Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Oleh:
Ahmad Thobroni Ali Mukhtar, dr
Pembimbing:
DEPARTEMEN NEUROLOGI
FK UNAIR / RSUD Dr. SOETOMO
SURABAYA
2018
ABSTRAK
Permasalahan terkait Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang paling mendapat
sorotan adalah mengenai deportasi. Sebagian besar TKI yang dipulangkan masih
terbebani oleh permasalahan seperti pemenuhan hak sehingga berakibat buruk
pada kondisi fisik maupun psikologis. Deportasi adalah pembuangan,
pengasingan, atau pengusiran seseorang ke luar suatu negeri sebagai hukuman,
atau karena orang itu tidak berhak tinggal di situ. Deportasi diatur dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, dan dalam Hukum
Internasional hak orang-orang diatur dalam Declaration of Human Rights.
Permasalahan ini menyebabkan banyak TKI yang dideportasi mengalami
gangguan kesehatan jiwa seperti depresi. Depresi ditandai dengan penurunan
mood, kehilangan minat dan energi terhadap sesuatu, gangguan tidur, penurunan
nafsu makan, serta penurunan konsentrasi. Beberapa faktor pencetus depresi pada
kelompok TKI yang mengalami deportasi diantaranya masalah pendapatan, status
sosial, kontak sosial, lingkungan yang kurang kondusif, perubahan stabilitas
keluarga, dan stigmatisasi. Studi mencatat bahwa tidak ada intervensi
farmakologis khusus yang teridentifikasi dapat dipertimbangkan dalam terapi
populasi. Penatalakasanaan tetap menggunakan obat yang biasa diresepkan untuk
depresi. Pendekatan terapi pada populasi migran yang dideportasi lebih kepada
kombinasi terintegrasi antara terapi farmakologis, Cognitive Behavioural Therapy
(CBT), dan Terapi Kolaboratif.
ABSTRACT
Problems related to Migrant Indonesian Workers (TKI) which most highlighted
was deportation. Most migrant workers are sent home still burdened by problems
such as the fulfillment of the rights which will be detrimental to the physical and
psychological condition. Deportation is banishment, exile, or expulsion of persons
outside of a country as punishment, or because the person is not entitled to live
there. Deportation regulated in Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian, and rights of those people internationally regulated in the
Declaration of Human Rights. These problem causes a lot of deported migrant
workers experiencing mental health disorders such as depression. Depression is
characterized by the emergence of symptoms of decline in mood, loss of interest
in something, guilt, sleep disorders or appetite, loss of energy, and decreased
concentration. Some of the trigger factor of depression in the group of migrant
workers who face deportation issues such socioeconomical status, social contacts,
less conducive environment, changes in family stability, and stigmatization. The
study noted that no specific pharmacological interventions identified can be
considered in the treatment population, physician recommended to keep using
drugs which commonly prescribed for depression. Therapeutic approach in the
deportated migrant population are the integrated combination of pharmacologic
therapy, Cognitive Behavioural Therapy (CBT), and Collaborative Therapy.
i
3
DAFTAR ISI
ii
4
iii
5
BAB I
PENDAHULUAN
karena gejala yang muncul tidak spesifik, namun bila dibandingkan dengan
kelainan vaskuler lain pada spinal, SDAFs adalah merupkan kelainan terbanyak.1
vaskular pada spinal yang paling sering dan menyumbang sekitar 70% dari semua
rujukan utama Jerman untuk penyakit malformasi vascular spinal adalah sekitar
lima sampai sepuluh juta / tahun pada populasi umum. Namun, penyakit ini
lebih sering terdiagnosis daripada wanita dan usia rata-rata pada saat diagnosis
adalah 55- 60 tahun. Pasien DAVFs berusia di bawah 30 tahun kurang dari 1%.
berada di antara T6 dan L2. Lesi daerah Sakral terjadi pada kira-kira 4% pasien,
sedangkan Lesi cervical tinggi (pada tingkat foramen magnum) terjadi pada 2%
pasien. DAVFs serviks rendah (di bawah C2 dan di atas T1) sangat jarang. Pada
6
kira-kira 2% pasien, double SDAVFs atau gabungan spinal dural dengan spinal
sepertiga myelopathy yang tidak dapat dijelaskan. Jika tidak ditangani dengan
memunculkan gejala klinis yang beragam dan sering membingugkan para klinisi.
Karena kondisi ini dapat menyebabkan cedera tulang belakang yang permanen,
saraf, jaringan glia, dan struktur vaskular yang menyebar di parenkim spinal.
langsung maupun tidak langsung.2 Pada prinsipnya, kita membedakan tiga jenis
oleh arteri yang mensuplay medulla spinalis, sedangkan malformasi dural dipasok
* Dokter umum, PPDS I Neuorlogi Departemen / SMF Ilmu Kedokteran Saraf FK Universitas
Airlangga / RSUD Dr. Soetomo Surabaya
** Dokter Spesialis Kedokteran Saraf / Neurolog, Konsultan dan Staf Pengajar pada Departemen /
SMF Ilmu Kedokteran Saraf FK Universitas Airlangga / Dr. Soetomo Surabaya.
(acquired). Fistula itu sendiri terletak di lapisan dural dekat titik tempat masuknya
spinalis, karena drainase vena setempat hilang. Tekanan vena yang tinggi diduga
Diagnosis yang cepat dan akurat penting karena jika tidak diterapi
dan prognosis tergantung pada durasi gejala dan cacat sebelum perawatan. Jika
dalam banyak kasus, namun hanya dua pertiga dari semua pasien memiliki
perbaikan gejala motorik (termasuk gaya berjalan dan kekuatan) dan hanya
sfingter jarang reversibel, dan nyeri mungkin menetap. Pada kasus SDAVFs lama,
pasien mungkin tetap mengalami perburukan meski sudah dilakukan oklusi total,
karena pada SDAVFs yang sudah lama bisa terjadi rekanalization atau fistulla
sekunder.103
pasti masih belum diketahui. AV shunt berada didalam duramater dekat dengan
radiks saraf tulang belakang dimana darah arteri yang berasal dari arteri
radikulomeningeal (yaitu arteri yang mensuplai radiks saraf dan meninges tapi
belum tentu mensuplay medulla spinalis) memasuki vena radikular, dimana yang
terakhir lewat dura pada bagian belakang radiks saraf di foramen intervertebralis.
