You are on page 1of 8
PERTANAMAN LORONG (4LLEY CROPPING) LEGUMINOSA DENGAN RUMPUT PAKAN TERNAK: PENGARUH JENIS RUMPUT DAN JARAK LARIKAN GLIRISIDIA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN PAKAN Sim YOHAENI, N.P. SURATAANL N.D. PURWANTARL,T. MANURUNG, dan E, SUTEDI Balai Peneiian Ternak P.0.Box 221, Bogor 16002, Indonesia (Diterina dewan redaksi 7 Februti 1997) ABSTRACT ‘Yoram, 8, NP. SuRATuan, ND. PURWANTARL T. MANURUNG, and E.SUTEDI. 1997. Alley cropping of legumes with grsses as forges: Effect of diferent grass species and row spacing of glireida on the growth and bhomass production of forages Jurmal Im Ternak dan Verner 2 (3). 242.249, A study to evaluate the effect of different grass species and row spacing of glrcdia (Gliricidia sepium) on the growth and biomass production of forages in an alley cropping eystem was conducted in two different agrctimatical zones Le. Bogor, located at $00 m as ‘vith en average annual rainfall of 3,112 mm/year and Sukabunn locsted at 900 ma. with an average annul rainfall of 1402 mamyear. Both locations have low N, P, and K content snd the soil i classified as acidic. The experimental design used was a split plot design with 3 replicates. The main plots were different grass species Le. king grass (Pennisetum purpurewn x P. typholdes) and elephant gras (P. ‘Durpureum), The sub plots were the row spacing of gicida at 2,3, 4,6 m (I hedgerows) and 4 m (2 hedgerows). The results indicated that the growth and biomass production of grascs were signiicandy affeced (P<0.05) by the treatments in Bogor. The highest biomass productions was obiinedffom the 2m ow spacing which gave the highest ry matter preducton of grases (165 kg/il and gliricidia (0.086 Kg/uee) In Sukaburi the growth and biomass production of grasses and glircidia were also significantly affected by the treatments. The Iighest dry matter production was obtained with 2 m row spacing (dry mater of grasses and glincidia were 1.12 kg/hill and 0.026 kg/tee, respectively). The result further indicated that biomass production of forages increased with the increase in lr {copping system wich is suitable for Bogor was the 2 m row spacing of pliriciia intreropped with either king ‘Sukabumi 2 and 4 m @ rows of sliriidia) row spacing intereropped with king or elephant grass. Keywords: Alley cropping, grasses, legumes, row spacing ABSTRAK ‘Yuuanny, S., NP. SuRATIIN, ND. PURWANTARL, T: MANURUNG, dan E. Sure. 1997, Pertanamn lrong (alle cropping) leguminosa dengan rumput pakan teak = Pengaru jnisrumput dan jeraklarikan gsi tehadap perturbuhan dan preduks ijuan pakan.Jural mu Termak ddan Vetriner 2 (8): 242-28. ‘Satu penelitan untuk mengevaluas!pengarsh jis rumput dan jarak antar Tarkan leguninoseglrsidia (Glriidia sep) trhadap pertambuban dan produksi hjauan pekan dalam sistem pertanaman lrong, tela dilakskan di dua lokasi yang berbedaaprotlimat (Bogor dan Sukabumi) Ketinggian tempat di Bogor 300 m dp. curah hujan 3.112 maviahun dan di Sukabum ketinggian tempat 900 m dp. curah hyjan 1402 maviahon. Kedualokast mem kesuburan tanah (landungan NP, K) yang rendah seria tanah bersifatasam. Rancengan pereobasn yang digunakan adalah petak terpisah dengan 3 ulangan (peta wtama = jenisrumput; anak petak = jrak antalarikanglinsidia} {Lane petak 30 m’. Jens rurput yang digunakan