Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
Pemerintah menjajadikan investasi sebagai pilar pokok
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3-6,8 % pertahun, sehingga
kemudahan perizinan merupakan salah satu indikator untuk menarik
minat investor menanamkan modalnya di Indonesia, peran
pemerintah dalam pelayanan perizinan sangat penting, dalam
pengertian interaksinya secara langsung dengan masyarakat sebagai
penyedia pelayanan. Pemerintah memiliki kepentingan terhadap
pelayanan perizinan karena dapat mempengaruhi pendapatan asli
daerah, membuka peluang kerja serta peningkatan iklim investasi.2)
Sistem pelayanan terpadu satu pintu sebagaimana dimaksud
dilakukan dengan cara memadukan beberapa jenis pelayanan untuk
menyelenggarakan pelayanan secara terintegrasi dalam satu kesatuan
proses dimulai dan tahap permohonan sampai dengan tahap
penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu.3) Sehingga
perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan cukup
mendatangi instansi yang memiliki kewenangan dibidang Pelayanan
Perizinan, yaitu Lembaga Pelayanan terpadu Satu pintu (PTSP).
Sejalan dengan itu, prinsip market oriented organisasi
pemerintahan harus diartikan bahwa pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah (aparatur) harus mengutamakan pelayanan terhadap
masyarakat. Demikian juga prinsip catalitic government, mengandung
pengertian bahwa aparatur pemerintah harus bertindak sebagai
katalisator dan bukannya penghambat dari kegiatan pembangunan,
termasuk di dalamnya mempercepat pelayanan masyarakat. 4)
1.2. Permasalahan
2) Direktorat riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, laporan perekonomian indonesia tahun 2012
3) Pasal 25dan 26 (2) UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
4) Pasal 3, UU No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik ,
2
1.3. Tujuan Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
POLITIK HUKUM, REFORMASI BIROKRASI
DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
5). Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, Cet ke II, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986,
hlm 160
6). Jurnal Prisma nomor 6 tahun II Desember 1973, hlm, 4
7). Soedarto, Perkembangan Ilmu Hukum dan Politik Hukum, Bandung, Sinar Baru, Bandung, 1983, hlm 20
8). Satjipto raharjo, Ilmu Hukum, Cet. III, Citra Aditya Bakti, Bandung 1991, hlm 352
4
Menurut Satjipto Raharjo, terdapat beberapa pertanyaan mendasar
yang muncul dalam studi politik hukum yaitu : (1) Tujuan apa yang
hendak dicapai dengan sistem hukum yang ada; (2) Cara-cara apa dan
yang mana, yang dirasa paling baik untuk bisa dipakai mencapai tujuan
tersebut; (3) Kapan waktunya hukum itu perlu dirubah dan melalui cara-
cara bagaimana perubahan itu sebaiknya dilakukan; dan (4) Dapatkah
dirumuskan suatu pola yang baku dan mapan yang bisa membantu kita
memutuskan proses pemilihan tujuan serta cara-cara untuk mencapai
tujuan tersebut secara baik, 9)
Sedangkan Sunaryati Hartono melihat politik hukum sebagai sebuah
alat (tool) atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk menciptakan hukum nasional yang dikehendadaki dan
dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa
Indonesia .10)
5
clean government. Reformasi diarahkan pada perubahan masyarakat
termasuk didalamnya masyarakat birokrasi, dalam pengertian perubahan
ke arah kemajuan
Dalam sebuah rapat kerja kabinet, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menyatakan bahwa penghambat pembangunan di Indonesia
adalah: birokrasi, infrastruktur dan korupsi. Pembenahan birokrasi secara
fundamental harus dilakukan ditingkat pusat dan daerah. Pembenahan
ini juga menjadi kunci untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih
baik.11)
Dalam konteks kebijakan, reformasi birokrasi telah diakomodasi
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005
– 2025. Dokumen RPJPN menyebutkan bahwa arah kebijakan dan
strategi nasional bidang pembangunan aparatur dilakukan melalui
reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara
dan mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Rancangan kebijakan
dan strategi nasional tersebut dituangkan secara rinci dalam suatu grand
design reformasi birokrasi sebagai arah kebijakan pelaksanaan reformasi
birokrasi nasional. Grand design adalah tindak lanjut kebijakan dan
strategi nasional pembangunan aparatur untuk mendukung keberhasilan
dalam rangka menciptakan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan
makmur. Tujuan Grand Design secara eksplisit menyatakan akan
menciptakan aparat yang bersih, berintegritas, dan hal positif lainnya.