Transisi ini umumnya terletak di bawah pedikel corpus vertebra, yaitu disuplai
oleh arteri segmental. Kenaikan tekanan pada vena medulla spinalis akibat
drainase normal vena spinal serta kongesti vena dengan intramedullary edema
karena vena intramedullary dan vein radicular berbagi arus keluar. Kongesti ini,
sekitar 74% dari tekanan arteri sistemik. Temuan ini dapat menjelaskan mengapa,
pada beberapa pasien, gejala menjadi lebih buruk saat aktivitas fisik bersamaan
peningkatan tekanan arteri. Karena region thorak bawah memiliki saluran keluar
vena yang sedikit lebih sedikit dibandingkan dengan daerah serviks, edema karena
sumsum tulang belakang. Hal ini bisa menjelaskan mengapa terkadang gejala
9
BAB 2
2.1 Definisi
Spinal Dural Arteriovenous Fistulas (SDAVFs) adalah salah satu jenis dari
kelainan malformasi vaskuler spinal, di mana terdapat pintasan darah dari arteri
spinal menuju vena spinal, tanpa melewati kapiler-kapiler darah. Paling banyak
kelainan dari tipe ini adalah adanya pintasan dari cabang arteri meningeal menuju
kerusakan neurologis dan seringkali salah terdiagnosis karena gejala yang muncul
2.2 Epidemiologi
jarang, sebab hanya ditemukan 5-10 kasus baru per 1 juta penduduk per tahunnya
vaskuler spinal lain, tipe ini adalah yang paling sering ditemui, yakni sekitar 70%
penyakit ini, yakni sekitar 80% dari seluruh penderita. Penyakit ini lebih sering
menyerang pasien pada umur 50 tahun atau lebih, dan hanya 1% menyerang
10
pasien umur kurang dari 30 tahun (Marcus et al., 2013). Mayoritas dari fistula ini
terjadi di level spinal torakolumbal, sedangkan hanya sekitar 4% fistula ini terjadi
Gejala
menaiki tangga, gangguan gaya berjalan, gejala sensorik seperti parestesia (difus
atau ceplok-ceplok), atau nyeri radikular ke kedua tungkai bawah atau awalnya
hanya 1 tungkai. Nyeri punggung bawah yang tidak menjalar juga sering
dijumpai. Gejala neurologis ini progresif seiring berjalannya waktu dan biasanya
ascending. Inkontinensia alvi dan urine, disfungsi ereksi, dan retensi urine lebih
sering muncul terakhir. Secara umum defisit yang muncul bersifat slowly
progressive, namun onset yang akut dan progresif yang diselingi remisi mungkin
bisa muncul.5,6
Perdarahan spinal, tidak pernah terjadi, kecuali pada perimedullary fistulla. Dalam
kondisi yang jarang, SDAFS setinggi foramen magnum dengan refluks ke arah
UMN (upper motorneuron) dengan klonus dan Babinski positif dan bisa juga
muncul bersamaan dengan lesi tipe LMN pada pasien yang sama. 7
Klasifikasi
nonherediter yang berbagi link metamerik seperti Cobb syndrome (atau spinal AV
muncul dengan banyak shunt dari medulla spinalis, radiks saraf, tulang, dan
menggambarkan kondisi shunt dari salah satu kondisi yang disebutkan di atas
(shunt medulla spinalis, radiks saraf, dan lesi filum terminale). Karena
yang biasanya memberi makan jaringan saraf (yaitu arteri intrinsik spinal),
meningeal). Kita tidak akan membahas pial AV fistula tetapi hanya fokus pada
spinal dural AVF yaitu shunt yang diberi makan oleh arteri radikulomeningeal
dan yang menyebabkan drainase retrograde ke dalam vena radicular menuju vena
perimedullary.3
12
Diagnosis
mungkin terlihat pada medulla spinalis yang merupakan tanda congestive vena
kronis dengan perbatasan medulla spinalis dan darah yang tidak jelas. SDAVFs
dapat terjadi di tingkat manapun dari foramen magnum sampai sakrum dan
lokalisasi lesi ini mungkin sulit dan menantang terutama dalam kasus di mana
edema medulla spinalis terjadi jauh dari lokasi AV fistula. Dengan demikian,
mengkonfirmasi fustula, dan dalam banyak kasus, juga bisa menunjukkan level
namun mengingat lokasi bisa dari foramen magnum sampai sakrum, bisa
13
menyebabkan radiasi besar untuk pasien dan, sehingga kurang efektif untuk
terutama arteri spinal anterior, dapat terlihat. Aliran kontras balik vena yang
sedangkan pada kebanyakan kasus, aliran kontras balik vena yang normal setelah
SDAFS yang terbanyak pada level thoracal bawah atau lumbal atas. Setelah
Seringkali vena perimedullary yang melebar terlihat. Jaringan ini bisa menerima
suplai dari arteri dural ascending atau descending dari arteri radikulomeningeal
didekatnya.3,4,
Embolisasi spinal dural fistula hanya dilakukan jika tidak ada arteri
tingkat yang berada di atas dan bawahnya. Gambaran Ini secara sistematis
digunakan adalah cairan embolus. Tujuan bahan emboli untuk menyebar dari
arteri aferen ke paling sedikit 1 cm dari vena primer fistula (misalnya radikular
14
vena), sambil menghindari migrasi ke vena spinalis. Jika vena primer fistulla tidak
tersumbat, sangat mungkin dural fistula akan kambuh dengan aliran kembali
kontralateral.3,7
15
BAB 3
ascending cervical untuk medula spinalis tingkat cervical; arteri interkostal atau
arteri lumbal pada tingkat torakal dan lumbal; dan arteri ileolumbal untuk tingkat
sakral) memasok darah untuk tulang belakang (termasuk corpus vertebra, otot-otot
paraspinal, dura, dan radiks saraf) dan medulla spinalis. Cabang radikular yang
memasok dura dan radiks saraf adalah arteri radikulomeningeal yang muncul di
setiap segmen. Dari arteri radikular ini, arteri radikulomedullary bisa bercabang,
mengikuti anterior atau posterior radiks saraf untuk mencapai permukaan anterior
atau posterior dari medulla spinalis, di mana mereka membentuk arteri spinalis
spinalis anterior berjalan sepanjang sulkus anterior dan biasanya berasal dari arteri
vertebralis kanan dan kiri, sedangkan arteri spinalis posterolateral berasal dari
bagian intradural arteri vertebralis atau dari arteri cerebellar inferior posterior
(PICA). Ketiga arteri ini berjalan dari medulla spinalis cervical sampai ke conus
medullaris tapi tidak mampu memberi makan seluruh medulla spinalis. Asupan
Daerah yang dipasok arteri medulla spinalis bisa dibagi menjadi arteri
pusat atau sulcal dari arteri spinalis anterior di satu sisi dan, di sisi lain, menjadi
rami perforantes dari vasocorona, yang memasok pinggiran medulla spinalis yang
berasal dari arteri spinalis anterior dan arteri posterolateral. Drainase vena medulla
spinalis melalui vena instrinsik dan vena superfisial yang menuju anastomosis
vena longitudinal superfisial median medulla spinalis. Vena ini mengikuti arteri
(yaitu vena spinalis anterior median dan posterior median) namun memiliki
dengan umumnya lebih dari satu vena anterior dan posterior. Vena ini mengikuti
radiks saraf untuk mencapai pleksus epidural dan vena dan pleksus ekstraspinal,
shape). Pada bagian cervical yang superior, pembuluh darah ini bisa melewati
Drainase darah dari tulang belakang terjadi melalui vena vertebralis internal dan
jaringan arteri spinal yang berasal dari aorta. Arteri-arteri ini adalah arteri
berkontribusi kepada arteri spinal anterior. Karena suplai darah ke daerah medulla
17
spinalis ditentukan oleh luas irisan melintang dari gray matter, sirkulasi kolateral
di spinal berperan sangat penting, tidak hanya berapa banyak arteri yang
jaringan sirkulasi spinal antara lain: arteri vertebralis, arteri cervicalis ascendens,
iliolumbalis dan arteri sacralis lateralis. Divisi dorsal dari arteri segmentalis ini
spinal, sisa divisi dorsal dari arteri segmental ini mengikuti divisi dorsal dari
arteri lumbalis, arteri iliolumbal dan arteri sacralis lateralis mengikuti pola ini.
