You are on page 1of 18

AKRUAL 5 (2) (2014): 133-150 e-ISSN: 2502-6380

AKRUAL
Jurnal Akuntansi
http://fe.unesa.ac.id/ojs/index.php/akrl

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN KELUARGA, KEPEMIMPINAN


DAN PERWAKILAN KELUARGA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

Puput Tri Komalasari


Muhammad Alfin Nor
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Email: puput_tk@yahoo.com

Artikel diterima: 20 Desember 2013


Terakhir direvisi: 18 Januari 2014

Abstract
This paper examines the impact of family ownership structure, leadership, and family
representatives on firm performance that was measured by Tobin’s Q and ROA. This
research used leverage, size, sales growth and firm ages of public corporate that was
listed in Indonesia StockExchange for period 2009 to 2011 as control variables.
Regression’sresult shows that family ownership structure has positive impact to
market performance (Tobin’s Q) and financial performance (ROA). Family CEO has
negative effect to Tobin’s Q, but a positive effect to ROA. Family member on the
board hasa negative effect to Tobin’s Q and ROA.

Keywords: Family ownership structure, family CEO, family member on the board,
and corporate performance

PENDAHULUAN
Bisnis keluarga merupakan jenis usaha terbesar di dunia.Gersick et all (1997)
dalam bukunya “Generation to Generation” melaporkan bahwa jumlah perusahaan
keluarga (baik yang dimiliki atau dikontrol oleh keluarga) di dunia berkisar antara 65-
80%, dan 40% nya masuk dalam daftar 500 perusahaan besar versi majalah Fortune.
Shanker dan Astrachan (1996) memprediksi bahwa perusahaan keluarga di Amerika
Serikat menyumbangkan 12% GDP, menyerap 15% tenaga kerja dan membuka
peluang pekerjaan baru sebesar 19%. Lebih lanjut, perusahaan keluarga di Eropa,
Asia dan Amerika Latin terus berkembang mulai dari perusahaan kecil sampai
menjadi perusahaan besar. Di Jerman, bisnis keluarga menyumbangkan 66% terhadap
pertumbuhan GDP, sedangkandi Inggris bisnis keluarga mampu menyerap 50%
tenaga kerja.
Di negara berkembang, perusahaan keluarga juga mendominasi pergerakan
ekonomi. Di India, perusahaan keluarga bernilai 70% dari total aset Termasuk juga di
Indonesia, data Indonesian Institute for Corporate and Directorship (IICD, 2010)
menunjukkan bahwa lebih dari 95 persen bisnis di Indonesia merupakan perusahaan

133
yang dimiliki maupun dikendalikan oleh keluarga. Itu berarti bahwa kegiatan bisnis
keluarga telah lama memberi sumbangsih terbesar terhadap pembangunan ekonomi
nasional. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, perusahaan keluarga di Indonesia
merupakan perusahaan swasta yang mempunyai kontribusi besar terhadap Produk
Domestik Bruto yaitu mencapai 82,44% (Suara Merdeka, 28 Juni 2007).
Secara umum perusahaan keluarga (family firm) adalah perusahaan yang
didirikan, dimiliki, dikontrol, dan dijalankan oleh sekelompok orang yang memiliki
hubungan darah atau pernikahan dan memiliki mayoritas saham suatu
perusahaan.Gonzales (2007) menyatakan bahwa suatu perusahaan disebut sebagai
perusahaan keluarga apabila para direktur perusahaan memiliki hubungan keluarga,
demikian pula dengan kepemilikan dan pelaksana kebijakan perusahaan yang
didominasi oleh anggota-anggota keluarga.
Perusahaan keluarga memiliki beberapa perbedaan karakteristik dengan
perusahaan lainnya.Misalnya dalam preferensi pengambilan keputusan manajerial
ataupun dalam hal pengawasan manajemen.Perbedaan ini terutama disebabkan oleh
perbedaan struktur kepemilikan serta susunan dewan direksi dan dewan
komisaris.Pada perusahaan keluarga, kepemilikan perusahaan cenderung
terkonsentrasi dan tidak terdiversifikasi. Dengan kata lain terdapat dominasi kendali
di tangan keluarga tertentu. Selain itu dominasi kendali juga dapat diperoleh melalui
posisi CEO, direksi dan komisaris.
Karakteristik lain dari perusahaan keluarga adalah pemegang saham pada
perusahaan adalah para investor jangka panjang, karena sebagian besar keluarga yang
memiliki perusahaan menganggap bahwa perusahaan adalah aset yang harus
diwariskan dari generasi ke generasi sehingga investasi yang dilakukan akan
berorientasi jangka panjang (Casson, 1999; Chami, 1999). Selain itu, perusahaan
keluarga lebih memilih untuk melakukan investasi jangka panjang karena cenderung
untuk menghindari resiko atau disebut juga risk averse.Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan rasa kekhawatiran yang muncul menyangkut kendali manajemen,
yaitu adanya kemungkinan penurunan atau bahkan hilangnya kendali atas
perusahaan.
Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada keluarga biasanya dapat
terlihat dari adanya anggota keluarga yang memiliki jabatan di jajaran top
management perusahaaan. Perusahaan keluarga cenderung dapat meminimalisasi
masalah keagenan di dalam perusahaankarena pada umumnya pemilik juga bertindak
sebagai manajer, sehingga tidak terjadi konflik antara manajer perusahaan dengan
pemilik perusahaan (Demsetz dan Villalonga, 2004).
Menurut Scott (1997:305) agency problem (masalah keagenan) adalah
perbedaan kepentingan (conflict of interest) antara principal dengan agent dimana
principal adalah pihak yang mempekerjakan agent agar melakukan tugas untuk
kepentingan principal, sedangkan agent adalah pihak yang menjalankan kepentingan
principal.Principal akan memberikan kewenangan kepada agent untuk mengelola
perusahaan dan mengambil keputusan perusahaan untuk dan atas nama pemilik.