Dalam konteks ini terlihat tantangan yang cukup besar dalam
mewujudkan tujuan reformasi birokrasi tersebut. Pola pikir (mind-set) dan
budaya kerja (culture-set) birokrat belum sepenuhnya mendukung
birokrasi yang efisien, efektif dan produktif, dan profesional. Birokrat di
semua tingkat belum benar-benar memiliki pola pikir yang melayani
masyarakat, belum mencapai kinerja yang lebih baik (better
performance), dan belum berorientasi pada hasil (outcomes). 12)
11) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat membuka rapat kerja pemerintah di Ruang Garuda,
Gedung Induk, Istana Bogor, Jumat (23/12/2011).
12). Pemimpin dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi
Birokrasi, Jakarta, 2012, Cet ke 1, hal x
6
2.3. Tinjauan Pustaka Tentang Pelayanan Publik
13). Widodo Joko dalam Dr. Kridawati Sadhana, M.S, Etika Birokrasi Dalam Pelayanan
Publik, CV. Citrab Malang, 2010, Malang, h. 131.
14). Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63/Kep/M.PAN/7/2003
tanggal 10 Juli 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
15). Ramli, 2011210040, Ilmu Administrasi Negara, FISIP; Lab. Otoda, Univ. Tribhuwana
Tunggadewi, Malang, April 2013
7
2.4 Tinjauan Pustaka Pelayanan Terpadu Satu Pintu
8
BAB III
PEMBAHASAN
18). Deffni Holidin, Reformasi Birokrasi dalam Praktik, Kementerian Aparatur Negara dan reformasi birokrasi,
Jakarta , cetakan ke I, 2013, hal V
19. Rakyat Merdeka Online, 21 Mei 2012,
20). Survei International finance coorporation, 2011
9
Berdasarkan survey IFC, untuk masing-masing item penilaian “starting
a business”, prosedur yang diterapkan di Indonesia antara lain jumlah
prosedur yang diterapkan sebanyak 9 prosedur dengan total hari
penyelesaian sebanyak 47 hari, besar biaya yang dikeluarkan sebesar
22,7% dari Pendapatan Per Kapita, dan minimal awal sebelum
pendaftaran sebesar 42,0% dari Pendapatan Per Kapita.21)
21). Hasil survei IFC, Word Bank (Doing Busines Book, 2013)
10
Persoalan persoalan tersebut ternyata menyebabkan rendahnya
investasi yang masuk ke Indonesia, sebelum reformasi di bidang
penanaman modal, dan mulai tahun 2010 angka investasi yang masuk ke
Indonesia cukup meningkat tajam, data investasi yang masuk ke indonesia
dapat dilihat pada berikut:
450
400
350
300
250 Nilai
Investasi
200
(Trilyun)
150 Tahun
100
50
0
11
1. Mempercepat waktu pelayanan dengan mengurangi tahapan-tahapan
dalam pelayanan yang kurang penting.
2. Menekan biaya pelayanan izin usaha, selain pengurangan tahapan,
pengurangan biaya juga dapat dilakukan dengan membuat prosedur
pelayanan serta biaya resmi menjadi lebih transparan.
