You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI UMUM
MEMPELAJARI JARINGAN PADA TUMBUHAN

OLEH :
NAMA : HILMA NURBAYANTI
NIM : 170210104059
KELAS :B
KELOMPOK :3
NAMA ASISTEN : 1. LISTI ROHMATIKA
2. FERSTY ISNA K

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
I. JUDUL
Mempelajari Jaringan pada Tumbuhan

II. TUJUAN
Mahasiswa dapat menjelaskan jaringan jaringan penyusun tubuh tumbuhan

III. DASAR TEORI


Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang
sama serta mengadakan hubungan dan koordinasi satu dengan yang lainya yang
mendukung pertumbuhan pada tumbuhan.

Jaringan tumbuhan terbentuk karena berlangsungnya pembelahan dari sel-sel,


yang dalam hal ini sel-sel yang terjadi tetap melakukan hubungan-hubungan dengan
erat antara yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya pembentukkan jaringan-
jaringan tersebut sangat erat hubungannya pula dengan pembentukkan berbagai alat
pada tumbuhan, akar, batang, daun, bunga, buah dan lain sebagainya. Dalam hal ini,
tiap jaringan biasanya hanya melakukan satu proses dalam hidupnya. Seperti; jaringan
meristem yang mampu membelah terus menerus dan membentuk sel-sel baru. (Waluyo,
2006: 71).

Menurut Joko Waluyo (2006: 71), jaringan meristem adalah sel sel muda yang
selau membelah. Jaringan meristem terdiri atas jaringan embrional, yaitu jaringan yang
terdapat pada lembaga tetapi tidak mengalami diferensiasi atau mengadakan pembagian
tugas. Jaringan meristem terdapat pada ujung akar, ujung batnag, dan kambium.
Berdasarkan letaknya dalam tumbuhan ada tiga macam yaitu meristem apikal,
meristem lateral dan meristem interkalar. Meristem apikal terdapat di ujung batang dan
di ujung akar. Meristem interkalar terdapat diantara jaringan dewasa, misalnya di
pangkal luas batang rumput. Meristem lateral terdapat pada kambium pembuluh dan
kambium gabus.

Fungsi utama sel sel meristematik adalah mitosis. Bnetuk selnya tipis dan
berdinding tipis dan tanpa vakuola. Jaringan meristem terletak pada ujung kar dan
batang. Mitosis pada jaringan meristem enghasilkan sel sel baru untuk pertumbuhan
tanamannya. Sel sel yang terbentuk melalui proses mitosis tersebut akan berdiferensiasi
membentuk beberapa tipe jaringan (Kimball, 2003: 113).
Disamping itu, dikenal juga meristem primer dan meristem sekunder yang
didasarkan pada asal-usulnya. Secara kesepakatan, meristem primer adalah sel yang
berkembang secara langsung dari sel bersifat embrio dan gtetap bersifat embrio.
Meristem sekunder adalah jaringaan yang berkembang dari jaringan dewasa yang masih
tetap dapat berdiferensiasi (Mulyani, 2006:84).

Menurut Joko Waluyo (2006: 77), jaringan epidermis merupakan jaringan


terluar tumbuhan yang meliputi seluruh tubuh tumbuhan mulai dari akar, batang hingga
daun. Epidermis biasanya hanya terdiri ataas selaput sel yang pipih dan rapat. Pada
epidermis berfungsi sebagai pelindung jaringan didalamnya serta sebagai tempat
pertukaran zat. Jaringan epidermis dapat juga berkembang dan mengalami modifikasi
menjadi sel rambut akar, sel penutup pada stomata dan spina. Epidermis seperti halnya
kulit pada tubuh kita, merupakan komponen perlindungan pertama untuk melawan
kerusakan fisik dan organisme organisme patogenik.

Tebal epidermis merupakan salah satu pertahanan struktural yang terdapat pada
tumbuhan, bahkan sebelum patogen datang dan berkontak dengan tumbuhan (Agrios,
1996). Ketebalan dan kekuatan dinding bagian luar sel sel epidermis merupakan faktor
penting dalam ketahanan beberapa jenis tumbuhan terhadap patogen tertentu (Aliah,
2015: 36).