134
Dengan kewenangan yang dimiliki, maka akan memungkinkan agent untuk bertindak
bukan untuk kepentingan pemilik.
Morck et al. (1998) dan Servaes (1990) menyatakan bahwa perbedaan
kepentingan antara manajer dan shareholders semakin berkurang dengan adanya
peningkatan kepemilikan manajerial dan menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih
baik. Menurut Berle dan Means (1932) kepemilikan perusahaan yang terkonsentrasi
akan menambah nilai perusahaan tersebut dengan cara menghilangkan konflik antara
pemegang saham dan manajer. Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa
perusahaan keluarga dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan agency problem,
hal ini bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan agency cost (biaya keagenan).
Meskipun memiliki beberapa kelebihan, perusahaan keluarga juga memiliki
beberapa efek negatif, seperti yang dikemukakan oleh Fama dan Jensen (1986) yaitu
ketika terjadi kombinasi antara manajemen dan kontrol oleh keluarga maka dapat
terjadi keputusan investasi yang tidak optimal karena perbedaan kepentingan antara
keluarga dan pemegang saham lainnya. Selain itu, menurut Barclay dan Hoderness
(1989) tingginya kepemilikan saham oleh keluarga akan mengurangi kemampuan
untuk mendapatkan investor dari pihak eksternal dan akan menurunkan nilai pasar.
Perusahaan keluarga cenderung menempatkan anggota keluarga mereka di
manajemen perusahaan.Hal ini dikarenakan seringkali anggota keluarga merasa
berhak untuk menjadi bagian dari perusahaan.Mereka memperoleh puncak pimpinan
perusahaan karena mereka anggota keluarga, bukan dari hasil kerja keras maupun
kemampuan, kompetensi serta kualitas individu mereka.Padahal demi kemajuan
perusahaan, jelas diperlukan individu-individu yang berkompeten dan mumpuni,
yang untuk memenuhinya seringkali harus direkrut dari luar. Perekrutan individu-
individu yang tidak kompeten dalam jumlah terlalu banyak ini tentu saja akan
mengancam kinerja atau bahkan eksistensi perusahaan.
Literatur keuangan hanya sedikit mengulas mengenai bagaimana kepemilikan
keluarga mempengaruhi kinerja operasional atau kegiatan dari perusahaan yang
berdampak pada kinerja perusahaan. Banyak perusahaan keluarga yang berkembang
pesat karena adanya loyalitas dan dedikasi tinggi keluarga terhadap kemajuan
perusahaan. Rasa memiliki yang besar inilah yang menjadi salah satu faktor kunci
kemajuan perusahaan keluarga. Anderson dan Reeb (2003) menyatakan bahwa
perusahaan mayoritas keluarga memiliki kinerja yang lebih baik daripada perusahaan
lainnya, baik berdasarkan profitabilitas maupun pasar.Selain itu, perusahaan keluarga
kinerjanya lebih unggul berdasarkan Tobin’s q dan ROA dari pada perusahaan lainnya
(Andres, 2008).Hal ini dikarenakan peran dan keterlibatan keluarga di dalam
manajemen perusahaan. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pukthuanthong, (2013) menunjukan bahwa perusahaan keluarga lebih unggul
daripada perusahaan lainnya berdasarkan Tobin’s q, sedangkan berdasarkan ROA,
tidak ada perbedaan yang signifikan antara perusahaan keluarga dan perusahaan
lainnya.
Namun demikian, tidak di setiap negara kepemilikan keluarga pada suatu
perusahaan selalu berdampak baik pada kinerja perusahaan tersebut.Menurut

135
penelitian yang dilakukan Barotini dan Caprio (2006) dengan menggunakan sampel
perusahaan Eropa, mereka berpendapat bahwa kendali keluarga tidak mempengaruhi
kinerja perusahaan. Demsetz et al. (1983) menyatakan kepemilikan perusahaan yang
terkonsentrasi tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini menguji pengaruh dari struktur kepemilikan keluarga,
kepemimpinan dan perwakilan keluarga terhadap kinerja perusahaan di
Indonesia.Riset ini menggunakan data panel dari 52 perusahaan yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009 sampai 2011 dengan menggunakan
model regresi liner berganda.

Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap Kinerja Perusahaan


Perusahaan modern seringkali memisahkan antara kepemilikan dan
pengelolaan dalam perusahaan.Pemisahan ini kemudian menimbulkan konflik antara
manajer sebagai pengelola perusahaan dengan investor sebagai pemegang saham atau
pemilik perusahaan (Fama dan Jensen, 1983; Jensen dan Meckling, 1976). Masalah
keagenan merupakan perbedaan kepentingan antara pemegang saham (principal)
dengan manajer (agent).Dalam menghadapi masalah keagenan, perusahaan
membutuhkan biaya untuk mengatasinya, yang disebut dengan agency cost. Agency
cost adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan karena adanya manajer
yang bertindak tidak sesuai dengan keinginan pemegang saham dalam
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.Jensen dan Meckling (1976)
menyebutkan biaya yang timbul dari masalah keagenan ini sebagai berikut :
1. Monitoring cost
2. Bonding cost
3. Residual Loss.
Namun, pada perusahaan yang kepemilikan sahamnya mayoritas dimiliki oleh
keluarga biasanya dikontrol oleh keluarga pemilik perusahaan.Menurut Jensen dan
Meckling (1976), perusahaan dengan struktur tersebut akan dapat meminimalkan atau
menghilangkan masalah dan biaya keagenan. Biaya dan masalah keagenan tidak akan
muncul karena pemilik dan manajemen perusahaan adalah pihak yang sama dan tidak
akan terjadi perbedaan kepentingan, sehingga biaya keagenan yang muncul untuk
monitoring akan sedikit atau bahkan tidak ada.
Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada keluarga, biasanya terlihat dari
adanya anggota keluarga yang memiliki jabatan di jajaran top management
perusahaan. Selain itu, dalam perusahaan yang kepemilikannya terkonsentrasi pada
keluarga, biasanya terjadi transfer pengalaman dan pengetahuan dari generasi satu ke
generasi penerusnya. Apabila generasi penerus ini tumbuh dan sudah lama berada
dalam perusahaanakan menciptakan hubungan yang penuh rasa kepercayaan dengan
karyawan dan hubungan yang berorientasi jangka panjang dengan para pemasok dan
pihak eksternal lainnya. Menurut Andres (2008), perusahaan keluarga dapat
menciptakan kepercayaan dan loyalitas pekerja sehingga akan menurunkan biaya
rekrutmen dan pergantian karyawan dalam perusahaan.

