You are on page 1of 19

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA

SABUN PADAT TRANSPARAN

I. TUJUAN
Mahasiswa mengetahui bagaimana cara membuat sabun padat transparan,
bahan apa saja yang dapat digunakan untuk memformulasikan sediaannya.

II. MANFAAT
1. Menjaga dan mempertahankan kesehatan kulit.
2. Mencegah kulit menjadi kusam, layu dan keriput.
3. Menjaga kelembaban, kekenyalan dan kehalusan kulit, menstabilkan pH
kulit serta membantu regenerasi sel kulit.
4. Mencegah timbulnya jerawat.
5. Dapat membunuh bakteri dan jamur.
6. Aman digunakan oleh semua umur (untuk bayi, remaja, dewasa atau bagi
usia lanjut).
7. Dapat digunakan setiap hari sebagai sabun mandi yang aman untuk kulit.

III. DASAR TEORI

1. Pengertian

Sabun yang berasal dari bahasa India/Hindi adalah surfaktan yang


digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk
padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya.
Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik.
Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel
dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen
sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Sabun transparan adalah salah satu jenis sabun unik yang digunakan untuk
wajah dan badan. Sabun kecantikan jenis ini memiliki kelebihan dalam hal
penampilannya yang transparan atau tembus cahaya sehingga menarik mata
pelanggan. Bahan dasar pembuatan sabun transparan adalah minyak atau lemak.
Minyak lemak yang digunakan untuk membuat sabun transparan memiliki rantai
karbon yang tidak terlalu panjang, secara umum dibawah 18. Bahan minyak untuk
membuat sabun transparan yang paling sering dijumpai adalah minyak kelapa. Saat
ini minyak kelapa sering diekstrak dari butir kelapa sehingga didapatkan VCO atau
Virgin Coconut Oil.

2. Proses Pembuatan Sabun

Pembuatan sabun sudah dikenal sejak 2000 tahun yang, sampai saat ini
prinsip pembuatannya belum berubah. Banyak sabun merupakan campuran garam
natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak
dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada
suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak
akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara
tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran
tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan,
seperti minyak zaitun.

Reaksi dasar pembuatan sabun adalah saponifikasi yaitu :


3NaOH + ( C17H35COO) 3C3H5 ) ----> 3C17H35COONa + C3H5(OH)3
SODA + GLYCERYL STEARAT ----> SOD. STEARAT + GLYCERIN
Atau reaksi :
C17H35COOH + NaOH --------> C17H35COONa + H2O
STEARIC ACID + SODA ----> SODA STEARAT + AIR

3. Persyaratan Sabun Transparan

Untuk mendapatkan sabun yang translusen, jernih, bening dari pada sabun
yang buram atau opaque perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut.
Sabun yang didinginkan secara cepat kurang opaque (buram) dari pada yang
didinginkan secara lambat. Untuk mendapatkan bentuk yang transparan sabun
harus didinginkan dengan cepat. Faktor lain yang mempengaruhi transparansi
sabun adalah kandungan alkohol, gula, dan glyserin dalam sabun.
Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling essensial
adalah kualitas gula, alkohol dan glyserin. Oleh karena itu pemilihan material
mempertimbangkan dengan warna dan kemurniannya. Parfum berperan penting
dalam warna sabun seperti adanya tincture, balsam dan infusi yang digunakan agar
sabun menjadi wangi, adanya bahan tersebut dapat menjadikan spotting (bintik
hitam). Apabila sabun sengaja diberi pewarna, dipilih pewarna yang tahan alkali.
Air distilasi adalah air terbaik untuk sabun transparan. Glyserin dipilih yang murni.
Alkohol terbaik adalah yang memiliki prosentasi tertinggi. Untuk minyak dan
lemak digunakan yang asam lemak bebas rendah dan warna yang baik.
Untuk memperoleh transparansi sabun berikut ini adalah metode yang
umum digunakan :
1) Transparan karena gula.
2) Transparan karena glyserin dan alkohol.
3) Dimana 1 dan 2 digabung dengan menggunakan minyak castor.
4) Transparansi karena asam lemak dalam sabun dan seberapa kali sabun
dimill.
Mengenai pH, diketahui sabun transparan komersial memiliki pH 9,34.
Dalam formulasi sabun transaparan, pH terkait jumlah penggunan basa yang
menentukan jumlah penambahan etanol. Semakin banyak basa yang digunakan,
akan semakin sedikit etanol yang dapat ditambahkan sehingga pH tetap tinggi.
Sementara untuk jumlah busa sebenarnya tidak berkaitan dengan efek
pembersih dari sabun itu sendiri, tetapi jumlah busa yang cukup mempermudah
proses penyebaran sabun di permukaan tubuh. Salah satu langkah yang dilakukan
adalah dengan melakukan variasi pada konsentrasi ”asam stearat”. Dalam
pembuatan sabun asam stearat berfungsi untuk mengeraskan sabun, penggunaan
yang terlalu banyak menyebabkan sabun kurang berbusa dan penggunaan yang
terlalu sedikit menyebabkan sabun tidak keras.