3. Menyederhanakan persyaratan izin usaha industri, dengan
mengembangkan sistem pelayanan paralel dan akan ditemukan
persyaratan-persyaratan yang tumpang tindih, sehingga dapat
dilakukan penyederhanaan persyaratan. Hal ini juga berdampak
langsung terhadap pengurangan biaya dan waktu.
Selain itu PPTSP mengeiola administrasi perizinan dan non perizinan
dengan mengacu pada prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan
keamanan berkas. Dalam pengertian sempit, pelayanan terpadu dapat
berarti sebagai satu instansi pemerintah yang memiliki semua otoritas
yang diperlukan untuk memberi pelbagai perizinan (licenses, permits,
approvals dan clearances).
Upaya mengubah mekanisme perizinan agar lebih business-
friendly sudah dirintis sekitar satu dekade silam oleh sejumlah
pemerintahan daerah inovatif. Langkah utamanya adalah menyatukan
semua unit kerja ke dalam satu lembaga pelayanan perizinan dengan
alur kerja administrasi yang terkonsolidasi. Melalui Undang-Undang
nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri nomor 24 tahun 2011 pemerintah merespon hal ini dengan
mewajibkan pelayanan dilakukan satu pintu melalui Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP) sebagai solusi awal.
Melalui PTSP ini diharapkan waktu pembuatan perizinan akan lebih
singkat, pasalnya semua perizinan terintegrasi dalam satu unit
pelaksana, belum lagi dengan penggunaan teknologi informasi, maka
akan semakin mempersingkat waktu pelayanan. Selain itu, melalui
pelayanan terpadu satu pintu ini, pengawasan akan pelayanan publik
akan lebih mudah karena alur dan kewenangan dalam organisasi lebih
jelas dan pasti. 22 )
Reformasi Birokrasi pada hakikatnya adalah perubahan sikap mental
dari penyelenggara negara dari sikap mental malas, tidak inovatif, koruptif
serta egoisme kepada sikap mental, berintegritas profesional dan
hamonisasi multi sektoral. 23)
22). Reformasi Birokrasi dalam Praktik, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, Jakarta cetakan ke I 2013, hal 17
23). Romli Atmasasmita, Tiori Hukum Integratif, Genta, Yogyakarta , hlm 94
12
Pelayanan perizinan dengan sistem terpadu satu pintu (one stop
service) ini membuat waktu pembuatan izin menjadi lebih singkat.
Pasalnya, dengan pengurusan administrasi berbasis teknologi informasi,
input data cukup dilakukan sekali dan administrasi bisa dilakukan
simultan sehingga, dengan adanya pelayanan terpadu satu pintu,
seluruh perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota dapat terlayani dalam satu lembaga. Harapan yang ingin
dicapai adalah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan
investasi .
Dalam penyelenggaraannya, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
wajib melakukan penyederhanaan layanan meliputi :
1. pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan
oleh Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP);
2. percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi
standar waktu yang telah ditetapkan dalam Stadar Operational
Prosedur (SOP);
3. kepastian biaya pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah;
4. kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap
tahapan proses pemberian perizinan dan non perizinan sesuai
dengan urutan prosedurnya;
5. mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama
untuk dua atau Lebih permohonan perizinan;
6. pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi
dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan Lingkup tugas
PTSP meliputi pemberian pelayanan atas semua hentuk pelayanan
perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan Kabupaten /
Kota.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu harus Memenuhi asas-asas
pelayanansebagaiberikut :
Transparansi
Akuntabilitas
Kondisional
Partisipatif
KesamaanHak
Keseimbangan Hak dan Kewajiban.24)
13
Sebagai pelaksanaan dari ketentuan standar pelayanan pada
Undang-Undang nomor 25 tahun 2009, Pemerintah juga telah
menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi nomor 36 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Standar Pelayanan. Peraturan
tersebut memuat sejumlah panduan bagi penyelenggara pelayanan
dalam menyusun standar pelayanan. Tujuannya agar penyelenggara
pelayanan mampu untuk memberikan kepastian, meningkatkan kualitas
dan kinerja pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Masyarakat juga perlu dilibatkan secara konkret dalam standardisasi
pelayanan publik. Pembuatan standar pelayanan atas dasar kesepakatan
dengan masyarakat merupakan langkah yang tepat untuk mengeluarkan
komitmen penyelenggara atau yang dikenal sebagai maklumat standar
pelayanan (citizen charter).