136
Menurut Demsetz dan Lehn (1985) dalam perusahaan yang dimiliki oleh
keluarga pendirinya, biasanya keluarga tersebut menginvestasikan hampir seluruh
harta kekayaanya dalam perusahaan tanpa melakukan diversifikasi diperusahaan lain.
Keluarga pendiri perusahaan menjadi investor yang sangat peduli terhadap
kelangsungan perusahaan dan mempunyai dorongan lebih untuk memonitor kinerja
perusahaan maupun kinerja manajemen perusahaan.
Keunggulan perusahaan keluarga dibandingkan perusahaan non keluarga bisa
ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek kepemilikan dan aspek manajemen.Dari sudut
pandang kepemilikan, keunikan perusahaan keluarga adalah mayoritas aset
perusahaan dipegang oleh anggota keluarga.Dari sisi manajemen, posisi CEO atau
manajemen puncak perusahaan keluarga didominasi oleh anggota keluarga.
Keberadaan pendiri dalam perusahaan dalam waktu yang lama menimbulkan
suatu keunggulan kompetitif tersendiri bagi perusahaan keluarga.Pertama, lamanya
kepemilikan keluarga dalam perusahaan telah menciptakan learning curve bagi
pemilik dalam memonitor kinerja karyawannya.Kedua, keluarga cenderung
mempertahankan investasi yang lebih panjang dibandingkan pemegang saham
lainnya (James, 1999).Perusahaan keluarga juga senantiasa berupaya melakukan
investasi secara efisien karena perusahaan keluarga memiliki keinginan yang kuat
untuk bisa mewariskan perusahaan mereka kepada generasi selanjutnya.

H1: Perusahaan keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

Pengaruh Kepemimpinan Keluarga Terhadap Kinerja Perusahaan


Salah satu karakteristik yang melekat dalam perusahaan keluarga adalah
keinginan agar kepemimpinan perusahaan dipegang oleh anggota keluarga.Karakter
ini secara umum bertumpu pada peran keluarga dalam sebuah perusahaan
keluarga.Keluarga lebih suka apabila perusahaan yang dimilikinya dipimpin oleh
anggota keluarganya, karena rasa percaya yang tinggi antar sesama anggota keluarga.
Perusahaan keluarga yang dipimpin oleh keluarga memiliki kecenderungan dapat
meminimalkan atau bahkan menghilangkan adanya masalah keagenan. Pemimpin
yang berasal dari anggota keluarga tentunya akan berusaha keras untuk
mensejahterakan pemegang saham, dimana pemegang saham tersebut adalah
keluarganya sendiri.
Keberadaan CEO dan manajemen puncak yang berasal dari keluarga
menunjukkan adanya manajemen keluarga yang aktif sehingga memudahkan
keluarga dalam mengontrol perusahaan agar sesuai dengan kepentingan pemilik.
CEO dan manajemen puncak yang dipegang oleh anggota keluarga dapat
meningkatkan kinerja perusahaan karena mereka akan menjaga perusahaan dan
mengidentifikasikan diri mereka dengan perusahaan.CEO yang berasal dari keluarga
merasa bahwa perusahaan adalah kepanjangan tangan mereka sehingga kesehatan
perusahaan menjadi perhatian utama mereka karena kinerja perusahaan berhubungan
erat dengan kesejahteraan mereka secara pribadi.

137
Penelitian yang dilakukan oleh Andres (2008), menyatakan bahwa apabila
keluarga hanya bertindak sebagai pemegang saham dan tidak aktif dalam pengelolaan
perusahaan, maka kinerja perusahaan tersebut buruk. Namun jika anggota keluarga
berpartisipasi dalam kegiatan manajerial, maka kinerja perusahaan akan meningkat.

H2: Kepemimpinan keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

Pengaruh Jumlah Anggota Keluarga di Dewan Direksi Terhadap Kinerja


Perusahaan
Partisipasi keluarga dalam perusahaan menunjukkan besarnya pengaruh dan
kontrol keluarga dalam kegiatan manajerial perusahaan. Jumlah anggota keluarga
yang menduduki jabatan sebagai dewan direksi perusahaan akan mempengaruhi
kinerja perusahaan. Banyaknya anggota keluarga yang terdapat di dalam dewan
direksi, keluarga dapat mengontrol penuh keputusan, kebijakan, dan jalannya
operasional perusahaan.Selain itu, dengan adanya anggota keluarga dalam perusahaan
tersebut, maka masalah keagenan dapat diminimalkan. Namun, kondisi tersebut akan
berbeda jika anggota keluarga yang menjabat sebagai dewan direksi tidak memiliki
kemampuan yang mumpuni untuk mengelola perusahaan. Menurut Smith dan
Amoako-Adu (1999), ketika pengumuman pengangkatan anggota keluarga menjabat
sebagai dewan direksi, maka harga saham akan turun. Hal ini dikarenakan investor
menganggap bahwa kemampuan anggota keluarga tersebut belum mumpuni, relatif
masih muda dan minim pengalaman.

H3: Jumlah anggota keluarga di dewan direksi berpengaruh negatif terhadap kinerja
perusahaan

Metode Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang meliputi, Industri Dasar dan Kimia; Real Estate dan
Properti; Perdagangan, Jasa dan Investasi; Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi;
Aneka Industri; dan Pertambangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
puporsive sampling selama periode 2009 sampai 2011.Kriteria perusahaan keluarga
yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti definisi yang dikemukakan oleh
Smith dan Amoako-Adu (1999); Villalonga dan Amit (2006), yaitu:
1) Pemegang saham terbesar perusahaan tersebut adalah keluarga pendiri atau
institusi yang dimiliki oleh keluarga pendiri.
2) Keluarga pendiri atau institusi yang dimiliki oleh keluarga pendiri memiliki
20% atau lebih saham dari perusahaan tersebut.
3) Terdapat perwakilan anggota keluarga yang menjabat sebagai CEO atau
dewan direksi perusahaan tersebut
4) Bukan termasuk perusahaan BUMN/D

138
Penelitian ini menggunakan perusahaan non keluarga sebagai pembanding dengan
kriteria:
1) Pemegang saham terbesar perusahaan bukan keluarga pendiri perusahaan
tersebut
2) Perusahaan yang memiliki total aset mendekati rata-rata total aset perusahaan
keluarga
3) Bukan termasuk perusahaan BUMN/D
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria pemilihan sampel adalah sebanyak 52
perusahaan sehingga diperoleh total observasi sebanyak 156 observasi.
Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan keluarga, kepemimpinan
dan perwakilan keluarga terhadap kinerja perusahaan, digunakan metode regresi
linier berganda dengan menggunakan model sebagai berikut:

Penelitian ini menambahkan variabel leverage, pertumbuhan penjualan, ukuran


perusahaan dan umur perusahaan sebagai variabel kontrol.Pada Tabel 1. berikut ini
dijelaskan notasi dan difinisi operasional variabel yang diteliti.