4. Komponen Sabun Transparan

A. Kandungan Utama.
1) Minyak pendukung.
Berbagai macam minyak yang secara relatif sering digunakan untuk
membuat sabun, minyak zaitun, kelapa, kastor dan sawit. Lemak ( yang sudah
diproses ) sering sendiri atau bersama digunakan dengan minyak itu. Minyak yang
berlebihan dalam sabun transparan akan menyebabkan sabun seperti berkabut.
 Minyak zaitun
Sangat lunak, sangat cocok untuk pemakai dengan kulit yang sensitif. Sabun
yang dibuat dari minyak zaitun, air dan sodium dinamakan sabun “castile”. Busa
banyak dan sangat halus.
 Minyak sawit
Sering dipakai untuk membuat sabun juga, beberapa pemakai ada yang
alergi dengan minyak sawit. Bagi pemakai yang memiliki kulit sensitif hindarkan
penggunaan sabun dari minyak sawit. Membuat sabun menjadi keras dibanding
minyak kelapa dan zaitun.
 Minyak Kelapa
Bagi pemakai yang sensitif dapat menyebabkan kulit ruam dan gatal dan
suatu saat muncul reaksi yang sangat hebat. Tetapi sebenarnya yang menyebabkan
pemakai alergi adalah reaksi minyak wangi dan minyak kelapanya atau lebih
cenderung pemakai tidak tahan fragrantnya (minyak wangi sintetis). Sabun dengan
minyak kelapa busanya sangat banyak dan besar - besar.
 Minyak Castor
Mengandung bahan yang kaya vitamin, pelembab dan merupakan bahan
minyak yang mendukung untuk transparansi sabun. Sabun dengan minyak kastor
menambah sifat plastis.

