkan pikiran-pikiran.

1.2 Definisi
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak
dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. (Brunner
&,Suddart, 2002 )
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat,
intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi
Kumala Dewi, dkk, 2008)
Penyakit Alzheimer adalah penyakit degenerasi neuron kolinergik yang merusak dan
menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas.

1.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Akan tetapi usia dan riwayat keluarga adalah factor
resiko yang sudah terbukti. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari
degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan
fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif.Adanya defisiensi factor
pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron.
Beberapa factor lain yang menyebabkan Alzheimer :
1. Faktor Genetic
2. Faktor infeksi
3. Faktor Lingkungan
4. Faktor Imunologis
5. Faktor Trauma
6. Faktor Neurotransmitter

1.4 Tanda dan gejala


 Pikun
 Kehilangan ingatan secara progresif
 Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
 Kemunduran hygiene pribadi dan penampilan
 Ketidakmampuan konsentrasi
 Kesulitan progesif dalam berkomunikasi
 Kemunduran fungsi ingatan, bahasa, dan motoric
 Gangguan koordinasi
 Keridakmampuan menulis atau berbicara
 Perubahan kepribadian (gaduh gelisah, mudah marah)
 Bangun di malam hari
 Tidak ada kontak mata
 Rasa panic

1.5 Patofisiologi
Patologi anatomi dari Penyakit Alzheimer meliputi dijumpainya Neurofibrillary Tangles
(NFTs), plak senilis dan atropi serebrokorteks yang sebagian besar mengenai daerah asosiasi
korteks khususnya pada aspek medial dari lobus temporal.Meskipun adanya NFTs dan plak
senilis merupakan karakteristik dari Alzheimer, mereka bukanlah suatu patognomonik.
Sebab, dapat juga ditemukan pada berbagai penyakit neurodegeneratif lainnya yang berbeda
dengan Alzheimer, seperti pada penyakit supranuklear palsy yang progresif dan demensia
pugilistika dan pada proses penuaan normal.
Distribusi NFTs dan plak senilis harus dalam jumlah yang signifikan dan menempati
topograpfik yang khas untuk Alzheimer. NFTs dengan berat molekul yang rendah dan
terdapat hanya di hippokampus, merupakan tanda dari proses penuaan yang normal. Tapi bila
terdapat di daerah medial lobus temporal, meski hanya dalam jumlah yang kecil sudah
merupakan suatu keadaaan yang abnormal.Selain NFTs dan plak senilis, juga masih terdapat
lesi lain yang dapat dijumpai pada Alzheimer yang diduga berperan dalam gangguan kognitif
dan memori, meliputi :
(1) Degenerasi granulovakuolar Shimkowich
(2) Benang-benang neuropil Braak , serta
(3) Degenerasi neuronal dan sinaptik.
Berdasarkan formulasi di atas, tampak bahwa mekanisme patofisiologis yang mendasari
penyakit Alzheimer adalah terputusnya hubungan antar bagian-bagian korteks akibat
hilangnya neuron pyramidal berukuran medium yang berfungsi sebagai penghubung bagian-
bagian tersebut, dan digantikan oleh lesi-lesi degeneratif yang bersifat toksik terhadap sel-sel
neuron terutrama pada daerah hipokampus, korteks dan ganglia basalis. Hilangnya neuron-
neuron yang bersifat kolinergik tersebut, meneyebabkan menurunnya kadar neurotransmitter
asetilkolin di otak. Otak menjadi atropi dengan sulkus yang melebar dan terdapat peluasan
ventrikel-ventrikel serebral.

1.6 PemeriksaanPenunjang
a. CT Scan, MRI, EEG
b. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan, penurunan aliran darah, metabolism O2,
glukosa didaerah serebral.
c. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan deficit kogitif, kedua
pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
d. Uji skala depresi dan fungsi kognitif seperti MMSE (mini-mental State Examination)

1.7 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit Alzheimer diantaranya :
a. Infeksi
b. Malnutrisi
c. Kematian