Tabel 1. Notasi dan Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi dan Deskripsi


Tobin's Q Mengukur Kinerja Pasar Perusahaan. Diukur dengan membandingkan nilai
pasar saham dibagi total aset.
ROA Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan. Diukur dengan membandingkan laba
bersih dibagi total aset.
FFIRM Perusahaan keluarga, merupakan perusahaan dengan kepemilikan saham yang
terbesar adalah keluarga pendiri atau kelompok (institusi) yang dimiliki oleh
keluarga pendiri dan memegang lebih dari 20% saham, serta CEO atau dewan
direksi perusahaan tersebut berasal dari anggota keluarga pendiri (Villalonga
dan Amit, 2006). Dalam penelitian ini perusahaan keluarga merupakan variabel
dummy yang bernilai 1 jika perusahaan adalah perusahaan kepemilikan
keluarga dan 0 jika bukan perusahaan keluarga.
FAMCEO Kepemimpinan keluarga (FAMCEO) adalah dimana CEO perusahaan tersebut
masih memiliki hubungan keluarga dengan keluarga pendiri yang meupakan
pemegang saham terbesar. Dalam penelitian ini kepemimpinan keluarga
merupakan variabel dummy yang bernilai 1 jika CEO berasal dari anggota
keluarga pendiri dan 0 jika CEO bukan berasal dari anggota keluarga pendiri.
FMoB Perwakilan keluarga (FMoB) merupakan dimana terdapat anggota keluarga
pendiri yang menjabat sebagai direksi di perusahaan tersebut. Variabel ini
diperoleh dengan membandingkan jumlah anggota anggota keluarga yang
terdapat didewan direksi dengan total jumlah dewan direksi diperusahaan

139
Variabel Definisi dan Deskripsi
tersebut
LEV Rasio yang menunjukkan seberapa besar hutang yang digunakan dalam
struktur modal perusahaan. Leverage dapat diperoleh dengan membandingkan
total hutang perusahaan dengan total aset perusahaan tersebut.
SALES Presentase tingkat pertumbuhan penjualan tahunan suatu perusahaan.
pertumbuhan penjualan dapat diperoleh dengan mengurangi penjualan periode
sekarang dengan penjualan periode sebelumnya di bagi penjualan periode
sebelumnya.
SIZE Ukuran Perusahaan menunjukkan tingkat besar atau kecilnya suatu
perusahaan. Dasar yang digunakan dalam menentukan besar atau kecilnya
suatu perusahaan adalah ukuran perusahaan. size dapat diperoleh dengan
natural logaritma dari total aset.
FIRMAGE Umur perusahaan yang diukur berdasaran lamanya perusahaan berdiri sampai
waktu penelitian dilakukan. Umur perusahaan dapat diperoleh dengan natural
logaritma dari umur perusahaan (mengurangkan tahun penelitian dengan tahun
perusahaan tersebut didirikan).

Deskripsi Hasil Penelitian

Pada Tabel 2, berikut ini dipaparkan deskriptif dari variabel-variabel yang


digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 2. Statistik Deskriptif Sampel

Mean Std. Deviation


N
2009 2010 2011 2009 2010 2011
Tobin’s Q 156 0.9127 1.0144 0.9933 0.24959 0.27679 0.31754
ROA 156 0.0298 0.0312 0.0408 0.03980 0.03980 0.04080
FmoB 156 0.3581 0.3543 0.3406 0.24340 0.22520 0.21870
LEV 156 0.5518 0.5467 0.5219 0.19620 0.19770 0.20590
SIZE 156 28.1285 28.2148 28.3535 1.42570 1.41610 1.42860
SALES 156 -0.0554 0.1802 0.1705 0.26280 0.22580 0.34160
FIRMAGE 156 3.2185 3.2613 3.3020 0.41920 0.39930 0.38170

Berdasarkan tabel 2, rata-rata Tobin’s Q pada tahun 2010 meningkat dari


0.9127 menjadi 1.0144.Namun pada tahun 2011 rata-rata Tobin’s Q menurun
menjadi 0.9933.Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan meningkat pada
tahun 2010, dan mengalami penurunan di tahun 2011.Fluktuasi pada Tobin’s Q ini
tampaknya lebih dipengaruhi oleh pergerakan sentimen pasar yang mengalami
optimisme pada tahun 2010 sehingga secara rata-rata hampir semua perusahaan
mengalami peningkatan kinerja pasar.

140
Nilai rata-rata ROA perusahaan sampel mengalami peningkatan pada tahun
2010 dan 2011. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Peningkatan ROA ini diikuti dengan
meningkatnya Tobin’s q pada tahun 2010.Berbeda dengan Tobin’s Q, pergerakan
ROA memiliki tren yang semakin meningkat dari tahun 2009 sampai 2011.
Nilai rata-rata jumlah anggota keluarga yang menjabat sebagai dewan direksi
dari tahun 2009, 2010, dan 2011 semakin berkurang.Ini menunjukkan perusahaan
keluarga semakin profesional dengan banyak merekrut tenaga profesional yang
memiliki kemampuan dan pengalaman untuk mengelola dan menjalankan
perusahaan.
Nilai rata-rata leverage perusahaan sampel mengalami penurunan dari tahun
2009, 2010, dan 2011. Hal ini menunjukkan bahwa semakin menurunnya
penggunaan hutang oleh perusahaan untuk mendanai operasional perusahaan yang
berdampak pada semakin menurunnya beban bunga perusahaan. Bisa jadi penurunan
leverage ini turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan ROA.
NiIai rata-rata ukuran perusahaan sampel dari tahun 2009, 2010, dan 2011
cenderung mengalamai kenaikan.Peningkatan size ini diikuti dengan meningkatnya
ROA perusahaan, dimana perusahaan menggunakan seluruh asetnya secara efisien
sehingga ROA perusahaan meningkat.
Nilai pertumbuhan penjualan perusahaan sampel cenderung mengalami
peningkatan dari tahun 2010 dan 2011, tetapi rasio pertumbuhan penjualan pada
tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun 2010. Peningkatan pertumbuhan
penjualan diikuti dengan meningkatnya ROA perusahaan, dimana semakin tinggi
pertumbuhan penjualan maka laba perusahaan akan semakin meningkat.