Jaringan penguat merupakan jaringan mekanik yang berfungsi memperkokoh


tubuh tumbuhan. Jaringan penguat tersusun atas dua jaringan penyususn jaringan
penguat, yaitu jaringan kolenkim dan sklerenkim. Jaringan kolenkim merupakan
jaringan yang berdinding tebal dan secara khusu dikembangkan di sudut sudut sel.
Jaringan kolenkim berfungsi memberi tunjangan mekanis bagi tumbuhan. Biasanya
terdapat pada tubuh tumbuhan yang tumbuh secraa cepat dan perlu diperkuat. Misalnya
batang tumbuhan, tangkai daun, tangkai daun bunga, dan ibu tulang daun (Kimball,
2003: 113).

Jaringan sklerenkim tersusun atas sel sel dengan dinding sekunder yang tebal.
Fungsi jaringan sklerenkim adalah sebagai penyokong atau penguat dan biasanya juga
sebagai pelindung. Sel sklerenki dibedakan menjadi dua, yaitu serabut sklerenkim dan
sklereid. Serabut sklerenkim berbentuk panjang, ramping, berujung runcing dan
berdinding tipis yang bersifat elastis. Sifat elastis ini berguna bagi tumbuhan untuk
kembali pada posisi semula ketika tumbuhan tersebut bergerak atau tertiup angin.
Sklereid merupaan sel yang lebih pendek dibandingkan serabut sklerenkim yang
berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari hewan herbivora. Sklereid terdapat pada
daun, batang, buah dan biji (Waluyo, 2006: 81).

Jaringan pengangkut pada tumbuhan terdiri atas xilem dan floem. xilem
merpakan jaringan campuran yang terssun atas beberapa tipe sel diantaranya ialah
pembuluh xilem dan trakeid xilem. Pembuluh xylem berdinding tebal dan memiliki
pola berkas berkas spiral. Bila sudah berkembang semuanya pembuluh xylem akan
melart dan protoplasmanya mati. Sedangkan trakeid xylemtidak memiliki berkas spiral
dan ujung ujungnya meruncing. Ujung ujungnya ini berfungsi sebagai pentup dan
saling berhubungan dengan noktah noktah. Fungsi jaringan xylem adalah untuk
mengalirkan air dan mineral dari akar ke daun (Kimball, 2003: 113).

Floem merupakan jaringan yang kompleks. Floem berfungsi membawa


makanan berupa zat organik dari suatu bagian yang lain pada tumbuhan. Floem tersusun
atas bulu tapis berupa elemen pipa yang mempunyai lapisan yang rata ujungnya dan sel
pengiring (Waluyo, 2006: 81).

Daun merupakan organ pokok pada tubuh tumbuhan. Pada umumnya


berbentuk pipih bilateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat utama terjadinya
fotosintesis. Berkaitan dengan itu, daun memiliki struktur mulut daun yang berguna
untuk pertukaran gas O2, CO2, dan uap air dari daun ke alam sekitar dan sebaliknya
(Papuangan, 2014: 287).

IV. METODOLOGI PRAKTIKUM


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
4.1.1.1 Mikroskop
4.1.2 Bahan
4.1.2.1 Preparat awetan penampang melintang akar, daun dan batang.
4.2 Skema Kerja
4.2.1 Preparat Daun

