You are on page 1of 10

PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM

LAPORAN
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Struktur Perkembangan Hewan II
Yang diampu oleh Dr. Umie Lestari, M.Si

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Balqis Hanun H (170342615566)

2. Gusti Bagus W (170342615565)

3. Lina Anjarwati (170342615523)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI, PROGRAM STUDI BIOLOGI
November 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
1. Mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam.
2. Mempelajari lapisan embrional yang membentuk bakal organ.
1.2 Dasar Teori
Kata Aves berasal dari kata Latin yang dipakai sebagai nama kelas, sedang
Ornis dari bahasa Yunani, dipakai dalam “Ornithology” berarti ilmu yang
mempelajari burung-burung. Aves adalah hewan yang paling banyak dikenal orang
karena dapat dilihat dimana-mana, aktif pada siang hari dan unik dalam memiliki
bulu sebagai penutup tubuh. Aves juga mampu diternakkan sehingga dapat
meningkatkan peluang usaha bagi masyarakat (Campbell, 2008).
Aves merupakan satu-satunya kelas dalam kelompok chordata yang cukup
unik dengan memiliki bulu dan berbagai macam tipe kaki. Bulu adalah modifikasi
dari sisik yang berkembang secara evolusioner dari reptilia. Jantung burung terdiri
dari empat ruang dan tergolong hewan berdarah panas. Semua burung
menggunakan paruh dan tidak memiliki gigi. Struktur modifikasi untuk terbang
meliputi tulang lengkung, rangka apendikular depan berubah menjadi sayap,
kantung udara, mata yang lebar, dan cerebellum yang berkembang dengan sangat
baik (Campbell, 2008).
Aves memiliki ciri-ciri sebagai berikut : adanya bulu yang menutupi
tubuhnya, anggota gerak depan sudah termodifikasi menjadi sayap, anggota gerak
belakang teradaptasi untuk berjalan, berenan dan bertengger, pada tungkai terdapat
sisik, rahang bawah tidak mempunyai gigi, mulut termodifikasi menjadi paruh,
jantung terdiri dari empat ruang, mempunyai kantong udara atau kantong yang
berperan dalam membantu sistem pernapasan terutama pada saat terbang,
berkembang biak dengan bertelur. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk
mengenali kelas aves ini di antaranya yaitu menentukan ukuran dapat dilakukn
dengan membandingkan ukuran burung yang telah dikenal umumya, bentuk
burung tersebut gemuk, langsing, sayap pendek dan membulat atau panjang dan
meruncing, dan cara yang tidak kalah pentingnya dalam mengidentifikasi burung
adalah dengan mengenali suaranya (Priyono, 2011).
Anggota kelas aves memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungannya, sehingga hewan ini mampu bertahan dan berkembang biak pada
suatu tempat. Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan dalam berbagai cara
untuk penerbangan yang efisien. Yang paling utama di antara semuanya adalah
sayap. Meskipun sekarang sayap itu memungkinkan burung untuk terbang jauh
mencari makanan yang cocok dan berlimpah, mungkin saja sayap itu dahulu timbul
sebagai adaptasi yang membantu hewan ini lolos dari pemangsanya (Kimball,
1999).
Menurut Djuhanda (2010), tidak ada adaptasi gerakan lain yang
menghendaki sebegitu banyak pengkhususan struktur Aves selain daripada terbang
dan semua burung terbang atau keturunan penerbang. Yang menarik perhatian yaitu
perbedaannya dengan Reptil bahwa burung itu kelas yang paling homogen dan
dapat dikenal dari semua kelas-kelas Tetrapoda. Bagaimanapun juga untuk semua
sifat-sifat diantara hewan-hewan hidup, burung tidak begitu banyak berbeda dari
reptilia tertentu yang menjadi nenek moyangnya. Oleh karena itu, pengenalan Aves
melalui ciri-ciri morfologinya sangat diperlukan untuk membedakannya dari kelas-
kelas vertebrata yang lain, sekaligus dapat diketahui hubungan kekerabatan dengan
kelas lain di vertebrata (Iskandar, 2012).
Aves memiliki kemampuan mobilitas yang tinggi sehingga penyebarannya
sangat luas. Penyebaran itu didukung oleh kemampuan adaptasi yang tinggi
terhadap berbagai faktor-faktor lingkungan dimana mereka dapat hidup dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang mereka tempati (Iskandar, 2012).
Banyak ciri burung merupakan adaptasi yang memfasilitasi kemampuan
terbang, termasuk modifikasi peringan-tubuh yang menjadikan terbang lebih
efisien. Misalnya, burung tidak memiliki kandung kemih dan betina dari
kebanyakan spesies burung hanya memiliki sa tu ovarium. Gonad betina maupun
jantan biasanya berukuran kecil, kecuali pada saat musim kawin, saat ukuran
gonad membesar. Burung yang masih ada juga tidak memiliki gigi, adaptasi yang
memangkas bobot kepala (Campbell, 2012).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat dan Bahan

Alat :