18
19
spinalis anterior (ASA) dan posterior (PSA), juga arteri radikularis setinggi
cervicalis berasal dari cabang segmental arteri vertebra, sedangkan arteri spinalis
cervicalis yang lebih inferior berasal dari cabang segmental dari arteri cervicalis
profunda dan ascendens, dan arteri intercostalis suprema. Akan tetapi, pembuluh
Arteri-arteri yang akhirnya menjadi penyuplai permanen dari medulla spinalis ini
berasal dari arteri subclavia. Di daerah cervicalis, cabang spinal dari arteri
cabang spinal dari arteri vertebralis dan arteri cervicalis profunda, sebelum
mengeluarkan cabang spinalnya. Maka dari itu, arteri vertebralis dari vertebra
cervical pertama hingga ke-6, dan arteri cervicalis profunda, untuk segmen
ascendens. Tetapi susunan arteri seperti ini tidak ditemui didekat gangion spinal
melalui 8-10 arteri medularis anterior yang keluar dari arteri segmentalis posterior
di kepala dan leher. Akan ada paling tidak 1 arteri medularis di pembesaran
20
cervical di C6, dan 1-3 arteri lain diatas atau dibawah arteri ini, yang biasanya
tidak ditemukan di C8. Arteri ini akan bergabung dengan ASA. Arteri medularis
anterior ini tidak menyuplai radix nervus. Cabang segmental dari arteri-arteri
medularis.
ASA di daerah cervicalis. Arteri yang lebih besar terletak di pembesaran medulla
spinalis, di C5 atau C6, pada beberapa kasus terdapat di C4 atau C7. Arteri di
bagian pembesaran medulla spinalis ini biasanya berasal dari arteri cervicalis
profunda setinggi C6, di C8, satu divisi dari arteri costocervicalis memberikan
cabang radikularis dan terkadang arteri radikuaris lain berasal dari arteri cervicalis
segmen C3, tetapi dapat juga muncul setinggi segmen C2 atau C4.
subcostalis dari arteri segmentalis posterior. Dibawah rangkaian cabang ini, empat
arteri lumbalis muncul dari aorta berlawanan sisi dari 4 vertebra lumbal teratas,
dan sebuah arteri iliolumbal dari arteri atau arteri sacralis media. Cabang spinal
keluarnya.
terkait dengannya, tetapi mayoritas berkaitan dengan arteri radikularis. Kedua tipe
arteri ini berjalan dengan radiks nervus spinal, tetapi arteri radikularis berakhir
menyuplai medulla spinalis akan muncul berpasangan dari aorta thorakal dan
lumbal, juga dari arteri iliaka komunis dan arteri sakralis lateralis atau arteri
terkait di dekat foramen sakralis. Daerah thorakal akan memiliki 2-4 arteri
medularis kecil yang akan bercabang dari arteri segmentais posterior dan
vaskularisasi buruk dan relative lebih tipis dari daerah lain, dan seringkali disuplai
oleh satu arteri, yang bercabang dari arteri intercostal T7. Ditambah lagi jaringan
Terkadang, ASA dapat terhenti di daerah thorakal tengah, yang berperan pada
kerentanan daerah ini terhadap hipoperfusi atau oklusi salah satu arteri.
cukup bervariasi. Arteri ini berukuran sekitar 872 mikron pada orang dewasa dan
748 mikron pada anak-anak. Pada 75% populasi, arteri ini muncul diantara
segmen T9-T12, 15% populasi diantara T5 dan T8, serta 10% populasi diantara
L1 dan L2. Arteri ini berjalan ke arah kranial bersama radiks anterior nervus
spinalis terkait. Saat menemui ASA, arteri ini berbelok ke arah kaudal, sehingga
muncul dari segmen yang lebih tinggi, antara T5 dan T8, arteri ini disuplementasi
oleh arteri konal tambahan, yang muncul dari arteri iliaka interna,yang disebut
L5. Tempat yang paling sering adalah segmen lumbal kedua, tetapi dapat
Oklusi dari arteri medularis anterior dapat menimbulkan lesi yang sesuai
kerusakan parah pada 2/3 bagian anterolateral medulla spinalis, pada segmen
dimana arteri ini muncul, dan 1 segmen diatas dan dibawahnya. Gangguan pada
suplai darah ke radiks nervus tampaknya tidak menimbulkan lesi akut. Oklusi
pada arteri yang memberi darah ke kauda ekuina menimbulkan efek yang sama
Arteri yang menyuplai nervus sakralis dan radiksnya dapat muncul dari arteri
sakralis lateralis, yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna atau terkadang,
dari arteri sakralis media. Arteri sakralis lateralis memberikan cabang superior
cabang spinal kepada foramen sakralis ke-2 hingga ke-4. Anastomosis arteri-arteri
penting. Kondisi apapun yang mengganggu aliran darah pada satu atau lebih arteri
segmentalis spinalis yang memberi darah pada ASA menimbulkan lesi yang
dapat dibagi menjadi cabang radikularis anterior dan posterior. Arteri ini memberi
vaskularisasi pada radiks nervus yang terkait, dan menghilang di dalam radiks
ganglionik.
25
spinalis. Biasanya 6-8 dari cabang anterior dari cabang spinalis berukuran
signifikan dan berjalan sepanjang radiks anterior menuju medulla spinalis, dimana
cabang-cabang ini akan berkontribusi ke ASA. Dan sama halnya dengan cabang
posterior dan menyuplai PSA. Kedua grup dari cabang arteri ini disebut arteri
Walau anterior memiliki diameter luminal lebih besar, cabang posterior lebih
banyak jumlahnya.
darah ekstraspinal kepada arteri spinal utama. Pembuluh darah ini memiliki
jumlah dan ukuran yang bervariasi, hingga beberapa pembuluh darah ini menjadi
penyuplai sebagian besar aliran darah ke system arteri spinal, dimana pembuluh
medulla spinalis, tetapi sebagian besar pembuluh darah ini mengalami degenerasi.
spinalis. Pembuluh darah ini memasuki kanal vertebralis bersama radiks nervus
servikalis profunda dan ascendens, thorakika dan lumbalis. Jumlah dan asal arteri
rambut (hairpin-like) dan terletak di garis tengah medulla spinal. Sepuluh hingga
gambaran percabangan hairpin, tetapi dibedakan dari ASA oleh posisi mereka
Kisaran ukuran dari arteri medularis, yang berukuran lebih besar antara 340-
1.122 mikron, sedangkan arteri radikularis, yang berukuran lebih kecil berkisar
34-214 mikron. Sekali lagi, arteri radikularis ini tidak berkontribusi banyak
nervus.
arteri, dan daerah torakolumbal rata-rata 1. Sedangkan jumlah rerata dari arteri
dan daerah torakolumbal rata-rata 2-3 arteri. Tetapi jumlah arteri saja tidak
kecil sekali.
dan posterior yang mengikuti radiks nervus yang panjang dari kauda ekuina ke
27
Disamping adanya cabang arteri yang umum, ramus arteri kecil dari arteri spinal
sacral berlanjut ke posterior melalui kanal spinal keluar melalui foramen sakralis
posterior terkait.