1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas.Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.Pemberian obat stimulan, vitamin B, C,
dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan. Beberapa pengobatan yang dapat
dilakukan antara lain :

a. Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk
pengobatan simptomatik penyakit Alzheimer, dimana penderita Alzheimer
didapatkan penurunan kadar asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar
asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral seperti
fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini dikatakan dapat
memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung. Beberapa
peneliti mengatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk
penampilan intelektual pada organ normal dan penderita Alzheimer .
b. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita Alzheimer didapatkan
penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzyme yaitu 2 ketoglutarate
(75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada
nucleus basalis. Pemberian thiamin hidrochloryda dengan dosis 3gr/hari selama
tiga bulan peroral, menunjukan perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi
dibandingkan placebo selama periode yang sama.
c. Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat
memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar pada percobaan binatang. Tetapi
pemberian 4000mg pada penderita Alzheimer tidak menunjukan perbaikan klinis
yang bermakna.
d. Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita Alzheimer dapat disebabkan
kerusakan noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres) yang merupakan
noradrenergik alpha 2 reseptor agonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral
selama 4 mg, didapatkan hasil yang kurang memuaskan untuk memperbaiki
fungsi kognitif.

e. Haloperiodol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi,
halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian oral haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4
mgg akan memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita Alzheimer menderita
depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti depressant (aminitryptiline25-100
mg/hari).
f. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrate endogen yang disintesa didalam mitokondria
dengan bantuan enzim ALC transferace.Penelitian ini menunjukan bahwa ALC
dapat meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada
pemberiaan dosis 1-2 gr /hari/oral selama 1 tahun dalam pengobatan,
disimpulakan bahwa dapat memperbaiki atau menghambat progresifitas
kerusakan fungsi kognitif.

1.9 Pathway
1.11 Terapi Komplementer
Aromaterapi banyak digunakan sebagai obat tradisional komplementer dan alternatif.Selama
beberapa dekade terakhir, peneliti terus melakukan penelitian mengenai efek aromaterapi
pada pasien.Aromaterapi sendiri bisa diartikan sebagai penggunaan bau untuk meningkatkan
fisik dan mental manusia menggunakan aroma ekstrak tanaman atau minyak esensial.
Jenis dan manfaat aroma

a. Jasmine

Jasmine bisa menghilangkan aura negatif dan membawa aura positif ke suasana hati
Anda.Selain itu, jasmine memiliki efek sedatif yang bisa membuat pasien tidur lebih lama
dan nyenyak. Ketika pasien banyak istirahat, tubuh akan menjadi lebih berenergi yang
kemudian bisa memicu kesegaran mental.

b. Peppermint

Peppermint bisa meningkatkan performa fisik saat berolahraga.Menurut artikel yang


dipublikasi di International Society of Sports Nutrition, minyak peppermint bisa
meningkatkan performa atletik.Paru-paru atlet bisa menggunakan oksigen lebih efektif dan
kecepatan istirahat jantung pun bisa diturunkan drastis setelah sepuluh hari menggunakan
minyak esensial peppermint.
Di Jepang, pasien Alzheimer ditawarkan aromaterapi sebagai salah satu bentuk terapi.
Pasien diberikan minyak rosemary dan lemon di pagi hari dan lavender dan jeruk di sore
hari.Hasil skor pengujian mereka setelah aromaterapi meningkat secara signifikan.
Interaksi harian pasien pun menjadi lebih masuk akal dan mudah dimengerti.Juga tidak
ada efek samping seperti insomnia atau penurunan berat badan setelah menggunakan
aromaterapi dibandingkan penggunaan obat Alzheimer.

1.12 Kajian Islam


“Allah menciptakanmu, kemudian mewafatkanmu; dan di antara kamu ada yang
dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatu pun yang pernah diketahuinya.Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi
Mahakuasa.” (QS. An

Nahl: 70)

Allah Ta’ala memberitahukan tentang perlakuan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya, dan


Dialah yang telah menciptakan mereka dari tiada, dan setelah itu Dia mematikan mereka.
Ada sebagian dari mereka yang Dia biarkan hidup sampai usia tua, yang berada dalam
keadan lemah, sebagaimana yank difirmankan oleh Allah Ta’ala yang artinya: “Allah, Dialah
yang menciptakanmu dari kadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
keadaan lemah itu menjadi kuat,” dan ayat seterusnya. (QS. Ar-Ruum: 54)

Telah diriwayatkan dari `Ali ra, yang dimaksud dengan ardzalul `umur (umur yang paling
lemah) adalah tujuh puluh lima tahun.Pada umur tersebut kekuatannya melemah, pikun,
buruk hafalan, dan sedikit pengetahuan.