 Mikroskop cahaya
 Mikroskop stereo
Bahan :
 Sediaan utuh embrio ayam

2.2 Prosedur Kerja

Pada embrio ayam utuh umur 24 jam, diperhatikan bagia

Pada embrio ayam utuh umur 33 j

Pada embrio ayam utuh umur 48 jam, diperhatikan terjadinya fleksi dan torsi, diamati bagian-bagian berikut : telensefalon

Pada embrio ayam utuh umur 72 jam

2.3. Hasil Pengamatan

No Gambar Pengamatan Literatur Keterangan


.
3. Embrio ayam pada umur 48 jam Keterangan:
1. (perbesaran
Embrio ayam pada umur 24 jam
4x10) Keterangan:
(perbesaran 4x10) 1. 1.
Sumber : (Bögemann, et al. 2011) Area opaka
Amnion
(gelap)
2. Metencephalon
3. 2. Area pelusida
Mesencephalon
(transparan)
4. Optic cup + lens
5. 3. Neural fold
Prosencephalon
4. headfolding
6. Otic vesicle
5. Foregut arches
7. Branchial
8. 6. Neural groove
Atrium
7. Somite
9. Ventricle
10.8.Lateral
Chordafold
9. Unsegmented
11. Lateral
mesoderm
mesoderm
12.10. Hensen'snode
Vitelline arteria /
11. Primitivestreak
vein
Sumber : (Bögemann, et al. 2011)
2. Embrio ayam padaumur 33 jam 13. Somite
1. Prosencephalon
(perbesaran 4x10) 14. Spine
2. Mesencephalon
15. Tail fold
3. Rhombencephalon
4. Embrio ayam pada umur 724 jam Keterangan:
4. Vesikula optik
(perbesaran 4x10) 1.5.Auditive (otic)
Vena vitelin
1 Sumber : (Bögemann, et al. 2014) vesicle
6. Notokord
2 5 2.7.Myelencephalon
Lipatan saraf
3. Metencephalon
3
4. Amnion
5. Mesencephalon
6 6. Optic vesicle +
lens
7. Diencephalon
7 8. Epiphyse
9. Telencephalon
10. Branchial arches
11. Heart
12. Forelimb (wing)
bud
13. Vitelline
arteria/vein
14. Hindlimb (leg)
bud
Gambar : Bagian embrio ayam 15. Tail
pada umur 33 jam (Christman,
2005)