Divisi posterior dari arteri segmentalis melintasi diatas atau dibawah bagian
distal dari ganglion spinalis atau trunkus dari nervus spinal dan memberikan
cabang kecil kepada kedua divisi dari nervus. Arteri ini kemudian mengikuti
divisi posterior dari nervus. Cabang spinal muncul di depan atau belakan dari
yang signifikan, atau arteri medularis, cabang radikuler posterior yang tidak
radikuler posterior menjadi signifikan, atau arteri medularis. Jika suatu segmen
seluruh divisi dorsal dari arteri segmentalis berjalan dibawah nervus spinalis atau
Cabang spinal posterior membagi menjadi dua atau tiga cabang arteri kecil,
yang sering berhubungan dengan cabang spinal anterior, dan berhubungan satu
sama lain. Salah satu cabang berlanjut hingga saat cabang signifikan dari radikuler
duramater.
cabang kecil untuk permukaan dalam duramater dan berlanjut menuju medulla
28
arteri yang ramping dan membentuk dua set pembuluh darah untuk ganglion.
ganglion sedangkan yang lain menembusnya di kutub ganglion. Kedua grup ini
medulla spinalis, dan dua PSA menuruni sisi posterior medulla spinalis, di sebelah
medial dari radiks nervus posterior. Arteri ekstraspinal memberi darah kepada
ketiga arteri spinalis ini. Ketiga arteri ini adalah arteri ekstrinsik medulla dan
terletak sepanjang permukaan medua spinalis. System dari kedua jenis arteri ini
bertemu di bagian bawah dari konus medularis untuk membentuk suatu kompleks
yang disebut “conus basket”, yang memiliki ekstensi hingga filum terminal. Dua
cabang terminal dari ASA berjalan ke arah dorsal, kaudal dari radiks nervus
sacral dan masing-masing beranastomosis dengan satu buah PSA, lateral daru
radiks nervus sacral kelima. Arteri spinalis anterior memiliki input yang bervariasi
dari arteri radikomedularis. Arteri ini bercabang dari arteri vertebrais di daerah
infrabulbar otak, proksimal dari arteri basilaris dan berlanjut hingga medulla
midservikal dari medulla spinalis. Pasangan ramus spinal anterior dari arteri
Hilangnya salah satu arteri dari pasangan tersebut telah terlihat beberapa kali, tapi
terkadang juga keduanya hilang, tetapi sangat langka. Penyatuan kedua cabang
traktus tunggal, dan sering bercabang dan berukuran bervariasi. Walau ASA,
medulla spinalis, tidak dapat dikatakan bahwa itu adalah jaur anastomosis yang
adekuat.
Diameter ASA sangat bervariasi menurut lokasi. Pada orang normal, ada
beberapa hubungan antuara ukuran ASA dengan jumlah relative gray matter yang
disuplainya. Ukuran dan jumlah arteri medularis dan kepadatan pembuluh darah
diberikan perdarahan. Arteri spinal anterior paling sering bercabang di dekat input
dari arteri radikuler, dan akan mengeluarkan cabang lain untuk menyuplai medulla
langka saat arteri dari kedua sisi bergabung dengan ASA di segmen yang sama,
pola seperti berlian dapat muncul, seperti yang dihasilkan oleh ramus spinal
spinalis. Terkadang, ASA terbagi menjadi 2 lajur, tetapi tidak pernah berada
30
Dua atau tiga arteri medularis bergabung dengan SA di daerah torakal atas.
Saat terdapat arteri lain, arteri medularis ini berukuran kecil dan terletak diantara
segmen T5 dan T7. Arteri medularis lumbal, selain arteri Adamkiewicz, terkadang
bergabung dengan ASA. Arteri ini kecil dan dapat memasuki system, beberapa
posterior (PICA), atau di PICA itu sendiri, dan berjalan sepanjang sisi
posterolateral dari medulla, dengan adanya input dari arteri radikulopial. Arteri
spinal posterior adalah arteri parallel yang berjalan sepanjang sisi posterior dari
medulla, dan berasal dari cabang arteri vertebralis. Arteri-arteri ini ternyata adalah
dua lajur pleksiform posterior. Seperti ASA, ujung atas dari pembuluh darah ini
berasal dari arteri vertebralis bagian intracranial. Mereka tampak seperti arteri
tunggal hanya pada saat keluar dari arteri vertebralis. Selanjutnya, mereka
longitudinal di sisi posterior, termasuk arteri spinal lateral di ventral dari radiks
dorsal dan arteri spinal posterior di dorsal dari radiks dorsal. Arteri spinal lateral
berasal dari lateral dari medulla, dari arteri vertebral intradural atau PICA. Arteri
ini berjalan parallel terhadap komponen spinal dari nervus kranial 11, mengarah
ke kaudal. Dalam perjalanannya, arteri ini berjalan di anterior dari radiks spinal
restiform body, dengan arteri ekstradural yang berasal dari oksipital atau arteri
vertebral di tiap level metamerik, dan dengan system yang sama kontralateral di
posteriornya. Arteri spinal lateral berhenti di dorsal dari radiks posterior spinal
nerve C4-C5, dengan arteri spinal posterior menjadi satu pasang dari pembuluh
hanya dapat dibedakan di lokasi keluarnya arteri tersebut. Seperti ASA, PSA
paling lebar terdapat di daerah servikal dan lumbal, dan tersempit di daerah
torakal. Di daerah torakal, PSA dapat menjadi sangat sempit hingga tampak
dekat radiks posterior dan terkadang disuplai oleh arteri radikuler sampai mereka
6-8 tiap sisinya yang mana lebih kecil daripada arteri meduaris anterior. Walau
segmen vertebra yang bersangkutan, kenyataannya tidak selalu seperti ini. Pada
sebagian besar orang, terdapat 2 arteri medularis posterior yang lebih menonjol
daripada arteri lain, yang bergabung dengan PSA di sekitar pembesaran medulla
di lumbal. Arteri besar yang terakhir adalah arteri medularis posterior magna,
anterior.
Arteri medularis merupakan titik akhir dari system arterial spinal sebelum
kapiler spinal. Arteri intramedularis juga disebut arteri intrinsic medulla spinalis.
32
Arteri ini menyuplai jaringan saraf dari medulla spinalis dan berasal dari ASA,
dua saluran pleksiform posterior yang dibentuk oleh PSA, dan jaringan pembuluh
spinal ini terdiri dari 2 sistem: system arteri sentrifugal yang terdiri dari 250-300
arteri sentral atau sulkus dan cabangnya; dan system arteri sentripetal yang terdiri
dari pleksus pial dan cabangnya. Anastomosis intrinsic terdiri dari prekapiler
segala bidang satu sama lain di level aksial yang sama dan pembuluh darah 1 level
Vaskularisasi dari gray matter lebih besar daripada white matter. Lamela
dan untaian zat putih dalam ganglia spinal dan kedua radiksnya mengandung
relatif sedikit kapiler, putaran-putaran dari kapiler nya yang longgar dan berjala
lebar, panjang dan umumnya parallel dengan perjalanan sabut sarafnya. Di gray
matter ganglion spinal, didapatkan adanya jaringan kapiler yang banyak dan
yang lebih sedikit, bahkan pada bagiannya yang paling kaya vaskularisasi.