Meletakkan preparat penampang melintang daun di bawah


mikroskop

Mengamati di bawah mikroskop dari perbesaran lemah ke kuat

Menggambar sektor/ juring dari preparat yang menunjukkan


jaringna-jaringan daun secara lengkap

4.2.2 Preparat Batang

Meletakkan preparat penampang melintang batang di


bawah mikroskop

Mengamati di bawah mikroskop dari perbesaran lemah ke kuat

Menggambar sektor/ juring dari preparat yang menunjukkan


jaringna-jaringan batang secara lengkap
4.2.3 Preparat Akar

Meletakkan preparat penampang melintang akar di bawah


mikroskop

Mengamati di bawah mikroskop dari perbesaran lemah ke kuat

Menggambar sektor/ juring dari preparat yang menunjukkan


jaringna-jaringan akar secara lengkap
V. HASIL PENGAMATAN
5.1 Penampang Melintang Daun
Perbesaran 10 x 10 Keterangan:
1. Sel Kipas
2. Epidermis
3. Endodermis
4. Stomata
5. Jaringan Mesofil

5.2 Penampang Melintang Batang Monokotil


Perbesaran 4 x 10 Keterangan:
1. Epidermis
2. Korteks
3. Jaringan Pengangkut

5.3 Penampang Melintang Akar Dikotil


Perbesaran 10 x 10 Keterangan:
1. Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
4. Xylem
5. Floem
6. Empulur
VI. PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini, kami mengamati mengenai jaringan-jaringan
penyusun pada tumbuhan. Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk
dan fungsi yang sama. Jaringan pada tumbuhan dapat digolongkan berdasarkan umur,
komposisi, dan fungsi dari jaringan itu sendiri. Berdasarkan umurnya jaringan
penyusun tumbuhan adalah jaringan meristem dan jaringan dewasa.

Jaringan meristem adalah jaringan muda sekelompok sel-sel tumbuhan aktif


membelah. Sel-sel meristem akan menghasilkan sel baru yang sebagian dari hasil
pembelahan akan tetap berada di dalam meristem, hal ini disebut sebagai sel permulaan
atau inisial. Sedangkan dari sel-sel baru, digantikan kedudukannya oleh sel meristem
yang disebut dengan derivatif atau turunan. Sedangkan jaringan meristem dewasa
adalah jaringan yang telah mengalami deferensiasi. Jaringan ini sudah tidak mengalami
pembelahan lagi atau tidak aktif.

Pengamatan pertama adalah pengamatan terhadap penampang melintang daun


dengan perbesaran 10 x 10. Bagian bagian yang terlihat adalah sel kipas, epidermis,
endodermis, stomata, dan jaringan mesofil. Jaringan epidermis adalah jaringan
penyusun daun yang letaknya terdapat pada bagian atas dan bawah daun, sehingga
sering disebutkan adanya jaringan epidermis atas dan epidermis bawah. Jaringan ini
berfungsi untuk melindungi jaringan di bawahnya dari patogen, paparan cahaya,
kerusakan mekanis atau perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim. Sedangkan
jaringan yang terdapat di dalam epidermis disebut dengan mesofil.

Jaringan mesofil tersusun atas berbagai macam jaringan seperti parenkim dan
pembuluh angkut. Stomata, merupakan jalan keluar masuknya oksigen dan
karbondioksida keluar masuk tumbuhan. Stomata dapat membuka dan menutup karena
adanya sel penjaga yang mengaturnya. Stomata terdapat pada epidermis daun. Daun
memang mempunyai beberapa fungsi penting bagi tumbuhan, salah satunya adalah
sebagai tempat diambilnya zat anorganik terutama karbondioksida (CO2) dan
keluarnya gas hasil fotosintesis (oksigen/O2)

Pada pengamatan kedua adalah pengamatan terhadap penampang melintang


batang pada tumbuhan monokotil dengan perbesaran 4 x 10. Pada hasil pengamatan,
didapatkan bagian bagian penyusun batang tumbuhan monokotil antara lain, epidermis,
korteks dan jaringan pengangkut. Epidermis, letaknya dibagian terluar batang yang
berfungsi untuk perlindungan terhadap kehilangan air pada batang. Di bawah epidermis
terdapat korteks. Korteks tersusun dari sel-sel sklerenkim. Korteks tumbuhan
monokotil, korteks merupakan kulit batang. Kulit batang berfungsi mengeraskan
bagian luar batang.