Oleh karena itu, Dia berfirman: likailaa ya’lama ya’lama ba’da ‘ilmin syai-an (“Supaya dia
tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya.”) Maksudnya, setelah
sebelumnya dia mengetahui, menjadi tidak mengetahui lagi sesuatu pun, yakni berupa
kelemahan dan kepikunan. Oleh karena itu, ketika menafsirkan ayat ini, al-Bukhari
meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah pernah berdo’a: “Aku berlindung
kepada-Mu dari sifat kikir, malas, masa tua, umur yang paling lemah, adzab kubur, fitnah
Dajjal, fitnah kehidupan dan fitnah kematian.”

2. Konsep asuhan klien dengan gangguan alzheimer


2.1 Pengkajian

Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem persarafan
meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian
psikososial.

A. identitas klien.

Meliputi nama, umur (lebih sering pasa kelompok usia lanjut, 50% populasi berusia lebih
dari 85 tahun ), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.

B. Keluhan Utama

Sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta bantuan kesehatan adalah
penurunan daya ingat, perubahan kognitif, dan kelumpuhan gerak ekstremitas.

C. Pengkajian psikososiospiritual

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat.Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.Pola persepsi dan
konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan
tidak kooperatif.Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit alzheimer adalah
penurunan kognitif dan penurunan memori (ingatan).

2.1.1 Riwayat Keperawatan


a. Riwayat penyakit sekarang.
Pada anamnesis klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang
baru. Pada beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering
mengalami bertingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar rumah sendiri
tanpa mengatakan pada anggota keluarga yang lain sehingga sangat
meresahkan anak-anaknya yang menjaga klien.
Pada tahap lanjut dari penyakit, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien
menjadi tidak dapat mengatur buang air, tidak dpat mengurus keperluan dasar
sehari-hari, atau mengenali anggota keluarga.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi.
Diabetes melitus, penyakit jantung, penggunaan obat-obatan anti-ansietas
(benzodiazepin), penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu
yang lama, dan riwayat sindrom Down yang pada suatu saat kemudian
menderita penyakit alzheimer pada usia empat puluhan.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyebab penyakit alzheimer ditemukan memilki hubungan genetik yang
jelas.Diperkirakan 10-30% dari klien Alzheimer menunjukkan tipe yang
diwariskan, dan dinyatakan sebagai penyakit alzheimer familiar (FAD).
Pengkajian adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan
diabetes melitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain
yang dapat mempercepatt progresifnya penyakit.

2.1.2 Pemeriksasaan Fisik


a. Keadaan umum
Klien dengan penyakit alzheimer umumnya mengalami penurunan
kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses
senilisme. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital meliputi brakikardi,
hipotensi, dan penurunan frekuensi pernapasan.

B1 (BREATHING)

Gangguan fungsi pernapasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi


makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran napas.

 Inspeksi, didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk


efektif, peningkatan produksi sputum,, sesak napas, dan penggunaan otot
bantu napas.
 Palpasi, traktil premitus seimbang kanan dan kiri.

 Perkusi, adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.

 Auskultasi, bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi


pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.

B2 (BLOOD)

Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.

B3 (BRAIN)

Pengkajian B3(brain) merupakan fokus dan lebih lengkap dibandingkan


pengkajian pada sistem lainnya.

Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.

Pengkajian tingkat kesadaran.Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga


bergantung perubahan status kognitif klien.

Pengkajian fungsi serebal.Status mental:biasanya status mental klien mengalami


perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan
persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek maupun memori jangka
panjang.

Pengkajian saraf kranial.Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf kranial I-


XII.

 Saraf I, biasanya pada klien dengan penyakit alzheimer tidak ada


kelainann dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
 Saraf II, hasil tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai
tingkat usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan
ketajaman penglihatan.

 Saraf III, IV, VI, pada beberapa kasus penyakit alzheimer biasanya tidak
ditemukan adanya kelainan pada nervus ini.

 Saraf V, wajah simetris dan tidak ada kelainan pada nervus ini.

 Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal.

 Saraf VIII, adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan dengan
proses senilis dan penurunan aliran darah regional.

 Saraf IX dan X, didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang


berhubungan dengan perubahan status kognitif.

 Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan tranpezius.

 Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi indra pengecapan normal.