Pengujian Hipotesis dan Pembahasan


Dengan menggunakan model regresi linier berganda sebagaimana telah
dikemukakan, hasil analisis secara ringkas dipaparkan pada tabel 3 dan tabel 4
dibawah ini.
Tabel 3. PengaruhKepemilikan Keluarga terhadap Tobin’s Q

Var. Dependen Var. Independen Koefisien Std. Error t-statistik Sig T

(Constant) -0.103 0.498 -0.207 0.836


FFIRM 0.091 0.076 1.209 0.229
FAMCEO -0.171 0.062 -2.770 0.006*
FmoB -0.059 0.117 -0.501 0.617
Tobin’s q LEV 0.552 0.101 5.455 0.000*
SIZE 0.030 0.016 1.913 0.058**
SALES 0.156 0.071 2.198 0.030*
FIRMAGE -0.009 0.055 -0.167 0.868
R 0.517

141
R-squared (R²) 0.267
F-statistik 7.699
Prob(F-statistik) 0.000
Keterangan: tanda * dan ** menunjukkan signifikan pada tingkat kesalahan 5% dan 10%
berturut-turut.

Tabel 4. PengaruhKepemilikan Keluarga terhadap ROA

Var. Dependen Var. Independen Koefisien Std. Error t-statistik Sig T

(Constant) 0.040 0.074 0.546 0.586


FFIRM 0.023 0.011 2.083 0.039*
FAMCEO 0.08 0.009 0.841 0.402
FmoB -0.051 0.017 -2.959 0.004*
LEV -0.056 0.015 -3.746 0.000*
SIZE -0.002 0.002 -0.797 0.427
ROA
SALES 0.039 0.011 3.731 0.000*
FIRMAGE 0.020 0.008 2.474 0.014*
R 0.500
R-squared (R²) 0.250
F-statistik 7.064
Prob(F-statistik) 0.000
Keterangan: tanda * dan ** menunjukkan signifikan pada tingkat kesalahan 5% dan 10%
berturut-turut.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa untuk model regresi, dimana Tobin’s q
sebagai variabel terikat, variabel bebas yang memiliki signifikansi kurang dari 10%,
5%, dan 1% adalah FAMCEO, LEV, SIZE, dan SALES. Artinya keempat variabel
tersebut berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s q. Beta untuk masing-masing
variabel tersebut adalah -0.171, 0.552, 0.030, dan 0.156. Dari beta tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel LEV, SIZE, dan SALES berpengaruh positif signifikan
terhadap Tobin’s q, sementara FAMCEO berpengaruh negatif signifikan terhadap
Tobin’s q. model yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan 26.7%
variasi Tobin’s q.
Tabel 4menunjukkan bahwaROA sebagai variabel terikat, variabel bebas yang
memiliki signifikansi kurang dari 10%, 5%, dan 1% adalah FFIRM, FMob, LEV,
SALES, dan FIRMAGE. Artinya kelima variabel tersebut berpengaruh signifikan
terhadap ROA.Beta untuk masing-masing variabel tersebut adalah 0.023, -0.051, -
0.056, 0.039 dan 0.020.Dari beta tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel FFIRM,
SALES, dan FIRMAGE berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sementara
FMob dan LEV berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

142
PEMBAHASAN
Pengaruh Perusahaan Keluarga Terhadap Kinerja Perusahaan
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa perusahaan keluarga berpengaruh
positif terhadap Tobin’s q dan berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya kepemilikan keluarga, maka nilai
perusahaan dan profitabilitas perusahaanmakin meningkat. Pada Tobin’s Q,
kepemilikan keluarga berpengaruh positif, namun tidak signifikan.Pada perusahaan
keluarga, kehadiran keluarga pendiri sejak lama dalam perusahaan tersebut dapat
mengakibatkan hubungan yang baik dengan karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur
dan pemegang saham dari luar. Menurut Ward (1998), bahwa tingkat turnover dan
biaya perekrutan karyawan di perusahaan keluarga lebih rendah daripada perusahaan
yang pemegang sahamnya tersebar. Hal ini disebabkan pada perusahaan keluarga
tercipta lingkungan kerja yang saling percaya dan tingkat loyalitas yang tinggi dari
karyawan.Selain itu reputasi perusahaan yang telah lama dibangun sejak perusahaan
tersebut didirikan oleh pendiri perusahaan dapat memfasilitasi hubungan yang lebih
baik dengan pelanggan, pemasok, dan kreditur.
Penelitian ini menemukan pengaruh positif antara struktur kepemilikan
keluarga dengan profitabilitas yang diukur dengan ROA.Hasil penelitian ini
mendukung pernyataan Fama dan Jensen (1983), yaitu adanya peningkatan efisiensi
pada perusahaan keluarga dibandingkan perusahaan publik lainnya.Peningkatan
efisiensi ini terjadi karenamonitoring cost yang lebih rendah yang dikeluarkan oleh
perusahaan keluarga dibandingkan dengan perusahaan non keluarga.Partisipasi
keluarga dalam perusahaan juga dapat memperkuat perusahaan tersebut karena
biasanya anggota keluarga sangat loyal dan berdedikasi tinggi terhadap kemajuan
perusahaan milik keluarganya.Pada perusahaan keluarga keputusan bisa diambil
secara cepat dan tangkas.Pengambilan keputusan yang biasanya membutuhkan waktu
berbulan-bulan di perusahaan profesional bisa dilakukan on the spot oleh pemilik
perusahaan keluarga.Kecepatan dan ketangkasan seperti itulah yang dimiliki
perusahaan keluarga.Keadaan ini tidak selalu terjadi di bisnis profesional, karena
terkadang mereka membuat keputusan untuk melindungi karir masing-masing, bukan
untuk kebaikan perusahaan.Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Villalonga dan Amit (2006); Andres (2008); Pukthuanthong (2013), mereka
menemukan bahwa perusahaan keluarga memiliki pengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan yang diukur dengan Tobin’s q dan ROA.