2.4 Analisis data dan Pembahasan


Pada pengamatan preparat embrio ayam umur 24 jam, terlihat adanya enam
somit yang telah terbentuk. Pembentukan somit dimulai pada embrio umur 21 jam,
dimana setelah itu dalam setiap satu jam akan terbentuk satu pasang somit.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada gambar preparat embrio ayam pada umur
33 jam nampak somit sebanyak 12-13 pasang, terdapat bagian- bagian seperti
prosensefalon, mesensefalon, dan rombensefalon, vesikula optik, vena vitelin, lipatan
saraf, saraf tulang belakang, hati, notokord, lipatan kepala, AIP.
Pada pengamatan preparat embrio ayam umur 48 jam, somit yang telah
terbentuk sebanyak 28 pasang.
Pada pengamatan preparat embrio ayam umur 72 jam, telah tebentuk 52 pasang
somit. Sinus venosus sudah mengalami perkembangan pada bagian jantung. Cawan
optik dan lensa telah tampak semakin jelas. Embrio mengalami pelekukan servikal,
sehingga daerah rhombencephalon berada di sebelah dorsal dan telencephalon
mendekati perkembangan jantung.
Pengamatan 24 jam pada embrio ayam, terlihat seperti adanya gumpalan yang
menunjukkan adanya embrio yang akan berkembang. Menurut Syahrum (1994),
inkubasi selama 24 jam dapat dibedakan antara daerah intra embrional dengan daerah
ekstra embrional. Epiblast bagian tengah yang lebih terang disebut area pelusida,
bagian tepi yang lebih gelap disebut daerah opaca. Daerah intra embrional yakni terdiri
dari daerah pellusida dan daerah opaka. Daerah kepala akan mengalami perkembangan
yang cepat, namun karena adanya daerah batas pertumbuhan (zone over growth), terjadi
lipatan kepala (head fold), mula-mula ke ventral. Setelah ke ventral daerah agak
terangkat melipat ke posterior. Organ yang dapat terlihat dalam stadium 24 jam
inkubasi adalah: area embrional, area pellusida, area opaka vaskulosa, area ovaka
vitelin, lipatan neural, usus depan, somit dan daerah primitive, proamnion, notokord
dan keping darah.
Embrio ayam umur 33 jam mulai memunculkan struktur dan karakteristik baru.
Bumbung neural telah terbentuk dan dapat dibedakan bagian anterior, bagian tengah
serta posterior yang menyerupai bumbung. Primitive streak tumbuh rudiment dan
terlihat vesikula optikus yang besar. Persatuan lipatan neural yang paling akhir di muka
dan di belakang, terjadinya lubang neuroporus anterior dan posterior. Neuromeri terjadi
pada bagian anterior dari lipatan neural sebagai indikasi pertama tentang organisasi
otak yang metamer. Struktur yang muncul dibagi menjadi struktur ektodermal, struktur
mesodermal, dan struktur endodermal. Struktur ektodermal terdiri dari prosenchepalon,
telensephalon, diensephalon, optik vesicle, invundibulum, mesensephalon,
metensephalon, tali saraf. Sedangkan mesodermal terdiri dari jantung yang merupakan
organ penyokong tubuh. Terletak pada bagian foregut. Perkembangan jantung akan
mengalami elongasi dan dibantu oleh vena vitelin yang tersebar pada bagian
ekstraembrionic akan masuk kedalam jantung melalui bagian posterior sehingga akan
menghasilkan beberapa ruang, disebut sinus venosus. Perkembangan berlanjut dengan
membentuk atrium dan kemudian ventrikel hingga membentuk jantung secara utuh
(Syahrum, 1994).
Organ-organ yang terbentuk pada umur 48 jam yaitu otak dan sumsum
tulang belakang. Selanjutnya ketiga bagian otak mengalami deferensiasi, prosensefalon
menjadi telensefalon dan diensefalon. Vesikula optik menyempit dan memanjang
kemudian terbentuk tangkai optik yang tumbuh ke arah lateral menuju ke ekloderma
luar dan menginduksi primordial lensa pada ektoderm yang merupakan suatu penebalan
ekstra (Djuanda, 1981).
Penetasan pada jam ke-72 pada kedua sisi embrio ayam terbentuk dua bubung
yang menandakan pembentukan kaki. Perkembangan selanjutnya membentuk tunas
kaki yang jelas, kemudian berangsur-angsur diferensiasi dari bagian-bagian kaki
belakang dan depan, tulang rawan, tulang, dan otot. Penempatan yang tepat dari tunas
kaki, diferensiasi beberapa sel tunas kaki menjadi tulang rawan, dan sel lain menjadi
otot, pembentukan tunas kaki depan menjadi sayap dan tunas kaki belakang menjadi
kaki, dan pencerminan perkembangan semua struktur ini di bagian tubuh yang
berlawanan, semuanya terpusat pada regulasi morfogenesis dan diferensiasi dalam
perkembangan embrio (Yatim, 1982).
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Tahap perkembangan embrio aves yaitu melalui tahap pembelahan, blastul, gastrula,
neurula, dan organogenesis. Pada embrio ayam umur 24 jam mulai adanya porta
usus, somit berjumlah 4, terdapat juga bakal pembuluh darah yang berupa pulau-
pulau darah. Setelah embrio ayam berumur 33 jam, pada embrio ayam ditemukan
adanya vesikula optic, serta pulau darah beranastomosis membentuk vena vitelin,
jantung berupa tabung yang membelok kekanan, somitnya berjumlah 13. Embrio
ayam pada umur 48 terbentuknya lensa mata, optic cup, 28 somit, otak dan jantung
terbagi menjadi antrium, ventrikel, sinus venosus, dan trunkus anteriosus. Terakhir
pada embrio ayam berumur 72 jam, pada tahap ini bakal hidung terbentuk berupa
lekuk hidung, tunas sayap terbentuk berupa tonjolan, serta somit berjumlah 52.

2. Lapisan embrional yang membentuk bakal organ : Lapisan ektodermal neural akan
membentuk otak, ektodermal somatik akan membentuk mata, hidung, telinga. pada
lapisan Endoderm akan membentuk saluran pencernaan, hati dan paru-paru. Pada
lapisan endoderm akan terbentuk jantung, pembuluh darah, dan sistem urogenital

Saran

Pada praktikum selanjutnya diharapkan praktikan agar lebih teliti dalam melakukan
pengamatan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan praktikum yang ingin
dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Bogemann, G.M, et al. 2011. Embryology. Radboud: Radboud University Nijmegen.

Christman,S. A, B. W. Kong, M. M. Landry, and D. N. Foster. 2005. Molecular,


Cellular, and Developmental Biology Chicken Embryo Extract Mitigates
Growth and Morphological Changes in a Spontaneously Immortalized
Chicken Embryo Fibroblast Cell Line. Department of Animal Science,
University of Minnesota, St. Paul, Minnesota 55108.

Campbell, Neiil .A., J.B. Reece., L.A. Urry., dkk. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid
3. Erlangga : Jakarta

Djuhanda, 2010. Zoologi Animalia. Jakarta: Jaya mas


Djuhanda, T. 1981. Embriologi Perbandingan. Armico, Bandung.
Iskandar, 2012. Zoologi vertebrata. Yogyakarta: UGM Press
Kimball, J,W. 1999. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Priyono. 2011. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Erlangga.
Syahrum, M. H; Kamaluddin dan A. Djokronegoro. 1994.Reproduksi dan Embriologi
dari Satu Sel menjadi Organisme. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Yatim, W. 1984. Embriologi. Bandung: Tarsito

You might also like