Pengkajian Sitem motorik. Inspeksi umum, pada tahap lanjut, klien akan
mengalami perubahan dan penurunan pada fungsi motorik secara umum.

 Tonus otot didapatkan meningkat.

 Keseimbangan dan koordinasi, didapatkan mengalami gangguan karena adanya


perubahan status kognitif dan ketidakkooperatifan klien dengan metode
pemeriksaan.

Pemeriksaan reflex. Pada tahap lanjut penyakit alzheimer, sering didapatkan


bahwa klien kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri klien
akan berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan
Perubahan persepsi sensori

seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah


satunya ke depan atau ke belakang) dapat menimbulkan sering jatuh.

Pengkajian Sistem sensorik.Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit


alzheimer mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif.
Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang
dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.

B4 (BLADDER)

Pada tahap lanjut, beberapa klien sering mengalami inkontinensia urine, biasanya
berhubungan dengan penurunan status kognitif dari klien Alzheimer.Penurunan
reflekss kandung kemih yang bersifat progresif dan klien mungkin mengalami
inkontinensia urine, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan
postiral.Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten denga teknik steril.

B5 (BOWEL)

Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang


kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif.Karena
penurunan aktivitas umum, klien sering mengalami konstipasi.

B6 (BONE)

Pada tahap lanjut biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas karena
kelemahan umum dan penurunan status kognitif menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adaanyaa gangguan keseimbangan dan
koordinasi dalam melakukan pergerakan disebabkan karena perubahan pada gaya
berjalan dan kaku pada seluruh gerakan akan memberikan risiko pada trauma fisik
bila melakukan aktivitas.

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang


a. CT Scan, MRI, EEG
b. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan, penurunan aliran darah, metabolism O2,
glukosa didaerah serebral.
c. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan deficit kogitif, kedua
pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
d. Uji skala depresi dan fungsi kognitif seperti MMSE (mini-mental State Examination)

2.2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 :ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menelan makanan

2.2.1 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
2.2.2 Batasan Karakteristik
 Kurang minat pada makanan
 Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
 Mengeluh gangguan sensasi rasa
 Menghindari makanan
 Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
 Kurang informasi
2.2.3 Faktor yang berhubungan
ketidakmampuan menelan makanan

Diagnosa 2 :Defisit perawatan diri b.d keterbatasan fisik.


2.2.4 Definisi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berhias untuk diri sendiri, eliminasi, makan sendiri, dan mandi atau aktivitas keperawatan
diri untuk diri sendiri.
2.2.5 Batasan Karakteristik
 Ketidakmampuan mengancingkan pakaian
 Ketidakmampuan mendapatkan pakaian
 Ketidakmampuan melakukan hygiene eleminasi yang tepat
 Ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang air (commode)
 Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukkan ke mulut
 Ketidakmampuan mengunyah makanan
 Ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi
 Ketidakmampuan membasuh tubuh
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Keterbatasan fisik

Diagnosa 3 :hambatan interaksi social b.d gangguan konsep diri, perubahan emosi (cepat
marah, mudah tersinggung,kurang percaya diri)
2.2.7 Definisi
Insufisiensi atau kelebihan kuantitas tau ketidakefektifan kualitas perukaran social.
2.2.8 Batasan karateristik
 Disfungsi interaksi dengan orang lain
 Laporan keluarga tentang perubahan interaksi (mis.,gaya,pola)
 Penggunaan perilaku interaksi social yang tidak efektif
2.2.9 Faktor yang berhubungan
Gangguan proses pikir

2.3.Perencanaan
Diagnosa 1 :ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menelan makanan
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria):
Tujuan :Dalam waktu 2×24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional

INTERVENSI (NIC) RASIONAL


 Evaluasi kemampuan makan klien  Klien mengalami kesulitan dalam
 Observasi/timbang berat badan jika mempertahankan berat badan
memungkinkan mereka. Mulut mereka kering akibat
 Manajemen mencapai kemampuan obat-obatan dan mengalami kesulitan
menelan mengunyah dan menelan. Klien
berisiko terjadi aspirasi akibat
penurunan reflex batuk
 Tanda kehilangan berat badan (7-
10%) dan kekurangan intake nutrisi
menunjang terjadinya masalah
tatabolisme, kandungan glikogen
dalam otot, dan kepekaan terhadap
pemasangan ventilator.
 Meningkatkan kemampuan klien
dalam menelan dan dapat membantu
pemenuhan nutrisi klien via oral.
Tujuan lain adalah mencegah
terjadinya kelelahan, memudahkan
msuknya makanan, dan mencegah
gangguan pada lambung.