adalah rurmput raja (Pennisetum purpurewm x P.yphoides) dan rumputgajah (P.purpureum) Jarak antarlarban glirsidiayaitu 2, 3,4, 6 m (masing-masing dalam | Tarkan gisidia) dan 4 m (2 larkan gli ‘Bogor menunjukkan bahwa perturmbuhan dan produksi rumput dipengaruhisecara nyata (PcO,0S) oleh perak sntrlackan glirisiis.Produksitertingg dicapa oleh pelakuan jarakanararkan 2 m (Dahan kerin rumput = 1,65 kyrumpun;bahan keriag linda = 0,086 k/pohon). Di Sukabumi,perakuan jenis rumpat dan jarak antariarkan glinsidia berpengaruh nyata(P<0,05) terhadap Pertumbuhan dan produksi hjauan (bik rumput maupun glrsidia). Produk tetinggi icapei pada jarak 2m (bahan kering rumput = 1,12 kegrumpun; bahsn Kering glisiia = 0026 kp/pahon). Tampakays produktvtas hjauan meningkat bila populasiglirsidia per satan luas [ebih banyak. Sistem pertanaman lorong yang cocok untuk lokasi Bogor adalah rumput raj/rurmputgajah dengan jarakantarlrkan girisiia 2 ‘(I Taikan glirisidia). Untuk Sukabur: rumput gajvrumput raja dengan jerak antrarkan 2m (I Tarkan glirisiia) atau jrak 4 m (2 Tarkan girs. Kata kunel: Pertanaman lorong rump, leguinosa, jerk larikan PENDAHULUAN Pakan hijauan berupa rumput dan leguminosa masih perlu dikembangkan, karena kedua jenis tanaman ini merupakan komponen penunjang utama bagi per- 242 tumbuhan dan produksi temak ruminansia secara berkesinambungan (HUMPHREYS, 1991). ‘Terbatasnya lahan yang berpotensi untuk pe- ‘nanaman hijauan pakan, menjadikan perhatian beralih ike daerah lain yang memungkinkan, misalnya Iahan Jurel Inu Ternak dan Veterner Vol 2 No.4 Th 1997 telantar. Lahan telantar pada umumnya merupakan daerah kering, tidak subur dan sering memiliki kemi- ringan yang terjal, sehingga erosi tanah merupakan masalah utama (GARRITY dan SAJISE, 1991), Perta- naman lorong (alley cropping) merupakan salah satu strategi dalam pengendalian erosi (PANINGBATAN, 1990; RACHMAN, 1993; HARYATI et al, 1993), Metode Iain adalah stripllane cropping (BEETS, 1982) atau sis- tem tiga strata (NITIS et al, 1990), Menurut REYNOLDS dan ADEOYE (1986) sistem pertanaman lorong dengan Jeguminosa semak atau pohon bermanfaat sebagai sumber hijauan pakan temak dalam sistem potong angkut (cut and carry). Sistem ini juga dapat mengurangi erosi tanah dan aliran air permukaan (KABEERATHUMMA ef al., 1985; LAL, 1989¢;, ALAM et al., 1993), memperbaiki infitrasi air dan mempertahan- Kan Kelembaban tanah (LAL, 19894; LAL, 1989), ‘memperbaiki struktur tanah (LAL, 19894; HULUGALLE dan KANG, 1990), menambah baban organik tanah (AHN, 1970), dapat _menghambat penyebaran gulma (YAMOAH ef al., 1986; JAMA ef al, 1991) dan dapat ‘menambah hasil tanaman pokok (AKONDE etal, 1996). Pertanaman lorong jenis leguminosa semak sudah ‘banyak dimanfaatkan untuk tanaman pangaw/kehutan- an, KON ef al. (1990) melaporkan bahwa di Malaysia, tanaman jagung dan kacang-Kacangan akan lebih baik hasilnya apabila ditanam di antara tanaman glitisidia, kealiandra dan albizia. Jarak yang paling optimal untuk Ketiga leguminosa ini adalah 4 m dalam 2 larikan. Di Filipina, dari ketiga jenis leguminosa (Desmodium rensonii, Desmanthus virgatus dan Flemingia macro- hylla) yang dicoba ditanam di antara padi, ternyata F. ‘macrophylla member hasil yang terbaik terhadap tinggi ‘tanaman dan jumlah bulir padi. Jarak yang digunakan dalam