2) Sodium Hidroksida.
Sabun terbuat dari sodium hidroksida dimana sangat kaustik, sampai
selesainya reaksi dengan minyak kemudian menjadi sabun dikenal dengan nama
reaksi saponifikasi. Sodium harus terurai sempurna dalam proses saponifikasi
minyak, oleh karena itu tidak akan ada bahan kaustik yang tertinggal dalam sabun.
Agar produk sabun sempurna maka sabun harus di-curing dan rebatching sebelum
penambahan emollien, moisturizer dan minyak essensial. “Fully Curing” berarti
sodium hidroksida benar benar terurai sempurna selama proses saponifikasi dan
tidak bereaksi dengan emollien, moisturizer dan minyak essensial. “Rebatching”
berarti sabun base diparut, dilelehkan kemudian ditambah bahan lainnya,
selanjutnya dimasukkan dalam cetakkan.
3) Alkohol
Adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun, agar sabun menjadi
bening atau transparan. Untuk terjadi transparansi sabun harus benar larut. Alkohol
dengan level yang tinggi dan kandungan air yang rendah menghasilkan produk
sabun yang lebih jernih.
4) Glyserin.
Digunakan sebagai humectan (penjaga kelembaban kulit) dan sampai saat
ini digunakan secara meluas oleh pembuat sabun. Apabila didehidrasi dan
dideodorisasi, glyserin menjadi cairan tak berwarna dan tak berbau. Glyserin
kurang menentukan kejernihan sabun, rasanya manis membakar.
5) Gula.
Bersifat humectan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih
warna gula akan semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak
gula, produk sabun menjadi lengket, pada permukaan sabun keluar gelembung kecil
– kecil. Penggunaan gula sebagai penjernih sabun harus memperhatikan reaksi yang
terjadi. Beberapa reaksi yang dapat menyebabkan gula menjadi tidak jernih adalah:
 Karamelisasi, pemanasan gula sampai suhu tinggi.
 Reaksi Maillard, reaksi antara gula, asam amino dan panas.
 Reaksi dengan vitamin C.
Ketiga reaksi diatas akan merubah sabun menjadi agak coklat hal tersebut
dapat diatasi dengan penambahan bahan squesteran.
6) Stearic Acid.
Membantu untuk mengeraskan sabun, khususnya minyak dari tumbuhan
yang digunakan. Penggunaannya dengan mencairkan dahulu dalam minyak
kemudian dicampur sodium hidroksida untuk saponifikasi. Penggunaan terlalu
banyak menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak keras
7) Pewarna.
Berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Bahan warna yang aman
digunakan untuk sabun adalah pewarna makanan, minuman dan kosmetik yang
pada umumnya tidak tahan pada kondisi alkali. Untuk lebih amannya bahan
pewarna yang digunakan adalah bahan pewarna untuk makanan.
8) Pewangi
Berfungsi untuk memberikan bau yang sedap pada sabun. Sabun tanpa
pewangi dan pewarna digunakan untuk merawat wajah.

B. Kandungan Tambahan
1) Humectan
Digunakan untuk merawat kulit agar tetap terlihat muda yang mana sangat
erat hubungannya dengan kelembutan kulit. Bahan yang biasa digunakan adalah:
 Glyserin
 Propilenglykol
 Sorbitol
2) Ultra Violet Absorbent
Digunakan untuk menyerap cahaya Ultra Violet seluruh panjang gelombang
dari 290–400 nm untuk mencegah dari kerusakan kulit termasuk erythem kulit,
sunburn, suntan dan penuaan dini. Bahan yang biasa digunakan adalah :
 Derivatif benzofenon
 Derivatif para amino asam benzoat
 Derivatif asam salisilat
3) Anti Oksidan.
Sebab sabun tersusun dari asam lemak, minyak, lilin senyawa itu
mengandung ikatan tidak jenuh, dengan menganggap bahwa bahan yang tidak
jenuh akan mudah teroksidasi. Reaksi tersebut ditandai dengan keluarnya bau
tengik pada sabun atau sabun menjadi irritan ke kulit. Untuk menjaga kualitas dari
reaksi oksidasi diperlukan bahan anti oksidan. Bahan yang biasa digunakan adalah:
 Tokoferol
 BHT (dibutil hydroxytoluen)
 BHA (butil hydroxyanisol )
 Ester asam gallat
 NDGA (Nordihydroxyquaiaretic acid)
4) Agen Sequestering
Apabila logam tercampur dalam bahan sabun atau kosmetik langsung atau
tidak langsung akan merendahkan kualitasnya. Ion logam dapat merubah bau,
warna dan meningkatkan oksidasi bahan mentah yang berasal dari minyak.
Selanjutnya dapat menghambat aksi farmasi (pengobatan) dan menyebabkan
hilangnya penampilan, fungsi dan essensinya. Pada sabun transparan akan
menyebabkan hilangnya transparansinya. Senyawa yang dapat membuat pasif ion
logam tersebut adalah agen sequesteran. Bahan yang biasa digunakan adalah:
 EDTA (sering dipakai).
 Asam Phosporat.
 Asam Sitrat.
 Asam Askorbat.
 Asam Suksinat.
 Asam Glukonat.
IV. PRA FORMULASI