Diagnosa 2 : Defisit perawatan diri b.d keterbatasan fisik.


2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria):
Tujuan :Dalam waktu 2×24 jam terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan
perawatan diri.
Kriteria hasil :
 Mampu melakukan tugas fisik yang paling mendasar dan aktivitas perawatan
pribadi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
 Mampu untuk mengenakan pakaian dan berhias sendiri secara mandiri atau tanpa
alat bantu
 Perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) mampu untuk melakukan
aktivitas perawatan fisik dan pribadi atau dengan alat bantu.
 Perawatan diri : makan: kemampuan untuk menyiapkan dan memakan makanan
dan cairan secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
 Perawatan diri mandi : mampu untuk membersihkan tubuh sendiri secara mandiri
dengan atau tanpa alat bantu
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional
INTERVENSI (NIC) RASIONAL
 Kaji kemampuan dan tingkat  Membantu dalam mengantisipasi
penurunan dalam melakukan dan merencanakan pertemuan
ADL kebutuhan individual
 Hindari apa yang tidak dapat  Klien dalam keadaan cemas dan hal
dilakukann klien dan bantu bila ini dilakukan untuk mencegah
perlu frustasi dan harga diri klien
 Ajarkan dan dukung klien selama  Dukungan pada klien selama
aktivitas aktivitas kehidupan sehari-hari dapat
 Rencanakan tindakan untuk meningkatkan perawatan diri
deficit motoric seperti tempatkan  Klien akan mampu melakukan
makanan dan peralatan di dekat aktivitas sendiri untuk memenuhi
klien agar mampu sendiri perawatan dirinya
mengambilnya

Diagnosa 3 :hambatan interaksi social b.d gangguan konsep diri, perubahan emosi (cepat marah,
mudah tersinggung,kurang percaya diri)

2.3.5 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria):


Tujuan :dalam waktu 2x24 jam terjadi peningkatan dalam perilaku berkomunikasi yang
efektif sesuai dengan kondisi dan keadaan klien.
Kriteria hasil :
 Komunikasi : penerimaan, intrepretasi dan ekspresi pesan lisan, tulisan, dan
nonverbal meningkat
 Komunikasi ekspresif (kesulitan berbicara) : ekspresi pesan verbal atau nonverbal
yang bermakna
 Mampu mengkomunikasikan kebutuhan dengan lingkungan sosial
2.3.6 Intervensi keperawatan dan rasional
INTERVENSI (NIC) RASIONAL
 Kaji kemampuan klien untuk  Gangguan bicara ada pada
berkomunikasi banyak klien yang mengalami
 Anjurkan keluarga/orang lain penyakit Alzheimer. Bicara
yang dekat dengan klien untuk mereka yang lemah, monoton,
berbicara dengan klien harus menuntun kesadaran
memberikan informasi tentang berupaya untuk bicara dengan
keluarganya dan keadaan yang lambat, dengan penekanan
sedang terjadi. perhatian pada apa yang mereka
 Buatlah catatan di kantor katakana.
perawatan tentang keadaan klien  Keluarga dapat merasakan akrab
yang tidak dapat berbicara dengan klien berada dekat klien
 Kolaborasi dengan ahli wicara selama berbicara, dengan
bahasa pengalaman ini dapat
membantu/mempertahankan
kontak nyata seperti merasakan
kehadiran anggota keluarga yang
dapat mengurangi perasaan
kaku.
 Mengingatkan staf perawatan
untuk berespons dengan klien
selama memberikan perawatan
 Ahli terapi wicara-bahasa dapat
membantu dalam membentuk
peningkatan latihan percakapan
dan membantu petugas
kesehatan untuk
mengembangkan metode
komunikasi untuk memenuhi
kebutuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Kowalak, dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Syaifuddin.2009. Fisiologi Tubuh Manusia edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Penerbit Mediaction
Jogja
Robinson, Joan M & Saputra, Lyndon. 2014. Buku Ajar Visual Nursing (Medikal-Bedah).
Tangerang Selatan :Binarupa Aksara Publisher

You might also like