Setelah korteks, lapisan berikutnya ialah stele. Tumbuhan monokotil memiliki


batas korteks dan stele yang tidak jelas. Di dalam stelenya terdapat berkas
pengangkutan. Berkas pengangkutan tersebut tersebar pada empulur dan letaknya
berdekatan dengan kulit batang. Sarung sklerenkim mengelilingi seluruh berkas
pengangkut. Tipe berkas pengangkutannya dinamakan kolateral tertutup, sebab di
antara xilem dan fl oemnya tidak ditemui kambium. Akibatnya, tumbuhan monokotil
tidak bisa tumbuh secara sekunder. Alias tubuhnya tidak membesar dan hanya
memanjang

Pada pengamatan ketiga ini, kami mengamati preparat awetan penampang


melintang akar pada tumbuhan dikotil menggunakan perbesaran 10 x 10. Pada gambar
hasil pengamatan, didapatkan beberapa bagian penyusun akar tumbuhan tersebut.
Bagian bagian tersebut diantaranya, epidermis, korteks, endodermis, empulur, floem,
xylem. Epidermis merupakan bagian terluar dari akar tumbuhan ini. Jaringan epidermis
terdiri atas satu lapis sel. Seperti halnya daun, jaringan epidermis ini berfungsi sebagai
pelindung jaringan di dalamnya. Selain itu juga memberi bentuk pada akar. Sel sel
penyusun jaringan epidermis ini berdinding tipis dan cenderung tersusun rapat.
Sehingga tidak terdapat rongga di antara sel sel penyusunnya.

Korteks merupakan bagian dalam setelah jaringan epidermis. Korteks terletak


pada bagian akar tmbuhan. Pada bagian korteks ini, sel sel penyusunnya memiliki
dinding tipis dan mempunyai banyak ruang antar sel. Pada gambar hasil pengamatan,
korteks tampak hanya satu lapis. Ini mungkin dikarenakan perbesaran mikroskop yang
digunakan masih kurang atau pengamatan yang dilakukan kurang fokus. Di bagian
dalam dari korteks terdapat berkas pengangkut. Pada berkas pengangkut ini, terdapat
beberapa bagian yang menyusunnya. Bagian bagian tersebut diantaranya ; floem, xilem
dan empulur. Ketiga bagian tersebut membentuk lingkaran dari ujung akar sampai pada
ranting ranting tumbuhan.
Xilem dan floem merupakan satu kesatuan berbentuk segitiga yang dipisahkan
oleh kambium. Floem merupakan bagian terluar dari berkas pengangkut yang berfungsi
untuk mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan. Kambium berfungsi
sebagai pemisah antara xilem dan floem. Xylem memiliki fungsi sebagai pengangkut
mineral dan unsur unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai bahan dalam proses
fotosintesis. Empulur merupakan bagian tengah dari suatu akar tumbuhan.

Perbandingan antara daun dikotil dan monokotil. Pada tumbuhan dikotil,


pertulangan daun menyirip/menjari, mesofil letakya terjadi antara epidermis atas dan
bawah,dan berdifrensiasi, jaringan tiang dan jaringan bunga karang/spons tersusun oleh
sel-sel yang tidak teratur dan berdinding tipis, jaringan pengangkut berupa tulang daun
yang terletak pada helai daun punya satu ibu tulang dan cabang-cabangnya berbentuk
jala. Sedangkan pada tumbuhan monokotil, pertulangan daun sejajar/melengkung,
mesofil terletak pada cekungan diantara urat daun dan yang tidak terdifrensiasi jadi
jaringan tiang bentuknya seragam, jaringan pengangkut membentuk tulang daun yang
letaknya sejajar sumbu daun dan dihubungkan oleh berkas pengangkut kecil
diantaranya.