1) Acidum Stearicum (Asam Stearat)


Asam Sitrat adalah campuran asam organic padat yang diperoleh dari lemak,
sebagian besar terdiri dari asam oktadekonat, C18H36O2 dan asam heksadekonat,
C16H32O2.
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau
kuning pucat; mirip lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%) P,
dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
Kegunaan : Membantu untuk mengeraskan sabun.
2) Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil)
Pemerian : Cairan jernih; kuning pucat; bau khas
Kegunaan : Sebagai bahan dasar (basis) dari pembuatan sabun.
3) Oleum Ricini (Minyak Jarak)
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji
Ricinus communis L. yang telah dikupas.
Pemerian : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hamper tidak berbau, bau lemah;
rasa manis kemusian agak pedas, umumnya memualkan.
Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (95%) P; mudah larut dalam etanol
mutlak P dan dalam asam asetat glacial P.
Kegunaan : Menambah sifat plastis dan mendukung untuk transparansi sabun.
4) Natrii Hydroxydum (NaOH)
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering, keras, rapuh
dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah, sangat alkalis dan
korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutsn : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.
Kegunaan : Sebagai bahan dasar (basis) dari pembuatan sabun.
5) Glycerolum (Gliserin)
CH2OHCHOH CH2OH
Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarnna; tidak berbau; manis
diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada shuh rendah
dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur
hingga suhu mencapai lebih kurang 20.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%) P; praktis tidak
larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak lemak.
Kegunaan : Sebagai humectan (penjaga kelembaban kulit).
6) Prophylenglycolum (Propilenglikol)
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa agak manis;
higroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform
P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan
dengan minyak tanah.
Kegunaan : Sebagai humectan (penjaga kelembaban kulit).
7) Aethanolum
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak;
bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter P.
Kegunaan : Untuk melarutkan sabun, agar sabun menjadi bening atau transparan.
8) Sukrosa (Gula)
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau massa hablur atau serbuk warna putih; tidak
berbau; rasa manis.
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian etanol (95%) P.
Kegunaan : Sebagai humectan (penjaga kelembaban kulit) dan membantu
pembentukan busa sabun.
9) Cocamidopropyl Betaine (Betain)
Kegunaan : Merupakan surfaktan yang berfungsi untuk menghasilkan busa.
10) Acidum Citricum (Asam Sitrat)
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih; tidak berbau; rasa sangat asam;
agak higroskopik, merapuh dalam udara kering dan panas.
Kelarutan : Larut dalm kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol (95%)
P; sukar larut dalam eter P
Kegunaan : Merupakan Sequestering agent dan sebagai pengangkat lemak.

V. FORMULA

BAHAN KOMPOSISI DALAM FORMULA (%)

Asam Stearat 7
Minyak kelapa sawit 12
Oleum ricini 4
NaOH 30% 11
Gliserin 7
Propilenglikol 7
Etanol 16
Sukrosa 14
Betain 7,5
Asam sitrat 25% 7
Aquadest Ad 100
Pembuatan dalam 500 gram
Perhitungan :
Asam stearat = 7/100 x 500 = 35 gram
Minyak kelapa sawit = 12/100 x 500 = 60 gram
Oleum ricini = 4/100 x 500 = 20 gram
NaOH 30% = 11/100 x 500 = 55 gram
Gliserin = 7/100 x 500 = 35 gram
Propilenglikol = 7/100 x 500 = 35 gram
Etanol = 16/100 x 500 = 80 gram
Sukrosa = 14/100 x 500 = 70 gram
Betain = 7,5/100 x 500 = 37,5 gram
Asam Sitrat 25% = 7/100 x 500 = 35 gram
Aquadest = 500 – (35+60+20+55+35+35+80+70+37,5+35)
= 37,5 gram

VI. PROSEDUR KERJA

1. Cara Pembuatan NaOH 30%


Dilakukan dengan cara melarutkan natrium hidroksida sebanyak 30 gram
dengan aquadest dalam labu ukur 100 ml.