Pleksus pial adalah komponen paling superfisial dari jaringan arteri spinal
ini, dan disebut juga arteri perifer atau vasocorona. Khususnya, cabang pleksus
vascular yang menembus medulla spinalis secara tegak lurus, membentuk system
arteri sentripetal. Arteri perforata yang muncul dari jaringan pial menembus
matter. Cabang arteri dari pleksus perifer ini memasuki white matter secara tegak
lurus. Beberapa cabang ini segera pecah menjadi jaringan longgar berbentuk
33
persegi panjang, khas white matter dan menyuplai sepertiga hingga setengah dari
tepi luar medulla spinalis. Cabang perforata lain terlihat menyilang kolumna putih
anterior. Jaring persegi panjang dari kapiler ini searah dengan arah sabut sarafnya.
Diantara dua PSA, ada banyak arteriol kecil yang beranastomosis, dan
dari pleksus pial anterior dan lateral yag dibentuk oleh cabang-cabang arteriol dari
lebat sebelum masuk ke radiks nervus posterior. Bagian posterior, anterior dan
lateral dari pleksus pial ini dibentuk oleh pembuluh darah sikumferensial yang
menghubungkan ASA dan PSA dan dapat muncul dari cabang radikuler. Cabang-
cabang perifer atau pembuluh darah pial ini berjalan relative melintang sepanjang
pinggir medulla spinalis dan akan berhenti didalam piamater atau menembus
medulla spinalis untuk menyuplai white matter disebeahnya, ujung dari cornu
posterior, mayoritas traktus Gall dan Burdach, dan sisi lateral dari traktus
anterolateral. Jaringan yang bervariasi dari pembuluh darah longitudinal aksial ini
memiliki anastomosis utamanya dengan PSA, dan hanya hubungan kecil dengan
ASA.
Sepertiga posterior dari medulla spinalis adalah lokasi yang lebih jarang
terkena lesi vaskuler dibandingkan dua pertiga anterior. Penyebabnya belum jelas,
posterior dan jumlah arteri medularis yang lebih banyak. Saat ada keterlibatan
pleksus pialis, seperti pada generalized luetic meningitis, bagian yang terdampak
34
hanya tepi luar dari white matter, yang merupakan daerah yag disuplai dari arteri
perforate dari pleksus pial. Anastomosis antara pleksus pial dan cabang sentral
dari ASA hanya menyediakan potensi sirkulasi kolateral ke dua pertiga anterior
medulla spinalis dan terdapat banyak variasi individual. Setelah tejadi oklusi arteri
akut, anastomosis superfisial dari arteri dan pleksus kapiler tidak cukup untuk
Setengah bangian lain dari jaringan intrameduler terdiri dari arteri sentral
atau sulkus. Komponen ini keluar dari ASA secara tegak lurus; di fisura median
transversa, kiri dan kanan, dan secara longitudinal untuk memasuki gray matter.
Kepadatan dari arteri ini diduga berhubungan dengan kebutuhan metabolic dari
posterior. Sebagian besar white matter anterior tidak seragam, tetapi disusun
Susunan manik-manik ini dari gray matter anterior tidak berlaku untuk gray
matter posterior. Di sini, susunannya adalah salah satu kolom padat, yang
longitudinal dari arteri sentral memiliki tingkat tumpang tindih yang tinggi, tetapi
tidak. Arteri sentral bertanggung jawab atas perfusi kornu anterior, komisura,
dasar kornu posterior, dan white matter anterolateral. Secara keseluruhan, arteri-
arteri ini memasok sekitar dua pertiga anterior dari medulla spinalis. Lebih khusus
lagi, mereka juga memberi perdarahan ke kolom Clarke, traktus piramida, traktus
spinotalamikus, kolom putih anterior, dan aspek anterior dari saluran Gall dan
Burdach. Untuk semua tingkat medulla spinalis, setiap arteri sentral berkontribusi
pada suplai arteri hanya satu sisi medulla spinalis, baik kanan atau kiri. Arteri
sentral meninggalkan arteri spinal anterior secara tunggal, tidak berpasangan, dan,
dari arteri sentral tepat di atas dan di bawah. Di mana arteri sentral banyak, seperti
segmen yang disuplai pendek. Di daerah toraks, jumlah arteri sentral berkurang;
oleh karena itu, arah mereka cenderung miring atau bahkan membujur. Jaringan
kapiler di sini tersebar di segmen yang panjang. Dengan demikian, arteri sentral
memiliki susunan yang berbeda di bagian lumbosakral, servikal, dan toraks dari
tegak lurus dan melintas ke atas di septum. Hanya di daerah lumbosakral, dan di
sini hanya kadang-kadang, arteri sentral terlihat untuk terbagi menjadi dua cabang
sentral dari trunkus umum yang pendek, dan cabang-cabang ini belum diamati
untuk memasok selain dari sisi yang sama dari medulla spinalis. Selain itu, arteri
Di daerah servikal, arteri sentral meninggalkan ASA dalam arah yang sedikit
memasok sisi-sisi alternatif dari medulla spinalis. Setidaknya selalu muncul dua
arteri di setiap sisi, dan dengan demikian empat arteri sentral bersamaan untuk
setiap segmen. Distribusi pembuluh darah seperti ini juga didapatkan di daerah
lumbal. Di daerah toraks torakal, arteri sentral meninggalkan ASA dengan cukup
miring dan berjalan ke arah dorsokranial di septum. Ada iregularitas dalam suplai
arteri di kedua sisi, dan kadang-kadang terlihat satu arteri sentral saja memasok
satu sisi untuk seluruh segmen. Dapat terlihat adanya cabang intraspinal
daerah torakal. Distribusi intraspinal dari arteri spinal sama dengan yang ada di
Jumlah arteri sentral yang memasok setiap segmen medulla spinal bervariasi
dengan daerah medulla spinalis. Arteri ini paling banyak dalam pembesaran
saluran spinal anterior yang berpasangan, yang kemudian bergabung menjadi satu
saluran median tunggal. Tetapi, arteri sentral tidak menyatu, tetapi menjaga
hubungan lateral mereka. Asal ini tercermin pada berhentinya arteri sentral di
komisura itu sendiri dan komunikasi yang kurang setelahnya antara dua bagian
sel-sel kornu anterior, sel perantara dan komisura, dan bagian variabel dari dasar
kornu posterior. Kolom putih lateral dan anterior dilayani oleh arteri perforate dari
kornu anterior. Sepertiga posterior dari medulla spinalis dipasok oleh arteri
37
perforata dari pleksus pial, yang mana 10 sampai 20 arteri medularis posterior
;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;
38
BAB 4
penyakit yang didapat (acquired). AV shunt terletak di dalam duramater atau lebih
dari arteri radiculomeningeal (arteri yang memasok nerve root dan meninges
tetapi tidak pada medulla spinalis) dan vena radicular, di mana yang terakhir
intervertebralis. Transisi ini terletak di bawah pedikel dari corpus vertebrae, yang
vena spinalis yang normal dan kongesti vena dengan edema intramedulla karena
outflow. Fenomena ini akan menyebabkan hipoksia kronis dan mielopati yang
ditemukan setinggi 74% dari tekanan arteri sistemik. Temuan ini dapat
menjelaskan alasan, pada beberapa pasien, gejala menjadi lebih buruk selama
