You are on page 1of 8

II.

PENGERINGAN SIMPLISIA
A. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Pengelolaan Pasca Panen acara II Pengeringan Simplisia
dilaksanakan pada hari Rabu, 20 September 2018 bertempat di
Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Nampan
2) Oven
3) Timbangan
b. Bahan
1) Kunyit (Curcuma longa)
2) Sirih (Piper betle)
3) Melati (Jasminum sambac)
4) Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Menimbang berat awal bahan sebelum dilakukan proses
pengeringan.
c. Menyiapkan bahan pada nampan lalu mengeringkannya
menggunakan sinar matahari secara langsung.
d. Menyiapkan bahan pada oven dan mengaturnya pada suhu tidak
lebih dari 50ºC.
e. Melakukan pengamatan hingga simplisia kering.
f. Menimbang simplisia yang telah dikeringkan sebagai berat akhir.
g. Menghitung susut pengeringan pada masing-masing simplisia.
4. Variabel Pengamatan
a. Berat awal sebelum pengeringan

11
12

b. Berat setelah pengeringan


c. Susut pengeringan
B. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Pengeringan pada Kunyit (Curcuma longa), Sirih (Piper betle),
Melati (Jasminum sambac), Mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) Menggunakan Cahaya Matahari dan Oven
Berat (gram) Susut
Perlakuan Lama
UL Pengeringan
Awal Akhir Pengeringan
(%)
1 31,68 5,32 83,2 7 hari
2 51.8 9,78 81,1 7 hari
3 66,02 9,77 85,2 7 hari
4 52,12 8,98 82,7 7 hari
KA1
5 74,6 11,75 84 7 hari
6 38,96 7,51 80,72 7 hari
7 57,76 8,84 84,68 7 hari
8 62,62 17,01 72,83 7 hari
Rata-rata 47,97 9,87 81,80375 7 hari
1 42,92 6,68 84,01 7 hari
2 68,29 9,78 85,67 7 hari
3 62,74 13,18 78,9 7 hari
4 42,26 8,05 80,9 7 hari
KA2
5 76,16 13,3 82 7 hari
6 42,8 7,79 81,79 7 hari
7 62,98 8,4947 86,5 7 hari
8 90,85 8,91 90,19 7 hari
Rata-rata 61,125 9,523088 83,745 7 hari
1 14,83 1,95 86,8 7 hari
2 14,86 2,4 83,85 7 hari
3 11,86 0,65 91,51 7 hari
4 14,18 2,18 84,6 7 hari
MA1
5 16,63 2,56 84 7 hari
6 17,53 2,68 84,71 7 hari
7 17,27 2,7048 84,39 7 hari
8 14,64 2,01 86,27 7 hari
Rata-rata 15,225 2,14185 85,76625 7 hari
1 13,61 2,38 75,7 7 hari
MA2 2 16,62 2,39 85,62 7 hari
3 14,46 2,06 85,75 7 hari
13

4 17,48 2,49 68,5 7 hari


5 14,21 1,97 86 7 hari
6 18,09 2,68 85,18 7 hari
7 14,68 2,09885 85,66 7 hari
8 13,86 2,18 84,27 7 hari
Rata-rata 15,37625 2,281106 82,085 7 hari
1 3,05 0,75 75,4 7 hari
2 5,27 0,78 76.15 7 hari
3 2,16 0,59 60 7 hari
4 2,84 0,66 76,7 7 hari
SA1
5 2,26 0,55 75 7 hari
6 3,5 0,97 73,71 7 hari
7 2,95 0,7875 73,3 7 hari
8 2,77 0,72 74,01 7 hari
Rata-rata 3,1 0,725938 63,515 7 hari
1 2,32 0,43 81,4 7 hari
2 3,29 0,66 79,94 7 hari
3 2,16 0,59 72,68 7 hari
4 2,04 0,44 78,43 7 hari
SA2
5 2,4 0,44 81 7 hari
6 3,49 0,62 80,22 7 hari
7 2,32 0,068 97,09 7 hari
8 2,47 0,56 77,32 7 hari
Rata-rata 2,56125 0,476 81,01 7 hari
1 22,99 3,55 84,4 7 hari
2 20,3 2,76 86,4 7 hari
3 22,18 3,32 85,03 7 hari
4 28,77 4,61 87,93 7 hari
DA2
5 28,34 3,04 89 7 hari
6 18,55 2,74 85,22 7 hari
7 37,95 4,861 87,19 7 hari
8 20,94 3,47 83,43 7 hari
Rata-rata 25,0025 3,543875 86,075 7 hari
Sumber: Logbook
Keterangan :
KA1 : Kunyit dikeringkan dengan metode pengeringan matahari
KA2 : Kunyit dikeringkan dengan metode pengeringan oven
MA1 : Melati dikeringkan dengan metode pengeringan matahari
MA2 : Melati dikeringkan dengan metode pengeringan oven
SA1 : Sirih dikeringkan dengan metode pengeringan matahari
14