Batang pada tumbuhan dikotil dan monokotil memiliki perbedaan. Pada


tumbuhan dikotil batangnya bercabang, pembuluh angkut teratur dalam susunan
lingkaran, punya cambium vaskuler,sehingga dapat tumbuh membesar, tidak punya
maristem interkalar, jari-jari empulurnya berupa deretan parenkim di antara berkas
pengangkut, dapat dibedakan/sudah terdifrensiasi antara korteks dan empulur.
Sedangkan pada tumbuhan monokotil, batangnya tidak bercabang. pembuluh angkut
tidak teratur atau tersebar, tidak punya cambium vaskuler sehingga tidak dapat tumbuh
membesar, punya maristem interkalar, tidak memiliki jari-jari empulur dan tidak dapat
dibedakan/belum terdifrensiasi antara korteks dan empulur.

Terdapat perbedaan antara sistem akar dari tanaman dikotil dan monokotil. Pada
tanaman dikotil jenis akarnya tunggang, memiliki kambium sehingga berkas
pengangkut yakni xylem dan floem terpisah oleh kambium., tidak punya maristem
interkalar, punya kambium vaskuler,sehingga dapat tumbuh membesar, dapat
dibedakan/sudah terdifrensiasi antara korteks dan empulur. Sedangkan pada tanaman
monokotil jenis akarnya serabut, batas ujung akar dan kaliptra jelas, perisikel terdiri
dari beberapa lapis sel yang berdinding tebal yang hanya membentuk akar, xilem dan
floem letaknya berselang seling dan tidak memiliki kambium, empulurnya luas pada
pusat akar.

Batang pada tumbuhan dikotil dan monokotil memiliki perbedaan. Pada


tumbuhan dikotil batangnya bercabang, pembuluh angkut teratur dalam susunan
lingkaran, punya cambium vaskuler,sehingga dapat tumbuh membesar, tidak punya
maristem interkalar, jari-jari empulurnya berupa deretan parenkim di antara berkas
pengangkut, dapat dibedakan/sudah terdifrensiasi antara korteks dan empulur.
Sedangkan pada tumbuhan monokotil, batangnya tidak bercabang. pembuluh angkut
tidak teratur atau tersebar, tidak punya cambium vaskuler sehingga tidak dapat tumbuh
membesar, punya maristem interkalar, tidak memiliki jari-jari empulur dan tidak dapat
dibedakan/belum terdifrensiasi antara korteks dan empulur.

VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan

7.1.1 Jaringan pada tumbuhan dapat digolongkan berdasarkan umur, komposisi, dan
fungsi dari jaringan itu sendiri. Berdasarkan umurnya jaringan penyusun
tumbuhan adalah jaringan meristem dan jaringan dewasa. Berdasarkan
komposisinya, dibedakan menjadi jaringan sederhana dan jaringan kompleks.
Berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi empat yaitu, jaringan dasar, jaringan
pelindung, jaringan pengangkut, dan jaringan penguat. Jaringan dasar adalah
jaringan yang terletak hampir di semua bagian tumbuhan. Jaringan pelindung
terdiri dari jaringan epidermis dan jaringan gabus. Jaringan pengangkut terdiri
dari floem dan xilem. Jaringan penguat adalah jaringan penyusun tubuh
tumbuhan yang berfungsi sebagai penguat atau memperkokoh tubuh tumbuhan.
Jaringan ini tersusun atas jaringan kolenkim dan sklerenkim.

7.2 Saran
Sebaiknya para praktikan perlu memahami terlebih dahulu mengenai bahan yang
akan diamati dan bagian bagian jaringan tumbuhan, agar saat praktikum tidak
mengalami kesulitan. Selain itu, praktikan juga harus sabar dan tekun untuk
mengamati jaringan yang ada pada mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA

Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember Press

Kimball, John W. 2001. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius

Papuangan, N., dkk. 2014. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Tanaman Penghijauan di
Ternate. Jurnal Bioedukasi. 3(1): 287

Aliah, Nurul., dkk. 2015. Hubungan Ketebalan Lapisan Epidermis Daun Terhadap Serangan
Jamur (Mycosphaerella Musicola) Penyebab Penyakit Bercak Daun Sigatoka Pada Sepuluh
Kultivar Pisang. Jurnal HPT. 3(1): 36
LAMPIRAN

You might also like