Pengaruh Kepemimpinan Keluarga Terhadap Kinerja Perusahaan


Kepemimpinan keluarga berpengaruh negatif signifikan terhadap Tobin’s Q,
namun berpengaruh positif terhadap ROA.Salah satu karakteristik yang melekat
dalam perusahaan keluarga adalah keinginan agar kepemimpinan perusahaan
dipegang oleh anggota keluarga.Karakter ini secara umum bertumpu pada peran
keluarga dalam sebuah perusahaan keluarga.Keluarga lebih suka apabila perusahaan

143
yang dimilikinya dipimpin oleh anggota keluarganya, karena rasa percaya yang tinggi
antar sesama anggota keluarga.
Perusahaan keluarga yang dipimpin oleh keluarga memiliki kecenderungan
dapat meminimalkan atau bahkan menghilangkan adanya masalah keagenan.
Masalah keagenan ini dapat ditekan, karena pada umumnya pemilik juga bertindak
sebagai manajer, sehingga tidak terjadi konflik antara manajer perusahaan dengan
pemilik perusahaan (Demsetz dan Villalonga, 2004). Biaya dan masalah keagenan
tidak akan muncul karena pemilik dan manajer perusahaan adalah pihak yang sama,
sehingga akan terjadi keselarasan visi dan tujuan, serta tidak akan terjadi perbedaan
kepentingan. Dengan demikian biaya-biaya keganenan akan berkurang sehingga akan
meningkatkan laba. Dengan adanya anggota keluarga yang memimpin perusahaan,
maka keluarga akan mengontrol penuh keputusan, kebijakan dan jalannya operasional
perusahaan. Perusahaan keluarga akan berkinerja baik ketika anggota keluarga
menjabat sebagai CEO perusahaan (Anderson dan Reeb, 2003).
Namun, disisi lain kepemimpinan keluarga pada perusahaan keluarga
mengakibatkan nilai perusahaan menurun. Menurut Smith dan Amoako-Adu (1999),
bahwa ketika pengumuman penunjukkan anggota keluarga menjadi pemimpin
perusahaan, maka harga saham akan turun. Hal ini dikarenakan reaksi pasar yang
negatif terhadap penunjukkan tersebut.Investor meragukan kemampuan mereka untuk
mengelola perusahaan serta kurangnya pengalaman.Mereka memperoleh puncak
pimpinan perusahaan karena mereka anggota keluarga, bukan dari hasil kerja keras
maupun kemampuan, kompetensi serta kualitas individu mereka.Padahal demi
kemajuan perusahaan, tentunya diperlukan individu-individu yang berkompeten
dibidangnya.Dalam budaya di Indonesia, penunjukan anggota keluarga salah satunya
didasari oleh aspek kekerabatan, bukan murni pada kemampuan manajerialnya.Hal
ini merupakan salah satu faktor yang mendorong adanya respon negatif dari pasar.
Penilaian negatif terhadap perusahaan keluarga bisa jadi timbul karena
perusahaan keluarga seringkali menggabungkan fungsi manajemen dan kontrol
perusahaan.Menurut Fama dan Jensen (1983), penggabungan ini dapat menyebabkan
pengambilan keputusan investasi yang tidak optimal yang hanya menguntungkan
pihak keluarga, namun merugikan pemegang saham minoritas karena adanya
perbedaan kepentingan diantara kedua jenis pemegang saham.
Karakter keluarga juga memiliki andil dalam menurunnya kinerja
perusahaan.Dalam hal rekruitmen dan seleksi, seringkali anggota keluarga merasa
berhak untuk menjadi bagian perusahaan.Mereka meminta pekerjaan dalam
perusahaan tanpa mempertimbangkan kompetensi yang dimiliki dengan alasan
prinsip-prinsip keluarga yang mengharuskan keluarga untuk saling membantu tanpa
syarat. Perekrutan individu-individu yang tidak kompeten dalam jumlah terlalu
banyak ini tentu saja akan mengancam kinerja dan bahkan eksistensi perusahaan.
Morck et al. (2000) berpendapat bahwa kemampuan kewirausahaan atau
entrepreneurial bukanlah sesuatu yang dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya, oleh karena itu keturunan dari pendiri perusahaan biasanya cenderung
memiliki kemampuan entrepreneurial yang tidak mumpuni seperti pendiri perusahaan

144
sehingga akan berakibat negatif pada kinerja perusahaan yang kepemimpinannya
diteruskan kepada keturunan pendiri perusahaan. Menurut Barclay dan Hoderness
(1989) tingginya kepemilikan saham oleh keluarga akan mengurangi kemampuan
untuk mendapatkan investor dari pihak eksternal dan akan menurunkan nilai pasar.
Turunnya nilai perusahaan ini dikarenakan kontrol keluarga pada perusahaan semakin
besar sehingga akan merugikan pemegang saham minoritas.
Namun demikian, kepemimpinan keluarga juga mendorong pada peningkatan
profitabilitas perusahaan. Hal ini disebabkan adanya mekanisme kontrol atas
kebijakan manajerial oleh anggota keluarga yang lain, utamanya pendiri. Disamping
itu, pemilihan investasi yang dilakukan tidak berbeda antara pemegang saham
mayoritas dan minoritas karena agency problem semakin berkurang. Hal ini
mendorong pada kehati-hatian dalam pemilihan investasi dan meyakinkan bahwa
investasi yang dilakukan akan memberikan keuntungan jangka panjang yang positif.

Pengaruh Perwakilan Keluarga Terhadap Kinerja Perusahaan


Perwakilan keluarga berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan, yaitu
terhadap Tobin’s q, dan negatif signifikan terhadap ROA.Partisipasi keluarga dalam
perusahaan menunjukkan besarnya pengaruh dan kontrol keluarga dalam kegiatan
manajerial perusahaan.Banyaknya anggota keluarga yang terlibat dalam jajaran
dewan direksi maka keluarga akan mengontrol penuh keputusan, kebijakan dan
jalannya operasional perusahaan. Semakin banyak perwakilan keluarga yang
menduduki dewan direksi membuat ROA dan nilai perusahaan semakin menurun.
Penurunan kinerja perusahaan bisa jadi disebabkan oleh lemahnya kompetensi
anggota keluarga yang menduduki jabatan sebagai dewan direksi.Anggota keluarga
memperoleh jabatan tersebut karena mereka bagian dari keluarga, bukan berdasarkan
hasil kerja keras maupun kemampuan, kompetensi, serta kualitas individu
mereka.Mereka juga tidak memiliki pengalaman untuk mengelola perusahaan.
Padahal demi kemajuan perusahaan, diperlukan individu-individu yang berkompeten
dan mumpuni, sehingga apabila perusahaan dikelola oleh individu-individu yang
tidak berkompeten maka kinerja perusahaan tersebut akan buruk. Semakin banyak
anggota keluarga yang menjabat sebagai dewan direksi juga akan mengurangi porsi
professional yang secara kemampuan dan pengalaman sudah terbukti untuk
mengelola perusahaan. Akibatnya, pasar akan merespon negatif karena perusahaan
tidak dikelola oleh individu yang tepat dan hanya mementingkan hubungan keluarga.

