Professional Documents
Culture Documents
1.2 Definisi
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak
dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. (Brunner
&,Suddart, 2002 )
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat,
intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi
Kumala Dewi, dkk, 2008)
Penyakit Alzheimer adalah penyakit degenerasi neuron kolinergik yang merusak dan
menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas.
1.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Akan tetapi usia dan riwayat keluarga adalah factor
resiko yang sudah terbukti. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari
degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan
fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif.Adanya defisiensi factor
pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron.
Beberapa factor lain yang menyebabkan Alzheimer :
1. Faktor Genetic
2. Faktor infeksi
3. Faktor Lingkungan
4. Faktor Imunologis
5. Faktor Trauma
6. Faktor Neurotransmitter
1.5 Patofisiologi
Patologi anatomi dari Penyakit Alzheimer meliputi dijumpainya Neurofibrillary Tangles
(NFTs), plak senilis dan atropi serebrokorteks yang sebagian besar mengenai daerah asosiasi
korteks khususnya pada aspek medial dari lobus temporal.Meskipun adanya NFTs dan plak
senilis merupakan karakteristik dari Alzheimer, mereka bukanlah suatu patognomonik.
Sebab, dapat juga ditemukan pada berbagai penyakit neurodegeneratif lainnya yang berbeda
dengan Alzheimer, seperti pada penyakit supranuklear palsy yang progresif dan demensia
pugilistika dan pada proses penuaan normal.
Distribusi NFTs dan plak senilis harus dalam jumlah yang signifikan dan menempati
topograpfik yang khas untuk Alzheimer. NFTs dengan berat molekul yang rendah dan
terdapat hanya di hippokampus, merupakan tanda dari proses penuaan yang normal. Tapi bila
terdapat di daerah medial lobus temporal, meski hanya dalam jumlah yang kecil sudah
merupakan suatu keadaaan yang abnormal.Selain NFTs dan plak senilis, juga masih terdapat
lesi lain yang dapat dijumpai pada Alzheimer yang diduga berperan dalam gangguan kognitif
dan memori, meliputi :
(1) Degenerasi granulovakuolar Shimkowich
(2) Benang-benang neuropil Braak , serta
(3) Degenerasi neuronal dan sinaptik.
Berdasarkan formulasi di atas, tampak bahwa mekanisme patofisiologis yang mendasari
penyakit Alzheimer adalah terputusnya hubungan antar bagian-bagian korteks akibat
hilangnya neuron pyramidal berukuran medium yang berfungsi sebagai penghubung bagian-
bagian tersebut, dan digantikan oleh lesi-lesi degeneratif yang bersifat toksik terhadap sel-sel
neuron terutrama pada daerah hipokampus, korteks dan ganglia basalis. Hilangnya neuron-
neuron yang bersifat kolinergik tersebut, meneyebabkan menurunnya kadar neurotransmitter
asetilkolin di otak. Otak menjadi atropi dengan sulkus yang melebar dan terdapat peluasan
ventrikel-ventrikel serebral.
1.6 PemeriksaanPenunjang
a. CT Scan, MRI, EEG
b. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan, penurunan aliran darah, metabolism O2,
glukosa didaerah serebral.
c. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan deficit kogitif, kedua
pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
d. Uji skala depresi dan fungsi kognitif seperti MMSE (mini-mental State Examination)
1.7 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit Alzheimer diantaranya :
a. Infeksi
b. Malnutrisi
c. Kematian
1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas.Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.Pemberian obat stimulan, vitamin B, C,
dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan. Beberapa pengobatan yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk
pengobatan simptomatik penyakit Alzheimer, dimana penderita Alzheimer
didapatkan penurunan kadar asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar
asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral seperti
fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini dikatakan dapat
memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung. Beberapa
peneliti mengatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk
penampilan intelektual pada organ normal dan penderita Alzheimer .
b. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita Alzheimer
didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzyme yaitu 2
ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan
neuronal pada nucleus basalis. Pemberian thiamin hidrochloryda dengan dosis
3gr/hari selama tiga bulan peroral, menunjukan perbaikan bermakna terhadap
fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
c. Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat
memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar pada percobaan binatang. Tetapi
pemberian 4000mg pada penderita Alzheimer tidak menunjukan perbaikan klinis
yang bermakna.
d. Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita Alzheimer dapat disebabkan
kerusakan noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres) yang merupakan
noradrenergik alpha 2 reseptor agonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral
selama 4 mg, didapatkan hasil yang kurang memuaskan untuk memperbaiki
fungsi kognitif.
e. Haloperiodol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi,
halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian oral haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4
mgg akan memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita Alzheimer menderita
depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti depressant (aminitryptiline25-100
mg/hari).
f. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrate endogen yang disintesa didalam mitokondria
dengan bantuan enzim ALC transferace.Penelitian ini menunjukan bahwa ALC
dapat meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada
pemberiaan dosis 1-2 gr /hari/oral selama 1 tahun dalam pengobatan,
disimpulakan bahwa dapat memperbaiki atau menghambat progresifitas
kerusakan fungsi kognitif.