aktivitas fisik dengan peningkatan tekanan arteri secara bersamaan. Karena daerah
toraks lebih rendah dan memiliki relatif lebih sedikit saluran aliran vena
dibandingkan dengan daerah cervical, edema kongestif pada vena lebih mungkin
akan ditransmisikan ke arah caudocranial melalui sumsum spinalis. Ini juga dapat
BAB 5
KLASIFIKASI
1) Lesi herediter genetikGenetic hereditary lesions. yang Lesi ini disebabkan Formatted: Font: Bold
2) Lesi nonetensial genetikGenetic nonhereditary lesions. yangLesi ini Formatted: Font: Bold
beberapa shunts dari sumsum spinalis; akar saraf; tulang; dan paraspinal ,
3) Lesi tunggalSingle lesions. yang Lesi ini mungkin mencerminkan ekspresi Formatted: Font: Bold
Formatted
tidak lengkapmelengkapi dari salah satu dari situasi yang tidak disebutkan
sebelumnya, dan termasuk sumsum spinalis, akar saraf, dan filum . Menurut
klasifikasi ini, malformasi spinal vascular shunting dapat dibedakan yang Formatted: Font: Italic
mirip dengan malformasi vaskular otak, menjadi AV pial dan dural lesi
40
vaskular dari sumsum spinalis seperti yang dijelaskan di atas. Formatted: Font color: Black
Ada pula yang membuat klasifikasi berdasarkan kenyataankepercayaan bahwa Formatted: Font color: Auto
malformasi spinal vaskular shunting dapat dibedakan, mirip dengan malformasi Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font color: Auto
vaskular otak, menjadi lesi AV shunting pial dan dural tergantung pada pembuluh
yang memberi feeding vaskularisasi. Malformasi spinal cord AV adalah shunt Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font color: Auto
mereka, yang diberi feeding oleh arteri biasanya memasok jaringan saraf ( yaitu , Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font color: Auto
arteri intrinsik dari sumsum spinalis), sedangkan SDAVFs (seperti rekan
oleh arteri radiculomeningeall (yang mirip dengan arteri meningeal). Kami tidak
akan membahas malformasi AV pial dalam ulasan ini tetapi hanya akan fokus
pada shunt AV dural , ( shunt yang diberi feeding oleh arteri radiculomeningeal
dan epidural lateral. Kelompok epidural ventral terdiri dari shunts ke pembuluh
(( yaitu , tubuh vertebral di tingkat spinalis). Vena ini dikenal sebagai pleksus
vertebral anterior, yang terletak di ruang epidural ventral kanal spinalis, yang
bergabung dengan pleksus vena basilar dan sinus kavernosa secara kranial. Yang
41
gejala karena kompresi sumsum spinalis atau akar saraf oleh kantong vena
aliran retrograde dari pleksus epidural ke vena perimedulla telah diletakkan untuk
menjelaskan temuan ini. Namun, dapat juga dikatakan, bahwa refluks disebabkan
oleh trombosis luas dari saluran epidural normal yang mengarah ke drainase
retrograd sekunder ke vena perimedulla. Kelompok epidural dorsal AV shunt Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font color: Auto
berhubungan dengan pembuluh darah yang biasanya mengalirkan proses spinosus
dan lamina pada tingkat spinalis. Meskipun mereka berhubungan dengan sinus
dural vena utama (sinus sagitalis superior dan sinus torcular dan transversal) pada
tingkat kranial, vena yang bersesuaian pada level spinal kurang berkembang dan
terdiri dari sepasang saluran longitudinal (posterior interna pleksus vena). Pasien
dengan shunt AV dural dalam ruang ini biasanya hadir dengan hematoma
epidural spontan. Jenis “SDAVF” yang paling umum adalah DAVF epidural
sumsum spinalis ke sistem vena epidural. Outflow obstruksi outlet vena yang
pasien dalam kelompok ini mengalami suatu gejala klinis yang agresif dan pada
usia yang lebih tua. Kelebihan laki-laki yang kuat juga diamati, yang serupa
42
dengan yang terdapat pada DAVF epidural lateral kranial, seperti pada foramen
magnum (medula bridging vein) dan lokasi tentorial ( vena bridros ).Hanya ada
katup-seperti yang mungkin merusak secara normal aliran retrograde dari pleksus
ini. Namun, dapat juga dikatakan, bahwa refluks disebabkan oleh trombosis luas
dengan pembuluh darah yang biasanya mengalirkan proses spinosus dan lamina
dengan sinus dural vena utama (sinus sagitalis superior dan sinus torcular dan
transversal) pada tingkat kranial, vena yang bersesuaian pada level spinal kurang
interna pleksus vena). Pasien dengan shunt AV dural dalam ruang ini biasanya
hadir dengan hematoma epidural spontan . Shunt ini sangat langka. Jenis
“SDAVF” yang paling umum adalah DAVF epidural lateral. AV shunt ini
sistem vena epidural. Outflow obstruksi outlet vena yang berdekatan, baik karena
mengalami suatu gejala klinis yang agresif dan pada usia yang lebih
tua. Kelebihan laki-laki yang kuat juga diamati, yang serupa dengan yang
43
terdapat pada DAVF epidural lateral kranial, seperti pada foramen magnum
Bentuk klasik dural AV shunt terakhir dari spinalis karena mewakili 90%
dari semua shunt dural AV dural , sedangkan sisanya hanya jarang ditemui dan,
jika demikian, jarang hadir dengan gejala klinis yang signifikan . Epidemiologi
SDAVFs adalah malformasi vaskular yang paling sering terjadi pada spinalis dan
berdasarkan seri retrospektif pusat rujukan utama Jerman untuk penyakit vaskular
spinalis (Prof Thron , Aachen, Jerman), tiba pada 5–10 / juta / tahun pada
SDAVF menjadi simtomatik pada pria elde . Sebuah meta analisis terbaru dari
semua seri yang lebih besar dari 5 pasien menyimpulkan bahwa pria dipengaruhi
5 kali lebih sering daripada wanita dan bahwa usia rata-rata pada saat diagnosis
adalah 55-60 tahun. Pasien yang lebih muda dari 30 tahun merupakan kurang dari
1% pasien dengan DAVF, sedangkan, untuk pengetahuan kita, tidak ada pasien
yang lebih muda dari 20 tahun yang pernah dilaporkan. Kebanyakan fistula
kami, 80% dari semua DAVF berada di antara T6 dan L2. Lesi sakral terjadi
pada sekitar 4% pasien, sedangkan lesi serviks tinggi (pada tingkat foramen
magnum) terjadi pada 2% pasien. DAVF serviks rendah (di bawah C2 dan di atas
T1) sangat jarang. Di sekitar 2% dari pasien, DAVFs spinalis ganda atau asosiasi
dari dural spinalis dengan AV shunt pial spinalis dapat hadir, meningkatkan
BAB 6
DIAGNOSIS KLINIS
Gejala awal dari kongesti venavenous congestion adalah tidak spesifik, dan
termasuk kesulitan dalam menaiki tangga, gangguan gaya berjalan, dan, lebih
sering, gejala sensorik seperti parestesia , kehilangan sensorik difus atau tambal
ekstremitas bawah atau yang awalnya hanya 1 cabang motoris. Nyeri punggung
bawah tanpa distribusi radikular juga sering dijumpai. Gejala-gejala neurologis ini
Kotoran usus dan inkontinensia kandung kemih dan usus, disfungsi ereksi, dan
retensi urin lebih sering terlihat dijumpai di akhir perjalanan suatu penyakit.