2. Cara Pembuatan Asam Sitrat 25%


Dilakukan dengan cara melarutkan asam sitrat sebanyak 25 gram dengan
aquadest dalam labu ukur 100 ml.

3. Cara Pembuatan Sabun Padat Transparan


a) Timbang masing- masing bahan.
b) Panaskan Slow Cooker hingga suhu kurang lebih 70 C.
c) Masukkan asam stearat, minyak kelapa sawit dan oleum ricini ke dalam Slow
Cooker yang telah dipanaskan hingga meleleh semua (membentuk basis),
aduk dengan mixer, kemudian tambahkakn NaOH 30% kocok dengan mixer
hingga homogen dan kalis.
d) Masukkan asam sitrat dan sukrosa (larutkan di aquadest panas) sedikit demi
sedikit, aduk hingga homogen (mixer).
e) Setelah itu masukkan etanol aduk hingga homogen, tambahkan gliserin dan
propylenglikol, aduk hingga homogen (mixer).
f) Tambahkan Cocoamidopropyl betain, aduk hingga homogen (manual).
g) Lalu disaring kemudian masukkan ke dalam cetakan.
h) Lakukan pengujian :
 Uji Ph : dengan menggunakan kertas lakmus dan pH indicator.
 Uji stabilitas busa : ambil 10 ml sabun + aquadest 20 ml, masukkan ke gelas
ukur 100 ml, dikocok lalu ukur tinggi busa setiap 5 menit selama 20 menit.

VII. LABEL KEMASAN


VIII. FOTO HASIL SEDIAAN

Gambar 1. Sabun Transparan setelah dibuat yang masih dalam cetakan.

Gambar 2. Sabun Transparan setelah satu minggu.


Gambar 3. Sabun Transparan setelah dua minggu.

Gambar 3. Nilai pH Sabun Transparan.

Tabel Hasil Pengamatan.

Spesifikasi Hasil Pengamatan


Bentuk Padat (minggu 1) Padat (minggu 2)
Transparan sedikit agak Transaparan sedikit agak
Warna
buram (minggu 1) buram (minggu 2)
pH 10

Tinggi Busa
Menit Tinggi Busa
0 7 cm
5 6,7 cm
10 6,6 cm
15 6,5 cm
20 6,5 cm

IX. PEMBAHASAN

Dalam praktikum Formulasi Kosmetika “Pembuatan Sabun Transparan”


yang telah dilakukan kelompok kami dengan bahan minyak kelapa sawit memiliki
spesifikasi bentuk dan warna sebagai berikut:
 Pengamatan pada minggu ke 1
Bentuk: Padat
Warna: kuning transparan agak buram

 Pengamatan pada minggu ke 2


Bentuk: Padat
Warna: kuning transparan agak buram

Hasil pengamatan setelah satu minggu, pada warna sabun menunjukan


transparansi yang sedikit buram. Beberapa faktor dapat mempengaruhi hasil
tersebut. Berdasarkan teori bahwa ketika sabun akan dibuat jernih dan bening maka
hal yang paling essensial adalah kualitas gula, alkohol dan glyserin. Oleh karena itu
pemilihan material harus mempertimbangkan warna dan kemurniannya. Di
samping itu, prosedur yang digunakan pada praktikum kami sedikit berbeda yakni
pada saat memasukkan asam sitrat dan sukrosa ke dalam campuran asam stearat,
minyak kelapa sawit dan oleum ricini sebagai bahan dasar atau basis dari
pembuatan sabun. Pada umumnya, setelah memasukkan minyak (kelapa sawit)
kemudian menambahkan sebuah bahan yang bersifat basa seperti Natrium
Hidroksida sehingga akan terjadi reaksi saponifikasi dan terbentuk basis sabun.
Reaksi saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah,
misalnya NaOH.
Pada pembuatan sabun transparan penimbangan bahan juga sangat
berpengaruh pada produk akhir yang dihasilkan. Terutama saat mengukur etanol
dan NaOH, karena mempengaruhi proses saponifikasi.
Sementara hasil pengataman pada minggu kedua menunjukkan tidak adanya
perubahan yang berarti pada warna dan bentuk (tekstur) sabun transparan.