Pengaruh Variabel Kontrol terhadap Kinerja Perusahaan


Berdasarkan hasil analisis, leverage berpengaruh positif terhadap Tobin’s q,
namun berpengaruh negatif terhadap ROA.Pengaruh yang positif terhadap Tobin’s
qdapat dijelaskan karena perusahaan yang menggunakan hutang dapat menghemat
pembayaran pajak sebagai akibat atas adanya bunga hutang yang harus dibayarkan
(Brigham dan Weston, 1990).Semakin besar rasio hutang jangka panjang terhadap
modal sendiri maka semakin tinggi nilai perusahaan karena terjadi penghematan

145
pajak yang semakin besar (Sudana 2009). Selain itu, investor akan melihat
peningkatan hutang oleh perusahaan secara positif, karena kemungkinan perusahaan
akan melakukan ekspansi bisnis atau investasi pada perusahaan yang dibiayai oleh
hutang, sehingga diharapkan dengan ekspansi bisnis atau investasi perusahaan
tersebut maka keuntungan perusahaan akan semakin meningkat. Namun, penelitian
ini menemukan bahwaleverage memiliki pengaruh negatif terhadap ROA. Tidak
optimalnya pemanfaatan hutang dalam pembiayaan investasi perusahaan akan
mendorong inefisiensi atas beban tetap yang ditanggung perusahaan akibat dari
hutang.Dengan kata lain,penghematan pajak yang dinikmati oleh perusahaan belum
diimbangi dengan peningkatan hasil investasi sehingga biaya bunga atas hutang
makin memperlemah profitabilitas perusahaan. Hutang yang besar mencerminkan
beban tetap yang berupa biaya bunga juga semakin besar. Besarnya beban bunga ini
akan menyebabkan menurunnya laba perusahaan.
Hasil penelitian ini juga menemukan bwha pertumbuhan penjualan
berpengaruh positif terhadap Tobin’s q dan ROA. Pengaruh positif signifikan
terhadap ROA menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan
perusahaan maka kinerja perusahaan tersebut akan meningkat. Pertumbuhan
penjualan mencerminkan pendapatan yang akan diterima perusahaan akan meningkat.
Dengan meningkatnya pendapatan maka peluang meningkatnya laba juga semakin
tinggi, sehingga investor akan menilai positif pertumbuhan penjualan yang tercermin
dari harga saham perusahaan. Pengaruh positif signifikan pada Tobin’s q
menunjukkan investor tertarik karena pertumbuhan penjualan meningkat sehingga
investor optimis investasi yang dilakukan pada perusahaan akan mengalami
peningkatan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh King dan
Santor (2008); Pukthuanthong (2013), yang menemukan bahwa sales growth
berpengaruh berpengaruh positif terhadap Tobin’s qdan ROA.
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh positif terhadap
Tobin’s qnamun berpengaruh negatif terhadap ROA. Ukuran perusahaan
menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dalam penelitian ini diukur
dengan logaritma natural dari total asset perusahaan. Menurut Short dan Keasey
(1999), ukuran perusahaan yang besar berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan, karena perusahaan dapat lebih mudah dalam memperoleh sumber
pendanaan. Semakin besar perusahaan maka akan memiliki rasio Tobin’s q semakin
besar, karena perusahaan besar pada umumnya akan lebih mudah mencari
pembiayaan eksternal serta perusahaan tersebut relatif lebih stabil dan lebih mampu
menghasilkan laba, sehingga akan menarik bagi investor yang tercermin dari
kenaikan harga saham perusahaan.
Pengaruh negatif dari size terhadap ROA bisa jadi disebabkan oleh siklus
bisnis yang dicapai oleh perusahaan.Semakin besar size perusahaan, pangsa pasar
yang dimilikinya sudah sangat jelas, maka perusahaan mencapai pada fase
maturity.Pada fase ini, tingkat pertumbuhan perusahaan sudah mengalami penurunan
jika dibandingkan dengan fase pertumbuhan.Oleh karena itu trend perolehan

146
profitabilitas juga semakin menurun karena terjadi stabilitas dalam perolehan
profitabilitas.
Umur perusahaan terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan, yaitu positif signifikan terhadap ROA, tetapi negatif terhadap Tobin’s q.
Perusahaan yang telah lama berdiri, cenderung memiliki kemampuan dan
pengalaman untuk menjalankan kegiatan operasionalnya (mature). Widiastuti (2002)
dalam Nofandrilla (2008) menyatakan bahwa umur perusahaan dapat menunjukkan
bahwa perusahaan tetap eksis dan mampu bersaing.Perusahaan yang berumur lebih
lama memiliki pengalaman lebih banyak dan mengetahui kebutuhan tentang
konsumen, informasi, dan data-data tentang perusahaan. Sehingga perusahaan akan
lebih efisien dalam menjalankan oeprasional sehingga laba akan meningkat.
Namun, penelitian ini menemukan bahwa umur perusahaan memiliki
pengaruh negatif terhadap Tobin’s Q. Kepemimpinan perusahaan akan terus berganti
seiring dengan bertambahnya umur perusahaan. Mengingat sampel penelitian ini
adalah perusahaan keluarga, maka pasar menilai bahwa perusahaan yang semakin
lama berdiri, kepemimpinan perusahaan akan di jabat oleh generasi penerus pendiri
perusahaan yang kemampuan dan kapasitas mereka dalam mengelola perusahaan
belum teruji. Disamping itu, investor juga mengharapkan peningkatan nilai pasar
yang cukup tinggi sebagai sarana investasi.Perusahaan yang telah lama berdiri secara
umum telah mengalami pertumbuhan pangsa pasar yang tidak terlalu besar, sehingga
dipandang kurang agresif oleh pasar. Oleh karena itu, pasar menilai negatif pada
perusahaan yang telah lama berdiri karena telah mature dan potensi pertumbuhannya
yang rendah. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh King dan
Santor (2008); Pukthuanthong (2013) yang menemukan bahwa umur perusahaan
berpengaruh negatif terhadap Tobin’s Q.