bersifat perlahan dan progresif, onset akut penyakit dan perkembangan yang
progresif yang dapat juga terganggu oleh intermediate remissionremisi intermedia Formatted: Font: Italic
juga dimungkinkan.
pengalaman kami, tidak pernah terjadi dan, oleh karena itu, lebih mengarah ke
pirau perimedullaryperimedullary shunt ( yaitu , pial ) daripada true DAVF sejati. Formatted: Font: Italic
Dalam kasus yang jarang terjadi, SDAVF pada tingkat foramen magnum dengan
dinilai buruk pada saat diagnosis sudah jauh lebih burukditentukan:. Sebanyak
gangguan sensorik, dan keterlibatan segmen sakral (miksi, defe kasi, atau
klonus dan tanda Babinski sign positif dan keterlibatannya juga dengan
berdampinganterjadi pada pasien yang sama, seperti yang telah dijelaskan dalam
Gambaran Radiologis
dikonfirmasi oleh DSA. Pada sekuen berbobot T2, edema tali pusat digambarkan
pusat akan menjadi atrofi. Pembuluh perimedullary yang akan melebar dan Formatted: Font: Italic
sebagai void aliranflow voids, yang sering lebih menonjol pada permukaan dorsal
dengan standard Urutan T2 TSE sequence. Selain itu, urutan T2 TSE sequenceini
pulsasipulsation artifacts, yang kadang-kadang keliru dirancu oleh untuk Formatted: Font color: Red
darah yang benar. Baik lokasi pembuluh patologis maupun temuan pencitraan
intramedullar tampaknya tidak terkait dengan ketinggian fistula. Formatted: Font color: Red
Pada pemindaian scan T1-weighted, tali yang bengkakswollen cord akan terlihat Formatted: Font color: Red
Formatted: Font color: Red
sedikit sedikit hipointens dan membesar. Setelah pemberian kontras, peningkatan Formatted: Font color: Red
Formatted: Font color: Red
menyebar meningkat dapat dilihat dalam kabelpada cord sebagai tanda kongesti Formatted: Font color: Red
barrier, SDAVFs dapat terjadi di mana saja dari tingkat foramen magnum ke Formatted: Font color: Red
sakrum dan lokalisasi pencarian lokasi untuk lesi ini mungkin dapat sangat sulit Formatted: Font color: Red
Formatted: Font color: Red
dan menantang, terutama dalam pada kasus di manasaat edema tali pusat terjadi
jauh dari lokasi shunt AV. Dengan demikian, evaluasi non-invasif dari pada
lokasi shunt sangat membantu untuk memandu angiografi konvensional Formatted: Font color: Red
invasifinvasive conventional angiography. MRA kontras spinal Formatted: Font color: Red
menghindari suntikan superselektif yang tidak perlu dari semua pengumpan arteri Formatted: Font color: Red
yang mungkin. Teknik first-pass gadolinium-enhanced MRA dapat dengan jelas Formatted: Font: Italic
menunjukkan awal pengisian vena awal, dengan demikian mengkonfirmasi shunt, Formatted: Font color: Red
Formatted: Font color: Red
dan, dalam banyak kasus, juga dapat menunjukkan tingkat level shunt pada
hampir semua kasus. Spinal CT angiography juga telah ditunjukkan untuk Formatted: Font: Italic
48
foramen magnum ke sakrum, dapat menyebabkan beban radiasi yang besar untuk Formatted: Font color: Red
pasien dan, dalam pengalaman kami, tidak dan bukan merupakan pendekatan
Pada angiografi yang selektif, stasis bahan kontras yang statis di arteri
radiculomedullary , terutama arteri spinal anterior spinal, dapat dilihatterlihat. Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
Kembalinya vena yang tertundaTertundanya vena untuk kembali setelah injeksi Formatted: Font color: Red
Formatted: Font color: Red
ASA menunjukkan adanya kongesti vena dan menggarisbawahi perlunya mencari
pencarian lesi shunting, sedangkan dalam pada banyak kasus, normalnya venous Formatted: Font: Italic
returna balik normal setelah injeksi arteri spinal anterior (ASA) akan
mengecualikan menyingkirkan kemungkinan SDAVF. Setelah injeksi ke arteri Formatted: Font color: Red
segmental yang mengandung AV fistula, pengisian vena awal dan serapan kontras Formatted: Font: Italic, Font color: Red
Formatted: Font color: Red
retrograde pada vena radiculo-medullary dapat divisualisasikan. Seringkali Formatted: Font color: Red
Formatted: Font color: Red
jaringan luas pelebaran vena peri medulla yang melebarjuga terlihat. Jaringan ini Formatted: Font: Italic
bahkan dapat merekrut pasokan dari arteri dural yang naik atau turun dari arteri Formatted: Font: Italic
menjadi lambat dari arteri arteriradikulomenereal radiculomeningeal ke vena Formatted: Font: Italic
radiculer sehingga radikuler mungkin lambat; oleh karena itu, kami secara
klasikumumnya lebih baik melakukan dilakukan spinal angiografi angiography Formatted: Font: Italic
spinal untuk mencari DAVFs dengan laju bingkai rendahlow frame rate (1 Formatted: Font: Italic
radikuler.
49
Diagnosis Banding
Diagnosis banding klinis dari gejala neurologis yang agak tidak spesifik Formatted: Font color: Red
adalahbersifat bermacam-macam, termasuk polineuropati, tumor, atau penyakit Formatted: Font color: Red
penyakit degeneratif disk degenative. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa Formatted: Font: Italic
pasien dengan SDAVF melihat meminta rujukan ahli bedah ortopedi, ahli urologi
atau psikolog (ereksidisfungsi) sebelum pergi ke ahli saraf. Dari sudut pandang
khas untuk SDAVF, dan satu-satunya diagnosis banding pencitraan yang layak
adalah jenis lain dari malformasi malformasi vaskular spinalis.spinal vascular. Formatted: Font: Italic
Sebuah SDAVF yang hanya mengalir ke vena spinal anterior dapat disertai
dengan hipersignal kabel pada T2 hanya karena vena spinal anterior terletak
subpial dan mungkin, oleh karena itu, tidak dapat divisualisasikan sebagai
dilatasi. Dalam kasus-kasus ini, glioma (terutama ketika terdapat kontras), lesi
diagnosis banding.