penelitian ini adalah § m dalam 2 larikan leguminosa (LaBi0s er al, 1994). Hasil percobaan DARIAH et al. (1991) di Indonesia menyimpulkan ‘bahwa jarak dan jumlah baris tanaman alley F. ‘congesia yang dianjurkan untuk tanah Heplorthox di Citayam (Bogor, Jawa Barat) dengan kemiringan + 12% adalah 6 m dan 2 baris tanam, Jarak tanam yang biasa digunakan dalam per- tanaman lorong dengan glirisidia adalah 4-10 m di antaralarikan glirisiia dan 10.50 cm di dalam larikan- nya (WiersuM dan Nivis, 1992; BENNISON dan PATERSON, 1993), Informasi tentang jarak optimum dalam budidaya Jorong glirisidia khusus dengan rumpuat pakan temak masih belum lengkap, padahal teknologi ini sangat dliperlukan, terutama bagi pengusaha/petemak yang ‘bermaksud menanam rumput dan leguminosa secara benar di lhan krtis/erlantar. Dalam penelitian ini diamati kinerja rumput pakan ‘emak yang ditanam di antara tanaman glirisidia dalam berbagai jarak tanam, agar diperoleh has hijavan yang optimal, serta dapet membantu konservasi tanah dan air di lingkungan sekitarnya, MATERI DAN METODE Penelitan dilakukan di dua tokasi yang berbeda agroklimat yaitu, di daerah Bogor (Kebun Percobaan Balituak Ciawi)'dan Sukabumi (Tanah Pemda, Desa Keraangsana, Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi). Kedua lokasi memiliki kesuburan tanah (landungan N, P, K) yang rendah serta pH tanah bersfat sam. Ketinggian tempat di Bogor 500 m dari permuksan laut, dengan curah hujan 3.112 mnvtahun, sedangkan di Sukabumi Ketinggian tempatnya + 900 m ari_permukaan laut, dengan curah jan 1.402 mmfahun, Penelitian dilaksanakan mulai Juli 1994 sampti Maret 1996, Distribusicurah hujan dapat dilihat peda Gambar 1 Bogor “+ Sukabumi TASONDIFMAMIIASONDIFM 1994 ~ 1996 Gambar 1. Distibusi curah huyjan di Bogor dan Sukabumi (Juli 1994 - Maret 1996) Dalam sistem pertanaman lorong ini digunakan eguminosa glirisidia (Gliricidia sepium) dengan dua jenis rumput pakan ternak, yaitu king grass atau rumput raja (Pennisetum purpureum x P. ‘yphoides) dan rumput gajah (P. purpureum cv. Hawai). Rancangan yang digunakan adalah Acak Petak Terpisah dengan 3 ‘ulangan (Gomez dan Gomez, 1976). PPerlakuan petak utama adalah jenis rumput : Ri =rumput raja 2 =rumput gajah Perlakuan anak petak adalah jarak antarlarikan slirisidia: G1 = 2(1) ~ jarak 2 m dalam 1 larikan G2 = 3(1) = jarak 3 m dalam 1 larikan G: G5~6(1) ~jrak 6 m dalam 1 larkan 243, ‘St YunAwt et: Pertanaman Lorong (Alley Cropping) Leguminosa dengan Rumput Patan Ternak Luas petak 30 m?,jarak tanam rumput 1_m x 0,5 m, jarak antara rumput dengan gliisdia 0,75 m, jrak tanam_gliisidia dalam lerikan 1m, jarak ‘anam stlirisidia antar Iarikan = sesuai perlakuan di atas, Bibit lirisidia berasal dari bij, sebelum ditanam di lapangan disemaikan dulu di dalam polybag (kantong plastik) selama 5 bulan. Penanaman glirsidia dilakukan pada bulan Desember 1994 bersamaan dengan penanaman rumput, Bibit rumput berasal dari stek batang (untuk rumput raja) dan sobekan rumpun (untuk rumput gajah), Pupuk dasar yang digunakan adalah 3 ton/ha Pupuk kandang dan pupuk Urea, TSP, KCI masing- ‘masing 100 kg/ha. Setiap 3 bulan diberikan pupuk Urea sebanyak 50 kg/ha Peubah yang diukur adalah pertumbuban tanaman Gumlah anakan rumput dan tinggi tanaman) dan produksi hijauan (bahan segar seta bahan_kering rumput dan