Untuk tingkat keasaman (nilai pH) dari sabun transparan yang kami buat
menjukkan nilai pH 10 pada indikator. Menurut teori yang kami dapatkan bahwa
nilai pH tersebut sedikit lebih tinggi dari nilai pH yang seharusnya yaitu kurang
lebih Ph = 9,37. Hal tersebut diduga karena terdapat hasil reaksi saponikasi yang
tidak sempurna antara NaOH dengan minyak dan asam stearat sehingga
berpengaruh terhadap pH sediaan.
Tinggi busa sabun transparan yang kami uji berada pada angka (secara
berurutan) : 7 cm; 6,7 cm; 6,6 cm; 6,5 cm; dan 6,5 cm pada menit ke 0; 5; 10; 15;
dan 20. Berdasarkan data tersebut bahwa sabun transparan yang kami uji memiliki
tinggi busa yang baik serta menunjukkan kestabilan yang mantap. Banyaknya busa
dapat dipengaruhi oleh konsentrasi asam stearat yang digunakan. Dalam pembuatan
sabun, asam stearat berfungsi untuk mengeraskan sabun, penggunaan yang terlalu
banyak menyebabkan sabun kurang berbusa dan penggunaan yang terlalu sedikit
menyebabkan sabun tidak keras.

X. KESIMPULAN

Sabun transparan adalah salah satu jenis sabun unik yang digunakan untuk
wajah dan badan. Pada umumnya digunakan untuk kecantikan sebagai bagian dari
kosmetika. Bahan dasar pembuatan sabun transparan adalah minyak atau lemak,
suatu senyawa basa dan berbagai bahan lain seperti asam stearat, gula, gliserin serta
bahan tambahan. Dalam pembuatan sabun transparan ini menggunakan proses
saponifikasi, yaitu hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemak, misalnya NaOH.
Dalam proses pembuatan sabun tidak terlalu sulit, hanya perlu ketelitian
dalam penimbangan bahan, pemilihan bahan dengan kemurnian dan kualitas yang
baik serta teknik yang baik dalam proses pembuatannya. Sabun yang telah
dihasilkan dalam praktikum ini memiliki bentuk (tekstur) yang padat dengan
tingkat kekerasan yang baik, dan warna kuning transparan agak sedikit buram. Nilai
pH sabun = 10 dan tinggi busa sekitar 7 dengan kestabilan yang baik dalam selang
waktu 20 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Lukmayani, Yani dan Sani Ega Priani. 2010. Pembuatan Sabun Transparan
Berbahan Dasar Minyak Jelantah Serta Hasil Uji Iritasinya Pada Kelinci.
SKRIPSI. Bandung : Unversitas Islam Bandung. Diperoleh dari :
http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/Sains/article/download/125/p
df. Diunduh tanggal 26 November 2016.
Widodo, Agus Tri. Sabun Transparan. Diperoleh dari :
https://sites.google.com/site/sabuntransparan/pengetahuan-kandungan.
Diakses tanggal 21 November 2016.
Purwanto, Slamet. 2014. Sabun Transparan : Harga Jual Dan Cara Membuat.
Diperoleh dari : http://adevnatural.com/sabun-transparan/. Diakses tanggal
21 November 2016.
Wikipedia. Sabun. Diperoleh dari : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sabun. Diakses
tanggal 21 November 2016.

You might also like