1.9 Pathway
1.11 Terapi Komplementer
Aromaterapi banyak digunakan sebagai obat tradisional komplementer dan alternatif.Selama
beberapa dekade terakhir, peneliti terus melakukan penelitian mengenai efek aromaterapi
pada pasien.Aromaterapi sendiri bisa diartikan sebagai penggunaan bau untuk meningkatkan
fisik dan mental manusia menggunakan aroma ekstrak tanaman atau minyak esensial.
Jenis dan manfaat aroma
a. Jasmine
Jasmine bisa menghilangkan aura negatif dan membawa aura positif ke suasana hati
Anda.Selain itu, jasmine memiliki efek sedatif yang bisa membuat pasien tidur lebih lama
dan nyenyak. Ketika pasien banyak istirahat, tubuh akan menjadi lebih berenergi yang
kemudian bisa memicu kesegaran mental.
b. Peppermint
Peppermint bisa meningkatkan performa fisik saat berolahraga.Menurut artikel yang
dipublikasi di International Society of Sports Nutrition, minyak peppermint bisa
meningkatkan performa atletik.Paru-paru atlet bisa menggunakan oksigen lebih efektif
dan kecepatan istirahat jantung pun bisa diturunkan drastis setelah sepuluh hari
menggunakan minyak esensial peppermint.
Di Jepang, pasien Alzheimer ditawarkan aromaterapi sebagai salah satu bentuk terapi.
Pasien diberikan minyak rosemary dan lemon di pagi hari dan lavender dan jeruk di sore
hari.Hasil skor pengujian mereka setelah aromaterapi meningkat secara signifikan.
Interaksi harian pasien pun menjadi lebih masuk akal dan mudah dimengerti.Juga tidak
ada efek samping seperti insomnia atau penurunan berat badan setelah menggunakan
aromaterapi dibandingkan penggunaan obat Alzheimer.
2.1 Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem persarafan
meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian
psikososial.
A. identitas klien.
Meliputi nama, umur (lebih sering pasa kelompok usia lanjut, 50% populasi berusia lebih
dari 85 tahun ), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
B. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta bantuan kesehatan adalah
penurunan daya ingat, perubahan kognitif, dan kelumpuhan gerak ekstremitas.
C. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat.Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.Pola persepsi dan
konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan
tidak kooperatif.Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit alzheimer adalah
penurunan kognitif dan penurunan memori (ingatan).
B1 (BREATHING)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.
B3 (BRAIN)
Pengkajian Sitem motorik. Inspeksi umum, pada tahap lanjut, klien akan
mengalami perubahan dan penurunan pada fungsi motorik secara umum.
B4 (BLADDER)
Pada tahap lanjut, beberapa klien sering mengalami inkontinensia urine, biasanya
berhubungan dengan penurunan status kognitif dari klien Alzheimer.Penurunan
reflekss kandung kemih yang bersifat progresif dan klien mungkin mengalami
inkontinensia urine, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan
postiral.Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten denga teknik steril.
B5 (BOWEL)
B6 (BONE)
Pada tahap lanjut biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas karena
kelemahan umum dan penurunan status kognitif menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adaanyaa gangguan keseimbangan dan
koordinasi dalam melakukan pergerakan disebabkan karena perubahan pada gaya
berjalan dan kaku pada seluruh gerakan akan memberikan risiko pada trauma fisik
bila melakukan aktivitas.
2.2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 :ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menelan makanan
2.2.1 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
2.2.2 Batasan Karakteristik
Kurang minat pada makanan
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
Mengeluh gangguan sensasi rasa
Menghindari makanan
Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
Kurang informasi
2.2.3 Faktor yang berhubungan
ketidakmampuan menelan makanan
Diagnosa 3 :hambatan interaksi social b.d gangguan konsep diri, perubahan emosi (cepat
marah, mudah tersinggung,kurang percaya diri)
2.2.7 Definisi
Insufisiensi atau kelebihan kuantitas tau ketidakefektifan kualitas perukaran social.
2.2.8 Batasan karateristik
Disfungsi interaksi dengan orang lain
Laporan keluarga tentang perubahan interaksi (mis.,gaya,pola)
Penggunaan perilaku interaksi social yang tidak efektif
2.2.9 Faktor yang berhubungan
Gangguan proses pikir
2.3.Perencanaan
Diagnosa 1 :ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menelan makanan
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria):
Tujuan :Dalam waktu 2×24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
Diagnosa 3 :hambatan interaksi social b.d gangguan konsep diri, perubahan emosi (cepat marah,
mudah tersinggung,kurang percaya diri)