glrsidia). Cara pengukuran dengan metode sampling (25% untuk ramput dan 50% untuk glirisidia deri populasi tanaman per Tuas petak). Pengukuren bahan ering dilakukan dengan pengeringan bahan segar di dalam oven selama 3 hari pada suhu 70°C. Panen pertama (pemerataan tanaman) untuk rumput dilaksana-kan bulan Maret 1995, sedangkan gliisidia bulan Agustus 1995, Selanjutnya, interval potong rumputsetiap 6 minggu dan glirisiia 3 bulan, sehingga selama percobean berlangsung pemotongan rumput dilakukan sebanyak 9 kali dan gliisiia 3 kali (panen pertama tidak diperhitungkan dalam analiss statistik). Dalam analisis statistik, Kedua lokasi penelitian ianaliss tersendit HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini digunakan dua lokasi pene- litian yang berbeda kondisi agroklimatnya, maksudnya luntuk” mengetahui respons tanaman pada masing- masing daerah, sehingga diharapkan dapat memudah- kan penenty kebijakan dalam mengaplikasikan basil ppenelitian di lapangan nanti. Menurut HUMPHREYS (1991), produksi biomassa hijauan pakan teak sangst dipengaruhi oleh cara menanamaya, baik sistem tanam ‘maupun pola tanamnya. Produksi biomassa leguminosa ddan pengarubnya terhadap tanaman lain yang ditanam secarapertanaman lorong, sangat tergantung kepada kondisi Iahan dan agroklimat setempat seria kompati- bilitaskeduajenis taraman. Pengaruh perlakuan ‘erhadap pertumbuhan dan produksi hijauan dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2 ddan Tabel 3. Pertumbuban tanaman Hasil_percobaanmenunjukkan behwa peubah Jjumlah anakan dan tinggi tanaman rumput dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh perlakuan jenis rumput dan Jarak antarlarikan glirisidia. Baik 4i Bogor maupun di ‘Sukabumi ada interaksi antara jenis rumput (raja dan, jah) dengan jarak antarlarikan glirisiia, Pada Tabel 1 tampak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan (aik di Bogor maupun di Sukabumi) Di Bogor jumlah anakan per rumpun yang tertinggi dicapai oleh perlakuan Gl (14,75) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan G4 (14,24), sedangkan di Sukabumi yang tertinggi diperoleh dari perlakuan G1 (63,64), Rataan jumlah anakan masing-masing rumput (rumput raja dan umput gajah) pada berbagai jarak antar_larikan slirisidia dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar tersebut tampak jumlah anakan rumput raja lebih ‘banyak daripada rumput gajah baik di Bogor maupun di Sukabumi. Tampaknya di Sukabumi jumlah anakan rumput lebih banyak daripada di Bogor. Hal ini bisa ‘erjadi Karena lingkungan berbeda (selain curah hujan ddan ketinggian tempat yang berbeda juga kondisi tanah berbedda, di Sukabumi tanahnya berbatu dan kemiringan hhampir 45%, sedangkan di Bogor tanah data) ‘abel. Pengo prakun testa ting tanaman dn jursh akan rump pr ramp (Bogor dan kab) Fatakuan Tagg inane oo) Toni alan je Bogor Sokabu Bows Subud Tak ana afan Gi=. 2m(1 larikan) 153,2° 32" 14,75" 63,64" GoaJack 3 mata) 23 soa 13? 5300" (G3 = jarak 4 m (I larikan) 123,86 97,08 12,30 $2.03, G4 = jarak 4m (2 larikan) 144,7* 1067" 14244 53,94” (G5 jus 6m ( aka) aot sae tot ee Jenisrumput, Ri = rumput raja 1454" 107,70 15,sa* 8465" R2rumput gah ine Es ae aise Kernen: ili dengan supershrp yang berbeds pada Kolom yang sara untuk stip prakan menunjakka prtesfaan yang nya (POS) 244

You might also like