SIMPULAN
Penelitian ini menguji pengaruh dari struktur kepemilikan keluarga,
kepemimpinan dan perwakilan keluarga terhadap kinerja perusahaan di
Indonesia.Kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan profitabilitas dan kinerja
pasar.Hasil penelitian ini menemukan bahwa perusahaan keluarga tidak berpengaruh
terhadap kinerja pasar perusahaan, namun bepengaruh positif terhadap kinerja
profitabilitas perusahaan.Perbedaan antara sudut pandang pasar dan pemegang saham
memberikan hasil yang berbeda.Investor tidak memandang status dari sebuah
perusahaan karena dasar penilaian utama mereka adalah kinerja perusahaan.Hasil
positif antara perusahaan keluarga dengan profitabilitas perusahaan disebabkan
keinginan dari pemegang saham mayoritas untuk bisa tetap survive dengan
melakukan monitoring yang lebih ketat kepada pihak manajemen.
Kepemimpinan keluarga ditemukan berpengaruh negatif terhadap kinerja pasar
perusahaan, namun tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Sebaliknya, perwakilan keluarga dalam dewan direksi ditemukan tidak berpengaruh
terhadap kinerja pasar perusahaan, namun berpengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan perusahaan.

147
Penelitian ini menmukan adanya sisi positif dari perusahaan keluarga,
kepemimpinan keluarga serta keterwakilan keluarga dalam perusahaan.Ditinjau dari
sisi investor, profesionalisme dan kompetensi menjadi pertimbangan untuk
memberikan penilaian terhadap kinerja perusahaan.

148
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R. C., & Reeb, D. M. 2003. Founding-Family Ownership and Firm
Performance: Evidence From The S&P 500. Journal of Finance.pp.1301-1328
Andres, C. 2008.Large Sharehoder and Firm Performance - An Empirical
Examination of Founding-Family Ownership.Journal of Corporate Finance.
Vol. 14 No. 4, pp.431-445
Berle, A., & Means, G. 1932. The Modern Corporation and Private Property.
Macmillan. New York, NY.
Barontini, R., & Caprio, L. 2006. The Effect Family Control on Firm Value and
Performance: Evidence From Contental Europe. European Financial
Management. Vo. 12 No. 5, pp. 689-723.
Brigham, F Eugene, & J. Fred Weston. 1990. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Edisi Kesembilan. Jilid satu dan dua. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Demsetz, H. 1983. The Structure of Ownership and The Theory of Firm. Journal of
Law and Economics. Vol 26 No. 2, pp. 375-390
Demsetz, H., & Lehn, K. 1985. The Structure of Corporate Ownership: Causes and
Consequences. Journal of Political Economy. Vol. 93 No. 6, pp1155-1177
Demsetz, H., & Villalonga, B. 2001.Ownership Structure and Corporate
Performance.Journal of Corporate Finance. Vol. 7 No. 1, pp. 209-223
Fama, Eugene F., & Jensen, Michael C. 1983.Agency Problem and Residual
Claims.Journal of Law and Economics. Vol. 26
Gilson, R.J., & Gordon, J.N. 2003.Controlling Controlling Shareholder.Working
Paper No. 228.Columbia Law and Economics.The Center for Law &
Economics Studies, NY.
Gonzales, M.R. et al. 2007. A Research About Of Family Firm Definition.Working
Paper. Universitat De Lleida
James, H. 1999. Owner as Manager, Extended Horizons and the Family
Firm.International Journal of Economics and Business, 6, 41—56.
Jensen, M., and Meckling, W. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour,
Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics.Vol.
3. No. 4, pp. 304-360
King, M. and Santor, E. (2008). Family Values: Ownership Structure, Performance
and Capital Structure. Journal of Banking and Finance.Vol. 32. No. 11, pp.
2423-2432.
La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., & Shleifer, A. et al. 1999. Corporate Ownership
Around The World. Journal of Financia Economics.Vol. 54. No. 2, pp. 471-
517
Lipton, M., & Lorsch, J.W. 1992.A Modest Proposal for Improved Corporate
Governance.Bussines Lawyer. 59-77
McConaughy, D. Walker, M. Henderson, G. and Mishra, C. 1998. Founding Family
Controlled Firm: Efficiency and Value. Review of Financial Economics.Vol 7.
No. 2, pp. 1-19

149
McConnell, J., & Servaes, H. 1990. Additional Evidence on Equity Ownership
Structure, and Firm Performance.Journal of Financial Economics. 591-612
Moelyadi. 2006. Manajemen Keuangan: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Bayu
Media. Bandung
Morck, R., Sheilfer, A., & Vishny, R. 1998. Management Ownership and Market
Valuation: An Empirical Analysis. Journal of Financial Economics. Vol. 20
No. 1-2, pp. 293-315
Pukthuanthong, K. 2013. Does Family Ownership Create or Destroy Value?
Evidence From Canada. International Journal of Managerial Finance. Vol. 9
No. 1, pp. 13-48
Reilly, Frank K., and E. A. Norton. 1995. Investment, Fourth Edition, Florida: The
Dryden Press.
Smith, B. and Amoako-Adu, B. (1999).Management Succession and Financial
Performance of Family Controlled Firms.Journal of Corporate Finance. Vol. 5
No. 4, pp. 341-368.
Suara, Merdeka. 2007. Perusahaan Swasta Beri Kontribusi Besar pada PDB (Online).
(http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/28/eko06.htm)
Susanto, A. B., et al. 2010. Pengertian Perusahaan Keluarga (Online).
(http://ciputraentrepreneurship.com/edukasi/2547-pengertian-perusahaan-
keluarga.html.)
Sraer, D. & Thesmar, D. 2007. Performance and Behavior of Family Firms: Evidence
From The French Stock Market. Journal of The European Economic
Association. Vol. 5 No 4, pp. 709-751
Villalonga, B., & Amit, R. 2006. How Do Family Ownership, Control, and
Management Affect Firm Value?.Journal of Financial Economics. Vol. 80
No. 2, pp.385-417
Weston, J. Fred, and Thomas E. Copeland. 1995. Managerial Finance. Ninth Edition.
New York: The Dryden Press.
Wiwattanakantang, Y. 1999. An Empirical Study on The Determinant of The Capital
Structure of Thai Firm. Journal of Finance.Vol. 7.

150

You might also like