SA2 : Sirih dikeringkan dengan metode pengeringan oven


DA2 : Mahkota dewa dikeringkan dengan metode pengeringan oven
2. Pembahasan
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada bahan,
menghambat pertumbuhan jamur, mikroba dan patogen, menghambat
terurainya zat aktif karena aktivitas enzim, memperpanjang umur simpan
dan meningkatkan kualitas simplisia. Menurut Wahyuni (2014),
pengeringan akan terus berlangsung hingga diperoleh kadar air sebesar
kurang dari 10%. Kadar air simplisia sebaiknya lebih kecil dari 10%,
apabila kadar air lebih besar dari 10% akan menyebabkan terjadinya
proses enzimatik dan kerusakan oleh mikroba. Menurut Winangsih
(2013), simplisia yang disimpan dalam waktu yang lama, enzim akan
merubah kandungan kimia yang telah terbentuk menjadi produk lain
yang mungkin tidak lagi memiliki efek farmakologi seperti senyawa
asalnya. Hal ini tidak akan terjadi jika bahan yang telah dikeringkan
mempunyai kadar air yang rendah sehingga bahan dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama dan tidak tercemar oleh mikroba, kapang
ataupun patogen maka dari itu kualitas produk yang digunakan sangat
dipengaruhi oleh proses pengeringan yang dilakukan.
Pengeringan secara umum dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
pengeringan buatan dan pengeringan alami. Masing masing dari proses
pengeringan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing.
Menurut Amanto (2015), kelebihan dari pengering buatan yaitu dapat
dikondisikan suhu pengeringan sehingga proses pengeringan dapat lebih
akurat dan bahan yang dikeringkan tidak kontak langsung dengan
lingkungan luar, namun terdapat kekurangan yaitu dibutuhkan energi
listrik ataupun bahan bakar yang digunakan sebagai sumber energi dalam
proses pengeringan sedangkan untuk kelebihan dari pengeringan alami
yaitu tidak membutuhkan biaya untuk proses pengeringannya karena
hanya membutuhkan sinar matahari. Kekurangan dari pengering alami
suhu tidak dapat dikontrol dan lama pengeringan tergantung dari panas
15

matahari. Menurut Wahyuni (2014) kandungan bahan aktif yang terdapat


pada tumbuhan sangat dipengaruhi oleh proses pengeringan. Setiap
tanaman menpunyai respon yang berbeda sehingga perlu metode
pengeringan yang tepat karena akan menghasilkan mutu simplisia yang
tahan disimpan lama dan tidak terjadi perubahan bahan aktif yang
dikandungnya.
Metode pengeringan dibagi menjadi tiga yaitu pengeringan dengan
sinar matahari, oven dan naungan matahari atau tidak terkena sinar
matahari secara langsung. Pengeringan menggunakan sinar matahari
dapat digunakan untuk bahan seperti rimpang, batang, kulit batang dan
biji atau bahan yang mengandung senyawa aktif yang relatif stabil.
Pengeringan menggunakan sinar matahari tergolong cara yang mudah,
murah dan sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia namun masih
tergantung pada cuaca sehingga pada saat cuaca sering berubah-ubah
maka pengeringan juga tidak bisa maksimal. Menurut Winangsih (2013)
sinar ultraviolet dari matahari juga menimbulkan kerusakan pada
kandungan kimia bahan yang dikeringkan. Metode pengeringan yang
memberikan kualitas paling baik yaitu pengeringan menggunakan oven.
Menurut Winaningsih (2013), pengeringan dengan oven dianggap lebih
menguntungkan karena akan terjadi pengurangan kadar air dalam jumlah
besar dalam waktu yang singkat, akan tetapi penggunaan suhu yang
terlampau tinggi dapat meningkatkan biaya produksi selain itu terjadi
perubahan biokimia sehingga mengurangi kualitas produk yang
dihasilkan. Penggunaan metode pengeringan dengan naungan sesuai
untuk bahan yang lunak seperti bunga dan daun. Kekurangan dari metode
pengeringan dengan naungan yaitu tidak efisien waktu karena
membutuhkan waktu yang lama agar dicapai suatu standart tertentu.
Pengeringan bahan yang akan diproses menjadi simplisia harus
memperhatikan bagian tanaman manakah yang akan dipakai sehingga
dapat memaksimalkan tujuan utama pengeringan yaitu mengurangi kadar
air sehingga dapat mempertahankan mutu simplisia sebagai bahan obat.
16