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas layanan publik. Oleh karena
itu, diharapkan terwujud pelayanan publik yang cepat murah, mudah,
transparan, pasti, dan terjangkau, di samping untuk meningkatkan hak-
hak masyarakat terhadap pelayanan publik
14
Kateristik kedua hukum dalam pembangunan adalah sifat
instrumental yang dipandang oleh Satjipto telah mengalami penukaran
dengan kekuatan kekuatan diluar hukum, sehingga hukum menjadi
saluran untuk menjalankan putusan politik atau hukum sebagai sarana
perekayasaan sosial. Satjipto telah merinci hal tersebut sebagai berikut :
1. Hukum ditujukan untuk memantapkan dan mengamankan
pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya
2. Hukum memberikan dukungan dan arahan kepada upaya
pembangunan untuk mencapai kemakmuran yang adil dan merata
3. Hukum menumbuhkan dan mengembangkan disiplin nasional dan
rasa tanggung-jawab sosial pada setiap anggota masyarakat
4. Hukum menciptakan iklim dan lingkungan yang mendorong
kreatifitas dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta
mendukung stabilitas nasional dan dinamis 25)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindakan pemerintah
dalam membentuk lembaga Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
sejalan dengan konsep hukum Satjipto bahwa hukum sebagai sarana
perekayasaan sosial juga merupakan fungsi dan peran hukum sebagai
sarana rekayasa birokrasi.
25. Satjipto Raharjo, Pendidikan Hukum Sebagai Pendidikan Manusia,Genta Publishing, 2009, hlm 8-9
15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Suatu Sistem Hukum
Nasional, Alumni, Bandung,1991,
Satjipto raharjo, Ilmu Hukum, Cet. III, Citra Aditya Bakti, Bandung 1991,
Widodo Joko dalam Dr. Kridawati Sadhana, M.S, Etika Birokrasi Dalam
Pelayanan Publik, CV. Citrab Malang, 2010, Malang,
Perundang-undangan
17
Hasil survei IFC, Word Bank (Doing Busines Book, 2013
18
MAKALAH
POLITIK HUKUM PEMBENTUKAN LEMBAGA PELAYANAN
TERPADU SATU PINTU (PTSP) SEBAGAI BAGIAN
REFORMASI BIROKRASI
TUGAS UAS
HUKUM DALAM PEMBANGUNAN
KELOMPOK 2
1 ROSMALIA DEWI
2 ADE MULYANA Z
3 ROHADI
4 NURHALI
5 SLAMET HERYADI
2015
19
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penelitian 3
BAB II Tinjauan Pustaka Politik Hukum Reformasi Birokrasi 4
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
2.1 Tinjauann Pustaka Politik Hukum 4
2.2 Tinjauan Pustaka Reformasi Birokrasi 5
2.3 Tinjauan Pustaka Pelayanan Publik 7
2.4 Tinjauan Pustaka Pelayanan Terpadu Satu Pintu 8
BAB III PEMBAHASAN 9
3.1 Kegagalan Birokrasi Pemerintah dalam Pelayanan 9
Publik
3.2 Pembentukan Lembaga pelayanan Terpadu Satu pintu 11
Merupakan Reformasi Birokrasi
3.3 Politik Hukum Pembangunan Lembaga Pelayanan 14
Terpadu Satu Pintu Sebagai Bagian Reformasi
Birokrasi dikaitkan dengan Hukum dan Pembangunan
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 16
4.1 Kesimpulan 16
4.2 Saran 16
20
21