mengalir ke vena radickular, yang secara langsung terhubung dengan urat darah Formatted: Font: Italic
angiografi ini mungkin sulit untuk dibedakan dari simulasi ligamen shunting pada Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
lesi lainnya (( yaitu , mmalformasi AV radikuler [ rAVMs ]; shunt epidural AV, Formatted: Font: Italic
yang termasuk dalam kelompok epidural ventral dan dorsal DAVFs; atau fistula
SDAVFs memiliki zona shunt yang jelas dengan konvergen pengumpan radikular Formatted: Font: Italic
ke vena drainase yang sama. Pasien-pasien ini juga sering datang dengan nyeri
radikuler dan bukan gejala langsung dari myelopathy vena kongestif. DAVF
epidural ventral dan dorsal terletak di ruang epidural dan biasanya akan merekrut
suplai dari tubuh vertebral dan struktur sekitarnya, dengan drainase langsung ke
Gejala yang terkait dengan kompresi akar saraf atau saraf yang berdekatan Formatted: Indent: First line: 0"
daripada kongesti vena, kecuali pada kasus yang tidak biasa dari refluks
perimedullary terjadi. FPerimedulary fistula AV perimedulla , termasuk fistula Formatted: Font: Italic
dari filum terminale , adalah shunt pial pada permukaan tali pusat (atau filum ) Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
yang selalu disediakan oleh arteri yang, dalam keadaan normal, akan memasok
posterior). Pada shunt aliran tinggi, kantong vena umumnya ditemukan pada Formatted: Font: Italic
BAB 7
Tata Laksana
Tujuan pengobatan di SDAVF adalah untuk menutup zona shunting ( yaitu, Formatted: Font: Italic
Formatted: Indent: First line: 0"
bagian terdistal arteri bersama dengan bagian paling proksimal paling penting
fistula akan cenderung berulang recur (relaps) dalam beberapa bulan berikutnya.
Ada 2 pilihan dalam pengobatan SDAVFs: (1) oklusi bedah vena intradural yang
menerima darah dari zona shunt yaitu,, intervensi yang relatif sederhana dan Formatted: Font: Italic
radiculomeningeal. Seperti yang disebutkan sebelumnya, agen emboli harus Formatted: Font: Italic
melewati nidus dan mencapai dan serta mampu menutup bagian proksimal dari
vena yang mengering untuk mencegah pengisian kolateralcollateral filling Formatted: Font: Italic
intradural fistula selanjutnya. Oleh karena itu, oklusi proksimal dengan kumparan
Embolisasi dengan partikel juga rentan terhadap rekanalisasi awal dan karena
fistula setelah pembedahan pada 98%. Jika lem perlekatan tidak mencapai situs
vena, kami sangat menganjurkan intervensi bedah dini sangat dianjurkan karena
tidak lengkap dan yang memerlukan intervensi bedah memiliki hasil klinis yang
Strategi pengobatan yang diadopsi oleh sebagian besar pusat saat ini termasuk
adalah embolisasi tentatif jika inikarena diyakini sebagai pendekatan yang aman
atau ( yaitu , tidak ada arteri spinal cord supplying yang menyuplai yang Formatted: Font: Italic
mungkin timbul dari pedikel yang sama sebagai feeder ke shunt saat ini). Jika Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Italic
agen emboli cair menembus ke vena, tindak lanjut klinis jangka panjang telah
terbukti menghasilkan pemusnahan sempurna lengkap dari fistula dan hasil klinis
yang baik. Jika lem perlekatan tetap intraarterial , agen emboli cair setidaknya
dapat digunakan untuk label arteri feeding internal dan dengan demikian Formatted: Font: Italic
fistula. Dalam prakteknya, suntikan lem jenis perekat cair yang lambat secara
Perancis] dan 1 bagian lemperekat) memiliki peluang tinggi untuk mencapai vena
Embolisasi spinal dural fistula hanya dilakukan jika tidak ada arteri
tingkat yang berada di atas dan bawahnya. Gambaran Ini secara sistematis
digunakan adalah cairan embolus. Tujuan bahan emboli untuk menyebar dari
arteri aferen ke paling sedikit 1 cm dari vena primer fistula (misalnya radikular
vena), sambil menghindari migrasi ke vena spinalis. Jika vena primer fistulla
tidak tersumbat, sangat mungkin dural fistula akan kambuh dengan aliran
kembali melalui anastomosis dengan arteri radikuler di atas dan di bawah tingkat
kontralateral. Dua Jenis cairan emboli bisa digunakan: Lem atau Onyx. Tingkat
demikian meningkatkan resiko tidak mencapai vena primer fistulla dan menutupi
penetrasi lem yang buruk di vena primer dan migrasi distal ke vena spinalis.
Pengenceran yang ideal digunakan yaitu 1/3 Lem dengan 2/3 Lipiodol® saat
aliran fistula tinggi, dan 1/4 Lem dengan 3/4 Lipiodol® bila aliran fistula lebih
lemah. Etilen vinil alkohol kopolimer (Onyx®) telah digunakan baru-baru ini
untuk mengobati DAVF meduler. Bahan emboli ini memiliki keuntungan lebih
anastomosis yang tinggi, harus ada tingkat kepastian mengenai tidak adanya
operasi lebih tinggi dari embolisasi (98% vs 46%). Pasien ditempatkan dalam
posisi tengkurap dan level fistula ditemukan dengan melihat coil yang ditanamkan
sisi posteroeksternal dura mater medulla spinalis pada bagian bawah pedikel
vertebra. Hal ini dapat dilihat secara ekstradural sebagai massa arteri yang berasal
dari arteri radicular. Setelah membuka duramater bagian tengah, vena intradural
dapat dilihat berhubungan dengan shunt. Terlihat dilatasi dan tersusun. Intravena
green indocyanine memungkinkan diinjeksi awal dan terjadi distilasi vena untuk
primer fistula telah diidentifikasi, lapisan arachnoid dan akarnya dibuka untuk
melihat dimana dural vein muncul. Vena ditutp dengan klip atau dengan
Stereotactic radiosurgery
55
BAB 8
PROGNOSIS
dan prognosis tergantung pada durasi gejala sebelum perawatan dan kecacatan
dapat dihentikan dalam banyak hal ;. Namun, hanya dua pertiga dari semua pasien
mengalami regresi gejala motorik mereka (termasuk gaya berjalan dan kekuatan)
Gangguan impotensi dan sfingter jarang reversibel, dan rasa sakit dapat bertahan.
Dalam kasus yang jarang terjadi pada SDAVF lama, pasien mungkin mengalami
sekunder.
56
Pengobatan ditujukan untuk menghentikan perkembangan penyakit ini, Formatted: Space Before: Auto, After: Auto
dan prognosis tergantung pada durasi gejala dan cacat sebelum perawatan. Jika
dalam banyak kasus, namun hanya dua pertiga dari semua pasien memiliki
perbaikan gejala motorik (termasuk gaya berjalan dan kekuatan) dan hanya
sfingter jarang reversibel, dan nyeri mungkin menetap. Pada kasus SDAVF lama,
pasien mungkin tetap mengalami perburukan meski sudah dilakukan oklusi total,
karena pada SDAVF yang sudah lama bisa terjadi rekanalization atau fistulla
sekunder.
KESIMPULAN
Hal utama yang harus didapati pada kelainan SDAVFs adalah adanya
suatu oklusi bagian proksimal vena bersama-sama dengan segmen arteri distal.
ini harus dikonfirmasi oleh DSA selektif, yang dianggap lebih baik dibandingkan