Menurut Luliana (2016), proses pengeringan berpengaruh terhadap


kandungan senyawa kimia maupun efek farmakologis yang terkandung
dalam suatu tanaman obat terutama senyawa yang berkhasiat sebagai
antioksidan.
Berdasarkan tabel 2.1, nilai susut pengeringan pada daun sirih
dengan metode pengeringan matahari sebesar 73,3% sedangkan pada
metode pengeringan menggunakan oven sebesar 97,09% yang artinya
besarnya senyawa yang hilang pada daun sirih yang dikeringkan dengan
matahari lebih sedikit jika dibandingkan daun sirih yang dikeringkan
dengan oven atau terpaut sebesar 23,79%. Persen susut pengeringan pada
bahan bunga melati metode pengeringan matahari menghasilkan nilai
84,39% sedangkan pada bunga melati yang dikeringkan dengan oven
sebesar 85,66% yang artinya kandungan senyawa pada bunga melati
yang dikeringkan dengan oven lebih banyak 1,27% jika dibandingkan
dengan bunga melati dengan pengeringan sinar matahari. Besar nilai
susut pengeringan pada rimpang kunyit metode pengeringan sinar
matahari sebesar 84,68% dan pada rimpang kunyit metode pengeringan
menghasilkan nilai susut pengeringan sebesar 86,50%. Hal ini berarti
rimpang kunyit kering oven memiliki senyawa tertinggal 1,82% lebih
banyak jika dibandingkan dengan rimpang kunyit kering sinar matahari.
Pada buah mahkota dewa hanya dilakukan pengeringan menggunakan
oven dengan nilai susut pengeringan sebesar 87,19% dan tidak bisa
dibandingkan dengan nilai susut pengeringan pada buah mahkota dewa
dengan pengeringan sinar matahari. Berdasarkan data dari nilai susut
pengeringan pada tabel, pengeringan yang menghasilkan paling baik
yaitu menggunakan sinar matahari. Menurut Angelina (2016), penetapan
susut pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan batasan
maksimal mengenai besarnya senyawa yang hilang pada saat proses
pengeringan. Semakin besar angka suatu nilai susut pengeringan artinya
semakin besar pula senyawa yang hilang dari bahan yang dikeringkan.
Menurut Depkes RI (2008) nilai susut pengeringan tidak lebih dari 12%.
17

Nilai dari susut pengeringan yang dilakukan saat praktikum memiliki


angka susut pengeringan sangat jauh dari 12% menurut standar dari
Farmakope Herbal Indonesia yang artinya bahan-bahan yang digunakan
saat praktikum belum layak untuk digunakan sebagai bahan obat karena
senyawa yang terkandung di dalamnya sudah menguap hampir semuanya
pada saat pengeringan.
C. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum Pengelolaan Pasca Panen acara II
Pengeringan Simplisia adalah metode pengeringan simplisia dibagi menjadi 3
yaitu menggunakan sinar matahari langsung dan ditutupi kain hitam, pada
naungan atau tidak terkena langsung dengan sinar matahari serta
menggunakan alat pengering atau oven.
DAFTAR PUSTAKA
Amanto BS, Siswanti dan Angga A. 2015. Kinetika pengeringan temu giring
(Curcuma heyneana Valeton & van Zijp) menggunakan cabinet dryer
dengan perlakuan pendahuluan blanching. J Teknologi Hasil Pertanian 8
(2): 107-112.
Angelina M, Puteri A, Muchammad I, et al. 2016. Karakterisasi ekstrak etanol
herba katumpangan air (Peperomia pellucida L. Kunth). J Biopropal
Industri 6 (2): 53-61.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope herbal indonesia
(edisi 1), Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Luliana S, Nera UP dan Kris NM. 2016. Pengaruh cara pengeringan simplisia
daun senggani (Melastoma malabathricum L.) terhadap aktivitas
antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1- pikrilhidrazil). J
Pharmacy Sceince 3 (3): 84-91.
Wahyuni R, Guswandi dan Harrizul R. 2014. pengaruh cara pengeringan dengan
oven, kering angin dan cahaya matahari langsung terhadap mutu simplisia
herba sambiloto. J Farmasi Higea 6 (2): 45-51.
Winangsih, Prihastanti E dan Parman S. 2013. Pengaruh metode pengeringan
terhadap kualitas simplisia lempuyang wangi (Zingiber aromaticum L.). J
Buletin Anatomi dan Fisiologi 21 (1): 19-25.

You might also like